Anda di halaman 1dari 8

Nama : Septia Nur Rahmawati

NIM : 195221090

Kelas : Akuntansi Syariah 6D

BAB VII

AUDITING DI SEKTOR PEMERINTAHAN

A. Seluk Beluk Pengauditan di Pemerintahan Indonesia


Secara teknis profesional, pemeriksaan APBN/APBD dijalankan oleh institusi
saja yang mempunyai kewenangan dan keahlian dalam melaksanakan audit. Secara
operasional, pengawasan dan pemeriksaan sulit dipisahkan. Untuk fungsi pengawasan
oleh pimpinan seperti pemeriksaan yang menyertai dengan pengawasan. Pemeriksaan
keuangan secara internal pada lembaga tertentu berfungsi dalam menjalankan
pemeriksaan sebagai bentuk fungsi pengawasan dari pimpinan.
Sedangkan pelaksanaan pemeriksaan keuangan secara eksternal dijalankan
oleh BPK yang melaksanakan amanat konstitusi dalam pemeriksaan pertanggung
jawaban keuangan pemerintah pada DPR/DPRD dan masyarakat. Pemeriksaan
sebaiknya dilakukan oleh lembaga yang mempunyai otoritas profesional seperti BPK
dan KAP.
B. Jenis–Jenis Audit Sektor Publik
1. Audit Keuangan
Merupakan audit yang menjamin bahwa sistem akuntansi dan
pengendalian keuangan berjalan secara efisien dan tepat serta transaksi
keuangan diotorisi serta dicatat secara benar. Audit keuangan dibagi menjadi
dua yaitu audit laporan keuangan dan audit yang berkaitan dengan keuangan.
Sedangkan, audit atas hal yang berkaitan dengan keuangan mencakup berikut
ini.
a) Penentuan apakah infromasi keuangan telah disajikan sesuai criteria
yang telah diterapkan.
b) Pengendalian internal mengenai ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan dugaan kecurangan.
c) Sistem pengendalian atau pengawasan internal atas penyusunan
laporan keuangan maupun terhadap pengamanan kekayaan, dan apakah
sistem pengendalian yang dirancang dan dilaksanakan telah sesuai
dengan tujuan pengendalian.
2. Audit Kinerja
Performance audit atau value for money audit merupakan jenis audit
baru dalam organisasi sektor publik. Audit kinerja merupakan perluasan dari
audit keuangan, dalam hal tujuan dan prosedurnya. Audit kinerja adalah
pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas audit atas
aspek ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Ekonomi terkait dengan sejauh mana
organisasi sektor publik dapat meminimalisasi input resources yang digunakan
yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif.
Konsep kedua yaitu efisiensi, yang berarti pencapai output yang maksimal
dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai
output tertentu.
3. Audit Investigasi
Audit investigasi adalah kegiatan pemeriksaan dengan lingkup tertentu,
periodenya tidak dibatasi, lebih spesifik pada area-area pertanggungjawaban
yang diduga mengandung infesiensi atau indikasi penyalahgunaan wewenang,
dengan hasil audit berupa rekomendasi untuk ditindaklanjuti bergantung pada
derajat penyimpangan-penyimpangan wewenang yang ditemukan . Program
audit untuk Audit investigasi umumnya sulit ditetapkan terlebih dahulu atau
dibakukan Adanya permintaan dari DPR untuk melakukan audit.

C. Pendekatan–Pendekatan Dalam Audit Sektor Publik


1. Vouching
seperti menjaminkan atau membuktikan semua transaksi yang terjadi setelah
menelaah dokumen atau bukti yang ada.
2. Audit neraca
seperti memverifikasi semua aset dan kewajiban di neraca.
3. Audit sistem
yaitu auditor menguji sistem akuntansi dan sistem pengendalian internal untuk
memantau apakah ada dasar yang andal untuk sistem yang akan digunakan.
D. Proses Audit Dalam Sektor Publik
Berdasarkan hasil analisis terhadap kelemahan dan kekuatan sistem
pengendalian dan pemahaman mengenai keluasan , validitas, dan realibilitas
informasi kinerja yang dihasilkan oleh entitas atau organisasi, auditor kemudian
menetapkan kriteria audit dan mengembangkan ukuranukuran kinerja yang tepat.
Berdasarkan rencana kerja yang telah dibuat auditor melakukan pengauditan,
mengembangkan hasil temuan audit dan membandingkan antara kinerja yang dicapai
dengan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil temuan kemudian dilaporkan
kepada pihak-pihak yang membutuhkan yang disertai dengan rekomendasi yang
diusulkan oleh auditor. Pada akhirnya, rekomendasirekomendasi yang diusulkan oleh
auditor akan ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berwenang.
E. Peran dan Fungsi Standar Pemeriksaan Keuangan (SKPN)
Sesuai dengan Peraturan BPK-RI Nomor 1 tahun 27 bahwa SPKN adalah
patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan
negara. SPKN dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Pemeriksaan selanjutnya
disebut PSP. SPKN ini berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilakukan terhadap
entitas, program, kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. SPKN ini berlaku bagi Pemeriksa Keuangan dan Akuntan
Publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara, untuk dan atas nama Badan Pemeriksa Keuangan.
Publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara, untuk dan atas nama Badan Pemeriksa Keuangan.
Sesuai dengan UU Nommor 15 tahun 2004 standar pemeriksaan SPKN memiliki
sebagai dasar untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas dan keandalan
informasi mengenai pengelolaan tangung jawan keuangan negara. Adapun peran
SKPN adalah memberikan patokan atau arahan per tahapan pemeriksaan pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara bagi pemeriksa. Dalam penerepannya, SKPN
berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap entitas, progra,
kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksaan pengelolaan dan
tanggungjawab keuangan Negara.
F. Isu dan Tantangan Dalam Audit di Pemerintahan Indonesia
Auditor sektor publik memeriksa dan menilai tingkat ekonois, efisiensi, serta
efektivitas dari semua entitas, program, kegiatan serta fungsi yang dilakukan
pemerintah. Sehingga perlu dibuat suatu sosialisasi yang dapat membuat pihak
memahami makna SPKN sehingga memahami apa yang akan dilaksanakan.
Akademisi/pemerhati/profesi, yang bertujuan untuk mendapat masukan dalam
pengembangan dengan kondisi terkini. Dengan sinergisitas hasil sosialisasi karena
pihak tersebut secara baik maka kualitas pemeriksaan BPK RI yang bernilai tamnah
bagi pihak yang diperiksa dapat terwujud.
G. Memahami Fungsi BPK, BPKP, dan Inspektorat di Pemerintahan Indonesia
Dalam UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara menjelaskan jika ada 3 macam pemeriksaan yang
dijalankan oleh BPK antara lain :
1. Pemeriksaan Keuangan, dalam pasal 16 UU Nomor 15 tahun 2004 menjelaskan
bila laporan keuangan pemerintah memuat opini.
2. Pemeriksaan Kinerja, tujuannya yaitu untu mengidentifikasi sesuatu yang harus
menjadi perhatian dalam lembaga perwakilan. Dalam pasal 16 UU Nomor 15
tahun 2004 menjelaskan bila laporan hasil pemeriksaan atas kinerja berisi temuan,
kesimpulan, dan rekomendasi.
3. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu, mempunyai tujuan tertentu yang tidak
termasuk pada pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja.
Adapun kedudukan BPK hingga nilai dasar yang menjadi acuan bagi BPK untuk
bekerja:
a. Kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan
BPK merupakan lembaga tinggi negara yang berwenang untuk mengawasi
semua kekayaan negara yang mencakup pemerintah pusat, pemerintah daerah,
BUMN, BUMD dan lembaga lainnya. BPK berkedudukan di Jakarta dan
memiliki perwakilan di provinsi.
b. Tugas dan wewenang Badan Pemeriksa Keuangan
Memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara. Hasil pemeriksaan yang
dilakukan oleh BPK diserahkan kepada DPR, DPD dan DPRD sesuai dengan
kewenangannya. BPK sendiri juga memeriksa semua pelaksaan APBN.
c. Keanggotaan Badan Pemeriksa Keuangan
Anggota BPK sendiri dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan
DPD dan diresmikan oleh presiden. Pimpinan BPK dipilih dari dan oleh anggota.
d. Visi BPK
Terwujudnya BPK RI sebagai lembaga pemeriksa yang bebas dan mandiri,
profesional, efektif, efisien dan modern dalam sistem pengelolaan keuangan
negara yang ada dalam setiap kegiatannya
1) Memiliki pengendalian intern yang kuat
2) Memiliki aparat pemeriksa intern yang kuat dan
3) Hanya diperiksa oleh satu aparat pemeriksa eksternal.
e. Misi BPK
Mewujudkan diri menjadi audotor ekstenal keuangan negara yang bebas dan
mandiri, profesional, efektif, efisien dan modern sesuai dengan praktik
intenasional terbaik.
f. Nilai-nilai dasar BPK
a. Independensi
BPK RI lembaga negara yang independen dibidang organisasi,legilasi
dan anggaran serta bebas dari pengaruh lembaga negara lainnya.
b. Integritas
BPK RI menjunjung tinggi integritas dengan mewajibkan setiap
pemeriksa dalam melaksanakan tugasnya, menjungjung tinggi kode etik
pemeriksa dan standar perilaku profesional.
c. Profesionalisme
BPK RI melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesionalisme
pemeriksaan keuangan negara, kode etik dan nilai-nilai kelembagaan
organisasi.
Untuk tugas pelaksanaan dan fungsi BPKP ditetapkan berdasarkan keputusan
Presiden nomor 103 Tahun 2001 tentang kedudukan, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja LPND sebagaimana telah diubah dengan keputusan
Presiden Nomor 3 Tahun 2002 dan terakhir PP nomor 64 Tahun 2005 tentang
perubahan Keenam atas keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001. Adapun Tugas
BPKP yaitu :
1. Mempersiapkan perumusan kebijakan pengawasan keuangan dan pengawasan
pembangunan.
2. Menyelenggarakan pengawasan umum atas penguasaan dan pengurusan
keuangan.
3. Menyelenggarakan pengawasan pembangunan.
fungsi BPKP adalah sebagai berikut :
1) Penyiapan rencana dan program kerja pengawasan
2) Pengawasan terhadap pengelolan anggaran pendapatan dan belanja negara
dan pengurusan barang milik/kekayaan negara.
3) Pengawasan terhadap pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah
dan pengurusan barang milik/kekayaan pemerintah daerah atas permintaan
daerah.
4) Pengawasan terhadap penyelenggaraan tugas pemerintahan yang bersifat
strategis dan/lintas departemen/ lembaga/wilayah.
5) Pemberian asistensi penyusunan laporan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah pusat dan daerah.
Badan pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) memiliki kegiatan-kegiatan
yang meliputi berikut ini:
1. Audit BPKP melakukan audit atas:
a) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
b) Laporan keuangan dan kinerja BUMN/D/badan usaha lainnya
c) Pemanfaatan pinjaman dan hibah luar negeri
d) Kredit usaha tani (KUT) dan kredit ketahanan pangan (KKP)
e) Peningkatan penerimaan negara, termasuk penerimaan negara bukan pajak
(PNBP), dll.
2. Konsultasi, Asistensi, dan Evaluasi BPKIP berperan sebagai konsultan bagi
para stakeholder menuju tata pemerintahan yang baik (good governance),
yang mencakup:
a) Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP)
b) Sistem akuntansi keuangan daerah (SAKD)
c) Good corporate governance (GCG) pada badan usaha milik negara/badan
usaha milik daerah.
3. Pemberantasan KKN dalam rangka penegakan hukum dan pemberantasan
KKN
BPKP telah mengikat kerja sama dengan Kejaksaan Agung dan Kepolisian
Republik Indonesia yang dituangkan dalam bentuk Surat Keputusan Bersama.
BPKP juga mengikat kerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi. BPKP
tergabung dalam tim pemberantasan tindak pidana korupsi (timtas tipikor)
bersama-sama dengan kejaksaan dan kepolisian (yang telah selesai masa
tugasnya).
4. Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan
a) Dibidang pendidikan dan pelatihan pengawasan, BPKP menjadi instansi
pembina untuk mengembangkan Jabatan Fungsional Auditor (JFA) di
lingkungan instansi pemerintah.
b) Setiap auditor pemerintah harus memiliki sertifikat sebagai Pejabat
Fungsional Auditor.
c) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan (Pusdiklatwas) BPKP
berperan menyelenggarakan Pendidikan dan pelatihan sertifikasi kepada
seluruh auditor pemerintah.
Sementara itu Departemen Keuangan hanya memiliki satu aparat pengawasan
fungsional yaitu Inspektorat Jenderal. Inspektorat Jenderal adalah unsur pengawasan
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada menteri. Susunan organisasi
Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan disempurnakan kembali menjadi sebagai
berikut :
1. Sekretariat Inspektorat Jenderal
2. Inspektur Kepegawaian
3. Inspektur Keuangan
4. Inspektur Perlengkapan
5. Inspektur Anggaran
6. Inspektur Pajak
7. Inspektur Bea dan Cukai
8. Inspektur Umum
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud sebelumnya, Inspektorat
Jenderal menyelenggarakan fungsi, antara lain:
1. Penyiapan perumusan kebijakan departemen di bidang pengawasan.
2. Pelaksanaan pengawasan kinerja, pengawasan keuangan, pengawasan untuk
tujuan tertentu, dan partisipasi dalam pemberantasan tindak pidana korupsi dan
kejahatan keuangan atas petunjuk Menteri.
3. Penyusunan laporan hasil pengawasan.
4. Pelaksanaan urusan administrasi dan dukungan teknis Inspektorat Jenderal.
Fungsi-fungsi tersebut dirumuskan sesuai dengan peran Inspektorat Jenderal
sebagai pengawas internal pemerintah.
Secara umum, pengawasan internal diperlukan untuk menilai faktor ekonomis,
efisiensi, dan efektivitas suatu manajemen; menguji kebenaran laporan keuangan dan
laporan pengelolaan; dan menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Dengan dilakukannya penilaian dan pengujian tersebut, sehingga
pengawasan internal dapat memberikan manfaat, antara lain :
1. Memberikan rekomendasi perbaikan bagi manajemen yang diaudit.
2. Memberikan konsultasi secara independen dan objektif kepada pihak yang
diaudit untuk memperbaiki manajemen, pengendalian, dan pengelolaan risiko.
3. Meminimalkan risiko dalam kebijakan, prosedur, dan operasional yang telah
ditetapkan untuk memastikan tercapainya tujuan.

Anda mungkin juga menyukai