A. Seluk Beluk Pengauditan di Pemerintahan Indonesia
Secara teknis profesional, pemeriksaan APBN/APBD dijalankan oleh institusi saja yang mempunyai kewenangan dan keahlian dalam melaksanakan audit. Secara operasional, pengawasan dan pemeriksaan sulit dipisahkan. Untuk fungsi pengawasan oleh pimpinan seperti pemeriksaan yang menyertai dengan pengawasan. Pemeriksaan keuangan secara internal pada lembaga tertentu berfungsi dalam menjalankan pemeriksaan sebagai bentuk fungsi pengawasan dari pimpinan. Sedangkan pelaksanaan pemeriksaan keuangan secara eksternal dijalankan oleh BPK yang melaksanakan amanat konstitusi dalam pemeriksaan pertanggung jawaban keuangan pemerintah pada DPR/DPRD dan masyarakat. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh lembaga yang mempunyai otoritas profesional seperti BPK dan KAP. B. Jenis–Jenis Audit Sektor Publik 1. Audit Keuangan Merupakan audit yang menjamin bahwa sistem akuntansi dan pengendalian keuangan berjalan secara efisien dan tepat serta transaksi keuangan diotorisi serta dicatat secara benar. Audit keuangan dibagi menjadi dua yaitu audit laporan keuangan dan audit yang berkaitan dengan keuangan. Sedangkan, audit atas hal yang berkaitan dengan keuangan mencakup berikut ini. a) Penentuan apakah infromasi keuangan telah disajikan sesuai criteria yang telah diterapkan. b) Pengendalian internal mengenai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dugaan kecurangan. c) Sistem pengendalian atau pengawasan internal atas penyusunan laporan keuangan maupun terhadap pengamanan kekayaan, dan apakah sistem pengendalian yang dirancang dan dilaksanakan telah sesuai dengan tujuan pengendalian. 2. Audit Kinerja Performance audit atau value for money audit merupakan jenis audit baru dalam organisasi sektor publik. Audit kinerja merupakan perluasan dari audit keuangan, dalam hal tujuan dan prosedurnya. Audit kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas audit atas aspek ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisasi input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif. Konsep kedua yaitu efisiensi, yang berarti pencapai output yang maksimal dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. 3. Audit Investigasi Audit investigasi adalah kegiatan pemeriksaan dengan lingkup tertentu, periodenya tidak dibatasi, lebih spesifik pada area-area pertanggungjawaban yang diduga mengandung infesiensi atau indikasi penyalahgunaan wewenang, dengan hasil audit berupa rekomendasi untuk ditindaklanjuti bergantung pada derajat penyimpangan-penyimpangan wewenang yang ditemukan . Program audit untuk Audit investigasi umumnya sulit ditetapkan terlebih dahulu atau dibakukan Adanya permintaan dari DPR untuk melakukan audit.
C. Pendekatan–Pendekatan Dalam Audit Sektor Publik
1. Vouching seperti menjaminkan atau membuktikan semua transaksi yang terjadi setelah menelaah dokumen atau bukti yang ada. 2. Audit neraca seperti memverifikasi semua aset dan kewajiban di neraca. 3. Audit sistem yaitu auditor menguji sistem akuntansi dan sistem pengendalian internal untuk memantau apakah ada dasar yang andal untuk sistem yang akan digunakan. D. Proses Audit Dalam Sektor Publik Berdasarkan hasil analisis terhadap kelemahan dan kekuatan sistem pengendalian dan pemahaman mengenai keluasan , validitas, dan realibilitas informasi kinerja yang dihasilkan oleh entitas atau organisasi, auditor kemudian menetapkan kriteria audit dan mengembangkan ukuranukuran kinerja yang tepat. Berdasarkan rencana kerja yang telah dibuat auditor melakukan pengauditan, mengembangkan hasil temuan audit dan membandingkan antara kinerja yang dicapai dengan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil temuan kemudian dilaporkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan yang disertai dengan rekomendasi yang diusulkan oleh auditor. Pada akhirnya, rekomendasirekomendasi yang diusulkan oleh auditor akan ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berwenang. E. Peran dan Fungsi Standar Pemeriksaan Keuangan (SKPN) Sesuai dengan Peraturan BPK-RI Nomor 1 tahun 27 bahwa SPKN adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara. SPKN dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Pemeriksaan selanjutnya disebut PSP. SPKN ini berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilakukan terhadap entitas, program, kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan. SPKN ini berlaku bagi Pemeriksa Keuangan dan Akuntan Publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, untuk dan atas nama Badan Pemeriksa Keuangan. Publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, untuk dan atas nama Badan Pemeriksa Keuangan. Sesuai dengan UU Nommor 15 tahun 2004 standar pemeriksaan SPKN memiliki sebagai dasar untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas dan keandalan informasi mengenai pengelolaan tangung jawan keuangan negara. Adapun peran SKPN adalah memberikan patokan atau arahan per tahapan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara bagi pemeriksa. Dalam penerepannya, SKPN berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap entitas, progra, kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan Negara. F. Isu dan Tantangan Dalam Audit di Pemerintahan Indonesia Auditor sektor publik memeriksa dan menilai tingkat ekonois, efisiensi, serta efektivitas dari semua entitas, program, kegiatan serta fungsi yang dilakukan pemerintah. Sehingga perlu dibuat suatu sosialisasi yang dapat membuat pihak memahami makna SPKN sehingga memahami apa yang akan dilaksanakan. Akademisi/pemerhati/profesi, yang bertujuan untuk mendapat masukan dalam pengembangan dengan kondisi terkini. Dengan sinergisitas hasil sosialisasi karena pihak tersebut secara baik maka kualitas pemeriksaan BPK RI yang bernilai tamnah bagi pihak yang diperiksa dapat terwujud. G. Memahami Fungsi BPK, BPKP, dan Inspektorat di Pemerintahan Indonesia Dalam UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara menjelaskan jika ada 3 macam pemeriksaan yang dijalankan oleh BPK antara lain : 1. Pemeriksaan Keuangan, dalam pasal 16 UU Nomor 15 tahun 2004 menjelaskan bila laporan keuangan pemerintah memuat opini. 2. Pemeriksaan Kinerja, tujuannya yaitu untu mengidentifikasi sesuatu yang harus menjadi perhatian dalam lembaga perwakilan. Dalam pasal 16 UU Nomor 15 tahun 2004 menjelaskan bila laporan hasil pemeriksaan atas kinerja berisi temuan, kesimpulan, dan rekomendasi. 3. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu, mempunyai tujuan tertentu yang tidak termasuk pada pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Adapun kedudukan BPK hingga nilai dasar yang menjadi acuan bagi BPK untuk bekerja: a. Kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan BPK merupakan lembaga tinggi negara yang berwenang untuk mengawasi semua kekayaan negara yang mencakup pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD dan lembaga lainnya. BPK berkedudukan di Jakarta dan memiliki perwakilan di provinsi. b. Tugas dan wewenang Badan Pemeriksa Keuangan Memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara. Hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK diserahkan kepada DPR, DPD dan DPRD sesuai dengan kewenangannya. BPK sendiri juga memeriksa semua pelaksaan APBN. c. Keanggotaan Badan Pemeriksa Keuangan Anggota BPK sendiri dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan oleh presiden. Pimpinan BPK dipilih dari dan oleh anggota. d. Visi BPK Terwujudnya BPK RI sebagai lembaga pemeriksa yang bebas dan mandiri, profesional, efektif, efisien dan modern dalam sistem pengelolaan keuangan negara yang ada dalam setiap kegiatannya 1) Memiliki pengendalian intern yang kuat 2) Memiliki aparat pemeriksa intern yang kuat dan 3) Hanya diperiksa oleh satu aparat pemeriksa eksternal. e. Misi BPK Mewujudkan diri menjadi audotor ekstenal keuangan negara yang bebas dan mandiri, profesional, efektif, efisien dan modern sesuai dengan praktik intenasional terbaik. f. Nilai-nilai dasar BPK a. Independensi BPK RI lembaga negara yang independen dibidang organisasi,legilasi dan anggaran serta bebas dari pengaruh lembaga negara lainnya. b. Integritas BPK RI menjunjung tinggi integritas dengan mewajibkan setiap pemeriksa dalam melaksanakan tugasnya, menjungjung tinggi kode etik pemeriksa dan standar perilaku profesional. c. Profesionalisme BPK RI melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesionalisme pemeriksaan keuangan negara, kode etik dan nilai-nilai kelembagaan organisasi. Untuk tugas pelaksanaan dan fungsi BPKP ditetapkan berdasarkan keputusan Presiden nomor 103 Tahun 2001 tentang kedudukan, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja LPND sebagaimana telah diubah dengan keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2002 dan terakhir PP nomor 64 Tahun 2005 tentang perubahan Keenam atas keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001. Adapun Tugas BPKP yaitu : 1. Mempersiapkan perumusan kebijakan pengawasan keuangan dan pengawasan pembangunan. 2. Menyelenggarakan pengawasan umum atas penguasaan dan pengurusan keuangan. 3. Menyelenggarakan pengawasan pembangunan. fungsi BPKP adalah sebagai berikut : 1) Penyiapan rencana dan program kerja pengawasan 2) Pengawasan terhadap pengelolan anggaran pendapatan dan belanja negara dan pengurusan barang milik/kekayaan negara. 3) Pengawasan terhadap pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah dan pengurusan barang milik/kekayaan pemerintah daerah atas permintaan daerah. 4) Pengawasan terhadap penyelenggaraan tugas pemerintahan yang bersifat strategis dan/lintas departemen/ lembaga/wilayah. 5) Pemberian asistensi penyusunan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pusat dan daerah. Badan pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) memiliki kegiatan-kegiatan yang meliputi berikut ini: 1. Audit BPKP melakukan audit atas: a) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) b) Laporan keuangan dan kinerja BUMN/D/badan usaha lainnya c) Pemanfaatan pinjaman dan hibah luar negeri d) Kredit usaha tani (KUT) dan kredit ketahanan pangan (KKP) e) Peningkatan penerimaan negara, termasuk penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dll. 2. Konsultasi, Asistensi, dan Evaluasi BPKIP berperan sebagai konsultan bagi para stakeholder menuju tata pemerintahan yang baik (good governance), yang mencakup: a) Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP) b) Sistem akuntansi keuangan daerah (SAKD) c) Good corporate governance (GCG) pada badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah. 3. Pemberantasan KKN dalam rangka penegakan hukum dan pemberantasan KKN BPKP telah mengikat kerja sama dengan Kejaksaan Agung dan Kepolisian Republik Indonesia yang dituangkan dalam bentuk Surat Keputusan Bersama. BPKP juga mengikat kerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi. BPKP tergabung dalam tim pemberantasan tindak pidana korupsi (timtas tipikor) bersama-sama dengan kejaksaan dan kepolisian (yang telah selesai masa tugasnya). 4. Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan a) Dibidang pendidikan dan pelatihan pengawasan, BPKP menjadi instansi pembina untuk mengembangkan Jabatan Fungsional Auditor (JFA) di lingkungan instansi pemerintah. b) Setiap auditor pemerintah harus memiliki sertifikat sebagai Pejabat Fungsional Auditor. c) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan (Pusdiklatwas) BPKP berperan menyelenggarakan Pendidikan dan pelatihan sertifikasi kepada seluruh auditor pemerintah. Sementara itu Departemen Keuangan hanya memiliki satu aparat pengawasan fungsional yaitu Inspektorat Jenderal. Inspektorat Jenderal adalah unsur pengawasan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada menteri. Susunan organisasi Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan disempurnakan kembali menjadi sebagai berikut : 1. Sekretariat Inspektorat Jenderal 2. Inspektur Kepegawaian 3. Inspektur Keuangan 4. Inspektur Perlengkapan 5. Inspektur Anggaran 6. Inspektur Pajak 7. Inspektur Bea dan Cukai 8. Inspektur Umum Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud sebelumnya, Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi, antara lain: 1. Penyiapan perumusan kebijakan departemen di bidang pengawasan. 2. Pelaksanaan pengawasan kinerja, pengawasan keuangan, pengawasan untuk tujuan tertentu, dan partisipasi dalam pemberantasan tindak pidana korupsi dan kejahatan keuangan atas petunjuk Menteri. 3. Penyusunan laporan hasil pengawasan. 4. Pelaksanaan urusan administrasi dan dukungan teknis Inspektorat Jenderal. Fungsi-fungsi tersebut dirumuskan sesuai dengan peran Inspektorat Jenderal sebagai pengawas internal pemerintah. Secara umum, pengawasan internal diperlukan untuk menilai faktor ekonomis, efisiensi, dan efektivitas suatu manajemen; menguji kebenaran laporan keuangan dan laporan pengelolaan; dan menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan dilakukannya penilaian dan pengujian tersebut, sehingga pengawasan internal dapat memberikan manfaat, antara lain : 1. Memberikan rekomendasi perbaikan bagi manajemen yang diaudit. 2. Memberikan konsultasi secara independen dan objektif kepada pihak yang diaudit untuk memperbaiki manajemen, pengendalian, dan pengelolaan risiko. 3. Meminimalkan risiko dalam kebijakan, prosedur, dan operasional yang telah ditetapkan untuk memastikan tercapainya tujuan.
Pendekatan sederhana untuk investasi ekuitas: Panduan pengantar investasi ekuitas untuk memahami apa itu investasi ekuitas, bagaimana cara kerjanya, dan apa strategi utamanya
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro
Pendekatan sederhana untuk investasi pasif: Panduan Pengantar Prinsip-prinsip Teoretis dan Operasional Investasi Pasif untuk Membangun Portofolio Malas yang Berkinerja dari Waktu ke Waktu
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional