Anda di halaman 1dari 33

BAB I

AUDIT,PERTANGGUNGJAWABAN PEMERINTAH DAN


AUDIT SEKTOR PUBLIK

Pengertian audit Sektor Publik

Menurut pendapat saya, audit sektor publik adalah audit yang dilakukan terhadap
pemerintah baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat serta BUMN, dan BUMD
lainnya yang seluruh sumber pembiayaannya berasal dari pajak masyarakat. Audit
sektor publik ini dilakukan untuk memeriksa kebenaran pelaporan yang dibuat dengan
kondisi real yang terjadi apakah instansi pemerintah telah melaksanakan tugasnya
secara bertanggung jawab dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Pengertian audit sektor publik menurut Indra Bastian adalah sebagai berikut:
“Audit sektor publik adalah jasa penyelidikan bagi masyarakat atas organisasi publik dan
politikus yang sudah mereka danai.”Sedangkan pengertian audit sektor publik menurut I Gusti
Agung Rai adalah sebagai berikut:

“Audit sektor publik adalah kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang menyediakan
pelayanan dan penyediaan barang yang pembiayaannya berasal dari penerimaan pajak dan
penerimaan negara lainnya dengan tujuan untuk membandingkan antara kondisi yang
ditemukan dengan kriteria yang ditetapkan.”

Audit sektor publik di Indonesia dikenal sebagai audit keuangan negara. Audit keuangan
negara ini diatur dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung jawab Keuangan Negara. Undang-undang ini merupakan pengganti ketentuan
warisan Belanda, yaitu Indische Comptabiliteitswet (ICW) dan Instructie en verdere
bepalingen voor de Algemene Rekenkamer (IAR), yang mengatur prosedur audit atas
akuntabilitas pengelolaan keuangan oleh pemerintah.

Audit sektor publik dimaksudkan untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa laporan
keuangan yang diperiksa telah mematuhi prinsip akuntansi berterima umum, peraturan
perundang-undangan dan pengendalian intern serta kegiatan operasi entitas sektor publik
dilaksanakan secara efisien, ekonomis, dan efektif. Dalam kekerbatasan yang ada, audit tetap
perlu dilakukan agar tercipta akuntabilitas publik yang lebih transparan dan akuntabel.

Karakteristik Audit sektor Publik

Karakteristik manajemen sektor publik yang berkaitan erat dengan kebijakan dan pertimbangan
politik serta ketentuan peraturan perundang-undangan, auditor sektor publik harus memberikan
perhatian yang memadai pada hal-hal tersebut. Perbedaan antara audit sektor privat dan audit sektor
publik adalah sebagai berikut:

Perbedaan Antara Audit Sektor Privat dan Audit Sektor Publik di Indonesia

Uraian Audit Sektor Privat Audit Sektor Publik


Pelaksanaan audit Kantor Akuntan Publik Lembaga audit pemerintah dan juga
(KAP) KAP yang ditunjuk oleh lembaga audit
pemerintah
Objek Audit Perusahaan/ entitas swasta Entitas, program, kegiatan, dan fungsi
yang berkaitan dengan pelaksanaan
pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
Standar audit yang Standar Profesional Akuntan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
digunakan Publik (SPAP) yang (SPKN) yang dikeluarkan oleh BPK
dikeluarkan oleh IAI
Kepatuhan terhadap Tidak terlalu dominan dalam Merupakan faktor dominan karena
peraturan perundang- audit kegiatan di sektor publik sangat
undangan dipengaruhi oleh peraturan dan
perundang-undangan

Jenis-jenis Audit Sektor Publik

Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2004 dan SPKN, terdapat tiga jenis audit keuangan negara,
yaitu:

a) Audit keuangan, merupakan audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan
keyakinan yang memadai (reasonable assurance), apakah laporan keuangan telah disajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.

b) Audit kinerja, meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, pada dasarnya merupakan perluasan
dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada
tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi
yang diaudit. Perbandingan antara audit kinerja dengan audit keuangan adalah sebagai berikut:

Perbandingan Audit Keuangan dengan Audit Kinerja


Audit Keuangan Audit Kinerja
Objek audit: laporan keuangan Objek audit: organisasi, program, aktivitas/
kegiatan, atau fungsi
Menguji kewajaran laporan keuangan dari Menguji tingkat ekonomi, efisiensi, dan
salah saji yang material dan kesesuaiannya efektivitas dalam penggunaan sumber daya
dengan prinsip akuntansi yang diterima untuk mencapai tujuan
umum
Lebih bersifat kuantitatif – keuangan Lebih bersifat kualitatif
Tidak terlalu analitis Sangat analitis
Tidak menggunakan indikator kinerja, Membutuhkan indikator, standar, dan target
standar, dan target kinerja kinerja untuk mengukur kinerja
Biasanya tidak mempertimbangkan Biasanya mempertimbangkan analisis biaya-
analisis biaya manfaat manfaat (cost-benefit analysis)
Waktu pelaksanaan audit tertentu Audit bisa dilakukan sewaktu-waktu
(biasanya pada akhir periode akuntansi)
Audit dilakukan untuk peristiwa keuangan Mempertimbangkan kinerja masa lalu,
masa lalu (post event) sekarang, dan yang akan datang
Tidak dimaksudkan untuk membantu Dimaksudkan untuk memperbaiki alokasi
melakukan alokasi sumber daya secara sumber daya secara optimal dan memperbaiki
optimal kinerja
Tidak terdapat rekomendasi audit dan Terdapat rekomendasi audit dan follow-up audit
follow-up audit

c) Audit dengan tujuan tertentu, merupakan audit khusus di luar audit keuangan dan audit kinerja
yang bertujuan untuk memberikan simpulan atas hal yang diaudit. Audit dengan tujuan tertentu dapat
bersifat eksaminasi (examination), reviu (review), atau prosedur yang disepakati (agrees-upon
procedures). Audit dengan tujuan tertentu mencakup audit atas hal-hal lain di bidang keuangan, audit
investigatif, dan audit atas sistem pengendalian internal.

Pengertian audit kinerja menurut Mardiasmo adalah sebagai berikut:

“Suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, agar dapat
melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisien operasi, efektivitas dalam
pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan hukum yang
berlaku, menentukan kesesuaian antar kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna
laporan tersebut.”

Pengertian audit kinerja menurut Indra Bastian adalah sebagai berikut:


“Pemeriksaan secara objektif dan sistematik terhadap berbagai macam bukti untuk dapat
melakukan penilaian secara independen atas kinerja entitas atau program/ kegiatan pemerintah
yang diaudit.”
Sedangkan dalam Pasal 4 ayat (3) UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pengertian audit kinerja adalah audit atas pengelolaan
keuangan negara yang terdiri atas audit aspek ekonomi dan efisiensi serta audit aspek
efektivitas.

Menurut pendapat saya audit kinerja adalah suatu proses pemeriksaan terhadap pemerintah
untuk mengetahui ketepatan pelaksanaan kegiatan pemerintah dilakukan sesuai standar atau
tidak sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah terhadap masyarakat.

Karakteristik Audit Kinerja

Karakteristik audit kinerja adalah sesuatu yang hanya dimiliki oleh audit kinerja, yang
membedakan audit kinerja dengan jenis audit lainnya. Menurut Profesor Soemardjo
Tjitrosidojo (1980) yang dikutip oleh I Gusti Agung Rai terdapat beberapa karakteristik dari
audit kinerja, adalah sebagai berikut:

a. Pemeriksaan operasional, dengan menggunakan perbandingan dengan cara pemeriksaan oleh


dokter, haruslah merupakan pemeriksaan semacam “medical check up” (penelitian kesehatan),
dan bukan merupakan pemeriksaan semacam “otopsi post mortem” (pemeriksaan mayat); jadi,
pemeriksaan seharusnya dimaksudkan agar si pasien memperoleh petunjuk agar ia selanjutnya
dapat hidup lebih sehat dan bukan sebagai pemeriksaan untuk menganalisis sebab-sebab
kematian.
b. Pemeriksa haruslah wajar (fair), objektif, dan realistis selain itu berfikir secara dinamis,
konstruktif, dan kreatif. Pemeriksa pun harus dapat bertindak secara diplomatis.
c. Pemeriksa (atau setidaknya tim pemeriksa secara kolektif) harus mempunyai pengetahuan
keterampilan dari berbagai macam bidang, seperti ekonomi, hukum, moneter, statistik,
komputer, keinsinyuran, dan sebagainya.
d. Agar pemeriksaan dapat berhasil dengan baik, pemeriksa harus dapat berpikir dengan
menggunakan sudut pandang pejabat pimpinan organisasi yang diperiksanya selain itu
pemeriksa harus benar-benar mengetahui persoalan yang dihadapinya, ia harus dapat
mengantisipasi masalah serta cara penyelesaiannya, dan memberikan gambaran tentang
perbaikan-perbaikan yang dapat diterapkan dalam organisasi yang diperiksanya.
e. Pemeriksaan operasional harus dapat berfungsi sebagai suatu “early warning system” (sistem
peringatan dini) agar pimpinan secara tepat pada waktunya, setidak-tidaknya belum terlambat
dapat mengadakan tindakan-tindakan korektif yang mengarah pada perbaikan organisasinya.”

Karakteristik di atas sangat relevan dengan konsep audit kinerja sebagai audit for management,
bukan audit to management. Dalam audit for management auditor harus memberikan
rekomendasi perbaikan bagi manajemen sebagai upaya peningkatan akuntabilitas dan kinerja
entitas yang diaudit.
Jenis-jenis Audit Kinerja

Penekanan kegiatan audit pada ekonomi, efisiensi, dan efektivitas suatu organisasi memberikan ciri
khusus yang membedakan audit kinerja dengan audit jenis lainnya. Gambar 3.1 menjelaskan
karakteristik audit kinerja yang merupakan gabungan antara audit manajemen dan audit program.

Menurut Mardiasmo audit kinerja meliputi dua jenis, yaitu:


“1. Audit Ekonomi dan Efisiensi
2. Audit Efektivitas.”
Lebih lanjut jenis-jenis audit kinerja tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Audit Ekonomi dan Efisiensi

Ekonomi mempunyai arti biaya terendah, sedangkan efisiensi mengacu pada rasio terbaik
antara output dengan biaya (input). Karena output dan biaya diukur dalam unit yang berbeda
maka efisiensi dapat terwujud ketika dengan sumber daya yang ada dapat dicapai output yang
maksimal atau ouput tertentu dapat dicapai dengan sumber daya yang sekecil-kecilnya. Audit
ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk menentukan:

• Apakah suatu entitas telah memperoleh, melindungi, dan menggunakan sumber dayanya
(seperti karyawan, gedung, ruang, dan peralatan kantor) secara ekonomis dan efisien.
• Penyebab timbulnya inefisiensi atau pemborosan yang terjadi, termasuk ketidakcukupan
sistem informasi manajemen, prosedur administratif, atau struktur organisasi.
• Apakah suatu entitas telah mematuhi peraturan yang terkait dengan pelaksanaan praktek
ekonomi dan efisien.

Untuk dapat mengetahui apakah organisasi telah menghasilkan output yang optimal dengan
sumber daya yang dimilikinya, auditor dapat membandingkan output yang telah dicapai pada
periode bersangkutan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, kinerja tahun-tahun
sebelumnya, dan unit lain pada organisasi yang sama atau pada organisasi yang berbeda.

2. Audit Efektivitas/Program

Efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan. Audit efektivitas (audit program) bertujuan untuk:

• Tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan.


• Kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
• Apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain yang memberikan hasil
yang sama dengan biaya yang paling rendah.
• Apakah suatu entitas telah mematuhi peraturan yang terkait dengan pelaksanaan program.
Standar Audit Kinerja Sektor Publik
Dalam melaksanakan suatu audit, diperlukan standar yang akan digunakan untuk menilai mutu
pekerjaan audit yang dilakukan. Standar tersebut memuat persyaratan minimum yang harus
dipenuhi oleh seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya. Di Indonesia standar audit pada
sektor publik adalah Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang dikeluarkan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Standar-standar yang menjadi pedoman dalam audit
kinerja menurut SPKN adalah sebagai berikut:

1. Standar Umum
a. Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk
melaksanakan tugas pemeriksaannya.
b. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa
dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi,
ekstern, organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya.
c. Dalam melaksanakan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan,
pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan saksama.
d. Setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar
Pemeriksaan harus memiliki sistem pengendalian mutu yang memadai dan sistem
pengendalian mutu tersebut harus di review oleh pihak lain yang kompeten
(pengendalian mutu eksternal).

2.Standar Pelaksanaan Audit Kinerja

a. Pekerjaan harus direncanakan secara memadai.


b. Staf harus disupervisi dengan baik.
c. Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang
memadai bagi temuan dan rekomendasi pemeriksa.
d. Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan dalam bentuk
kertas kerja pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk
memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman, tetapi tidak mempunyai hubungan
dengan pemeriksaan tersebut, dapat memastikan bahwa dokumen pemeriksaan tersebut
dapat menjadi bukti yang mendukung temuan, simpulan, dan rekomendasi pemeriksa.

3.Standar Pelaporan Audit Kinerja

a. Pemeriksa harus membuat laporan hasil pemeriksaan untuk mengkomunikasikan setiap


hasil pemeriksaan.
b. Laporan hasil pemeriksaan harus mencakup: 1) penyataan bahwa pemeriksaan dilakukan
sesuai dengan standar pemeriksaan; 2) tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan; 3)
hasil pemeriksaan berupa temuan audit, simpulan, dan rekomendasi; 4) tanggapan pejabat
yang bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan; 5) pelaporan informasi rahasia apabila
ada.
c. Laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu, lengkap, akurat, objektif, meyakinkan, serta
jelas dan seringkas mungkin.
d. Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang diaudit,
pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang diaudit, pihak yang
bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak
lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tahap-tahap Audit Kinerja

1. Tahap Perencanaan atau Survei Pendahuluan

Tujuan utama survei pendahuluan adalah untuk memperoleh informasi yang bersifat umum
mengenai semua bidang dan aspek dari entitas yang diaudit serta kegiatan dan kebijakan
entitas, dalam waktu yang relatif singkat. Hasil survei pendahuluan berguna untuk
memberikan pertimbangan mengenai perlu atau tidaknya audit dilanjutkan ke tahap pengujian
terinci. Kegiatan survei pendahuluan meliputi:

a. Memahami entitas yang diaudit


i. Pemahaman yang objektif dan komprehensif atas entitas yang akan
diaudit sangat penting untuk mempertajam tujuan audit serta
mengidentifikasikan isu-isu kritis dan penting sehingga audit dapat
dilaksanakan secara lebih ekonomis, efisien, dan efektif.
b. Mengidentifikasi area kunci
i. Area kunci (key area) adalah area, bidang, atau kegiatan yang
merupakan fokus audit dalam entitas. Pemilihan area kunci harus
dilakukan mengingat luasnya bidang, program, dan kegiatan pada
entitas yang diaudit sehingga tidak mungkin melakukan audit di seluruh
area entitas.
c. Menentukan tujuan dan lingkup audit
i. Tujuan audit (audit objective) berkaitan dengan alasan dilaksanakannya
suatu audit. Sedangkan lingkup audit (audit scope) merupakan batasan
dari suatu audit.
d. Menetapkan kriteria audit
i. Kriteria audit adalah standar, ukuran, harapan, dan praktek terbaik yang
seharusnya dilakukan atau dihasilkan oleh entitas yang diaudit. Auditor
dapat menggunakan dua pendekatan untuk menetapkan kriteria, yaitu
kriteria proses dan kriteria hasil.
e. Mengidentifikasi jenis dan sumber bukti audit
i. Pada tahap survei pendahuluan, bukti yang diutamakan adalah bukti
yang relevan. Pada tahap ini, syarat kecukupan dan kompetensi bukti
tidak terlalu dipentingkan. Jenis bukti audit dapat berupa bukti fisik,
bukti dokumenter, bukti kesaksian, dan bukti analitis. Sumber bukti
audit dapat berasal dari internal entitas, eksternal, maupun sumber-
sumber lain.
f. Menyusun laporan survei pendahuluan
i. Laporan survei pendahuluan adalah laporan yang diterbitkan
mendahului atau sebelum laporan audit akhir diterbitkan. Laporan ini
memuat identifikasi kelemahan-kelemahan organisasi, kebijakan,
perencanaan, prosedur, pencatatan, pelaporan, dan pengawasan internal
yang terjadi pada satuan-satuan organisasi yang diaudit.
g. Mempersiapkan program pengujian terinci
i. Program pengujian terinci adalah pedoman dalam tahap pelaksanaan
audit. Sebagai langkah akhir dalam perencanaan, pembuatan program
pengujian terinci merupakan penghubung antara tahap perencanaan dan
pelaksanaan audit kinerja.

2. Tahap Pelaksanaan atau Pengujian Terinci

Tujuan utama pengujian terinci adalah untuk menilai apakah kinerja entitas yang diaudit sesuai
dengan kriteria, menyimpulkan apakah tujuan-tujuan audit tercapai, dan mengidentifikasi
kemungkinan-kemungkinan untuk memperbaiki kinerja entitas yang diaudit, yang akan
dituangkan dalam rekomendasi kepada auditee. Kegiatan pengujian terinci meliputi:

a. Mengumpulkan dan menguji bukti audit yang kompeten dan relevan


b. Langkah pengumpulan dan pengujian bukti audit merupakan kelanjutan dari identifikasi
bukti audit pada survei pendahuluan. Pengujian bukti-bukti audit dimaksudkan untuk
menentukan atau memilih bukti-bukti audit yang penting dan perlu (dari bukti-bukti audit
yang ada) sebagai bahan penyusunan suatu temuan dan simpulan audit.
c. Menyusun kertas kerja
d. Untuk mengetahui kegiatan yang dilaksanakan auditor selama melaksanakan audit, suatu
catatan tentang pekerjaan auditor harus diselenggarakan dan didokumentasikan dalam
bentuk kertas kerja audit (KKA). KKA merupakan penghubung antara pelaksanaan dan
pelaporan audit, dimana KKA memuat bukti-bukti dan analisis bukti untuk mendukung
temuan, simpulan, serta rekomendasi audit.
e. Menyusun dan mengkomunikasikan temuan audit
f. Temuan audit adalah masalah-masalah penting (material) yang ditemukan selama audit
berlangsung dan masalah tersebut pantas untuk dikemukakan dan dikomunikasikan
dengan entitas yang diaudit karena mempunyai dampak terhadap perbaikan dan
peningkatan kinerja (ekonomi, efisiensi, dan efektivitas) entitas yang diaudit.
g. Menyusun dan mendistribusikan laporan hasil audit
h. Tujuan pelaporan hasil audit adalah menyediakan informasi, rekomendasi, dan penilaian
yang independen bagi para pengguna laporan mengenai pelaksanaan kegiatan entitas yang
diaudit, apakah telah diselenggarakan sevara ekonomis, efisien, dan efektif.
Tujuan utama tindak lanjut audit adalah untuk meyakinkan auditor bahwa auditee telah
memperbaiki kelemahan yang telah diidentifikasi. Kegiatan tindak lanjut dapat dibagi menjadi
tiga tahapan, yaitu pemutakhiran (update) informasi, tindak lanjut di kantor, dan tindak lanjut
di lapangan.

Manfaat Audit Kinerja

1. Peningkatan Kinerja

Audit kinerja dapat meningkatkan kinerja suatu entitas yang diaudit dengan cara sebagai
berikut:

a. Mengidentifikasi permasalahan dan alternatif penyelesaiannya,


b. Mengidentifikasi sebab-sebab aktual (tidak hanya gejala atau perkiraan-perkiraan) dari suatu
permasalahan yang dapat diatasi oleh kebijakan manajemen atau tindakan lainnya,
c. Mengidentifikasi peluang atau kemungkinan untuk mengatasi keborosan atau
ketidakefisienan,
d. Mengidentifikasi kriteria untuk menilai pencapaian tujuan organisasi,
e. Melakukan evaluasi atas sistem pengendalian internal,
f. Menyediakan jalur komunikasi antara tataran operasional dan manajemen, dan
g. Melaporkan ketidakberesan.

2. Peningkatan Akuntabilitas Publik

Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas, berupa
perbaikan pertanggungjawaban manajemen kepada lembaga perwakilan; pengembangan
bentuk-bentuk laporan akuntabilitas; perbaikan indikator kinerja; perbaikan perbandingan
kinerja antara organisasi sejenis yang diperiksa; serta penyajian informasi yang lebih jelas dan
informatif.
Tanggung jawab pengelolaan program, kegiatan, fungsi, atau organisasi secara ekonomis,
efisien, dan efektif terletak pada manajemen/ eksekutif. Selanjutnya manajemen, dalam hal ini
pemerintah, bertanggung jawab untuk memberikan laporan kinerja atas pelaksanaan program,
kegiatan, fungsi, atau organisasi kepada publik. Pola hubungan pertanggungjawaban publik

➢ AKUNTABILITAS PUBLIK
Pengertian Akuntabilitas Publik

Menurut Ihyaul Ulum. MD pengertian akuntabilitas publik adalah sebagai berikut:

“Suatu pertanggungjawaban oleh pihak-pihak yang diberi kepercayaan oleh masyarakat atau
individu dimana nantinya terdapat keberhasilan atau kegagalan di dalam pelaksanaan tugasnya
tersebut dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”

Sedangkan menurut Mahmudi pengertian akuntabilitas publik dalam konteks organisasi


pemerintah adalah sebagai berikut:
“Akuntabilitas publik adalah pemberian informasi atas aktivitas dan kinerja pemerintah kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.”

Jenis-jenis Akuntabilitas Publik

Menurut Mardiasmo akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:


1. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability)
2. Akuntabilitas horisontal (horizontal accountability).
Lebih lanjut jenis-jenis akuntabilitas publik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability) adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan


dana kepada otoritas yang lebih tinggi. Misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas)
kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat,
dan pemerintah pusat kepada MPR. Berlaku bagi setiap tingkatan dalam organisasi internal
penyelenggaraan negara termasuk pemerintah. Dimana setiap pejabat atau petugas publik baik
individu atau kelompok secara hirarki berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan kepada
atasan langsungnya mengenai perkembangan kinerja atau hasil pelaksanaan kegiatannya secara
periodik maupun sewaktu-waktu bila dipandang perlu.

2. Akuntabilitas horisontal (horizontal accountability) adalah pertanggungjawaban kepada


masyarakat luas. Melekat pada setiap lembaga negara sebagai satu organisasi untuk
mempertanggungjawabkan semua amanat yang telah diterima dan dilaksanakan ataupun
perkembangannya untuk dikomunikasikan kepada pihak eksternal dan lingkungannya.

Dimensi Akuntabilitas Publik


Menurut Mahmudi dimensi akuntabilitas publik yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor
publik antara lain:

“1. Akuntabilitas hukum dan kejujuran (accountability for probity and legality),
2. Akuntabilitas manajerial (manajerial accountability),
3. Akuntabilitas program (programe accountability),
4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability), dan
5. Akuntabilitas finansial (financial accountability).”

Lebih lanjut dimensi akuntabilitas publik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Akuntabilitas hukum dan kejujuran


Akuntabilitas hukum dan kejujuran adalah akuntabilitas lembaga-lembaga publik untuk
berperilaku jujur dalam bekerja dan mentaati ketentuan hukum yang berlaku. Akuntabilitas
hukum berkaitan dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam
menjalankan organisasi, sedangkan akuntabilitas kejujuran berkaitan dengan penghindaran
penyalahgunaan jabatan (abuse of power), korupsi, dan kolusi.
2. Akuntabilitas manajerial
Akuntabilitas manajerial adalah pertanggungjawaban lembaga publik untuk melakukan
pengelolaan organisasi secara efisien dan efektif. Akuntabilitas manajerial juga dapat diartikan
sebagai akuntabilitas kinerja (performance accountability) dan berkaitan pula dengan
akuntabilitas proses (process accountability).
3. Akuntabilitas program
Akuntabilitas program berkaitan dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat
dicapai atau tidak, dan apakah organisasi telah mempertimbangkan alternatif program yang
memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal. Lembaga-lembaga publik harus
mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat sampai pada pelaksanaan program.
4 Akuntabilitas kebijakan
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban lembaga publik atas kebijakan-
kebijakan yang diambil. Dalam membuat kebijakan harus dipertimbangkan apa tujuan
kebijakan tersebut, mengapa kebijakan itu diambil, siapa sasarannya, pemangku kepentingan
(stakeholder) mana yang akan terpengaruh dan memperoleh manfaat dan dampak (negatif) atas
kebijakan tersebut.
5 Akuntabilitas finansial
Akuntabilitas finansial adalah pertanggungjawaban lembaga-lembaga publik untuk
menggunakan uang publik (public money) secara ekonomi, efisien, dan efektif, tidak ada
pemborosan dan kebocoran dana serta korupsi. Akuntabilitas finansial mengharuskan lembaga-
lembaga publik untuk membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja finansial
organisasi kepada pihak luar.
BAB II
REGULASI AUDIT SEKTOR PUBLIK

DEFENISI REGULASI AUDIT SEKTOR PUBLIK

Regulasi Publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam
proses pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah pusat,
pemerinah daerah, partai politik, yayasan, LSM, organisasi keagamaan/ tempat
peribadatan, maupun organisasi sosial masyarakat lainnya.

TEKNIK PENYUSUNAN REGULASI PUBLIK


Peraturan publik dan ditetapkan terkait dengan beberapa hal antara lain:
1. Regulasi publik dimulai dengan adanya berbagai isu terkait dengan regulasi tersebut.
2. Tindakan yang diambil terkait dengan isu yang ada adalah berbentuk regulasi atau
aturan yang dapat di interpretasikan sebagai wujud dukungan penuh organisasi publik.
3. Peraturan adalah hasil dari berbagai aspek dan kejadian.
4. Teknik penyusunan regulasi publik berupa rangakain tahapan-tahapan sehingga rgulasi
publik tersebut siap disusun dan kemudian ditetapkan serta diterapkan:

REGULASI DALAM SIKLUS AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

GAMBAR REGULASI AUDIT SEKTOR PUBLIK

Regulasi Tahapan Dalam Siklus


Contoh Hasil Regulasi Publik
Akuntansi Sektor Publik
Regulasi Perencanaan Publik Peraturan Pemerintah No.7/2005
Mengenai Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM).
Regulasi Anggaran Publik Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2006 Tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2007
Regulasi tentang Pelaksanaan Realisasi➢ Peraturan Presiden Republik Indonesia
Anggaran Publik Nomor 93 Tahun 2006 Tentang
Rincian Anggaran Belanja Pemerintah
Pusat Tahun Anggaran 2007
➢ Otorisasi Kepala Daerah Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA)
Regulasi Pengadaan Barang dan Jasa SK Gubernur Tentang Pemenang
Dalam Pengadaan Barang dan Jasa.
Regulasi Laporan Pertanggungjawaban Peraturan Daerah Tentang penerimaan
publik Laporan Pertanggungjawaban
Gubernur/ Bupati/ Walikota.

Gambar: Siklus Regulasi yang Mengatur Akuntansi Sektor Publik

Tahapan Dalam Siklus Akuntansi


Contoh Regulasi Publik
Sektor Publik
Perencanaan Publik ➢ UU No. 25 Tahun 2004 Tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional
➢ Surat Edaran Bersama No.
0295/M.PPN/I/2005050/166/SJ/
Tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Tahun 2005
Penganngaran Publik ➢ UU No. 17 Tahun 2003 Tentang
Keuangan Daerah
➢ UU No. 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah
➢ Permendagri No. 13 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah
➢ Permendagri No. 59 Tahun 2007
Tentang Perubahan atas Permendagri
No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah
Realisasi Anggaran Publik ➢ UU No. 1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara
Pengadaan Barang dan Jasa Publik ➢ PP No. 32 Tahun 2005 Tentang
Perubahan Kedua atas Keputusan
Presiden No. 80 Tahun 2003
TentangPedomanPelaksanaan
Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah
Pelaporan Keuangan Sektor Publik ➢ PP No. 8 Tahun 2006 Tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Pemerintah
Audit Sektor Publik ➢ UU No. 15 Tahun 2004 Tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
➢ SK BPK No. 1 Tahun 2008 Tentang
Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara
Pertanggungjawaban Publik ➢ Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun
2006 Tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah
PENYUSUNAN REGULASI PUBLIK

Tabel: Contoh Masalah Publik Tentang Akuntansi Sektor Publik


Tahapan Siklus
Permasalahan Pihak Terkait
ASP
Perencanaan Publik Ketimpangan pelayanan Bagian Perencanaan,
publik (kesehatan, bagian program,
pendidikan) stakeholder.
Penganggaran Publik Alokasi anggaran Bagian anggaran,
Pelayanan bagian keuangan
Realisasi anggaran Jumlah pencairan dana Bagian anggaran,
publik tidak sesuai dengan bagian keuangan
anggaran
Pelaporan Keuangan Ketidaktepatan waktu Bagian keuangan
Sektor Publik pelaporan
Audit sektor publik Kurangnya bukti Audit internal, audit
eksternal
Pertanggungjawaban Keterbatasan Kepala organisasi,
publik pendistribusian informasi legislatif

Tabel: Contoh Analisis Permasalahan Publik


Permasalahan Kerugian Solusi Tindakan
Ketimpangan pelayanan Masyarakat tidak dapat Penyusunan daftar
publik (Kesehatan, dilayani kebutuhannya prioritas
Pendidikan)
Alokasi anggaran Pencapaian target tidak Penambahan alokasi
pelayanan maksimal bagi pelayanan publik
Jumlah pencairan dana Program tidak berjalan Pendisiplinan anggaran
tidak sesuai dengan secara baik dan perbaikan sistem
anggaran prealisasian anggaran
Informasi tidak Pilihan kriteria Perluasan akses ke
transparan organisasi penyedia informasi yang terkait
layanan barang dan jasa dengan mekanisme
terbatas pengadaan barang dan
jasa
Ketidaktepatan waktu Mengucapkan jadwal Penertiban penyusunan
pelaporan kegiatan organisasi laporan keuangan
Kurangnya bukti Ketidakpercayaan publik Perbaikan sistem
akuntansi dan
pengarsipan dokumen
transaksi
Keterbatasan Respon masyarakat Perluasan akses
pendistribusian minim informasi
,informasi

✓ Perumusan Draft Regulasi Publik


a. Draft regulasi publik pada dasarnya merupakan kerangka awal yang dipersiapkan
untuk mengatasi masalah publik yang hendak diselesaikan. Secara sederhana, draft
regulasi publik harus dapat menjelaskan siapa organisasi publik pelaksana aturan,
kewenangan apa yang diberikan padanya, perlu tidaknya memisahkan antara organ
pelaksana aturan dan organ yang menetapkan sanksi atas ketidakpatuhan persyaratan
apa yang mengikat organisasi publik pelaksana, serta apa sanksi yang dijatuhkan
kepada aparat pelaksanajika menyalahgunakan wewenang.
b. Prosedur Pembahasan
c. Terdapat tiga tahap penting dalam pembahasan draft regulasi publik, yaitu dengan
lingkup tim teknis pelaksana organisasi publik (eksekutif), dengan lembaga legislatif
(dewan penasehat, dewan penyantun dan lain-lain), dan dengan masyarakat.
d. Pengesahan dan Pengundangan
perjalanan terakhir dari perancangan draft regulasi publik adalah tahap pengesahan
dilakukan dalam bentuk penandatanganan naskah oleh pihak organisasi publik (pimpinan
organisasi). Dalam konsep hukum regulasi tersebut telah mempunyai kekuatan hukum
materil terhadap pihak yang menyetujuinya. Sejak ditandatangani, rumusan hukum yang
ada dalam regulasi publik sudah tidak dapat diganti secara sepihak.

DASAR-DASAR HUKUM KEUANGAN PUBLIK DI INDONESIA

a. Dasar Hukum Keuangan Negara


Keuangan negara dapat di interpretasikan sebagai pelaksanaan hak dan kewajiban yang bisa
dinilai dengan uang dalam kerangka tata cara penyelenggaraan pemerintahan.

Adapun hak dan kewajiban yang dimaksud adalah sebagai berikut:


Kewajiban Negara adalah berupa
pelaksanaan tugas - tugas
Hak-hak Negara
pemerintah sesuai dengan
Pembukaan UUD 1945
➢ Hak monopoli mencetak dan✓ Melindungi segenap bangsa Indonesia
mengedarkan uang dan seluruh tumpah darah Indonesia
➢ Hak Untuk memungut sumber-sumber✓ Memajukan kesejahteraan umum
keuangan seperti pajak, bea, dan cukai✓ Mencerdaskan kehidupan bangsa
➢ Hak untuk memproduksi barang dan✓ Ikut melaksanakan ketertiban dunia
jasa yang dapat dinikmati oleh yang berdasarkan kemerdekaan,
khalayak umum, yang dalam hal ini perdamaian abadi, dan keadilan sosial
pemerintah dapat memperoleh (kontra
prestasi) sebagai sumber penerimaan
negara

Mengenai Keuangan Negara secara Khusus diatur dalam UUD 1945 Amandemen III
dalam pasal 23 sebagai berikut:
a. APBN sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan
undang-undang bdan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab sebesar-besarnya
bagi kemakmuran rakyat.
b. RUU APBN diajukan oleh presiden untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan
dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
c. Apabila DPR tidak menyetujui rancangan APBN yang diusulkan presiden, pemerintah
menjalankan APBN tahun lalu.

a.1 Undang-undang No. 17 tahun 2003 (Tentang Keuangan Negara)

Bebarapa hal yang penting diatur dalam undang-undang ini adalah:


1. Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara
2. Penyusunan dan Penetapan APBN
3. Penyusunan dan Penetapan APBD
4. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral, Pemerintah Daerah, Serta
Pemerintah atau Lembaga Asing.
5. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah,
Perusahaan Swasta, serta Badan Pengelola dan Dana Masyarakat.
6. Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN dan APBD

a.2 Undang-undang No. 1 Tahun 2004 (Tentang Perbendaharaan Negara)

Undang-ndang ini mengatur tentang bebrapa hal sebagai berikut:


1. Ruang dan asas umum perbendaharaan negara
2. Kewenangan pejabat perbendaharaan negara
3. Pelaksanaan pendapatan dan belanja negara/ daerah
4. Pengelolaan uang negara/ daerah
5. Pengeloalaan piutang dan utang negara/ daerah
6. Pengelolaan investasi barang milik negara/ daerah
7. Penatausahaan dan pertanggungjawaban APBN/ APBD
8. Pengendalian internal pemerintah
9. Penyelesaian kerugian negara/ daerah
10. Pengelolaan keuangan badan layanan umum
a.3 Undang-undang No. 15 Tahun 2004 (Tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara)

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan


tanggung jawab keuangan negara. pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara, sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Undang-undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara.

a.3 Undang-undang No.25 Tahun 2004 (Tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional)
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan dari tata cara perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka
menengah, dan jangka tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara serta
masyarakat ditingkat Pusat dan Daerah.
Perencanaan Pembangunan Nasional akan menghasilkan:
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
3. Rencana Pembangunan Tahunan

Proses Perencanaan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dalam


Undang-undang ini mencakup lima pendekatan dari seluruh rangkaian perencanaan yaitu:
a. Politik
b. Teknogratik
c. Partisipatif
d. Atas-Bawah (Top-Down)
e. Bawah-atas (botton-up)

Dasar Hukum Keuangan Daerah


Pada Pasal 18 Undang-undang Dasar 1945, disebutkan bahwa negara Kesatuan Republik
Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi, Provinsi itu dibagi lagi atas Kabupaten dan Kota
dimana setiap provinsi kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintah yang diatur dengan
undang-undang. Pemerintah daerah menjalakan otonomi daerah seluas-luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang merupakan urusan Pemerintah Pusat, berdasarkan undang-undang

Dasar Hukum Keuangan Organisasi Publik Lainnya


Untuk organisasi nirlaba , IAI menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
Nomor 45 (PSAK No. 45) tentang organisasi nirlaba. Selain itu lahirr juga Undang-undang No.
16 Tahun 2001 tentang Yayasan yang mengatur masalah organisasi publik yang berbentuk
yayasan. Ada juga Undang-undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan Peraturan
Pemerintah No. 29 Tahun 2005 tentang Bantuan Keuangan Kepala Partai Politik.

PERMASALAHAN REGULASI KEUANGAN PUBLIK DI INDONESIA


1. Regulasi yang berfokus pada Manajemen
2. Rugulasi belum Bersifat Teknik
3. Perbedaan interpretasi antara undang-undang dan regulasi dibawahnya
4. Pelaksanaan regulasi yang bersifat transisi berdampak pada pemborosan anggaran
5. Pelaksanaan regulasi tanpa sanksi
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL AUDIT SEKTOR PUBLIK

Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik

Kerangka konseptual merupakan acuan dan juga dalam pengembangan dalam standar
akuntansi dan solusi atas berbagai hal yang belum diatur dalam standar tersebut. Kerangka
konseptual yang dibahas akan terkait dengan proses perencanaan, penganggaran, pengadaan
barang dan jasa, realisasi anggaran, pelaporan, audit serta pertanggungjawaban.

A. Definisi Kerangka Konseptual Audit Sektor Publik

Kerangka konseptual akuntansi sektor publik merumuskan konsep yang mendasari


penyusunan dan pelaksanaan siklus akuntansi sektor publik. Konsep ini meliputi
perencanaan, penganggaran, realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan, audit,
serta pertanggungjawaban organisasi sector public seperti pemerintah pusat, pemerintah
daerah, partai politik, yayasan, lembaga swadaya masyarakat, dan lembaga peribadatan.

Kerangka konseptual ini merupakan acuan dalam pengembangan standar akuntansi dan solusi
atas berbagai hal yang belum diatur dalam standar tersebut. Jika terjadi pertentangan antara
kerangka konseptual dan standar akuntansi, ketentuan standar akuntansi itu diuji menurut
unsur kerangka konseptual yang terkait. Dalam jangka panjang, konflik semacam itu
diharapkan dapat diselesaikan sejalan dengan pengembangan standar akuntansi di masa
depan.

B. Tujuan dan Peranan Kerangka Konseptual Audit Sektor Publik

Kerangka konseptual akuntansi sektor publik disusun dengan berbagai tujuan, yaitu acuan
bagi :

1. Tim penyusun standar akuntansi keuangan sektor publik dalam tugasnya, termasuk tim
penyusun standar akuntansi pemerintahan.
2. Penyusun laporan keuangan untuk memahami praktek akuntansi menurut prinsip
akuntansi yang secara umum dan standar akuntansi keuangan sektor publik.
3. Auditor, seperti BPK dan KAP, untuk memberikan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
4. Para pemakai laporan keuangan sector public untuk menafsirkan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai standar akuntansi keuangan
yang berlaku disektor publik.
Kerangka konseptual ini bukan merupakan standar akuntansi keuangan sector publik. Ketika
terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan standar akuntansi keuangan sector public,
ketentuan standar akuntansi keuangan sector public akan diuji menurut unsur kerangka
konseptual yang relevan. Meskipun demikian, penggunaan kerangka konseptual ini sebagai
acuan bagi komite penyusun standar akuntansi keuangan sector public dalam pengembangan
standar akuntansi keuangan sector public dimasa depan, dan dalam peninjauan kembali
terhadap standar akuntansi keuangan sector public yang berlaku, akan mengurangi konflik
tersebut.

Revisi kerangka konseptual bisa dilakukan dari waktu ke waktu, selaras dengan pengalaman
komite penyusun standar akuntansi keuangan sektor publik dalam penggunaan kerangka
konseptual tersebut.

C. Lingkup Kerangka Konseptual Audit Sektor Publik

Sebagai sebuah siklus, akuntansi sector public terangkai dari proses perencanaan,
penganggaran, pengadaan barang dan jasa, realisasi anggaran, pelaporan, audit serta
pertanggungjawaban. Dengan demikian, pembahasan tentang kerangka konseptual
akuntansi sektor publik ini akan meliputi:

1. Perencanaan publik
2. Penganggaran publik
3. Realisasi anggaran publik
4. Pengadaan barang dan jasa publik
5. Pelaporan sektor publik
6. Audit sektor publik
7. Pertanggungjawaban publik

Kerangka konseptual ini membahas bagaimana perencanaan publik disusun dan dilaksanakan.
Perencanaan merupakan proses pertama dan sangat menentukan keberhasilan proses
selanjutnya. Sistem penganggaran adalah tatanan logis, sistematis dan baku yang terdiri dari
tata kerja, pedoman kerja dan prosedur kerja penyusunan anggaran yang saling berkaitan. Jadi,
proses penganggaran yang baik dan berkualitas sangat menentukan keberhasilan serta
akuntabilitas program.

Pembahasan selanjutnya adalah menyangkut realisasi anggaran. Sebagai tahap pelaksanaan


dari hasil proses sebelumnya, dibutuhkan mekanisme bagaimana agar proses realisasi anggaran
dilaksanakan dengan baik dan berkualitas. Pelaksanaan realisasi anggaran diwujudkan dalam
bentuk pengadaan barang dan jasa public, sehingga proses ini merupakan pembahasan dalam
kerangka konseptual. Proses pengadaan barang dan jasa yang baik akan berdampak terhadap
pencapaian efektifitas dan efisiensi program.

Kerangka konseptual ini selanjutnya akan membahas pelaporan keuangan sector public, yang
terdiri dari pelaporan keuangan sector public, termasuk pelaporan keuangan konsolidasi dan
pelaporan kinerja. Laporan keuangan dan laporan kinerja organisasi sector publik disusun serta
disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kepentingan sejumlah besar
pemakai.
Laporan keuangan sektor publik dihasilkan dari proses pelaporan keuangan dalam organisasi-
organisasi sektor publik. Kerangka konseptual juga akan membahas jalannya proses dan
pelaksanaan audit sector publik yang berkualitas. Audit yang berkualitas adalah proses
pelaksanaan audit yang sesuai dengan standar yang berlaku. Pertanggungjawaban merupakan
proses terakhir dalam siklus akuntansi sektor publik dan juga tahap terakhir dari penentuan
ketercapaian atau ketidak tercapaian kualitas program secara keseluruhan.

D. Asumsi Audit Sektor Publik

1. Kebutuhan Masyarakat

Berdasarkan kodratnya, manusia mempunyai keinginan yang kuat untuk dapat memenuhi
segala harapan dalam hidupnya. Karena manusia disebut juga sebagai makhluk ekonomi dan
membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Kenyataan inilah yang mendorong manusia
hidup berkelompok dan mendirikan sebuah Negara atau organisasi public.

Kondisi masyarakat yang semakin kritis dalam era reformasi ini sekarang menuntut Pemerintah
dan organisai sektor publik lainnya untuk mengelola pelayanan publik secara lebih transparan
serta partisipatif agar pelayanan menjadi lebih efektif dan akuntabel.

Kebutuhan masyarakat ini menjadi asumsi dasar bagi proses perencanaan, yang merupakan
“pintu” utama dari serangkaian proses dalam siklus akuntansi sektor publik. Berdasarkan
kebutuhan masyarakat ini, perencanaan disusun oleh organisasi publik.

2. Alokasi Sumber Daya

Perencanaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hanya akan tercapai jika ada sumber daya
yang mendukungnya. Sumber daya yang dialokasikan akan menjadi “bahan baku” bagi
berjalannya perencanaan yang telah disusun.

Alokasi sumber daya dilakukan dengan mekanisme penganggaran. Pengalokasian sumber daya
dapat berupa sumber dana, sumber daya manusia, dan sumber daya alam. Sumber dana
organisasi sector public dapat diperoleh dari hasil pajak, retribusi, hibah dari donor, sumbangan
dari para donator, atau iuran warga (swadaya masyarakat). Sedangkan sumber daya manusia
adalah para pegawai, pengurus organisasi, sukarelawan, atau pekerja sosial. Sedangkan yang
termasuk sumber daya alam adalah hasil tambang, sungai, hasil pertanian, serta apapun yang
dihasilkan oleh bumi, dimana organisasi sector public ini berada.

Penggunaan sumber daya alam ini dapat dilakukan secara maksimal oleh organisasi
pemerintah. Sementara itu organisasi sektor publik lainnya hanya terbatas pada sumber daya
alam yang menjadi milik organisasinya saja.

3. Ketaatan Hukum/Peraturan

Sumber daya memerlukan sebuah mekanisme pengelolaan agar apa yang ada didalam
perencanaan dan penganggaran dapat berjalan. Mekanisme pengelolaan yang dimaksud adalah
perangkat aturan yang menjadi pedoman dan mengarahkan pengelolaan sumber daya pada
tujuan serta sasarannya.
Perangkat atau dasar hukum ini ditetapkan dalam rangka mengukur kebutuhan publik dan
alokasi sumber daya yang hendak dilakukan. Dengan kata lain, proses pengukuran kebutuhan
dan alokasi sumber daya ini akan berjalan lancar serta efektif jika didukung oleh regulasi yang
memadai sehingga mendorong berlakunya praktek yang baik, tertib, dan akuntabel. Dengan
demikian proses perencanaan, penganggaran, pengadaan, barang dan jasa, realisasi anggaran,
pelaporan keuangan, audit, serta pertanggung jawaban publik yang baik akan didukung dengan
dasar hukum yang baik pula.

1. Dasar Akrual

Dasar akrual merupakan basis pelaporan keuangan sector public dimana pengaruh transaksi
dan peristiwa lainnya diakui pada saat terjadinya (dan bukan pada saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar) serta dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam laporan
keuangan periode bersangkutan.

Dasar akrual telah menjadi aturan yang harus dilaksanakan. Hal ini dilakukan dengan
mengaplikasikannya dalam proses organisasi publik, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

2. Kelangsungan Usaha atau Organisasi

Demi kelangsungan hidupnya, organisasi menetapkan dasar-dasar hukum atau aturan


organisasi sebagai pedoman dalam menjalankan organisasi tersebut. Organisasi juga harus
memenuhi tuntutan-tuntutan di dalam dasar hukum agar proses berjalan seperti yang
dikehendaki. Dengan dilaksanakannya dasar hukum, organisasi dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya sesuai visi dan misi organisasi publik.

3. Akuntabilitas Kinerja

Akuntabilitas kinerja merupakan salah satu kunci bagi terwujudnya good governance dalam
pengelolaan organisasi public. Jadi, tidak salah jika siklus akuntansi sector public diakhiri
dengan proses pertanggungjawaban. Proses inilah yang menentukan penilaian keberhasilan
sebuah organisasi publik dalam mencapai tujuannya.

Organisasi diwajibkan secara hukum untuk memenuhi akuntabilitas organisasinya dengna


kinerja yang diperolehnya. Kinerja organisasi dapat diraih dengan mengefektifkan dan
mengefesienkan hasil dari proses organisasi yakni perencanaan, penganggaran, realisasi
anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan keuangan, audit serta pertanggungjawaban
publik.

E. Implementasi Karakteristik Kualitatif Akuntansi Sektor Publik

Karakteristik kualitatif adalah ciri-ciri khusus dari sebuah mutu. Jika diimplementasikan
pada akuntansi sektor publik, karakteristik kualitatif akuntansi sektor publik adalah ciri
khas informasi akuntansi dalam organisasi sektor publik yang berkontribusi pada
penentuan kualitas produk setiap unsur akuntansi sektor publik.

a. Relevan
Relevan mengacu pada kemampuan informasi untuk mempengaruhi keputusan pengelola
organisasi, dengan mengubah atau menginformasi harapan mereka tentang hasil, atau
konsekuensi tindakan atau kejadian.

Dalam konsep kerangka konseptual akuntansi, informasi yang relevan dapat membantu
investor, kreditor, dan pengguna lainnya untuk mengevaluasi kondisi masa lalu, saat ini dan
masa depan (nilai prediktif) atau untuk menginformasikan atau mengoreksi harapan utama
(nilai umpan balik/feedback). Agar relevan, informasi harus selalu tersedia bagi pembuat
keputusan sebelum kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi keputusan (tepat waktu).
Dengan kata lain, informasi harus mempunyai nilai prediktif dan nilai umpan balik (nilai
feedback) serta harus disampaikan pada waktu yang tepat.

b. Keandalan / Reliabilitas

Keandalan mengacu pada kualitas informasi yang sesuai dengan kebutuhan para peggunanya.
Keandalan akan membedakan pengguna satu dengan pengguna yang lainnya tergantung pada
keluasaan pengetahuan tentang aturan yang digunakan untuk mempersiapkan informasi.
Dengan kata lain, di antara pengguna yang berbeda, informasi dengan derajat keandalan yang
berbeda akan ditemukan. Dalam konteks kerangka konseptual, agar menjadi andal informasi
harus dapat diuji, netral, dan disajikan dengan jujur.

c. Kualitas Sekunder

Komparabilitas dan konsistensi adalah kualitas kedua yang dianjurkan oleh Statement FASB.
Komparabilitas mendeskripsikan kegunaan metode yang sama dari waktu ke waktu dengan
penyajian yang tetap. Prinsip konsistensi menjelaskan bahwa metode akuntansi tidak dapat
diubah lagi setelah diadopsi. Lingkungan sekitar dapat mendikte perubahan kebijakan
akuntansi atau tekniknya yang lebih diinginkan jika dibenarkan sebagaimana mestinya.

d. Pertimbangan Biaya dan Manfaat

Pertimbangan biaya dan manfaat dikenal sebagai keterbatasan parvasif. Informasi akuntansi
keuangan akan dicari jika manfaat yang diperoleh dari informasi tersebut melebihi biayanya.
Oleh karenanya, sebelum mempersiapkan dan mendiseminasikan informasi keuangan, manfaat
serta biaya penyiapan informasi itu harus dibandingkan.

e. Materialitas

Materialitas dipandang sebagai ambang pengakuan. Pada dasarnya materialitas adalah


pertimbangan yang harus diberikan atau tidak tentang informasi yang signifikan dan
berdampak besar terhadap keputusan yang diambil.

Karakteristik kualitatif akuntansi sektor public terlihat sebagai sebuag hierarki. Pada posisi
paling bawah, hal itu disebut dengan ”perwujudan” yang terdiri dari regulasi dan pelaporan.
Regulasi merupakan pedoman bagi seluruh proses pengelolaan suatu organisasi yang
merupakan batas-batas pekerjaan organisasi. Sedangkan pelaporan merupakan instrumen
akuntabilitas dari kegiatan organisasi. Setelah itu ”operasional” yang merupakan sebuah
tahapan dimana transaksi-transaksi publik dilakukan. Transaksi dilakukan dengan regulasi
yang ada dan dilaporkan sesuai standar pelaporan organisasi.
BAB IV

STANDAR AUDIT SEKTOR PUBLIK


Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab
profesionalnya. Standar-standar ini meliputi pertimbangan mengenai kualitas profesional
auditor seperti keahlian dan independensi, persyaratan pelaporan dan bahan bukti. Pedoman
utama adalah 10 (sepuluh) standar auditing atau 10 generally auditing standards-GAAS. Sejak
disusun oleh AICPA di tahun 1974 dan diadaptasi oleh IAI di Indonesia sejak tahun 1973, dan
sekarang disebut standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia (SA-IAI), kecuali
untuk perubahan-perubahan kecil, bentuknya tetap sama.

Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing yaitu prosedur berkaitan dengan tindakan
yang harus dilaksanakan sedangkan standar berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja
tindakan tersebut, dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan
prosedur tersebut. Standar auditing tidak hanya berkaitan dengan kualitas profesional auditor
namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan
dalam laporannya. Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia adalah sebagai berikut:

• Standar Umum

1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam
sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama.

• Standar Pekerjaan Lapangan

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus


disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan
dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

• Standar Pelaporan

1. Laporan auditor menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan keuangan.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secarakeseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan
auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Standar-standar tersebut dalam banyak hal saling berhubungan erat dan saling
bergantung satu dengan yang lainnya. Materialitas dan risiko audit melandasi penerapan semua
standar auditing, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Konsep
materialitas bersifat bawaan dalam pekerjaan auditor independen. Dasar yang lebih kuat harus
dicari sebagai landasan pendapat auditor independen atas unsur-unsur yang secara relative
lebih penting dan unsur-unsur yang mempunyai kemungkinan besar salah saji material.
Misalnya, dalam departemen dengan jumlah debitur yang sedikit, yang nilai piutangnya besar,
secara individual piutang itu lebih penting dan kemungkinan terjadinya salah saji material juga
lebih besar dibandingkan dengan departemen lain yang memiliki jumlah piutang yang sama
tetapi terdiri dari debitur yang banyak dengan nilai piutang yang relatif kecil.

Pertimbangan atas risiko audit berkaitan erat dengan sifat audit.Transaksi pengadaan
barang dan jasa umumnya lebih rentan terhadap kecurangan jika dibandingkan dengan
transaksi lainnya. Oleh karena itu audit atas pengadaan barang dan jasa harus dilaksanakan
secara lebih konklusif, tanpa harus menyebabkan penggunaan waktu yang lebih lama. Selain
itu, pengendalian intern terhadap lingkungan audit mempengaruhi besar atau kecilnya risiko
salah saji terhadap prosedur audit yang dilaksanakan oleh auditor. Semakin efektif
pengendalian intern, semakin rendah tingkat risiko pengendalian.
Standar Umum Pertama

“Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”.

Standar umum pertama menegaskan bahwa berapa pun tingginya kemampuan seseorang
dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat
memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar audit ini, jika ia tidak memiliki
pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing. Untuk memenuhi
persyaratan sebagai profesional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup.
Asisten junior yang baru masuk ke dalam karier auditing harus memperoleh pengalaman
profesionalnya dengan mendapatkan supervisi memadai dan review atas pekerjaannya
dari atasannya yang lebih berpengalaman.

Standar Umum Kedua

“Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam


sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.”

Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, yang artinya tidak mudah
dipengaruhi. Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapa
pun. Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor independensi sikap
auditor independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik.
Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa sikap independensi
sikap auditor ternyata berkurang. Auditor independen tidak hanya berkewajiban
mempertahankan fakta bahwa ia independen, namun ia harus pula menghindari keadaan
yang dapat menyebabkan pihak luar meragukan sikap independensinya.

Standar Umum Ketiga

“Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib


menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama.”

Standar ini menuntut auditor untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya


dengan menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama.
Penggunaan kemahiran profesional dengan kecermatan dan keseksamaan menekankan
tanggung jawab setiap profesional yang bekerja dalam organisasi auditor independen
untuk mengamati standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Penggunaan
kemahiran profesional dengan cermat dan seksama menyangkut apa yang dikerjakan
auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaan tersebut.

Para auditor harus ditugasi dan disupervisi sesuai dengan tingkat pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan sedemikian rupa sehingga mereka dapat mengevaluasi bukti audit yang
mereka periksa. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama menuntut
auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional yang berarti sikap yang mencakup pikiran
yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit. Pengumpulan
dan penilaian bukti audit secara obyektif menuntut auditor mempertimbangkan kompetensi dan
kecukupan bukti tersebut. Oleh karena bukti dikumpulkan dan dinilai selama proses audit,
skeptisme professional harus digunakan selama proses tersebut.

Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk
memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material
baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan. Oleh karena pendapat auditor atas
laporan keuangan didasarkan pada konsep perolehan keyakinan yang memadai, auditor
bukanlah penjamin dan laporannya bukanlah suatu jaminan. Oleh karena itu, penemuan
kemudian salah saji material yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan , yang ada
dalam laporan keuangan, tidak berarti bahwa dengan sendirinya merupakan bukti:

1. Kegagalan untuk memperoleh keyakinan memadai;


2. Tidak memadainya perencanaan, pelaksanaan atau pertimbangan;
3. Tidak menggunakan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama;
4. Kegagalan untuk mematuhi standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia.
BAB V

BUKTI AUDIT DAN PENDUKUNGNYA


A. Pengertian Bukti Audit
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain
yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang
layak untuk menyatakan pendapatnya.
Bukti audit adalah semua media informasi yang digunakan oleh auditor untuk mendukung
argumentasi, pendapat atau simpulan dan rekomendasinya dalam meyakinkan tingkat kesesuaian antara kondisi
dengan kriterianya. Tidak semua informasi bermanfaat bagi audit, karena itu informasi harus dipilih. Pedoman
pemilihan informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit adalah bahwa informasi tersebut harus andal
sehingga mampu meyakinkan pihak lain.
Menurut Mulyadi, Pembahasan bukti audit ini didasarkan pada Standar pekerjaan
lapangan ketiga yang berbunyi: " Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. "

B. Sifat dan jenis Bukti Audit


1. Bukti pendukung laporan keuangan (Data Akuntansi)
Data akuntansi berupa jurnal, buku besar, dan buku pembantu, serta buku pedoman
akuntansi, memorandum, dan catatan tidak resmi, seperti daftar lembaran kerja yang
mendukung alokasi biaya, perhitungan dan rekonsiliasi secara keseluruhan.

➢ Pengendalian Intern Sebagai Bukti


Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat digunakan
untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Auditor harus mengetahui bahwa
klien telah merancang pengendalian intern dan telah melaksanakannya dalam kegiatan
usahanya setiap hari, hal ini merupakan bukti yang kuat bagi auditor mengenai keandalan
informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan.
➢ Catatan Akuntansi Sebagai Bukti
Auditor melakukan verifikasi terhadap suatu jumlah yang tercantum dalam laporan
keuangan, dengan melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut melalui catatan akuntansi.
Dengan demikian, catatan akuntansi merupakan bukti audit bagi auditor mengenai pengolahan
transakasi keuangan yang telah dilakukan oleh klien.

2. Bukti Penguat
Informasi penguat meliputi segala dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen
rapat, konfirmasi, dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui; informasi yang
diperoleh auditor melalui permintaan keterangan/mengajukan pertanyaan (inquiry),
pengamatan (observasi), inspeksi (inspection), dan pemeriksaan fisik (physical examination);
serta informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang
memungkinkannya untuk menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.
Jenis – jenis bukti penguat :

a. Bukti Fisik
Bukti fisik adalah bukti yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan aktiva
berwujud. Digunakan untuk mengidentifikasi sesuatu yang diperiksa, untuk
menentukan kuantitas (eksistensi aktiva) dan untuk menentukan kualitas/kondisi
(penilaian). Memiliki tingkat keandalan yang tinggi,contoh : kas, persediaan, aktiva
tetap
b. Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter adalah bukti yang terbuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau
angka atau symbol-simbol dan lain – lain yang diperoleh melalui pemeriksaan dokumen
dan catatan klien untuk memperkuat informasi yang disajikan dalam laporan
keuanganMenurut sumbernya, bukti dokumenter dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
Bukti yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan langsung kepada auditor.
Bukti yang dibuat pihak luar yang bebas yang dismpan dalam arsip klien.
Bukti yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
Bukti yang diperoleh dari luar (eksternal) umumnya lebih dapat diandalkan
dibandingkan dengan yang berasal dari dalam (interanal) perusahaan klien. Tingkat
keandalan bukti ini akan lebih lagi apabila dikirim secara langsung kepada auditor oleh
pihak luar.
c. Perhitungan Sebagai Bukti (mathemathical evidence)
Penghitungan kembali yang dilakukan oleh auditor dan membandingkannya dengan
hasil perhitungan yang dibuat oleh klien. Pengecekan kembali ini dimaksudkan untuk
menguji ketelitian klien dalam perhitungan.Perhitungan yang dilakukan sendiri oleh
auditor, dapat berupa:

d. Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjmlahan vertikal.


Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.
Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi.
Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba per saham
yang beredar, taksiran pajak perseroan, dan lain-lain.
e. Bukti lisan
Dalam rangka mengumpulkan bukti, auditor banyak mengajukan pertanyaan kepada
klien terutama para manajer. Jawaban lisan yang diperoleh dari pertanyaan tersebut
merupakan tipe bukti lisan. Kurang dapat diandalkan dan membutuhkan bukti penguat
lainnya.

f. Perbandingan (analitycal evidence)


Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang
lebih intensif, auditor melakukan analis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang,
penghasilan, dan biaya dengan saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya.bukti
diperoleh melalui penggunaan perbandingan dan hubungan untuk melihat ada tidaknya
indikasi salah saji material, tingkat keandalan bergantung pada data yang
digunakan,contoh pembandingan saldo atau rasio dengan data tahun lalu dan budget &
rata-rata industri
g. Confirmation evidence.
Jawaban tertulis/lisan dari pihak ketiga yang independen yang memverifikasi
kecermatan informasi tertentu yang diminta auditor, informasi bersifat faktual,
memiliki tingkat keandalan yang tinggi. Contoh : konfirmasi bank, piutang, utang.
h. Pernyataan tertulis (written representation)
Pernyataan tertulis (written representations) adalah pernyataan yang dibuat dan ditanda
tangani oleh orang yang bertanggung jawab dan mengetahui mengenai sesuatu hal yang
perlu ditegaskan. Jenis bukti ini dapat dibedakan dengan konfirmasi dalam hal bahwa
bukti ini dapat berasal dari dalam atau dari luar perusahaan. Selain itu bukti ini mungkin
lebih bersifat subjektif atau pendapat pribadi seseorang mengenai sesuatu hal daripada
informasi yang sebenarnya. Contoh : surat pernyataan manajemen klien
i. Bukti dari Spesialis
Bukti Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau
pengetahuan khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Pada umumnya
spesialis yang digunakan oleh auditor bukan orang atau perusahaan yang mempunyai
hubungan dengan klien. Penentuan persyaratan keahlian dan nama baik spesialis
sepenuhnya berada ditangan auditor. Jika auditor menerima hasil penemuan spesialis
sebagai bukti audit yang kompeten, hasil kerja spesialis tersebut tidak perlu disebut
dalam laporan auditor yang berisi pendapat wajar. Jika auditor puas dengan hasil
penemuan spesialis, dan jika ia memberikan pendapat selain pendapat wajar, maka ia
dapat menunjukkan hasil pekerjaan spesialis tersebut untuk mendukung alasan tidak
diberikan pendapat wajar dalam laporan auditnya.

C. Kompetensi Bukti Audit


Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi
dan informasi penguat.Keandalan catatan akuntansi dipengaruhi secara langsung oleh
efektivitas pengendalian intern. Pengendalian intern yang kuat menyebabkan keandalan catatan
akuntansi dan bukti bukti lainnya yang dibuat dalam organisasi klien Kompetensi Informasi
Penguat Dipengaruhi oleh berbagai faktor, berikut ini :

a. Relevansi
Bukti audit harus selaras atau relevan dengan tujuan audit yang akan diuji oleh auditor
sebelum bukti tersebut dapat terpercaya
b. Independensi penyedia bukti
Bukti audit yang diperoleh dari sumber di luar entitas akan lebih dipercaya daripada
bukti audit yang diperoleh dari dalam entitas.

c. Efektivitas Pengendalian Intern Klien


Jika pengendalian intern klien berjalan secara efektif, maka bukti audit yang diperoleh
akan dapat lebih dipercaya daripada jika pengendalian intern itu lemah.
d. Pemahaman Langsung Auditor
Bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor melalui pengujian fisik, observasi,
perhitungan dan inspeksi akan lebih kompeten daripada informasi yang diperoleh
secara tidak langsung.
e. Berbagai kualifikasi individu yang menyediakan informasi.
Walaupun jika sumber informasi itu bersifat independent, bukti audit tidak akan dapat
dipercaya kecuali jika individu yang menyediakan informasi tersebut
memilikikualifikasi untuk melakukan hal itu.
f. Tingkat obyektivitas.
Bukti yang obyekif akan dapat lebih dipercayadari pada bukti yang membutuhkan
pertimbangan tertentu untuk menentukan apakah bukti tersebut memang benar.
Berbagai contoh bukti yang obyektif termasuk konfirmasi atas piutang dagang dan
saldo-saldo bank, perhitungan fisik surat berharga dn kas, serta perhitungan ulang
saldo dalam daftar utang dagang untuk menentukan apakah data-data tersebut sesuai
dengan saldo pada buku besar. Sedangkan contoh-contoh dari bukti-bukti yang
subyektif termasuk selembar surat yang ditulis oleh pengacara klien yang membahas
mengenai kemungkinan hasil yang diperoleh dari berbagai gugatan hukum yang
sedang dihadapi oleh klien, observasi atas persediaan yang usang selama
dilakukannya pengujian fisik, serta berbagai informasi yang didapat dari menejer
kredit tentang kolektibilitas dari piutang dagang yang belum dibayar oleh pelanggan.

g. Ketepatan waktu.
Ketepatan wktu atas bukti audit dapat merujuk baik kapan bukti itu di kumpulkan
atau kapan periode wktu yang tercover oleh proses audit itu.

D. Prosedur Audit

Prosedur audit adalah intruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang
harus diperoleh pada saat menentu dalam audit. Prosedur audit yang disebutkan dalam standar
tersebut meliputi: inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi.
Audit juga melaksanakan berbagai prosedur audit lainnya untuk mengumpulkan bukti
audit yang akan dipakai sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keungan audit.
Prosedur audit lain itu meliputi: penelusuran, pemeriksaan bukti pendukung, penghitungan,
dan scanning. Dengan demikian, prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi:
1. Inspeksi
2. Pengamatan (observation)
3. Konfirmasi
4. Permintaan keterangan (enquiry)
5. Penelusuran (tracing)
6. Pemeriksaan dokumen pendukung (vouching)
7. Penghitungan (counting)
8. Scanning
9. Pelaksanaan ulang (reperforming)
10. Teknik audit berbantuan computer (computer-assisted audit techniques)

E. Keputusan Yang Harus Diambil Oleh Auditor Berkaitan Dengan Bukti


Audit

1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan Untuk mengumpulkan bukti audit,
auditor mengunakan prosedur audit. Contoh prosedur audit disajikan berikut ini.
2. Hitung penerimaan kas yang belum disetor pada tanggal neraca dan awasi uang kas
tersebut sampai dengan saat penyetoran ke bank.
3. Mintalah cut-off bank statement dari bank kira-kira untuk jangka waktu dua minggu
setelah tanggal neraca.
4. Lakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan yang diselenggarakan oleh
klien.
5. Penentuan Besarnya Sampel
6. Keputusan mengenai banyak unsur yang harus diuji harus diambil oleh auditor untuk
setiap prosedur audit. Besarnya sampel akan berbeda-beda di antara yang satu dengan
audit yang lain dan dari prosedur yang satu ke prosedur audit yang lain.

7. Penentuan Unsur Tertentu yang Dipilih Sebagai Anggota Sampel


Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor masih harus
memutuskan unsur mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel untuk diperiksa.

8. Penentuan Waktu yang Cocok untuk Melaksanakan Prosedut Audit


Karena audit terhadap laporan keuangan meliputi suatu jangka waktu tertentu, biasa
nya 1 tahun, maka auditor dapat mulai mengumpulkan bukti audit segera awal tahun.
Umumnya, klien menghendaki diselesaikan dalam jangka waktu satu minggu dengan
tiga bulan setelah tanggal neraca.

Anda mungkin juga menyukai