Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN II

LONG TERM FINANCING

KELOMPOK 6
Disusun oleh :
Anggi Nabila Harni 2210536044

Aminatussuhriah 2210536048

Faramitha Ramadhani 2210536051

Frisya Luthfi Utari 2210536015

Rizka Maghfira 2210536049

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ANDALAS
2022/2023
A. Pembiayaan Jangka Panjang Dengan Saham
1. Pengertian Saham
Saham adalah Surat berharga yang merupakan instrumen bukti kepemilikan atau
penyertaan dari individu atau institusi dalam suatu perusahaan. Sedangkan menurut
istilah umumnya, saham merupakan bukti penyertaan modal dalam suatu kepemilikan
saham perusahaan (Sapto,2006:31). Samsul (2006:45) menjelaskan bahwa saham
merupakan tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya disebut juga sebagai
pemegang saham (shareholder atau stockholder). Dari beberapa pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa saham merupakan bukti kepemilikan perusahaan atau
merupakan suatu penyertaan modal, yang mana pemegang saham dapat disebut
dengan Stockholder.

2. Jenis- Jenis Saham


Berikut merupakan jenis-jenis saham berdasarkan kemampuan dalam hak tagih dan
juga klaimnya:
a. Saham Biasa
Pengertian saham biasa atau common stocks adalah suatu saham yang bisa diklaim
berdasarkan dari keuntungan dan kerugian yang ada pada suatu perusahaan.
Apabila prosedur likuidasi dilakukan, maka para pemegang saham biasa akan
memiliki prioritas terakhir dalam hal pembagian dividen dari penjualan aset suatu
perusahaan.
Dalam suatu saham biasa, maka para pemegang saham memiliki kewajiban yang
sifatnya terbatas. Artinya, saat perusahaan yang didanainya tersebut dinyatakan
bangkrut, maka nilai kerugian yang ditanggung oleh para pemegang saham adalah
sebesar nilai modal yang sudah disetorkannya.
Berikut ini adalah ciri-ciri dari saham biasa:

 Setiap pemegang saham mempunyai hak suara yang sama dalam hal memilih
dewan komisaris.
 Setiap hak pemegang saham akan diprioritaskan saat perusahaan akan
mengeluarkan saham baru.
 Setiap pemegang saham memiliki tanggung jawab yang sifatnya terbatas,
yakin sebesar nilai saham yang sudah disetorkannya.

b. Saham Preferen (Preferred Stock)


Pengertian saham preferen atau preferred stock suatu saham yang mana nilai
pembagian labanya tergolong tetap, dan saat perusahaan menderita kerugian,
maka para pemegang saham preferen tersebut akan diberikan prioritas utama
dalam hal pembagian hasil penjualan aset perusahaan.
Saham preferen ini mungkin akan terlihat sama dengan obligasi, yang mana
adanya klaim terhadap laba serta aktiva sebelumnya, dividen yang tetap selama
saham masih berlaku, mempunyai hak tebus, dan juga bisa ditukarkan dengan
saham yang biasa.
Berikut ini adalah ciri-ciri dari saham preferen:

 Memiliki beberapa tingkatan yang bisa diterbitkan dengan bentuk karakteristik


yang juga berbeda.
 Adanya tagihan atas suatu pendapatan dan aktiva, serta memiliki prioritas yang
tinggi dalam hal pembagian nilai dividen.
 Saham preferen juga bisa ditukarkan dengan saham biasanya dengan adanya
kesepakatan yang terjalin antara perusahaan dengan pemilik saham.

Sedangkan berdasarkan kinerjanya, saham mempunyai jenis-jenis sebagai berikut :

a. Blue chip stock


Pengertian saham blue chip atau blue chip stocks adalah suatu perusahaan besar yang
sudah dipercaya di kalangan para pebisnis lain. Saham ini cenderung memiliki harga
perlembar yang lebih tinggi namun nilainya lebih stabil
b. Income stock
Pengertian saham pendapatan atau Income stocks adalah jenis saham yang mampu
memberikan dividen yang besar, namun tetap diiringi dengan risiko yang besar juga.
Sehingga, diperlukan strategi yang ampuh dalam mengelola jenis saham ini.
c. Growth Stock
Saham berkembang atau growth stocks adalah saham yang mempunyai tingkat
perkembangan yang lebih cepat daripada jenis sahal lain yang sama di bidangnya.
Dalam kurun waktu satu hari, jenis saham ini bisa meningkat atau menurun beberapa
kali.
d. Speculative Stock
Saham spekulatif atau speculative stocks adalah jenis saham yang biasa atau sering
diperjualbelikan di bursa efek karena didalamnya terkandung potensi dividen yang
besar di masa depan.
e. Cylical Stock
Pengertian saham cyclical atau cyclical stocks adalah jenis saham yang sangat rentan
terkena tren ekonomi. Saham ini bersifat fluktuatif, dan fluktuasi di dalamnya
tergolong sangat cepat.
f. Emerging Growth Stock
Emerging growth stock merupakan jenis saham yang berasal dari perusahaan kecil,
namun lebih tahan banting, karena cenderung tidak terpengaruh dengan kondisi
ekonomi yang naik turun, terlebih lagi dengan adanya resesi
g. Defensive Stock
Defensive stocks adalah jenis saham yang tidak terpengaruh dengan adanya kondisi
resesi. Umumnya, saham ini berasal dari perusahaan yang bergerak pada industri
harian manusia yang daya belinya cenderung stabil di setiap harinya.

3. Penerbitan Saham Di Pasar Modal


Apabila perusahaan akan menerbitkan saham di pasar modal, berbagai pihak perlu
dihubungi, sebelum memperoleh ijin dan persetujuan dari Badan Pengawas Pasar
Modal ( BAPEPAM). Pihak-pihak tersebut antara lain : 
 Akuntan Publik yang akan menyatakan bahwa laporan keuangan perusahaan
telah diaudit dan dinyatakan wajar tanpa syarat ( WTS ).
 Notaris, yang akan meyatakan bahwa Rapat Umum Pemegang Saham(RUPS)
memang telah memutuskan bahwa perusahaan untuk go public.
 Konsultan Hukum, yang menyatakan bahwa perusahaan memang sedang tidak
berada dalam sengketa hukum dengan pihak manapun juga.
 Appraisal ( perusahaan penilai ), yang akan membuat pernyataan tentang nilai
wajar dari berbagai aktiva yang dimiliki perusahaan saat ini.
 Underwriter ( perusahaan penjamin ), yang akan menjamin bahwa keseluruhan
saham yang ditawarkan oleh perusahaan akan laku terjual, dan apabila ada
sebagian besar saham yang tidak laku terjual, maka underwriter inilah yang
nantinya akan membeli secara keseluruhan terhadap saham-saham yang belum
laku terjual.
 Sedangkan persyaratan-persyaratan lain yang menyangkut kondisi intern
perusahaan yang akan menerbitkan sekuritas di pasar modal, antara lain :
 Perusahaan adalah merupakan perusahaan yang baik (telah lama beroperasi,
dan selama dua tahun terakhir menghasilkan keuntungan).
 Besar (jumlah saham yang diterbitkan minimal satu juta lembar saham dengan
nilai nominal Rp. 1.000,-).

B. Kekurangan Dan Kelebihan Pembiayaan Jangka Panjang Dengan Saham

C. Penilaian Saham
1. Price Earning Ratio
Price Earning Ratio adalah rasio yang digunakan untuk memperkirakan apakah
suatu saham memiliki nilai (value) lebih tinggi atau lebih rendah dibanding
pendapatannya. Rasio ini menunjukkan berapa rupiah yang bersedia dibayar oleh
para investor untuk kondisi keuangan perusahaan saat ini dan prospek
pertumbuhan ke depannya.
Price Earning Ratio terkenal pula dengan berbagai istilah lain, seperti Price to
Earning Ratio, PE Ratio, P/E Ratio, rasio P/E, dan PER. Semua istilah itu
mengacu pada satu rumus yang sama. 
Rumus Price Earning Ratio cukup sederhana, yakni harga saham per lembar
dibagi dengan EPS. Namun, cara menghitungnya memerlukan beberapa tahap.
Pertama, kumpulkan data-data yang diperlukan. Untuk perhitungan rumus Price
Earning Ratio, kita membutuhkan data laba perusahaan, jumlah saham beredar,
dan harga saham saat ini. 
Kedua, kita perlu menghitung Earning per Share (EPS). EPS diperoleh dari laba
bersih dibagi dengan jumlah saham beredar.
EPS = Laba Bersih / Jumlah Lembar Saham
Ketiga, barulah kita dapat mulai menghitung Price Earning Ratio berdasarkan
rumusnya.
PER = Harga Saham/EPS
Contoh:
Laporan Keuangan BJTM menunjukkan perolehan laba Rp1.523.070.000.000
pada akhir tahun 2021. Jumlah saham beredar tercatat pada situs IDX sebanyak
14.865.343.101. Berdasarkan informasi tersebut, kita dapat menyimpulkan EPS
sebesar 102,46. Dengan harga saham BJTM saat ini Rp730 per lembar, maka PER
= 730:102,46 atau sebesar 7,12x. 

Kita memang menghitung PER untuk setiap saham secara terpisah. Namun, nilai
PER dari satu saham saja biasanya kurang objektif untuk dimanfaatkan dalam
mengambil keputusan. Investor berpengalaman umumnya membandingkan Price
Earning Ratio dari beberapa saham berbeda dalam satu industri. Tujuannya untuk
mengetahui saham mana yang paling murah dalam bidangnya. 
Perhatikan frasa yang di-bold tadi: fungsi Price Earning Ratio adalah untuk
mengetahui saham mana yang paling murah dalam bidangnya. Jadi, sebaiknya
hanya membandingkan PER antara saham-saham yang bergerak dalam sektor atau
subsektor yang sama. Bandingkanlah saham perbankan dengan saham perbankan
juga, bukannya saham perbankan dengan saham batu bara atau saham menara.
Ada sektor-sektor tertentu yang cenderung lebih mahal dibanding sektor lain
ketika sedang booming. Contohnya saham dari sektor tambang yang tergolong
siklikal. 
Price Earning Ratio yang bagus semestinya tidak terlalu tinggi, tetapi juga tidak
terlalu rendah. Kriteria lengkapnya:

 Nilai PER yang ideal untuk saham undervalue berada di bawah 15x.


Value Investor suka mengoleksi saham dengan PER di bawah 15x, karena
PER lebih dari 15x berarti sudah terlalu mahal. Investor dan trader yang
menggunakan strategi lain tetap dapat mengoleksi saham dengan nilai PER
di atas 15x, tetapi harus melalui analisis lebih lanjut.
 Nilai PER di bawah 7x harus diwaspadai. Mengapa? Saham berharga
murah itu bisa jadi karena undervalue (layak dibeli), tetapi kadang juga
karena memang murahan (tak layak dibeli). Untuk memastikannya, periksa
fundamental perusahaan dan sektor saham tersebut. Beberapa hal yang
wajib diperiksa antara lain cash flow, rasio laba, rasio utang, dan
perkembangan situasi terkini dalam sektor tersebut.
 Nilai PER negatif (di bawah nol) perlu dihindari. PER
negatif menandakan bahwa perusahaan merugi. Saham dengan PER negatif
selama beberapa tahun beruntun biasanya merupakan saham zombie atau
nyaris gocap.

2. Pendekatan Penilaian Saham Lainnya


a. Metode Price to Book Value (PBV)
PBV adalah hasil perbandingan antara harga pasar saham dengan nilai
buku per lembar saham. Nilai buku per lembar saham diperoleh
dengan cara membagi seluruh modal sendiri perusahaan dengan semua
saham yang telah dikeluarkan dan disetor penuh. PBV menggambarkan
seberapa besar pasar para investor menghargai nilai buku saham
perusahaan. Dapat diartikan bahwa semakin tinggi rasio PBV, maka
tinggi juga apresiasi pasar terhadap prospek perusahaan, namun di sisi
lain kenaikan atau tingginya rasio PBV, juga dapat berarti
meningkatnya risiko bagi investor. Secara teoritis rasio PBV yang wajar
adalah sebesar 2 kali atau dengan kata lain harga saham dikategorikan
masih wajar dalam kaitan dengan risiko investasi jika harga
saham perusahaan sebesar 2 kali dari nilai buku per lembar saham.
Ada pun rumus PBV adalah sebagai berikut:
PBV = Harga Saham/Nilai Buku Saham
Contoh :
Diketahui nilai atau harga pasar suatu saham PT.ABC Tbk Rp 35
perlembar saham, dan data di dalam neraca perusahaan tersebut
diketahuibahwa modal perusahaan Rp 350 Miliar, jumlah saham beredar
38.166miliar lembar.Berapakah PBV?
Jawab:
Nilai buku per lembar saham perusahaan = Rp 350 miliar : 38.166 miliar
lembar
= Rp 9.PBV = Rp 35/Rp 9 = 3,8x
Berarti harga atau nilai pasar saham perusahaan adalah 3,8 kali nilai
buku perusahaan. Perlu diingat juga bahwa ada beberapa hal yang
terkait dengan analisa PBV yang perlu diperhitungkan:
 Perusahaan yang laba atau earning-nya negative, tidak
dapat menggunakan metode PER sehingga metode PBV sangat
membantu investor untuk memperkirakan risiko yang
dihadapi apabila melakukan investasi pada saham perusahaan
bersangkutan.
 Penggunaan metode PBV untuk penilaian harga wajar
saham perusahaan – perusahaan yang bergerak di bidang jasa
yang sama asetnya dalam bentuk aktiva tetap umumnya
relative sangat kecil, sehingga untuk penilaian saham pada
perusahaan – perusahaan yang bergerak di bidang jasa kurang
relevan untuk digunakan.
b. Rasio Harga Saham/ Aliran Kas
Rasio harga/aliran kas ( price/cash flow ratio ) digunakan investor untuk
mengevaluasi daya tarik investasi, dari sudut pandang sebuah saham
perusahaan. Pengukuran ini membandingkan harga pasar saham terhadap
jumlah aliran kas yang dihasilkan per saham perusahaan.
Rasio ini mirip dengan  price/earning ratio  , hanya saja rasio  price/cash
flow  (P/CF) kerap dipandang lebih bisa diandalkan ketimbang  earning 
 per share  untuk mengevaluasi akseptabilitas, atau kekurangan, harga
saham berlaku. Argumen untuk menggunakan aliran kas ketimbang
earning  adalah karena aliran kas tak mudah dimanipulasi. Tak seperti
aliran kas,  earning  terpengaruh oleh depresiasi dan faktor non-tunai
lainnya.
Price to cash flow = Harga Saham/Cash Flow per Share
c. Economic value Added
Economic value added (EVA) atau dalam bahasa Indonesia disebut
dengan nilai tambah ekonomis adalah suatu konsep yang hampir sama
dengan pendapatan residual. Konsep EVA muncul karena laba bersih
dalam akuntansi yang cenderung dilebih-lebihkan dari yang sebenarnya.
Economic value added (EVA) dihitung dengan mengurangkan laba bersih
operasional setelah pajak atau net operating profit after tax (NOPAT)
dengan seluruh biaya modal perusahaan. Ini artinya, EVA mengakui
semua biaya modal, termasuk biaya modal yang berasal dari saham biasa.
Hasil akhir dari perhitungan inilah yang merupakan keuntungan atau laba
bersih suatu perusahaan yang sebenarnya. Perhitungan EVA, pada
kenyataannya, cukup kompleks karena selain membuat berbagai
penyesuaian biaya modal, juga membuat penyesuaian terhadap prinsip
akuntansi.
Formula untuk menghitung EVA adalah:

EVA = NOPAT – Biaya Modal Setelah Pajak


= EBIT x (1-Rate Pajak) – (Total Modal)(Biaya Modal Setelah
Pajak)

Yang dimaksud total modal dalam ilmu keuangan adalah kewajiban


jangka panjang ditambah ekuitas (saham preferen dan saham biasa). Jadi,
ketika kamu melihat neraca perusahaan, struktur modal perusahaan
merupakan selisih antara total aset dengan kewajiban lancar. Dari formula
untuk menghitung EVA, dapat dilihat dengan jelas bahwa EVA
merupakan keuntungan suatu bisnis yang sebenarnya dan sangat berbeda
dengan laba bersih versi akuntansi yang disajikan dalam laporan laba rugi.
Economic value added (EVA) merupakan pendapatan residual setelah
semua biaya modal, termasuk modal dari ekuitas dijadikan pengurang
pendapatan. Pada laba versi akuntansi, perhitungannya tidak menyertakan
biaya dari ekuitas.

D. Contoh Soal
Perhitungan Saham Preferensi:
1. PT “ X “ menerbitkan dan menjual saham preferensi 500.000 lbr dengan nilai nominal Rp
10.000/lbr, dividen yg akan dibayarkan 7 %/tahun dan harga jual di pasar perdana Rp
11.000/lbr. Hitunglah biaya saham preferensi tersebut
Jawab:
DSP = 7 % x Rp 10.000 = Rp 700
 HJSP = Rp 11.000
 Sehingga biaya saham preferensi adalah :
700
 BP = --------- x 100 % = 6,36 %
11.000

2. Perhitungan Saham Biasa


PT “Y” Memiliki Modal Sendiri yg terdiri dari (1) Saham Preferensi 500.000 lbr dgn
Nilai Nominal Rp 10.000/lbr, (2) Saham Biasa 1.000.000 lbr dgn Nilai Nominal Rp
5.000/lbr (3) Laba Ditahan Rp 500.000.000, (4) Surplus modal Rp 600.000.000. Berapa
Nilai Buku Saham Biasa ?

Jawab:
• Jumlah Modal Sendiri =
(1) SP : 500.000 lbr x rp 10.000 Rp 5.000.000.000
(2) SB : 1.000.000 lbr x rp 5.000 Rp 5.000.000.000
(3) Laba Ditahan Rp 500.000.000
(4) Surplus Modal Rp 600.000.000
Total Modal Sendiri Rp 11.100.000.000
11.100.000.000 – 5.000.000.000
• NBSB = ----------------------------------------
1.000.000

16.100.000.000
• NBSB = -------------------- = Rp 16.100,-
1.000.000

Anda mungkin juga menyukai