KELOMPOK 6
Disusun oleh :
Anggi Nabila Harni 2210536044
Aminatussuhriah 2210536048
Setiap pemegang saham mempunyai hak suara yang sama dalam hal memilih
dewan komisaris.
Setiap hak pemegang saham akan diprioritaskan saat perusahaan akan
mengeluarkan saham baru.
Setiap pemegang saham memiliki tanggung jawab yang sifatnya terbatas,
yakin sebesar nilai saham yang sudah disetorkannya.
C. Penilaian Saham
1. Price Earning Ratio
Price Earning Ratio adalah rasio yang digunakan untuk memperkirakan apakah
suatu saham memiliki nilai (value) lebih tinggi atau lebih rendah dibanding
pendapatannya. Rasio ini menunjukkan berapa rupiah yang bersedia dibayar oleh
para investor untuk kondisi keuangan perusahaan saat ini dan prospek
pertumbuhan ke depannya.
Price Earning Ratio terkenal pula dengan berbagai istilah lain, seperti Price to
Earning Ratio, PE Ratio, P/E Ratio, rasio P/E, dan PER. Semua istilah itu
mengacu pada satu rumus yang sama.
Rumus Price Earning Ratio cukup sederhana, yakni harga saham per lembar
dibagi dengan EPS. Namun, cara menghitungnya memerlukan beberapa tahap.
Pertama, kumpulkan data-data yang diperlukan. Untuk perhitungan rumus Price
Earning Ratio, kita membutuhkan data laba perusahaan, jumlah saham beredar,
dan harga saham saat ini.
Kedua, kita perlu menghitung Earning per Share (EPS). EPS diperoleh dari laba
bersih dibagi dengan jumlah saham beredar.
EPS = Laba Bersih / Jumlah Lembar Saham
Ketiga, barulah kita dapat mulai menghitung Price Earning Ratio berdasarkan
rumusnya.
PER = Harga Saham/EPS
Contoh:
Laporan Keuangan BJTM menunjukkan perolehan laba Rp1.523.070.000.000
pada akhir tahun 2021. Jumlah saham beredar tercatat pada situs IDX sebanyak
14.865.343.101. Berdasarkan informasi tersebut, kita dapat menyimpulkan EPS
sebesar 102,46. Dengan harga saham BJTM saat ini Rp730 per lembar, maka PER
= 730:102,46 atau sebesar 7,12x.
Kita memang menghitung PER untuk setiap saham secara terpisah. Namun, nilai
PER dari satu saham saja biasanya kurang objektif untuk dimanfaatkan dalam
mengambil keputusan. Investor berpengalaman umumnya membandingkan Price
Earning Ratio dari beberapa saham berbeda dalam satu industri. Tujuannya untuk
mengetahui saham mana yang paling murah dalam bidangnya.
Perhatikan frasa yang di-bold tadi: fungsi Price Earning Ratio adalah untuk
mengetahui saham mana yang paling murah dalam bidangnya. Jadi, sebaiknya
hanya membandingkan PER antara saham-saham yang bergerak dalam sektor atau
subsektor yang sama. Bandingkanlah saham perbankan dengan saham perbankan
juga, bukannya saham perbankan dengan saham batu bara atau saham menara.
Ada sektor-sektor tertentu yang cenderung lebih mahal dibanding sektor lain
ketika sedang booming. Contohnya saham dari sektor tambang yang tergolong
siklikal.
Price Earning Ratio yang bagus semestinya tidak terlalu tinggi, tetapi juga tidak
terlalu rendah. Kriteria lengkapnya:
D. Contoh Soal
Perhitungan Saham Preferensi:
1. PT “ X “ menerbitkan dan menjual saham preferensi 500.000 lbr dengan nilai nominal Rp
10.000/lbr, dividen yg akan dibayarkan 7 %/tahun dan harga jual di pasar perdana Rp
11.000/lbr. Hitunglah biaya saham preferensi tersebut
Jawab:
DSP = 7 % x Rp 10.000 = Rp 700
HJSP = Rp 11.000
Sehingga biaya saham preferensi adalah :
700
BP = --------- x 100 % = 6,36 %
11.000
Jawab:
• Jumlah Modal Sendiri =
(1) SP : 500.000 lbr x rp 10.000 Rp 5.000.000.000
(2) SB : 1.000.000 lbr x rp 5.000 Rp 5.000.000.000
(3) Laba Ditahan Rp 500.000.000
(4) Surplus Modal Rp 600.000.000
Total Modal Sendiri Rp 11.100.000.000
11.100.000.000 – 5.000.000.000
• NBSB = ----------------------------------------
1.000.000
16.100.000.000
• NBSB = -------------------- = Rp 16.100,-
1.000.000