Anda di halaman 1dari 13

UNIVERSITAS ANDALAS PADANG FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI DIPLOMA-III


Sekretariat : Kampus Limau Manih, Padang25163 Telp. (0751) 71088 Fax. (0751) 71089 E-mail :
feua2000@yahoo.com

Mata Kuliah/ Kode : Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah/ EDK320


Jurusan : Keuangan Negara
Semester/Kelas : V (Lima) / KN. 1 dan KN. 2
Tahun Akademik : 2021 / 2022
Hari/ Jam : Senin/ 13.30-16.00 WIB dan Rabu/ 07.30-10.00 WIB
Sistem Perkuliahan : Kegiatan perkuliahan Jarak jauh (ilearn google classroom-
whatsApp and email)
Lokal : H 1.10 / (di Rumah masing-masing)
Dosen Pengasuh : Syafruddin Ras, SE, MM/ Zulkarnaini Ras, Drs., M.Si

Materi-2
ASPEK PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA
INSTANSI PEMERINTAH

I. INFORMASI UMUM

Setiap instansi pemerintah berkewajiban untuk menyiapkan,


menyusun dan menyampaikan laporan kinerja secara tertulis, periodik
dan melembaga.
Pelaporan kinerja ini dimaksudkan untuk mengkomunikasikan
capaian kinerja instansi pemerintah dalam suatu tahun anggaran yang
dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan dan sasaran instansi
pemerintah.
Instansi pemerintah yang bersangkutan harus
mempertanggungjawab-kan dan menjelaskan keberhasilan dan
kegagalan tingkat kinerja yang dicapainya.
Pelaporan kinerja oleh instansi pemerintah ini kemudian
dituangkan dalam dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP).
LAKIP dapat dikategorikan sebagai laporan rutin, karena paling
tidak disusun dan disampaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan setahun sekali.

1
Pedoman penyusunan LAKIP tersebut dituangkan dalam Surat
Keputusan Kepala LAN Nomor 239 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan telah
disempurna-kan dengan terbitnya Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29
Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang diterbitkan
pada tanggal 31 Desember 2010. Surat Keputusan Kepala LAN Nomor
239 Tahun 2003 tersebut masih berlaku hingga saat ini sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Menteri PAN dan RB tersebut.

Pedoman Penyusunan LAKIP menurut Surat Keputusan Kepala


LAN Nomor 239 Tahun 2003.
Beberapa pedoman yang diatur dalam SK tersebut antara lain adalah :
1) Penanggung Jawab Penyusunan LAKIP;
2) Prinsip-Prinsip Penyusunan LAKIP;
3) Format dan Isi LAKIP.
1) Penanggung Jawab Penyusunan LAKIP
Setiap instansi pemerintah berkewajiban untuk menyiapkan,
menyusun dan menyampaikan laporan kinerja secara tertulis, periodik
dan melembaga. Pelaporan kinerja ini dimaksudkan untuk
mengkomunikasikan capaian kinerja instansi pemerintah dalam suatu
tahun anggaran yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan dan
sasaran instansi pemerintah.
Instansi pemerintah yang bersangkutan harus
mempertanggungjawab-kan dan menjelaskan keberhasilan dan
kegagalan tingkat kinerja yang dicapainya.
Pelaporan kinerja oleh instansi pemerintah ini kemudian dituangkan
dalam dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP).
LAKIP dapat dikategorikan sebagai laporan rutin, karena paling
tidak disusun dan disampaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan setahun sekali.
Pedoman penyusunan LAKIP tersebut dituangkan dalam Surat
Keputusan Kepala LAN Nomor 239 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan telah
disempurnakan dengan terbitnya Peraturan Menteri Negara
2
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29
Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang diterbitkan
pada tanggal 31 Desember 2010.
Surat Keputusan Kepala LAN Nomor 239 Tahun 2003 tersebut
masih berlaku hingga saat ini sepanjang tidak bertentangan dengan
Peraturan Menteri PAN dan RB tersebut.
2) Prinsip-prinsip Penyusunan LAKIP
Penyusunan LAKIP harus mengikuti prinsip-prinsip pelaporan pada
umumnya, yaitu laporan harus disusun secara jujur, obyektif, akurat
dan transparan. Di samping itu, perlu pula diperhatikan :
a. Prinsip lingkup pertanggungjawaban
Hal-hal yang dilaporkan harus proporsional dengan lingkup
kewenangan dan tanggung jawab masing-masing dan memuat baik
mengenai kegagalan maupun keberhasilan.
b. Prinsip prioritas
Yang dilaporkan adalah hal-hal yang penting dan relevan bagi
pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban instansi yang
diperlukan untuk upaya-upaya tindak lanjutnya.
c. Prinsip manfaat
Prinsip manfaat, yaitu manfaat laporan harus lebih besar daripada
biaya penyusunannya, dan laporan harus mempunyai manfaat bagi
peningkatan pencapaian kinerja. Dalam hubungan itu, perlu pula
diperhatikan beberapa ciri laporan yang baik seperti relevan, tepat
waktu, dapat dipercayai, diandalkan, mudah dimengerti (jelas dan
cermat), dalam bentuk yang menarik (tegas dan konsisten, tidak
kontradiktif antar bagian), berdaya banding tinggi (reliable),
berdaya uji (verifiable), lengkap, netral, padat, dan mengikuti
standar laporan yang ditetapkan.
3) Format dan Isi LAKIP
Agar LAKIP dapat lebih berguna sebagai umpan balik bagi pihak-
pihak yang berkepentingan, maka bentuk dan isinya diseragamkan
tanpa mengabaikan keunikan masing-masing instansi pemerintah.
Format LAKIP ini dimaksudkan untuk mengurangi perbedaan isi
dan cara penyajian yang dimuat dalam LAKIP sehingga
memudahkan pembandingan ataupun evaluasi akuntabilitas yang
harus dilakukan.

3
Format laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah minimal
terdiri atas :
a) Ikhtisar Eksekutif
Pada bagian ini disajikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
dalam rencana stratejik serta sejauh mana instansi pemerintah
mencapai tujuan dan sasaran utama tersebut, serta kendala-kendala
yang dihadapi dalam pencapaiannya.
Disebutkan pula langkah-langkah apa yang telah dilakukan untuk
mengatasi kendala tersebut dan langkah antisipatif untuk
menanggulangi kendala yang mungkin akan terjadi pada tahun
mendatang.

b) Pendahuluan
Pada bagian ini dijelaskan hal-hal umum tentang instansi serta
uraian singkat mandai apa yang dibebankan kepada instansi
(gambaran umum tupoksi).
c) Rencana Stratejik
Pada bab ini disajikan gambaran singkat mengenai: Rencana
stratejik dan Rencana Kinerja. Pada awal bab ini disajikan
gambaran secara singkat sasaran yang ingin diraih instansi peda
tahun yang bersangkutan serta bagaimana kaitannya dengan
capaian visi dan misi instansi.
Dalam Rencana Stratejik mencakup uraian singkat tentang rencana
stratejik instansi, mulai dari visi, misi, tujuan, sasaran serta
kebijakan dan program instansi.
d) Rencana Kerja
Disajikan rencana kinerja pada tahun yang bersangkutan, terutama
menyangkut kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai sasaran
sesuai dengan program peda tahun tersebut, dan indikator
keberhasilan pencapaiannya.
e) Akuntabilitas Kinerja
Pada bagian ini disajikan uraian hasil pengukuran kinerja. evaluasi
dan analisis akuntabilitas kinerja, termasuk di dalamnya mengurai-
kan secara sistematis keberhasilan dan kegagalan, hambatan/
kendala, dan permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah
antisipatif yang akan diambil.

4
Selain itu dilaporkan pula akuntabilitas keuangan dengan cara
menyajikan alokasi dan realisasi anggaran bagi pelaksanaan
tupoksi atau tugas-fugas lainnya, termasuk analisis fentang
capaian indikator kinerja efisiensi.
f) Penutup
Mengemukakan tinjauan secara umum tentang keberhasilan dan
kegagalan, permasalahan dan kendala utama yang berkaitan
dengan kinerja insfansi yang bersangkutan serta strategi
pemecahan masalah yang akan dilaksanakan di tahun mendatang.
g) Lampiran-lampiran
Setiap bentuk penjelasan lebih lanjut, perhitungan-perhitungan
gambar, dan aspek pendukung seperti SDM, sarana prasarana,
metode, dan aspek lain dan data yang relevan, hendaknya tidak
diuraikan dalam badan teks laporan, tetapi dimuat dalam lampiran.

Keputusan-keputusanatau peraturan-peraturan dan perundangan


tertentu yang merupakan kebijakan yang ditetapkan dalam rangka
pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran perlu dilampirkan. Jika
jumlah lampiran cukup .banyak, hendaknya dibuat daftar lampiran,
dattar gambar, dan dattar tabel secukupnya.
4) Waktu Penyampaian LAKIP
Penyusunan LAKIP harus dilandasi dengan pengertian dan
kesadaran bahwa laporan akan dapat bermanfaat bagi terwujudnya
kepemerintahan yang baik, pemerintahan yang bersih, dan
produktivitas di lingkungan instansi pemerintah.
Mengingat LAKIP merupakan media pertanggung-jawaban dan juga
menjadi bahan evaluasi untuk menilai kinerja instansi pemerintah,
maka LAKIP harus dibuat secara tertulis dan disampaikan secara
periodik. LAKIP tersebut harus disampaikan seiambat-lambatnya 3
(tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
5) Mekanisme Pelaporan
LAKIP disampaikan melalui mekanisme pelaporan yang melibatkan
pihak yang berwenang membuat dan menerima LAKIP, serta
pengguna LAKIP. Instansi yang harus dan berwenang membuat
LAKIP adalah Kementerian, Departemen, Lembaga Pemerintah Non
Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, Markas Besar
TNI (meliputi : Markas Besar TNI Angkatan Darat, Angkatan Udara,
5
Angkatan Laut), Kepolisian Republik Indonesia, Kantor Perwakilan
Pemerintah RI di Luar Negeri, Kejaksaan Agung, Perangkat
Pemerintahan Provinsi, Perangkat Pemerintahan Kabupaten/Kota, dan
lembaga/badan lainnya yang dibiayai dari anggaran negara.
Adapun mekanisme LAKIP adalah sebagai berikut :
a) Setiap pemimpin Departemen/LPND, Pemerintah Daerah,
Satuan Kerja atau Unit Kerja di dalamnya wajib membuat
laporan akuntabilitas kinerja secara berjenjang serta berka!a
untuk disampaikan kepada atasannya.
b) LAKIP tahunan dari tiap Departemen/LPND, masing-masing
Menteri/pemimpin LPND menyampaikan kepada Presiden dan
Wakil Presiden dengan tembusan kepada Menteri yang
bertanggung jawab di bidang Pendayagunaan Aparatur Negara
(PAN) serta Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP).
c) LAKIP tahunan dari setiap Pemerintah Provinsi disampaikan
kepada Presiden/Wakil Presiden dengan tembusan kepada
Menteri Dalam Negeri, Menteri yang bertanggungjawab di bidang
PAN, dan Kepala BPKP.
d) LAKIP tahunan Pemerintah Kabupaten/Kota disampaikan
kepada Presiden/Wakil Presiden dengan tembusan kepada
Menteri Dalam Negeri, Gubernur/Kepala Pemerintah Daerah
Provinsi dan Kepala Perwakilan BPKP.
e) Kepala BPKP melakukan evaluasi terhadap LAKIP dan
melaporkan hasilnya kepada Presiden melalui Menteri yang
bertanggungjawab di bidang PAN dan salinannya kepada Kepala
Lembaga Administrasi Negara (LAN).
f) Kepala LAN melakukan kajian dan penilaian terhadap
perkembangan pelaksanaan sistem akuntabilitas dan kinerjanya,
serta melaporkannya kepada Presiden melalui Menteri yang
bertanggungjawab di bidang PAN.
Laporan adalah suatu bentuk media output yang dihasilkan oleh
suatu sistem informasi. Suatu laporan dipandang dari segi manajemen
merupakan pelaksanaan fungsi manajemen, khususnya fungsi
pemantauan (monitoring). Laporan tertulis juga merupakan alat
komunikasi yang bersifat formal dan dapat dijadikan dasar untuk
referensi bagi pihak-pihak yang ingin menindak lanjuti atau
menggunakan laporan sebagai umpan balik.
6
Ditinjau dari segi desainnya, laporan dapat ditujukan untuk :
1. Menyampaikan informasi tentang aktivitas di masa lalu, status
sekarang dan proyeksi masa depan.
2. Memberikan signal tentang kejadian-kejadian penting, kesempatan,
peluang, permasalahan , ataupun peringatan.
3. Memicu tindakan-tindakan (action).
4. Mengkonfirmasi tindakan.

II. JENIS-JENIS LAPORAN


Pada dasarnya laporan dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok
besar yaitu ; laporan yang ditujukan kepada pihak internal (manajemen) dan
pihak eksternal (pihak-pihak lain yang berkepentingan). Adapun
pengklasifikasian secara umum dari suatu laporan adalah sebagai berikut :
1. Laporan berdasarkan Penerimanya
Laporan berdasarkan penerima ini dibedakan atas laporan internal dan
laporan eksternal. Laporan internal adalah laporan yang disampaikan
kepada manajer menengah dan untuk eksekutif, sedangkan laporan
eksternal adalah laporan untuk pihak lain diluar organisasi.
2. Laporan berdasarkan Tujuannya
Laporan berdasarkan Tujuan atau rencana penggunaannya terdiri dari ;
Laporan Perencanaan, Laporan Operasional, Laporan Kepengurusan
(Stewardship Report), Laporan Ketaatan, dan Laporan Legal.
3. Laporan berdasarkan Lingkupnya
Berdasarkan kepada lingkupnya, laporan dibedakan atas laporan
organisasi secara menyeluruh (komprehensif), laporan divisional,
laporan departemental, dan laporan wilayah.
4. Laporan berdasarkan Kepadatannya
Laporan menurut kepadatannya dibedakan atas laporan terinci,
laporan ikhtisar, dan laporan penyimpangan.
5. Laporan berdasarkan Pembuatannya
Berdasarkan kepada pembuatannya, laporan terdiri dari laporan
terjadual atau periodik, laporan menurut permintaan, laporan
karena terjadinya suatu peristiwa.
6. Laporan berdasarkan Kerangka Waktu (Time Frame)
Berdasarkan kerangka waktu atau frekwensi, suatu laporan terdiri
dari laporan jangka pendek dan laporan jangka panjang.

7
7. Laporan berdasarkan Model dan format metode penyajiannya.
Jenis laporan ini terdiri dari laporan “hard copy, laporan soft copy,
laporan naratif, laporan grafis, dan laporan tabulasi.
8. Laporan berdasarkan Fungsi Operasionalnya
Laporan berdasarkan fungsi operasionalnya terbagi atas laporan
keuangan, laporan produksi, laporan penjualan, laporan pelayanan
masyarakat, laporan pengelolaan persediaan, dan laporan personalia.

III. PRINSIP-PRINSIP LAPORAN YANG BAIK


1. Prinsip Penyusunan Laporan
Prinsip dasar penyusunan laporan yang baik pada umumnya harus
mengikuti prinsip-prinsip yang lazim, yaitu ; laporan harus disusun
dengan penyajian yang jujur, objektif dan transparan.
Disamping itu masih diperlukan beberapa prinsip lain, yaitu :
1) Prinsip pertanggung jawaban, sehingga lingkupnya jelas. Suatu
laporan hendaklah memuat hal-hal yang terkendali maupun yang
tidak terkendali bagi pihak yang melaporkan dan dapat dimengerti
oleh pembaca laporan.

2) Prinsip pengecualian, yang dilaporkan adalah kegiatan yang


penting dan relevan bagi pengambil keputusan dan dapat
dipertanggung jawabkan. Misalnya hal-hal yang menonjol, baik
keberhasilan maupun kegagalan, perbedaan-perbedaan antara
realisasi dengan target/standar/rencana/budget, penyimpangan-
penyingan (variance) dari rencana yang disebabkan alasan-alasan
tertentu dan sebagainya.

3) Prinsip perbandingan, yaitu laporan dapat memberikan gambaran


kondisi periode kinerja yang dilaporkan dibandingkan dengan
periode kinerja tahun sebelumnya atau dibanding dengan unit lain
yang relevan.
4) Prinsip Akuntabilitas, sejalan dengan prinsip pertanggung jawaban
dan prinsip pengecualian di atas, maka prinsip ini mensyaratkan
hal-hal yang dominant yang membuat sukses atau gagal yang perlu
dilaporkan.

2. Ciri-ciri dan Karakteristik Informasi Dalam Suatu Laporan

8
Selanjutnya suatu laporan yang baik hendaklah memberikan
informasi yang mempunyai keunggulan kualitatif yang banyak dan
bervariasi.
Beberapa ciri atau karaktristik yang menjadi ukuran baik atau
buruknya informasi dalam suatu laporan, adalah :
a. Relevance
Relevan adalah kriteria yang mendasar berhubungan dengan
tujuan dari suatu organisasi dan tergantung kepada kegunaan dari
informasi tersebut. Suatu informasi yang relevan biasanya mempunyai
nilai prediksi (predictive value). Sebagai contoh, informasi yang
berhubungan dengan produk untuk bulan ini mungkin sangat relevan
bagi manajer produksi yang berkepentingan mengejar target produksi.
Dengan membandingkan kemajuan produksi bulan ini dan bulan lalu
dapat digunakan untuk membuat keputusan apakah target produksi
bulan depan akan tercapai/ terlampaui atau tidak.
b. Quantifiability (Keterkuantifikasian)
Kuantifikasi adalah suatu informasi yang bernilai numeric
terhadap suatu obyek yang biasanya digunakan dalam memproses suatu
pengukuran.
Proses ini meliputi empat langkah, yaitu :
1) Menentukan apa yang diukur.
2) Memilih skala pengukuran yang cocok.
3) Meyakinkan keadaan dari kejadian atau objek yang diukur.
4) Menggunakan hasil pengukuran.
c. Akurasi (Akurat)
Informasi yang akurasi/akurat adalah informasi yang tepat dan bebas
dari kesalahan. Akurasi dapat terjadi pada waktu pengukuran ataupun pada
pengolahan data. Akurasi dapat ditingkatkan melalui kehati-hatian dalam
memperoleh dan memproses data dan menyampaikan kepada pengguna
informasi. Oleh sebab itu data-data yang dibangun dalam sistem informasi
diyakini lebih efektif untuk memperoleh akurasi dari suatu informasi.
d. Kepadatan (Ringkas)
Informasi yang padat dan ringkas adalah informasi yang isinya
memuat ringkasan isu pokok yang disajikan dalam laporan tersebut
pada dasarnya mudah dicerna dan dimengerti oleh pengguna informasi
dengan cepat.

9
Kepadatan informasi, dapat dicapai dengan beberapa metode :
1) Dengan jalan mengikhtisarkannya dalam kerangka kerja siklus
akuntansi. Misalnya menyampaikan laporan keuangan dalam
laporan Neraca dan Laporan Perhitungan Rugi/Laba.
2) Menggunakan metode tingkatan manajemen.
Dalam hal ini semakin tinggi kedudukan seseorang manajer maka
informasi yang disampaikan haruslah semakin padat atau dalam
bentuk ringkasan eksekutif (Executive Summary).

3) Dengan metode penarikan kesimpulan (inference) dari suatu


kumpulan pendapat.

e. Ketepatan (timeliness)
Ketepatan informasi biasanya berkaitan dengan dua hal penting,
yaitu frekwensi dan penangguhan. Frekwensi menunjukkan seberapa
sering suatu informasi sejenis harus disampaikan dan diukur dalam
suatu interval waktu.
Penangguhan menunjukkan panjangnya waktu yang habis (expire)
mulai dari informasi yang terjadi sampai ketangan pengguna.
Semakin lama waktu yang diperlukan untuk penyusunan laporan,
maka semakin berkurang kegunaan informasi bagi sipengguna.
Oleh sebab itu suatu informasi akan didesak oleh keterbatasan
waktu.
3. Bentuk Penyajian Laporan
Bentuk penyajian data-data laporan “LAKIP” hendaklah
mempertimbangkan dari segi efektivitas penyampaiannya yang dibagi
atas tiga kelompok, yaitu :

a. Diuraikan secara Naratif


Penyajian laporan secara naratif dianggap paling netral, kecuali
dalam hal-hal tertentu dimana sekelompok data harus disajikan dalam
bentuk table atau grafis. Penyajian secara naratif cocok digunakan
untuk menyajikan interpretasi dari suatu informasi atau menarik
kesimpulan dari berbagai data yang ada.

b. Diuraikan dalam bentuk Tabel


10
Data kinerja sering disajikan dalam bentuk table dengan maksud
membandingkan antara kinerja dengan target atau tujuan kinerja
(performance goal). Penyajian dalam bentuk table dianggap paling efektif
dalam membandingkan data kinerja untuk pengukuran keberhasilan.
Penyajian dalam bentuk table secara umum perlu diutamakan jika
terdapat kondisi-kondisi sebagai berikut :
1) Rincian angka-angka mendominasi laporan dan sedikit komentar
naratif atau penjelasan-penjelasan yang diperlukan.
2) Rincian data memerlukan pengelompokkan.
3) Setiap kelompok data memerlukan label atau tanda.
4) Total atau jumlah-jumlah harus disajikan atau perlu perbandingan
antar komponen informasi.

c. Diuraikan dalam bentuk Grafis

Penyajian dalam bentuk grafis dapat berupa grafik, bagan (charts),


icon, atau tampilan-tampilan dalam bentuk gambar lainnya. Penyajian
yang demikian lebih mudah diingat oleh para manajer dibandingkan
dengan angka-angka absolutnya.
Penyajian dalam bentuk grafik akan efektif untuk tujuan-tujuan sebagai
berikut :
1) Mendeteksi Pola Data.
2) Mendeteksi Trend (kecenderungan) data dan perubahannya.
3) Mengidentifikasi hubungan kerja di antara berbagai-bagai elemen.

Penyajian dalam bentuk grafis biasanya lebih menarik dan akan


berguna sekali untuk :
1) Memperbaiki penyajian data.
2) Mengatasi volume informasi yang cukup rinci dan banyak.
3) Memenuhi preferensi kebanyakan orang yang lebih senang
penampilan gambar yang berwarna warni dari sekedar kolom-kolom
dan lajur-lajur yang penuh dengan angka-angka.

Sebaliknya penyajian dalam bentuk grafis mempunyai kelemahan-


kelemahan sebagai berikut :
1) Tidak dapat menunjukkan angka-angka absolut.
2) Tidak dapat menunjukkan angka-angka yang kecil.

11
3) Tidak dapat menentukan perubahan absolut dalam nilai numerik
yang disajikan dalam trend.

4. Prosedur Penyusunan System LAKIP


Dalam pelaksanaan system akuntabilitas kinerja diperlukan pola
pengukuran kinerja yang dimulai dari perencanaan strategic dan
berakhir pada pengukuran kinerja atas kegiatan, program, dan
kebijaksanaan yang dilakukan dalam rangka pencapaian visi, misi,
tujuan, dan sasaran yang telah ditetapkan.
Ada Enam prosedur penyusunan Sistem LAKIP, adalah sebagai
berikut :
1) Mempersiapkan dan menyusun Perencanaan Strategik.
2) Merumuskan visi, misi, faktor-faktor kunci keberhasilan, tujuan,
sasaran, dan strategi instansi pemerintah.
3) Merumuskan Indikator Kinerja Instansi Pemerintah dengan
berpedoman pada kegiatan yang dominan, menjadi isu nasional dan
vital bagi pencapaian visi dan misi instansi pemerintah.
4) Memantau dan mengamati pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
organisasi dengan seksama.
5) Mengukur pencapaian kinerja dengan :
a) Perbandingan kinerja aktual dengan rencana atau target.
b) Perbandingan kinerja aktual dengan tahun-tahun sebelumnya.
c) Perbandingan kinerja aktual dengan kinerja di Negara-negara lain
atau dengan standar internasional.
6) Melakukan evaluasi kinerja dengan :
a) Menganalisis hasil pengukuran kinerja.
b) Menginterpretasikan data yang diperoleh.
c) Membuat pembobotan atau rating keberhasilan pencapaian
program.
d) Membandingkan pencapaian program kerja dengan visi dan misi
instansi pemerintah.

IV. REFERENSI
1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003, tentang Keuangan Negara;
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004, tentang Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Negara;
3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
5. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2015, tentang Pemerintahan Daerah.
6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006, tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah.
7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008, tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan , Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Daerah;
8. Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014, tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

12
9. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
10. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 53 Tahun
2014, tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;
11. Lembaga Administrasi Negara dan BPKP., Akuntabilitas dan Good Governance, Jakarta, 2000.
12. Keputusan Kepala LAN RI No. 589/IX/6/Y/1999, tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah.
13. Prof. Dr. CST, Kansil, SH dan Christine, ST. Kansil, SH, MH., Sistem Pemerintahan di Indonesia, Bumi Aksara
Indonesia, Jakarta, 2002.
14. Patricia., Visi dan Misi, Inter Aksara, Batam, 1999.
15. Prof. Said Zainal Abidin, PhD., Dinamika Reformasi dan Revitalisasi Administrasi Publik di Indonesia,
Penerbit Suara Bebas, Jakarta, 2006.

13

Anda mungkin juga menyukai