Materi-2
ASPEK PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA
INSTANSI PEMERINTAH
I. INFORMASI UMUM
1
Pedoman penyusunan LAKIP tersebut dituangkan dalam Surat
Keputusan Kepala LAN Nomor 239 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan telah
disempurna-kan dengan terbitnya Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29
Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang diterbitkan
pada tanggal 31 Desember 2010. Surat Keputusan Kepala LAN Nomor
239 Tahun 2003 tersebut masih berlaku hingga saat ini sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Menteri PAN dan RB tersebut.
3
Format laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah minimal
terdiri atas :
a) Ikhtisar Eksekutif
Pada bagian ini disajikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
dalam rencana stratejik serta sejauh mana instansi pemerintah
mencapai tujuan dan sasaran utama tersebut, serta kendala-kendala
yang dihadapi dalam pencapaiannya.
Disebutkan pula langkah-langkah apa yang telah dilakukan untuk
mengatasi kendala tersebut dan langkah antisipatif untuk
menanggulangi kendala yang mungkin akan terjadi pada tahun
mendatang.
b) Pendahuluan
Pada bagian ini dijelaskan hal-hal umum tentang instansi serta
uraian singkat mandai apa yang dibebankan kepada instansi
(gambaran umum tupoksi).
c) Rencana Stratejik
Pada bab ini disajikan gambaran singkat mengenai: Rencana
stratejik dan Rencana Kinerja. Pada awal bab ini disajikan
gambaran secara singkat sasaran yang ingin diraih instansi peda
tahun yang bersangkutan serta bagaimana kaitannya dengan
capaian visi dan misi instansi.
Dalam Rencana Stratejik mencakup uraian singkat tentang rencana
stratejik instansi, mulai dari visi, misi, tujuan, sasaran serta
kebijakan dan program instansi.
d) Rencana Kerja
Disajikan rencana kinerja pada tahun yang bersangkutan, terutama
menyangkut kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai sasaran
sesuai dengan program peda tahun tersebut, dan indikator
keberhasilan pencapaiannya.
e) Akuntabilitas Kinerja
Pada bagian ini disajikan uraian hasil pengukuran kinerja. evaluasi
dan analisis akuntabilitas kinerja, termasuk di dalamnya mengurai-
kan secara sistematis keberhasilan dan kegagalan, hambatan/
kendala, dan permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah
antisipatif yang akan diambil.
4
Selain itu dilaporkan pula akuntabilitas keuangan dengan cara
menyajikan alokasi dan realisasi anggaran bagi pelaksanaan
tupoksi atau tugas-fugas lainnya, termasuk analisis fentang
capaian indikator kinerja efisiensi.
f) Penutup
Mengemukakan tinjauan secara umum tentang keberhasilan dan
kegagalan, permasalahan dan kendala utama yang berkaitan
dengan kinerja insfansi yang bersangkutan serta strategi
pemecahan masalah yang akan dilaksanakan di tahun mendatang.
g) Lampiran-lampiran
Setiap bentuk penjelasan lebih lanjut, perhitungan-perhitungan
gambar, dan aspek pendukung seperti SDM, sarana prasarana,
metode, dan aspek lain dan data yang relevan, hendaknya tidak
diuraikan dalam badan teks laporan, tetapi dimuat dalam lampiran.
7
7. Laporan berdasarkan Model dan format metode penyajiannya.
Jenis laporan ini terdiri dari laporan “hard copy, laporan soft copy,
laporan naratif, laporan grafis, dan laporan tabulasi.
8. Laporan berdasarkan Fungsi Operasionalnya
Laporan berdasarkan fungsi operasionalnya terbagi atas laporan
keuangan, laporan produksi, laporan penjualan, laporan pelayanan
masyarakat, laporan pengelolaan persediaan, dan laporan personalia.
8
Selanjutnya suatu laporan yang baik hendaklah memberikan
informasi yang mempunyai keunggulan kualitatif yang banyak dan
bervariasi.
Beberapa ciri atau karaktristik yang menjadi ukuran baik atau
buruknya informasi dalam suatu laporan, adalah :
a. Relevance
Relevan adalah kriteria yang mendasar berhubungan dengan
tujuan dari suatu organisasi dan tergantung kepada kegunaan dari
informasi tersebut. Suatu informasi yang relevan biasanya mempunyai
nilai prediksi (predictive value). Sebagai contoh, informasi yang
berhubungan dengan produk untuk bulan ini mungkin sangat relevan
bagi manajer produksi yang berkepentingan mengejar target produksi.
Dengan membandingkan kemajuan produksi bulan ini dan bulan lalu
dapat digunakan untuk membuat keputusan apakah target produksi
bulan depan akan tercapai/ terlampaui atau tidak.
b. Quantifiability (Keterkuantifikasian)
Kuantifikasi adalah suatu informasi yang bernilai numeric
terhadap suatu obyek yang biasanya digunakan dalam memproses suatu
pengukuran.
Proses ini meliputi empat langkah, yaitu :
1) Menentukan apa yang diukur.
2) Memilih skala pengukuran yang cocok.
3) Meyakinkan keadaan dari kejadian atau objek yang diukur.
4) Menggunakan hasil pengukuran.
c. Akurasi (Akurat)
Informasi yang akurasi/akurat adalah informasi yang tepat dan bebas
dari kesalahan. Akurasi dapat terjadi pada waktu pengukuran ataupun pada
pengolahan data. Akurasi dapat ditingkatkan melalui kehati-hatian dalam
memperoleh dan memproses data dan menyampaikan kepada pengguna
informasi. Oleh sebab itu data-data yang dibangun dalam sistem informasi
diyakini lebih efektif untuk memperoleh akurasi dari suatu informasi.
d. Kepadatan (Ringkas)
Informasi yang padat dan ringkas adalah informasi yang isinya
memuat ringkasan isu pokok yang disajikan dalam laporan tersebut
pada dasarnya mudah dicerna dan dimengerti oleh pengguna informasi
dengan cepat.
9
Kepadatan informasi, dapat dicapai dengan beberapa metode :
1) Dengan jalan mengikhtisarkannya dalam kerangka kerja siklus
akuntansi. Misalnya menyampaikan laporan keuangan dalam
laporan Neraca dan Laporan Perhitungan Rugi/Laba.
2) Menggunakan metode tingkatan manajemen.
Dalam hal ini semakin tinggi kedudukan seseorang manajer maka
informasi yang disampaikan haruslah semakin padat atau dalam
bentuk ringkasan eksekutif (Executive Summary).
e. Ketepatan (timeliness)
Ketepatan informasi biasanya berkaitan dengan dua hal penting,
yaitu frekwensi dan penangguhan. Frekwensi menunjukkan seberapa
sering suatu informasi sejenis harus disampaikan dan diukur dalam
suatu interval waktu.
Penangguhan menunjukkan panjangnya waktu yang habis (expire)
mulai dari informasi yang terjadi sampai ketangan pengguna.
Semakin lama waktu yang diperlukan untuk penyusunan laporan,
maka semakin berkurang kegunaan informasi bagi sipengguna.
Oleh sebab itu suatu informasi akan didesak oleh keterbatasan
waktu.
3. Bentuk Penyajian Laporan
Bentuk penyajian data-data laporan “LAKIP” hendaklah
mempertimbangkan dari segi efektivitas penyampaiannya yang dibagi
atas tiga kelompok, yaitu :
11
3) Tidak dapat menentukan perubahan absolut dalam nilai numerik
yang disajikan dalam trend.
IV. REFERENSI
1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003, tentang Keuangan Negara;
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004, tentang Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Negara;
3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
5. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2015, tentang Pemerintahan Daerah.
6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006, tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah.
7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008, tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan , Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Daerah;
8. Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014, tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
12
9. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
10. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 53 Tahun
2014, tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;
11. Lembaga Administrasi Negara dan BPKP., Akuntabilitas dan Good Governance, Jakarta, 2000.
12. Keputusan Kepala LAN RI No. 589/IX/6/Y/1999, tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah.
13. Prof. Dr. CST, Kansil, SH dan Christine, ST. Kansil, SH, MH., Sistem Pemerintahan di Indonesia, Bumi Aksara
Indonesia, Jakarta, 2002.
14. Patricia., Visi dan Misi, Inter Aksara, Batam, 1999.
15. Prof. Said Zainal Abidin, PhD., Dinamika Reformasi dan Revitalisasi Administrasi Publik di Indonesia,
Penerbit Suara Bebas, Jakarta, 2006.
13