Anda di halaman 1dari 16

PASAR UANG DAN MODAL

“SAHAM”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
ESTERINA NATALIA A021211013
NANDA HERUNIZA A021211032
MARSELLY STEPHANY W A021211047
ADINDA WURI M R A021211072
NURUL HIDAYATUSSALIHAH A021211158
MUHAMMAD ZULHADIST J A021211166

MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
PENGERTIAN SAHAM
Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan
pemegang saham memiliki hak klaim atas keuntungan dan aktiva perusahaan. Saham
merupakan surat berharga yang menunjukkan bagian dari kepemilikan perusahaan, jika para
investor berinvestasi dengan membeli saham berarti investor tersebut membeli sebagian
kepemilikan atas perusahaan tersebut, dan investor tersebut berhak atas keuntungan yang
diperoleh perusahaan dalam bentuk dividen. Menurut Dermawan Sjahrial, saham adalah surat
berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas atau yang
disebut emiten. Saham dinyatakan bahwa pemilik saham tersebut juga pemilik sebagian dari
sebagian perusahaan itu. Dengan demikian kalau seorang investor membeli saham, maka dia
juga menjadi pemilik/ pemegang saham perusahaan.

PENGERTIAN COMMON STOCK (SAHAM BIASA)


Common stock (saham biasa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh
perusahaan, dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti RUPS (rapat umum
pemegang saham) danRUPSLB (rapat umum pemegang saham luar biasa). (Fahmihal, :81)
Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan mewakilkan kepada manajemen untuk
menjalankan oprasi perusahaan. Pemegang saham biasanya mempunyai beberapa hak
diantanya adalah:
a. Hak Kontrol

Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi. Artinya pemegang
saham mempunyai hak untuk mengontrol siapa yang akan memimpin perusahaanya.
b. Hak menerima pembagian keuntungan

Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak mendapat bagian dari
keuntungan perusahaan. Tidak semua laba akan dibagikan, tetapi sebagian laba tersebut akan
ditanamkan kembali kedalam perusahaan.
c. Hak preemptif
Merupakan hak untuk mendapatkan presentasi pemilikan yang sama jika perusahaan
mengeluarkan tambahan lembar saham, maka jumlah saham yang beredar akan lebih banyak
dan akibatnya presentase kepemilikan pemegang saham yang lama akan turun.
Jenis-jenis saham biasa

Common stock (saham biasa) adalah memiliki kelebihan dibandingkan preferen stock
terutama dalam rapat umum pemegang saham yang otomatis memberikan wewenang kepada
pemegangnya untuk ikut serta dalam menentukan berbagai kebijakan perusahaan.
Common stock ini memiliki beberapa jenis yaitu:

a. Blue chip stock (saham unggulan): adalah saham dari perusahaan dan yang dikenal
secara nasional dan memiliki sejarah laba, pertumbuhan, dan manajemen yang berkualitas.
b. Growth stock: adalah saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba
yang tinggi
c. Defensive stock: adalah saham-saham yang cenderung lebih stabil

d. Cyclical stock: adalahs ekuritas yang cenderung naik nilainya secara cepat saat ekonomi
semarak dan jatuh dengan cepat saat ekonomi lesu
e. Seasonal stock: perusahaan yang penjualannya bervariasi karena dampak musiman

f. Speculative stock: adalah saham yang kondisinya memiliki tingkat spekulasi yang
tinggi kemungkinan tingkat pengembalian hasilnya rendah atau negatif
Rumus Common Stock

Dalam perhitungan secara akuntansi, common stock dapat dihitung menggunakan rumus
berikut ini:
Common Stock = (Jumlah Saham Beredar – Jumlah Saham Preferen) x Harga per Lembar
Saham
Jumlah saham yang beredar merupakan jumlah saham yang diterbitkan oleh perusahaan
untuk mendanai aktivitas perusahaan. Biasanya, jumlah total saham yang beredar ditentukan
oleh pihak manajemen dengan berbagai pertimbangan
PREFERRED STOCK (SAHAM ISTIMEWA)

Preferred stock (saham istimewa) adalah saham yang mempunyai sifat gabungan
anatara obligasi dan saham biasa. Seperti obligasi yang membayarkan bunga atas
pinjaman, sahampreferen juga memberikan hasil yang tetap berupa deviden preferen.
Dibandingkan dengansaham biasa, saham preferen memiliki beberapa hak yaitu hak atas
deviden tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terja dilikuidasi.
Keuntungan yang diperoleh dari common stock adalah lebih tinggi dibandingkan dari
preferred stock. Perolehan keuntungan tersebut juga diikuti oleh tingginya resiko yang
akanditerima nantinya.
Cara Menghitung Saham Preferen

Untuk menghitung saham preferen, kamu harus terlebih dahulu mempelajari beberapa
informasi penting seperti tingkat dividen saham preferen, harga saham preferen, dan
tingkatbunga bebas risiko. Melalui informasi ini, kamu dapat menggunakan rumus yang
disebut rumus Gordon yang menghitung nilai saham preferen sebagai berikut:
D

V = ────

(r – g)

V adalah nilai saham preferen

D adalah tingkat dividen saham

preferenr adalah tingkat suku

bunga bebas risiko

JENIS-JENIS SAHAM BIASA


Berdasarkan panduan investasi yang dibuat oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), terdapat
beberapa jenis saham biasa, di antaranya:

1. Blue Chip Stocks

Jenis yang pertama dari saham biasa adalah blue chip stocks yang dimiliki oleh
perusahaan dengan reputasi baik dan pertumbuhannya stabil. Umumnya, saham ini
memberikan dividen yang tidak terlalu besar, namun teratur selama jangka waktu cukup
panjang. Selain itu, harga dari saham jenis ini juga cukup stabil dan tidak rentan
terhadap perubahan nilai di pasar saham.

2. Income Stocks

Jenis saham ini biasanya memberikan dividen dengan nominal yang relatif tinggi,
namun tidak teratur. Income stocks dapat menjadi sarana untuk memperoleh
penghasilan tanpa melakukan aktivitas penjualan saham.

3. Growth Stocks

Growth stocks umumnya diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki tingkat


pertumbuhan pesat di industrinya. Walaupun tidak memiliki riwayat pertumbuhan yang
menjanjikan, apresiasi harga dari saham ini relatif berpotensi baik. Namun di samping
itu, saham ini juga memiliki risiko yang cukup tinggi daripada jenis lainnya.

JENIS DIVIDEN DAN PEMBAYARANNYA


Berikut ini adalah beberapa jenis dividen yang perlu Anda ketahui, di antaranya yaitu:
1. Dividen Tunai
Dividen tunai adalah dividen yang dibagikan oleh sebuah perusahaan kepada para
pemegang sahamnya dalam bentuk uang tunai atau cash. Dividen jenis ini bisa
dikatakan merupakan pembagian dividen yang paling sering dilakukan. Para pemegang
saham juga sangat menyukai pembagian dengan jenis dividen tunai, hal itu dikarenakan
pemegang saham akan mendapat keuntungan berupa uang tunai. Periode pembagian
dividen tunai bisa dilakukan dari dua hingga empat kali per tahun, pembagian tersebut
bergantung dari periodenya. Sebagai catatan, pembagian dividen ini nantinya juga
bakal dikenai pajak sesuai ketentuan yang berlaku.

2. Dividen Properti
Dividen properti atau dividen barang merupakan dividen yang didistribusikan menjadi
dalam bentuk aset. Dividen ini menjadi jenis dividen yang cukup jarang dilakukan,
biasanya dikarenakan proses pembagiannya yang relatif tidak mudah. Perusahaan juga
umumnya melakukan pembagian dividen dengan cara ini disebabkan karena tidak ada
uang tunai. Hal itu bisa jadi karena uang tunai dari sebuah perusahaan sedang
digunakan dalam investasi saham perusahaan lain atau untuk keperluan persediaan.
Apabila uang tunai yang keluar lebih dalam jumlah yang cukup banyak, dikhawatirkan
akan menjadikan harga jual investasi atau persediaan turun sehingga dapat merugikan
perusahaan atau para pemegang saham. Alhasil, pembagian dividen dari perusahaan
kepada para investor atau pemegang sahamnya kemudian coba dilakukan ke dalam
pembagian bentuk aset

3. Dividen Likuidasi
Pada dasarnya, dividen likuidasi adalah dividen yang dibagikan kepada para
pemegang saham yang berupa sebagian laba dan sebagian pengembalian modal.
Perusahaan yang akan memberikan dividen likuidasi umumnya merupakan perusahaan
yang memiliki rencana untuk menghentikan perusahaanya seperti joint venture atau
perusahaan sedang mengalami kebangkrutan. Ketika perusahaan mengalami
kebangkrutan dan masih memiliki sisa kekayaan, maka sisa kekayaan tersebut akan
dibagikan kepada pemilik saham. Inilah yang disebut sebagai dividen likuidasi. Namun
kalau perusahaan tidak memiliki modal yang tersisa, maka perusahaan pun tidak bisa
membagikan apapun.
4. Dividen Janji Hutang
Dividen jani hutang atau biasa disebut dividen skrip adalah dividen yang dibagikan dari
perusahaan kepada pemegang saham berupa surat janji hutang. Dalam jenis dividen ini,
perusahaan memberikan janji kepada para investornya bahwa akan membayarkan
dividen tersebut pada waktu yang sudah ditentukan. Pembagian dividen ini juga
biasanya karena perusahaan sedang tidak memiliki uang tunai yang cukup untuk
membayar dividen para pemegang saham. Maka dari itu, surat janji hutang atau skrip
dibuat sebagai jaminan pelunasan dividen kepada para pemilik saham.

5. Dividen Saham
Dividen saham atau stock dividend merupakan pembagian dividen yang dilakukan
dalam bentuk saham dari sebuah perusahaan untuk para investornya. Dividen saham
hampir mirip seperti penyusunan ulang modal perusahaan atau rekapitulasi perusahaan,
namun tidak mengurangi jumlah kepemilikan dari para pemilik saham. Dalam
pembagian dividen jenis ini, investor tidak mendapatkan uang tunai, namun mereka
mendapatkan tambah jumlah saham. Dalam dividen saham, investor akan mendapatkan
peningkatan pada jumlah sahamnya. Namun, apabila pembagian dividen dilakukan
karena faktor lain, maka penambahan jumlah lembar pada saham yang beredar akan
mempengaruhi harga pasar saham dan berpotensi menjadi turun. Secara keseluruhan,
nilai saham investor tidak mengalami perubahan atau peningkatan. Nah, bagi pemegang
saham yang memerlukan uang cepat bisa melakukan penjualan dari tambahan saham
yang diperoleh, dengan kembali menyesuaikan jumlah saham sebelum dividen.
Dividen saham akan sangat menguntungkan para pemegang saham, apabila perusahaan
juga melakukan pembayaran dividen dalam bentuk uang tunai. Hal tersebut menjadikan
para pemegang saham mendapatkan tambahan pada jumlah lembar sahamnya, tetapi
juga mendapatkan dividen berupa uang tunai. Dalam memberikan dividen saham,
biasanya perusahaan juga memiliki tujuan untuk menghemat uang tunai perusahaan
agar bisa digunakan pada kesempatan investasi yang lebih besar dan menguntungkan.

KEUNTUNGAN MEMILIKI SAHAM


Memiliki saham dapat memberikan beberapa keuntungan, termasuk:
1. Pendapatan Dividen: Pemegang saham bisa menerima pendapatan dalam bentuk
dividen, yaitu pembagian keuntungan perusahaan kepada pemegang saham.
2. Capital Gains: Pemegang saham dapat menghasilkan keuntungan dari selisih harga
beli dan harga jual saham, yang dikenal sebagai capital gains.
3. Hak Suara: Pemegang saham memiliki hak suara dalam keputusan perusahaan yang
signifikan, seperti pemilihan dewan direksi.
4. Pemilikan Perusahaan: Menjadi pemegang saham berarti memiliki sebagian kecil
dari perusahaan, memberikan keuntungan pemilik saham terkait pertumbuhan dan
keberhasilan perusahaan.
5. Diversifikasi Portofolio: Investasi dalam saham dapat membantu diversifikasi
portofolio keuangan, membantu mengurangi risiko investasi.
6. Akses Informasi: Pemegang saham seringkali memiliki akses terhadap laporan
keuangan dan informasi perusahaan, memungkinkan mereka untuk membuat keputusan
investasi yang lebih baik.
Namun, penting untuk diingat bahwa investasi saham juga melibatkan risiko, dan nilai
saham dapat naik atau turun tergantung pada kinerja pasar dan perusahaan.
HAL-HAL YANG MENENTUKAN SAHAM NAIK DAN TURUN
Saham bersifat fluktuatif, bisa naik bisa turun sama halnya dengan harga barang atau
komoditi di pasar. Bagi beberapa orang ini yang menjadi ciri khas saham, dengan kata lain
apabila pasar statis tidak akan menarik minat sekelompok investor.
Dalam teori ekonomi, naik turunnya harga saham merupakan sesuatu yang lumrah
karena hal itu digerakkan oleh kekuatan penawaran dan permintaan (Supply & Demand). Jika
permintaan tinggi maka harga akan naik, sebaliknya jika penawaran tinggi harga akan turun.
Secara umum ada beberapa faktor yang memengaruhi naik turun harga saham suatu
perusahaan. Faktor-faktor tersebut diklasifikasikan menjadi faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam perusahaan. Sementara faktor
eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar perusahaaan.

1. Faktor Eksternal

a) Kondisi Fundamental Ekonomi Makro


Faktor ini memiliki dampak langsung terhadap naik dan turunnya harga saham,
misalnya:
• Naik atau turunnya suku bunga yang diakibatkan kebijakan Bank Sentral
Amerika (Federal Reserve).
• Naik atau turunnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan nilai ekspor
impor yang berakibat langsung pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
• Tingkat inflasi juga termasuk dalam salah satu faktor kondisi ekonomi
makro.
• Pengangguran yang tinggi yang diakibatkan faktor keamanan dan
goncangan politik juga berpengaruh secara langsung terhadap naik atau
turunnya harga saham.
Selain faktor itu, hubungan antara tingkat suku bunga perbankan dan
pergerakan harga saham juga sangat jelas. Ketika suku bunga perbankan melejit,
harga saham yang diperdagangkan di bursa akan cenderung turun tajam. Hal ini
dapat terjadi karena beberapa kemungkinan.: Pertama, ketika suku bunga
perbankan naik, banyak investor yang mengalihkan investasinya ke instrumen
perbankan semisal deposito. Dengan naiknya suku bunga tersebut, investor dapat
meraup keuntungan yang lebih banyak. Kedua, bagi perusahaan, ketika suku
bunga perbankan naik, mereka akan cenderung untuk meminimalkan kerugian
akibat dari meningkatnya beban biaya. Hal ini terjadi karena sebagian besar
perusahaan memiliki utang kepada perbankan.

b) Fluktuasi Kurs Rupiah Terhadap Mata Uang Asing


Kuat lemahnya kurs rupiah terhadap mata uang asing sering kali menjadi
penyebab naik turunnya harga saham di bursa. Konsekuensi dari fluktuasi kurs
tersebut bisa berdampak positif ataupun negatif bagi perusahaan-perusahaan
tertentu, khususnya yang memiliki beban utang mata uang asing.
Perusahaan importir atau perusahaan yang memiliki beban utang mata uang
asing akan dirugikan akibat melemahnya kurs. Sebab hal ini akan berakibat pada
meningkatnya biaya operasional dan secara otomatis juga mengakibatkan
turunnya harga saham yang ditawarkan. Sebagai contoh kasus adalah
melemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS sering kali melemahkan harga-harga
saham di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

c) Kebijakan Pemerintah
Kebijakan Pemerintah dapat memengaruhi harga saham meskipun
kebijakan itu masih dalam tahap wacana dan belum terealisasi. Banyak contoh
dari kebijakan Pemerintah yang menimbulkan volatilitas harga saham, seperti
kebijakan ekspor impor, kebijakan perseroan, kebijakan utang, kebijakan
Penanaman Modal Asing (PMA), dan lain sebagainya.
d) Faktor Panik
Berita-berita tertentu dapat memicu kepanikan di salah satu bursa atau
saham. Kepanikan ini akan menuntut investor untuk melepas (menjual)
sahamnya. Kembali pada hukum permintaan dan penawaran, kondisi ini akan
menyebabkan tekanan jual, sehingga harga saham akan turun. Dalam
fenomena panic selling, para investor ingin segera melepas sahamnya tanpa
peduli harganya, karena takut harganya akan semakin jatuh. Tindakan ini lebih
dipicu oleh emosi dan ketakutan bukan berdasar analisis yang rasional.
e) Faktor Manipulasi Pasar
Penyebab naik turun harga saham juga bisa disebabkan karena manipulasi
pasar. Manipulasi pasar biasanya dilakukan investor-investor berpengalaman dan
bermodal besar dengan memanfaatkan media massa untuk memanipulasi kondisi
tertentu demi tujuan mereka, baik menurunkan maupun meningkatkan harga
saham. Hal ini sering disebut dengan istilah rumor. Namun penyebab oleh faktor
ini biasanya tidak akan bertahan lama. Fundamental perusahaan yang tercermin di
laporan keuangan yang akan mengambil kendali terhadap tren harga sahamnya.

2. Faktor Internal

a) Faktor Fundamental Perusahaan


Faktor fundamental perusahaan adalah faktor utama penyebab harga saham
naik atau turun. Saham dari perusahaan yang memiliki fundamental baik akan
menyebabkan tren harga sahamnya naik. Sedangkan saham dari perusahaan
yang memiliki fundamental buruk akan menyebabkan tren harga sahamnya
turun.
b) Aksi Korporasi Perusahaan
Aksi korporasi yang dimaksud di sini berupa kebijakan yang diambil
jajaran manajemen perusahaan. Dampaknya dapat mengubah hal-hal yang
sifatnya fundamental dalam perusahaan. Contoh dari aksi korporasi adalah
terjadinya akuisisi, merger, right issue, atau divestasi.
c) Proyeksi Kinerja Perusahaan Pada Masa Mendatang
Performa atau kinerja perusahaan dijadikan acuan bagi para investor
maupun analis fundamental dalam melakukan pengkajian terhadap saham
perusahaan. Di antara beberapa faktor, yang paling menjadi sorotan adalah
tingkat dividen tunai, tingkat rasio utang, rasio nilai buku/Price to Book
Value (PBV), earnings per share (EPS), dan tingkat laba suatu perusahaan.
Perusahaan yang menawarkan dividend payout ratio (DPR) yang lebih
besar cenderung disukai investor karena bisa memberikan imbal balik yang
bagus. Dalam praktiknya, DPR berdampak pada harga saham. Selain itu, EPS
juga turut andil terhadap perubahan harga saham. EPS yang tinggi mendorong
para investor untuk membeli saham tersebut yang menyebabkan harga saham
makin tinggi.
Tingkat rasio utang dan PBV juga memberikan efek signifikan terhadap
harga saham. Perusahaan yang memiliki tingkat rasio utang yang tinggi
biasanya adalah perusahaan yang sedang bertumbuh. Perusahaan tersebut
biasanya akan gencar dalam mencari pendanaan dari para investor. Meskipun
demikian, perusahaan seperti ini biasanya juga diminati banyak investor. Sebab
jika hasil analisisnya bagus, saham tersebut akan memberikan imbal tinggi (high
return) karena ke depannya kapitalisasi pasarnya bisa meningkat.

ALASAN PERUSAHAAN MENJUAL SAHAM


Perusahaan yang mengumumkan IPO (Initial public offering) untuk pertama kali
sebelumnya adalah salah satu perusahaan privat. Saat perusahaan tersebut sudah mulai
berkembang dan menjadi besar, maka perusahaan tersebut sudah mampu menawarkan
sahamnya pada para investor untuk yang pertama kalinya. Saat suatu perusahaan
menawarkan sahamnya untuk dibeli masyarakat, maka tujuannya adalah agar bisa
mendapatkan lebih banyak modal dan juga ekuitas dari para investor. Hal tersebut akan
menguntungkan pihak perusahaan dan investor, karena nantinya pihak investor pun akan
memperoleh keuntungan dari saham yang sudah ia danai.

Adapun tujuan atau alasan suatu perusahaan menjual saham adalah sebagai berikut ini:

1. Mendapatkan Modal
Setelah go public perusahaan akan mendapatkan permodalan tambahan dari saham
yang dijual. Modal tersebut dapat digunakan untuk membiayai pertumbuhan perusahaan,
membayar utang, membayar akuisisi atau bahkan diinvestasikan kembali. Go public juga
akan meningkatkan nilai ekuitas perusahaan sehingga perusahaan memiliki struktur
permodalan yang optimal. Selain itu, dengan menjadi perusahaan publik yang sahamnya
diperdagangkan di bursa akan mempermudah akses perusahaan untuk menerbitkan surat
utang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pada umumnya, investor akan lebih
suka membeli surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan yang telah dikenal dan
memiliki citra baik dalam dunia keuangan. Kondisi demikian tentunya tidak hanya
membantu dalam mempermudah penerbitan surat utang tetapi juga memungkinkan
perusahaan untuk menerbitkan surat utang dengan tingkat bunga yang lebih bersaing.

2. Meningkatkan Citra Perusahaan


Perusahaan akan selalu mendapat perhatian media dan komunitas keuangan.
Perusahaan yang dimiliki oleh masyarakat mendorong untuk adanya keterbukaan informasi
atau transparansi. Keterbukaan informasi tersebut akan meningkatkan citra perusahaan serta
pengenalan produk yang lebih luas sehingga dapat menciptakan peluang baru dan
pelanggan baru dalam bisnis perusahaan. Dampak positif ini sangat dirasakan oleh banyak
perusahaan berskala kecil hingga menengah karena dengan menjadi perusahaan publik yang
sahamnya diperdagangkan di bursa, citra mereka menjadi setara dengan perusahaan lainnya
yang memiliki skala bisnis lebih besar dan pengalaman lebih lama.

3. Sebagai Cara Mempertahankan Kelangsungan Usaha


Dengan menjadi perusahaan publik, kemampuan perusahaan untuk dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya akan jauh lebih baik dibandingkan dengan
perusahaan tertutup. Dengan menjadi perusahaan publik, berbagai kendala dan
permasalahan yang dihadapi perusahaan untuk bertahan dan berkembang tidak lagi semata
hanya menjadi persoalan pendiri perusahaan tetapi juga menjadi permasalahan banyak
pihak yang menjadi pemegang saham perusahaan. Contohnya, apabila terjadi masalah
dalam keuangan seperti kegagalan pembayaran utang, akan tersedia jalan keluar bagi
kreditur yaitu melalui konversi utang menjadi saham dimana saham tersebut selanjutnya
dapat dijual kepada publik melalui mekanisme perdagangan saham di bursa.

PELAKU PASAR SAHAM


Pasar saham merupakan tempat di mana saham akan diperjualbelikan secara publik. Adapunidi
dalam pasar saham itu sendiri, terdapat beberapa pelaku utama pasar saham :
a. Investor
Investor merupakan seorang, sekelompok, ataupun perusahaan yang
menanamkan ataumemberikan modal dengan harapan ia akan menerima
pengembalian yang lebih besar dibandingkan dengan modal yang ditanamkan
sebelumnya.
b. Emiten
Emiten merupakan badan usaha atau secara spesifik yakni perseroan terbatas dimana
bertugas menerbitkan saham untuk menambah modal ataupun obligasi untuk
mendapatkan utang dari investor bursa efek.
c. Badan Pelaksana Pasar Modal
Badan pelaksana pasar modal atau dikenal Bapepam yakni lembaga yang bertugas
mengawasi serta mengatur pasar modal di Indonesia.
d. Bursa Efek Indonesia (BEI)
Bursa efek indonesia merupakan lembaga yang mengatur serta mengawasi
perdagangan efek di indonesia, selain itu BEI juga menyediakan informasi
mengenai saham-saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

EARNING PER SHARE

Earning per share adalah hasil perhitungan dari laba bersih perusahaan dibagi dengan
jumlah saham yang beredar. Dalam bahasa Indonesia, istilah earning per share juga dikenal
dengan sebutan Laba per Saham. Investor bisa menghitung earning per share saham
perusahaan secara manual berdasarkan laporan keuangan kuartal atau tahunan. Selain itu,
investor juga bisa memanfaatkan data yang ditampilkan pada platform trading saham.
Adapun fungsi Earning per share yakni.
a) Menghitung Rasio P/E
Price to earnings ratio (rasio P/E) ditentukan berdasarkan harga saham saat ini
dibagi dengan earning per share. Semakin kecil nilai rasio P/E biasanya akan lebih
baik. Misalnya, sebuah saham PWON saat ini harganya Rp480 dan EPS sebesar 30,
sehingga rasio P/E adalah 16. Artinya, waktu yang dibutuhkan untuk investor saham
PWON bisa balik modal adalah selama 16 tahun.

Investor biasanya memilih saham dengan rasio P/E antara 5 sampai 15 tahun.
Namun, jika price to earnings PWON tergolong rendah dibandingkan saham
property lain, maka valuasinya dikatakan cukup murah.

b) Menghitung Rasio PEG


Rasio PEG atau price to earnings growth ratio adalah modifikasi rumus dari
rasio P/E yang disesuaikan untuk memprediksi pertumbuhan perusahaan setiap
tahunnya. Rasio PEG dihitung dari P/E dibagi dengan pertumbuhan EPS tahunan
yang dilihat berdasarkan selisih persentase dari setiap periode.

c) Mengukur Kinerja Perusahaan


Earning per share adalah parameter yang kurang tepat untuk membandingkan
kinerja antar saham karena mudah dipengaruhi aksi korporasi jangka pendek.
Namun, earning per share adalah rasio komparatif yang cukup baik untuk mengukur
kinerja perusahaan setiap tahunnya. Selain tiga fungsi di atas, EPS juga bisa
dipergunakan untuk analisis fundamental lanjutan, seperti rumus Dividend-
adjusted PEG Ratio dan Earnings Yield.
Adapun rumus dan cara menghitung earning pershare adalah

EPS = Total Laba Bersih : Jumlah Lembar Saham yang Beredar

Untuk saham preferen :

EPS = (Total laba bersih-Divide saham preferen) : jumlah saham biasa

PRICE EARNING RATIO

Dilansir dari Corporate Finance Institute, price earning ratio adalah gambaran mengenai
rasio harga saham perusahaan dan keuntungan atau laba yang dihasilkan oleh perusahaan
tersebut. Keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan biasanya disebut sebagai EPS (earning
per share). Pada dasarnya, rasio ini merupakan rasio paling populer yang digunakan oleh
investor atau analis dalam memahami nilai sebuah perusahaan.

Bahkan, tidak jarang PER digunakan sebagai bahan pertimbangan saat sedang membeli
saham dari perusahaan satu ke perusahaan yang lainnya, khususnya untuk industri yang sejenis.
Dilansir dari Investopedia, jika PER suatu perusahaan nilainya tinggi, berarti saham
perusahaan tersebut juga dinilai tinggi. Sebaliknya, apabila perusahaan sedang mengalami
kerugian dan tidak mendapatkan pendapatan, nilai PER-nya tidak ada.

Dilansir dari The Balance, salah satu manfaat terbesar memahami price earning
ratio adalah kamu dapat memprediksi nilai saham di masa mendatang dari perusahaan, apakah
cukup menguntungkan atau tidak. rasio ini juga akan membantu investor untuk mengetahui
nilai dari investasi mereka.
Adapun rumus atau cara menghitung PER yakni

Harga Saham : Pendapatan per saham (EPS)

Untuk laba per saham atau eps dapat dihitung dengan :

(Laba Bersih-dividen) : jumlah lembar saham

MENGHITUNG ROI & ROE


Return on Investment atau ROI adalah istilah untuk aktivitas identifikasi potensi rasio
uang yang didapatkan dari hasil investasi. Return on Investment biasanya akan menilai
seberapa sukses sebuah usaha.

Nilai Return on Investment akan menjabarkan setiap keuntungan finansial yang didapatkan.
ROI juga kerap digunakan sebagai dasar untuk menghitung besaran nilai investasi yang akan
dilakukan pada perusahaan lain. Return on Investment sendiri biasanya mengacu pada
persentase hasil dari suatu periode investasi.

Manfaat Mengetahui Return on Investment


• Membantu memahami potensi keuntungan investasi
• Mengetahui efisiensi penggunaan modal
• Memfokuskan laporan keuangan pada potensi keuntungan

Cara paling sederhana untuk menghitung ROI adalah, membagi keuntungan (laba bersih)
dengan modal (jumlah yang akan diinvestasikan) sesuai ilustrasi berikut:
ROI (%) = Laba Bersih / Investasi x 100
atau
ROI = (Nilai Investasi Saat Ini – Biaya Investasi) / Biaya Investasi
---------------------
Return on Equity adalah metriks untuk membandingkan jumlah pendapatan bersih sebuah
perusahaan dan jumlah total modal.
ROE merupakan salah satu unsur penting untuk mengetahui sejauh mana suatu
perusahaan atau bisnis mampu mengelola modal yang dimiliki. Semakin besar
perhitungan ROE-nya, maka reputasi perusahaan pun akan semakin meningkat di mata
investor.

Manfaat Menghitung Return on Equity


• Menghitung efektivitas manajemen dalam memanfaatkan aset untuk
menghasilkan keuntungan
• Memberi gambaran tentang manajemen keuangan suatu perusahaan dan
membantu membuat keputusan tentang keuangan yang tepat

Untuk menghitung ROE, Anda dapat menggunakan rumus:


ROE (%) = Penghasilan Bersih / Total Aset x 100%
atau
ROE = Net Income / Shareholders’ equity
Net Income = Laba bersih
Shareholder’s equity = Nilai ekuitas pemegang saham
RIGHT ISSUE
Right issue adalah ketika perusahaan akan memberikan penawaran saham baru
kepada investor lama dengan harga khusus, biasanya harga yang lebih murah dibandingkan
harga pasar. Di Bursa Efek Indonesia (BEI) aksi korporasi ini disebut juga dengan Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD).

perusahaan melakukan right issue adalah dengan tujuan menambah modal kerja, mendukung
rencana aksi korporasi, ekspansi bisnis, hingga membayar kewajiban utang.

Right issue adalah hak istimewa pemilik saham


Pengertian right issue sebagaimana dikutip Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal
Nomor 26 Tahun 2003 yakni hak yang melekat pada saham yang memungkinkan para
pemegang saham yang ada untuk membeli efek baru atau saham.

Efek yang dapat dikonversikan menjadi saham dan waran, sebelum ditawarkan kepada pihak
lain. Hak tersebut wajib dapat dialihkan.

Suatu perusahaan yang sudah melakukan penerbitan saham perdana atau IPO tentunya
memiliki beberapa pemegang saham, baik perorangan maupun instansi.
Ketika perusahaan publik tersebut membutuhkan dana segar, maka perusahaan bisa
menerbitkan saham baru untuk kemudian dibeli oleh investor.
Right issue adalah penerbitan saham baru, di mana saham tersebut diprioritaskan untuk
pemegang saham atau innvestor lama.

right issue adalah hak yang diberikan kepada investor lama untuk membeli saham baru yang
diterbitkan sebelum saham baru tersebut ditawarkan ke investor lain.

Pemberian right issue adalah berdasarkan rasio. Misalnya rasio 1:2, artinya setiap pemegang
satu lembar saham diberikan hak terlebih dahulu untuk membeli 2 lembar saham.

Harga saham baru yang diterbitkan melalui proses disebut sebagai harga right. Harga right ini
bisa lebih rendah, sama, ataupun lebih tinggi dibandingkan dengan harga pasar saham saat
ini. Apabila hak ini tidak digunakan investor lama, maka bisa diambil oleh investor baru atau
biasa disebut sebagai standby buyer.

Konsekuensi lainnya, apabila investor lama tidak membeli saham baru yang diberikan lewat
right issue, maka porsi persentase saham investor lama akan berkurang atau terdilusi. Pada
umumnya, perusahaan akan melakukan penawaran right issue untuk mendapatkan modal
tambahan.

Keuntungan right issue adalah investor lama seringkali bisa mendapatkan penambahan saham
baru dengan harga lebih murah.

STOCK SPLIT
Stock split dalam pengertian yang sederhana artinya adalah pemecahan nilai saham.
Tujuannya adalah meningkatkan jumlah saham yang beredar dan menurunkan harga per
lembar saham agar menjadi lebih murah sehingga transaksinya menjadi ramai kembali.
Walaupun jumlah lembar sahamnya bertambah, tapi stock split tidak akan mengubah jumlah
modal yang disetor. Jika sebuah saham ramai ditransaksikan, maka perusahaan itu tetap bisa
likuid. Stock split juga dilakukan dengan tujuan untuk menarik investor lebih banyak,
terutama investor ritel. Biasanya emiten yang melakukan stock split adalah perusahaan yang
memiliki fundamental bagus tetapi harga sahamnya sudah mencapai titik tertinggi.

Pada saat sebuah perusahaan melakukan stock split, jumlah lembar saham yang beredar akan
bertambah karena berkurangnya nilai nominal saham. Misalnya, jumlah lembar saham
UNVR, yang bertambah menjadi 38,15 miliar lembar setelah dilakukan stock split dari
sebelumnya 7,63 miliar lembar.

stock split dapat memberikan keuntungan baik bagi emiten maupun bagi investor.
Keuntungan bagi investor adalah harga saham kian terjangkau dan porsi kepemilikan saham
menjadi lebih banyak. Sedangkan keuntungan bagi emiten adalah menjadikan suatu saham
menjadi lebih likuid atau lebih aktif dan frekuensi transaksi yang dilakukan oleh para pelaku
pasar menjadi meningkat.Sebagian pelaku pasar menyukai saham yang likuid karena lebih
mudah untuk menjual atau membeli saham tersebut.

Anda mungkin juga menyukai