Anda di halaman 1dari 7

Geraldine Melyana | 042111333006 | Kelas N Akuntansi Sektor Publik

Ringkasan Materi Kuliah Week 10


(Audit Organisasi Pemerintah)

AUDIT ORGANISASI PEMERINTAH


● Audit organisasi pemerintah merupakan mekanisme pemeriksaan terhadap organisasi pemerintah yang
dilakukan untuk mengukur pertanggungjawaban / akuntabilitas organisasi pemerintah atas pengelolaan
dana masyarakat.
● Fungsi audit pemerintahan untuk mendukung keberhasilan pengelolaan keuangan negara yang tertib, taat
terhadap peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Jenis-Jenis Audit Sektor Publik
Berdasarkan UU No.15 Tahun 2004 Tentang SPKN, terdapat 3 jenis audit keuangan negara, yaitu:
1. Audit Keuangan yaitu audit atas laporan keuangan yang bertujuan memberikan keyakinan yang memadai
(reasonable assurance) tentang apakah laporan keuangan pemerintah telah disajikan secara wajar dan
dalam hal yang material sesuai dengan prinsip / basis akuntansi yang berlaku. Audit ini menjamin bahwa
(a) sistem akuntansi dan pengendalian keuangan berjalan secara efisien dan tepat, serta (b) transaksi
keuangan diotorisasi dan dicatat secara benar.
2. Audit Kinerja merupakan audit secara objektif dan sistematis terhadap berbagai bukti dan laporan dalam
penilaian kinerja entitas yang diaudit dengan tujuan (a) memperbaiki kinerja kedepannya dan (b)
meningkatkan akuntabilitas publik. Selain itu, auditor juga menguji kepatuhan entitas terhadap
perundang-undangan dan pengendalian internal.
Note. perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedur yang meliputi audit ekonomi, efisien,
dan efektivitas.
3. Audit Dengan Tujuan Tertentu (ADTT) yaitu audit khusus diluar audit keuangan dan kinerja yang bertujuan
untuk memberikan simpulan atas suatu hal yang diperiksa. Audit ini bersifat examination, review, atau
agreed-upon procedures. Mencakup audit hal lain di bidang keuangan, audit investigatif, dan audit sistem
internal control.
Sistem Audit Keuangan dalam OSP
Terdapat beberapa sistem audit keuangan dalam OSP, yaitu:
1. Pemeriksaan siklus pendapatan mengungkapkan ada atau tidaknya salah saji material dalam proses
pendapatan organisasi, dana perimbangan, dan pendapatan lain-lain yang sah.
2. Pemeriksaan siklus belanja memperoleh bukti mengenai masing-masing asersi yang berkaitan dengan
transaksi dan saldo siklus belanja organisasi.
3. Pemeriksaan aktiva tetap memperoleh bukti mengenai setiap asersi yang signifikan berkaitan dengan
transaksi dan saldo aktiva tetap. Pemeriksaan ini penting karena aktiva merupakan aset terbesar OSP.
4. Pemeriksaan jasa personalia memuat masalah gaji dan semacamnya yang merupakan biaya utama di
hampir semua entitas sektor publik, sehingga penting untuk diperiksa.
5. Pemeriksaan siklus investasi (pembiayaan) memperoleh bukti asersi pada siklus investasi organisasi
nirlaba, risiko salah saji di siklus ini umumnya rendah karena transaksi investasi jarang sekali terjadi.
6. Pemeriksaan siklus saldo kas memperoleh bukti asersi yang signifikan yang berkaitan dengan siklus
transaksi dan saldo kas.
AUDIT INTERNAL OLEH APIP
● Internal audit adalah kegiatan independen dan objektif dalam bentuk pemberian keyakinan (assurance
activities) dan konsultasi (consulting activities) yang dirancang memberi value-added dan meningkatkan
operasional sebuah organisasi (audit).
● Fungsi internal audit untuk membantu organisasi mencapai tujuan dengan cara menggunakan pendekatan
yang sistematis dan teratur untuk menilai dan meningkatkan efektivitas dari proses manajemen risiko
kontrol (pengendalian) dan tata kelola (sektor publik).
Pengawasan Internal oleh APIP
Seluruh proses kegiatan audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan reasonable assurance atau quality
assurance bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif
dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau APIP
Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) merupakan instansi pemerintah yang dibentuk dengan tugas
melaksanakan pengawasan internal di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Berfungsi untuk:
1. Mencegah fraud yang terjadi di organisasi.
2. Menghasilkan keluaran yang berharga untuk menjadi masukan bagi pihak auditor eksternal, eksekutif,
dan legislatif dalam memperbaiki pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah pada waktu
yang akan datang.
3. BPK dapat memanfaatkan hasil pengawasan APIP terutama dari hasil review atas laporan keuangan
pemerintah, mendukung manajemen pemerintah daerah dalam pelaksanaan rekomendasi BPK, dan
perbaikan sistem pengendalian internal.
4. Mendorong peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan yang meningkatkan
kewajaran laporan keuangan.
Instansi dalam APIP
1. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

- Kep. Pres Nomor 31 Tahun 1983 yang diterbitkan 30 Mei 1983, mentransformasi Direktorat Jenderal
Pengawasan Keuangan Negara (DJPKN) menjadi BPKP
Bertugas melakukan pengawasan internal terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu
yang meliputi:
a. Kegiatan yang bersifat lintas sektoral.
b. Kegiatan kebendaharaan umum negara.
c. Berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku BUN.
d. Kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.
Bertanggung jawab kepada presiden, sehingga BPKP adalah bagian dari eksekutif dan hasil laporannya
diserahkan ke presiden
2. Inspektorat Jenderal (ItJen)
Unsur pengawas pada Kementerian yang bertugas melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan
dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi kementerian negara / lembaga yang didanai dengan
APBN dan bertanggung jawab kepada Menteri / Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND).
Beberapa fungsi ItJen, antara lain:
a. Penyusunan kebijakan teknis pengawasan internal.
b. Pelaksanaan pengawasan internal terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, review, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya.
c. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri.
3. Inspektorat Provinsi

Bertugas melakukan pengawasan seluruh kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi yang
didanai dengan APBD Provinsi yang bertanggung jawab kepada Gubernur.
4. Inspektorat Kabupaten/Kota

Bertugas melakukan pengawasan seluruh kegiatan SKPD Kabupaten/Kota yang didanai dengan APBD
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota.
Kegiatan Pengawasan yang Dilakukan oleh APIP
1. Peningkatan kapasitas APIP meliputi:
a. Bimbingan teknis pemeriksaan investigatif
b. Bimbingan teknis pendampingan pengadaan barang dan jasa (probity advice)
c. Bimbingan teknis penerapan sistem manajemen risiko.
2. Pemeriksaan meliputi: kinerja dan tujuan tertentu.
3. Asistensi / pendampingan meliputi:

a. Penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran.


b. Pengadaan barang dan jasa.
c. Operasionalisasi sapu bersih pungutan liar.
d. Pengawalan dan pengamanan pemerintahan dan pembangunan daerah.
e. Kegiatan asistensi lainnya.
4. Peningkatan kapasitas meliputi:

a. Review rencana pembangunan jangka menengah daerah.


b. Review rencana kerja pemerintah daerah.
c. Review rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah.
d. Review laporan keuangan pemerintah daerah.
e. Review laporan kinerja.
f. Review penyerapan anggaran.
g. Review penyerapan pengadaan barang dan jasa.
h. Kegiatan reviu lainnya.
5. Monitoring meliputi:

a. Tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK dan APIP.


b. Dana desa dan bantuan operasional sekolah.
c. Aksi pencegahan korupsi evaluasi SPIP.
d. Penilaian mandiri reformasi birokrasi dan internal zona integritas.
e. Penanganan laporan gratifikasi, Whistle Blower System (WBS), dan benturan kepentingan.
f. Verifikasi LHKPN / LHKASN & pelaporan rencana aksi daerah pencegahan dan pemberantasan
korupsi.
g. Penyelenggaraan pemerintahan daerah.
h. Perencanaan dan penganggaran responsif gender.
i. Pelayanan publik.
Standar Audit APIP
Standar Audit (SA) merupakan kriteria atau ukuran mutu minimal untuk melakukan kegiatan audit internal
yang bertujuan agar pelaksanaannya tetap berkualitas, sehingga siapapun auditor yang melaksanakan audit
diharapkan menghasilkan mutu pekerjaan yang kualitasnya sama. Berfungsi sebagai ukuran mutu minimal
bagi para auditor dan pimpinan APIP dalam:
1. Pelaksanaan tugas dan fungsi yang dapat merepresentasikan praktik-praktik audit internal yang
seharusnya, menyediakan kerangka kerja pelaksanaan dan peningkatan kegiatan audit internal yang
memiliki value-added, serta menetapkan dasar-dasar pengukuran kinerja audit internal.
2. Pelaksanaan koordinasi audit internal oleh pimpinan APIP.
3. Pelaksanaan perencanaan audit internal oleh pimpinan APIP.
4. Penilaian efektivitas tindak lanjut hasil audit internal dan konsistensi penyajian laporan hasil audit
internal.

SA juga mengatur kegiatan audit internal yang meliputi:


1. Kegiatan Penjaminan Kualitas (Quality Assurance), yang terdiri atas:
a. Audit (consist of audit keuangan, audit kinerja, dan audit dengan tujuan tertentu)
b. Evaluasi
c. Review
d. Monitoring / pemantauan
2. Kegiatan pengawasan lainnya yang tidak memberikan penjaminan kualitas, seperti:
a. Konsultasi
b. Sosialisasi
c. Asistensi

SA terdiri dari dua bagian utama, yaitu:


1. Standar Atribut (Attribute Standards)
Mengatur mengenai karakteristik umum yang meliputi tanggung jawab, sikap, dan tindakan dari
pelaksanaan audit internal dan pihak-pihak yang melakukannya. Standar atribut ini dibagi menjadi dua,
yaitu (a) prinsip-prinsip dasar dan (b) standar umum.
2. Standar Pelaksanaan (Performance Standards)
Menggambarkan sifat khusus kegiatan audit internal dan kriteria dalam penilaian kinerja untuk audit
internal. Standar pelaksanaan ini dibagi menjadi dua, yaitu (a) standar pelaksanaan audit internal dan (b)
standar komunikasi audit internal. Lingkup kegiatan yang diatur dalam standar pelaksanaan meliputi
quality assurance activities dan consulting activities.
Sistematika Standar Audit Internal

Landasan Hukum APIP


Penugasan untuk audit keuangan yang memberikan opini atas LK wajib menggunakan Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN) dan/atau Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) sebagaimana diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan. Berikut adalah landasan peraturan perundang-undangan APIP:
1. UU Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
2. UU RI Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
3. PP RI Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Permenpan) Nomor 3 Tahun 2008 Tentang
Standar Audit APIP.
5. Permenpan Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Kode Etik APIP.

AUDIT EKSTERNAL OLEH BPK


● Audit eksternal memiliki fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan operasional dan bisnis dari
suatu perusahaan, selain sistem pengawasan yang dilakukan oleh audit internal.
● Fungsi audit eksternal untuk mengetahui apakah laporan keuangan tahunan perusahaan atau organisasi
menyajikan kondisi yang riil tentang keadaan finansial perusahaan atau organisasi terkait.
● Pihak yang terlibat dalam melaksanakan audit eksternal adalah auditor eksternal
Pengawasan Eksternal oleh BPK
Memenuhi attestation function terhadap akuntabilitas pemerintah dengan memberikan pendapat terhadap
kelayakan suatu pertanggungjawaban kinerja pemerintah.
Badan Pemeriksa Keuangan atau BPK
BPK merupakan lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang
memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara. Bersifat bebas dan mandiri yang merupakan
perwujudan dari UUD 1945 pasal 23E:
- ayat 1 “Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu
badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri”
- ayat 2 “Hasil pemeriksa keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya”

Ada tiga acuan utama yang digunakan oleh BPK sebagai dasar penilaian, yaitu:
a. ISAK 35 Penyajian Laporan Keuangan Entitas Berorientasi Laba—menggantikan PSAK 45 yang tidak
berlaku sejak tahun 2020
b. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)—tertuang dalam PP Nomor 24 Tahun 2005
c. Kinerja dari pemerintah yang telah sesuai dengan yang diharapkan secara ekonomis, efisien, dan efektif.

BPK juga menerapkan beberapa standar pemeriksaan, yaitu tanggung jawab (1) manajemen entitas yang
diperiksa, (2) pemeriksa, dan (3) organisasi pemeriksa dalam setiap pelaksanaan tugas pemeriksaan. Selain
itu, nilai dasar BPK adalah independensi, integritas, dan profesionalisme.

BPK memiliki tugas yang besar, seperti memeriksa seluruh keuangan negara yang berasal dari berbagai
lembaga. Kriteria pemeriksaan dari BPK sendiri yaitu (1) relevan, (2) lengkap, (3) andal, (4) netral, dan (5)
dapat dipahami. Berikut adalah visi dan misi BPK.

Visi Menjadi pendorong pengelolaan keuangan negara untuk mencapai tujuan negara melalui pemeriksaan
yang berkualitas dan bermanfaat

Misi 1. Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara secara bebas dan mandiri.
2. Melaksanakan tata kelola organisasi yang berintegritas, independen, dan profesional.

Kesimpulan dari BPK, yaitu:


1. Dalam tugasnya, BPK bertanggung jawab kepada pengguna laporan keuangan dan stakeholder.
2. Berada di luar organisasi yang di audit atau independen.
3. Lembaga negara diluar eksekutif yang kedudukannya sejajar dengan Presiden, DPR dan MA.
4. Bertugas melakukan audit pertanggungjawaban dan memberikan opini.
5. Tujuan audit untuk penilaian atau opini.
6. Hasil laporannya disampaikan ke DPR.
7. Hasil audit lebih objektif dan layak untuk publik.
Peraturan BPK
Dalam rangka melakukan pemeriksaan keuangan negara, BPK membuat aturan yang disebut Peraturan
BPK Nomor 1 Tahun 2017 sebagai pembaruan dari SPKN. Yang diperiksa dalam pelaksanaan pemeriksaan
keuangan negara adalah sebagai berikut:
1. Kinerja atau kondisi keuangan.
2. Kinerja atau kondisi non keuangan.
3. Karakteristik fisik.
4. Sistem dan proses.
5. Perilaku.
Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan oleh BPK
1. Tahap perencanaan
- BPK bebas dalam menentukan objek yang akan diperiksa, kecuali pemeriksaan yang objeknya telah
diatur tersendiri dalam undang-undang atau pemeriksaan berdasarkan permintaan khusus dari
lembaga perwakilan.
- Untuk mewujudkan perencanaan yang komprehensif, BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan
aparat pengawasan intern pemerintah, memperhatikan masukan dari pihak lembaga perwakilan, serta
informasi dari berbagai pihak.
2. Tahap penyelenggaraan
- BPK bebas dalam menentukan waktu pelaksanaan dan metode pemeriksaan, termasuk yang bersifat
investigatif sekalipun. Kemandirian BPK pada pemeriksaan keuangan negara mencakup ketersediaan
SDM, anggaran, dan sarana pendukung lainnya yang memadai. BPK dapat memanfaatkan hasil
pekerjaan yang dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah, sehingga luas pemeriksaan
yang akan dilakukan dapat disesuaikan dan difokuskan pada bidang-bidang yang secara potensial
berdampak pada kewajaran laporan keuangan serta tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan
keuangan negara.Oleh karena itu, aparat pengawasan intern pemerintah wajib menyampaikan hasil
pemeriksaannya kepada BPK.
- BPK juga diberi kewenangan untuk mendapatkan data, dokumen, dan keterangan dari pihak yang
diperiksa serta kesempatan untuk memeriksa secara fisik setiap aset yang berada dalam pengurusan
pejabat instansi yang diperiksa, termasuk melakukan penyegelan untuk mengamankan uang, barang,
dan/atau dokumen pengelolaan keuangan negara pada saat pemeriksaan berlangsung.
3. Tahap pelaporan hasil pemeriksaan
- Setelah hasil pemeriksaan selesai, BPK membuat Laporan Hasil Pemeriksaan yang berisi kesimpulan
yang diperoleh tentang informasi pokok yang diaudit. LHP ini nantinya akan digunakan oleh pihak
yang bertanggung jawab untuk perbaikan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
- Selain itu, BPK juga juga harus memberikan opini setelah selesai dalam melakukan pemeriksaan
keuangan negara yang diatur juga dalam SPKN.
Lingkup Pemeriksaan Keuangan Negara BPK
BPK akan melakukan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggungjawab
keuangan negara yang dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh BPK dalam rangka memberikan pernyataan opini
tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah.
2. Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas yang lazim
dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh aparat pengawasan intern pemerintah. Tujuan pemeriksaan
ini untuk mengidentifikasikan hal-hal yang perlu menjadi perhatian lembaga perwakilan. Adapun untuk
pemerintah, pemeriksaan kinerja dilakukan agar kegiatan yang dibiayai dengan keuangan negara / daerah
diselenggarakan secara ekonomis dan efisien serta memenuhi sasarannya secara efektif.
3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, di luar
pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Yang termasuk dalam pemeriksaan tujuan tertentu ini
adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif.
Pelaksanaan pemeriksaan ini didasarkan pada suatu standar pemeriksaan yang disusun oleh BPK dengan
mempertimbangkan standar di lingkungan profesi audit secara internasional dimana standar ini telah
dikonsultasikan dengan pihak pemerintah serta dengan organisasi profesi di bidang pemeriksaan.
Pengelolaan Keuangan Negara → seluruh kegiatan pejabat pengelola keuangan negara yang sesuai dengan
kedudukan dan kewenangannya meliputi perencanaan, pelaksanaan pengawasan, dan pertanggungjawaban.
Tanggung Jawab Keuangan Negara → kewajiban pemerintah melaksanakan pengelolaan keuangan negara
secara tertib, mematuhi peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Objek Pemeriksaan Keuangan
1. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.
2. Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga.
3. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
4. Laporan Keuangan Bl.
5. Laporan Keuangan BUMN.
6. Laporan Keuangan BUMD.
7. Laporan Keuangan Badan Lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Landasan Hukum BPK
1. UUD 1945
2. UU Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
3. UU Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
4. UU Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
5. UU Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Anda mungkin juga menyukai