PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pedoman ini mengatur tentang tata cara pelaksanaan audit kinerja mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan pemantauan
pelaksanaan tindak lanjut.
D. Sistematika Penulisan
Pedoman audit kinerja ini disusun dengan sistematika sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab II Gambaran Umum Audit Kinerja
Bab III Perencanaan audit kinerja
Bab IV Pelaksanaan audit kinerja
Bab V Pelaporan audit kinerja
Bab VI Pemantauan pelaksanaan tindaklanjut.
3
BAB II
GAMBARAN UMUM AUDIT KINERJA
A. Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan audit kinerja adalah sebagai berikut :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan
Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah.
3. Keputusan Dewan Pengurus Nasional (DPN) Asosiasi Auditor Intern
Pemerintah Indonesia (AAIPI) Nomor: Kep- 005/AAIPUDPN/2014 Tentang
Pemberlakuan Kode Etik Auditor Intern Pemerintah Indonesia, Standar Audit
Intern Pemerintah Indonesia, dan Pedoman Telaah Sejawat Auditor Intern
Pemerintah Indonesia.
4. Asosiasi Audit Intern Pemerintah Indonesia tentang Standar Audit Intern
Pemerintah Indonesia.
4
pimpinan daerah dengan mengidentifikasi dan mengusulkan perbaikan
program/kegiatan sehingga akan diperoleh akuntabilitas yang lebih baik,
keekonomisan, efisiensi sumber daya dan peningkatan efektivitas dalam
mencapai tujuan serta ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
5
BAB III
Secara umum, kegiatan perencanaan dalam audit kinerja terdiri dari 6 tahap
sebagai berikut:
A. Penentuan Topik Potensial Audit
Langkah awal dalam perencanaan audit kinerja adalah menentukan topik
potensial audit. Setiap Inspektur Pembantu Wilayah harus membuat usulan
topik potensial audit.
Input yang diperlukan dalam tahap ini meliputi:
1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pemerintah Daerah (RPJMD);
2. Rencana Strategis;
3. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA);
4. Laporan hasil audit sebelumnya;
5. Isu yang sedang berkembang di masyarakat yang dapat diperoleh melalui
media cetak maupun media elektronik.
Berdasarkan hasil inventarisasi topik-topik potensial yang diperoleh melalui
pengumpulan informasi dan penelaahan atas input, selanjutnya inspektur
pembantu wilayah menentukan topik potensial audit. Beberapa faktor yang
dapat dijadikan dasar pertimbangan, yaitu :
1. Kepentingan publik/masyarakat
2. Jumlah anggaran yang dikelola/materialitas keuangan
3. Kepentingan politik. Suatu program/kegiatan yang keberhasilannya
menjadi prioritas pemerintah dan mengandung kepentingan politik yang
tinggi, perlu diperhatikan untuk dipilih menjadi topik audit.
4. Auditabilitas, yaitu berhubungan dengan kemampuan tim auditor untuk
melaksanakan audit sesuai standar.
Selain faktor-faktor tersebut di atas, auditor juga dapat mengembangkan faktor
lainnya yang dianggap penting dalam menentukan topik audit. Dengan
menggunakan pertimbangan profesionalnya, auditor dapat memberikan skor
untuk setiap faktor di atas dengan bobot sebagai berikut:
1. Bobot 1 untuk nilai yang rendah,
2. Bobot 2 untuk nilai sedang, dan
3. Bobot 3 untuk nilai tinggi.
6
Output dari kegiatan penentuan topik potensial adalah teridentifikasinya topik-
topik potensial audit beserta urutan prioritas dan dasar pemilihan topik yang
akan menjadi dasar dalam menyusun langkah kerja audit. Lampiran III.1.
7
a. W awancara dengan manajemen auditi;
b. Reviu kebijakan, arahan, dokumen dll;
c. Reviu laporan manajemen dan akuntabilitas;
d. analisis hubungan antara pemanfaatan sumber daya dan hasil;
e. hasil audit dan studi yang dilakukan oleh auditor lain sebelumnya;
Format Kertas Kerja pengumpulan informasi umum terdapat pada Lampiran
III.2
2. Pemahaman Sistem Pengendalian Intern (SPI)
Pemahaman SPI instansi auditi diperlukan untuk menilai kualitas sistem
pengendalian terhadap suatu entitas/program/kegiatan yang dapat
mempengaruhi pencapaian tujuan entitas/program/kegiatan (meliputi
efektivitas, efisiensi, atau ekonomi).
SPI terdiri atas lima komponen yang saling terkait, yaitu:
a. Lingkungan pengendalian
b. Penilaian risiko
c. Aktivitas pengendalian
d. Informasi dan komunikasi
e. Pemantauan.
Dalam menilai sistem pengendalian internal, auditor tidak harus menanyakan
seluruh pertanyaan yang ada dalam kuesioner, auditor dapat melakukan
modifikasi kuesioner dengan menggunakan pertimbangan profesionalnya
untuk menentukan pertanyaan-pertanyaan mana yang paling sesuai dengan
kebutuhan audit suatu entitas/program/kegiatan. Daftar pertanyaan yang dapat
membantu auditor untuk memahami SPI entitas dapat dilihat pada Lampiran
III.3.
8
suatu pendekatan faktor-faktor pemilihan (selection factors). Faktor-faktor
pemilihan tersebut terdiri dari empat faktor utama yang terdiri dari:
1. Risiko terhadap manajemen, yaitu risiko yang dihadapi oleh manajemen
atas tidak tercapainya aspek 3E (Ekonomi, Efisiensi dan Efektivitas);
2. Signifikansi suatu program, yaitu penilaian apakah suatu kegiatan dalam
suatu area audit secara komparatif mempunyai pengaruh yang besar
terhadap kegiatan lainnya dalam obyek audit secara keseluruhan;
3. Dampak audit, yaitu pengaruh hasil audit terhadap perbaikan atas area yang
diperiksa; dan
4. Auditabilitas, yaitu berhubungan dengan kemampuan tim auditor untuk
melaksanakan audit sesuai standar. Dalam mempertimbangkan
auditabilitas, auditor juga perlu mempertimbangkan risiko audit. Semakin
tinggi risiko audit, maka auditabilitasnya akan semakin rendah.
Berdasarkan hasil atas urutan prioritas yang telah dianalisis, auditor
menentukan topik audit yang akan menjadi fokus dalam pelaksanaan audit
kinerja.
Input yang diperlukan dalam kegiatan penentuan topik audit dapat berupa:
1. Hasil kegiatan survei pendahuluan;
2. Hasil diskusi dengan pimpinan/manajemen entitas;
3. Hasil wawancara, observasi, dan metodologi pengumpulan data lainnya
yang digunakan oleh auditor dalam mengumpulkan data dan informasi dalam
tahap perencanaan audit ini.
Auditor dapat melakukan pembobotan berdasarkan pertimbangan
profesionalnya (professional judgment). Pembobotan dilakukan dengan
menggunakan matriks pembobotan dengan skor terhadap faktor-faktor
pemilihan sebagai berikut:
1. Bobot 1 untuk nilai yang rendah;
2. Bobot 2 untuk nilai sedang;
3. Bobot 3 untuk nilai tinggi.
Format KKP kegiatan penentuan topik utama audit dapat dibaca pada Lampiran
III.4 dan III.5.
9
D. Penentuan Tujuan dan Ruang Lingkup Audit
Tujuan audit kinerja harus bisa didefinisikan secara tepat, sehingga dapat
dihindari pelaksanaan prosedur audit yang tidak perlu.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menentukan tujuan dan ruang lingkup
audit adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan audit.
Tujuan audit terkait erat dengan alasan dilakukannya suatu audit. Tujuan
audit harus benar-benar dipertimbangkan dan dinyatakan secara jelas. Isi dari
tujuan audit harus bisa mengungkapkan hal yang ingin dicapai dari audit
tersebut. Dalam menentukan tujuan audit kinerja, auditor memeriksa seluruh
aspek (3E) ekonomi, efisiensi dan efektivitas serta ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan.
Dalam memformulasikan tujuan audit tersebut, auditor dapat membuat
berbagai macam pertanyaan audit terhadap
organisasi/program/kegiatan/yang hendak diperiksa. Auditor hendaknya
menentukan tujuan audit dengan berdasar pada informasi yang diperoleh dan
keahlian serta pengalaman yang dimiliki.
2. Menentukan ruang lingkup audit
Yang dimaksudkan dengan lingkup di sini adalah:
a. Luas sasaran audit yang akan dilakukan;
b. Permasalahan yang akan diperiksa, yaitu masalah ekonomis, efisiensi,
dan efektivitas serta ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan;
c. Waktu yang diperlukan dalam audit dan besarnya sampel yang akan
diambil.
Langkah-langkah dalam penentuan lingkup audit adalah sebagai berikut:
a. Tentukan lingkup audit atas dasar informasi yang diperoleh pada audit
sebelumnya.
b. Lakukan perubahan dalam lingkup audit apabila informasi yang diperoleh
dalam pelaksanaan audit mengharuskan demikian.
c. Apabila perintah (mandat) audit kinerja menentukan lingkup audit secara
luas, lakukan pertimbangan profesional untuk merincinya secara lebih
khusus (spesifik).
10
Seluruh pengkajian auditor mengenai tahap penentuan tujuan dan lingkup
audit di tingkat entitas harus didokumentasikan. Format KKP kegiatan
menentukan tujuan dan lingkup audit dapat dibaca pada Lampiran III.6.
1. Ekonomis
Aspek ekonomis adalah aspek kinerja yang berkaitan dengan sumber daya
(input), baik dari sisi pengadaannya maupun pemanfaatannya. Umumnya,
ekonomis lebih sering dikaitkan dengan pengadaan sumber daya. Instansi
pemerintah dinilai ekonomis jika pengadaan sumber dayanya dalam jumlah
dan mutu yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dengan biaya yang serendah
mungkin. Aspek ekonomis merupakan aspek yang paling sederhana
dibandingkan aspek efisiensi dan aspek efektivitas, karena aspek ekonomis
hanya dilihat dari pengeluaran uang dan pertanggungjawaban pengeluaran
tersebut.
2. Efisiensi
Aspek efisiensi adalah aspek kinerja yang berkaitan dengan hasil yang
diperoleh (output). Aspek efisiensi berkaitan dengan aspek ekonomis karena
untuk menilai kinerja aspek efisiensi tidak cukup jika melihat output-nya saja,
tetapi harus dikaitkan dengan sumber daya (input) yang digunakan untuk
menghasilkan output tersebut.
Suatu Instansi Pemerintah, dikatakan efisien apabila:
a. Menghasilkan output yang lebih besar dari yang direncanakan (melebihi
target) dengan menggunakan input tertentu (sesuai rencana).
b. Menghasilkan output yang tetap (sesuai target), tetapi input yang
digunakan lebih rendah dari yang direncanakan.
Untuk menilai aspek efisiensi, antara lain, dapat dilakukan dengan
membandingkan output dan input. Namun, hasil yang diperoleh belum optimal.
Auditor harus memperbandingkan kembali hasil perbandingan output
11
dan input tersebut dengan standar efisiensi. Jika permasalahan ekonomis
begitu kompleks, sehingga standar efisiensi yang ada tidak dapat diterapkan
maka penilain pengukuran efisiensi harus didasarkan pada informasi terbaik
yang tersedia dan analisis yang dilakukan pada saat audit.
3. Efektivitas
Efektivitas adalah aspek kinerja yang berkaitan dengan tingkat pemanfaatan
output dalam mencapai tujuan/sasaran yang ditetapkan. Instansi pemerintah
dinilai efektif apabila output yang dihasilkannya dapat memenuhi
tujuan/sasaran yang ditetapkan. Dengan kata lain, menilai aspek efektivitas
pada audit kinerja berarti menilai outcome dari output dalam pencapaian
tujuan/sasaran yang ditetapkan.
Pemilihan fokus audit aspek efektivitas dilakukan pada program/kegiatan
yang memiliki tujuan yang SMART dan memiliki indikator kunci sehingga dapat
diukur.
Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan, sebagai berikut:
a. Secara umum, arti ekonomis, efisiensi, dan efektivitas adalah sebagai
berikut:
1) Ekonomis berarti biaya yang terendah.
2) Efisiensi berarti rasio terbaik antara output dan input dalam
menghasilkan output.
3) Efektivitas berarti rasio terbaik antara outcome dan output dalam
mencapai tujuan/sasaran yang telah ditetapkan.
b. Aspek efisiensi dan aspek ekonomis saling berkaitan, maka sering
dikatakan audit kinerja sama dengan melaksanakan dua jenis audit yaitu :
(1) audit ekonomis dan efisiensi dan (2) audit efektivitas.
c. Dalam konteks audit kinerja, audit ekonomis dan efisiensi adalah audit
untuk:
1) Menilai apakah entitas telah memperoleh, melindungi dan
menggunakan sumber dayanya (seperti sumber daya aparatur, dan
aset) secara hemat dan efisien
2) Menentukan penyebab timbulnya ketidakhematan dan ketidakefisienan
3) Menilai apakah entitas telah mematuhi peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan kehematan dan efisiensi.
12
Sedangkan audit efektivitas adalah audit untuk:
1) Menilai apakah capaian hasil program atau manfaat yang diperoleh
sesuai dengan yang ditetapkan oleh undang-undang atau peraturan
lain yang berwenang.
2) Menilai sejauh mana kegiatan entitas, pelaksanaan program, kegiatan
atau fungsi instansi yang bersangkutan mencapai tujuan/sasarannya
3) Apakah entitas yang diaudit telah menaati peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan program/kegiatannya.
Kriteria audit dapat diperoleh dari sumber-sumber berikut:
a. Hukum dan peraturan yang mengatur operasi entitas auditi;
b. Referensi untuk perbandingan dengan praktik terbaik;
c. Standar profesional, pengalaman, dan nilai-nilai;
d. Indikator kinerja utama yang ditetapkan oleh entitas audit atau pemerintah
e. Pengetahuan ilmiah baru dan informasi terpercaya lainnya;
f. Kriteria yang digunakan sebelumnya dalam audit yang sama atau dengan
APIP lainnya;
g. Manajemen umum dan literatur.
Apabila kriteria tidak tersedia dari sumber-sumber di atas, auditor dapat fokus
pada kinerja yang dicapai pada organisasi yang sebanding, praktikterbaik
melalui benchmarking, atau standar yang dikembangkan oleh auditor melalui
analisis kegiatan.
Karakteristik kriteria audit yang sesuai meliputi:
a. Keandalan: kriteria dapat diandalkan menghasilkan kesimpulan yang
konsisten bila digunakan oleh auditor lain dalam situasi yang sama.
b. Objektivitas: kriteria bebas dari bias auditor atau manajemen.
c. Bermanfaat: kriteria menghasilkan temuan dan kesimpulan yang
memenuhi kebutuhan informasi pengguna.
d. Dapat dipahami: kriteria dinyatakan secara jelas dan tidak tunduk pada
interpretasi yang berbeda secara signifikan.
e. Komparatif: kriteria konsisten dengan yang digunakan dalam audit kinerja
lembaga atau kegiatan lain yang sejenis dan dengan yang digunakan
dalam audit kinerja sebelumnya
f. Kelengkapan: kelengkapan mengacu pada pengembangan semua kriteria
yang signifikan sesuai dengan penilaian kinerja.
g. Penerimaan: ahli independen di lapangan, entitas audit, legislatif, media,
13
dan masyarakat umum dapat menyetujui.
Pengembangan kriteria perlu mendapatkan masukan dari manajemen
entitas auditi. Kesepakatan tentang kriteria diidentifikasi, dibahas, dan
diselesaikan pada tahap awal.
Tim dapat mengembangkan suatu template yang membantu pendefinisian
penetapan kriteria audit. Secara keseluruhan pendokumentasian dapat dijadikan
sebagai KKP. Format KKP kegiatan dapat dilihat pada Lampiran III.7 dan
Lampiran III.8.
14
a. Dasar audit.
Auditor memasukkan ketentuan perundang-undangan yang menjadi mandat
bagi APIP Inspektorat Daerah Kabupaten Muna Barat dalam melaksanakan
audit.
b. Organisasi/Program/kegiatan yang diperiksa.
Diisi dengan entitas yang akan diperiksa, pengertian entitas di sini dapat
berupa organisasi/program/kegiatan yang kinerjanya akan diperiksa.
c. Tahun anggaran yang diperiksa.
Bagian dari penjabaran lingkup audit yang akan memasukkan periode/tahun
anggaran yang akan diperiksa. Secara umum, periode yang dipilih adalah
hanya untuk satu periode tahun anggaran. Namun demikian, dimungkinkan
juga untuk pelaksanaan audit atas periode yang lebih dari satu tahun jika pada
audit atas keseluruhan pelaksanaan program yang memakan waktu lebih dari
satu tahun.
d. Identitas dan data umum yang diperiksa.
Data umum dari organisasi/program/kegiatan yang akan diperiksa yang
didapat selama proses pemahaman atas entitas.
e. Alasan audit.
Diisi dengan alasan audit yang bisa berasal dari hasil analisis perolehan data
dan informasi awal maupun yang berasal output penentuan area kunci yang
akan diperiksa.
f. Jenis audit.
Diisi dengan jenis audit kinerja.
g. Tujuan dan Ruang Lingkup Audit.
Tujuan audit umum yang didapat atau ditentukan selama pelaksanaan
proses penentuan tujuan dan ruang lingkup audit.
h. Sasaran Audit.
Tujuan audit secara rinci yang menjabarkan apa yang telah ditentukan dalam
tujuan audit umum.
i. Metodologi audit.
Diisi dengan metodologi atau cara serta pendekatan audit yang akan ditempuh
dalam menjalankan penugasan audit kinerja.
j. Kriteria audit
Diisi dengan kriteria audit yang akan dipakai dalam audit.
15
k. Langkah atau prosedur audit.
Langkah atau prosedur audit yang dibuat dengan tujuan memberikan
petunjuk kepada para auditor agar dapat mencapai tujuan audit yang telah
ditetapkan. Langkah atau prosedur audit sebaiknya dibuat menurut sasaran
audit yang telah ditetapkan agar nantinya secara keseluruhan hasil audit dapat
menjawab atau mencapai tujuan audit.
16
BAB IV
Tujuan utama pelaksanaan audit adalah untuk mendapatkan bukti yang kompeten,
relevan dan wajar untuk mendukung temuan dan simpulan audit. Sebelum
pelaksanaan audit (field work), sesuai dengan surat tugasnya, tim audit melakukan
pembicaraan pendahuluan dengan pimpinan auditi. Adapun tujuan pembicaraan
pendahuluan dengan pihak audit antara lain adalah:
1. Memungkinkan auditor untuk bertemu dengan staf kunci auditi;
2. Menginformasikan kegiatan/program dan area yang akan diaudit, tujuan
audit, lingkup audit, pendekatan audit dan jangka waktu audit, kriteria audit;
3. Meminta auditi untuk menunjuk pegawainya sebagai petugas penghubung
antara tim audit dengan pihak auditi;
4. Memastikan auditi memahami proses audit.
Hasil pembicaraan pendahuluan dibuatkan notulensinya.
Aktivitas utama dalam pelaksanaan audit ( field work) adalah :
1. Pengumpulan bukti audit;
2. Pengembangan temuan audit;
3. Simpulan dan rekomendasi audit;
4. Pembahasan hasil audit;
5. Kertas Kerja Audit.
Penjelasan lebih lanjut masing-masing aktivitas pelaksanaan audit adalah:
b. Analisis Bukti
Untuk memahami dan menjelaskan apa yang diamati, auditor dapat
menggunakan beberapa jenis analisis, misalnya dalam bentuk analisis
statistik yang lebih rinci, diskusi tentang temuan audit, studi dokumentasi
dan kertas kerja. Bukti-bukti yang diperoleh perlu diolah dan dianalisis.
Dalam menganalisis bukti harus mengacu pada rancangan audit yang
telah disusun dalam perencanaan audit.
Berdasarkan bukti audit yang telah diuji auditor dapat :
1) Mengembangkan hasil analisis untuk menilai apakah kinerja
kegiatan/program/entitas yang diaudit telah sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan.
2) Mengumpulkan hasil analisis dan membandingkan dengan tujuan
audit.
3) Mengidentifikasi kemungkinan untuk perbaikan kinerja
kegiatan/program/entitas.
4) Memanfaatkan hasil analisis bukti audit untuk mendukung simpulan
dan rekomendasi audit.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam kegiatan menganalisis bukti audit
adalah sebagai berikut.
18
1) Dalam menguji bukti audit, auditor dapat menggunakan teknik-teknik
pengujian, antara lain wawancara1; inspeksi; konfirmasi; reviu analitis
(rasio, tren, pola); sampling; bagan arus, dan analisis (analisis regresi,
simulasi dan modelling, analisis muatan data kualitatif).
2) Dalam menentukan penggunaan suatu teknik pengujian bukti, maka
auditor perlu mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut : a). jenis
dan sumber bukti yang diuji; dan b). waktu dan biaya yang diperlukan
untuk menguji bukti.
19
d. Temuan audit sedapat mungkin disajikan dalam suatu urutan yang logis,
akurat, dan lengkap, dan
Suatu temuan audit merupakan hasil proses analisis audit tim auditor di
lapangan. Pembahasan atas temuan audit ini dilakukan kemudian pada akhir
tahap pelaksanaan audit. Sangat dimungkinkan pada saat pembahasan ini,
entitas yang diperiksa berjanji memberikan bukti-bukti baru yang belum dapat
diberikan pada saat pembahasan Temuan Audit dan mungkin bukti baru
tersebut dapat mengubah esensi dari temuan audit. Atas hal itu, maka
dimungkinkan juga pada akhir Laporan Hasil Audit, suatu TP tidak dijadikan Hasil
Audit karena berdasarkan bukti baru yang diberikan oleh entitas dan diyakini
oleh auditor ternyata TP itu sudah tidak layak lagi untuk disajikan.
20
harus jelas kepada siapa ditujukan. Siapa yang bertanggung jawab dan
berkompeten untuk melaksanakannya.
Rekomendasi harus jelas dan disajikan secara logis dan rasional, harus
dikaitkan dengan audit tujuan, temuan dan kesimpulan. Kadang-kadang,
penyebab mungkin di luar kendali entitas yang diaudit, dalam hal ini
rekomendasi harus diarahkan pada pihak luar entitas yang diaudit, struktur
pemerintahan.
Dalam perumusan rekomendasi audit, auditor harus fokus pada perbaikan
atau perubahan apa yang harus dilakukan audit dan bagaimana
melakukannya. Rekomendasi harus diuraikan dengan jelas agar
memudahkan auditi dalam memahami dan mengimplementasikannya.
21
informasi yang mendukung kesimpulan, fakta, dan rekomendasi
auditor.
22
Semua penugasan audit harus direviu secara berjenjang sebelum
dikomunikasikannya hasil akhir audit. Reviu secara berjenjang dan periodik
dilakukan untuk memastikan bahwa:
1) Tim audit memahami sasaran dan rencana audit intern;
23
BAB V
24
6. Pendistribusian LHP Final.
LHP Final yang telah disetujui oleh Inspektur didistribusikan kepada pihak
yang secara resmi berkepentingan, yaitu:
a. Gubernur dalam bentuk Surat Pengantar Masalah;
b. Wakil Gubernur;
c. Sekretaris Daerah;
d. Entitas yang diperiksa;
e. Pihak berwenang lain yang berhak menerima LHP berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
Resume/Ikhtisar hasil pengawasan disampaikan kepada Gubernur yang
menyajikan informasi :
a. Maksud, tujuan, dan ruang lingkup serta sasaran audit;
b. Simpulan dan rekomendasi hasil audit.
25
BAB VI
26
Judul Laporan Audit :
Tanggal Laporan :
Nama Auditi :
27
Lampiran III.1
No Kriteria Faktor-faktor
Apakah tema penting bagi pemerintah/masyarakat/ auditi
1 Materialitas
(prioritas nasional dan apakah melibatkan area kritis?
Akankah tanggung jawab diambil? Apakah tema dapat
2 Akuntabilitas Publik
dijelaskan?
Dampak yang Akankah tema memiliki pengaruh yang kuat pada peningkatan
3
mungkin ekonomi, efisiensi dan efektivitas kegiatan pemerintah?
4 Perbaikan Akankah audit membawa perbaikan dalam pemerintahan?
Kepentingan publik Akankah tema memperhatikan hukum atau manfaat bagi
5 masyarakat?
Akankah tema mempengaruhi risiko (strategis maupun reputasi)
6 Risiko bagi APIP bagi APIP?
Permasalahan Akankah subyek permasalahan yang menjadi perhatian instansi
7 instansi sesuai oleh tema?
Dapatkah tema diaudit? Apakah praktis untuk mengaudit?
8 Dapat diaudit Apakah itu termasuk dalam tupoksi APIP?
9 Ketepatan waktu Apakah ini waktu yang tepat atau sesuai untuk mengaudit tema?
Pekerjaan audit
10 Apakah tema telah diaudit sebelumnya?
sebelumnya
Perkembangan yang
Apakah ada kejadian atau proses-proses perubahan yang
cenderung
11 mungkin akan mempengaruhi penilaian (mengacu penilaian
mempengaruhi
seperti dijelaskan di bawah).
penilaian
Apakah ada permintaan khusus dibuat untuk audit kinerja yang
Permintaan audit harus dilakukan? Pertimbangan harus diberikan untuk
12 menentukan pentingnya permintaan tersebut misalnya
kinerja
kepentingan dari DPR terhadap permintaan dari instansi
Sensitivitas politik Apakah tema melibatkan subjek yang menjadi perhatian
13 yang tinggi pemerintah?
Apakah
ketersediaan
Pastikan apakah informasi dan
informasi atau data data/catatan akan
3,3
yang tersedia untuk diaudit
dapat diaudit telah
dipertimbangkan?
Tanpa mengancam
Apakah tema independensi APIP,
memiliki menentukan apakah ada
3,4
dukungan dukungan untuk
stakeholder? mengaudit tema dari
stakeholder eksternal
Setiap tema yang diidentifikasi harus dinilai dan seluruh faktor yang termasuk dalam
penilaian harus diukur/diberi skor pada matriks skoring. Total skor harus menunjukkan
prioritas pada audit kinerja. Berikut ini ilustrasi penerapan matriks skor untuk tiga tema.
Dibuat oleh :
Direviu oleh :
Disetujui oleh :
AUDIT KINERJA
ATAS…….
TAHUN….
Tujuan dari kegiatan pada tahap ini adalah agar auditor mendapatkan informasi umum
sehingga diperoleh keyakinan yang memadai bahwa audit yang dilaksanakan sesuai
dengan standar audit.
Hasil penelaahan dokumen dan wawancara dengan manajemen:
1. Misi entitas
……………………………………………………..…………………………………………
………………………………………………..………………………………………………
…………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………….
4. Dasar hukum dan peraturan yang mempengaruhi pelaksanaan program atau fungsi
pelayanan publik entitas
……………………………………………………..…………………………………………
………………………………………………..………………………………………………
…………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………….
9. Key Performance Indicator yang digunakan oleh entitas dalam menilai kinerja
……………………………………………………..…………………………………………
………………………………………………..………………………………………………
…………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..…………………………………………………………
…………
10. Ringkasan hasil reviu atas peraturan perundang-undangan yang relevan dengan
tupoksi entitas
……………………………………………………..…………………………………………
………………………………………………..………………………………………………
…………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..………………………………………………………..
No. Indeks
Dibuat oleh :
Direviu oleh :
Disetujui oleh :
Audit Kinerja
Atas …..
Tahun ……
Pemahaman SPI
No. Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan
1. Lingkungan Pengendalian
a. Integritas dan Nilai Etika
(1) Apakah jajaran pimpinan entitas memiliki komitmen terhadap
integritas dan nilai etika?
(2) Apakah entitas memiliki kode etik yang bersifat komperhensif?
(3) Apakah kode etik tersebut secara periodik disosialisasikan pada
seluruh personil?
(4) Apakah para personil memahami tindakan yang etis/tidak etis?
(5) Apakah para personil mengetahui apa yang harus dilakukan dalam
menyikapi penyimpangan?
(6) Apabila tidak ada kode etik tertulis, apakah budaya manajemen
(misalnya melalui komunikasi lisan pada saat rapat, bertatap muka,
atau contoh dalam kegiatan sehari-hari) dapat mendorong terciptanya
integritas dan perilaku bermoral?
(7) Apakah pihak pimpinan entitas mampu memberi contoh yang baik
sesuai kode etik?
(8) Apakah hubungan keseharian internal dan eksternal entitas
didasarkan atas prinsip kejujuran dan kewajaran?
(9) Apakah pimpinan entitas memberikan respons yang memadai
terhadap pelanggaran kode etik?
(10) Apakah tindakan disiplin terhadap pelanggaran dikomunikasikan
secara luas sehingga menimbulkan dampak menjerakan (deterrent
effect)?
(11) Apakah manajemen telah memiliki aturan yang jelas (kapan, siapa,
dan dalam hal apa) mengenai kemungkinan pengambilan
kebijaksanaan yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku?
(12) Apakah kebijaksanaan tersebut didokumentasikan dan dijelaskan
secara memadai ?
(13) Apakah penyimpangan dari ketentuan yang ada telah diselidiki?
(14) Apakah penyimpangan dari ketentuan yang ada telah
didokumentasikan ?
d. Struktur Organisasi
Struktur organisasi tidak boleh terlalu sederhana sehingga pemantauan
terhadap kegiatan entitas tidak akan memadai dan tidak boleh pula terlalu
kompleks yang dapat mengganggu kelancaran arus informasi.
(1) Apakah jajaran pimpinan entitas telah memahami sepenuhnya
tanggung jawab pengendalian yang mereka miliki?
(2) Bagaimana kelengkapan struktur organisasi yang dimiliki entitas dan
kemampuannya dalam menyediakan arus informasi yang
diperlukan untuk mengelola kegiatan operasional?
(3) Apakah struktur organisasi disentralisasi secara memadai?
(4) Apakah struktur organisasi didesentralisasikan secara memadai?
(5) Apakah struktur tersebut dapat memfasilitasi arus informasi ke atas,
ke bawah maupun kepada seluruh kegiatan?
(6) Apakah jajaran pimpinan entitas memiliki pengetahuan, pengalaman,
dan pelatihan guna pelaksanaan tugas mereka?
(7) Apakah hubungan pelaporan yang ada, baik formal maupun informal,
langsung maupun tidak langsung telah dilakukan secara efektif?
(8) Apakah hubungan pelaporan yang ada dapat memberikan informasi
yang memadai kepada para manajer sesuai tanggung jawab dan
wewenang masing-masing?
(9) Apakah manajemen dari semua bagian entitas memiliki akses
terhadap saluran komunikasi kepada pimpinan entitas?
(10) Apakah terdapat mekanisme evaluasi sehubungan dengan perubahan
kondisi lingkungan?
(11) Apakah terdapat kemungkinan perubahan terhadap struktur
organisasi secara berkala sehubungan dengan perubahan kondisi
lingkungan?
(12) Apakah terdapat jumlah personil yang memadai, khususnya untuk
kapasitas supervisor maupun manajemen?
(13) Apakah para manajer dan supervisor memiliki waktu yang memadai
g. Kegiatan Pengawasan
(1) Apakah entitas memiliki pemeriksa intern dan telah ditempatkan pada
2. Penilaian Risiko
a. Penetapan Tujuan Organisasi
(1) Apakah pimpinan organisasi telah menetapkan tujuan umum
organisasi dalam bentuk visi, misi, tujuan, dan sasaran?
(2) Apakah visi, misi, tujuan, dan sasaran organisasi tersebut sejalan
dengan program yang telah ditetapkan oleh lembaga legislatif?
(3) Apakah visi, misi, tujuan, dan sasaran organisasi tersebut cukup
spesifik
(4) Apakah visi, misi, tujuan, dan sasaran organisasi dapat diaplikasikan
pada organisasi tersebut dan tidak pada seluruh organisasi?
(5) Apakah rencana strategis mendukung visi, misi, tujuan, dan sasaran
organisasi?
(6) Apakah rencana strategis memperhatikan alokasi sumber daya dan
skala prioritas?
(7) Apakah rencana strategis dan anggaran didesain melalui berbagai
tingkatan pimpinan organisasi?
(8) Apakah asumsi yang dibuat dalam menyusun rencana strategis dan
anggaran sudah konsisten dengan pengalaman organisasi masa
lampau dan sekarang?
c. Identifikasi Risiko
(1) Apakah sudah digunakan metode penilaian risiko kualitatif untuk
menentukan urutan risiko relatif secara periodik?
(2) Apakah sudah digunakan metode penilaian risiko kuantitatif untuk
d. Analisis Risiko
(1) Apakah pimpinan entitas telah menetapkan proses formal untuk
menganalisis risiko termasuk proses informal berdasarkan aktivitas
sehari-hari?
(2) Apakah telah ditetapkan kriteria dalam menetapkan tingkat risiko
rendah, sedang, dan tinggi?
(3) Apakah tingkat manajemen dan staf sudah terlibat dalam analisis
risiko?
(4) Apakah risiko yang diidentifikasi dan dianalisis relevan dengan tujuan
operasional entitas?
(5) Apakah analisis risiko sudah termasuk perkiraan signifikansinya?
(6) Apakah analisis risiko sudah termasuk perkiraan kemungkinan dan
frekuensi terjadinya?
(7) Apakah analisis risiko sudah termasuk penentuan kategorinya,
rendah, sedang, dan tinggi?
(8) Apakah sudah ada penentuan tentang bagaimana mengelola atau
meminimalkan risiko dengan baik termasuk tindakan-tindakan yang
harus diambil?
(9) Apakah pendekatan terhadap pengelolaan dan pengendalian risiko
sudah sesuai dengan sifat entitas?
(10) Apakah pendekatan terhadap risiko sudah didisain untuk menjaga
tingkat risiko pada tingkat yang dapat ditolerir?
(11) Apakah sudah ditetapkan aktivitas pengendalian untuk mengelola
risiko tertentu pada level operasional entitas?
(12) Apakah sudah ditetapkan aktivitas pengendalian untuk
meminimalisasi risiko tertentu pada level operasional entitas?
(13) Apakah ada pemantauan atas implementasi atas aktivitas
pengendalian tersebut?
i. Pendokumentasian
(1) Apakah sistem pengendalian intern, semua transaksi dan kejadian
penting lainnya telah didokumentasikan secara memadai?
(2) Apakah dokumentasi tersebut selalu tersedia untuk kepentingan
pengujian?
(3) Apakah dokumentasi terhadap transaksi maupun kegiatan penting
lainnya telah dilakukan secara lengkap dan akurat sehingga
memungkinkan dilakukannya penelusuran?
(4) Apakah dokumentasi tersebut, baik tertulis maupun secara elektronis,
berguna bagi proses evaluasi, analisis, dan pengendalian?
5. Pemantauan
a. Pemantauan Berkelanjutan (ongoing monitoring)
(1) Apakah pemerintah atau manajemen memiliki strategi untuk menjamin
efektivitas pelaksanaaan pemantauan berkelanjutan. Beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan:
(a) Apakah strategi yang dimiliki pemerintah atau manajemen menjamin
umpan balik (feed back) secara rutin, pemantauan kinerja, dan
pencapaian tujuan SPI?
(b) Apakah strategi pemantauan mencakup metode yang memberi
penekanan kepada pejabat pelaksana atau manajer operasi dalam
memantau efektivitas SPI?
(c) Apakah strategi pemantauan mencakup identifikasi kegiatan operasi
utama yang membutuhkan reviu dan evalusi tersendiri?
(d) Apakah strategi juga meliputi perencanaan untuk evaluasi berkala
atas aktivitas pengendalian bagi kegiatan atau operasi utama
tersebut?
(2) Dalam pelaksanaan tugas rutinnya, apakah pegawai memperoleh
informasi mengenai berfungsi tidaknya SPI. Beberapa informasi yang
dapat dipertimbangkan adalah:
(a) Apakah pejabat pelaksana atau manajemen operasi membandingkan
produksi, persedian, penjualan, dan informasi lainnya yang
didapatkan dari kegiatan rutin dengan sistem yang menghasilkan
informasi?
(b) Apakah pejabat pelaksana atau manajemen operasi menindaklanjuti
setiap ketidakcocokkan atau masalah lain yang ditemukan dari hasil
sistem informasi?
(c) Apakah integrasi dan rekonsiliasi informasi operasi yang digunakan
untuk mengelola pelaksanaan dengan data yang dihasilkan oleh
sistem pelaporan keuangan dilakukan?
(d) Apakah pegawai pelaksana diharuskan untuk bertanggung jawab atas
kecermatan laporan keuangannya?
(3) Apakah pihak ketiga juga dilibatkan dalam pelaksanaan pemantauan?
(a) Apakah keluhan-keluhan masyarakat dan pihak lain dapat segera
diketahui penyebabnya?
(b) Apakah komunikasi dengan pihak yang berkepentingan dilakukan?
(c) Apakah pemerintah/pembuat peraturan menginformasikan hal-hal
yang terkait dengan kepatuhan atau hal lain yang menggambarkan
berfungsinya SPI?
(d) Apakah aktivitas SPI yang semestinya menjaga atau dapat
mendeteksi setiap masalah yang muncul, tetapi tidak berfungsi
KESIMPULAN:
Dibuat oleh :
Direviu oleh :
Disetujui oleh :
AUDIT KINERJA
ATAS …….
TAHUN ….
Pengaruh Peraturan
No. Hasil Identifikasi Masalah Kelemahan SPI Potensi Kecurangan Topik Utama Audit
Signifikan
1 2 3 4 5 6
1.
2.
3.
Catatan:
1. Kolom 5 (Potensi Kecurangan) dapat diisi berdasarkan hasil analisis pemeriksa dari informasi pada kolom 2, 3, dan 4.
2. Untuk menentukan area kunci (kolom 6) diperlukan input ,dari hasil kegiatan sebelumnya yang berasal dari lampiran 3.1, lampiran 4.1, dan
lampiran 4.2. Risiko-risiko yang teridentifikasi dalam kolom 2,3,4 dan 5 yang relevan, digunakan untuk menentukan area kunci.
Dibuat oleh :
Direviu oleh :
Disetujui oleh :
AUDIT KINERJA
ATAS …….
TAHUN ….
1 2 3 4 5 6 7 8
1.
2.
3.
Catatan:
1. Kolom 3,4,5 dan 6 (faktor pemilihan) diisi dengan uraian tentang area kunci berdasarkan masing-masing elemen faktor
pemilihan. Untuk memudahkan penilaian oleh auditor, dapat ditentukan tingkat signifikansi masalah pada masing-masing faktor
pemilihan, dengan menggunakan indikator tinggi (T), menengah (M) atau rendah (R).
2. Kolom 7 merupakan urutan prioritas area kunci yang akan diperiksa berdasarkan hasil penilaian pemeriksa pada tahap kegiatan
sebelumnya.
3. Area kunci yang akan ditindaklanjuti dengan audit terinci, dipilih berdasarkan urutan prioritas serta disesuaikan dengan
ketersediaan anggaran, SDM, waktu, dll.
Kertas Kerja Audit 1
Lampiran III.6
Dibuat oleh :
Direviu oleh :
Disetujui oleh :
AUDIT KINERJA
ATAS …..
TAHUN …..
Tujuan dari kegiatan “Penetapan Tujuan, dan Lingkup Audit” adalah memberikan arah yang
jelas pada proses pelaksanaan audit untuk menghindari prosedur-prosedur yang tidak
perlu, dan lebih fokus untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam tujuan audit yang
telah ditetapkan.
Butir-butir yang ada dalam template KKA ini dapat dikembangkan lagi sesuai kebutuhan
pemeriksa di lapangan
1. Tujuan audit:
…………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..…………………………………………………………………
………………………..………………………………………………………………………………
Dibuat oleh :
Direviu oleh :
Disetujui oleh :
AUDIT KINERJA
ATAS …..
TAHUN …..
Tujuan kegiatan pada tahap ”Penetapan Kriteria Audit” adalah mendapatkan kriteria sebagai dasar
pembanding apakah praktik-praktik yang dilaksanakan di lapangan (kondisi) telah mencapai standar
yang seharusnya.
Butir-butir yang ada dalam template KKA ini dapat dikembangkan lagi sesuai kebutuhan
pemeriksa di lapangan.
1. Jenis dan
sumber penetapan kriteria audit :
…………………………………………………..…………………………………………………….
…………………………………………………..…………………………………………………….
…………………………………………………..…………………………………………………….
…………………………………………………..…………………………………………………….
Dibuat oleh :
Direviu oleh :
Disetujui oleh :
AUDIT KINERJA
ATAS …..
TAHUN …..
DAFTAR KRITERIA
Standar ukuran
No Kelompok Jenis Penjelasan Satuan Sumber data kinerja Tanggapan Entitas
………………., …………..
Menyetujui,
Sasaran Audit 2:
Penilaian cakupan jaminan kesehatan masyarakat
miskin.
Langkah Kerja Audit:
2. Dapatkan dan pelajari data mengenai jumlah
penduduk kabupaten/kota.
3. Dapatkan dan pelajari data mengenai jumlah
penduduk miskin.
4. Dapatkan dan pelajari data mengenai jumlah
penduduk miskin yang mendapatkan jaminan
pelayanan kesehatan melalui program BPJS dan
program lainnya.
5. Hitung capaian jumlah penduduk miskin yang LHA Bab II poin B
mendapatkan jaminan pelayanan kesehatan
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan
penduduk miskin, untuk mengetahui apakah
masyarakat miskin sudah tercakup seluruhnya
dalam program jaminan kesehatan. Buat
simpulan.
Sasaran Audit 3:
Penuangan rencana capaian SPM bidang
kesehatan dalam dokumen perencanaan dan
penganggaran pemerintah daerah.
Langkah Kerja Audit:
6. Dapatkan dan pelajari dokumen perencanaan dan
penganggaran berupa RPJMD, RKPD, Renstra
SKPD, Renja SKPD, dan RKA SKPD.
7. Dapatkan dan pelajari ketentuan PP Nomor 65
tahun 2005 tentang SPM.
8. Reviu dokumen untuk mengetahui apakah LHA Bab II poin C,
rencana capaian SPM yang meliputi 18 indikator Lampiran 1 LHA
SPM bidang kesehatan telah dituangkan ke dalam
dokumen perencanaan dan penganggaran
(RPJMD, RKPD, Renstra SKPD, Renja SKPD,
dan RKA SKPD) sebagaimana diatur dalam PP
Nomor 65 tahun 2005 tentang SPM.
1
Lampiran III.9
2
Lampiran III.9
3
Lampiran III.9
45. Tabulasi jawaban survei dari responden. Lakukan LHA Bab II poin G
4
Lampiran III.9