Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengawasan Intern Pemerintah merupakan fungsi manajemen yang


penting dalam penyelenggaraan pemerintahan, melalui pengawasan intern
dapat menjamin suatu instansi pemerintah telah melaksanakan tugas fungsinya
sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
Peran Inspektorat Daerah Kabupaten Muna Barat sebagai Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama semakin strategis dan
bergerak mengikuti kebutuhan pemangku kepentingan dan kekinian. APIP
diharapkan menjadi agen perubahan yang dapat menciptakan nilai tambah
pada produk atau layanan instansi pemerintah dan merupakan salah satu unsur
manajemen pemerintah yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan
yang baik (good governance) yang mengarah pada pemerintahan/birokrasi yang
bersih (clean government). Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah
suatu instansi pemerintah telah melaksanakan program/kegiatan sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya secara efektif, efisien, dan ekonomis sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Inspektorat Daerah Kabupaten Muna Barat berkewajiban mendorong
peningkatan kinerja pemerintah dengan melakukan kegiatan audit kinerja
terhadap Satuan Kerja Pemerintah Daerah, sehingga penguatan peran
Inspektorat Daerah Kabupaten Muna Barat mutlak perlu dilakukan, salah satunya
dengan penyusunan pedoman umum audit kinerja.

B. Maksud dan Tujuan

Penyusunan pedoman audit kinerja ini dimaksudkan untuk membantu auditor


pada Inspektorat Daerah Kabupaten Muna Barat dalam melaksanakan audit
kinerja secara lebih efektif, efisien dan dengan cara yang lebih sistematik.
Pedoman ini disusun agar terdapat kesamaan persepsi dan keseragaman
metodologi dalam rangka audit yang efisien dan efektif.

Pedoman Audit Kinerja 1


C. Ruang Lingkup

Pedoman ini mengatur tentang tata cara pelaksanaan audit kinerja mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan pemantauan
pelaksanaan tindak lanjut.

D. Sistematika Penulisan
Pedoman audit kinerja ini disusun dengan sistematika sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab II Gambaran Umum Audit Kinerja
Bab III Perencanaan audit kinerja
Bab IV Pelaksanaan audit kinerja
Bab V Pelaporan audit kinerja
Bab VI Pemantauan pelaksanaan tindaklanjut.

3
BAB II
GAMBARAN UMUM AUDIT KINERJA

A. Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan audit kinerja adalah sebagai berikut :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan
Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah.
3. Keputusan Dewan Pengurus Nasional (DPN) Asosiasi Auditor Intern
Pemerintah Indonesia (AAIPI) Nomor: Kep- 005/AAIPUDPN/2014 Tentang
Pemberlakuan Kode Etik Auditor Intern Pemerintah Indonesia, Standar Audit
Intern Pemerintah Indonesia, dan Pedoman Telaah Sejawat Auditor Intern
Pemerintah Indonesia.
4. Asosiasi Audit Intern Pemerintah Indonesia tentang Standar Audit Intern
Pemerintah Indonesia.

B. Pengertian Audit Kinerja


Pengertian Audit Kinerja menurut standar audit AAIPI adalah audit atas
pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah yang terdiri atas audit aspek
ekonomi, efisiensi, dan audit aspek efektivitas, serta ketaatan pada peraturan.

C. Tujuan dan Manfaat Audit Kinerja

1. Tujuan Audit Kinerja


Tujuan utama audit kinerja adalah untuk penilaian efektivitas, keekonomisan,
efisiensi, dan ketaatan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.
Audit kinerja membantu akuntabilitas orang-orang yang dibebankan dan
bertanggung jawab terhadap pemerintahan dan pengawasan. Melalui audit
kinerja diketahui apakah ada kekurangan dalam undang-undang dan
peraturan atau kelemahan pelaksanaannya.

2. Manfaat Audit Kinerja


Hasil audit kinerja menyediakan informasi kepada pihak entitas dan
stakeholder tentang kualitas pengelolaan sumber daya dan juga membantu

4
pimpinan daerah dengan mengidentifikasi dan mengusulkan perbaikan
program/kegiatan sehingga akan diperoleh akuntabilitas yang lebih baik,
keekonomisan, efisiensi sumber daya dan peningkatan efektivitas dalam
mencapai tujuan serta ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

D. Objek Audit Kinerja


Objek audit kinerja adalah program dan kegiatan (dengan output, hasil dan
dampak) atau situasi yang ada (termasuk sebab dan akibat). Objek audit
ditentukan oleh tujuan dan dirumuskan dalam pertanyaan audit.

5
BAB III

PERENCANAAN AUDIT KINERJA

Secara umum, kegiatan perencanaan dalam audit kinerja terdiri dari 6 tahap
sebagai berikut:
A. Penentuan Topik Potensial Audit
Langkah awal dalam perencanaan audit kinerja adalah menentukan topik
potensial audit. Setiap Inspektur Pembantu Wilayah harus membuat usulan
topik potensial audit.
Input yang diperlukan dalam tahap ini meliputi:
1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pemerintah Daerah (RPJMD);
2. Rencana Strategis;
3. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA);
4. Laporan hasil audit sebelumnya;
5. Isu yang sedang berkembang di masyarakat yang dapat diperoleh melalui
media cetak maupun media elektronik.
Berdasarkan hasil inventarisasi topik-topik potensial yang diperoleh melalui
pengumpulan informasi dan penelaahan atas input, selanjutnya inspektur
pembantu wilayah menentukan topik potensial audit. Beberapa faktor yang
dapat dijadikan dasar pertimbangan, yaitu :
1. Kepentingan publik/masyarakat
2. Jumlah anggaran yang dikelola/materialitas keuangan
3. Kepentingan politik. Suatu program/kegiatan yang keberhasilannya
menjadi prioritas pemerintah dan mengandung kepentingan politik yang
tinggi, perlu diperhatikan untuk dipilih menjadi topik audit.
4. Auditabilitas, yaitu berhubungan dengan kemampuan tim auditor untuk
melaksanakan audit sesuai standar.
Selain faktor-faktor tersebut di atas, auditor juga dapat mengembangkan faktor
lainnya yang dianggap penting dalam menentukan topik audit. Dengan
menggunakan pertimbangan profesionalnya, auditor dapat memberikan skor
untuk setiap faktor di atas dengan bobot sebagai berikut:
1. Bobot 1 untuk nilai yang rendah,
2. Bobot 2 untuk nilai sedang, dan
3. Bobot 3 untuk nilai tinggi.

6
Output dari kegiatan penentuan topik potensial adalah teridentifikasinya topik-
topik potensial audit beserta urutan prioritas dan dasar pemilihan topik yang
akan menjadi dasar dalam menyusun langkah kerja audit. Lampiran III.1.

B. Tahap Survei Pendahuluan


Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan informasi umum dan pemahaman
sistem pengendalian internal instansi auditi sehingga diperoleh keyakinan
yang memadai bahwa audit dapat dilaksanakan sesuai dengan standar audit.
1. Informasi umum Instansi Auditi
Informasi umum mengenai instansi auditi antara lain:
a. Tugas dan fungsi instansi auditi;
b. Tujuan dan program yang terkait dengan aktivitas audit;
c. Program dan sasaran kinerja instansi auditi;
d. Lingkungan internal dan eksternal instansi auditi beserta pihak-pihak
yang berkepentingan;
e. Kendala eksternal yang mempengaruhi pencapaian program;
f. Proses manajemen dan operasi instansi auditi;
g. Sumber daya instansi.
Input yang diperlukan dalam kegiatan ini antara lain:
a. Hasil analisis pemilihan topik potensial audit yang dilakukan pada tahap
penentuan topik potensial audit;
b. Peraturan perundang-undangan terkait;
c. Sistem operasional prosedur (SOP), dan petunjuk operasional yang
terkait dengan program/ kegiatan yang diperiksa;
d. Hasil evaluasi terhadap program entitas dan rencana kerja auditor
internal dan laporan hasil audit sebelumnya;
e. Hasil-hasil diskusi dengan manajemen dan stakeholder; dan
f. Hasil liputan media masa dan penelaahan informasi dari internet yang
terkait dengan program/ kegiatan yang diperiksa.
Tidak semua input yang terdaftar di atas harus diperoleh auditor, tergantung
dari lingkup entitas yang diperiksa dan pertimbangan auditor. Prosedur dan
teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi umum antara
lain:

7
a. W awancara dengan manajemen auditi;
b. Reviu kebijakan, arahan, dokumen dll;
c. Reviu laporan manajemen dan akuntabilitas;
d. analisis hubungan antara pemanfaatan sumber daya dan hasil;
e. hasil audit dan studi yang dilakukan oleh auditor lain sebelumnya;
Format Kertas Kerja pengumpulan informasi umum terdapat pada Lampiran
III.2
2. Pemahaman Sistem Pengendalian Intern (SPI)
Pemahaman SPI instansi auditi diperlukan untuk menilai kualitas sistem
pengendalian terhadap suatu entitas/program/kegiatan yang dapat
mempengaruhi pencapaian tujuan entitas/program/kegiatan (meliputi
efektivitas, efisiensi, atau ekonomi).
SPI terdiri atas lima komponen yang saling terkait, yaitu:
a. Lingkungan pengendalian
b. Penilaian risiko
c. Aktivitas pengendalian
d. Informasi dan komunikasi
e. Pemantauan.
Dalam menilai sistem pengendalian internal, auditor tidak harus menanyakan
seluruh pertanyaan yang ada dalam kuesioner, auditor dapat melakukan
modifikasi kuesioner dengan menggunakan pertimbangan profesionalnya
untuk menentukan pertanyaan-pertanyaan mana yang paling sesuai dengan
kebutuhan audit suatu entitas/program/kegiatan. Daftar pertanyaan yang dapat
membantu auditor untuk memahami SPI entitas dapat dilihat pada Lampiran
III.3.

C. Penentuan Topik Utama Audit


Penentuan topik audit sangat penting agar pelaksanaan audit dapat lebih fokus
pada tujuan audit, sehingga memungkinkan penggunaan sumber daya audit yang
lebih efisien dan efektif.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari tahap penentuan topik audit potensial
dan survei pendahuluan, auditor dapat menentukan topik audit sebagai fokus
utama audit. Untuk menentukan urutan topik audit yang akan dipilih, digunakan

8
suatu pendekatan faktor-faktor pemilihan (selection factors). Faktor-faktor
pemilihan tersebut terdiri dari empat faktor utama yang terdiri dari:
1. Risiko terhadap manajemen, yaitu risiko yang dihadapi oleh manajemen
atas tidak tercapainya aspek 3E (Ekonomi, Efisiensi dan Efektivitas);
2. Signifikansi suatu program, yaitu penilaian apakah suatu kegiatan dalam
suatu area audit secara komparatif mempunyai pengaruh yang besar
terhadap kegiatan lainnya dalam obyek audit secara keseluruhan;
3. Dampak audit, yaitu pengaruh hasil audit terhadap perbaikan atas area yang
diperiksa; dan
4. Auditabilitas, yaitu berhubungan dengan kemampuan tim auditor untuk
melaksanakan audit sesuai standar. Dalam mempertimbangkan
auditabilitas, auditor juga perlu mempertimbangkan risiko audit. Semakin
tinggi risiko audit, maka auditabilitasnya akan semakin rendah.
Berdasarkan hasil atas urutan prioritas yang telah dianalisis, auditor
menentukan topik audit yang akan menjadi fokus dalam pelaksanaan audit
kinerja.
Input yang diperlukan dalam kegiatan penentuan topik audit dapat berupa:
1. Hasil kegiatan survei pendahuluan;
2. Hasil diskusi dengan pimpinan/manajemen entitas;
3. Hasil wawancara, observasi, dan metodologi pengumpulan data lainnya
yang digunakan oleh auditor dalam mengumpulkan data dan informasi dalam
tahap perencanaan audit ini.
Auditor dapat melakukan pembobotan berdasarkan pertimbangan
profesionalnya (professional judgment). Pembobotan dilakukan dengan
menggunakan matriks pembobotan dengan skor terhadap faktor-faktor
pemilihan sebagai berikut:
1. Bobot 1 untuk nilai yang rendah;
2. Bobot 2 untuk nilai sedang;
3. Bobot 3 untuk nilai tinggi.
Format KKP kegiatan penentuan topik utama audit dapat dibaca pada Lampiran
III.4 dan III.5.

9
D. Penentuan Tujuan dan Ruang Lingkup Audit
Tujuan audit kinerja harus bisa didefinisikan secara tepat, sehingga dapat
dihindari pelaksanaan prosedur audit yang tidak perlu.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menentukan tujuan dan ruang lingkup
audit adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan audit.
Tujuan audit terkait erat dengan alasan dilakukannya suatu audit. Tujuan
audit harus benar-benar dipertimbangkan dan dinyatakan secara jelas. Isi dari
tujuan audit harus bisa mengungkapkan hal yang ingin dicapai dari audit
tersebut. Dalam menentukan tujuan audit kinerja, auditor memeriksa seluruh
aspek (3E) ekonomi, efisiensi dan efektivitas serta ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan.
Dalam memformulasikan tujuan audit tersebut, auditor dapat membuat
berbagai macam pertanyaan audit terhadap
organisasi/program/kegiatan/yang hendak diperiksa. Auditor hendaknya
menentukan tujuan audit dengan berdasar pada informasi yang diperoleh dan
keahlian serta pengalaman yang dimiliki.
2. Menentukan ruang lingkup audit
Yang dimaksudkan dengan lingkup di sini adalah:
a. Luas sasaran audit yang akan dilakukan;
b. Permasalahan yang akan diperiksa, yaitu masalah ekonomis, efisiensi,
dan efektivitas serta ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan;
c. Waktu yang diperlukan dalam audit dan besarnya sampel yang akan
diambil.
Langkah-langkah dalam penentuan lingkup audit adalah sebagai berikut:
a. Tentukan lingkup audit atas dasar informasi yang diperoleh pada audit
sebelumnya.
b. Lakukan perubahan dalam lingkup audit apabila informasi yang diperoleh
dalam pelaksanaan audit mengharuskan demikian.
c. Apabila perintah (mandat) audit kinerja menentukan lingkup audit secara
luas, lakukan pertimbangan profesional untuk merincinya secara lebih
khusus (spesifik).

10
Seluruh pengkajian auditor mengenai tahap penentuan tujuan dan lingkup
audit di tingkat entitas harus didokumentasikan. Format KKP kegiatan
menentukan tujuan dan lingkup audit dapat dibaca pada Lampiran III.6.

E. Penetapan Kriteria Audit


Kriteria audit merupakan standar kinerja yang digunakan untuk mengukur
ekonomi, efisiensi dan efektivitas kegiatan dari objek audit. Kriteria bertujuan
menentukan apakah tujuan objek audit dapat tercapai, melebihi atau gagal
mencapai kinerja yang diharapkan baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Konsep umum ekonomi, efisiensi, dan efektivitas dijelaskan sebagai berikut:

1. Ekonomis
Aspek ekonomis adalah aspek kinerja yang berkaitan dengan sumber daya
(input), baik dari sisi pengadaannya maupun pemanfaatannya. Umumnya,
ekonomis lebih sering dikaitkan dengan pengadaan sumber daya. Instansi
pemerintah dinilai ekonomis jika pengadaan sumber dayanya dalam jumlah
dan mutu yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dengan biaya yang serendah
mungkin. Aspek ekonomis merupakan aspek yang paling sederhana
dibandingkan aspek efisiensi dan aspek efektivitas, karena aspek ekonomis
hanya dilihat dari pengeluaran uang dan pertanggungjawaban pengeluaran
tersebut.
2. Efisiensi
Aspek efisiensi adalah aspek kinerja yang berkaitan dengan hasil yang
diperoleh (output). Aspek efisiensi berkaitan dengan aspek ekonomis karena
untuk menilai kinerja aspek efisiensi tidak cukup jika melihat output-nya saja,
tetapi harus dikaitkan dengan sumber daya (input) yang digunakan untuk
menghasilkan output tersebut.
Suatu Instansi Pemerintah, dikatakan efisien apabila:
a. Menghasilkan output yang lebih besar dari yang direncanakan (melebihi
target) dengan menggunakan input tertentu (sesuai rencana).
b. Menghasilkan output yang tetap (sesuai target), tetapi input yang
digunakan lebih rendah dari yang direncanakan.
Untuk menilai aspek efisiensi, antara lain, dapat dilakukan dengan
membandingkan output dan input. Namun, hasil yang diperoleh belum optimal.
Auditor harus memperbandingkan kembali hasil perbandingan output

11
dan input tersebut dengan standar efisiensi. Jika permasalahan ekonomis
begitu kompleks, sehingga standar efisiensi yang ada tidak dapat diterapkan
maka penilain pengukuran efisiensi harus didasarkan pada informasi terbaik
yang tersedia dan analisis yang dilakukan pada saat audit.
3. Efektivitas
Efektivitas adalah aspek kinerja yang berkaitan dengan tingkat pemanfaatan
output dalam mencapai tujuan/sasaran yang ditetapkan. Instansi pemerintah
dinilai efektif apabila output yang dihasilkannya dapat memenuhi
tujuan/sasaran yang ditetapkan. Dengan kata lain, menilai aspek efektivitas
pada audit kinerja berarti menilai outcome dari output dalam pencapaian
tujuan/sasaran yang ditetapkan.
Pemilihan fokus audit aspek efektivitas dilakukan pada program/kegiatan
yang memiliki tujuan yang SMART dan memiliki indikator kunci sehingga dapat
diukur.
Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan, sebagai berikut:
a. Secara umum, arti ekonomis, efisiensi, dan efektivitas adalah sebagai
berikut:
1) Ekonomis berarti biaya yang terendah.
2) Efisiensi berarti rasio terbaik antara output dan input dalam
menghasilkan output.
3) Efektivitas berarti rasio terbaik antara outcome dan output dalam
mencapai tujuan/sasaran yang telah ditetapkan.
b. Aspek efisiensi dan aspek ekonomis saling berkaitan, maka sering
dikatakan audit kinerja sama dengan melaksanakan dua jenis audit yaitu :
(1) audit ekonomis dan efisiensi dan (2) audit efektivitas.
c. Dalam konteks audit kinerja, audit ekonomis dan efisiensi adalah audit
untuk:
1) Menilai apakah entitas telah memperoleh, melindungi dan
menggunakan sumber dayanya (seperti sumber daya aparatur, dan
aset) secara hemat dan efisien
2) Menentukan penyebab timbulnya ketidakhematan dan ketidakefisienan
3) Menilai apakah entitas telah mematuhi peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan kehematan dan efisiensi.

12
Sedangkan audit efektivitas adalah audit untuk:
1) Menilai apakah capaian hasil program atau manfaat yang diperoleh
sesuai dengan yang ditetapkan oleh undang-undang atau peraturan
lain yang berwenang.
2) Menilai sejauh mana kegiatan entitas, pelaksanaan program, kegiatan
atau fungsi instansi yang bersangkutan mencapai tujuan/sasarannya
3) Apakah entitas yang diaudit telah menaati peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan program/kegiatannya.
Kriteria audit dapat diperoleh dari sumber-sumber berikut:
a. Hukum dan peraturan yang mengatur operasi entitas auditi;
b. Referensi untuk perbandingan dengan praktik terbaik;
c. Standar profesional, pengalaman, dan nilai-nilai;
d. Indikator kinerja utama yang ditetapkan oleh entitas audit atau pemerintah
e. Pengetahuan ilmiah baru dan informasi terpercaya lainnya;
f. Kriteria yang digunakan sebelumnya dalam audit yang sama atau dengan
APIP lainnya;
g. Manajemen umum dan literatur.
Apabila kriteria tidak tersedia dari sumber-sumber di atas, auditor dapat fokus
pada kinerja yang dicapai pada organisasi yang sebanding, praktikterbaik
melalui benchmarking, atau standar yang dikembangkan oleh auditor melalui
analisis kegiatan.
Karakteristik kriteria audit yang sesuai meliputi:
a. Keandalan: kriteria dapat diandalkan menghasilkan kesimpulan yang
konsisten bila digunakan oleh auditor lain dalam situasi yang sama.
b. Objektivitas: kriteria bebas dari bias auditor atau manajemen.
c. Bermanfaat: kriteria menghasilkan temuan dan kesimpulan yang
memenuhi kebutuhan informasi pengguna.
d. Dapat dipahami: kriteria dinyatakan secara jelas dan tidak tunduk pada
interpretasi yang berbeda secara signifikan.
e. Komparatif: kriteria konsisten dengan yang digunakan dalam audit kinerja
lembaga atau kegiatan lain yang sejenis dan dengan yang digunakan
dalam audit kinerja sebelumnya
f. Kelengkapan: kelengkapan mengacu pada pengembangan semua kriteria
yang signifikan sesuai dengan penilaian kinerja.
g. Penerimaan: ahli independen di lapangan, entitas audit, legislatif, media,
13
dan masyarakat umum dapat menyetujui.
Pengembangan kriteria perlu mendapatkan masukan dari manajemen
entitas auditi. Kesepakatan tentang kriteria diidentifikasi, dibahas, dan
diselesaikan pada tahap awal.
Tim dapat mengembangkan suatu template yang membantu pendefinisian
penetapan kriteria audit. Secara keseluruhan pendokumentasian dapat dijadikan
sebagai KKP. Format KKP kegiatan dapat dilihat pada Lampiran III.7 dan
Lampiran III.8.

F. Penyusunan Program Kerja Audit


Program kerja audit merupakan prosedur langkah kerja yang harus dilakukan oleh
auditor dalam melakukan pengumpulan dokumen guna menyimpulkan apa yang
ditetapkan dalam tujuan audit. Program kerja ini disusun oleh Ketua Tim dengan
mempertimbangkan hasil koordinasi awal, risiko yang telah diidentifikasi, dan
sumber daya yang ada untuk melaksanakan seluruh langkah kerja. Program kerja
ini harus disetujui oleh Pengendali Teknis, Pembantu Penanggung Jawab dan
Penanggung Jawab. Format program kerja audit terdapat dalam lampiran III.9
Penyusunan program kerja berkaitan langsung dengan waktu penugasan. Jangka
waktu penugasan disesuaikan dengan kebutuhan waktu audit. Kebutuhan waktu
audit didapatkan dari jumlah hari yang dibutuhkan untuk melaksanakan seluruh
prosedur audit dalam program kerja audit dengan sumber daya manusia yang
tersedia.
Program kerja merupakan panduan bagi tim auditor untuk dapat memberikan
kesimpulan mengenai 3 aspek yaitu keekonomisan, efisiensi, dan efektivitas
program/kegiatan dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan pada
laporan. Ketika langkah-langkah kerja dan prosedur sudah selesai dilaksanakan
dan kertas kerja telah disusun, program kerja ini dimutakhirkan dengan realisasi
pelaksanaannya. Program kerja yang telah berisi realisasi pelaksanaan audit
diarsipkan dalam dokumen kertas kerja.
Program kerja audit tersebut kemudian akan menjadi pedoman auditor dalam
menjalankan penugasan audit kinerja. Di dalam program audit tersebut
dituangkan hal-hal sebagai berikut :

14
a. Dasar audit.
Auditor memasukkan ketentuan perundang-undangan yang menjadi mandat
bagi APIP Inspektorat Daerah Kabupaten Muna Barat dalam melaksanakan
audit.
b. Organisasi/Program/kegiatan yang diperiksa.
Diisi dengan entitas yang akan diperiksa, pengertian entitas di sini dapat
berupa organisasi/program/kegiatan yang kinerjanya akan diperiksa.
c. Tahun anggaran yang diperiksa.
Bagian dari penjabaran lingkup audit yang akan memasukkan periode/tahun
anggaran yang akan diperiksa. Secara umum, periode yang dipilih adalah
hanya untuk satu periode tahun anggaran. Namun demikian, dimungkinkan
juga untuk pelaksanaan audit atas periode yang lebih dari satu tahun jika pada
audit atas keseluruhan pelaksanaan program yang memakan waktu lebih dari
satu tahun.
d. Identitas dan data umum yang diperiksa.
Data umum dari organisasi/program/kegiatan yang akan diperiksa yang
didapat selama proses pemahaman atas entitas.
e. Alasan audit.
Diisi dengan alasan audit yang bisa berasal dari hasil analisis perolehan data
dan informasi awal maupun yang berasal output penentuan area kunci yang
akan diperiksa.
f. Jenis audit.
Diisi dengan jenis audit kinerja.
g. Tujuan dan Ruang Lingkup Audit.
Tujuan audit umum yang didapat atau ditentukan selama pelaksanaan
proses penentuan tujuan dan ruang lingkup audit.
h. Sasaran Audit.
Tujuan audit secara rinci yang menjabarkan apa yang telah ditentukan dalam
tujuan audit umum.
i. Metodologi audit.
Diisi dengan metodologi atau cara serta pendekatan audit yang akan ditempuh
dalam menjalankan penugasan audit kinerja.
j. Kriteria audit
Diisi dengan kriteria audit yang akan dipakai dalam audit.

15
k. Langkah atau prosedur audit.
Langkah atau prosedur audit yang dibuat dengan tujuan memberikan
petunjuk kepada para auditor agar dapat mencapai tujuan audit yang telah
ditetapkan. Langkah atau prosedur audit sebaiknya dibuat menurut sasaran
audit yang telah ditetapkan agar nantinya secara keseluruhan hasil audit dapat
menjawab atau mencapai tujuan audit.

16
BAB IV

PELAKSANAAN AUDIT KINERJA

Tujuan utama pelaksanaan audit adalah untuk mendapatkan bukti yang kompeten,
relevan dan wajar untuk mendukung temuan dan simpulan audit. Sebelum
pelaksanaan audit (field work), sesuai dengan surat tugasnya, tim audit melakukan
pembicaraan pendahuluan dengan pimpinan auditi. Adapun tujuan pembicaraan
pendahuluan dengan pihak audit antara lain adalah:
1. Memungkinkan auditor untuk bertemu dengan staf kunci auditi;
2. Menginformasikan kegiatan/program dan area yang akan diaudit, tujuan
audit, lingkup audit, pendekatan audit dan jangka waktu audit, kriteria audit;
3. Meminta auditi untuk menunjuk pegawainya sebagai petugas penghubung
antara tim audit dengan pihak auditi;
4. Memastikan auditi memahami proses audit.
Hasil pembicaraan pendahuluan dibuatkan notulensinya.
Aktivitas utama dalam pelaksanaan audit ( field work) adalah :
1. Pengumpulan bukti audit;
2. Pengembangan temuan audit;
3. Simpulan dan rekomendasi audit;
4. Pembahasan hasil audit;
5. Kertas Kerja Audit.
Penjelasan lebih lanjut masing-masing aktivitas pelaksanaan audit adalah:

A. Pengumpulan Bukti Audit


a. Pengumpulan Data
Untuk memudahkan pemahaman dalam pelaksanaan audit kinerja terlebih
dahulu perlu dibedakan antara: data, informasi, dan bukti audit.
Istilah-istilah tersebut memiliki pengertian sebagai berikut:
1) Data adalah kumpulan bahan keterangan yang dapat berwujud angka
dan tidak berwujud angka.
2) Informasi adalah data yang sudah diolah.
3) Bukti audit adalah semua informasi yang dikumpulkan dan digunakan
oleh auditor untuk mendukung temuan audit.
Jenis bukti dan metode pengumpulan datanya, yang dapat digambarkan
sebagai berikut:
17
Jenis Bukti Metode Pengumpulan Data
Observasi (pengamatan)langsung
Bukti fisik
Memeriksa benda (inspection objects)
Interviu
Bukti testimoni
Kuesioner
Fokus grup
Kelompok referensi
Audit berkas
Bukti dokumen
Audit dokumen
Penelitian sekunder
Studi literatur
Menggunakan data statistik
Menggunakan database yang ada
Bukti analitis dibangun oleh auditor, dengan
Bukti analitis menggunakan berbagai jenis data.
Auditor dapat menggunakan metode
pengumpulan data yang tercantum di atas
atau kombinasi dari mereka

b. Analisis Bukti
Untuk memahami dan menjelaskan apa yang diamati, auditor dapat
menggunakan beberapa jenis analisis, misalnya dalam bentuk analisis
statistik yang lebih rinci, diskusi tentang temuan audit, studi dokumentasi
dan kertas kerja. Bukti-bukti yang diperoleh perlu diolah dan dianalisis.
Dalam menganalisis bukti harus mengacu pada rancangan audit yang
telah disusun dalam perencanaan audit.
Berdasarkan bukti audit yang telah diuji auditor dapat :
1) Mengembangkan hasil analisis untuk menilai apakah kinerja
kegiatan/program/entitas yang diaudit telah sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan.
2) Mengumpulkan hasil analisis dan membandingkan dengan tujuan
audit.
3) Mengidentifikasi kemungkinan untuk perbaikan kinerja
kegiatan/program/entitas.
4) Memanfaatkan hasil analisis bukti audit untuk mendukung simpulan
dan rekomendasi audit.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam kegiatan menganalisis bukti audit
adalah sebagai berikut.

18
1) Dalam menguji bukti audit, auditor dapat menggunakan teknik-teknik
pengujian, antara lain wawancara1; inspeksi; konfirmasi; reviu analitis
(rasio, tren, pola); sampling; bagan arus, dan analisis (analisis regresi,
simulasi dan modelling, analisis muatan data kualitatif).
2) Dalam menentukan penggunaan suatu teknik pengujian bukti, maka
auditor perlu mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut : a). jenis
dan sumber bukti yang diuji; dan b). waktu dan biaya yang diperlukan
untuk menguji bukti.

3) Auditor membandingkan hasil pengujian bukti-bukti audit dengan kriteria


audit.

4) Jika terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi dan kriteria,


maka auditor perlu mengidentifikasi sebab dan akibat dari perbedaan
tersebut.
5) Dalam mengidentifikasi sebab akibat, maka auditor bisa menggunakan
model analisis sebab-akibat sebagai alat analisis.

B. Pengembangan Temuan Audit


Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh auditor dalam pengembangan
temuan audit kinerja :
a. Temuan audit kinerja harus dapat menjawab tujuan audit yang telah
ditetapkan;
b. Secara umum, unsur temuan audit terbagi atas, kondisi, kriteria, akibat,
dan sebab serta rekomendasi. Namun demikian, di dalam penyusunan
temuan audit kinerja, unsur yang dibutuhkan tergantung tujuan yang ingin
dicapai sehingga dapat saja unsur ‘sebab’ dapat menjadi suatu unsur yang
optional. Contoh: jika tujuan audit yang ditetapkan adalah menentukan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan atau memperkirakan
pengaruh suatu program terhadap perubahan fisik, sosial, atau ekonomi
suatu masyarakat, maka unsur sebab akan menjadi kurang/tidak relevan
untuk disajikan;
c. Suatu temuan audit harus didukung oleh bukti audit yang cukup, kompeten,
dan relevan;

19
d. Temuan audit sedapat mungkin disajikan dalam suatu urutan yang logis,
akurat, dan lengkap, dan
Suatu temuan audit merupakan hasil proses analisis audit tim auditor di
lapangan. Pembahasan atas temuan audit ini dilakukan kemudian pada akhir
tahap pelaksanaan audit. Sangat dimungkinkan pada saat pembahasan ini,
entitas yang diperiksa berjanji memberikan bukti-bukti baru yang belum dapat
diberikan pada saat pembahasan Temuan Audit dan mungkin bukti baru
tersebut dapat mengubah esensi dari temuan audit. Atas hal itu, maka
dimungkinkan juga pada akhir Laporan Hasil Audit, suatu TP tidak dijadikan Hasil
Audit karena berdasarkan bukti baru yang diberikan oleh entitas dan diyakini
oleh auditor ternyata TP itu sudah tidak layak lagi untuk disajikan.

C. Simpulan dan Rekomendasi Audit


a. Simpulan

Simpulan adalah pernyataan yang disimpulkan oleh auditor dari temuan


mereka setelah analisis penyebab dan dampak dari temuan. Dan akhirnya,
rekomendasi tindakan yang disarankan oleh auditor yang berkaitan
dengan tujuan audit. Hasil pengembangan bukti audit berguna untuk
menyusun temuan dan simpulan audit. Seluruh bukti audit perlu diperiksa
kembali untuk memastikan bahwa bukti audit telah memenuhi standar
kompeten, relevan dan cukup, serta telah sesuai dengan kriteria.
Temuan audit yang diperoleh dari membandingkan bukti dengan
kriteria. Hal tersebut didasarkan hasil analisis dari informasi yang
dikumpulkan selama audit. Analisis lebih lanjut dari sifat dan besarnya
masalah ini, akan mengarah pada pengembangan simpulan audit.
Kesimpulan audit harus dikembangkan dan dievaluasi melalui berbagai
tahapan audit kinerja. Kesimpulan yang potensial diidentifikasi dalam
tahap perencanaan atau selama studi pendahuluan harus ditindaklanjuti
dalam tahap audit rinci.
Selanjutnya, tim audit harus menentukan apakah ketidakefisienan
merupakan contoh yang mewakili permasalahan umum atau
permasalahan sistemik. Kesimpulan memerlukan pertimbangan yang
signifikan dalam penginterpretasian jawaban pertanyaan audit, karena
faktanya bukti audit mungkin bersifat persuasif ("poin terhadap kesimpulan
20
bahwa") daripada simpulan ("benar / salah"). Diperlukan pertimbangan
yang tepat terhadap, kewajaran, keekonomisan, dan relevansi maksud
tujuan keterlibatan manajemen senior.
Tim audit dapat mengidentifikasi rangkaian sebab-akibat dan memiliki
pilihan untuk melaporkan temuan dan kesimpulan di berbagai titik dalam
suatu rangkaian. Dalam situasi ini, auditor harus menyoroti kekurangan
yang paling kritis dari suatu rangkaian.
Kesimpulan audit perlu dikonfirmasi apakah kinerja entitas, sejalan dengan
kriteria yang ditetapkan, memuaskan atau tidak. Jika tidak memadai,
tunjukkan kelemahannya atau tentukan orang bertanggung jawab,
terhadap penyebabnya dan tentukan akibat permasalahan materi subjek
audit.
Simpulan audit dibuat setelah auditor melakukan analisis penyebab dan
dampak atau akibat dari temuan audit dan kemudian membuat rekomendasi
audit, sesuai dengan tujuan audit.
Auditor harus mengidentifikasi penyebab temuan, karena hal ini juga akan
membentuk dasar untuk rekomendasi. Semua masalah atau temuan yang
ditemukan selama proses audit harus didukung dengan bukti yang cukup.
Artinya, auditor tidak boleh gegabah dalam melaporkan temuan. Harus
ada bukti kuat bahwa auditi melakukan kesalahan. Sesuai dengan fungsinya
sebagai pemberi nasihat, auditor tidak hanya mengumpulkan temuan
melainkan juga mengumpulkan bukti-bukti prestasi yang sudah dicapai
auditi. Temuan audit juga harus mengungkapkan kelemahan pengendalian
intern yang signifikan dan, ketidakpatuhan terhadap peraturan yang berlaku,
kecurangan dan ketidakpatutan.
b. Rekomendasi Audit
Semua audit kinerja harus ada kesimpulan auditnya dengan rekomendasi
audit jelas dan memberi solusi yang mungkin, tanpa mengambil alih
tanggung jawab manajemen. Untuk mengembangkan rekomendasi,
penyebab-penyebab dari temuan harus diidentifikasi, karena hal ini
menjadi dasar rekomendasi.
Rekomendasi muncul dari identifikasi 'penyebab' temuan audit, yang harus
ditangani oleh entitas atau pihak yang bertanggung jawab terhadap tata
kelola. Rekomendasi harus beralasan dan menambah nilai. Rekomendasi

20
harus jelas kepada siapa ditujukan. Siapa yang bertanggung jawab dan
berkompeten untuk melaksanakannya.
Rekomendasi harus jelas dan disajikan secara logis dan rasional, harus
dikaitkan dengan audit tujuan, temuan dan kesimpulan. Kadang-kadang,
penyebab mungkin di luar kendali entitas yang diaudit, dalam hal ini
rekomendasi harus diarahkan pada pihak luar entitas yang diaudit, struktur
pemerintahan.
Dalam perumusan rekomendasi audit, auditor harus fokus pada perbaikan
atau perubahan apa yang harus dilakukan audit dan bagaimana
melakukannya. Rekomendasi harus diuraikan dengan jelas agar
memudahkan auditi dalam memahami dan mengimplementasikannya.

D. Pembahasan Hasil Audit


Tim audit atau pejabat APIP yang bertanggung jawab harus mengadakan
pertemuan dengan pejabat yang bertanggung jawab terhadap kegiatan
yang diaudit, untuk mendapat gambaran atau kesimpulan audit dan
rekomendasi yang disampaikan. Risalah rapat harus disiapkan dan
disampaikan pada entitas yang diaudit dan dimintakan tanggapannya.
Pembahasan hasil audit dilaksanakan maksimal 3 hari setelah penyusunan
simpulan dan rekomendasi hasil audit.

E. Kertas Kerja Audit dan Supervisi Audit


a. Kertas Kerja Audit
Auditor harus menyiapkan dan menatausahakan dokumen audit dalam
bentuk kertas kerja audit (KKA). KKA mencerminkan langkah-langkah
kerja audit yang dilaksanakan, pengujian yang dilakukan, informasi yang
diperoleh, dan kesimpulan hasil audit. Informasi harus
didokumentasikan dan disimpan secara tertib dan sistematis agar dapat
secara efektif diambil kembali, dirujuk, dan dianalisis. Informasi yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan audit
intern harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan auditor
yang berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan dengan audit
tersebut dapat memastikan bahwa informasi tersebut dapat menjadi

21
informasi yang mendukung kesimpulan, fakta, dan rekomendasi
auditor.

Manfaat kertas kerja audit adalah:


1) Mendukung informasi yang disajikan dalam laporan tertulis, terutama
temuan dan rekomendasi;
2) Sebagai bahan dasar supervisi audit oleh supervisor dan reviu teman
sejawat;
3) Memudahkan tim audit dalam mengelola dan melaksanakan
pekerjaannya;
4) Memudahkan reviu kualitas audit oleh pihak lain / rekan sejawat
5) Sebagai bahan perencanaan audit tahun yang akan datang

Informasi yang perlu dimuat dalam KKA adalah:


1) Sasaran, lingkup, dan metodologi audit intern, termasuk kriteria
pengambilan uji petik (sampling) yang digunakan;
2) Dokumentasi penugasan yang dilakukan, digunakan untuk mendukung
pertimbangan profesional dan fakta yang ditemukan;
3) Bukti tentang reviu dan supervisi terhadap penugasan yang dilakukan;
4) Penjelasan auditor mengenai Standar Audit yang tidak diterapkan,
apabila ada, alasan, dan akibatnya.
b. Supervisi Audit
Pada setiap tahap penugasan audit, auditor harus disupervisi secara
memadai untuk memastikan tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas, dan
meningkatnya kompetensi auditor. Supervisi merupakan tindakan yang terus-
menerus selama penugasan audit, mulai dari perencanaan hingga
dikomunikasikannya hasil akhir audit. Supervisi harus diarahkan baik pada
substansi maupun metodologi audit dengan tujuan antara lain untuk
mengetahui:
1) Pemahaman tim audit atas rencana audit;
2) Kesesuaian pelaksanaan penugasan audit dengan standar audit;
3) Kelengkapan informasi yang terkandung dalam kertas kerja audit untuk
mendukung kesimpulan dan rekomendasi sesuai dengan jenis audit;
4) Kelengkapan dan akurasi laporan hasil audit yang mencakup terutama
pada kesimpulan dan rekomendasi sesuai dengan jenis audit.

22
Semua penugasan audit harus direviu secara berjenjang sebelum
dikomunikasikannya hasil akhir audit. Reviu secara berjenjang dan periodik
dilakukan untuk memastikan bahwa:
1) Tim audit memahami sasaran dan rencana audit intern;

2) Audit dilaksanakan sesuai dengan standar audit;

3) Prosedur audit telah diikuti;

4) Kertas kerja audit memuat informasi yang mendukung fakta, simpulan,


dan rekomendasi; dan
5) Sasaran audit telah dicapai.

23
BAB V

PELAPORAN AUDIT KINERJA

Langkah-langkah dalam penyusunan laporan audit kinerja adalah :


1. Penyusunan konsep LHP
Pelaksanaan penyusunan konsep LHP dilakukan berdasarkan dokumen
Temuan Audit dan Program Audit khususnya Tujuan Audit. Konsep LHP
harus dapat menjawab tujuan audit yang ada pada Program Audit. Konsep
LHP yang disusun oleh auditor terdiri dari Laporan Hasil Audit,
Rekomendasi, dan Simpulan Audit.

2. Penyampaian konsep LHP ke entitas.


Jika konsep LHP setelah pembahasan disetujui oleh Inspektur
dikembalikan kepada Auditor. Auditor menyampaikan Konsep LHP
kepada entitas yang diperiksa untuk dimintai tanggapan atas rekomendasi.

3. Perolehan tanggapan atas rekomendasi dan simpulan audit dari entitas


yang diperiksa. Entitas memberikan tanggapan atas rekomendasi dan
simpulan yang diberikan Inspektorat, dan mengirimkan tanggapan tersebut
kepada auditor.

4. Penyiapan konsep LHP yang sudah dilengkapi tanggapan entitas.


Auditor menganalisis tanggapan yang diberikan oleh entitas yang
diperiksa. Waktu Penyampaian tanggapan atas hasil audit sementara
adalah 5 hari kerja. Apabila tanggapan tidak disampaikan dalam jangka
waktu tersebut, dianggap bahwa temuan tersebut telah disetujui dan
dilanjutkan dengan penyusunan laporan.

5. Penyusunan LHP final.


Auditor menyusun Konsep LHP yang telah lengkap menjadi LHP Final.
Auditor menyerahkan LHP Final kepada Inspektur untuk disetujui. Waktu
penyelesaian penyusunan LHP Final selama 5 hari.
LHP Final yang telah disetujui diserahkan ke Bagian Umum untuk
digandakan.

24
6. Pendistribusian LHP Final.
LHP Final yang telah disetujui oleh Inspektur didistribusikan kepada pihak
yang secara resmi berkepentingan, yaitu:
a. Gubernur dalam bentuk Surat Pengantar Masalah;
b. Wakil Gubernur;
c. Sekretaris Daerah;
d. Entitas yang diperiksa;
e. Pihak berwenang lain yang berhak menerima LHP berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
Resume/Ikhtisar hasil pengawasan disampaikan kepada Gubernur yang
menyajikan informasi :
a. Maksud, tujuan, dan ruang lingkup serta sasaran audit;
b. Simpulan dan rekomendasi hasil audit.

25
BAB VI

PEMANTAUAN TINDAK LANJUT

Laporan audit kinerja pada dasarnya merupakan sarana untuk meningkatkan


kinerja dan akuntabilitas entitas auditi. Hal tersebut dapat dicapai melalui
pelaksanaan rekomendasi yang terdapat dalam laporan audit kinerja. Pimpinan
atau manajemen pihak auditi bertanggung jawab untuk menindaklanjuti
rekomendasi audit, sedangkan auditor berkewajiban untuk memantau pelaksanaan
tindak lanjut atas rekomendasi audit yang telah disampaikan dalam laporan audit.
Tujuan pemantauan tindak lanjut antara lain untuk:
1. Memastikan bahwa rekomendasi audit telah dilaksanakan oleh auditi, dan
melaporkan kemajuan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah dilakukan oleh
entitas yang diaudit;
2. Memberikan informasi yang berharga bagi pemerintah dan lembaga legislatif.
Hasil pemantauan tindak lanjut berguna untuk memberikan informasi kepada
regulator dalam membuat, memperbaiki, dan menyempurnakan peraturan yang
terkait;
3. Membantu tercapainya perbaikan kinerja kegiatan/program/entitas;
4. Memberikan masukan bagi perencanaan audit stratejik pada lembaga audit;
5. Mengingatkan entitas yang diaudit untuk melakukan tindakan koreksi dan
perbaikan pelaksanaan kegiatan auditi;
6. Memberikan umpan kepada auditor, lembaga audit tentang pendapat atau
penilaiannya, kesimpulan dan rekomendasi yang telah disampaikan. Hal
tersebut bertujuan untuk perbaikan kualitas audit dan untuk meningkatkan
pengetahuan;
7. Tindak lanjut yang telah dilaksanakan dan hasilnya dapat menjadi ukuran yang
baik untuk menilai dan mengevaluasi kinerja auditi dan perbaikan dalam
pengelolaan program.

Metode pemantauan tindak lanjut adalah:


1. Desk Review
Terdapat beberapa cara pemantauan tindak lanjut dengan menggunakan metode
ini yaitu

26
Judul Laporan Audit :
Tanggal Laporan :
Nama Auditi :

Tindakan yang Alasan belum


Status/
dilakukan menyelesaikan Dampak
No. Rekomendasi kemajuan
(sesuai rencana tindakan setiap (jika ada)
(progres)
aksi rinci rekomendasi
1
2
3

2. Audit Tindak Lanjut (Follow up Audit)


Audit tindak lanjut dapat dilakukan jika metode pemantauan desk review tidak
cukup. Audit tindak lanjut merupakan audit yang dilakukan atas rekomendasi
signifikan yang belum atau belum selesai ditindaklanjuti dalam jangka waktu
tertentu. Kadang-kadang dalam proses pemantauan tindak lanjut dapat
terungkap masalah yang signifikan untuk diperiksa lebih lanjut, sehingga
didapatkan manfaat yang signifikan. Pelaksanaan audit tindak lanjut akan
menghasilkan laporan audit kinerja baru. Ruang lingkup audit tindak lanjut
harus ditentukan berdasarkan penilaian dari berikut:
a. Apakah kesimpulan audit masih relevan.
b. Tindakan korektif yang telah dilaksanakan oleh entitas yang diaudit.
c. Bekerja sama dengan pihak lain selain entitas yang diaudit dapat
mempengaruhi dampak.
d. Faktor eksternal yang relevan dan isu-isu lainnya
Hasil pemantauan tindak lanjut dari rekomendasi audit harus dilaporkan.
Hasil identifikasi atas kekurangan dan perbaikan atas tindak lanjut yang telah
dilakukan auditi harus dilaporkan kepada entitas yang diaudit serta pihak lain yang
tepat. Hasil pemantauan tindak lanjut dapat dilaporkan secara individual, atau
sebagai laporan konsolidasi. Laporan konsolidasi tindak lanjut dapat mencakup
analisis kecenderungan umum tema sejenis. Laporan juga harus menginformasikan
tindakan positif dalam menindaklanjuti rekomendasi audit. Pelaporan audit tindak
lanjut harus mengikuti prinsip-prinsip pelaporan yang baik.

27
Lampiran III.1

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA BARAT


INSPEKTORAT
Alamat : Jln. Poros Lagadi-Tondasi Desa Lapolea Kecamatan Barangka

Penentuan Topik Potensial Audit

No Kriteria Faktor-faktor
Apakah tema penting bagi pemerintah/masyarakat/ auditi
1 Materialitas
(prioritas nasional dan apakah melibatkan area kritis?
Akankah tanggung jawab diambil? Apakah tema dapat
2 Akuntabilitas Publik
dijelaskan?
Dampak yang Akankah tema memiliki pengaruh yang kuat pada peningkatan
3
mungkin ekonomi, efisiensi dan efektivitas kegiatan pemerintah?
4 Perbaikan Akankah audit membawa perbaikan dalam pemerintahan?
Kepentingan publik Akankah tema memperhatikan hukum atau manfaat bagi
5 masyarakat?
Akankah tema mempengaruhi risiko (strategis maupun reputasi)
6 Risiko bagi APIP bagi APIP?
Permasalahan Akankah subyek permasalahan yang menjadi perhatian instansi
7 instansi sesuai oleh tema?
Dapatkah tema diaudit? Apakah praktis untuk mengaudit?
8 Dapat diaudit Apakah itu termasuk dalam tupoksi APIP?
9 Ketepatan waktu Apakah ini waktu yang tepat atau sesuai untuk mengaudit tema?
Pekerjaan audit
10 Apakah tema telah diaudit sebelumnya?
sebelumnya
Perkembangan yang
Apakah ada kejadian atau proses-proses perubahan yang
cenderung
11 mungkin akan mempengaruhi penilaian (mengacu penilaian
mempengaruhi
seperti dijelaskan di bawah).
penilaian
Apakah ada permintaan khusus dibuat untuk audit kinerja yang
Permintaan audit harus dilakukan? Pertimbangan harus diberikan untuk
12 menentukan pentingnya permintaan tersebut misalnya
kinerja
kepentingan dari DPR terhadap permintaan dari instansi
Sensitivitas politik Apakah tema melibatkan subjek yang menjadi perhatian
13 yang tinggi pemerintah?

Kertas Kerja Audit 1


Lampiran III.1

Gambaran mengidentifikasi peringkat empat topik potensial audit, dengan tema:


Tema 1:
Tema 2:
Tema 3:
Tema 4:

Identifikasi Alternatif Topik Potensial


No Kriteria Audit
Tema 1 Tema 2 Tema 3 Tema 4
1 Materialitas
2 Akuntabilitas Publik
Dampak yang
3
mungkin
4 Perbaikan
Kepentingan publik
5
6 Risiko bagi APIP
Permasalahan
7
instansi
8 Dapat diaudit
9 Ketepatan waktu
Pekerjaan audit
10
sebelumnya
Perkembangan yang
cenderung
11
mempengaruhi
penilaian
Permintaan audit
12
kinerja
Sensitivitas politik
13
yang tinggi

Kertas Kerja Audit 2


Lampiran III.1

Pertanyaan Dalam Penentuan Tema Audit

No Area Pertanyaan Penjelasan


Mengidentifikasi area di mana
audit perlu sering
dilakukan karena risiko tinggi /
Apakah terdapat area sangat
Penilaian dengan risiko tinggi/ sangat pentingnya tema dan menentukan
1,1
internal penting yang perlu sering perbaikan
diaudit? potensial pada pemerintahan dan,
sebagai
hasilnya pada masyarakat umum.
Tentukan apakah topik atau
entitas yang diaudit
Apakah tema telah tampil dalam laporan
khusus, area audit sebelumnya.
1,2 atau entitas telah Semakin lama periode sejak
dilakukan topik / badan
audit kinerja? terakhir dibahas dalam audit,
semakin tinggi
potensi dampak.
Untuk memperkuat relevansi
tema menentukan
apakah bukti internal, seperti
Apakah bukti temuan dari
internal laporan audit sebelumnya dan
1,3 mengindikasikan laporan
adanya manajemen yang tersedia
kelemahan? untuk mengkonfirmasi
bahwa kelemahan pada
entitas
Menentukan apakah tema
memiliki:
-dampak positif pada reputasi /
Apakah tema memiliki status APIP
dampak ekonomi dan/ atau -dampak pada bagian besar dari
Penilaian masyarakat
2,1 eksternal sosial dan hal itu
mempengaruhi bagian -kepentingan khusus pada
besar dari masyarakat? legislatif
-dampak sosial
-dampak ekonomi
-kepentingan stakeholder
Apakah tema
berhubungan Tentukan apakah tema
dengan area lintas membagi masalah pada
2,2 area dan tingkat pemerintahan
sektoral
di berbagai bidang yang berbeda.
pemerintahan?
Apakah DPR atau
masyarakat Verifikasi apakah informasi
memiliki pada tema akan
2,3
kepentingan khusus menguntungkan DPR atau
pada masyarakat.
tema?

Kertas Kerja Audit 3


Lampiran III.1

Apakah ada Dimana efektivitas kerja tidak


masalah pada memuaskan,
2,4 tema ini atau menentukan apakah ada
apakah kinerja masalah pada area
rendah? tema.
Menentukan apakah masyarakat
telah
menginvestasikan jumlah yang
Apakah melibatkan substansial dalam
Hal-hal
3,1 khusus investasi/pengeluaran tema atau apakah tema tersebut
publik yang besar? telah
mensyaratkan biaya yang cukup
besar.

Apakah waktu audit


Tentukan apakah tema akan
telah
diaudit dan laporan
dipertimbangkan,
akhir diajukan / disajikan pada
termasuk waktu yang
3,2
pengajuan laporan relevan mempertimbangkan
pada kelayakan dan
legislatif yang
dampak dari tema audit.
relevan?

Apakah
ketersediaan
Pastikan apakah informasi dan
informasi atau data data/catatan akan
3,3
yang tersedia untuk diaudit
dapat diaudit telah
dipertimbangkan?

Tanpa mengancam
Apakah tema independensi APIP,
memiliki menentukan apakah ada
3,4
dukungan dukungan untuk
stakeholder? mengaudit tema dari
stakeholder eksternal

Kertas Kerja Audit 4


Lampiran III.1

Setiap tema yang diidentifikasi harus dinilai dan seluruh faktor yang termasuk dalam
penilaian harus diukur/diberi skor pada matriks skoring. Total skor harus menunjukkan
prioritas pada audit kinerja. Berikut ini ilustrasi penerapan matriks skor untuk tiga tema.

Kriteria Tema 1 Tema 2 Tema 3


Usulan Tema
Pengukuran
1. PENILAIAN INTERNAL
(50%)
1.1 Tema telah diaudit
sebelumnya
1.2 Entitas telah diaudit
sebelumnya
1.3 Temuan audit sebelumnya
yang menunjukkan
kelemahan internal Jumlah
skor
Bobot
outcome
Komentar
1,1
1,2
1,3
2 PENILAIAN EKSTERNAL
(50%)
2.1 Dampak:
- Dampak positif terhadap
reputasi APIP
- Dampak pada sebagian
besar masyarakat
- Dampak sosial
- Dampak ekonomi
2.2 Lintas sektoral
2.3 DPR atau masyarakat
memiliki
kepentingan khusus
2.4 Masalah pada auditi atau
kinerja yang rendah

Kertas Kerja Audit 5


Lampiran III.2

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA BARAT


INSPEKTORAT
Alamat : Jln. Poros Lagadi-Tondasi Desa Lapolea Kecamatan Barangka

Dibuat oleh :
Direviu oleh :
Disetujui oleh :

AUDIT KINERJA
ATAS…….
TAHUN….

KERTAS KERJA INFORMASI UMUM

Tujuan dari kegiatan pada tahap ini adalah agar auditor mendapatkan informasi umum
sehingga diperoleh keyakinan yang memadai bahwa audit yang dilaksanakan sesuai
dengan standar audit.
Hasil penelaahan dokumen dan wawancara dengan manajemen:

1. Misi entitas
……………………………………………………..…………………………………………
………………………………………………..………………………………………………
…………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………….

2. Tujuan dan program entitas


……………………………………………………..…………………………………………
………………………………………………..………………………………………………
…………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………….

3. Tugas pokok dan fungsi entitas


……………………………………………………..…………………………………………
………………………………………………..………………………………………………
…………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………….

4. Dasar hukum dan peraturan yang mempengaruhi pelaksanaan program atau fungsi
pelayanan publik entitas
……………………………………………………..…………………………………………
………………………………………………..………………………………………………
…………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………….

Kertas Kerja Audit 1


Lampiran III.2

5. Sasaran dari kegiatan entitas


……………………………………………………..…………………………………………
………………………………………………..………………………………………………
…………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………….

6. Struktur organisasi entitas


……………………………………………………..…………………………………………
………………………………………………..………………………………………………
…………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..…………………………………………………………
…………

7. Input, proses, output, dan outcome dari entitas yang diperiksa


……………………………………………………..…………………………………………
………………………………………………..………………………………………………
…………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..…………………………………………………………
…………

8. Anggaran yang dikelola entitas


……………………………………………………..…………………………………………
………………………………………………..………………………………………………
…………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..…………………………………………………………
…………

9. Key Performance Indicator yang digunakan oleh entitas dalam menilai kinerja
……………………………………………………..…………………………………………
………………………………………………..………………………………………………
…………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..…………………………………………………………
…………
10. Ringkasan hasil reviu atas peraturan perundang-undangan yang relevan dengan
tupoksi entitas
……………………………………………………..…………………………………………
………………………………………………..………………………………………………
…………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..………………………………………………………..

11. Ringkasan program kegiatan yang ditetapkan dalam tahun berjalan


……………………………………………………..…………………………………………
………………………………………………..………………………………………………
…………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………….

12. Permasalahan yang dihadapi entitas dalam pelaksanaan kegiatan


……………………………………………………..…………………………………………
………………………………………………..………………………………………………

Kertas Kerja Audit 2


Lampiran III.2

13. Keterkaitan dengan entitas lain dalam pelaksanaan kegiatan


……………………………………………………..…………………………………………
………………………………………………..………………………………………………
…………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………….

14. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi kinerja entitas


……………………………………………………..…………………………………………
………………………………………………..………………………………………………
…………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..………………………………………………………..

15. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja entitas


……………………………………………………..…………………………………………
………………………………………………..………………………………………………
…………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..………………………………………………………..

16. Kesimpulan hasil wawancara


……………………………………………………..…………………………………………
………………………………………………..………………………………………………
…………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..………………………………………………………..

17. Masalah yang teridentifikasi


……………………………………………………..…………………………………………
………………………………………………..………………………………………………
…………………………………………..……………………………………………………
……… ……………………………………..……………………………………………….

Kertas Kerja Audit 3


Lampiran III.3

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA BARAT


INSPEKTORAT
Alamat : Jln. Poros Lagadi-Tondasi Desa Lapolea Kecamatan Barangka

No. Indeks
Dibuat oleh :
Direviu oleh :
Disetujui oleh :
Audit Kinerja
Atas …..
Tahun ……

Pemahaman SPI
No. Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan
1. Lingkungan Pengendalian
a. Integritas dan Nilai Etika
(1) Apakah jajaran pimpinan entitas memiliki komitmen terhadap
integritas dan nilai etika?
(2) Apakah entitas memiliki kode etik yang bersifat komperhensif?
(3) Apakah kode etik tersebut secara periodik disosialisasikan pada
seluruh personil?
(4) Apakah para personil memahami tindakan yang etis/tidak etis?
(5) Apakah para personil mengetahui apa yang harus dilakukan dalam
menyikapi penyimpangan?
(6) Apabila tidak ada kode etik tertulis, apakah budaya manajemen
(misalnya melalui komunikasi lisan pada saat rapat, bertatap muka,
atau contoh dalam kegiatan sehari-hari) dapat mendorong terciptanya
integritas dan perilaku bermoral?
(7) Apakah pihak pimpinan entitas mampu memberi contoh yang baik
sesuai kode etik?
(8) Apakah hubungan keseharian internal dan eksternal entitas
didasarkan atas prinsip kejujuran dan kewajaran?
(9) Apakah pimpinan entitas memberikan respons yang memadai
terhadap pelanggaran kode etik?
(10) Apakah tindakan disiplin terhadap pelanggaran dikomunikasikan
secara luas sehingga menimbulkan dampak menjerakan (deterrent
effect)?
(11) Apakah manajemen telah memiliki aturan yang jelas (kapan, siapa,
dan dalam hal apa) mengenai kemungkinan pengambilan
kebijaksanaan yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku?
(12) Apakah kebijaksanaan tersebut didokumentasikan dan dijelaskan
secara memadai ?
(13) Apakah penyimpangan dari ketentuan yang ada telah diselidiki?
(14) Apakah penyimpangan dari ketentuan yang ada telah
didokumentasikan ?

b. Komitmen terhadap Kompetensi


(1) Apakah telah terdapat job description yang menjelaskan tugas suatu
pekerjaan/posisi tertentu sesuai kebutuhan entitas?
(2) Apakah manajemen entitas telah melakukan analisis, baik formal
maupun informal, mengenai jenis pekerjaan dan perlu/tidaknya
supervisi atau pelatihan?
(3) Apakah terdapat ketentuan mengenai tingkat kompetensi
(pengetahuan dan keahlian) yang dibutuhkan untuk suatu pekerjaan

Kertas Kerja Audit 1


Lampiran III.3

No. Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan


tertentu?
(4) Apakah ada bukti yang dapat meyakinkan bahwa seorang personil
telah ditempatkan sesuai keahlian dan pengetahuan yang
dibutuhkan?

c. Gaya operasi dan filosofi manajemen


(1) Apakah manajemen entitas menerapkan prinsip kehati-hatian?
(2) Apakah manajemen entitas hanya akan bertindak setelah melalui
analisis mendalam terhadap risiko dan kemungkinan manfaat yang
diperoleh?
(3) Apakah terdapat perputaran personil (masuk-keluar) yang tinggi pada
fungsi utama entitas, misalnya, bagian operasional, akuntansi,
pengolahan data, dan audit intern?
(4) Apakah pola perputaran personil tersebut telah dibuat secara
konsisten?
(5) Apakah perputaran personil kunci dalam suatu fungsi dilakukan tanpa
perencanaan terlebih dahulu?
(6) Apakah manajemen memandang penting fungsi pengolahan data,
fungsi akuntansi, keandalan laporan keuangan, dan perlindungan
terhadap kekayaan entitas?
(7) Apakah fungsi akuntansi dipandang hanya sebagai unit pencatat atau
sebagai alat untuk menguji pengendalian atas berbagai aktivitas
entitas?
(8) Apakah aset yang dimiliki entitas (termasuk aset intelektual dan
informasi) dilindungi dari akses oleh pihak yang tidak berwenang?
(9) Apakah terdapat interaksi yang sering antara pimpinan entitas dengan
manajemen pelaksana di daerah (baik kunjungan ke daerah,
komunikasi via telepon, atau pertemuan di pusat)?
(10) Apakah pertemuan koordinasi antar unit pelaksana dengan
penanggung jawab selalu dilakukan?
(11) Apakah laporan yang disampaikan oleh pegawai benar-benar
menggambarkan keadaan sebenarnya?
(12) Apakah manajemen akan bereaksi jika ada gejala praktik yang tidak
baik yang disampaikan melalui laporan?

d. Struktur Organisasi
Struktur organisasi tidak boleh terlalu sederhana sehingga pemantauan
terhadap kegiatan entitas tidak akan memadai dan tidak boleh pula terlalu
kompleks yang dapat mengganggu kelancaran arus informasi.
(1) Apakah jajaran pimpinan entitas telah memahami sepenuhnya
tanggung jawab pengendalian yang mereka miliki?
(2) Bagaimana kelengkapan struktur organisasi yang dimiliki entitas dan
kemampuannya dalam menyediakan arus informasi yang
diperlukan untuk mengelola kegiatan operasional?
(3) Apakah struktur organisasi disentralisasi secara memadai?
(4) Apakah struktur organisasi didesentralisasikan secara memadai?
(5) Apakah struktur tersebut dapat memfasilitasi arus informasi ke atas,
ke bawah maupun kepada seluruh kegiatan?
(6) Apakah jajaran pimpinan entitas memiliki pengetahuan, pengalaman,
dan pelatihan guna pelaksanaan tugas mereka?
(7) Apakah hubungan pelaporan yang ada, baik formal maupun informal,
langsung maupun tidak langsung telah dilakukan secara efektif?
(8) Apakah hubungan pelaporan yang ada dapat memberikan informasi
yang memadai kepada para manajer sesuai tanggung jawab dan
wewenang masing-masing?
(9) Apakah manajemen dari semua bagian entitas memiliki akses
terhadap saluran komunikasi kepada pimpinan entitas?
(10) Apakah terdapat mekanisme evaluasi sehubungan dengan perubahan
kondisi lingkungan?
(11) Apakah terdapat kemungkinan perubahan terhadap struktur
organisasi secara berkala sehubungan dengan perubahan kondisi
lingkungan?
(12) Apakah terdapat jumlah personil yang memadai, khususnya untuk
kapasitas supervisor maupun manajemen?
(13) Apakah para manajer dan supervisor memiliki waktu yang memadai

Kertas Kerja Audit 2


Lampiran III.3

No. Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan


untuk menjalankan tanggung jawabnya secara efektif?

e. Tanggung Jawab dan Wewenang


(1) Apakah mekanisme pembebanan suatu tanggung jawab,
pendelegasian wewenang dan pengembangan kebijakan dapat
mendukung terciptanya akuntabilitas dan pengendalian?
(2) Apakah pembebanan tanggung jawab dan pendelegasian wewenang
dihubungkan/dikaitkan dengan tujuan dan sasaran organisasi, fungsi
operasi, tuntutan peraturan, tanggung jawab atas sistem operasi, dan
wewenang atas suatu perubahan?
(3) Apakah setiap personil entitas memiliki wewenang dan tanggung
jawab?
(4) Apakah pengambilan keputusan dikaitkan dengan wewenang dan
tanggung jawab?
(5) Apakah terdapat standar dan prosedur yang terkait dengan
pengendalian, termasuk job description masing-masing pegawai?
(6) Apakah job description tersebut mengatur juga tanggung jawab
pengendalian?
(7) Apakah telah terdapat jumlah pegawai yang memadai, khususnya
yang berkaitan dengan pengolahan data dan fungsi akuntansi,
dengan tingkat keahlian yang sesuai dikaitkan dengan besar/kecilnya
entitas, jenis, dan kompleksitas dari kegiatan dan sistem.

f. Kebijakan dan Praktek Sumber Daya Manusia


Lakukan pengujian bagaimana kebijakan manajemen dalam merekrut dan
mempertahankan pegawai yang handal guna melaksanakan rencana-
rencana entitas dalam rangka mencapai tujuan entitas.
(1) Apakah terdapat prosedur dan kebijakan tertulis dalam penggunaan,
pelatihan, promosi dan penggajian pegawai?
(2) Jika tidak ada praktek dan kebijakan tertulis, apakah manajemen
mengkomunikasikan ekspektasi tentang orang yang akan
dipekerjakan atau berpartisipasi secara langsung dalam proses
pemilihan tersebut?
(3) Apakah setiap personil menyadari tanggung jawab dan ekspektasi
terhadap mereka?
(4) Apakah kepada personil baru diberikan pengertian tentang tanggung
jawab dan ekspektasi terhadap mereka?
(5) Apakah para supervisor bertemu dengan para pegawai secara
berkala guna mereviu kinerja mereka?
(6) Apakah para supervisor bertemu dengan para pegawai secara
berkala guna memberikan saran-saran perbaikan?
(7) Apakah terdapat tindakan manajemen yang memadai untuk
merespon penyimpangan terhadap kebijakan dan prosedur yang ada?
(8) Apakah para pegawai mengerti bahwa kinerja yang jelek memiliki
dampak bagi organisasi?
(9) Apakah kebijakan personalia mengacu pada standar etika yang
memadai.
(10) Apakah nilai etika dan integritas merupakan kriteria dalam penilaian
kinerja?
(11) Apakah ada pengecekan yang memadai terhadap latar belakang
calon personil, khususnya menyangkut aktivitas yang pernah
dilakukan?
(12) Apakah ada kebijakan yang mempersyaratkan dilakukakanya
penyelidikan terhadap catatan kriminal calon personil?
(13) Apakah terdapat kriteria promosi dan teknik pengumpulan informasi
pegawai (contoh: evaluasi kinerja) dan kaitannya dengan kode etik
ataupun panduan moral lainnya?
(14) Apakah evaluasi kinerja dan pedoman etika menjadi salah satu
kriteria dalam promosi?
(15) Apakah ketentuan promosi dan kenaikan gaji dijelaskan secara rinci
sehingga setiap personil mengetahui apa yang diharapkan oleh
manajemen?

g. Kegiatan Pengawasan
(1) Apakah entitas memiliki pemeriksa intern dan telah ditempatkan pada

Kertas Kerja Audit 3


Lampiran III.3

No. Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan


kedudukan yang tepat dalam organisasi.
(2) Apakah pemeriksa internal melakukan audit dan reviu atas kegiatan
entitas secara independen
(3) Apakah lingkup kegiatan audit intern telah ditetapkan dengan jelas?
(4) Apakah lingkup kegiatan audit intern telah dilaksanakan tepat waktu
serta pelaksanaan tugasnya dapat diandalkan?
(5) Apakah pekerjaan pengawasan intern ditujukan pada perbaikan
organisasi?
(6) Apakah telah ditetapkan prosedur yang mengatur tindak lanjut atas
hasil pengawasan intern?
(7) Apakah entitas memiliki komite audit yang mereviu pekerjaan audit
internal.
(8) Apakah komite audit menjalin koordinasi dengan pemeriksa internal
dan pemeriksa eksternal secara baik.
(9) Apakah fungsi pemeriksa internal mereviu sistem dan kegiatan
entitas?
(10) Apakah fungsi pemeriksa internal menyediakan informasi, analisis,
perkiraan, rekomendasi dan konsultasi kepada manajemen.

2. Penilaian Risiko
a. Penetapan Tujuan Organisasi
(1) Apakah pimpinan organisasi telah menetapkan tujuan umum
organisasi dalam bentuk visi, misi, tujuan, dan sasaran?
(2) Apakah visi, misi, tujuan, dan sasaran organisasi tersebut sejalan
dengan program yang telah ditetapkan oleh lembaga legislatif?
(3) Apakah visi, misi, tujuan, dan sasaran organisasi tersebut cukup
spesifik
(4) Apakah visi, misi, tujuan, dan sasaran organisasi dapat diaplikasikan
pada organisasi tersebut dan tidak pada seluruh organisasi?
(5) Apakah rencana strategis mendukung visi, misi, tujuan, dan sasaran
organisasi?
(6) Apakah rencana strategis memperhatikan alokasi sumber daya dan
skala prioritas?
(7) Apakah rencana strategis dan anggaran didesain melalui berbagai
tingkatan pimpinan organisasi?
(8) Apakah asumsi yang dibuat dalam menyusun rencana strategis dan
anggaran sudah konsisten dengan pengalaman organisasi masa
lampau dan sekarang?

b. Penetapan Tujuan Operasional Entitas


(1) Apakah semua aktivitas yang signifikan sudah sejalan dengan tujuan
operasional entitas?
(2) Apakah semua aktivitas telah direviu secara periodik untuk
memastikan bahwa aktivitas-aktivitas tersebut tidak menyimpang dari
tujuan operasional dan rencana strategis entitas?
(3) Apakah tujuan setiap aktivitas kunci sudah ditetapkan?
(4) Apakah tujuan setiap aktivitas pendukung sudah ditetapkan?
(5) Apakah tujuan tingkat operasional entitas sudah konsisten dengan
praktik-praktik dan kinerja yang baik di masa lampau, dan konsisten
dengan norma-norma bisnis dan industri yang sesuai dengan entitas?
(6) Apakah sumber daya yang diperlukan untuk mendukung pencapaian
tujuan sudah diidentifikasikan?
(7) Jika sumber daya belum tersedia, apakah pimpinan entitas sudah
mempunyai rencana untuk memperolehnya?
(8) Apakah pimpinan entitas sudah mengidentifikasikan hal-hal yang
harus dicapai untuk mencapai tujuan operasional entitas?
(9) Apakah tujuan operasional entitas yang signifikan memperoleh perhatian
yang khusus dari pimpinan entitas dan apakah sudah ada pemantauan
kinerjanya secara reguler?

c. Identifikasi Risiko
(1) Apakah sudah digunakan metode penilaian risiko kualitatif untuk
menentukan urutan risiko relatif secara periodik?
(2) Apakah sudah digunakan metode penilaian risiko kuantitatif untuk

Kertas Kerja Audit 4


Lampiran III.3

No. Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan


menentukan urutan risiko relatif secara periodik?
(3) Apakah risiko yang diidentifikasikan, diurutkan, dianalisis, dan
diminimalisir sudah dikomunikasi kepada staf?
(4) Apakah diskusi tentang identifikasi risiko terjadi pada tingkat pimpinan
senior entitas?
(5) Apakah identifikasi risiko sudah diperhitungan dalam rencana jangka
pendek dan rencana strategis jangka panjang?
(6) Apakah identifikasi risiko terjadi sebagai pertimbangan dari temuan
audit, evaluasi, atau penilaian lainnya?
(7) Apakah identifikasi risiko pada tingkat staf dan pimpinan yunior entitas
telah diangkat pada diskusi tingkat pimpinan senior entitas?
(8) Apakah entitas sudah memperhatikan risiko-risiko yang berkaitan
dengan perkembangan dan kemajuan teknologi?
(9) Apakah sudah ada pertimbangan tentang risiko yang timbul dari
perubahan kebutuhan atau ekspektasi dari DPR?
(10) Apakah sudah ada pertimbangan tentang risiko yang timbul dari
perubahan kebutuhan atau ekspektasi dari Pejabat Pemerintah,?
(11) Apakah sudah ada pertimbangan tentang risiko yang timbul dari
perubahan kebutuhan atau ekspektasi dari Publik?
(12) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko sebagai akibat dari
ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan baru?
(13) Apakah sudah diperhitungkan risiko-risiko bagi entitas sebagai akibat
dari bencana alam?
(14) Apakah sudah diperhitungkan risiko-risiko bagi entitas sebagai akibat
dari tindak kejahatan?
(15) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko sebagai akibat dari
perubahan ekonomi?
(16) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko sebagai akibat dari
perubahan bisnis?
(17) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko sebagai akibat dari
perubahan politik?
(18) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko yang terkait dengan
kontraktor atau supplier utama?
(19) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko sebagai akibat dari
interaksi dengan entitas lainnya baik di dalam maupun di luar
lingkungan pemerintahan?
(20) Apakah sudah dipertimbangkan risiko-risiko sebagai akibat dari
penciutan entitas?
(21) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko yang berkaitan dengan
proses rekayasa dan desain kembali proses operasi?
(22) Apakah sudah dipertimbangkan risiko-risiko akibat dari terganggunya
proses sistem informasi?
(23) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko potensial akibat dari
proses yang terdesentralisasi?
(24) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko akibat personil yang
kurang kualified dan kurang terlatih?
(25) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko akibat terlalu
menggantungkan diri pada beberapa kontraktor untuk hal-hal yang
kritis?
(26) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko yang berkaitan dengan
perubahan yang mendasar dari tanggung jawab pimpinan entitas?
(27) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko akibat akses pegawai
terhadap aset-aset yang rentan?
(28) Apakah sudah dipertimbangkan risiko-risiko yang berkaitan dengan
SDM, seperti rencana suksesi, ketidakcukupan kompensasi dan
benefit untuk dapat tetap kompetitif dengan pegawai sektor swasta?
(29) Apakah sudah diidentifikasikan risiko-risiko yang berkaitan dengan
kelanjutan program?
(30) Apakah pimpinan entitas telah mempertimbangkan risiko-risiko yang
berkaitan dengan kegagalan di masa lalu dalam mencapai visi, misi,
tujuan dan sasaran atau kegagalan dalam menyikapi keterbatasan
anggaran.
(31) Apakah sudah dipertimbangkan risiko-risiko akibat dari belanja
program yang tidak tepat?
(32) Apakah sudah dipertimbangkan risiko-risiko akibat dari pelanggaran

Kertas Kerja Audit 5


Lampiran III.3

No. Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan


prinsip pengendalian dana, atau ketidakpatuhan lainnya?
(33) Apakah telah diidentifikasikan risiko-risiko inherent berkaitan dengan
misi atau signifikansi dan kompleksitas dari program atau aktivitas
tertentu.

d. Analisis Risiko
(1) Apakah pimpinan entitas telah menetapkan proses formal untuk
menganalisis risiko termasuk proses informal berdasarkan aktivitas
sehari-hari?
(2) Apakah telah ditetapkan kriteria dalam menetapkan tingkat risiko
rendah, sedang, dan tinggi?
(3) Apakah tingkat manajemen dan staf sudah terlibat dalam analisis
risiko?
(4) Apakah risiko yang diidentifikasi dan dianalisis relevan dengan tujuan
operasional entitas?
(5) Apakah analisis risiko sudah termasuk perkiraan signifikansinya?
(6) Apakah analisis risiko sudah termasuk perkiraan kemungkinan dan
frekuensi terjadinya?
(7) Apakah analisis risiko sudah termasuk penentuan kategorinya,
rendah, sedang, dan tinggi?
(8) Apakah sudah ada penentuan tentang bagaimana mengelola atau
meminimalkan risiko dengan baik termasuk tindakan-tindakan yang
harus diambil?
(9) Apakah pendekatan terhadap pengelolaan dan pengendalian risiko
sudah sesuai dengan sifat entitas?
(10) Apakah pendekatan terhadap risiko sudah didisain untuk menjaga
tingkat risiko pada tingkat yang dapat ditolerir?
(11) Apakah sudah ditetapkan aktivitas pengendalian untuk mengelola
risiko tertentu pada level operasional entitas?
(12) Apakah sudah ditetapkan aktivitas pengendalian untuk
meminimalisasi risiko tertentu pada level operasional entitas?
(13) Apakah ada pemantauan atas implementasi atas aktivitas
pengendalian tersebut?

e. Mengelola Risiko akibat Perubahan


(1) Apakah sudah diperhitungkan seluruh operasional entitas yang dapat
dipengaruhi oleh perubahan?
(2) Apakah perubahan-perubahan yang rutin sudah diperhitungkan dalam
proses identifikasi risiko yang sudah baku?
(3) Apakah perubahan-perubahan yang rutin sudah diperhitungkan dalam
proses analisis risiko yang sudah baku?
(4) Apakah risiko-risiko akibat kondisi yang berubah secara signifikan
sudah diperhitungkan sebagai risiko yang tinggi bagi entitas sehingga
akibatnya dapat diperhitungkan dan diantisipasi?
(5) Apakah entitas telah memberikan perhatian terhadap risiko akibat
rekrutmen pegawai baru yang menempati posisi penting atau tingkat
penggantian pegawai yang tinggi?
(6) Apakah terdapat mekanisme untuk menilai risiko akibat pengenalan
sistem informasi yang baru?
(7) Apakah terdapat mekanisme untuk menilai risiko yang melibatkan
pelatihan pegawai untuk menggunakan sistem baru?
(8) Apakah pimpinan entitas sudah memberikan pertimbangan khusus
tentang risiko akibat pertumbuhan dan ekspansi yang cepat atau
penciutan entitas?
(9) Apakah pimpinan entitas sudah memberikan pertimbangan khusus
tentang pengaruh ekspansi/penciutan daerah terhadap kemampuan
sistem dan revisi atas rencana strategis, visi, misi, tujuan, dan sasaran
organisasi?
(10) Apakah sudah ada pertimbangan tentang risiko akibat pengenalan
teknologi dan aplikasi baru?
(11) Apakah sudah dilakukan analisis terhadap risiko-risiko akibat produksi
jasa atau output baru?
(12) Apakah sudah dilakukan penilaian terhadap risiko akibat
pembentukan operasi di wilayah yang baru?

Kertas Kerja Audit 6


Lampiran III.3

No. Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan


3. Aktivitas Pengendalian
a. Pelaksanaan reviu oleh manajemen pada tingkat atas (top-level reviews)
(1) Apakah terdapat mekanisme reviu dari pejabat tinggi atau manajer
senior untuk mengawasi pencapaian suatu entitas terhadap rencana
yang telah dibuat?
(2) Apakah pejabat tinggi atau manajer senior mengawasi pencapaian
suatu entitas terhadap rencana yang telah dibuat sesuai mekanisme
yang ada?
(3) Apakah tindak lanjut hasil reviu dilaksanakan oleh unit-unit terkait?
(4) Apakah terdapat mekanisme reviu pada semua tingkat manajemen
fungsional untuk menelaah kinerja suatu aktivitas atau fungsi
terhadap rencana yang telah dibuat?
(5) Apakah manajer yang terkait menelaah kinerja suatu aktivitas atau
fungsi terhadap rencana yang telah dibuat sesuai mekanisme yang
ada?
(6) Apakah tindak lanjut hasil reviu dilaksanakan oleh unit-unit terkait?

b. Mereviu pengelolaan SDM


(1) Apakah ekspektasi manajemen terhadap pencapaian tujuan telah
didokumentasikan kepada seluruh personil?
(2) Apakah ekspektasi manajemen terhadap pencapaian tujuan telah
dikomunikasikan kepada seluruh personil?
(3) Apakah terdapat rencana strategis mengenai pengelolaan personil?
(4) Apakah telah terdapat prosedur guna memastikan bahwa personil
yang direkrut maupun dipertahankan adalah mereka yang benar-
benar memiliki kompetensi?
(5) Apakah kepada pegawai telah diberikan orientasi, pelatihan, dan
dukungan lainnya dalam rangka menjalankan tugasnya?
(6) Apakah sistem kompensasi telah memadai?
(7) Apakah terdapat insentif khusus yang dapat mendorong pegawai bekerja
secara maksimal?
(8) Apakah terdapat mekanisme suksesi (promosi dan mutasi) yang
jelas?
c. Mereviu pengelolaan informasi untuk memastikan tingkat keakuratan dan
kelengkapan informasi
(1) Apakah pembukuan semua transaksi dilakukan secara sekuensial?
(2) Apakah jumlah-jumlah transaksi telah dicocokan dengan jumlah
pengendali?
(3) Apakah akses ke data dan dokumen lain dikendalikan?

d. Menetapkan dan memantau indikator dan ukuran kinerja


(1) Apakah indikator dan ukuran kinerja telah dibuat untuk setiap bagian
dan level dalam organisasi sampai kepada individu?
(2) Apakah terhadap indikator tersebut telah dilakukan reviu dan validasi
secara periodik?
(3) Apakah data mengenai kinerja aktual senantiasa ditandingkan dengan
tujuan yang akan dicapai?
(4) Apakah jika ada perbedaan antara kinerja aktual dan tujuan, akan
dilakukan analisis?

e. Memisahan tugas atau fungsi


(1) Apakah kewenangan untuk mengendalikan seluruh aktifitas kunci
dipisahkan?
(2) Apakah terdapat pemisahan tugas dan tanggung jawab dalam
otorisasi?
(3) Apakah terdapat pemisahan tugas dan tanggung jawab dalam
penyetujuan (approval)?
(4) Apakah terdapat pemisahan tugas dan tanggung jawab dalam
pemrosesan?
(5) Apakah terdapat pemisahan tugas dan tanggung jawab dalam
pencatatan?
(6) Apakah terdapat pemisahan tugas dan tanggung jawab dalam
pembayaran/penerimaan uang?
(7) Apakah terdapat pemisahan tugas dan tanggung jawab dalam audit?

Kertas Kerja Audit 7


Lampiran III.3

No. Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan


(8) Apakah terdapat pemisahan tugas dan tanggung jawab dalam fungsi
penyimpanan?
(9) Apakah penugasan telah dilakukan dengan memerhatikan efektivitas
mekanisme chek and balance?

f. Mereviu otorisasi kepada personil tertentu dalam melakukan suatu


transaksi
(1) Apakah transaksi yang diakui hanya transaksi-transaksi yang valid
sesuai ketentuan manajemen?
(2) Apakah suatu transaksi hanya dilakukan oleh orang yang memiliki
wewenang?
(3) Apakah suatu transaksi dilakukan sesuai dengan kewenangan yang
bersangkutan?
(4) Apakah prosedur otorisasi telah dikomunikasikan kepada seluruh
pegawai (termasuk kapan otorisasi tersebut dapat digunakan)?

g. Mereviu pencatatan atas transaksi dengan menguji:


(1) Apakah setiap transaksi telah diklasifikasi dan dicatat secara
memadai guna mendukung pengendalian operasi dan pengambilan
keputusan?
(2) Apakah pengklasifikasian dan pencatatan tersebut telah meliputi
seluruh siklus mulai dari otorisasi, inisiasi, pemrosesan sampai
dengan klasifikasi final dalam pencatatan secara keseluruhan?

h. Membuat pembatasan akses dan akuntabilitas terhadap sumber daya dan


catatan-catatan:
(1) Apakah terdapat pembatasan terhadap akses atas sumber daya dan
catatan?
(2) Apakah standar, prosedur dan operasi atas pembatasan akses telah
ditetapkan?
(3) Apakah personel yang kepadanya mendapat hak akses telah
ditetapkan?

i. Pendokumentasian
(1) Apakah sistem pengendalian intern, semua transaksi dan kejadian
penting lainnya telah didokumentasikan secara memadai?
(2) Apakah dokumentasi tersebut selalu tersedia untuk kepentingan
pengujian?
(3) Apakah dokumentasi terhadap transaksi maupun kegiatan penting
lainnya telah dilakukan secara lengkap dan akurat sehingga
memungkinkan dilakukannya penelusuran?
(4) Apakah dokumentasi tersebut, baik tertulis maupun secara elektronis,
berguna bagi proses evaluasi, analisis, dan pengendalian?

Langkah pengujian pada aktivitas pengendalian dalam lingkungan yang


terkomputerisasi pada dasarnya serupa dengan langkah pengujian pada
aktivitas pengendalian dalam lingkungan yang tidak terkomputerisasi. Teknik
audit berbantuan komputer dapat digunakan untuk melaksanakan langkah
pengujian dimaksud.

4. Informasi dan Komunikasi


a. Informasi
(1) Apakah informasi diidentifikasi, diperoleh, diproses, dan dilaporkan
melalui suatu sistem informasi?
(2) Apakah informasi yang relevan diperoleh baik dari sumber ekstenal
maupun dari informasi yang dikelola secara internal?
(3) Apakah terdapat mekanisme untuk memperoleh informasi eksternal
(seperti kondisi pasar, perkembangan dalam bidang peraturan dan
perubahan kondisi ekonomi)?
(4) Apakah informasi internal diidentifikasi dalam kaitannya dengan
pencapaian tujuan entitas?
(5) Apakah informasi internal secara teratur dilaporkan dalam kaitannya
dengan pencapaian tujuan entitas termasuk fator-faktor keberhasilan?
(6) Apakah pimpinan entitas memperoleh informasi yang dibutuhkan
guna melaksanakan tanggung jawabnya?

Kertas Kerja Audit 8


Lampiran III.3

No. Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan


(7) Apakah terdapat mekanisme penyediaan informasi yang memadai
bagi orang yang tepat secara tepat waktu guna membantu mereka
melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien?
(8) Apakah para manajer memperoleh informasi analitis yang membantu
mereka dalam mengidentifikasi tindakan yang perlu diambil?
(9) Apakah informasi yang jelas dan tepat tersedia bagi berbagai
tingkatan pimpinan entitas?
(10) Apakah informasi dirangkum secara memadai guna menyediakan
data yang lebih mendetail?
(11) Apakah informasi tersedia sewaktu-waktu yang memungkinkan
pemantauan yang efektif terhadap suatu aktivitas dan kejadian, baik
intern maupun ekstern untuk selanjutnya bereaksi terhadap kondisi
ekonomi, faktor usaha, dan masalah pengendalian?
(12) Apakah pengembangan atau perbaikan sistem informasi dilaksanakan
berdasarkan rencana strategis sistem informasi dikaitkan dengan
strategi umum entitas dan pencapaian tujuan umum maupun kegiatan
entitas?
(13) Apakah komite pengarah teknologi informasi telah dibentuk dalam
rangka identifikasi informasi yang dibutuhkan?
(14) Apakah prioritas dan kebutuhan akan informasi ditentukan oleh pihak
eksekutif?
(15) Apakah perencanaan teknologi informasi telah dikembangkan dan
dikaitkan dengan inisiatif strategi?
(16) Apakah pimpinan entitas mendukung pengembangan sistem
informasi melalui komitmen terhadap sumber daya yang memadai, baik
manusia maupun keuangan?
(17) Apakah sumber daya yang memadai (para manajer, analis,
programer, dengan kemampuan yang sesuai) tersedia sesuai
kebutuhan?
b. Komunikasi
(1) Apakah tugas dan tanggung jawab pengendalian pegawai
dikomunikasikan melalui jaringan komunikasi yang efektif?
(2) Apakah saluran komunikasi seperti pada saat pelatihan, rapat atau
dalam pelaksanaan pekerjaan baik secara formal maupun informal
telah dilaksanakan secara memadai?
(3) Apakah setiap pegawai mengetahui tujuan kegiatan masing-masing
dan cara mencapai tujuan tersebut?
(4) Apakah setiap pegawai mengerti bagaimana tugas mereka
berpengaruh ataupun dipengaruhi oleh tugas pegawai yang lain?
(5) Apakah terdapat saluran komunikasi bagi setiap orang untuk melaporkan
adanya dugaan penyimpangan?
(6) Apakah terdapat jalur komunikasi kepada pihak yang lebih tinggi
diluar atasan langsung, seperti bagian ombudsman ataupun corporate
counsel?
(7) Apakah para pegawai benar-benar menggunakan saluran komunikasi
yang ada?
(8) Apakah terhadap orang yang melaporkan dugaan penyimpangan
disediakan umpan balik dan diberi kekebalan terhadap tuntutan balik?
(9) Apakah pimpinan entitas menerima dengan baik saran yang diberikan
oleh pegawai dalam rangka peningkatan produktivitas, kualitas, atau
sejenisnya.
(10) Apakah terdapat mekanisme bagi pegawai untuk menyampaikan
saran-saran perbaikan?
(11) Apakah pimpinan entitas memberikan penghargaan kepada para
pegawai yang memberikan saran yang baik?
(12) Apakah komunikasi antarbagian telah dilakukan secara memadai?
(13) Apakah pimpinan entitas mengomunikasikan kepada pihak luar
tentang standar etika yang dimiliki entitas?
(14) Apakah pihak ketiga mengetahui standar etika dan ekspektasi dalam
rangka hubungan mereka dengan pihak entitas?
(15) Apakah penyimpangan yang dilakukan oleh pegawai pihak luar
dilaporkan kepada personil yang berwenang?
(16) Apakah pegawai senantiasa melaporkan masalah yang terjadi dan
laporan tersebut ditindaklanjuti/diinvestigasi?

Kertas Kerja Audit 9


Lampiran III.3

No. Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan


(17) Apakah tindak lanjut atas penyimpangan dikomunikasikan kepada
sumbernya?
(18) Apakah pimpinan puncak sadar akan sifat dan jumlah keluhan yang
masuk?

c. Bentuk dan alat komunikasi


(1) Apakah pimpinan entitas menggunakan metode komunikasi efektif
yang antara lain meliputi manual kebijakan dan prosedur, arahan
manajemen, memorandum, pemberitahuan, situs internet dan
intranet, pesan-pesa melalui video-tape, e-mail, dan pidato-pidato?
(2) Apakah terdapat rencana strategis sistem informasi yang sejalan
dengan rencana strategis organisasi?
(3) Apakah terdapat mekanisme untuk mengidentifikasi kebutuhan
informasi yang mendesak?
(4) Apakah peningkatan dan keunggulan teknologi dimonitor, dianalisis,
dievaluasi, dan diperkenalkan untuk membantu organisasi sehingga
dapat merespon lebih cepat dan efisien?
(5) Apakah pimpinan entitas memonitor secara kontinu kualitas informasi
yang diperoleh, dipelihara, dan dikomunikasikan telah sesuai dengan
materi, waktu, akurasi, dan akses yang dibutuhkan?
(6) Apakah terdapat dukungan manajemen bagi pengembangan teknologi
informasi yang ditunjukkan dengan komitmen organisasi
dalam menyediakan sumberdaya manusia dan keuangan?

5. Pemantauan
a. Pemantauan Berkelanjutan (ongoing monitoring)
(1) Apakah pemerintah atau manajemen memiliki strategi untuk menjamin
efektivitas pelaksanaaan pemantauan berkelanjutan. Beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan:
(a) Apakah strategi yang dimiliki pemerintah atau manajemen menjamin
umpan balik (feed back) secara rutin, pemantauan kinerja, dan
pencapaian tujuan SPI?
(b) Apakah strategi pemantauan mencakup metode yang memberi
penekanan kepada pejabat pelaksana atau manajer operasi dalam
memantau efektivitas SPI?
(c) Apakah strategi pemantauan mencakup identifikasi kegiatan operasi
utama yang membutuhkan reviu dan evalusi tersendiri?
(d) Apakah strategi juga meliputi perencanaan untuk evaluasi berkala
atas aktivitas pengendalian bagi kegiatan atau operasi utama
tersebut?
(2) Dalam pelaksanaan tugas rutinnya, apakah pegawai memperoleh
informasi mengenai berfungsi tidaknya SPI. Beberapa informasi yang
dapat dipertimbangkan adalah:
(a) Apakah pejabat pelaksana atau manajemen operasi membandingkan
produksi, persedian, penjualan, dan informasi lainnya yang
didapatkan dari kegiatan rutin dengan sistem yang menghasilkan
informasi?
(b) Apakah pejabat pelaksana atau manajemen operasi menindaklanjuti
setiap ketidakcocokkan atau masalah lain yang ditemukan dari hasil
sistem informasi?
(c) Apakah integrasi dan rekonsiliasi informasi operasi yang digunakan
untuk mengelola pelaksanaan dengan data yang dihasilkan oleh
sistem pelaporan keuangan dilakukan?
(d) Apakah pegawai pelaksana diharuskan untuk bertanggung jawab atas
kecermatan laporan keuangannya?
(3) Apakah pihak ketiga juga dilibatkan dalam pelaksanaan pemantauan?
(a) Apakah keluhan-keluhan masyarakat dan pihak lain dapat segera
diketahui penyebabnya?
(b) Apakah komunikasi dengan pihak yang berkepentingan dilakukan?
(c) Apakah pemerintah/pembuat peraturan menginformasikan hal-hal
yang terkait dengan kepatuhan atau hal lain yang menggambarkan
berfungsinya SPI?
(d) Apakah aktivitas SPI yang semestinya menjaga atau dapat
mendeteksi setiap masalah yang muncul, tetapi tidak berfungsi

Kertas Kerja Audit 10


Lampiran III.3

No. Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan


dengan baik, dilakukan pengujian kembali?
(4) Apakah struktur organisasi dan kegiatan supervisi yang ada dapat
membantu pemantauan terhadap fungsi SPI?
(a) Apakah pembagian tugas dan tanggung jawab digunakan untuk
membantu pendeteksian kecurangan?
(b) Apakah pemeriksa intern adalah badan yang independen dan
mempunyai kewenangan untuk melaporkan secara langsung kepada
pimpinan organisasi?
(5) Apakah data yang dicatat oleh sistem informasi maupun keuangan telah
dibandingkan secara periodik dengan fisiknya?
(a) Apakah persediaan dan aset lainnya diperiksa secara berkala?
(b) Apakah setiap perbedaan antara yang tercatat dengan jumlah yang
ada telah dikoreksi?
(c) Apakah sebab-sebab terjadinya perbedaan, dijelaskan dan
diperbaiki?
(d) Apakah frekuensi perbandingan merupakan fungsi dari penjagaan
aset?
(e) Apakah tanggung jawab penyimpanan sumber daya dan kekayaan
diberikan kepada individu tertentu?
(6) Apakah tanggapan atas rekomendasi pemeriksa baik internal maupun
eksternal ditujukan untuk memperkuat/perbaikan pengendalian
intern?
(a) Apakah pejabat pelaksana yang mempunyai kewenangan memberi
keputusan mengenai rekomendasi yang akan diimplementasikan?
(b) Apakah tindakan yang diinginkan ditindaklanjuti untuk memverifikasi
implementasi?
(7) Apakah terdapat mekanisme pertemuan dengan para pegawai dalam
rangka memperoleh umpan balik mengenai efektifitas SPI?
(a) Apakah isu-isu yang relevan, informasi, dan umpan balik terkait
dengan efektivitas pengendalian intern yang dinyatakan dalam
pelatihan, seminar, sesi perencanaan, dan pertemuan-pertemuan lain
didapatkan dan digunakan oleh manajemen untuk menjawab
masalah-masalah atau memperkuat struktur pengendalian intern?
(b) Apakah saran-saran dari pegawai terkait dengan pengendalian intern
dipertimbangkan dan dilaksanakan secara proporsional?
(c) Apakah manajemen mendorong para pekerjanya untuk
mengidentifikasi kelemahan pengendalian intern?
(d) Apakah manajemen mendorong para pekerjanya untuk melaporkan
kelemahan SPI kepadanya, dalam rangka pengawasan?
(8) Apakah para pegawai secara rutin diminta untuk menyatakan secara
eksplisit mengenai kesesuaian perilaku mereka terhadap kode etik?
(a) Apakah kepada para pegawai secara berkala diminta untuk
melaksanakan kode etik?
(b) Apakah ada tanda bagi pembuktian telah dilakukannya fungsi
pengendalian untuk fungsi-fungsi pokok seperti rekonsiliasi?
(9) Apakah terdapat efektivitas dari kegiatan audit intern?
(a) Apakah kegiatan audit intern di dalam organisasi mempunyai tingkat
kompetensi dan pengalaman di bidangnya?
(b) Apakah posisi-posisi dalam organisasi tepat?
(c) Apakah pegawai dapat berhubungan dengan dewan direksi ataupun
komite audit?
(d) Apakah lingkup, tanggung jawab dan perencanaan audit mereka
memenuhi kebutuhan organisasi?

b. Evaluasi Terpisah (Separate Evaluation)


(1) Apakah lingkup dan frekuensi pelaksanaan evaluasi khusus terhadap
pengendalian intern telah memadai?
(a) Apakah hasil penilaian risiko dan efektivitas pemantauan
berkelanjutan, dipertimbangkan dalam menentukan lingkup dan
frekuensi evaluasi terpisah?
(b) Apakah seksi atau bagian tertentu pengendalian intern dievalusi

Kertas Kerja Audit 11


Lampiran III.3

No. Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan


secara periodik?
(c) Apakah lingkup dan kedalaman cakupan sudah cukup?
(d) Apakah evaluasi dilakukan oleh pegawai dengan keahlian yang
dibutuhkan?
(e) Apakah kejadian-kejadian tertentu seperti perubahan rencana atau
strategi manajemen yang mendasar, ekspansi usaha, perubahan
yang signifikan pada operasi atau informasi anggaran telah diadakan
evaluasi?
(2) Apakah metodologi untuk mengevaluasi pengendalian intern telah
memadai dan logis? Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
(a) Apakah terdapat instrumen yang digunakan seperti checklist,
kuisioner, atau instrumen lain?
(b) Apakah evaluasi terpisah mencakup reviu atas desain pengendalian
dan pengujian langsung terhadap aktivitas pengendalian intern?
(c) Apakah tim evaluasi juga dilibatkan dalam merencanakan proses
evaluasi?
(d) Apakah proses evaluasi dipimpin oleh eksekutif yang mempunyai
kewenangan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan?
(3) Apabila evaluasi ini dilakukan oleh pemeriksa intern, apakah mereka
memiliki sumber daya, kemampuan dan independensi yang memadai.
Hal-hal berikut perlu menjadi bahan pertimbangan:
(a) Apakah pemeriksaat intern mempunyai pegawai dengan kompetensi
dan pengalaman yang dapat melakukan pekerjaan evaluasi?
(b) Apakah secara organisasi pemeriksa intern independen dan
melaporkan hasil evaluasi kepada tingkat tertinggi yang ada dalam
organisasi?
(c) Apakah tanggung jawab, lingkup pekerjaan, dan rencana audit
pemeriksa intern dapat memenuhi kebutuhan organisasi?
(d) Apakah penyimpangan yang ditemukan dalam evaluasi ini telah
dilaporkan ke pimpinan puncak?
(e) Apakah penyimpangan yang ditemukan dalam evaluasi ini telah
diselesaikan secara tepat?
(f) Apakah terdapat kecukupan proses evaluasi? Beberapa hal berikut
dapat dijadikan pertimbangan:
(g) Apakah evaluator mempunyai kecukupan pemahaman terhadap
aktivitas organisasi?
(h) Apakah pemahaman terhadap bagaimana sistem seharusnya bekerja
dan bagaimana sistem bekerja dimiliki oleh evaluator?
(i) Apakah analisis dengan menggunakan hasil evaluasi sebagai
pengukuran terhadap kriteria yang telah ditetapkan dilakukan oleh
evaluator?
(j) Apakah pekerjaan evaluasi didokumentasikan secara memadai?
c. Penyelesaian hasil audit
(1) Apakah terdapat mekanisme yang dapat menjamin bahwa terhadap
temuan-temuan audit ataupun reviu lainnya telah dilakukan
penyelesaian dengan tepat? Antara lain:
(a) Apakah manager melakukan reviu dan mengevaluasi temuan-temuan
audit ataupun reviu lainnya termasuk penyimpangan-penyimpangan
dan kemungkinan perbaikannya?
(b) Apakah manajemen menentukan hal-hal yang perlu dilakukan dalam
menanggapi temuan dan rekomendasi?
(c) Apakah tindakan perbaikan dilakukan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan?
(d) Dalam hal terjadi ketiksetujuan terhadap temuan atau rekomendasi,
apakah manajemen mampu menunjukkan bahwa temuan atau
rekomendasi tersebut tidak valid ataupun tidak bisa dilaksanakan?
(e) Apakah manajemen mempunyai pemikiran untuk melakukan
konsultasi kepada pemeriksa ketika mereka percaya bahwa hal
tersebut akan membantu proses penyelesaian hasil audit?
(2) Apakah manajemen tanggap terhadap temuan dan rekomendasi audit
ataupun reviu lainnya yang bertujuan kepada perbaikan pengendalian
intern? Hal tersebut dapat terlihat dari:
(a) Apakah eksekutif yang berwenang mengevaluasi temuan dan

Kertas Kerja Audit 12


Lampiran III.3

No. Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan


rekomendasi serta menentukan tindakan yang tepat untuk
memperbaiki atau meningkatkan pengendalian?
(b) Apakah tindakan pengendalian intern yang diinginkan ditindaklanjuti
dalam rangka verifikasi pengendalian?
(3) Apakah tindak lanjut terhadap temuan dan rekomendasi audit ataupun
reviu lainnya telah dilakukan secara memadai? Antara lain dapat
diketahui dari:
(a) Apakah masalah-masalah pada transaksi atau kejadian tertentu
dikoreksi secara tepat?
(b) Apakah penyebab permasalahan yang terjadi dapat diselidiki oleh
manajemen?
(c) Apakah tindak lanjut untuk meyakinkan bahwa tindakan perbaikan
yang diperlukan telah dilakukan?
(d) Apakah manajemen puncak selalu mendapatkan informasi terhadap
status dan posisi penyelesaian hasil audit?
(e) Apakah penyebab terjadinya permasalahan sebagaimana dituangkan
dalam temuan dan rekomendasi telah diselidiki?
(f) Apakah penyebab terjadinya permasalahan sebagaimana dituangkan
dalam temuan dan rekomendasi telah dilakukan perbaikan?

KESIMPULAN:

Kertas Kerja Audit 13


Lampiran III.4

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA BARAT


INSPEKTORAT
Alamat : Jln. Poros Lagadi-Tondasi Desa Lapolea Kecamatan Barangka

Dibuat oleh :
Direviu oleh :
Disetujui oleh :

AUDIT KINERJA
ATAS …….
TAHUN ….

KERTAS KERJA PENENTUAN TOPIK UTAMA AUDIT


Tujuan kegiatan ini adalah menentukan topik utama audit agar pelaksanaan audit dapat lebih fokus pada tujuan audit, sehingga
memungkinkan penggunaan sumber daya audit yang lebih efisien dan efektif.

Pengaruh Peraturan
No. Hasil Identifikasi Masalah Kelemahan SPI Potensi Kecurangan Topik Utama Audit
Signifikan

1 2 3 4 5 6
1.

2.

3.

Catatan:
1. Kolom 5 (Potensi Kecurangan) dapat diisi berdasarkan hasil analisis pemeriksa dari informasi pada kolom 2, 3, dan 4.
2. Untuk menentukan area kunci (kolom 6) diperlukan input ,dari hasil kegiatan sebelumnya yang berasal dari lampiran 3.1, lampiran 4.1, dan
lampiran 4.2. Risiko-risiko yang teridentifikasi dalam kolom 2,3,4 dan 5 yang relevan, digunakan untuk menentukan area kunci.

Kertas Kerja Audit 1


Lampiran III.5

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA BARAT


INSPEKTORAT
Alamat : Jln. Poros Lagadi-Tondasi Desa Lapolea Kecamatan Barangka

Dibuat oleh :
Direviu oleh :
Disetujui oleh :

AUDIT KINERJA
ATAS …….
TAHUN ….

KERTAS KERJA PEMILIHAN TOPIK UTAMA AUDIT


Tujuan kegiatan ini adalah memilih topik utama yang akan menjadi fokus dalam pelaksanaan audit kinerja.
Faktor Pemilihan
Urutan Kesimpulan
No. Area Kunci
Risiko Manajemen Signifikansi Dampak Pemeriksaan Auditabilitas Prioritas Dipilih/tidak

1 2 3 4 5 6 7 8
1.

2.

3.

Catatan:
1. Kolom 3,4,5 dan 6 (faktor pemilihan) diisi dengan uraian tentang area kunci berdasarkan masing-masing elemen faktor
pemilihan. Untuk memudahkan penilaian oleh auditor, dapat ditentukan tingkat signifikansi masalah pada masing-masing faktor
pemilihan, dengan menggunakan indikator tinggi (T), menengah (M) atau rendah (R).
2. Kolom 7 merupakan urutan prioritas area kunci yang akan diperiksa berdasarkan hasil penilaian pemeriksa pada tahap kegiatan
sebelumnya.
3. Area kunci yang akan ditindaklanjuti dengan audit terinci, dipilih berdasarkan urutan prioritas serta disesuaikan dengan
ketersediaan anggaran, SDM, waktu, dll.
Kertas Kerja Audit 1
Lampiran III.6

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA BARAT


INSPEKTORAT
Alamat : Jln. Poros Lagadi-Tondasi Desa Lapolea Kecamatan Barangka

Dibuat oleh :
Direviu oleh :
Disetujui oleh :

AUDIT KINERJA
ATAS …..
TAHUN …..

KERTAS KERJA PENETAPAN OBYEK, TUJUAN, DAN LINGKUP AUDIT

Tujuan dari kegiatan “Penetapan Tujuan, dan Lingkup Audit” adalah memberikan arah yang
jelas pada proses pelaksanaan audit untuk menghindari prosedur-prosedur yang tidak
perlu, dan lebih fokus untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam tujuan audit yang
telah ditetapkan.
Butir-butir yang ada dalam template KKA ini dapat dikembangkan lagi sesuai kebutuhan
pemeriksa di lapangan

Hasil penelahaan dokumen dan wawancara dengan manajemen:

1. Tujuan audit:
…………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..…………………………………………………………………
………………………..………………………………………………………………………………

2. Topik Utama Audit:


…………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..…………………………………………………………………
………………………..………………………………………………………………………………

3. Periode waktu audit:


…………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..…………………………………………………………………
………………………..………………………………………………………………………………

4. Aspek kinerja yang diperiksa:


…………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..…………………………………………………………………
………………………..………………………………………………………………………………

Kertas Kerja Audit 1


Lampiran III.7

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA BARAT


INSPEKTORAT
Alamat : Jln. Poros Lagadi-Tondasi Desa Lapolea Kecamatan Barangka

Dibuat oleh :
Direviu oleh :
Disetujui oleh :

AUDIT KINERJA
ATAS …..
TAHUN …..

KERTAS KERJA PENETAPAN KRITERIA AUDIT

Tujuan kegiatan pada tahap ”Penetapan Kriteria Audit” adalah mendapatkan kriteria sebagai dasar
pembanding apakah praktik-praktik yang dilaksanakan di lapangan (kondisi) telah mencapai standar
yang seharusnya.
Butir-butir yang ada dalam template KKA ini dapat dikembangkan lagi sesuai kebutuhan
pemeriksa di lapangan.

1. Jenis dan
sumber penetapan kriteria audit :
…………………………………………………..…………………………………………………….
…………………………………………………..…………………………………………………….
…………………………………………………..…………………………………………………….
…………………………………………………..…………………………………………………….

2. Teknik yang digunakan dalam pengembangan kriteria:


…………………………………………………..…………………………………………………….
..………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………..…………………………………………………….
…………………………………………………..…………………………………………………….

Kertas Kerja Audit 1


Lampiran III.8

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA BARAT


INSPEKTORAT
Alamat : Jln. Poros Lagadi-Tondasi Desa Lapolea Kecamatan Barangka

Dibuat oleh :
Direviu oleh :
Disetujui oleh :

AUDIT KINERJA
ATAS …..
TAHUN …..

DAFTAR KRITERIA

Standar ukuran
No Kelompok Jenis Penjelasan Satuan Sumber data kinerja Tanggapan Entitas

………………., …………..

Menyetujui,

Auditor Manajemen Entitas

Nama Pemeriksa Nama Pejabat Entitas


Jabatan Jabatan

Kertas Kerja Audit 1


Lampiran III.9

CONTOH PROGRAM KERJA AUDIT


Audit Kinerja atas Pelayanan Pemerintah Daerah Bidang Kesehatan

Tujuan Audit : 1. Menilai kinerja pelayanan terkait dengan penerapan standar


pelayanan minimal bidang kesehatan.
2. Menguji ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
3. Memberikan rekomendasi atas permasalahan yang ditemukan.

No Uraian Ref KKA Keterangan


Sasaran Audit 1:
Perolehan informasi umum mengenai Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
Langkah Kerja Audit:
1. Dapatkan dan pelajari informasi umum Dinas LHA Bab II poin A
Kesehatan, khususnya mengenai dasar hukum
pembentukan SKPD, struktur organisasi,
dokumen perencanaan dan penganggaran, dan
alokasi dana yang dianggarkan dalam DPA Dinas
Kesehatan. Buat simpulan.

Sasaran Audit 2:
Penilaian cakupan jaminan kesehatan masyarakat
miskin.
Langkah Kerja Audit:
2. Dapatkan dan pelajari data mengenai jumlah
penduduk kabupaten/kota.
3. Dapatkan dan pelajari data mengenai jumlah
penduduk miskin.
4. Dapatkan dan pelajari data mengenai jumlah
penduduk miskin yang mendapatkan jaminan
pelayanan kesehatan melalui program BPJS dan
program lainnya.
5. Hitung capaian jumlah penduduk miskin yang LHA Bab II poin B
mendapatkan jaminan pelayanan kesehatan
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan
penduduk miskin, untuk mengetahui apakah
masyarakat miskin sudah tercakup seluruhnya
dalam program jaminan kesehatan. Buat
simpulan.

Sasaran Audit 3:
Penuangan rencana capaian SPM bidang
kesehatan dalam dokumen perencanaan dan
penganggaran pemerintah daerah.
Langkah Kerja Audit:
6. Dapatkan dan pelajari dokumen perencanaan dan
penganggaran berupa RPJMD, RKPD, Renstra
SKPD, Renja SKPD, dan RKA SKPD.
7. Dapatkan dan pelajari ketentuan PP Nomor 65
tahun 2005 tentang SPM.
8. Reviu dokumen untuk mengetahui apakah LHA Bab II poin C,
rencana capaian SPM yang meliputi 18 indikator Lampiran 1 LHA
SPM bidang kesehatan telah dituangkan ke dalam
dokumen perencanaan dan penganggaran
(RPJMD, RKPD, Renstra SKPD, Renja SKPD,
dan RKA SKPD) sebagaimana diatur dalam PP
Nomor 65 tahun 2005 tentang SPM.

1
Lampiran III.9

No Uraian Ref KKA Keterangan


Buat simpulan.
9. Reviu antar dokumen untuk mengetahui LHA Bab II poin C,
kelarasan antar dokumen perencanaan meliputi Lampiran 1 LHA
program, kegiatan, indikator kinerja, dan target
kinerja.
Buat simpulan.
10. Reviu dokumen untuk mengetahui apakah LHA Bab II poin C,
indikator SPM bidang kesehatan yang dituangkan Lampiran 1 LHA
dalam dokumen perencanaan dan
pengganggaran tersebut juga telah ditetapkan
targetnya.
Buat simpulan.
Sasaran Audit 4:
Pengujian capaian indikator SPM bidang
kesehatan.
Langkah Kerja Audit:
11. Dapatkan dan pelajari mengenai sistem
pengumpulan data kinerja.
12. Lakukan penilaian terhadap sistem pengumpulan
data kinerja untuk memastikan bahwa data kinerja
yang dilaporkan adalah diperoleh dari sistem
dimaksud; serta apakah sistem tersebut telah
memadai dan dapat dipertanggungjawabkan.
Buat simpulan.
13. Dapatkan dan pelajari target indikator SPM
bidang kesehatan untuk tahun 2014 sebagaimana
tercantum dalam dokumen Renja SKPD.
14. Lakukan penilaian apakah target yang ditetapkan LHA Bab II poin D,
dalam Renja SKPD sama/lebih rendah/lebih tinggi Lampiran 2 LHA
dari target yang ditentukan dalam Permenkes
Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008.
Buat simpulan.
15. Dapatkan dan pelajari laporan capaian realisasi
SPM bidang kesehatan tahun 2014 sebagaimana
telah dilaporkan oleh Dinas Kesehatan.
16. Lakukan pengujian atas realisasi capaian SPM LHA Bab II poin D,
yang dilaporkan, apakah telah mencapai target Lampiran 2 LHA
yang ditetapkan; dan apakah telah benar
perhitungannya dan sesuai dengan kondisi di
lapangan.
Identifikasi hal-hal yang menjadi penyebab tidak
tercapainya target.
Jika ditemukan ketidaksesuaian penghitungan,
lakukan koreksi dan identifikasi penyebabnya.
Buat simpulan.
Sasaran Audit 4:
Penilaian kecukupan faktor pendukung capaian
SPM bidang kesehatan.
Langkah Kerja Audit:
DANA
17. Dapatkan dan pelajari data mengenai rincian
jumlah alokasi anggaran kesehatan tahun 2014
beserta realisasinya yang berasal dari dana
APBD, APBN, dan sumber dana lainnya (jika
ada).
18. Lakukan penghitungan terhadap alokasi anggaran LHA Bab II poin E.1,
kesehatan tahun 2014 dalam APBD apakah telah Lampiran 3 LHA
memenuhi besaran minimal yaitu porsi 10% dari
nilai keseluruhan APBD kabupaten/kota.
Buat simpulan.

2
Lampiran III.9

No Uraian Ref KKA Keterangan


19. Analisis jumlah realisasi anggaran kesehatan LHA Bab II poin E.1,
tahun 2014 apakah telah tercapai sesuai dengan Lampiran 3 LHA
jumlah yang dialokasikan.
Jika tidak tercapai 100%, identifikasi
penyebabnya.
Buat simpulan.
SUMBER DAYA MANUSIA
20. Dapatkan dan pelajari data mengenai jumlah
SDM di bidang kesehatan (SDMK).
Data tenaga kesehatan pada RSUD dan
puskesmas agar dirinci menurut klasifikasi RSUD
(RSUD kelas A, B, C, dan D) dan puskesmas
(puskesmas kawasan perkotaan, kawasan
perdesaan, kawasan terpencil dan sangat
terpencil, dan penggolongan puskesmas dengan
kapasitas rawat inap dan non rawat inap).
21. Lakukan pengecekan dan teliti apakah pemda
telah menyusun perencanaan mengenai
kebutuhan SDMK.
22. Lakukan pengecekan apakah jumlah SDMK yang LHA Bab II poin E.2,
tersedia telah memadai (sesuai dengan Lampiran 4 LHA
direncanakan).
Buat simpulan.
23. Dapatkan dan pelajari peraturan/ketentuan
mengenai standar jumlah minimal tenaga
kesehatan di rumah sakit umum daerah (RSUD)
dan puskesmas.
24. Lakukan pengecekan apakah jumlah SDMK yang LHA Bab II poin E.2,
tersedia di rumah sakit dan puskesmas telah Lampiran 5 LHA,
memadai (memenuhi jumlah standar minimalnya). Lampiran 6 LHA
Buat simpulan.
25. Dapatkan dan pelajari data ketersebaran SDMK di
puskesmas-puskesmas
26. Lakukan sampling ke beberapa puskesmas untuk LHA Bab II poin E.2,
melihat apakah jumlah SDMK tersedia telah Lampiran 7 LHA
memenuhi jumlah yang dibutuhkan di puskesmas
tersebut. Hal ini dlakukan untuk menilai apakah
ketersebarannya telah memadai.
Jika masih terdapat kekurangan SDMK,
identifikasi hal-hal yang menjadi penyebabnya.
Buat simpulan.
SARANA PRASARANA KESEHATAN
27. Dapatkan dan pelajari peraturan/ketentuan
mengenai standar sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan di rumah sakit umum
daerah (RSUD) dan puskesmas.
28. Dapatkan dan pelajari data sarana prasarana
pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit
dan puskesmas.
29. Bandingkan dan lakukan cek fisik kondisi sarana LHA Bab II poin E.3,
prasarana yang tersedia dengan standarnya Lampiran 8 LHA,
(kriterianya). Lampiran 9 LHA
Buat simpulan.
30. Dapatkan dan pelajari data akreditasi dan alokasi LHA Bab II poin E.3,
pelayanan rumah sakit untuk masyarakat miskin. Lampiran 10 LHA
Buat simpulan.
PERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
31. Dapatkan dan pelajari data ketersediaan obat dan
vaksin yang diperoleh dari puskesmas/rumah
sakit/gudang farmasi.

3
Lampiran III.9

No Uraian Ref KKA Keterangan


32. Hitung ketersediaan obat dibandingkan LHA Bab II poin E.4,
kebutuhannya. Cek apakah terdapat Lampiran 11 LHA
kekurangan/kelebihan terhadap jenis obat dan
vaksin tertentu.
Buat kesimpulan.
Sasaran Audit 5:
Penilaian kualitas pelayanan kesehatan di
puskesmas dan capaian SPM rumah sakit.
Langkah Kerja Audit:
PUSKESMAS
33. Tentukan puskesmas yang akan disampling untuk
penilaian kualitas pelayanan kesehatan.
34. Lakukan wawancara dan penilaian dengan LHA Bab II poin F,
menggunakan media lembar kertas kerja Lampiran 12 LHA
penilaian kualitas pelayanan kesehatan.
Buat simpulan.
RUMAH SAKIT
35. Tentukan rumah sakit yang akan disampling untuk
penilaian kualitas pelayanan kesehatan.
36. Dapatkan dan pelajari target pelayanan rumah
sakit untuk tahun 2014 beserta realisasi
capaiannya.
37. Dapatkan dan pelajari ketentuan dari Menteri
Kesehatan mengenai target pelayanan rumah
sakit untuk tahun 2014.
38. Lakukan pengujian atas realisasi capaian LHA Bab II poin F,
pelayanan rumah sakit untuk tahun 2014. Lampiran 13 LHA
Buat simpulan.
39. Bandingkan capaian pelayanan rumah sakit yang LHA Bab II poin F,
dilaporkan dengan hasil pengujian yang dlakukan Lampiran 13 LHA
oleh auditor. Jika terdapat perbedaan, identifikasi
hal-hal yang menjadi penyebabnya.
Buat simpulan.
Sasaran Audit 6:
Evaluasi terhadap Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM) terkait pelayanan kesehatan.
Langkah Kerja Audit:
40. Teliti apakah pemda telah menyusun IKM atau
belum. Jika pemda sudah memiliki IKM, maka
lakukan evaluasi atas penyusunan IKM.
41. Dapatkan dan pelajari laporan hasil survei
kepuasan dan Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM) atas layanan kesehatan yang telah
dilakukan oleh pemda.
42. Dapatkan Keputusan Menteri PAN nomor
25/M.PAN/2/2004 tentang penyusunan IKM.
43. Lakukan evaluasi (analisis dan penilaian) apakah
penyusunan IKM oleh pemda telah sesuai dengan
ketentuan Keputusan Menteri PAN nomor
25/M.PAN/2/2004 tanggal 24 Februari 2004.
Buat simpulan.
44. Jika pemda belum menyusun IKM, maka lakukan Instrumen
survei kepuasan masyarakat. kuesioner
Survei dilakukan kepada pasien puskesmas
menggunakan instrumen kuesioner terlampir,
dengan jumlah responden tidak diberikan batasan
namun disesuaikan dengan waktu dan
pertimbangan auditor.

45. Tabulasi jawaban survei dari responden. Lakukan LHA Bab II poin G

4
Lampiran III.9

No Uraian Ref KKA Keterangan


penilaian apakah sangat baik/baik/kurang Lampiran 14 LHA
baik/tidak baik.
Buat simpulan.

Anda mungkin juga menyukai