Anda di halaman 1dari 10

TUGAS TUTORIAL KE-3

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Nama : Lidya Harapan Hutabarat


NIM : 043877641

1. Auditor internal perlu menyusun program audit yang tepat untuk menemukan
fakta yang terjadi di lapangan, uraikan definisi dan tujuan program audit!
Jawab:
Pada Standar Internasional Praktik Profesional Audit Internal "International
Professional Practices Framework (IPPF)" Nomor 2240 yang dikeluarkan oleh
Institute of Internal Audit (IIA) menyatakan bahwa auditor internal harus menyusun
dan mendokumentasikan program kerja untuk pencapaian tujuan penugasan.
Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004) menyatakan dalam
merencanakan penugasan, auditor internal harus mempertimbangkan sasaran
penugasan, ruang lingkup penugasan, alokasi sumber daya penugasan, serta
program kerja penugasan.

Program audit merupakan daftar prosedur pemeriksaan yang dilakukan dan


dimaksudkan untuk meningkatkan koordinasi dan integrasi semun bagian-bagian
pemeriksaan. Program audit terbentuk dari beberapa prosedur audit yang
digabungkan menjadi satu sehingga menjadi program audit. Program audit
merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu, sedangkan
prosedur audit adalah instruksi rinci untuk menentukan tipe bukti audit tertentu yang
harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Prosedur analitis, inspeksi,
konfirmasi, permintaan keterangan, perhitungan, penelusuran, pemeriksaan pada
bukti pendukung, observasi, pelaksanaan ulang, dan teknik audit menggunakan
komputer merupakan beberapa contoh dari prosedur audit yang dapat dilakukan
pada suatu program audit.

Tujuan dari program audit, yakni untuk memperoleh gambaran menyeluruh


atas audit proses yang dilakukan. Selain itu, program audit juga dapat mengatur
prosedur audit secara sistematis yang dilaksanakan selama audit berlangsung.
Prosedur audit yang telah disusun secara sistematis akan memudahkan auditor
dalam melaksanakan program audit. Secara lebih rinci, program audit memiliki
beberapa tujuan berikut.

1. Sebagai acuan pengumpulan data dan proses evaluasi pelaksanaan tugas


audit.
2. Sebagai pedoman spesifik dan langkah-langkah yang harus diikuti dalam
mengumpulkan bukti.
3. Sebagai sarana perbandingan data yang dikumpulkan dari tahun-tahun
sebelumnya.
4. Sebagai alat untuk mengontrol dan mencatat pelaksanaan yang tepat dari
pekerjaan audit dan juga untuk meninjau pekerjaan audit.
5. Sebagai alat bantu bagi auditor-auditor baru/junior yang belum punya banyak
pengalaman dalam tahap-tahap pelaksanaan audit.
6. Sebagai bukti audit yang mendukung pendapat auditor.
7. Dapat dijadikan sebagai pedoman bagi penilai fungsi audit internal untuk
menilai dan mengevaluasi upaya audit yang telah dilaksanakan
2. Apakah Inspektorat ketika sebelum melakukan penugasannya perlu membuat
program audit? Berikan argumennya!
Jawab:
Inspektorat ketika sebelum melakukan penugasannya Sangat perlu membuat
program audit karena program audit memiliki keunggulan sebagai berikut.

 Pembagian kerja yang merata di antara auditor.


 Program audit yang rutin hasilnya lebih baik dan menghemat waktu.
 Program audit memilih tujuan yang penting saja.
 Program audit yang telah digunakan dapat menjadi pedoman untuk tahun
berikutnya.
 Program audit menampung pandangan manajer atas mitra kerja.
 Program audit memberikan kepastian bahwa ketentuan umum akuntansi
telah dijalankan.
 Penanggung jawab pelaksanaan audit jelas.

Program audit juga memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi operasional dan
keuangan.Program audit manajemen fungsi operasional adalah perencanaan yang
memadai sesuai fungsi operasional untuk mengumpulkan informasi da bukti-bukti
atas sasaran pemeriksaan selama pelaksanaan tiap-tiap tahap fungsi audit
(persiapan pemeriksaan, pengujian pengendalian manajemen pada fungsi
operasional sampai dengan pemeriksaan lanjutan) dengan prosedur yang telah
ditetapkan untuk mencapai tujuan pemeriksaan pada suatu kegiatan operasional
organisasi. Seperti yang sudah dijelaskan program audit merupakan alat
pengendalian yang di mana setiap kegiatan audit itu tidak boleh menjadi check list
yang kaku dari langkah-langkah kerja yang dapat mematikan inisiatif seorang auditor
dalam pelaksanaan tugasnya.

Pada manajemen fungsi operasional ini pun perlu adanya penyusunan program
audit. Supaya pelaksanaan tugas audit pada kegiatan operasional terutama sektor
publik dapat mencapai tujuan audit yang telah ditetapkan dengan penggunaan
sumber daya yang seminimal mungkin yang meliputi tenaga, biaya, dan waktu yang
dipergunakan. Di samping itu, program audit juga bisa sebagai landasan dalam
pembagian tugas audit di antara anggota tim audit. Semua rencana audit yang sudah
disusun baik-baik pun jangan sampai ada yang tercecer dan semua anggota audit
harus mendapatkan tugas yang jelas sehingga akan membantu pengawas audit
dalam mengikuti perkembangan kemajuan audit dan pelaksanaan tugas audit
anggota tim (BPKP, 1992). Program audit ini bertujuan untuk menguji apakah
pengendalian internal pada kegiatan operasional organisasi sudah memenuhi untuk
menghindari dan mengurangi risiko pada kegiatan operasional organisasi.

Terdapat beberapa jenis program audit manajemen fungsi operasional seperti


berikut ini.
 Program audit sumber daya manusia.
 Program audit pemasaran.
 Program audit sistem kepastian kualitas.
Program audit manajemen atas fungsi keuangan, yakni program audit yang
menganalisis perencanaan suatu fungsi dan menilai suatu mutu dan efektivitas
rencana induk departemen yang dilakukannya pada bidang keuangan di organisasi
terutama pada sektor publik. Program audit ini berbeda dengan program audit
keuangan di auditor eksternal. Auditor eksternal membuat program audit yang lebih
berfokus pada kesesuaian laporan keuangan dengan standar yang berlaku,
sedangkan audit internal berfokus pada analisis kesesuaian proses pembuatan
laporan keuangan atau kegiatan dalam bidang keuangan dengan prosedur-prosedur
dan pengendalian yang sudah ditentukan.

 Program audit manajemen fungsi keuangan tidak semena-mena ada,


pastinya program audit tersebut memiliki tujuan sebagai berikut:

 Mengetahui serta menjelaskan sasaran keuangan dalam menentukan


apakah fungsi keuangan secara langsung dapat mendukung sasaran
utama suatu organisasi.
 Sasaran departemen keuangan harus memperhatikan bahwa tujuan
utama suatu organisasi dapat terpenuhi dan kedua meyakinkan bahwa
operasi keuangan memberikan pengarahan keuangan dan pengendalian
yang tepat pada organisasi tersebut.
 Mengetahui apakah organisasi mencapai standar dan sasaran yang
ditentukan.
Selain program audit manajemen berdasarkan fungsi operasional yang sudah
dibahas sebelumnya, kali ini juga ada program audit manajemen atas fungsi
keuangan, yakni program audit yang menganalisis perencanaan suatu fungsi dan
menilai suatu mutu dan efektivitas rencana induk departemen yang dilakukannya
pada bidang keuangan di organisasi terutama pada sektor publik. Program audit ini
berbeda dengan program audit keuangan di auditor eksternal. Auditor eksternal
membuat program audit yang lebih berfokus pada kesesuaian laporan keuangan
dengan standar yang berlaku, sedangkan audit internal berfokus pada analisis
kesesuaian proses pembuatan laporan keuangan atau kegiatan dalam bidang
keuangan dengan prosedur-prosedur dan pengendalian yang sudah ditentukan.
3. Inspektorat di Makasar menggunakan teknologi untuk penugasan
pemeriksaanya, yaitu aplikasi smart auditing. Pemeriksaan dilakukan berbasis
elektronik.
Menurut pendapat anda, apa manfaat penggunaan aplikasi teknologi tersebut
bagi auditor?
Jawab:
Menurut Arens et al. (2014), audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti
tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan terkait dengan tingkat
kesesuaian suatru informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit ini tentunya
harus dilakukan oleh orang yang mempunyai kompetensi dalam audit.

Audit merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengungkap


adanya suatu kondisi yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan
sehingga dapat mengungkap apa akibat yang terjadi. Audit juga dapat
mengungkapkan apa yang menjadi sebab ketidaksesuaian antara kondisi dan kriteria
tersebut.

Perkembangan sistem teknologi informasi di dunia perkantoran, melahirkan


suatu teknik bantu audit yang nantinya sangat diharapkan dapat memudahkan
pekerjaan auditor yaitu Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) atau Computer
Assisted Audit Techniques (CATTs). Bahkan apabila dioptimalkan dapat mendukung
pelaksanaan tugas Auditor dalam mendeteksi fraud. TABK adalah penggunaan
komputer dalam kegiatan pemeriksaan. TABK merupakan alat yang membantu
Auditor dalam mencapai tujuan pemeriksaan yang mengacu pada prosedur
pemeriksaan (audit) yang mengkhusukan untuk pengujian Data dan Perangkat
Lunak.
TABK secara sederhana adalah penggunaan komputer dalam kegiatan audit yang
berguna untuk mengumpulkan dan mengevaluasi data berbentuk elektronik untuk
menjadi bukti audit. Untuk dapat memperoleh dan mengevaluasi data dalam bentuk
elektronik, seorang auditor harus mengetahui teknik-teknik untuk mengakses dan
menganalisa data elektronik yang disebut dengan Teknik Audit Berbantuan
Komputer.

Penggunaan Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) dalam audit antara


lain telah diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (IAPI, 2011), PSA No. 59
(SA Seksi 327) tentang Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK). Dalam standar
ini dijelaskan mengenai tipe dan manfaat TABK, pertimbangan dalam menggunakan
TABK, langkah-langkah dalam menggunakan TABK, dokumentasi hasil pemeriksaan
dengan TABK, dan penggunaan TABK dalam lingkungan komputer bisnis kecil.
Manfaat TABK (IAPI, 2011) adalah:

 Pengujian rincian transaksi dan saldo-seperti, penggunaan perangkat lunak audit


untuk menguji semua (suatu sampel) transaksi dalam file komputer;
 Prosedur review analitik-seperti, penggunaan perangkat lunak audit untuk
mengidentifikasi unsur atau fluktuasi yang tidak biasa;
 Pengujian pengendalian (test of control) atas pengendalian umum sistem
informasi komputer-seperti, penggunaan data uji untuk menguji prosedur akses
ke perpustakaan program (program libraries);
 Pengujian pengendalian atas pengendalian aplikasi sistem informasi komputer -
seperti, penggunaan data uji untuk menguji berfungsinya prosedur yang telah
diprogram;
 Mengakses file, yaitu kemampuan untuk membaca file yang berbeda record-nya
dan berbeda formatnya;
 Mengelompokkan data berdasarkan kriteria tertentu;
 Mengorganisasi file, seperti menyortasi dan menggabungkan;
 Membuat laporan, mengedit dan memformat keluaran;
 Membuat persamaan dengan operasi rasional logika (contoh: AND; OR; =; < >;
<; >; IF).
Salah satu artikel Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA), sesuai
penelitian oleh Risky Muhayoca dan Nita Erika Ariani (Unsyiah, 2017) berjudul
Pengaruh TABK, Kompetensi Auditor, Independensi, Dan Pengalaman Kerja
Terhadap Kualitas Audit (Studi Pada Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh)
dengan simpulan bawa TABK berpengaruh terhadap kualitas audit dan Keberadaan
TABK sangat membantu auditor dalam melaksanakan pemeriksaan menjadi lebih
mudah dan cepat untuk dikerjakan.

Dengan adanya keberadaan teknologi informasi merupakan hal yang mendasar bagi
akuntan untuk dapat memahami proses bisnis klien dan menghadapi lingkungan
audit yang tanpa kertas (paperless audit).

Efektivitas dan efisiensi prosedur audit dapat ditingkatkan melalui penggunaan TABK
dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti audit, contohnya antara lain:

 Beberapa transaksi dapat diuji lebih efektif untuk tingkat biaya yang sama
dengan menggunakan komputer untuk memeriksa semua atau lebih banyak
transaksi dibandingkan dengan jika dilaksanakan secara manual;
 Dalam penerapan prosedur analitik, transaksi atau saldo akun dapat di -revi ew
dan dicetak laporannya untuk pos-pos yang tidak biasa dengan cara yang lebih
efisien dengan menggunakan komputer bila dibandingkan dengan cara manual;
 Penggunaan TABK dapat membuat prosedur pengujian substantif tambahan
lebih efisien daripada jika auditor meletakkan kepercayaan atas pengendalian
dan pengujian pengendalian yang bersangkutan
4. Bagaimana menyajikan temuan audit manajemen di organisasi sektor publik?
Jelaskan dengan mengggunakan contoh!
Jawab:
Menurut Kumaat (2011), temuan audit dapat dibagi menjadi dua, yaitu
Temuan Administratif (Administrative Finding) dan Temuan Khusus (Special
Finding).
Suatu temuan dapat dikatakan sebagai temuan khusus karena beberapa
alasan berikut.
a. Sifat dari temuan merupakan tindak kecurangan (fraud) yang memberikan
kerugian signifikan atau merupakan indisipliner/kelalaian yang berakibat fatal.
b. Aktivitas pengendalian internal pada sejumlah fungsi tidak berjalan dengan
maksimal sehingga tidak mencapai tujuannya dan cenderung terjadi
pengabaian sistem.
c. Temuan yang sifatnya berulang, yaitu sudah ada pada audit sebelumnya
sehingga menunjukkan bahwa tidak ada komitmen dari auditee untuk
melaksanakan perbaikan sesuai dengan yang telah dijanjikan.

Sedangkan, untuk temuan administratif umumnya merupakan temuan yang tidak


terlalu memberikan dampak yang signifikan, namun tetap harus diungkapkan.
Gambar dibawah ini menyajikan komponen-komponen yang perlu diperhatikan
berhubungan dengan temuan audit.

Dalam menyajikan temuan audit manajemen di organisasi sektor publik ada


beberapa ulasan dari komponen-komponen temuan audit.
1. Kriteria
Kriteria adalah standar yang harus dijadikan pedoman dan ditaati oleh
setiap individu di dalam organisasi. Kriteria yang ada dapat berdasarkan
pada peraturan undang-undang yang berlaku, kebijakan yang ditetapkan
oleh norma yang berlaku di masyarakat.
Selain itu, apabila terdapat bagian yang belum memiliki kriteria,
auditor diperbolehkan untuk organisasi, mengembangkan kriterianya.
Pengembangan kriteria bisa didasarkan dari pengalaman auditor atas
tugas-tugas sebelumnya. Pengembangan kriteria sebut juga harus
berdasarkan kesepakatan antara auditor dengan auditee Bila dibawa
dalam konteks organisasi sektor publik, contohnya kriteria penilaian
pengadaan barang di Kantor DPRD Semarang adalah Standar
Operasional (SOP) atas pengadaan barang. Contoh lain adalah kriteria
atas wewenang, hak dan kewajiban pemerintah daerah yang berdasar
kepada Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014.

2. Kondisi

Kondisi adalah keadaan sesungguhnya yang terjadi di dalam organisasi.


Auditor harus mampu menemukan fakta yang terjadi melalui prosedur
prosedur audit yang ditetapkan. Dalam organisasi sektor publik,
contohnya adalah suatu kondisi bahwa 2 dari 5 CCTV yang ada di
bagian perpustakaan universitas rusak sehingga tidak dapat merekam
gambar. Kondisi seperti ini dapat diartikan bahwa salah satu sistem
pengendalian di perpustakaan universitas tidak berfungsi.

3. Sebab

Sebab merupakan alasan dari mengapa kondisi yang sebenarnya


tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Penyebab yang
dijelaskan haruslah secara spesifik, bukan hanya penyebab yang bersifat
umum dan idak jelas. Analisis dari penyebab akan membantu auditor
dalam merumuskan rekomendasi apa yang sekiranya tepat dan dapat
dijalankan oleh organisasi.

4. Akibat

Akibat merupakan dampak yang akan diterima oleh organisasi karena


adanya perbedaan antara aktivitas yang seharusnya dilakukan (kriteria)
dengan aktivitas yang nyata dilaksanakan oleh organisasi di lapangan
(kondisi). Penjelasan mengenai dampak bisa dijadikan bahan
pertimbangan bagi manajemen, apakah akan melaksanakan rekomendasi
yang diberikan sehingga dampak dapat diminimalisasi. Akibat/dampak
yang ditimbulkan tidak selamanya bersifat negatif, ada juga dampak yang
sifatnya positif Pengukuran atas dampak dapat secara finansial maupun
non-finansial. Pengukuran finansial umumnya dinyatakan dalam bentuk
kuantitatif untuk mengukur efisiensi, sedangkan pengukuran non-finansial
umumnya dinyatakan dalam bentuk kualitatif untuk mengukur efektivitas
(tercapainya suatu tujuan).
5. Apa yang anda ketahui tentang tindak lanjut audit? Jelaskan!
Jawab:
Menurut The IIA (2016) dalam International Standards for Profesional
Practice of Internal Auditing yang dikutip oleh (Rustendi, 2017) menyatakan bahwa
pada aktivitas penjaminan, kepala bagian audit internal harus menetapkan proses
tindak lanjut untuk memantau dan memastikan bahwa manajemen senior telah
melaksanakan tindakan perbaikan secara efektif, atau menerima risiko untuk tidak
melaksanakan tindakan perbaikan. Sementara itu pada aktivitas konsultasi, kepala
bagian audit internal harus memantau disposisi hasil penugasan seperti yang
disepakati dengan klien (statement 2500- 2600). 12 Berdasarkan standar tersebut,
tahapan pemantauan audit oleh auditor internal memiliki fokus untuk mengetahui
apakah manajemen terkait melakukan tindakan korektif berdasarkan temuan audit
yang dilaporkan, mengetahui Apakah manajemen menghadapi kendala dalam
melaksanakan tindakan korektif, dan mengetahui apakah terdapat kemungkinan
bahwa temuan audit dan atau rekomendasi tidak ditindak lanjuti oleh manajemen
terkait (Rustendi, 2017).
Adapun contoh Standar Tindak Lanjut Hasil Audit dalam (PIAGAM AUDIT
INTERNAL PT. ASURANSI JASA INDONESIA (PERSERO), 2018) yaitu: Divisi
Satuan Pengawasan Intern harus menidak-lanjuti hasil audit yang telah dilaksanakan
untuk mendapatkan kepastian bahwa hasil temuan/rekomendasi auditor internal
telah dilaksanakan oleh unit kerja. Jika atas dasar suatu pertimbangan tertentu
pimpinan unit kerja yang bersangkutan tidak mengikuti saran/rekomendasi auditor
internal, maka Kepala Divisi Satuan Pengawasan Intern harus melaporkan hal
tersebut kepada Direktur Utama. Tindak lanjut audit adalah langkah-langkah yang
harus diambil oleh auditor setelah laporan audit diserahkan kepada auditee. Tindak
lanjut audit merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan
kemajuan auditee dalam melaksanakan rekomendasi audit (Kusuma, 2016).
Adapun uraian tindak lanjut audit yang dikutip dari (Kusuma, 2016) sebagai
berikut:
a. Tindak Lanjut Audit. Penyerahan laporan audit kepada auditee merupakan tahap
akhir dari pekerjaan audit lapangan dan merupakan tahap awal pekerjaan auditor
untuk memantau tindak lanjut rekomendasi audit oleh auditee. Pimpinan atau
manajemen pihak auditee bertanggung jawab untuk menindaklanjuti
rekomendasi audit.
b. Tujuan Tindak Lanjut Audit. Secara umum, tujuannya untuk meningkatkan
efektivitas dan dampak dari laporan audit. Secara spesifik, tujuan tindak lanjut
audit, yaitu:
1. Membantu pihak eksekutif dalam mengarahkan tindakan yang akan
diambil terkait dengan hasil audit yang diterimanya
2. Mengevaluasi kinerja lembaga audit itu sendiri. Hasil tindak lanjut audit
dapat menjadikan ukuran yang baik untuk menilai dan mengevaluasi
kinerja lembaga audit, seperti menilai tingkat kehematan pelaksanaan
audit.
3. Memberikan masukan (input) bagi perencanaan strategis audit kinerja
pada lembaga audit. Dengan adanya tindak lanjut audit, auditor dapat
melakukan perbaikan atas perencanaan audit dimasa mendatang.
4. Mendorong pembelajaran dan pengembangan auditee. Kegiatan tindak
lanjut diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi perbaikan
pelaksanaan kegitan auditee (Kusuma, 2016).
c. Langkah-Langkah Tindak Lanjut Hasil Audit.
Untuk setiap rekomendasi audit, auditee menyatakan apakah menolak atau
menerima rekomendasi tersebut; jika diterima akan dilaksanakan kapan
pelaksanaan direncanakan. Rencana tindak dari auditee merupakan dasar bagi
tindak lanjut audit. Tujuan tindak lanjut audit bukanlah untuk memperoleh
kepastian yang absolut, melainkan untuk memperoleh bukti yang cukup untuk
memberikan keyakinan yang memadai bahwa auditee telah melaksanakan action
plan-nya. Langkah-langkah dalam pelaksanaan tindak lanjut hasil audit dikutip
dari (Wahyudi, 2016b), yaitu mencakup:
1) Perencanaan Tindak Lanjut.
a. Menentukan Apakah Tindak Lanjut Akan Dilaksanakan. Auditor
harus membuat prioritas tindak lanjut yang akan dilaksanakan atas
rekomendasi yang dikeluarkan. Prioritas penugasan tindak lanjut
harus mempertimbangkan strategi audit secara keseluruhan,
seperti yang ditentukan 13 dalam proses perencanaan strategi
tahunan. Proses tindak lanjut harus dilakukan jika dampak kegiatan
tindak lanjut melebihi biayanya (cost-benefit). Alasan tidak
dilaksanakannya tindak lanjut antara lain audit terlalu kecil atau
program/kegiatan yang bersangkutan sudah tidak ada lagi.
b. Menentukan Lingkup Tindak Lanjut. Auditor perlu menentukan
aspek audit terdahulu yang akan ditindaklanjuti. Lingkup tindak
lanjut audit harus ditentukan berdasarkan penilaian atas:
1. Keberlanjutan penerapan simpulan audit terdahulu
2. Pernyataan manajemen atas tindakan perbaikan
3. Tingkat kepercayaan auditor atas hasil kerja auditor
terdahulu.
c. Cross Audit Follow Up. Kegiatan cross audit follow up mencakup
review beberapa hasil audit dalam satu entitas atau beberapa
hasil audit (yang bertopik sama/sejenis) dalam beberapa entitas.
Kegiatan cross audit yang spesifik perlu mempertimbangkan
proses perencanaan strategis audit kinerja. Contoh; adanya
pengadaan fiktif di beberapa instansi pemerintah, yang biasanya
dilakukan pada akhir tahun anggaran.
d. Menyiapkan Sumber Daya Untuk Tindak Lanjut. Sumber daya
untuk melaksanakan tindak lanjut bergantung pada faktor-faktor
seperti:
1. Jumlah rekomendasi.
2. Sifat hubungan dengan auditee.
3. Apakah anggota tim audit terdahulu akan membantu dalam
audit tindak lanjut. Salah satu hal yang perlu diperhatikan
adalah memastikan bahwa keputusan tertulis tentang luas
dan sifat tindak lanjut dibuat oleh pejabat yang berwenang.
e. Menjadwalkan Tindak Lanjut. Auditor memutuskan apakah tindak
lanjut di kantor (meliputi review dokumen dan tanggapan atas
laporan audit, ditambah korespondensi atau telepon dengan
auditee) sudah memadai atau perlu dilakukan tindak lanjut di
lapangan. Bergantung pada karakteristik audit, jenis rekomendasi,
risiko sosial dan ekonomi, dan sebagainya. Waktu yang tepat dan
lama audit (mandays) bergantung pada ketersediaan auditor dan
tingkat prioritas.
2) Pelaksanaan Tindak Lanjut.
a. Mengumpulkan Informasi. Cara paling efektif untuk memulai tindak
lanjut adalah dengan meminta konfirmasi status pelaksanaan
rekomendasi dari auditee. Dijadikan titik awal pengujian dokumen dan
wawancara juga evaluasi dan review atas hasil audit internal juga
dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi
b. Mencatat Hasil. Hasil dari tindak lanjut dicatat seperlunya. Tindakan
yang diambil untuk setiap rekomendasi dicatat sesuai dengan “status
pelaksanaannya” jika auditee tidak menindaklanjuti rekomendasi,
status dimasukkan sebagai “rekomendasi tidak ditindaklanjuti dan
tidak ada keinginan untuk bertindak”, jika rekomendasi ditolak,
statusnya adalah “rekomendasi ditolak” dan tidak perlu tindakan lebih
lanjut.
c. Menilai Dampak Audit Kinerja. Penilaian pelaksanaan rekomendasi
serta dampak audit akan membantu auditor dalam menilai efektivitas
audit kinerja. Dampak yang dihasilkan dari 14 pelaksanaan
rekomendasi dapat bersifat positif atau negatif, direncanakan atau
tidak direncanakan. Auditor perlu memperhitungkan biaya pencapaian
dampak sehingga hasil akhir (bersih) dapat diperkirakan. Dampak
yang signifikan harus divalidasi oleh badan atau lembaga yang
berwenang.
3) Pelaporan Hasil Tindak Lanjut. Auditor harus melaporkan perbaikan
maupun rekomendasi yang belum ditindaklanjuti, yang ditemukan selama
pelaksanaan audit tindak lanjut kepada pihak-pihak yang terkait
(stakeholder). Laporan audit tindak lanjut bertujuan untuk menyediakan
informasi bagi stakeholder mengenai penilaian efektivitas tindak lanjut
audit kinerja serta manfaat yang dihasilkan oleh audit kinerja (seperti
penghematan biaya atau manfaat lainnya) dengan syarat:
1. Laporan harus menggambarkan hasil analisis atas manfaat yang
diperkirakan dan manfaat aktual dalam periode tertentu.
2. Laporan merupakan ringkasan pelaksanaan rekomendasi.
3. Laporan menitikberatkan pada pelaksanaan rekomendasi yang
buruk
4. Laporan menggambarkan tindakan yang akan diambil atas pelaksanaan
rekomendasi yang buruk (Kusuma, 2016).

Sumber:
 https://itjen.dephub.go.id/2019/03/23/antara-audit-dengan-teknologi-informasi-saat-
ini/
 BMP EKSI 4203 Teori Portofolio dan analisis investasi
 Cendekia, A. (2017). Pelaporan Hasil Audit Internal.
http://airlanggacendekia.blogspot.com/ 2017/10/pelaporan-hasil-audit-internal.html.

Anda mungkin juga menyukai