1. Prosedur Audit Pengeluaran Kas untuk Pengadaan Barang di Pemerintahan
- Membandingkan faktur-faktur pembelian dengan bukti cek/kas yang dikeluarkan. - Melakukan perhitungan kembali apabila terdapat diskon yang diberikan - Melakukan perhitungan kembali apabila terdapat pajak yang dikenakan - Membandingkan tanggal-tanggal transaksi dengan catatan pengeluaran kas - Melakukan pengecekan atas buku pencatatan pengeluaran kas dengan faktur- faktur pembelian untuk pengadaan barang 2. Ispektorat sebelum melakukan penugasannya perlu membuat program audit karena dalam IPPF No 2240.A1 dinyatakan bahwa “Program kerja harus mencakup prosedur untuk mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi, dan mendokumentasi informasi selama penugasan. Yang mana program kerja ini harus memperoleh persetujuan sebelum dilaksanakan dan apabila terjadi perubahan harus segera dimintai persetujuan. Oleh sebab itu sebelum melakukan penugasannya perlu membuat program audit yang mana telah memperoleh persetujuan. Tanpa adanya program audit yang disusun, auditor tidak akan memiliki landasan dalam pelaksanaan auditnya sehingga program audit yang baik perlu dikembangkan untuk pencapaian hasi audit yang baik pula. 3. Manfaat penggunaan aplikasi teknologi smart auditing diantaranya sebagai berikut : - Meningkatkan penggunaan metode audit terbatas - Meningkatkan upaya audit - Memperbanyak audit yang efektif - Identifikasi masalah tepat waktu - Meningkatkan deteksi kecurangan dan perencanaan audit tahunan. 4. Penyajian Temuan Audit Dengan Contoh Kasus Data di bawah ini dikumpulkan oleh auditor internal selama field work pada fungsi Piutang (Receivale) khususnya yang berkenaan dengan meningkatnya jumlah Beban Piutang Tidak Tertagih (Bad Debt Expenses). Guna penyusunan laporan atas temuan audit, data di bawah ini menggambarkan temuan audit yang meliputi kondisi, kriteria, penyebab dan akibat, yaitu : Order Penjualan (yang dilakukan secara kredit) yang nilainya besar harus memperoleh persetujuan kredit dari Manajer Kredit. Hasil pengujian audit menunjukkan bahwa Bag. Penjualan mengabaikan pedoman kredit pada saat melakukan transaksi dengan Pelanggan. Laporan Bulanan mengenai penghapus-bukuan piutang tidak tertagih (write-off) selalu disiapkan tetapi hanya didistribusikan kepada Bag. Akuntansi saja. Laporan Kredit hanya digunakan bila ada transaksi penjualan kredit yang baru. Bag. Akuntansi mencatat bahwa piutang yang tidak tertagih meningkat sampai 7% untuk tahun berjalan. Kerugian dari tidak tertagihnya piutang meningkat menjadi Rp ,- selama tahun fiskal yang diaudit. Meskipun terdapat perbaikan pada prosedur dan kriteria untuk mengurangi/menekan jumlah putang tak tertagih yang dihapus- bukukan, tetapi komisi penjualan yang diterima oleh beberapa petugas Bag. Penjualan justru meningkat, padahal sumber tagihan yang dihapusbukukan berasal dari petugas- petugas yang dimaksud. Bag. Kredit menggunakan kebijakan Manajemen untuk melakukan review atas referensi kredit untuk semua tagihan yang ada. Catatan mengenai pembayaran pada periode berjalan direview sebelum memberikan tambahan kredit kepada pelanggan dengan status open-account (pelanggan ybs masih memiliki utang kepada perusahaan atas transaksi sebelumnya). Untuk mengurangi biaya, penggunaan laporan kredit dari pihak luar (sebagai alat penelusuran mengenai track record dan kemampuan bayar calon pelanggan) dihentikan/ditiadakan. Sejak dilakukannya pengurangan jumlah staf di Bag. Kredit (dengan alasan untuk mengurangi belanja pegawai), tagihan-tagihan yang baru hanya direview secara selintas (tidak rinci). Manajer Kredit yang baru berpandangan bahwa kebijakan pemberian kredit tidak perlu ketat sebab akan menghambat kinerja penjualan. Item data tersebut di atas kita klasifikasikan ke dalam unsur-unsur Temuan Audit yang terdiri atas : Kondisi (3 item) ; Kriteria (3 item) ; Penyebab (3 item), dan ; Akibat (3 item) Kondisi : Laporan Bulanan mengenai penghapus-bukuan piutang tidak tertagih (write-off) selalu disiapkan tetapi hanya didistribusikan kepada Bag. Akuntansi saja. Laporan Kredit hanya digunakan bila ada transaksi penjualan kredit yang baru. Manajer Kredit yang baru berpandangan bahwa kebijakan pemberian kredit tidak perlu ketat sebab akan menghambat kinerja penjualan. Kriteria : Order Penjualan (yang dilakukan secara kredit) yang nilainya besar harus memperoleh persetujuan kredit dari Manajer Kredit. Bag. Kredit menggunakan kebijakan Manajemen untuk melakukan review atas referensi kredit untuk semua tagihan yang ada. Catatan mengenai pembayaran pada periode berjalan direview sebelum memberikan tambahan kredit kepada pelanggan dengan status open-account (pelanggan ybs masih memiliki utang kepada perusahaan atas transaksi sebelumnya). Penyebab : Hasil pengujian audit menunjukkan bahwa Bag. Penjualan mengabaikan pedoman kredit pada saat melakukan transaksi dengan Pelanggan. Untuk mengurangi biaya, penggunaan laporan kredit dari pihak luar (sebagai alat penelusuran mengenai track record dan kemampuan bayar calon pelanggan) dihentikan/ditiadakan. Sejak dilakukannya pengurangan jumlah staf di Bag. Kredit (dengan alasan untuk mengurangi belanja pegawai), tagihan-tagihan yang baru hanya direview secara selintas (tidak rinci). Akibat : Bag. Akuntansi mencatat bahwa piutang yang tidak tertagih meningkat sampai 7% untuk tahun berjalan. Kerugian dari tidak tertagihnya piutang meningkat menjadi Rp ,- selama tahun fiskal yang diaudit. Meskipun terdapat perbaikan pada prosedur dan kriteria untuk mengurangi/menekan jumlah putang tak tertagih yang dihapus-bukukan, tetapi komisi penjualan yang diterima oleh beberapa petugas Bag. Penjualan justru meningkat, padahal sumber tagihan yang dihapusbukukan berasal dari petugas-petugas yang dimaksud. Rekomendasi : Tingkatkan supervisi terhadap proses transaksi untuk mendorong dipatuhinya kebijakan dan prosedur penjualan kredit. Sejalan dengan kebijakan pengurangan jumlah staf pegawai di Bag. Kredit, Manajemen sebaiknya memberikan tangungjawab tambahan kepada Staf di Bag. Kredit untuk melakukan analisis umur piutang/kredit setiap pelanggan/debitur dengan status open-account (sebagai Pengendalian Pengganti dari mekanisme review atas catatan pembayaran debitur/pelanggan pada periode berjalan) 5. Menurut Tugiman (2011) Tidak lanjut adalah sebagai suatu proses yang dilakukan untuk menentukan kecukupan, keefektifan, dan ketepatan waktu dari tindakan- tindakan yang dilakukan oleh manajemen atas temuan pemeriksaan yang dilaporkan. Pelaksanaan tindak lanjut audit terhadap rekomendasi-rekomendasi yang telah auditor berikan atas temua-temuan yang ada merupakan salah satu wujud komitmen dari auditee dalam memperbaiki kekurangan dan kelemahan yang masih ada untuk peningkatan kinerja organisasi.