Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

AUDITING II

AUDITING INTERNAL, AUDITING


OPERASIONAL DAN AUDITING
PEMERINTAHAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5

NAMA :

1. RIDWAN

2. RAHMATUL LAILI

3. HENI INDRAWATI

4. NURAINI

5. ABDUL KHALIK

6. FIKRAM

7. MUHAMAD

SEKOLAH TNGGI ILMU EKONOMI (STIE) YAPIS


DOMPU
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada Kami
sehingga Kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. 
          Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu Kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
          Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah senantiasa melancarkan segala
usaha kita. Aamiin.

Dompu, 19 juni 2019

Kelompk 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Audit Internal
B. Pengertian Audit Operasional
C. Bagian dari Audit Operasional
D. Pengertian Audit Pemerintah
E. Jenis – jenis Audit Pemerintah
F. Standar Audit Pemerintah yang berlaku Umumu

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Audit internal terkenal dengan aktivitasnya dalam melakukAudit


internal terkenal dengan aktivitasnya dalam melakukan inspeksi, verifikasi,
dan cek dan ricek, bahkan ada yang menyebutkan senang mencari-cari
kesalahan Selain itu, auditor internal juga dianggap lebih banyak
mendatangkan cost dibandingkan benefit yang diperoleh perusahaan. Peran
auditor internal dianggap tidak memiliki dampak positif yang signifikan
bagi perkembanganperusahaan. Persepsi demikian merupakan risiko dan
tantangan bagi auditor internal dalam menjalankan profesinya.
Audit operasional merupakan audit yang dilaksanakan untuk menilai
efisiensi dan efektivitas kegiatan suatu organisasi dalam prosesnya untuk
mencapai tujuan organisasi tersebut. Efisiensi digunakan untuk sebaik
apakah pemakaian sumber daya suatu organisasi yang digunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan efektivitas digunakan
untuk menilai seberapa baik mengenai masalah operasi dan membantu
manajemen dalam memecahkan berbagai masalah tersebut dengan 2
merekomendasikan berbagai tindakan perbaikan yang dibutuhkan. Audit
operasional sebagai bagian dari fungsi pengendalian merupakan suatu alat
bagi manajemen untuk mengukur dan mengevaluasi kegiatan yang telah
dilaksanakan. Audit operasional berfokus pada evaluasi terhadap efisiensi
Pemerintah daerah dalam melaksanakan penatakelolaan keuangan
membutuhkan suatu badan pengawas daerah untuk meminimalisir
penyimpangan pengguna keuangan negara yang dilakukan pihak-pihak
tertentu. Dengan adannya pengawas ini. Pemerintah diharapkan
menghasilkan laporan hasil audit yang berkualitas sehingga salah satu
tuntutan masyarakat untuk menciptakan good governance dan clean
governance dalam penyelenggaraaan pemerintah daerah dapat terlaksana.
Pengelolaan keuangan pemerintah yang baik harus didukung dengan adanya
audit sektor publik yang berkualitas, karena jika audit sektor publik rendah,
akan memberikan kelonggaran terhadap lembaga pemerintah untuk
melakukan penyimpangan penggunaan anggaran.
Menurut (Mardiasmo, 2005)terdapat tiga aspek utama yang
mendukung terciptanya pemerintahan yang baik (good governance), yaitu
pengawasan, pengendalian dan pemeriksaan.
Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak di luar
eksekutif, yaitu masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
untuk mengawasi kinerja pemerintahan. Pengelolaan keuangan pemerintah
yang baik harus didukung audit sektor publik yang berkualitas, karena jika
kualitas audit sektor publik rendah, akan memberikan kelonggaran terhadap
lembaga pemerintah untuk melakukan penyimpangan penggunaan anggaran.
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Audit Internal ?
2. Apa itu pengertian Audit Operasional ?
3. Apa bagian dari Audit Operasional ?
4. Apa itu Audit Pemerintahan ?
5. Apa jenis – jenis Audit Pemerintahan ?
6. Bagaimana Standar Audit Pemerintah ?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui Audit Internal seperti apa.
2. Untuk mengetahui Audit Operasional dan bagian Audit Operasional.
3. Untuk mengetahui pengertian Audit Pemerintahan dan jenis Audit
pemerintahan..
4. Untuk mengetahui bagaimana bagaimana Standar Audit Pemerintah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. AUDIT INTERNAL (INTERNAL AUDITING)


Menurut The Institute of Internal Auditors (IIA) “Audit
internal adalah aktivitas pemberi keyakinan dan konsultasi yang
independen dan objektif, yang dirancang untuk menambah nilai dan
meningkatkan operasi suatu organisasi. Audit internal membantu
organisasi mencapai tujuannya dengan menggunakan pendekatan
yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan
efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian, dan tata kelola
perusahaan”.

1) Bagian-bagian penting dari definisi audit internal adalah sebagai


berikut:
a. Internal menunjukkan bahwa kegiatan audit dilakukan di dalam
organisasi.
Saat ini karyawan organisasi dapat melakukan kegiatan audit
internal, atau kegiatan audit internal dapat di-outsource kepada para
ahli (professionals) yang lain di luar organisasi yang melayani
entitas.
b. Independen dan objektif memperjelas bahwa pertimbangan auditor
memiliki nilai ketika pertimbangan bebas dari bias.
c. Pendekatan yang sistematis dan teratur menyiratkan bahwa auditor
internal mengikuti standar profesional yang memandu pekerjaan
audit internal.
d. Membantu organisasi mencapai tujuannya menunjukkan bahwa
audit internal ada untuk membantu atau bermanfaat bagi seluruh
organisasi dan dipandu oleh tujuan dan sasaran organisasi. Beberapa
cara tertentu di mana auditor internal menambah nilai mencakup
fokus terhadap peningkatan operasi organisasi dan efektivitas proses
manajemen risiko, pengendalian, dan tata kelola.
Audit internal merupakan bagian dari fungsi pengawasan
pengendalian internal yang memeriksa dan mengevaluasi kecukupan
dan efektivitas pengendalian lainnya.
2) Evolusi Audit Internal (Evolution of Internal Auditing)

Auditing internal dimulai sebagai fungsi klerikal yang


dilakukan oleh satu orang, yang terutama terdiri dari pelaksanaan
verifikasi tagihan secara independen sebelum melakukan
pembayaran. Setelah bertahun-tahun, auditing internal berevolusi
menjadi aktivitas yang sangat professional yang mencakup penilaian
atas efisiensi dan efektivitas semua tahap operasi perusahaan, baik
yang bersifat keuangan maupun nonkeuangan. Perubahan ini
mengakibatkan terbentuknya departemen auditing internal, status
manajemen senior bagi direktur/manajer fungsi audit internal, serta
tanggung jawab pelaporan langsung kepada dewan komisaris atau
komite auditnya.
Pertumbuhan dan pentingnya audit internal bagi
perusahaan telah disertai dengan meningkatnya pengakuan
profesional untuk auditor internal. The Institute of Internal Auditors
(IIA) dibentuk pada tahun 1941, dan keanggotaannya saat ini adalah
sekitar 70.000 auditor internal di 120 negara. Pada tahun 1972, IIA
memberikan Certificate of Internal Auditors’ Examination yang
pertama. Ujian memakan waktu selama 2 hari dan terdiri dari 4
bagian, yaitu:

a. Proses audit Internal (Auditing 65-75%), Professionalisme 10-


20%, kecurangan 10-20%)
b. Keterampilan audit internal (pemecahan masalah dan evaluasi
bukti audit 45-60%, pengumpulan data, dokumentasi, dan
pelaporan 25-40%, sampling dan matematika 10-20%)
c. Pengendalian manajemen dan teknologi informasi (pengendalian
manajemen 30-40%, manajemen operasi 10-20%, teknologi
informasi 45-55%)
d. Lingkungan audit (akuntansi keuangan 30-40%, keuangan 20-
30%, akuntansi manajerial 20-30%, lingkungan peraturan 10-
20%)

Untuk menjadi seorang Certified Internal Auditors (CIA),


seseorang harus lulus ujian dan memiliki pengalaman sebagai
auditor internal atau setara minimal selama 2 tahun. Kriteria untuk
pengalaman audit internal termasuk pengalaman audit dalam
akuntansi publik. Untuk mempertahankan sertifikat CIA, seseorang
harus mematuhi standar praktik dan Kode Etik IIA serta memenuhi
persyaratan untuk melanjutkan pendidikan profesional. Para CIA
tidak diberi lisensi oleh lembaga pemerintah.
Pada tahun 1999, dewan Direksi IIA mengambil beberapa
langkah untuk mempersiapkan IIA untuk abad ke-21 . Pada bulan
Juni 1999, dewan Direksi IIA menyetujui sebuah definisi audit
internal yang baru yang telah disajikan di atas. Gambar berikut
mengikhtisarkan kerja praktik professional yang baru ini. Kerangka
kerja yang baru tersebut mengharuskan dikembangkannya tiga
perangkat standar yang baru :
- Standar Atribut yang membahas karakteristik organisasi dan
individu yang melakukan jasa audit internal.
- Standar Kinerja yang menguraikan sifat jasa auditing internal
serta memberikan criteria mutu untuk mengukur pelaksanaan
jasa-jasa ini.
Standar Implementasi yang menerapkan standar atribut dan
kinerja pada jenis-jenis jasa tertentu (misalnya audit ketaatan,
investigasi kecurangan, proyek penilaian sendiri
pengendalian).Sebuah kerangka kerja praktik profesional
(professional practices framework).
(Internal Auditing Definition)
Definisi Audit Internal
Kode Etik (Code of Ethics)

Standar Pelaksanaan Jasa Penjaminan (Assurance Services Implementation Standards)

Standar Pelaksanaan Jasa Konsultasi (Consulting Services Implementation Standards)


Standar Atribut (Attribute Standards)
Independensi dan
Objektivitas(Independence and Objectivity)
Keahlian dan Kehati-hatian / Kecermatan
Profesional
(Proficiency and Due Professional Care)
Keyakinan dan Kepatuhan Kualitas
(Quality Assurance and Compliance)
(Internal Auditing Definition)Definisi Audit Internal

Standar Kinerja (Performance Standards)


Mengelola Kegiatan Audit Internal
(Managing the Internal Audit Activity)
Sifat Pekerjaan (Nature of Work)
Perencanaan Perikatan / Penugasan
(Engagement Planning)
Pelaksanaan Perikatan /
Penugasan(Engagement Performance)
Mengkomunikasikan Hasil (Communicating
Results)
Memantau Perkembangan /
Kemajuan(Monitoring Progress)

Pedoman-Anjuran Praktik
(Guidance-Practice Advisories)
Pedoman-Bantuan Pengembangan & Praktik
(Guidance-Development & Practice Aids)
3) Standar Prak
4) Standar Praktik
IIA telah menetapkan standar Praktik (standars) yang mengikat
para anggotanya. Ada lima standar umum yang berkaitan dengan
masalah berikut ini :
1. Independensi
2. Keahlian Profesional
3. Ruang lingkup pekerjaan
4. Pelaksanaan pekerjaan audit
5. Pengelolaan departemen auditing internal
Ada persamaan antara standar umum IIA dan standar audit yang
berlaku umum (GAAS) yang dikeluarkan AICPA. Standar
independensi serta keahlian professional IIA berhubungan
dengan kategori umum GAAS, dan standar IIA untuk
pelaksanaan pekerjaan audit berkaitan dengan standar pekerjaan
lapangan dan pelaporan AICPA. Juga terdapat persamaan dalam
standar spesifikasi kemahiran dalam menggunakan keahlian
professional, perencanaan audit serta pemeriksaan dab evaluasi
informasi (bukti). Setiap standar spesifik selanjutnya disertai
oleh pedoman yang menguraikan cara yang tepat untuk
memenuhi standar tersebbut. Misalnya pedoman untuk dua dari
standar di atas adalah sbb :
- Merencanakan Audit
Auditor internal harus merencanakan setiap audit.
Perencanaan harus didokumentasikan dan harus mencakup :
1. Menetapkan tujuan audit dan ruang lingkup pekerjaan .
2. Memperoleh informasi latar belakang tentang aktivitas yang
akan diaudit.
3. Menentukan sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan audit.
4. Berkomunikasi dengan semua pihak yang perlu mengetahui
tentang audit tersebut.
5. Melakukan, sesuai situasi, survei untuk mengenal dengan
baik aktivitas, risiko, dan pengendalian yang akan diaudit,
untuk mengidentifikasi bidang-bidang yang mendapat
penekanan audit, serta untuk meminta komentar dan saran
audit
6. Menulis program audit
7. Menentukan bagaimana, kapan, dan kepada siapa hasil-hasil
audit akan dikomunikasikan
8. Mendapatkan persetujuan atas rencana kerja audit

Auditor Internal harus melaporkan hasil-hasilpekerjaan audit


mereka
1. Suatu laporan tertulis yang ditandatangani harus dikeluarkan
setelah pemeriksaan audit selesai. Laporan internal itu bisa
dalam bentuk tertulis atau lisan dan dapat disampaikan secara
formal ataupun informal.
2. Auditor internal harus membahas kesimpulan dan rekomendasi
pada tingkatan manajemen yang tepat sebelum mengeluarkan
laporan tertulis yang final
3. Laporan haruslah objektif, jelas, ringkas, konstruktif, dan tepat
waktu
4. Laporan harus menyatakan tujuan, ruang lingkup, dan hasil
audit; dan, bila tepat, laporan itu juga harus berisi suatu
pernyataan pendapat auditor.
5. Laporan dapat mencakup rekomendasi untuk perbaikan yang
potensial dan mengakui kinerja serta tindakan korektif yang
memuaskan.
6. Pandangan audit tentang kesimpulan dan rekomendasi audit
dapat disertakan dalam laporan audit.
7. Direktur auditing internal atau designee harus meriview dan
menyetujui laporan audit final sebelum diterbitkan serta harus
memutuskan kepada siapa laporan itu akan digunakan.

5) Independensi
Konsep independensi IIA berbeda dengan konsep
independensi AICPA. Para auditor internal adalah karyawan
perusahaan yang mereka audit. Seperti yang ditunjukan dalam
standar 100, mereka harus independen dari aktivitas-aktivitas yang
mereka audit. Independensi dapat dicapai melalui status
organisasional dan objektivitas. Sebagai contoh, independensi akan
meningkat jika direktur departemen auditing internal (1).
Bertanggungjawab kepada seseorang dalam organisasi yang
memiliki kewenangan memadai untuk memastikan cakupan audit
yang luas serta pertimbangan yang cukup, dan efektifnya tindakan,
atas rekomendasi audit, dan (2). Mempunyai komunikasi langsung
dengan dewan komisaris atau komite auditnya. Objektivitas
mengharuskan auditor internal untuk memiliki sikap mental yang
independen dalam melaksanakan audit. Objektivitas akan menurun
bila auditor internal memikul tanggungjawab operasi atau membuat
keputusan manajemen.

6) Keahlian Profesional
Kategori standar praktik ini mengakui perlunya keahlian,
kompetensi, dan kemahiran dalam melaksanakan audit internal.
Standar spesifik ditetapkan untuk departemen auditing internal dan
untuk auditor internal. Standar-standar ini mengakui bahwa baik
departemen maupun auditor perorangan harus memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan disiplin untuk melaksanakan
tanggungjawab audit. Standar untuk auditor internal meliputi (1).
Ketaatan pada standar perilaku, (2). Kecakapan dalam hubungan
manusia dan komunikasi, serta (3). Pendidikan profesional yang
berkelanjutan.

7) Ruang Lingkup Pekerjaan


Standar ini mengakui bahwa pekerjaan auditor internal
mungkin meluas melampaui pertimbangan pengendalian internal
dalam audit keuangan (reliabilitas dan integritas informasi keuangan
serta penjagaan aktiva).

8) Pelaksanaan Pekerjaan Audit


Standar pelaksanaan mengakui setiap bagian yang sangat
penting dalam semua audit: perencanaan,pemeriksaan dan evaluasi
bukti, serta pengkomunikasian hasil. Standar ini menetapkan sasaran
pelaksanaan dan bukan pedoman-pedoman spesifik. Standar ini
mengharuskan auditor internal untuk terlibat dalam menilai tindakan
yang diambil berdasarkan temuan audit yang dilaporkan dan setiap
rekomendasi yang tercantum dalam laporan ini.

9) Pengelolaan Departemen Auditing Internal


Standar ini memberikan petunjuk bagi manajer departemen
auditing internal. Petunjuk tersebut berkisar dari mengeluarkan
pernyataan yang berisi tujuan, kewenangan, dan tanggungjawab
departemen, hingga menetapkan serta mempertahankan program
pengendalian mutu untuk departemen tersebut. Standar ini
mencakup penetapan program untuk mengangkat dan mendorong
pengembangan para anggota departemen, serta mengkoordinasikan
audit internal dengan pekerjaan auditor eksternal.

10 Hubungan dengan Auditor Eksternal (Relationship with External


Auditors)
Biasanya terdapat hubungan yang erat antara auditor internal
dan auditor independen di luar entitas. Seperti telah ditujukan dalam
satu bab terdahulu, pekerjaan auditor internal bias menjadi
pelengkap bagi tetapi bukan pengganti, pekerjaan auditor
independen dalam suatu audit laporan keuangan. Seperti telah
disebutkan diatas salah satu tanggung jawab direktur auditing
internal adalah untuk mengkoordinasikan pekerjaan auditor internal
dengan pekerjaan auditor eksternal. Sudah menjadi hal yang biasa
dalam praktik bagi auditor eksternal untuk meninjau rencana
program kerja departemen auditing internal selama tahun terkait
guna untuk meminimumkan duplikasi pekerjaan. Walaupun
seringkali memiliki hubungan kerja yang erat, namun terdapat
perbedaan penting antara 2 jenis auditor berikut:

Auditor
Auditor Internal
Eksternal
Pemberi kerja Perusahaan dan unit-unit Kantor Akuntan
pemerintahan Publik (CPA
firms)
Organisasi Institute of Internal Auditors American
nasional (IIA) Institute of
Certified Public
Accountants
(AICPA)
Gelar Certified Internal Auditor Certified Public
Sertifikasi (CIA) Accountant
(Certifying (CPA)
designation)
Lisensi untuk Tidak ada Ada
praktik
(License to
practice)
Tanggung Kepada dewan Komisaris Kepada pihak
jawab utama ketiga
(Primary
responsibility)
Ruang lingkup Semua kegiatan dari sebuah Terutama
audit organisasi laporan
(Scope of keuangan
audits)
B. AUDIT OPERASIONAL (OPERATIONAL AUDITING)
Audit operasional telah digunakan di masa lalu untuk
mengidentifikasi berbagai kegiatan yang mencakup evaluasi terhadap
kinerja manajemen, sistem perencanaan dan pengendalian mutu yang
dikembangkan manajemen, serta kegiatan dan departemen operasi
tertentu. Audit operasional berkaitan dengan operasi non keuangan
entitas. Audit operasional atas unit nonpemerintah (nongovernmental
units) umumnya dibuat oleh auditor internal namun dalam beberapa
kasus, auditor eksternal dapat bergerak untuk melakukan audit.

1. Definisi Audit Operasional (Operational Auditing Defined)


Menurut The Institute of Internal Auditors (IIA): “Audit operasional
adalah proses yang sistematis dari mengevaluasi efektivitas,
efisiensi, dan kehematan dari operasi sebuah organisasi yang berada
di bawah kendali manajemen dan melaporkan hasil evaluasi
bersamaan dengan rekomendasi untuk perbaikan kepada orang yang
tepat”.

2. Bagian-bagian penting dari definisi audit operasional adalah


sebagai berikut:
a. Proses yang sistematis (Systematic process).
Seperti dalam kasus audit laporan keuangan, audit operasional
melibatkan serangkaian langkah-langkah atau prosedur yang logis,
terstruktur, dan terorganisir. Aspek ini meliputi perencanaan yang
tepat, serta perolehan dan evaluasi bukti secara objektif yang
berkaitan dengan kegiatan yang diaudit.
b. Mengevaluasi operasi sebuah organisasi (Evaluating an
organization’s operations).
Evaluasi operasi harus didasarkan pada beberapa kriteria yang
ditetapkan atau disepakati. Dalam audit operasional, kriteria
seringkali dinyatakan dalam standar kinerja yang ditetapkan oleh
manajemen. Dalam beberapa kasus, standar mungkin ditetapkan oleh
lembaga pemerintah atau oleh industri. Kriteria yang digunakan
dalam audit operasional seringkali kurang jelas dibandingkan dengan
kriteria yang digunakan dalam audit laporan keuangan. Audit
operasional mengukur tingkat kesesuaian antara kinerja aktual dan
kriterianya.
c. Efektivitas, efisiensi, dan ekonomi operasi (Effectiveness,
efficiency, and economy of operations).
Tujuan utama dari audit operasional adalah untuk membantu
manajemen dari organisasi yang telah diaudit untuk meningkatkan
efektivitas, efisiensi, dan kehematan operasi.
3. Tahapan Audit Operasional (Phases of an Operational Audit)
Terdapat lebih banyak tahapan dalam audit operasional
daripada dalam audit laporan keuangan. Persamaan dan perbedaan
dalam tahapan antara kedua jenis audit tersebut ini diperlihatkan
dalam Gambar . Setiap tahap dalam audit operasional akan
dijelaskan pada bagian berikut.
Gambar :

Penjelasan dari setiap tahapan audit operasional adalah


sebagaiberikut:
a. Memilih Auditee (Select Auditee)
Seperti banyak kegiatan lainnya dalam suatu entitas, audit
operasional biasanya bergantung pada keterbatasan anggaran atau
ekonomi. Oleh karena itu, merupakan hal yang penting bahwa
sumber daya untuk audit operasional ditempatkan pada
penggunaan yang terbaik. Memilih auditee dimulai dengan studi
pendahuluan (atau survei) atas auditee potensial dalam suatu
entitas untuk mengidentifikasi kegiatan yang berpotensi audit
yang tertinggi dalam hal meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan
ekonomi operasi. Pada intinya, studi pendahuluan merupakan
proses penyaringan yang menghasilkan peringkat auditee
potensial. Sebuah pemahaman tentang auditee potensial diperoleh
dengan:
1. Meriview data arsip latar belakang setiap auditee.
2. Meninjau fasilitas auditee untuk memastikan bagaimana auditee
mencapai tujuannya.
3. Mempelajari dokumentasi yang relevan tentang operasi auditee
seperti buku petunjuk kebijakan dan prosedur, bagan arus, standar
kinerja dan pengendalian mutu, serta deskripsi tugas.
4. Mewawancarai manajer kegiatan tentang area masalah tertentu
(sering disebut entry interview).
b. Merencanakan Audit (Plan Audit)
Perencanaan audit yang cermat sangat penting baik untuk
efektivitas maupun efisiensi audit operasional. Perencanaan terutama
penting dalam jenis audit ini karena beragamnya audit operasional.
Landasan utama dari perencanaan audit adalah pengembangan
program audit, yang harus dibuat sesuai dengan keadaan auditee
yang temui pada tahap studi pendahuluan audit. Seperti dalam kasus
audit laporan keuangan, program audit berisi seperangkat prosedur
yang dirancang untuk memperoleh bukti yang berkaitan dengan satu
tujuan atau lebih. Bukti yang diperiksa biasanya berdasarkan pada
sampel data. Jadi, dalam rencana audit yang harus dipertimbangan
dalam hal penggunaan teknik sampling statistic. Disamping itu,
auditor juga harus mengetahui apakah teknik-teknik berbantuan
computer akan efisien dari segi biaya. Perencanaan audit juga harus
mencakup pemilihan tim audit dan penjadwalan pekerjaan. Tim
audit terdiri dari auditor yang memiliki keahlian teknis yang
diperlukan untuk memenuhi tujuan-tujuan audit. Pekerjaan harus
dijadwalkan melalui konsultasi dengan auditee agar ada kerja sama
dari personil auditee yang maksimal selama audit.
c. Melaksanakan Audit (Perform Audit)
Selama melaksanakan audit, auditor secara ekstensif harus
mencari fakta-fakta yang berhubungan dengan masalah yang
teridentifikasi dalam auditee selama studi pendahuluan. Pelaksanaan
audit adalah tahap yang paling memakan waktu dalam audit
operasional. Tahap ini sering kali disebut sebagai pembuatan audit
yang mendalam (making the in-depth audit).
Dalam suatu audit operasional, auditor sangat mengandalkan
pada pengajuan pertanyaan dan pengamatan. Pendekatan yang biasa
dilakukan adalah mengembangkan kuesioner untuk auditee dan
menggunakannya sebagai dasar untuk mewawancarai personil
auditee. Dari pengajuan pertanyaan, auditor berharap akan
memperoleh pendapat, komentar, dan usulan untuk pemecahan
masalah. Wawancara yang efektif sangat penting dalam audit
operasional. Melalui pengamatan terhadap personil auditee, auditor
akan dapat mendeteksi inefisiensi dan kondisi lainnya yang
berkontribusi terhadap masalah-masalah ini.
Auditor juga harus menggunakan analisis dalam audit
operasional. Untuk tujuan ini, analisis itu harus melibatkan studi dan
pengukuran kinerja aktual dalam hubungannya.
d. Melaporkan Temuan (Report Findings)
Audit operasional serupa dengan jenis-jenis auditing lainnya
karena dalam hal produk akhir dari audit ini adalah Laporan audit.
Akan tetapi, ada banyak situasi unik yang berkaitan dengan
pelaporan dalam audit operasional. Misalnya, berlawanan dengan
bahasa standar yang terdapat pada laporan auditor dalam audit atas
laporan keuangan, bahasa laporan dalam audit operasional bervariasi
untuk setiap auditee. Laporan itu harus memuat :
1) Sebuah pernyataan dari tujuan dan ruang lingkup audit
2) Sebuah gambaran umum dari pekerjaan yang dilakukan dalam
audit
3) Sebuah ringkasan atas temuan-temuan
4) Rekomendasi-rekomendasi untuk perbaikan
5) Komentar-komentar dari auditee
Konsep laporan ini biasanya dibuat oleh auditor penanggung
jawab. Konsep tersebut kemudian dibahas dengan manajer unit yang
di audit. Pembahasan ini memnuhi beberapa tujuan yang penting :
1) Memberikan peluang bagi auditor untuk menguji akurasi
(accuracy) temuan dan kelayakan (appropriateness) rekomendasi,
2) memungkinkan auditor untuk mendapatkan komentar auditee
untuk dimasukan dalam laporan. Konsep awal ini selanjutnya
direvisi.
e. Melakukan Tindak Lanjut
Tahap akhir atau tahap tindak lanjut (follow up phase) dalam
audit operasional adalah tahap bagi auditor menindaklanjuti
tanggapan auditee terhadap laporan audit. Idealnya, kebijakan entitas
sebaiknya mengharuskan manajer unit yang diaudit untuk
melaporkan laporan secara tertulis dalam selama periode waktu yang
ditetapkan. Akan tetapi, tindak lanjut ini harus mencakup penentuan
kelayakan tindakan yang diambil oleh auditee dalam
mengimplementasikan rekomendasi. Standar Praktik IIA
menyatakan bahwa auditor internal harus menindaklanjuti untuk
memastikan bahwa tindakan yang tepat terhadap temuan laporan
telah diambil. Kegagalan auditor untuk menerima tanggapan yang
tepat harus dikomunikasikan kepada manajemen senior.

4. Keterlibatan Dan Standar Akuntan Publik Independen


Berdasarkan keahlian dan pengalamannya, akuntan publik
independen memenuhi syarat untuk melakukan audit operasional.
Pada tahun 1982, AICPA menunjuk Komite Spesifik untuk Auditing
Operasional dan Manajemen guna mempelajari keterlibatan akuntan
independen dalam auditing operasional. Komite ini menyimpulkan
dalam laporannya yang berjudul Operational Audit Engagements
bahwa suatu penugasan audit operasional adalah bentuk lain yang
berbeda dari jasa konsultasi manajemen (management consulting
services (MCS)). Komite ini juga melakukan pengamatan berikut ini
(hal 1):
a. Akuntan independen akan semakin banyak diperlukan untuk
memberikan jasa ini baik untuk klien sektor swasta maupun klien
pemerintahan.
b. Jenis jasa ini memberikan evaluasi dan saran yang independen
kepada dewan Komisaris, manajemen senior, serta pejabat tertentu
yang telah standar tanggung jawab dan kepengurusan yang tinggi.
c. Pengalaman yang diperoleh dibidang akuntansi publik dalam aspek
diagnosa dan penemuan fakta dari jasa auditing keuangan dan jasa
konsultasi manajemen memberikan latar belakang yang sangat baik
untuk melakukan audit operasional.
Jasa konsultasi manajemen telah menjadi bagian yang
penting dari jasa-jasa yang dilakukan oleh banyak Kantor Akuntan
Publik (CPA firms). Dalam melakukan audit operasional, akuntan
independen harus mengikuti standar praktik untuk penugasan jasa
konsultasi manajemen yang ditetapkan oleh Komite Eksekutif Jasa
Konsultasi Manajemen AICPA(Management Consulting Services
Executive Committee of the AICPA). Akuntan independen juga
harus menaati aturan 201 dalam Standar Umum dari Kode Perilaku
Profesional AICPA. Jika audit dilakukan untuk entitas pemerintahan,
maka auditor independen juga harus mengikuti standar audit kinerja
pemerintah yang berlaku, yang akan di uraikan nanti dalam bab ini.
C. AUDIT PEMERINTAH
Auditing pemerintahan (governmental auditing) mencakup
semua audit yang dilakukan oleh badan audit pemerintah dan serta
semua audit atas organisasi pemerintahan. Badan audit pemerintah
meliputi U.S. General Accounting Office, Defense Contract Audit
Agency,dll.

Audit atas organisasi pemerintahan mencakup audit atas unit


pemerintah negara bagian dan lokal yang dilakukan oleh auditor
pemerintah federal dan akuntan publik yang independen. Dalam
beberapa kasus, audit-audit ini dapat mencakup atas
program,kegiatan, fungsi, dan dana tertentu. Audit atas organisasi
pemerintahan sebagian besar didasarkan pada konsep bahwa para
pejabat dan pegawai yang mengelola dana publik harus bertanggung
jawab kepada publik.
1. Jenis-jenis Audit Pemerintah
Terdapat 2 jenis audit pemerintah yang diidentifikasi dalam
Standar Audit Pemerintah (Government Auditing Standards),
yaitu:
a. Audit Keuangan (Financial Audits) mencakup audit atas laporan
keuangan dan audit terkait yang bersifat keuangan.
Audit atas laporan keuangan memberikan keyakinan yang
layak tentang apakah laporan keuangan entitas yang telah di
audit secara wajar menyajikan posisi keuangan, hasil operasi dan
arus kas sesuai dengan GAAP, atau salah satu beberapa dasar
akuntansi lain yang dibahas dalam standar auditing yang
diterbitkan oleh AICPA.
Contoh yang spesifik-spesifik meliputi segmen laporan
keuangan, pengendalian internal atas ketaatan pada hokum dan
peraturan, seperti yang mengatur tender, akuntansi, dan
pelaporan yang berhubungan dengan hibah serta kontrak, dan
juga pengendalian internal atas pelaporan keuangan serta
penjagaan aktiva, kebutuhan anggaran, dan varians antara kinerja
keuangan actual dengan yang di estimasi.
b. Audit Kinerja (Performance Audits) meliputi audit atas
kehematan dan efisiensi serta program audit kehematan dan
efisiensi mencakup penentuan , apakah entitas telah memperoleh,
melindungi dan menggunakan sumber dayanya (seperti personil,
property, dan ruang) secara ekonomis dan efisien, penyebab
inevisiensi atau praktik yang tidak ekonomis.
2. Standar Auditing Pemerintah yang Berlaku Umum
The U.S. General Accounting Office (GAO) menetapkan
standar audit untuk audit atas organisasi, program, aktivitas, dan
fungsi pemerintah serta atas dana pemerintah yang diterima oleh
organisasi nonpemerintah. Standar-standar tersebut berhubungan
dengan Kualifikasi auditor yang professional, Kualitas kerja
audit, Karakteristik laporan audit yang profesional dan
bermakna.

Standar audit GAO itu harus diikuti oleh auditor dan


organisasi audit bila diisyaratkan oleh hukum, peraturan,
perjanjian atau kontrak, atau kebijakan. Organisasi audit terdiri
dari lembaga audit pemerintah dan badan non pemerintah, seperti
Kantor Akuntan Publik (CPA firms) dan perusahaan konsultan.

Standar audit GAO dikenal sebagai standar auditing


pemerintah yang berlaku umum (generally accepted government
auditing standards (GAGAS)). Sering disebut sebagai Yellow
Book standards sesuai warna pamflet itu yang diterbitkan.
GAGAS mencakup standar audit yang berlaku umum yang
ditetapkan AICPA untuk pekerjaan lapangan dan pelaporan.
Setiap kali dikeluarkan, standar auditing dan atestasi AICPA
baru yang relevan akan di adopsi serta dimasukan ke dalam
GAGAS , kecuali GAO mengecualikannya melalui pengumuman
resmi. Auditor independen yang menjadi anggota AICPA harus
mengikuti GAGAS dalam melakukan audit pemerintah atau akan
melanggar kode perilaku professional AICPA.
Standar kerja lapangan dan pelaporan untuk audit kinerja adalah
sebagai berikut:

Standar Kerja Lapangan Standar Pelaporan


Perencanaan (Planning) Bentuk (Form)
Pekerjaan harus Auditor seharusnya menyiapkan laporan audit yang
direncanakan secara mengkomunikasikan hasil dari setiap audit.
memadai. Isi / Konten Laporan (Report Contents)
Pengawasan (Supervision) Laporan audit seharusnya mencakup:
Karyawan harus diawasi Tujuan, ruang lingkup, dan metodologi.
dengan baik. Hasil audit yang sesuai, meliputi berbagai temuan,
Bukti (Evidence) kesimpulan, dan rekomendasi.
Bukti yang memadai, Sebuah referensi terhadap kepatuhan terhadap standar
kompeten, dan relevan harus auditing pemerintah yang berlaku umum.
diperoleh untuk memberikan Pandangan pejabat yang bertanggung jawab.
dasar yang memadai untuk Sifat dari setiap informasi yang istimewa (privileged) dan
temuan dan kesimpulan rahasia yang dihilangkan (jika berlaku).
auditor. Unsur Kualitas Laporan (Report Quality Elements)
Dokumentasi Audit Laporan seharusnya lengkap, akurat, objektif,
(Audit Documentation) meyakinkan (convincing), serta jelas (clear) dan ringkas
Auditor seharusnya (concise) sesuai dengan yang diizinkan oleh subjek.
mempersiapkan dan Penerbitan dan Distribusi Laporan (Report Issuance and
memelihara dokumentasi Distribution)
audit. Auditor pemerintah seharusnya menyerahkan laporan
Dokumentasi audit yang audit kepada:
berkaitan dengan Pejabat yang tepat dari entitas yang diaudit.
perencanaan, pelaksanaan, Pejabat yang tepat dari organisasi yang meminta atau
dan pelaporan audit mengatur audit, termasuk organisasi pendanaan eksternal,
seharusnya berisi informasi seperti badan legislatif, kecuali pembatasan hukum
yang memadai untuk mencegahnya.
memungkinkan seorang Auditor juga seharusnya mengirim salinan laporan
auditor yang kepada:
berpengalaman, yang tidak Pejabat lain yang memiliki kewenangan atas pengawasan
memiliki hubungan dengan hukum.
audit sebelumnya, untuk Seseorang yang mungkin bertanggung jawab untuk
memastikan bukti yang bertindak atas temuan dan rekomendasi audit.
mendukung penilaian dan Orang lain yang berwenang untuk menerima laporan
kesimpulan auditor yang tersebut.
signifikan dari dokumentasi Auditor seharusnya menjelaskan bahwa salinan yang
audit. dibuat tersedia bagi pemeriksaan publik, kecuali laporan
Dokumentasi audit dibatasi oleh hukum atau peraturan, atau berisi informasi
seharusnya berisi dukungan yang istimewa (privileged) atau rahasia.
untuk berbagai temuan, Auditor nonpemerintah seharusnya memperjelas
kesimpulan, dan tanggung jawab distribusi laporan dengan pihak yang
rekomendasi sebelum melakukan kontrak untuk audit dan mengikuti
auditor menerbitkan kesepakatan yang dicapai.
laporannya.

1. Standar umum, kerja lapangan, dan pelaporan untuk audit keuangan


diidentifikasi dan dibahas dalam bagian berikut.
a. Standar Umum (General Standards)
- Kategori umum GAGASterutama berkaitan dengan kualifikasi dari
auditor dan organisasi audit.
- Standar ini berlaku untuk keduajenis audit pemerintah.
- Terdapat 3 standar dalam kategori ini, yaitu:
1) Independensi (Independence)
Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit, organisasi
audit dan auditorbaikpemerintah maupun publikseharusnya:
- Bebas dari gangguan terhadapindependensiyang bersifat pribadi dan
eksternal.
- Independen secara organisasi (organizationally independent).
- Mempertahankansikapdan penampilanyang independen.
2) Pertimbangan Profesional (Professional Judgment)
Pertimbangan profesional seharusnya digunakan dalam:
- Perencanaan dan pelaksanaan audit dan perikatan / penugasan
atestasi.
- Pelaporan hasil.
3) Kompentensi (Competence)
Karyawan yang ditugaskan untuk melakukan audit atau perikatan /
penugasan atestasiseharusnya secara kolektif memiliki kompetensi
profesional yang memadai untuk tugas-tugas yang diperlukan.
- Standar umum membahas kebutuhan mendasar untuk memastikan
kredibilitas hasil audit Kredibilitas adalah hal yang penting untuk
semua organisasi audit.
- Standar umum memberikan kerangka dasar yang sangat penting
dalam menerapkanstandar kerja lapangan dan pelaporan
secaraefektif pada saat melakukan pekerjaan yang rinci terkait
dengan audit atau perikatan / penugasan atestasi.
Oleh karena itu, standar umum harus diikuti oleh semua auditor dan
organisasi auditbaik pemerintah maupun nonpemerintahyang
melakukan pekerjaan di bawah standar auditing pemerintah yang
berlakuumum (generally accepted government auditing standards
(GAGAS)).
Standar Kerja Lapangan untuk Audit Keuangan (Fieldwork
Standards for Financial Audits)
Standar kerja lapangan GAGAS menggabungkan ketiga standar
kerjalapangan AICPA tanpa modifikasi.
b. Standar Pelaporan untuk Audit Keuangan (Reporting Standards
for Financial Audits)
Melengkapi 4 standar pelaporan AICPA yang berlaku umum dan
SAS terkaityang semuanya digabungkan dengan referensike
dalam GAGASYellow Bookmemasukkan 6 standar pelaporan
tambahan berikut:
a. Pelaporankepatuhan auditor terhadapGAGAS (Reporting
auditors’ compliance with GAGAS)
Laporan audit seharusnya menyatakan bahwa audit dilakukan
sesuai dengan standar auditing pemerintah yang berlaku umum.
b. Pelaporan pengendalian internal dantentang kepatuhan terhadap
hukum, peraturan, dan ketentuan kontrak atau perjanjian hibah
(Reporting on internal control and on compliance with laws,
regulations, and provisions of contracts or grant agreements)
Ketika memberikan pendapat atau penolakan
(disclaimer)terhadap laporan keuangan, dalam laporannya
tentang laporan keuangan,auditor seharusnyamemasukkan:
Deskripsi atas:
 Ruang lingkup pengujian pengendalian internalyang dilakukan
oleh auditor atas pelaporan keuangan dan kepatuhan terhadap
hukum, peraturan, dan ketentuan kontrak atau perjanjian hibah.
 Hasil dari pengujiantersebut atau sebuah pendapat, jika
pekerjaan yang memadai dilakukan.
 Referensi ke laporan-laporan terpisahyang berisi informasi
tersebut.
Jika auditor melaporkan secara terpisah, maka pendapat atau
penolakan seharusnya:
 Berisi referensi ke laporan-laporan terpisah yang berisi
informasi.Menyatakan bahwa laporan-laporan terpisah
merupakan bagian integral dari audit dan seharusnya
dipertimbangkan dalam menilai hasil audit.
c. Pelaporan kekurangan dalam pengendalian internal, kecurangan,
tindakan ilegal, pelanggaran ketentuan kontrak atau perjanjian
hibah, dan penyalahgunaan (Reporting deficiencies in internal
control, fraud, illegal acts, violations of provisions of contracts
or grand agreements, and abuse)
Untuk audit keuangantermasuk audit laporan keuangan di mana
auditor memberikan pendapat atau penolakanauditor
seharusnya melaporkan sebagaimana yang berlaku untuk tujuan
audit.
Untuk audit yang berhubungan dengan keuanganyang tidak tercakup di atas,
standar pelaporanGAGAS untuk audit kinerja seharusnya diikuti.
1. Pelaporan Kepatuhan terhadap Hukum dan Peraturan
(Reporting on Compliance with Laws and Regulations)
- Standar pelaporan tambahan yang kedua mensyaratkan bahwa baik
laporan auditor terhadap laporan keuangan maupun laporan terpisah yang
disebut di dalam laporan auditor mencakup informasi penyimpangan dan
tindakan ilegal yang sama yang dilaporkan kepada Komite Audit di
bawah standar AICPA.
-Ketika ketidakpatuhan ditemukan, cara pelaporan harus memberikan dasar
kepada pembaca untuk mempertimbangkankelaziman (prevalence) dan
akibat (consequences) dari kondisi tersebut dengan mengacu pada
variabel, seperti jumlah kasus yang diperiksa, frekuensi ketidakpatuhan,
nilai dollar, dll.
-Standar ini juga mengharuskan auditor untuk melaporkan penyimpangan
atau tindakan ilegal secara langsung kepada pihak eksternal dalam 2
keadaan ketikaauditee gagal untuk melaporkan penyimpangan atau
tindakan ilegal secara langsung kepada pihak eksternal sesegera mungkin
setelah auditor mengkomunikasikan hal tersebut kepada badan auditee,
yaitu:
- Ketika auditee diharuskan oleh hukum atau peraturan untuk melaporkan
peristiwapenyimpangan atau tindakan ilegal kepada pihak eksternal.
- Ketika auditee yang menerima bantuan dari lembaga pemerintah gagal
untuk melaporkan kepada lembaga tentang penyimpangan atau tindakan
ilegal yang melibatkan bantuan tersebut.
- Ketika berbagai hukum, peraturan, atau kebijakan mengharuskan auditor
untuk melaporkan indikasi dari beberapa jenis penyimpangan atau
tindakan ilegal kepada penegak hukum atau otoritas penyelidikan, maka
auditor seharusnya berkonsultasi dengan orang-orang yang berwenang
dan / atau penasihat hukum untuk menentukan apakah pelaporan yang
lebih luas akan membahayakan proses penyelidikan atau hukum yang
sudah berlangsung.
 Dalam kasus tersebut, auditor dapat membatasi pelaporannya pada
informasi yang sudah merupakan bagian dari catatan publik.
- Pedoman yang luas terhadap audit kepatuhan, atestasi yang sesuai, dan
pelaporannya disediakan dalam:
- AU 801, Compliance Auditing Considerations in Audits of Governmental
Entities and Recipients of Governmental Financial Assistance
(Pertimbangan Kepatuhan Auditingdalam Audit Entitas Pemerintahan
dan Penerima Bantuan Keuangan Pemerintah)
- AT 601, Compliance Attestations (Atestasi yang Sesuai)
- Berdasarkan AT 600.54, laporan CPAtentang pemeriksaan atasatestasi
yang sesuaiyang biasanya ditujukan kepada entitasseharusnya
mencakup:
a. Sebuah judul yang mencakup kata “independen”.
b. Identifikasi dari persyaratan kepatuhan yang ditetapkan, meliputiperiode
yang dicakup dan pihak yang bertanggung jawab.
c. Sebuah pernyataan bahwakepatuhan terhadap persyaratan yang
ditentukan adalah tanggung jawab manajemen entitas.
d. Sebuah pernyataan bahwa tanggung jawab praktisi adalah untuk
menyatakan pendapat atas kepatuhan entitas terhadap persyaratan atau
atas pernyataan manajemen tentang kepatuhan berdasarkan pemeriksaan
praktisi.
e. Sebuah pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar
atestasi yang ditetapkan oleh AICPA dan dengan demikian, mencakup
pemeriksaan atas bukti-bukti tentang kepatuhan entitas terhadap
persyaratan berdasarkan pengujian dan pelaksanaan prosedur lain yang
dianggap diperlukan dalam keadaan oleh praktisi.
2. Pelaporan Pengendalian Internal (Reporting on Internal Control)
- Seperti yang ditunjukkan dalam standar pelaporan tambahan yang kedua,
GAGASmengharuskan auditor untuk melaporkan kekurangan dalam
pengendalian internal yang dianggap oleh auditor sebagai kekurangan yang
signifikan.
Contoh:
 Tidak adanya pemisahan tugas yangtepatsesuai dengan tujuan
pengendalian yang tepat.
 Bukti atas kegagalan untuk melidungi aset dari kerugian, kerusakan,
atau penyalahgunaan.
 Tidak adanya tingkat kesadaran yang memadaiatas pengendalian dalam
organisasi.
 Kegagalan untuk menindaklanjuti dan memperbaiki kekurangan yang
diidentifikasi dalam pengendalian internalsebelumnya.
- GAGASmengharuskan kekurangan yang signifikan yang merupakan
kelemahan yang material juga diidentifikasi Merupakan persyaratan yang
bersifat pilihan (optional) di bawah GAAS.
Jikaterdapat kekurangan yang tidak memenuhi syarat sebagai kondisi yang
dilaporkan, maka kekurangan tersebutseharusnya dikomunikasikan kepada
auditee, sebaiknya secara tertulis seperti dalam surat manajemen Ketika ini
terjadi, referensi terhadap komunikasi dalam laporan auditor atas
pengendalianseharusnyadibuat.
- Laporan pengendalian tidak mengungkapkan bentuk jaminan apa pun atas
efektivitas pengendalian internal.

3. Undang-Undang (UU) Audit Tunggal (The Single Audit Act)


Undang-Undang (UU) Audit Tunggal (Single Act Audit)yang
disahkan oleh Kongres pada tahun 1984 dan telah diubah pada tahun
1996menetapkan konsep yang tunggal atas audityang berhubungan
dengan organisasi pemerintah (audit tunggal) meliputi audit keuangan dan
kepatuhan.
- UU mengurangi kebutuhan lembaga-lembaga federal untuk
melakukan dan kebutuhan para penerima bantuan keuangan federal
untuk menjalaniBeberapa audit keuangan dan kepatuhan yang
terpisah.
 Tujuan dari Undang-Undang (UU) (Objectives of the Act)
Bagian 1(a) dari UU menyatakan bahwa UU bertujuan untuk:
a. Meningkatkan manajemen keuangan ataspemerintah negara bagian dan
lokaldan organisasi nirlaba yang berkaitan dengan program-program
bantuan keuangan federal.
b. Menetapkan persyaratan yang seragam untuk audit atas bantuan
keuangan federal yang diberikan kepada pemerintah negara bagian dan
lokal.
c. Mempromosikan penggunaan sumber daya audit yang efisien dan
efektif.
d. Memastikan bahwa departemen dan lembaga federalsemaksimal yang
dapat dipraktikkanmengandalkan dan menggunakan pekerjaan audit
yang dilakukan sesuai dengan persyaratan UU Audit Tunggal (Single
Act Audit).
Ketika dilaksanakan, UU juga telah menjadi instrumen untuk memastikan
bahwa penerima bantuan keuangan federal mematuhi beberapa kebijakan
nasional yang signifikan berkaitan dengan hal-hal, seperti upah, kondisi
kerja, dan hak-hak sipil.
 Penerapan dan Pelaksanaan (Applicability and Administration)
- Menurut UU, pemerintah negara bagian dan lokal dan organisasi nirlaba
yang menerima bantuan keuangan federal sebesar $ 500.000 atau lebih
dalam tahun fiskalbaik secara langsung dari lembaga federal maupun
secara tidak langsung melalui entitas pemerintahnegara bagian atau lokal
lainnyadiwajibkan untuk memiliki audit tahunan tunggal sesuai dengan
UU.

 Risiko yang melekat (inherent risk) dari program federal.


OMB Circular A-133, Audits of States, Local Governments, and Non-Profit
Organizations(Audit Negara Bagian, Pemerintah Lokal, dan Organisasi
Nirlaba), memberikan pedoman tambahan khusus terhadap pelaksanaan 3
kriteria tersebut.
 Program yang tidak memenuhi syarat sebagai program yang
signifikan(major programs)dinamakanprogram yang tidak
signifikan(nonmajorprograms).
- Direktur Kantor Manajemen dan Anggaran (Office of Management and
Budget (OMB)) telah menetapkanberbagai kebijakan, prosedur, dan
pedoman untuk melaksanakan UUdalam OMB Circular A-128Audits of
State and Local Governments(Audit Pemerintah Negara Bagian dan Lokal).
- Direktur juga menunjuk cognizant agenciesuntuk memantau kepatuhan
terhadapUU.
 Cognizant agency adalahlembaga federal yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan persyaratan untuk audit tunggal pada pemerintah negara
bagian atau lokal tertentu.
 Cognizant agency mewakili kepentingan kolektif dari semua lembaga
pemerintah federal dalam hasil audit.
 Tanggung jawab lembaga ini mencakup memberikan saran dan
penghubung teknis kepadapemerintah negara bagian dan lokal dan
auditor independen.
Dengan demikian, unit pemerintah dapat bekerja secara langsung dengan 1
lembaga, bukan dengan beberapalembaga.
 Ruang Lingkup Audit Berdasarkan Undang-Undang Audit Tunggal
(Scope of an Audit under the Single Audit Act)
Ruang lingkup audit yang dilakukan sebagaimana yang ditentukan dalam
UU dan OMB Circular A-133, Audits of States, Local Governments, and
Non-Profit Organizations(Audit Negara Bagian, Pemerintah Lokal, dan
Organisasi NirlabaUmum (General)
- Secara umum, audit dilakukan sesuai dengan GAGAS.
- Auditor harus berurusan dengan seluruh operasi auditee; atau berdasarkan
pilihan auditee, audit harus meliputi serangkaian audit yang berurusan
dengan departemen, lembaga, dan unit organisasi lainnya yang
mengeluarkan atau memberikan penghargaan federal sepanjang tahun.
- Setiap audit yang terpisah harus mencakup laporan keuangan dan jadwal
pengeluaran penghargaan federal untuk setiap departemen, lembaga, atau
unit pemerintah lainnya.

a. Laporan Keuangan (Financial Statements)


Auditor harus menentukan:
- Apakah laporan keuangan auditee disajikan secara wajar dalam semua
hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
- Apakah jadwal pengeluaran penghargaan federal disajikan secara wajar
dalam semua hal yang material dalam hubungannya dengan laporan
keuangan auditee secara keseluruhan.
b. Pengendalian Internal (Internal Controls)
Selain persyaratan GAGAS, auditor harus:
- Melakukan prosedur untuk memperoleh pemahaman yang
memadaitentang pengendalian internal atas program federal untuk
merencanakan audit untuk mendukung tingkat risiko pengendalian yang
dinilai rendahatas program yang signifikan (a low assessed level of
control risk for major programs).
- Berencana untuk menguji sistem pengendalian internal atas program
yang signifikan (major programs) untuk mendukung tingkatrisiko
pengendalian yang dinilai rendah atas asersi yang relevan dengan
persyaratan kepatuhan untuk setiap program yang signifikan (major
programs).
c. Kepatuhan (Compliance)
- Selain persyaratan GAGAS, auditor harus:
- Menentukan apakah auditee telah mematuhi hukum, peraturan, dan
ketentuan kontrak atau perjanjian hibah yang mungkin memiliki
pengaruh langsung dan material terhadap setiap program yang
signifikan (major programs).
- Melakukan pengujian kepatuhan meliputi pengujian transaksi (tests
of transactions) dan prosedur audit lainnya yang diperlukan untuk
memberikan bukti yang memadai untuk mendukung pendapatnya
atas kepatuhan.
- Auditor harus menetapkan ruang lingkup audit untuk mengatasi
persyaratan tertentu, seperti:
 Jenis jasa yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan 
Menentukan jenis barang atau jasa yang dapat dibeli oleh entitas
dengan bantuan federal.
.
d. Tindak Lanjut Audit (Audit Follow-up)
Auditor harus:
- Menindaklanjuti temuan audit sebelumnya dan melakukan prosedur
untuk menilai kewajaran atasringkasan daftar temuan audit
sebelumnya yang disiapkan oleh auditee.
- Melaporkan sebagai temuan audit tahun berjalan ketika auditor
menyimpulkan bahwa ringkasan daftar temuan audit
sebelumnyasalah menyajikan status darisetiap temuan audit
sebelumnya secara material.
- Melaksanakan prosedur audit tindak lanjut terlepas dari apakah
temuan audit sebelumnya berhubungan dengan program yang
signifikan (major programs) dalam tahun berjalan.
e. Persyaratan Pelaporan (Reporting Requirements)
- Laporan auditor mungkin berbentuk baik laporan gabungan maupun
laporan yang terpisah.
- Selain pedoman yang diberikan dalam OMB Circular A-133, auditor
harus mempertimbangkan hal berikut:
f. Laporan tentang Kepatuhan (Report on Compliance)
- Ketiga, auditor mengeluarkanlaporan tentang kepatuhan terhadap
hukum, peraturan, dan ketentuan kontrak atau perjanjian hibah di
mana ketidakpatuhan dapatberpengaruh material terhadap laporan
keuangan.
- Laporan ini juga akan mencakup pendapat (atau menolak untuk
berpendapat (disclaimer of opinion))tentang apakah auditee
mematuhi hukum, peraturan, dan ketentuan kontrak atau perjanjian
hibah yang dapat memiliki pengaruh langsung dan material terhadap
setiap program yang signifikan (major programs).
- Ketika berlaku, laporan harus mengacu Daftaratas Temuan dan
Biaya yang Dipertanyakan (Schedule of Findings and Questioned
Costs) yang terpisah.
g. Daftaratas Temuan dan Biaya yang Dipertanyakan (Schedule of
Findings and Questioned Costs)
- Akhirnya, auditor harus merangkum hasil auditor dalam bentuk
Daftar atas Temuan dan Biaya yang Dipertanyakan.
- Biaya yang dipertanyakan meliputi biaya dibebankan pada program
yang tidak diijinkan, didokumentasikan, disetujui, atau tidak masuk
akal.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Auditing internal, Opersional dan Pemerintahan merupakan


bgaian yang signifikan dari praktik Auding Profesional. Audit ini
melibatkan para auditor independen,audit internal, dan auditor
pemerintah. Seperti dalam audit laporan keuangan, standar –
stnadar tertentu harus di penuhi dalam melaksanakan dan
melaporkan setiap jenis audit. Standar auditing pemerintah
mencangkup persyaratan pendidikan dan pelatihan khusus yang
berkelanjutan berkaitan dengan lingkungan pemerintahan serta
auditing pemerintahan. Single Audit ACT yang
memberlakukannya persyaratan audit federal tambahan yang
berhubungan dengan program bantuan keuangan federal yang
memperluas persyaratan audit atas laporan keuangan yang di
berlakukan oleh GAS dan GAGAS. Pemahaman atas standar
yang berlaku sangat penting untuk mencapai kualitas hasil yang
di harapkan oleh penerima utama laporan audit ini.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

AICPA Professional Standarts ;


AU801, Compliance Auting Applicable to Govermental entities ans
other
Recipients of Govermmental Financial Asistance.
AICPA Audit and Accounting Guide, Audits of State ans Local
Governmental Entities
Receiving Federal Financial Assistance, September 1992.
Broadus, W. A,,Jr and Contois, J. D.” The Single Aidit ACT: A Needed
Reforn,”
Journal Of Accountancy (April 1985), hal, 62-71.
Brown, Cliford D,, and Bumaby, Priscilla. “ The Evolation of the Single
Audit.”
A 20 – years Procces, “ Accounting Horizons ( juni 1998 ), hal 58 –
64).”
Compton, John C, and Van Son, W. Peter. “Check Trunction: The Auditor’s
Dilemma.
” Journal of Accountancy (Januari 1983), hal. 36-38.
Doppelt, Andrew B. “The Telltale Signs of Money Laundering,” Journal of
Accountancy
(Maret 1990), hal. 31-33.
Raman, K,K and Van Daniker , Reslmond P. “Materiallity in Government
Audit
Ing, “ Journal Of Acountancy (February 1994), hal 71-76.”

Anda mungkin juga menyukai