Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat serta KaruniaNya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.

Kami menyadari makalah ini masi jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan senantiasa melancarkan
usaha kita, Amin.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian audit internal


B. Pengertian audit operasional
C. Bagian audit dari operasional
D. Pengertian audit pemerintah
E. Jenis-jenis audit pemerintah
F. Standar audit pemerintah yang berlaku umum

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Audit internal terkenal dengan aktivitasnya dalam melakukan audit internal
terkenal dengan aktivitasnya dalam melakukan inspeksi, verifikasi, dan cek dan
ricek, bahkan ada yang menyebutkan senang mencari-cari kesalahan selain itu,
auditor internal juga dianggap lebih banyak mendatangkan cost dibandingkan
benefit yang di peroleh perusahaan. Peran auditor internal dianggap tidak
memiliki dapak positif yang signifikan bagi perkembangan perusahaan. Persepsi
demikian merupakan resiko dan tantangan bagi auditor internal dalam
menjalankan profesinya.
Auditor operasional merupakan audit yang dilaksanakan untuk menilai
efisiensi dan efektifitas kegiatan suatau organisasi dalam prosesnya untuk
mencapai tujuan organisasi tersebut. Efesiensi digunakan sebaik apakah
pemakaian sumber daya suatu organisasi yang digunakan untuk mencapai tujuan
yang telah di tetapkan. Sedangkan efektifitas di gunakan untuk menilai seberapa
baik mengenai masalah operasi dan membantu manajemen dalam memecahkan
berbagai masalah tersebut dengan merekomendasikan berbagai tindakan
perbaikan yang dibutuhkan.
Audit operasional sebagai bagian dari fungsi pengendalian merupakan suatu
alat bagi manajemen untuk mengukur dan mengevaluasi kegiatan yang telah
dilaksanakan.
Audit operasional berfokus pada evaluasi terhadap efisiensi pemerintah daerah
dalam melaksanakan penatakelolaan keuangan membutuhkan suatu badan
pengawas daerah untuk meminimalisir penyimpangan pengguna keuangan negara
yang dilakukan pihak-pihak tertentu.
Dengan adanya pengawas ini, pemerintah diharapkan menghasilkan laporan
hasil audit yang berkualitas sehingga sala satu tuntutan masyarakat untuk
menciptakan good governance clean governance dalam penyelenggaraan
pemerintah daerah dapat terlaksana.
Pengelolaan keuangan pemerintah yang baik harus di dukung dengan adanya
audit sektor publik yang berkualitas, karena jika audit sektor publik rendah, akan
memberikan kelonggaran terhadap lembaga pemerintah untuk melakukan
penyimpangan penggunaan anggaran.
Menurut (Mardiasmo) terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya
pemerintahan yang baik (good governance), yaitu pengawasan, pengendalian, dan
pemeriksaan.
Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak diluar eksekutif,
yaitu masyarakat dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) untuk mengawasi
kinerja pemerintahan,. Pengelolaan keuangan pemerintah yang baik harus di
dukung audit sektor publik yang berkualitas, karena jika berkualitas audit sektor
publik rendah, akan memberikan kelonggaran terhadap lembaga pemerintah untuk
melakukan penyimpangan penggunaan anggaran.

2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian audit internal ?
2. Apa itu pengertian audit operasional ?
3. Apa bagian dari audit operasional ?
4. Apa itu audit pemerintahan ?
5. Apa jenis-jenis audit pemerintahan ?
6. Bagaiman standar audit pemerintah ?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui audit internal seperti apa.
2. Untuk mengetahui audit operasional dan bagian audit operasional.
3. Untuk mengetahui pengertian audit pemerintahan dan jenis audit
pemerintahan.
4. Untuk mengetahui bagaimana standar audit pemerintah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. AUDIT INTERNAL (INTERNAL AUDITING)


Menurut the institute of internal auditors (IIA) Audit internal ada lah aktivitas
pemberi keyakinan dan konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang
untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi suatu ogranisasi. Audit internal
membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menggunakan pendektan yang
sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas proses
manajemen risiko, pengendalian, dan tata kelola perushaan.
1. Bagian-bagian penting dari definisi audit internal sebagai berikut:
a. Internal menunjukan bahwa kegiatan audit dilakukan di dalam
organisasi Saat ini karyawan organisasi dapat melakukan kegiatan
audit internal, atau kegiatan audit internal dapat di-outsource kepada
para ahli (profesionals) yang lain di luar organisasi yang melayani
entitas.
b. Pendekatan yang sistematis dan teratur menyiratkan bahwa auditor
internal mengikuti standar profesional yang memandu pekerja audit
internal.
c. Membantu organisasi mencapai tujuannya menunjukan bahwa audit
internal ada untuk membantu atau bermanfaat bagi seluruh organisasi
dan dipandu oleh tujuan da sasaran organisasi.. beberapa cara tertentu
dimana auditor intrnal menambah nilai mencakup fokus terhadap
peningkatan operasi organisasi dan efektifitas proses manajemen
resiko, pengendalian, dan tata kelola. Audit internal merupakan bagian
dari fungsi pengawasan pengendalian internal yang memeriksa dan
mengevaluasi kecukupan dan efektifitas pengendalian lainnya.
2. Standar praktik
IIA telah menetapkan standar praktik yang mengikat para anggotanya.
Ada lima standar umum yang berkaitan dengan masalah berikut ini:
a. Independensi
b. Keahlian profesional
c. Ruang lingkup pekerjaan
d. Pelaksanaan pekerjaan audit
e. Pengelolaan depertemen auditing internal.

Ada persamaan antara standar umum IIA dan standar audit yang berlaku umum yang
dikeluarkan AICPA. Standar independensi serta keahlian profesional IIA berhubungan
dengan kategori umum GAAS, dan standar IIA untuk pelaksanaan pekerjaan audit berkaitan
dengan standar pekrjaan lapangan AICPA. Juga terdapat persamaan dalam standar spesifikasi
kemahiran dalam menggunakan keahlian profesional, perencanaan audit serta pemeriksaan
evaluasi informasi (bukti). Setiap standar spesifik selanjutnya disertai oleh pedoman yang
menguraikan cara yang tepat untuk memenuhi standar tersebut. Misalnya pedoman untuk dua
dari standar di atas adalah sbb:

Merencanakan audit
Auditor internal harus merencanakan setiap audit.
Perencanaan harus di dokumentasikan dan harus
mencakup:
1. Menetapkan tujuan audit dan ruang lingkup
pekerjaan
2. Memperoleh informasi latar belakang tentang
aktivitas yang akan di audit
3. Menentukan sumber daya yang di perlukan untuk
melakukan audit
4. Berkomunikasi dengan semua pihak yang perlu
mengetahui tentang audit tersebut
5. Melakukan sesuai situasi, survei untuk mengenal
dengan baik aktivitas, risiko, dan pengendalian yang
akan di audit untuk mengidentifikasi bidang-bidang
yang mendapat penekanan audit, serta untuk
meminta komentar dan saran audit
6. Menulis program audit
7. Menentukan bagaimana, kapan, dan kepada siapa
hasil-hasil audit akan dikomunikasikan
8. Mendapatkan persetujuan atas rencana kerja audit

Auditor internal harus melaporkan hasil-hasil pekerjaan audit mereka

1. Suatu laporan tertulis yang ditandatangani harus


dikeluarkan setelah pemeriksaan audit selesai.
Laporan internal itu bisa dalam bentuk tertulis atau
lisan dapat disampaikan secara formal ataupun
informal.
2. Auditor internal harus membahas kesimpulan dan
rekomendasi pada tingkatan manajemen yang tepat
sebelum mengeluarkan laporan tertulis yang final
3. Laporan haruslah objektif, jelas, ringkas,
konstruktif, dan tepat waktu
4. Laporan harys menyatakan tujuan, ruang lingkup,
dan hasil audit, dan bila tepat, laporan itu juga harus
berisi suatu pernyataan auditor
5. Laporan dapat mencakup rekomendasi untuk
perbaikan yang potensial dan mengakui kinerja serta
tindakan korektif yang memuaskan
6. Pandangan audit tentang kesimpulan dan
rekomendasi audit dapat disertakan dalam laporan
audit.
7. Direktur auditing internal atau designee harus
mereview dan menyetujui laporan audit final
sebelum diterbitkan serta harus memutuskan kepada
siapa laporan itu akan digunakan.

1. Independensi
Konsep independensi IIA berbeda dengan konsep indenpendensi
AICPA. Para auditor internal adalah karyawan perusahaan yang mereka audit.
Mereka harus independen dari aktifitas-aktifitas yang mereka audit.
Independensi dapat di capai melalui status organisasional dan objektifitas.
Sebagai contoh, independensi akan meningkat jika direktur depertemen
auditing internal bertanggung jawab kepada seseorang dalam organisasi yang
memiliki kewenangan memadai untuk memastikan cakupnya audit yang luas
serta pertimbangan yang cukup, dan efektifnya tindakan, atas rekomendasi
audit, dan mempunyai komunikasi langsung dengan dewan komisaris atau
komite auditnya. Objektivitas mengharuskan auditor internal untuk memiliki
sikap mental yang independen dalam melaksanakan audit. Ojektivitas akan
menurun bila auditor internal memikul pertanggungjawab operasi atau
membuat keputusan manajemen.

2. Keahlian Profesional
Kategori standar praktik ini mengakui perlunya keahlian,
kompetensi, dan kemahiran dalam melaksanakan audit internal.
Standar spesifik ditetapkan untuk depertemen auditing internal dan
untuk auditor internal. Standar-standar ini mengakui bahwa baik
depertemen maupun auditor perorangan harus memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan disiplin untuk melaksanakan pertanggungjawab
audit. Standar untuk auditor internal meliputi ketaatan pada standar
prilaku, kecakupan dalam hubungan manusia dan komunikasi, serta
pendidikan profesional yang berkelanjutan.

3. Ruang lingkup pekerjaan


Standar ini mengakui bahwa pekerjaan auditor internal
mungkin melunas melampaui pertimbangan pengendalian internal
dalam audit keuangan (reliabilitas dan integritas informasi keuangan
serta penjagaan aktiva)

4. Pelaksanaan pekerjaan Audit


Standar pelaksanaan mengakui setiap bagian yang sangat
penting dalam semua audit, perencanaan, pemeriksaan dan evaluasi
bukti, serta pengkomunikasian hasil. Standar ini menetapkan sasaran
pelaksanaan dan bukan pedoman-pedoman spesifik. Standar ini
mengharuskan auditor internal untuk terlibat dalam menilai tindakan
yang diambil berdasarkan temuan audit yang dilaporkan dan setiap
rekomendasi yang tercantum dalam laporan ini.

5. Pengelolaan depertemen auditing internal


Standar ini memberikan petunjuk bagi manajer depertemen auditing
internal. Petunjuk tersebut berkisar dari mengeluarkan pernyataan yang berisi
tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab depertemen, hingga menetapkan
serta mempertahankan program pengendalian mutu untuk depertemen
tersebut. Standar ini mencakup penetapan program untuk mengangkat dan
mendorong pengembangan para anggota depertemen, serta
mengkoordinasikan audit internal dengan pekerjaan auditor eksternal.

A. AUDIT OPERASIONAL (OPERATIONAL AUDITING)


Audit operasional telah digunakan di masa lalu untuk mengidentifikasi berbagai
kegiatan yang mencakup evaluasi terhadap kinerja manajemen, system perencanaan
dan pengendalian mutu yang dikembangkan manajemen, serta kegiatan dan
depertemen operasi tertentu. Audit operasional berkaitan dengan operasional non
keuangan entitas. Audit operasional atas unit nonpemerintah ( nongovernmental
units ) umumnya dibuat oleh auditor internal namun dalam beberapa kasus, auditor
eksternal dapat bergerak untuk melakukan audit.

1. Definisi audit operasional ( operational auditing defined )


Menurut the institute of internal auditors (IIA) audit operasional adalah proses
yang sistematis dari mengevaluasi efektivitas, efisiensi, dan kehematan dari
operasi sebuah organisasi yang berada dibawa kendali manajemen dan
melaporkan hasil evaluasi bersamaan dengan rekomendasi untuk perbaikan
kepada orang yang tepat.

2. Bagian-bagian penting dari definisi audit operasional adalah sebagai berikut:


a. Proses yang sistematis (systematic process)
Seperti dalam kasus audit laporan keuangan, audit operasional
melibatkan serangkaian langka-langkah atau prosedur yang logis,
terstruktur, dan terorganisir. Aspek ini meliputi perencanaan yang
tepat, serta perolehan dan evaluasi bukti secara objektif yang berkaitan
dengan kegiatan yang diaudit.
b. Mengevaluasi operasi sebuah organisasi ( evaluating an organization’s
operations ).
Evaluasi operasi harus di dasarkan pada beberapa kriteria yang
ditetapkan atau disepakati. Dalam audit operasional, kriteria seringkali
dinyatakan dalam standar kinerja yang ditetapkan oleh manajemen.
Dalam beberapa kasus, standar mungkin ditetapkan oleh lembaga
pemerintah atau industri. Kriteria yang digunakan dalam audit laporan
keuangan. Audit operasional mengukur tingkat kesesuaian anatar
kinerja actual dan kriterianya.
c. Efektivitas, efisiensi dan ekonomi operasi .
Tujuan utama dari audit operasional adalah untuk membantu
manajemen dari organisasi yang telah di audit untuk meningkatkan
efektivitas, efisiensi, dan kehematan operasi.

3. Tahapan audit operasional ( phases of an operational audit)


Terdapat lebih banyak tahapan dalam audit operasional daripada dalam audit
laporan keuangan. Persamaan dan perbedaan dalam tahapan antara kedua jenis
audit tersebut ini di perlihatkan .penjejelasan dari setiap tahapan audit operasional
adalah sebagai berikut:

 Memilih audite ( select audite )

Seperti banyak kegiatan lainnya dalam suatu entitas, audit operasional


biasanya bergantung pada keterbatasan anggaran atau ekonomi. Oleh
karena itu, merupakan hal yang penting bahwa sumber daya untuk audit
operasional di tempatkan pada penggunaan yang terbaik. Memilih audite
dimulai dengan studi pendahuluan ( atau survei) atas audite potensial
dalam suatu entitas untuk mengidentifikasi kegiatan yang berpotensi audit
yang tinggi dalam hal meningkatkan efektivitas ,efisiensi, dan ekonomi
operasi. Pada intinya, studi pendahuluan merupakan proses penyaringan
yang menghasilkan pringkat audite potensial. Sebuah pemahaman tentang
audite potensial di peroleh dengan:

1. Meriview data arsip latar belakang setiap audite


2. Meninjau fasilitas audite untuk memastikan bagimana audite
mencapai tujuannya.
3. Mempelajari dokumentasi yang relevan tentang operasi
audite seperti buku petunjuk kebijakan dan prosedur, bagan
arus, standar kinerja dan pengendalian mutu serta deskripsi
tugas.
4. Mewawancara manajer kegiatan tentang area masalah
tertentu. ( sering di sebut entry interview)

 Merencanakan audit ( plan audit )

Perencanaan audit yang cermat sangat penting untuk efektivitas


maupun efesiensi audit operasional. Perencanaan terutama penting dalam
jenis audit ini karena beragamnya audit operasional. Landasan utama dari
perencanaan audit adalah pengembangan program audit, yang harus di
buat sesuai dengan keadaan audite yang di temui pada tahap studi
pendahuluan audit. Seperti dalam kasus audit laporan keuangan, program
audit berisi seperangkat prosedeur yang di rancang untuk memperoleh
bukti yang berkaitan dengan satu tujuan atau lebih. Bukti yang di periksa
biasanya berdasarkan pada sampel data. Jadi, dalam rencana audit yang
harus di pertimbang dalam penggunaan teknik sampling statistic. Di
samping itu, auditor juga harus mengetahui apakah teknik-teknik
berbantuan computer akan efisien dari segi biaya. Perencanaan audit juga
harus mencakup pemilihan tim audit dan penjadwalan pekerjaan. Tim
audit terdiri dari auditor yang memiliki keahlian teknis yang diperlukan
untuk memenuhi tujuan-tujuan audit. Pekerjaan harus dijadwalkan melalui
konsultasi dengan audite agar ada kerja sama dari personil audite yang
maksimal selama audit.

 Melaksanakan audit ( perform audit )


Selama melaksanakan audit, auditor secara ekstensif harus mencari
fakta-fakta yang berhubungan dengan masalah yang teridentifikasikan
dalam audite selama studi pendahuluan. Pelaksanaan audit adalah
tahap yang paling memakan waktu dalam audit operasional. Tahap ini
sering kali disebut sebagai pembuatan audit yang mendalam
Dalam suatu audit operasional, auditor sangat mengandalkan
pada pengajuan pertanyaan dan pengamatan. Pendekatan yang bisa
dilakukan adalahmengembangkan kuesioner untuk audited an
menggunakannya sebagai dasar untuk mewawancari personil audite
dari pengajuan pertanyaan, auditor berharap akan memperoleh
pendapat, komentar, dan usulan untuk pemecahan masalah wawancara
yang efektif sangat penting dalam audt operasional. Melalui
pengamatan terhadap personil audite auditor berkontribusi terhadap
masala-masalah ini.

 Melaporkan temuan ( report findings )

Audit operasional serupa dengan jenis-jenis auditing lainnya karena dalam


hal produk akhir dari audit ini adalah laporan audit. Akan tetapi, ada
banyak situasi unik yang berkaitan dengan pelaporan dalam audit
operasional. Misalnya, berlawanan dengan Bahasa standar yang terdapat
pada laporan auditor dalam audit atas laporan keuangan, Bahasa laporan
dalam audit operasional bervariasi untuk setiap audite. Laporan itu harus
memuat:
1. Sebuah pernyataan dari tujuan dan ruang lingkup audit
2. Sebuah gambaran umum dari pekerjaan yang di lakukan dalam
audit
3. Sebuah ringkasan atas temuan-temuan
4. Rekomendasi-rekomendasi untuk perbaikan
5. Komentar-komentar dari audite

Konsep laporan ini biasanya di buat oleh auditor


penanggungjawab. Konsep tersebut kemudian dibahas dengan
manajer unit yang di audit. Pembahasan ini memenui beberapa
tujuan yang penting;
1) Memberikan peluang bagi auditor untuk menguji
akurasi temuan dan kelayakan rekomendasi,
2) Memungkinkan auditor untuk mendapatkan komentar
audite untuk dimasukan dalam laporan. Konsep awal ini
selanjutnya direvisi.

 Melakukan tindak lanjut

Tahap akhir atau tahap tindak lanjut dalam audit operasional adalah tahap
bagi auditor menindaklanjuti tanggapan audite terhadap laporan audit.
Idealnya, kebijakan entitas sebaiknya mengharuskan manajer unit yang di
audit untuk melaporkan laporan secara tertulis dalam selama periode
waktu yang ditetapkan. Akan tetapi, tindaklanjut ini harus mencakup
penentuan di tetapkan. Akan tetapi, tindak lanjut ini harus mencakup
penetuan kelayakan tindakan yang diambil oleh audite dalam
mengimplementasikan rekomendasi. Standar praktik IIA menyatakan
bahwa auditor internal harus menindaklanjuti untuk memastikan bahwa
tindakan yang tepat terhadap temuan laporan telah diambil. Kegagalan
auditor untuk menerima tanggapan yang tepat harus di komunikasikan
kepada manajemen senior.

B. AUDIT PEMERINTAH

Audting pemerintahan ( governmental auditing ) mencakup semua audit yang dilakukan


oleh badan audit pemerintah dan serta semua audit yang dilakukan oleh badan audit
pemerintah dan serta semua audit organisasi pemerintah. Badan audit pemerintah
meliputi

Anda mungkin juga menyukai