“Audit Internal”
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2023
1.1 Evolusi Internal Audit
Audit internal telah berkembang dari sekedar profesi yang hanya memfokuskan diri
pada masalah-masalah teknis akuntansi menjadi profesi yang memiliki orientasi
memberikan jasa bernilai tambah bagi manajemen. Pada awalnya, audit internal berfungsi
sebagai “adik” dari profesi auditor eksternal, dengan pusat perhatian pada penilaian atas
keakuratan angka-angka keuangan. Namun saat ini audit internal telah memisahkan diri
menjadi disiplin ilmu yang berbeda dengan pusat perhatian yang lebih luas. Audit internal
modern menyediakan jasa-jasa yang mencakup pemeriksaan dan penilaian atas control,
kinerja, risiko, dan tata kelola (governance) perusahaan public maupun privat.
1. Audit Internal di Abad-abad Permulaan
Sejarah audit internal menunjukkan bahwa profesi ini telah berkembang secara
sistematik, mengikuti perubahan yang terjadi di dunia usaha. Ilmu dan profesi audit internal
telah dimulai pada 3.500 Sebelum Masehi. Catatan sejarah mengenai peradaban
Mesopotamia menunjukkan adanya tanda-tanda kecil yang dibuat disamping angka-angka
transaksi-transaksi keuangan. Tanda-tanda seperti titik, tanda silang, dan tanda “ü” yang
ada pada saat itu merupakan potret dari system verifikasi yang telah dijalankan. Seseorang
menyiapkan laporan transaksi; orang lain akan memverifikasi (memeriksa) laporan
tersebut. Control internal, system verifikasi, dan konsep pembagian tugas kemungkinan
telah dilakukan pada masa-masa itu. Sejarah mencatat bahwa masyarakat Mesir, Cina,
Persia, dan Yahudi pada abad-abad permulaan juga menerapkan system yang sama.
Kedudukan seorang internal auditor juga tidak memiliki wewenang langsung terhadap
tingkatan manajemen di dalam organisasi perusahaan, kecuali pihak yang memang berada
di bawahnya dalam satuan kerja internal audit itu sendiri. Internal audit yang independen
tidak dibolehkan untuk terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan apalagi kegiatan
yang diperiksanya. Sulit bagi seorang auditor untuk memberikan penilaian yang objektif
dan independen apabila ternyata ia terlibat dalam kegiatan yang diperiksanya. Sebagai
penilai independen tentang peranan sistem manajemen mutu perusahaan, internal audit
hanya menempatkan diri sebagai narasumber dalam pembuatan konsep sistem manajemen
mutu. Pihak yang bertanggung jawab penuh dalam perancangan dan implementasi sistem
manajemen mutu adalah manajemen dan direksi. Dengan demikian penilaian internal audit
terhadap sistem manajemen mutu tetap independen dan objektif, tanpa terlibat langsung
dalam perencanaannya.
Standar Kontrol
Kegiatan audit internal haruslah membantu organisasi menerapkan kontrol yang
efektif dengan mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta mendorong perbaikan yang
terus menerus. Auditor Internal menggunakan Standar Kontrol baru 2120 oleh Standar
Praktik Profesional Audit Internal (Altamonte Springs, FL : Institut Auditor Internal,
2001), yang terbagi ke dalam 4 standar 2120 yaitu :
1.2. Model-model Kontrol Internal dan Penggunaan Model kontrol Pada Audit
Internal
Dulunya auditor menggunakan serangkaian fungsi control internal untuk menentukan
kecukupan fungsi control organisasi beberapa tahun terakhir ini muncul pertanyaan apakah
pola elemen-elemen kontrol telah memadai.
Kontrol internal memiliki banyak konsep untuk menstandarkan definisi,Committee of
Sponsoring Organization (COSO) mendefinisikan dan menjelaskan kontrol internal untuk
:
a. Menetapkan definisi yang sama untuk kelompok yang berbeda
b. Memberikan definisi standar yang bisa digunakan perusahaan sebagai
perbandingan dengan sistem kontrolnya.
Komite tersebut disingkat COSO, yang kemudian memberikan definisi berikut yang
menyatakan kontrol internal dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai
tentang pencapaian tujuan dalam hal :
a. Efektivitas dan efisiensi operasi
b. Keandalan informasi keuangan
c. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
Komite tersebut menyatakan bahwa proses kontrol dapat membantu dalam mencapai :
a. Tujuan dasar usaha dan operasional
b. Pengaman aktivitas
c. Keandalan laporan keuangan
d. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Untuk mengendalikan proses sehingga output tetap memenuhi standar yang digunakan,
ada dua elemen yang harus ditambahkan control-control dan umpan balik.
Kontrol
Pemrosesan
Masukan Keluaran
Umpan
Balik
Jadi, dalam sistem produksi:
a. Masukan terdiri dari karyawan, mesin, dan bahan mentah.
b. Pemrosesan mengubah bahan mentah menjadi produk
c. Keluaran adalah produk jadi.
d. Sistem kontrol mencakup kontrol porduksi, yang mengatur arus bahan baku dan
jasa, serta inspeksi keluaran.
e. Kontrol membandingkan keluaran dengan standar, melalui inspeksi atau
pengamatan terkomputerisasi.
f. Umpan balik mengomunikasikan varians (penyimpangan) ke elemen pemrosesan.
g. Tindakan korektif membuat pemrosesan menjadi lebih baik untuk mencapai
standar yang diinginkan.
1. Standar Umum
- Keyakinan yang wajar
- Perilaku yang mendukung
- Integritas dan kompetensi
- Tujuan kontrol
- Pengawasan kontrol
2. Standar – standar Rinci
- Dokumentasi
- Pencatatan transaksi dan kejadian dengan layak dan tepat waktu
- Otorisasi dan pelaksanaan transaksi dan kejadian
- Pembagian tugas
- Pengawasan
- Akses dan akuntabilitas ke sumber daya/ dan catatan
Kontrol umumnya membutuhkan standar – standar operasi yang berasal dari beberapa
sumber :
- Standar produksi
- Standar akuntansi biaya
- Standar tugas
- Standar industri
- Standar historis
- Standar estimasi terbaik
Standar tersebut bersifat wajar, mengandung faktor – faktor toleransi yang layak,
mencerminkan kondisi saat ini, dan akan menghasilkan tujuan yang diinginkan.
B. Karakteristik Kontrol
Audit internal dapat mengevaluasi sistem kontrol dengan menentukan kesesuaiannya
dengan kriteria yang ditetapkan. Sebuah sistem yang dapat diterima memiliki ciri –
ciri sebagai berikut :
1. Tepat waktu
Kontrol seharusnya mendeteksi penyimpangan aktual atau potensial sejak awal
untuk menghindari tindakan perbaikan yang memakan biaya.
2. Ekonomis
Kontrol harus memberikan keyakinan yang wajar dalam mencapai hasil yang
diinginkan dengan biaya minimum dan dengan efek samping yang paling rendah.
3. Akuntabilitas
Kontrol harus membantu karyawan mempertanggungjawabkan tugas yang
diberikan.
4. Fleksibilitas
Keadaan bisa berubah sewaktu – waktu.
5. Menentukan penyebab
Tindakan korektif yang diambil segera bisa dilakukan bila kontrol tidak hanya
mengidentifikasi masalah tetapi juga penyebabnya.
6. Kelayakan
Kontrol harus memenuhi kebutuhan manajemen.
7. Masalah – masalah dengan kontrol
Kontrol harus diawasi agar tetap relevan. Kontrol bisa jadi tidak merespon
kebutuhan. Akibatnya, kontrol bisa menjadi tidak produktif. Apalagi, informasi
yang diberikan kontrol bisa jadi tidak dipahami, atau bisa juga diberikan ke orang
yang tidak tepat, atau bisa juga terlalu rumit sehingga tidak bermanfaat.