Anda di halaman 1dari 16

PENGAUDITAN INTERNAL

“Audit Internal”

Disusun oleh Kelompok 1 :

Dewa Ayu Mera Hare Savitri 2102622010039/04


Ni Luh Putu Bintang Suastiari 2102622010055/20
Ni Putu Puspita Wulandari 2102622010062/27

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2023
1.1 Evolusi Internal Audit
Audit internal telah berkembang dari sekedar profesi yang hanya memfokuskan diri
pada masalah-masalah teknis akuntansi menjadi profesi yang memiliki orientasi
memberikan jasa bernilai tambah bagi manajemen. Pada awalnya, audit internal berfungsi
sebagai “adik” dari profesi auditor eksternal, dengan pusat perhatian pada penilaian atas
keakuratan angka-angka keuangan. Namun saat ini audit internal telah memisahkan diri
menjadi disiplin ilmu yang berbeda dengan pusat perhatian yang lebih luas. Audit internal
modern menyediakan jasa-jasa yang mencakup pemeriksaan dan penilaian atas control,
kinerja, risiko, dan tata kelola (governance) perusahaan public maupun privat.
1. Audit Internal di Abad-abad Permulaan
Sejarah audit internal menunjukkan bahwa profesi ini telah berkembang secara
sistematik, mengikuti perubahan yang terjadi di dunia usaha. Ilmu dan profesi audit internal
telah dimulai pada 3.500 Sebelum Masehi. Catatan sejarah mengenai peradaban
Mesopotamia menunjukkan adanya tanda-tanda kecil yang dibuat disamping angka-angka
transaksi-transaksi keuangan. Tanda-tanda seperti titik, tanda silang, dan tanda “ü” yang
ada pada saat itu merupakan potret dari system verifikasi yang telah dijalankan. Seseorang
menyiapkan laporan transaksi; orang lain akan memverifikasi (memeriksa) laporan
tersebut. Control internal, system verifikasi, dan konsep pembagian tugas kemungkinan
telah dilakukan pada masa-masa itu. Sejarah mencatat bahwa masyarakat Mesir, Cina,
Persia, dan Yahudi pada abad-abad permulaan juga menerapkan system yang sama.

2. Audit Internal di Abad-abad Pertengahan


Pada abad ke 13 dimulai pencatatan keuangan melalui system pembukuan berpasangan
(double entry) yaitu setiap transaksi dicatat pada sisi debit dan kredit. System ini
memudahkan mengawasi arus kas masuk dan kas keluar sehingga seorang auditor mudah
untuk memeriksa keuangan perusahaan maupun keuangan Negara.

3. Audit Internal di Masa Revolusi Industri


Dimulai ketika terjadi revolusi industry di Inggris, dimana perusahaan-perusahaan
mulai memperkerjakan akuntan untuk memeriksa catatan keuangannya melalui jurnal
maupun laporan keuangan dan dokumen-dokumen lainnya sebagai bahan bukti.

4. Audit Internal di Tahun-tahun Belakangan Ini


Orang-orang kaya Inggris mulai berinvestasi ke lintas Negara seperti Amerika Serikat
dan mereka menginginkan verifikasi keuangan secara independent atas investasinya
melalui aduditor-auditor dari Inggris dengan memakai metode dan prosedur audit yang bisa
diterima oleh pihak-pihak yang terkait.

5. Pencapaian Identitas Diri Auditor Internal


Selama beberapa tahun, auditor eksternal terus memberikan pengaruh terhadap
perkembangan audit Internal. Audit internal modern mulai muncul pada tahun 1941 ketika
Ikatan Auditor Internal-Institute Of Internal Auditors (IIA) dibentuk. Sejak saat itu para
auditor internal memperluas ruang lingkup audit untuk menilai semua aspek yang berkaitan
dengan operasional perusahaan. Sejak saat itu profesi auditor internal menjadi setara
dengan auditor eksternal.
1.2 Perbedaan Audit Internal dan Audit Eksternal
No Keterangan Auditor Internal Auditor Eksternal
1. Tujuan Audit Melakukan penilaian secara Memberi pendapat mengenai
independen atas aktivitas kewajaran laporan keuangan suatu
operasional perusahaan dengan organisasi
mengukur dan mengevaluasi
kecukupan kontrol serta efisiensi
dan efektifitas kinerja
perusahaan
2. Pengguna Internal perusahaan yaitu direksi Pihak ketiga, seperti para
Laporan & manajemen pemegang saham, calon investor.
3. Orientasi Masalah operasional masa lalu, Melihat catatan keuangan yang
sekarang dan yang akan datang terjadi pada periode
dengan melakukan perbaikan lalu(historical)
agar lebih baik dimasa
mendatang
4. Kualifikasi Berbagai disiplin ilmu dapat Sarjana Akuntansi
menjadi anggota internal audit.
5. Timing Kegiatan audit dilakukan Bersifat periodik biasanya
berkesinambungan. tahunan.

1.3 Sertifikasi Audit Internal


Begitu Common Body of Knowledge diterapkan, maka program sertifikasi mulai
bermunculan. Dewan Direksi melaksanakan program ini tahun 1972, dan ujian pertama
dilaksanakan pada tanggal 16 dan 17 Agustus 1974. Sekitar 7.900 auditor internal yang
berpraktik, dari 8.500 yang mendaftar, menerima gelar CIA berdasarkan ketentuan lama.
Peserta yang mendapat gelar menunjukkan bahwa mereka telah melakukan audit internal
dalam kapasitas pengambilan keputusan dan setuju untuk patuh pada Kode Etik IIA. Ujian
CIA menguji pengetahuan dan kemampuan peserta mengenai praktik audit internal saat ini.
Ujian tersebut menguji keahlian manajemen, prinsip-prinsip control manajemen,
manajemen risiko, control internal, teknologi informasi, strategi untuk mengembangkan
usaha dan tata kelola, serta topic-topik lainnya yang berkaitan. Dalam perkembangan
selanjutnya, direncanakan ujian CIA terkomputerisasi. Ujian secara elektronik
memudahkan penerjemahan dan peningkatan yang berkelanjutan atas keabsahan statistic
dari ujian. Konsep awal penyelenggaraan ujian diberika bila terdapat “permintaan,” dan
dilaksanakan di beberapa tempat di seluruh dunia.
1.4 Independensi Audit Internal
Salah satu hal yang harus diperhatikan agar suatu perusahaan dapat memiliki
departemen audit internal yang efektif adalah departemen audit internal tersebut harus
mempunyai kedudukan yang independen dalam organisasi perusahaan. Sukrisno
(2004:227), mengemukakan bahwa independensi internal auditor antara lain tergantung
pada:
1. Kedudukan Internal Audit Department (IAD) tersebut dalam organisasi
perusahaan, maksudnya kepada siapa IAD bertanggung jawab.
2. Apakah IAD dilibatkan dalam kegiatan operasional.
Jika ingin independen, departemen audit internal tidak boleh terlibat dalam kegiatan
operasional perusahaan. Misalnya tidak boleh ikut serta dalam kegiatan penjualan dan
pemasaran, penyusunan sistem akuntansi, proses pencatatan transaksi, dan penyusunan
laporan keuangan perusahaan. Kedudukan departemen internal audit di dalam perusahaan
akan menentukan tingkat kebebasannya dalam menjalankan tugas sebagai auditor.
Kedudukan ataupun status departemen audit internal dalam suatu organisasi perusahaan
mempunyai pengaruh terhadap luasnya kegiatan serta tingkat independensinya didalam
menjalankan tugasnya sebagai pemeriksa. Jadi status organisasi dari departemen audit
internal harus cukup untuk dapat menyelesaikan tanggung jawab audit. Departemen audit
internal hanyalah akan seefektif seperti yang diinginkan manajemennya jika ia bebas dari
aktivitas-aktivitas yang diauditnya. Hal ini hanya akan dapat tercapai bila departemen
audit internal mempunyai kedudukan yang memungkinkan baginya untuk
mengembangkan sikap independennya terhadap bagian-bagian lain yang harus
diperiksanya. Untuk mencapai keadaan seperti ini, maka auditor internal harus memperoleh
dukungan dari pihak manajemen dan dewan komisaris. Terdapat alternatif kedudukan
internal auditor dalam perusahaan yaitu sebagai berikut :
1. Internal auditor berada di bawah direktur keuangan.
2. Internal auditor berada di bawah direktur utama yang merupakan staf dari
direktur utama.
3. Internal auditor merupakan staf dewan komisaris.

Kedudukan seorang internal auditor juga tidak memiliki wewenang langsung terhadap
tingkatan manajemen di dalam organisasi perusahaan, kecuali pihak yang memang berada
di bawahnya dalam satuan kerja internal audit itu sendiri. Internal audit yang independen
tidak dibolehkan untuk terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan apalagi kegiatan
yang diperiksanya. Sulit bagi seorang auditor untuk memberikan penilaian yang objektif
dan independen apabila ternyata ia terlibat dalam kegiatan yang diperiksanya. Sebagai
penilai independen tentang peranan sistem manajemen mutu perusahaan, internal audit
hanya menempatkan diri sebagai narasumber dalam pembuatan konsep sistem manajemen
mutu. Pihak yang bertanggung jawab penuh dalam perancangan dan implementasi sistem
manajemen mutu adalah manajemen dan direksi. Dengan demikian penilaian internal audit
terhadap sistem manajemen mutu tetap independen dan objektif, tanpa terlibat langsung
dalam perencanaannya.

1.1. Definisi dan Standar Kontrol


Definisi Kontrol.
Menurut AICPA (Committee On Auditing Procedure) kontrol internal adalah rencana
organisasi dan semua metode yang terkoordinasi dan pengukuran-pengukuran
yangditerapkan di perusahaan untuk mengamankan aktiva, memeriksa akurasi
dankeandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasional, dan mendorong
ketaatanterhadap kebijakan manajerial yang telah ditetapkan.
Definisi Kontrol Bagi Akuntan Publik
Auditor independen di Amerika memandang definisi tersebut terlalu luas untuk tujuan
mereka, oleh karena itu kontrol internal dipecah menjadi kontrol administratif dankontrol
akuntansi. Menurut Statement of Auditing Standards atau SAS No 1:
a. Kontrol administratif mencakup tetapi tidak terbatas pada, rencana organisasi,
prosedur dan catatan yang berkaitan dengan proses pengambilan
keputusanyang tercermin dalam otorisasi manajemen atas transaksi.
b. Kontrol akuntansi terdiri atas rencana organisasi, prosedur, dan catatan yang
berkaitan dengan pengamanan aktiva dan keandalan pencatatan keuangan,
yangdirancang untuk memberikan keyakinan yang wajar bahwa,
1. Transaksi dilaksanakan sesuai dengan otorisasi umum aatu khusus
darimanajemen.
2. Transaksi dicatat untuk mdenyiapkan penyusunan laporan keuangan
sesuaidengan Prinsip Akuntansi yang diterima umum atau kriteria
lainnya yangb berlakuuntuk laopran tersebut dan untuk menjaga
akuntabilitas atas aktiva.
3. Akses terhadap aktiva hanya sesuai otorisasi manajemen.
4. Akuntabilitas yang dicatat untuk aktiva dibandingkan dengan aktiva
yangada pada periode yang wajar dan bila ada terdapat perbedaan maka
akandiambil tindakan yang tepat.
Dari definisi diatas terlihat bahwa definisi kontrol administrasif
menghubungkan kontrol tersebut dengan manajemen,sementara definisi
kontrol akuntansi tidak.
Definisi Kontrol bagi Auditor Internal
Auditor internal memandang kontrol sebagai penggunaan semua sarana perusahaan
untuk meningkatkan, mengarahkan, mengendalikan, dan mengawasi berbagai aktivitas
dengan tujuan untuk memastikan bahwa tujuan perusahaan tercapai. Sarana kontrol ini
meliputi bentuk organisasi, kebijakan, sistem, prosedur, induksi, standar, komite, bagan
akun, perkiraan, anggaran, jadwal, laporan, catatan, daftar pemeriksaan, metode, rencana
dan audit internal. Namun, bagi auditor internal kontrol akan memadai dan berguna jika
dirancang untuk mencapai suatu tujuan. Dan definisi kontrol menurut IIA (Institute of
Internal Auditors) yaitu setiap tindakan yang diambil manajemen untuk meningkatkan
kemungkinan tercapainya tujuan dan sasaran yang ditetapkan.

Standar Kontrol
Kegiatan audit internal haruslah membantu organisasi menerapkan kontrol yang
efektif dengan mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta mendorong perbaikan yang
terus menerus. Auditor Internal menggunakan Standar Kontrol baru 2120 oleh Standar
Praktik Profesional Audit Internal (Altamonte Springs, FL : Institut Auditor Internal,
2001), yang terbagi ke dalam 4 standar 2120 yaitu :

2120.A1 – Berdasarkan hasil penentuan risiko, aktivitas audit internal haruslah


mengevaluasi kecukupan dan efektivitas kontrol yang mencakup tata
kelola, operasi, dan sistem informasi organisasi.
2120.A2 – Auditor internal harus memastikan lingkup penetapan tujuan dan sasaran
operasidan program yang harus sesuai dengan tujuan organisasi secara
keseluruhan.
2120.A3 – Auditor internal harus menelaah operasi dan program untuk
memastikan kesesuaian hasil dengan tujuan dan sasaran guna menentukan
apakah operasi dan program dilaksanakan sesuai yang diinginkan.
2120.A4 – Kriteria yang memadai diperlukan untuk mengevaluasi kontrol. Auditor
internal harus memastikan bahwa manajemen telah menetapkan kriteria
yang memadai untuk menentukan pencapaian tujuan dan sasaran.
2120.A4-1. Practice Advisory melengkapi standar ini untuk kriteria-kriteria kontrol
dan memberikan lebih banyak ketentuan khusus
Terdapat standar operasional yang merupakan elemen-elemen kunci dalam proses
kontrol, yaitu standar menentukan jenis kinerja yang diharapkan. Selain standar operasi
yang merupakan bagian dari system kontrol, terdapat kerangka standar yang harus diikuti
system kontrol itu sendiri. Standar-standar tersebut adalah :
a. Standar-standar Umum, meliputi :
Keyakinan yang Wajar : Kontrol harus memberikan keyakinan yang wajar
bahwa tujuan kontrol internal akan dicapai.
Perilaku yang Mendukung : Manajer dan karyawan harus memiliki perilaku
yang mendukung kontrol internal.
Integritas dan Kompetensi : Orang-orang yang terlibat dalam pengoperasian
kontrol internal harus memiliki tingkat
profesionalitas, integritas pribadi dan
kompetensi yang memadai untuk melaksanakan
kontrol guna mencapai tujuan kontrol internal.
Tujuan Kontrol : Tujuan kontrol yang spesifik, komprehensif, dan wajar harus
ditetapkan untuk setiap aktivitas organisasi.
Pengawasan Kontrol : Manajer harus terus menerus mengawasi keluaran yang
dihasilkan oleh system kontrol mengambil langkah-
langkah tepat terhadap penyimpangan yang
memerlukan tindakan tersebut.
b. Standar-standar Rinci
Dokumentasi : Struktur, semua transaksi, dan kejadian signifikan harus
didokumentasikan dengan baik. Dokumentasi tersebut harus
siap tersedia.
Pencatatan Transaksi dan Kejadian dengan Layak Dan TepatWaktu
Otorisasi dan Pelaksanaan Transaksi dan Kejadian : Transaksi dan kejadian
harus diotorisasi dan dilaksanakan oleh orang yang bertugas
untuk itu.
Pembagian Tugas : Otorisasi, pemrosesan, pencatatan dan pemeriksaan
transaksi harus dipisahkan ke masing-masing individu
(dan unit).

1.2. Model-model Kontrol Internal dan Penggunaan Model kontrol Pada Audit
Internal
Dulunya auditor menggunakan serangkaian fungsi control internal untuk menentukan
kecukupan fungsi control organisasi beberapa tahun terakhir ini muncul pertanyaan apakah
pola elemen-elemen kontrol telah memadai.
Kontrol internal memiliki banyak konsep untuk menstandarkan definisi,Committee of
Sponsoring Organization (COSO) mendefinisikan dan menjelaskan kontrol internal untuk
:
a. Menetapkan definisi yang sama untuk kelompok yang berbeda
b. Memberikan definisi standar yang bisa digunakan perusahaan sebagai
perbandingan dengan sistem kontrolnya.
Komite tersebut disingkat COSO, yang kemudian memberikan definisi berikut yang
menyatakan kontrol internal dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai
tentang pencapaian tujuan dalam hal :
a. Efektivitas dan efisiensi operasi
b. Keandalan informasi keuangan
c. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
Komite tersebut menyatakan bahwa proses kontrol dapat membantu dalam mencapai :
a. Tujuan dasar usaha dan operasional
b. Pengaman aktivitas
c. Keandalan laporan keuangan
d. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Model-model Kontrol Internal menurut COSO


Model komponen internal control yang diterapkan oleh COSO (Committee of
Sponsoring Organizations) terdiri dari 5 yaitu :
1. Lingkungan Pengendalian (The Control Environment)
Komponen ini meliputi sikap manajemen disemua tingkatan terhadap operasi
secara umum dan konsep control secara khusus. Hal ini mencakup, etika,
kompetensi, serta integritas dan kepentingan terhadap kesejahteraan organisasi.
Juga tercakup struktur organisasi serta kebijakan dan filosofi manajemen.
2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Komponen ini telah menjadi bagian dari aktivitas audit internal yang terus
berkembang. Penentuan risiko mencakup penentuan risiko disemua aspek
organisasi dan penentuan kekuatan organisasi melalui risiko. COSO juga
menambahkan pertimbangan tujuan disemua bidang operasi untuk memastikan
bahwa semua bagian organiasi bekerja secara harmonis.
3. Kegiatan Pengendalian (Control Activities)
Komponen ini mencakup aktivitas-aktivitas yang dulunya dikaitkan dengan
konsep kontrol internal. Aktivitas-aktivitas ini meliputi persetujuan, tanggumg
jawab dan kewenangan, pemisahan tugas, pendokumentasian, rekonsiliasi,
karyawan yang kompeten dan jujur, pemeriksaan interbal dan audit internal.
Aktivitas-aktivitas ini harus dievaluasi risikonya untuk organisasi secara
keseluruhan.
4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Komponen ini merupakan bagian penting dari proses manajemen. Manajemen
tidak dapat berfungsi tanpa informasi. Komunikasi informasi tentang operasi
kontrol internal memberikan substansi yang dapat digunakan manajemen untuk
mengevaluasi efektivitas control dan mengelola operasinya.
5. Pengawasan
Pengawasan merupakan evaluasi rasioanal yang dinamis atas informasinya
yang diberikan pada komunikasi informasi untuk tujuan manajemen control.
Penggunaan Model Kontrol pada Audit Internal
Kedua model kontrol memiliki apa yang disebut “perangkat lunak.” Kontrol jenis ini
tidak ditandai dengan aktivitas atau prosedur khusus yang bisa diobservasi dan diuji secara
teratas. Kontrol lunak lebih berhubungan dengan sikap dan filosofi. Akan tetapi, kedua
jenis kontrol memiliki risiko yang dapat dijelaskan dan diukur kemungkinan terjadi dan
signifikansinya bila terjadi. Kombinasi kedua hal ini bisa disebut kerawanan. Jadi, bila
situasi tersebut dirumuskan maka akan terlihat sebagai berikut:
PxS=V
P = Kemungkinan Terjadi (Potential Occurrence)
S = Signifikansi (Significance)
V = Kerawanan (Vulnerability)

1.3. Elemen-Elemen Sistem Kontrol


Sarana kontrol meliputi orang, peraturan, anggaran, jadwal, dan analisis komponen-
komponen lainnya. Bila digabungkan, elemen-elemen ini akna membentuk sistem kontrol.
Sistem tersebut dapat memiliki subsistem-subsistem dan bisa juga menjadi bagian dari
sistem yang lebih besar, semua sistem itu beroperasi secara harmonis untuk memenuhi
satu atau lebih tujuan bersama. Sistem tersebut bbisa berbentuk tertutup atau terbuka.
Sebuah sistem tertutup (closed system) tidak berinteraksi dengan lingkungan; sedangkan
sistem terbuka (open system) memiliki interaksi. Sistem tertutup jarang di gunakan-
namun sejak komputer digunakan secara luas, sistem ini jadi sering digunakan. Auditor
internal akan berhubungan dengan kedua sistem meskipun mereka tidak dapat
mengabaikan dampak lingkungan pada sistem kontrol terbuka.
Sistem usaha biasanya lebih kompleks, namun cara kerjanya tetap sama. Sistem
lingkaran tertutup yang lebih umum, seperti sistem pemesanan ulang persediaan, diseut
sistem umpan balik (feedback system). Seperti halnya yang berlaku pada termostat,
keluaran (dalam hal ini lingkungan) dibandingkan dengan suatu standar sehingga
diperoleh respon yang tepat. Semua sistem operasi memiliki bagian-bagian dasar yang
terdiri atas masukan (input), pemrosesan (processing), dan keluaran (output).

Masukan Pemrosesan Keluaran

Untuk mengendalikan proses sehingga output tetap memenuhi standar yang digunakan,
ada dua elemen yang harus ditambahkan control-control dan umpan balik.

Kontrol
Pemrosesan
Masukan Keluaran

Umpan
Balik
Jadi, dalam sistem produksi:
a. Masukan terdiri dari karyawan, mesin, dan bahan mentah.
b. Pemrosesan mengubah bahan mentah menjadi produk
c. Keluaran adalah produk jadi.
d. Sistem kontrol mencakup kontrol porduksi, yang mengatur arus bahan baku dan
jasa, serta inspeksi keluaran.
e. Kontrol membandingkan keluaran dengan standar, melalui inspeksi atau
pengamatan terkomputerisasi.
f. Umpan balik mengomunikasikan varians (penyimpangan) ke elemen pemrosesan.
g. Tindakan korektif membuat pemrosesan menjadi lebih baik untuk mencapai
standar yang diinginkan.

Sistem lingkaran tertutup (close-loop system) – jangan disamakan dengan sistem


terbuka – sesuai dengan pandangan manajemen klasik tentang kontrol untuk meyakinkan
bahwa tujuan telah tercapai. Oleh karena itu, kontrol terdiri atas keseluruhan usaha untuk
mencapai hasil yang sesuai dengan rencana, untuk meyakinkan bahwa tujuan telah tercapai.

1.4 Standar-Standar Kontrol Internal, Karakteristik Kontrol dan Sarana untuk


Mencapai Kontrol
A. Standar-Standar Kontrol
Terdapat kerangka standar yang harus diikuti sistem kontrol :

1. Standar Umum
- Keyakinan yang wajar
- Perilaku yang mendukung
- Integritas dan kompetensi
- Tujuan kontrol
- Pengawasan kontrol
2. Standar – standar Rinci
- Dokumentasi
- Pencatatan transaksi dan kejadian dengan layak dan tepat waktu
- Otorisasi dan pelaksanaan transaksi dan kejadian
- Pembagian tugas
- Pengawasan
- Akses dan akuntabilitas ke sumber daya/ dan catatan
Kontrol umumnya membutuhkan standar – standar operasi yang berasal dari beberapa
sumber :
- Standar produksi
- Standar akuntansi biaya
- Standar tugas
- Standar industri
- Standar historis
- Standar estimasi terbaik

Standar tersebut bersifat wajar, mengandung faktor – faktor toleransi yang layak,
mencerminkan kondisi saat ini, dan akan menghasilkan tujuan yang diinginkan.
B. Karakteristik Kontrol
Audit internal dapat mengevaluasi sistem kontrol dengan menentukan kesesuaiannya
dengan kriteria yang ditetapkan. Sebuah sistem yang dapat diterima memiliki ciri –
ciri sebagai berikut :
1. Tepat waktu
Kontrol seharusnya mendeteksi penyimpangan aktual atau potensial sejak awal
untuk menghindari tindakan perbaikan yang memakan biaya.
2. Ekonomis
Kontrol harus memberikan keyakinan yang wajar dalam mencapai hasil yang
diinginkan dengan biaya minimum dan dengan efek samping yang paling rendah.
3. Akuntabilitas
Kontrol harus membantu karyawan mempertanggungjawabkan tugas yang
diberikan.
4. Fleksibilitas
Keadaan bisa berubah sewaktu – waktu.
5. Menentukan penyebab
Tindakan korektif yang diambil segera bisa dilakukan bila kontrol tidak hanya
mengidentifikasi masalah tetapi juga penyebabnya.
6. Kelayakan
Kontrol harus memenuhi kebutuhan manajemen.
7. Masalah – masalah dengan kontrol
Kontrol harus diawasi agar tetap relevan. Kontrol bisa jadi tidak merespon
kebutuhan. Akibatnya, kontrol bisa menjadi tidak produktif. Apalagi, informasi
yang diberikan kontrol bisa jadi tidak dipahami, atau bisa juga diberikan ke orang
yang tidak tepat, atau bisa juga terlalu rumit sehingga tidak bermanfaat.

C. Sarana Untuk Mencapai Kontrol


Sarana operasional yang dapat digunakan manajer untuk mengendalikan fungsi di
dalam perusahaan adalah :
1) Organisasi
Organisasi sebagai sarana kontrol merupakan struktur peran yang disetujui untuk
orang – orang di dalam perusahaan sehingga perusahaan dapat mencapai
tujuannya secara efisien dan ekonomis.
2) Kebijakan
Suatu kebijakan adalah pernyataan prinsip yang membutuhkan, menjadi
pedoman, atau membatasi tindakan.
3) Prosedur
Prosedur adalah sarana yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas sesuai
dengan kebijakan yang telah diterapkan.
4) Personalia
Orang – orang yang dipekerjakan atau ditugaskan harus memiliki kualifikasi
untuk melaksanakan tugas yang diberikan. Bentuk kontrol terbaik disamping
kinerja masing – masing individu adalah supervisi.
5) Akuntansi
Akuntansi merupakan sarana yang sangat penting untuk kontrol keuangan pada
aktivitas dan sumber daya. Akuntansi merupakan “penjaga gawang” keuangan
dalam organisasi.
6) Penganggaran
Penganggaran adalah sebuah pernyataan hasil – hasil yang diharapkan yang
dinyatakan dalam bentuk numerik.
7) Pelaporan
Manajemen berfungsi dan membuat keputusan berdasarkan laporan yang
diterima. Oleh karena itu, laporan haruslah tepat waktu, akurat, bermakna, dan
ekonomis.

1.5 Laporan Auditor Internal tentang Kontrol dan Audit Kontrol


1) Laporan harus merinci tujuan dan lingkup pemeriksaan dan harus akurat, objektif, jelas,
singkat, onstruktif, lengkap, dan tepat waktu
2) Laporan harus merinci kekuatan dan kelemahan filosofi dan fungsi kontrol internal
3) Laporan Harus mengungkapkan ketidaktaatan dengan standar
4) Berisi saran tindakan perbaikan yang dapat diambil untuk menyelesaikan kelemahan
fungsional
5) Laporan harus menyebutkan tindakan korektif yang telah atau belum diambil menyusul
rekomendasi audit dalam audit sebelumya, dan pernyataan tentang risiko dan
kerawanan yang mungkin timbul bila tindakan korektif tidak dilakukan
6) Bahan-bahan penyusunan laporan berasal dari Control SelfAssessment yang dilakukan
manajemen pada berbagai tingkatan dan dari pegawai nonmanajerial yang bisa
memberikan lebih banyak fakta untuk dimasukkan ke dalam laporan.
7) Pihak yang menerima laporan ringkas adalah komite audit organsasi dan pihak-pihak
yang berkepentingan lainnya.
8) Kepala eksekutif audit akan memberikan laporan tindak lanjut ke komite audit
1.6 Artikel Penelitian Terkait dengan Kontrol
Kelompok kami memilih artikel dari internet dengan judul “PENGARUH INTERNAL
KONTROL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR PENCEGAHAN FRAUD SEBAGAI VARIABEL INTERVENING”

Laporan kinerja perusahaan yang tergambarkan dalam laporan keuangan


perusahaan dan diterbitkan ke publik adalah informasi dan sinyal bagi investor untuk
berinvestasi pada suatu perusahaan tersebut. Oleh karena itu, manajemen perusahaan
timbul keinginan dan termotivasi untuk melaporkan laporan kinerja perusahaan bahwa
kondisi keuangan perusahaan dalam keadaan sehat dengan tujuan untuk menarik
investor berinvestasi. Namun, apabila perusahaan mengalami kondisi tidak sehat atau
tidak berada dalam kondisi baik (financial stress maka manajemen perusahaan berusaha
melaporkan laporan kinerja perusahaan dalam kondisi yang sehat walau kenyataan
perusahaan tersebut dalam kondisi buruk. Tindakan semacam ini dikenal sebagai
tindakan kecurangan atau fraud dalam pelaporan keuangan.Fraud mengakibatkan
asimetri informasi jika manajemen tidak secara penuh menyampaikan semua informasi
yang diperoleh tentang semua hal yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan ataupun
jika ada penyelewengan dalam pelaporan laporan keuangan yang tidak berstandar
umum kepada publik. Sebagai contoh yaitu terungkapnya kasus fraud di Indonesia,
Tuanakotta (2010) menyatakan pada kasus fraud laporan keuangan di PT. Kimia Farma
yang bergerak di bidang farmasi dan sudah menjadi perusahaan publik sejak 2001 di
Bursa Efek Jakarta (BEJ). Manajemen PT. Kimia Farma mengelembungkan laba bersih
pada laporan keuangan PT. Kimia Farma senilai Rp. 36 milyar, hal tersebut merugikan
investor. Nilai harga saham turun drastis ketika kesalahan tersebut terungkap di publik.
Selain kasus fraud di atas terdapat beberapa kasus fraud yang lain yang terjadi di
Indonesia.
Kasus-kasus fraud ini akan berkurang apabila tindakan pencegahan fraud (fraud
prenvention) dilakukan sedini mungkin dengan memaksimalkan fungsi internal control
perusahaan. Gusnardi (2012) meneliti perusaahaan BUMN dan Kementrian di
Indonesia yang melakukan tindakan fraud. Gusnardi menyimpulkan bahwa terjadinya
fraud pada perusahaan akibat lemahnya internal audit, internal control dan komite audit
atas pencegahan fraud (fraud prevention), hal yang sama dilakukan oleh Bell dan
Carcello (2000). Namun dalam penelitian Kartini (2012) yang melakukan penelitian
pada Instansi Pemerintah Proviinsi Sulawesi Selatan terdapat perbedaan dengan
penelitian Gusnardi, Bell dan Carcello. Pada penelitian Kartini menyimpulkan bahwa
tidak terdapat pengaruh langsung dan signifikan antara internal control terhadap fraud
prevention, dantidak terdapat pengaruh langsung dan signifikan antara internal auditor
terhadap fraud prevention, tetapi Kartini menyarankan untuk penguatan secara
bersamasama antara internal control, internal auditor, dan akuntanbilitas dalam rangka
fraudprevention pada Instansi Pemerintahan Provinsi di Sulawesi Selatan. Dengan
demikian, seberapa seberapa jauh relavansi atau kegunaan internal control terhadap
pencegahan fraud di indonesia atas informasi laporan keuangan yang merupakan sinyal
bagi investor dalam berinvestasi.
Auditor berkewajiban untuk mendeteksi fraud pada manajemen perusahaan.
Seperti yang termaktub di laporan standar auditing yaitu AICPA Statementparagraph
.08 dan SAS No.53. yang menyatakan bahwa seorang auditor memberikan pernyataan
atas material fraud dalam laporan keuangan yang telah terdeteksi dan menyatakan
bahwa auditor bertanggung jawab mendeteksi dan melaporkan kesalahan yang tidak
sesuai aturan peyusunan laporan keuangan berlaku umum. Hal serupa sesuai dengan
peraturan Kementrian Keuangan RI Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Nomor KEP-554/ BL / 2010 tentang pedoman penyajian laporan keuangan
menunjukkan bahwa PSAK yang telah diterbitkan oleh DSAK-IAI merupakan
pedoman umum penyusunan laporan keuangan Emiten dan Perusahaan Publik; dan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/14/PBI/2012 tentang transparasi laporan
keuangan perusahaan, dimana perusahaan wajib menyusun laporan keuangan
perusahaan sesuai dengan laporan keuangan yang berlaku umum untuk pencegahan
asimetri informasi di kemudian hari.Akan tetapi, laporan keuangan terkadang yang
dihasilkan belum memuaskan bagi pengguna laporan keuangan.Haliah (2013) meneliti
pada Pemda Provinsi Sulawesi Selatan tentang kualitas informasi laporan keuangan
pemerintah daerah Sulawesi Selatan dan faktor yang mempengaruhinya.
Penelitian ini mengangkat masalah penilaian kinerja perusahaan sebagai akibat
internal control untuk menanggulangi fraud. Rumusan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut : Apakah internal control memiliki pengaruh terhadap kinerja
perusahaan baik langsung maupun tidak langsung melalui pencegahan fraud sebagai
intervening. Dan adapun tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh internal
control terhadap kinerja baik langsung maupun tidak langsung melalui pencegahan
fraud dalam perusahaan.
Salah satu informasi penting dari laporan keuangan yang sering digunakan
investor sebagai determinasi utama pengambilan keputusan investasi adalah kinerja
perusahaan.Kinerja perusahaan ini mencerminkan kekuatan perusahaan yang angka-
angkanya diambil dari laporan keuangan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Pargh.
17 (IAI 2009) informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan untuk
menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa
depan. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam
menghasilkan arus kas dan sumber daya yang ada.Disamping itu, informasi tersebut
juga berguna dalam perumusan pertimbangan tentang efektifitas perusahaan dalam
memanfaatkan sumber daya.
Teori signaling menjelaskan bagaimana manajemen meyampaikan informasi
atau sinyalsinyal keberhasilan atau kegagalan kepada pemilik ataupun investor. Teori
signalingmenunjukkan adanya asimetri informasi antara pihak manajemen perusahaan
dengan pengguna laporan keuangan yang berkepentingan dengan informasi tersebut.
Menurut Jama’an (2008) teori signaling mengemukakan bagaimana seharusnya
perusahaan memberikan sinyal di laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi yang
dapat menggambarkan seluruh kegiatan menajemen dalam menjalankan fungsinya
sebagai pengelola perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan,yaitu memakmurkan
pemilik (pemegang saham) atau investor.
Teori signaling juga menangani masalah-masalah asimetri informasi di pasar.
Teori Signaling memperlihatkan bagaimana asimetri informasi dapat diperkecil oleh
beberapa signal informasi lainnya, Morris, (1987). Asimetri informasi terjadi bukan
hanya pada pasar modal tetapi juga terjadi pada setiap pasar. Morris (1987) berasumsi
bahwa manajemen perusahaan dapat melakukan asimetri informasi yang menyebabkan
biaya kesempatan atas kegiatan terdahulu, yaitu dengan cara meningkatkan nilai ekuitas
dan hutang yang berakibat kurang bayar atas ekuitas perusahaan yang bertujuan untuk
perusahaan menarik investor dari pasar modal. Dengan kata lain, bahwa asimetri
informasi memberikan dampak terjadinya peningkatan biaya yang dikemudian hari.
Teori signaling memberikan penjelasan tentang sinyal pasar yang datang dari
penjual dengan bentuk informasi yang diberikan dan informasi ini akan direspon oleh
pembeli. Hal ini juga berlaku bagi pasar modal dimana manajemen perusahaan
memberikan sinyal kepada investor dalam bentuk laporan keuangan yang dimana
laporan keuangan merupakan gambaran laporan kinerja perusahaan. Morris (1987)
menjelaskan tentang teori signaling dari informasi bahwa Informasi tersebut akan
mengalami asimetri informasi apabila terjadi perbedaan antara kedua belah pihak, maka
untuk memperkecil terjadinya asimetri informasi diperlukan informasi yang lain untuk
itu diperlukan adanya internal control unuk memperkecil asimerti informasi ini.
KESIMPULAN
Audit internal telah berkembang dari sekedar profesi yang hanya memfokuskan diri pada
masalah-masalah teknis akuntansi menjadi profesi yang memiliki orientasi memberikan jasa
bernilai tambah bagi manajemen. Pada awalnya, audit internal berfungsi sebagai “adik” dari
profesi auditor eksternal, dengan pusat perhatian pada penilaian atas keakuratan angka-angka
keuangan. Namun saat ini audit internal telah memisahkan diri menjadi disiplin ilmu yang
berbeda dengan pusat perhatian yang lebih luas. Sejak saat itu para auditor internal memperluas
ruang lingkup audit untuk menilai semua aspek yang berkaitan dengan operasional perusahaan.
Jika ingin independen, departemen audit internal tidak boleh terlibat dalam kegiatan
operasional perusahaan. Kedudukan departemen internal audit di dalam perusahaan akan
menentukan tingkat kebebasannya dalam menjalankan tugas sebagai auditor. Kedudukan
ataupun status departemen audit internal dalam suatu organisasi perusahaan mempunyai
pengaruh terhadap luasnya kegiatan serta tingkat independensinya didalam menjalankan
tugasnya sebagai pemeriksa. Hal ini hanya akan dapat tercapai bila departemen audit internal
mempunyai kedudukan yang memungkinkan baginya untuk mengembangkan sikap
independennya terhadap bagian-bagian lain yang harus diperiksanya. Untuk mencapai keadaan
seperti ini, maka auditor internal harus memperoleh dukungan dari pihak manajemen dan
dewan komisaris. Internal audit yang independen tidak dibolehkan untuk terlibat dalam
kegiatan operasional perusahaan apalagi kegiatan yang diperiksanya. Dengan demikian
penilaian internal audit terhadap sistem manajemen mutu tetap independen dan objektif, tanpa
terlibat langsung dalam perencanaannya..
Daftar Pustaka

Wahyuni, S. (2017, Agustus 3). AUDIT INTERNAL: SEJARAH, PERKEMBANGAN, DAN


GAMBARAN UMUM. Retrieved from Wordpress:
https://snowahyuni.wordpress.com/2017/08/03/audit-internal-sejarah-perkembangan-
dan-gambaran-
umum/#:~:text=Evolusi%20dan%20Sejarah%20Perkembangan%20Internal%20Audit
%20Audit%20internal,memiliki%20orientasi%20memberikan%20jasa%20bernilai%2
0tambah%20bagi%20m
Supriadi, S. (2017, Oktober 23). Modul Pengauditan Internal : “Model-model Kontrol
Internal”. Hal. 10–16. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Pradnya, I. (2015). audit internal kontrol. 11-13.
Mahputera. (2019). PENGARUH INTERNAL KONTROL TERHADAP KINERJA
PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR PENCEGAHAN FRAUD
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING. Journal of Economic, Public, and Accounting
(JEPA), 1-8.

Anda mungkin juga menyukai