Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN

GAMBARAN UMUM AUDIT INTERNAL

OLEH KELOMPOK 14:

1. I GEDE ANDRE PRATAMA 25/2002622010115

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2022/2023
 Evolusi dan Sejarah Perkembangan Internal Audit

Audit internal telah berkembang dari sekedar profesi yang hanya


memfokuskan diri pada masalah-masalah teknis akuntansi menjadi profesi
yang memiliki orientasi memberikan jasa bernilai tambah bagi manajemen.
Pada awalnya, audit internal berfungsi sebagai “adik” dari profesi auditor
eksternal, dengan pusat perhatian pada penilaian atas keakuratan angka-angka
keuangan. Namun saat ini audit internal telah memisahkan diri menjadi
disiplin ilmu yang berbeda dengan pusat perhatian yang lebih luas. Audit
internal modern menyediakan jasa-jasa yang mencakup pemeriksaan dan
penilaian atas control, kinerja, risiko, dan tata kelola (governance)
perusahaan public maupun privat.

 Audit Internal di Abad-abad Permulaan

Sejarah audit internal menunjukkan bahwa profesi ini telah berkembang


secara sistematik, mengikuti perubahan yang terjadi di dunia usaha. Ilmu dan
profesi audit internal telah dimulai pada 3.500 Sebelum Masehi. Catatan
sejarah mengenai peradaban Mesopotamia menunjukkan adanya tanda-tanda
kecil yang dibuat disamping angka-angka transaksi-transaksi keuangan.
Tanda-tanda seperti titik, tanda silang, dan tanda “ü” yang ada pada saat itu
merupakan potret dari system verifikasi yang telah dijalankan. Seseorang
menyiapkan laporan transaksi; orang lain akan memverifikasi (memeriksa)
laporan tersebut. Control internal, system verifikasi, dan konsep pembagian
tugas kemungkinan telah dilakukan pada masa-masa itu. Sejarah mencatat
bahwa masyarakat Mesir, Cina, Persia, dan Yahudi pada abad-abad
permulaan juga menerapkan system yang sama.

 Audit Internal di Abad-abad Pertengahan

Pada abad ke 13 dimulai pencatatan keuangan melalui system pembukuan


berpasangan (double entry) yaitu setiap transaksi dicatat pada sisi debit dan
kredit. System ini memudahkan mengawasi arus kas masuk dan kas keluar
sehingga seorang auditor mudah untuk memeriksa keuangan perusahaan
maupun keuangan Negara.
 Audit Internal di Masa Revolusi Industri

Dimulai ketika terjadi revolusi industry di Inggris, dimana perusahaan-


perusahaan mulai memperkerjakan akuntan untuk memeriksa catatan
keuangannya melalui jurnal maupun laporan keuangan dan dokumen-
dokumen lainnya sebagai bahan bukti.

 Audit Internal di Tahun-tahun Belakangan Ini

Orang-orang kaya Inggris mulai berinvestasi ke lintas Negara seperti


Amerika Serikat dan mereka menginginkan verifikasi keuangan secara
independent atas investasinya melalui aduditor-auditor dari Inggris dengan
memakai metode dan prosedur audit yang bisa diterima oleh pihak-pihak
yang terkait.

 Pencapaian Identitas Diri Auditor Internal

Selama beberapa tahun, auditor eksternal terus memberikan pengaruh


terhadap perkembangan audit Internal. Audit internal modern mulai muncul
pada tahun 1941 ketika Ikatan Auditor Internal-Institute Of Internal
Auditors (IIA) dibentuk. Sejak saat itu para auditor internal memperluas
ruang lingkup  audit untuk menilai semua aspek yang berkaitan dengan
operasional perusahaan. Sejak saat itu profesi auditor internal menjadi setara
dengan auditor eksternal.
 Perbedaan Antara Audit Internal dan Audit Eksternal

Perbedaan auditor internal dengan auditor eksternal diantaranya dapat dilihat


tabel dibawah ini :

NO KETERANGAN AUDITOR INTERNAL AUDITOR EKSTERNAL

Melakukan penilaian secara


independent atas aktivitas
Memberi
operasional perusahaan dengan
pendapat  mengenai
1. Tujuan Audit mengukur dan mengevaluasi
kewajaran laporan
kecukupan kontrol serta
keuangan suatu organisasi.
efisiensi dan efektifitas kinerja
perusahaan

Pihak ketiga, seperti para


Internal perusahaan yaitu
2. Pengguna Laporan pemegang saham, calon
direksi & manajemen
investor.

Masalah operasional masa lalu,


sekarang dan yang akan datang Melihat catatan keuangan
3. Orientasi dengan melakukan perbaikan yang terjadi pada periode
agar lebih baik dimasa lalu(historical)
mendatang

Berbagai disiplin ilmu dapat


4. Kualifikasi Sarjana Akuntansi
menjadi anggota internal audit.

Kegiatan audit dilakukan Bersifat periodik biasanya


5. Timing
berkesinambungan. tahunan.
 Sertifikasi Audit Internal

Begitu Common Body of Knowledge diterapkan, maka program sertifikasi


mulai bermunculan. Dewan Direksi melaksanakan program ini tahun 1972,
dan ujian pertama dilaksanakan pada tanggal 16 dan 17 Agustus 1974.

Sekitar 7.900 auditor internal yang berpraktik, dari 8.500 yang mendaftar,
menerima gelar CIA berdasarkan ketentuan lama. Peserta yang mendapat
gelar menunjukkan bahwa mereka telah melakukan audit internal dalam
kapasitas pengambilan keputusan dan setuju untuk patuh pada Kode Etik IIA.
Ujian CIA menguji pengetahuan dan kemampuan peserta mengenai praktik
audit internal saat ini. Ujian tersebut menguji keahlian manajemen, prinsip-
prinsip control manajemen, manajemen risiko, control internal, teknologi
informasi, strategi untuk mengembangkan usaha dan tata kelola, serta topic-
topik lainnya yang berkaitan.

Dalam perkembangan selanjutnya, direncanakan ujian CIA terkomputerisasi.


Ujian secara elektronik memudahkan penerjemahan dan peningkatan yang
berkelanjutan atas keabsahan statistic dari ujian. Konsep awal
penyelenggaraan ujian diberika bila terdapat “permintaan,” dan dilaksanakan
di beberapa tempat di seluruh dunia.

 Independensi Dalam Audit Internal

Independensi, satu kata sifat yang wajib melekat pada setiap diri auditor.
Telah diatur dalam kode etik profesi bahwa setiap auditor harus memiliki
independensi dalam fakta maupun dalam penampilan.

Menurut definisi yang disusun oleh Institute of Internal Audit (IIA), Internal
audit adalah aktivitas independen, keyakinan obyektif dan konsultasi yang
dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan operasi
organisasi. Audit tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya dengan
menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi
dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko, kecukupan
pengendalian dan proses tata kelola.

Independensi merupakan poin penting yang harus disorot dalam definisi


internal audit. Seorang auditor internal harus memiliki sifat independen dan
objektif dalam melakukan pekerjaannya. Independen disini diartikan
sebagai kondisi bebas dari situasi yang dapat mengancam kemampuan
aktivitas auditor internal untuk dapat melaksanakan tanggung jawabnya
secara tidak memihak (IIA). Dalam melaksanakan tugasnya seorang auditor
internal harus didukung oleh seluruh manajemen senior dan dewan
komisaris agar independensinya dapat terjaga. Dukungan dari seluruh
manajemen dan dewan komisaris dapat membantu auditor internal dalam
melakukan tugasnya dan mengungkapkan pemikirannya sesuai dengan
standar audit yang berlaku.

Secara ideal, auditor internal dikatakan independen apabila dapat


melaksanakan tugasnya secara bebas dan obyektif. Seorang auditor internal
mengandalkan kebebasannya untuk melaksanakan tugasnya dengan tidak
berpihak dan objektif. Independensi dan objektivitas merupakan dua hal
yang tidak dapat dipisahkan dalam internal audit. Auditor internal dapat
bersikap objektif dengan mengandalkan independensinya. Demikian juga,
sikap objektif mencerminkan independensi dari seorang auditor internal.

Independensi dan objektivitas seorang auditor diatur dalam International


Standards for the Professional Practice of Internal Auditing 1100. Dalam
standar internasional tersebut dijelaskan bahwa apabila independensi atau
objektivitas dari seorang auditor terkendala, maka detail dari kendala
tersebut harus disampaikan kepada pihak yang berwenang. Termasuk
didalamnya dijelaskan bahwa seorang auditor internal harus menolak
melaksanakan penugasan penilaian kegiatan yang pada masa sebelumnya
pernah menjadi tanggung jawabnya. Sementara itu, objektivitas auditor
internal dianggap terkendala apabila auditor memberikan jasa asurans atas
kegiatan yang pernah menjadi tanggung jawabnya pada tahun sebelumnya.

Salah satu hal yang harus diperhatikan agar suatu perusahaan dapat
memiliki departemen audit internal yang efektif adalah departemen audit
internal tersebut harus mempunyai kedudukan yang independen dalam
organisasi perusahaan.
Dalam praktek sehari-hari, independensi tidak semudah teori yang dipelajari
selama perkuliahan. Kondisi dan permasalahan yang dihadapi dilapangan
membuat auditor internal bisa saja mempertaruhkan independensinya.
Pertimbangan pertama yang dipikirkan oleh auditor internal adalah
organisasi atau perusahaan tempat dia bekerja tentu saja merupakan sumber
penghasilannya. Sehingga auditor internal mempunyai ketergantungan
kepada organisasinya sebagai pemberi kerja. Meskipun diatas kertas auditor
internal menandatangani surat independensi, namun pada kenyataannya
independensi secara individu masih dipertanyakan.

Pengaruh atau intervensi terhadap independensi dari seorang auditor dapat


berasal dari manajemen atau dari dalam internal auditor itu sendiri. Sebagai
contoh ketika direktur perusahaan membatasi ruang lingkup dari
pemeriksaan, hal tersebut merupakan pembatasan terhadap independensi
auditor internal. Kondisi lain yang berpotensi mempengaruhi independensi
dari auditor internal adalah banyaknya pihak yang mempunyai kepentingan
berbeda di dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Independensi,
integritas serta tanggung jawab seorang auditor internal terhadap profesinya
dan masyarakat akan dipertaruhkan dengan menempatkan auditor internal
sebagai bagian dari kepentingan manajemen internal organisasi. Sebagai
contoh dari intervensi terhadap independensi seorang auditor internal adalah
ketika seorang auditor internal suatu bank memiliki kewajiban melaporkan
hasil audit kepada Bank Indonesia secara periodik. Itu berarti laporan
tersebut akan berpotensi dipengaruhi oleh kepentingan manajemen bank
yang bersangkutan agar tidak membawa dampak “merepotkan” manajemen
karena adanya sanksi dari Bank Indonesia.
Pentingnya independensi dalam diri auditor serta terdapatnya pengaruh atau
intervensi terhadap independensi seorang auditor membuat dibutuhkan
beberapa cara untuk membangun independensi seorang auditor internal.
Kedudukan audit internal dalam struktur organisasi yang langsung berada
dibawah dewan komisaris dan direktur utama serta dapat berkomunikasi
langsung dengan mereka merupakan salah satu cara membangun
independensi. Dalam melakukan pekerjaannya, auditor internal akan mampu
mengungkapkan pandangan dan dan pendapat tanpa tekanan dari
manajemen ataupun pihak lain yang terkait dengan organisasi. Selain
dengan kedudukan dari unit audit internal dalam struktur organisasi,
komitmen dari manajemen puncak untuk mendukung independensi dari
auditor internal harus dituang dalam pernyataan tertulis yang disebut
Internal Audit Charter. Untuk membangun independensi yang lebih kuat
lagi dalam diri seorang auditor internal, dibutuhkan komitmen dari auditor
internal itu sendiri untuk bersikap independen dan objektif dalam
melaksanakan tugasnya. Komitmen tersebut dituang dalam kode etik
internal audit perusahaan dan masing-masing auditor internal turut
menandatangani surat pernyataan independensi. Seorang auditor internal
tidak boleh memiliki kepentingan terhadap unit atau aktivitas yang
diauditnya. Apabila dalam prakteknya seorang auditor internal memiliki
keterkaitan dengan unit atau aktivitas yang diauditnya dan mengakibatkan
auditor tersebut tidak independen, maka internal audit harus melaporkan hal
tersebut kepada manajemen puncak.

Pada akhirnya, tidak mudah membangun dan mewujudkan independensi


dalam diri seorang auditor internal. Bahkan, ada istilah khusus yang
mungkin sudah diketahui oleh sebagian besar auditor. “Tidak ada makan
yang gratis”, istilah tersebut dapat diartikan seorang auditor internal yang
bekerja untuk suatu organisasi dan mendapatkan nafkah hidup dari
organisasi atau perusahaan tersebut diharapkan memberikan “timbal balik”
yang menguntungkan untuk perusahaan tersebut. Dibutuhkan kompetensi
yang baik dan professionalisme dari auditor internal tersebut untuk
membangun independensi.
Sukrisno (2004:227), mengemukakan bahwa independensi internal auditor
antara lain tergantung pada:

 Kedudukan Internal Audit Department (IAD) tersebut  dalam 


organisasi perusahaan, maksudnya kepada siapa IAD bertanggung
jawab.
 Apakah IAD dilibatkan dalam kegiatan operasional.

Jika ingin independen, departemen audit internal tidak boleh terlibat dalam
kegiatan operasional perusahaan. Misalnya  tidak  boleh  ikut serta dalam
kegiatan penjualan dan pemasaran, penyusunan sistem akuntansi, proses
pencatatan transaksi, dan penyusunan laporan keuangan perusahaan.

Kedudukan departemen internal audit di dalam perusahaan akan


menentukan tingkat kebebasannya dalam menjalankan tugas sebagai
auditor. Kedudukan ataupun status departemen audit internal dalam suatu
organisasi perusahaan mempunyai pengaruh terhadap luasnya kegiatan serta
tingkat independensinya didalam menjalankan tugasnya sebagai pemeriksa.
Jadi status organisasi dari departemen audit internal harus cukup untuk
dapat menyelesaikan tanggung jawab audit.

Departemen audit internal hanyalah akan seefektif seperti yang diinginkan


manajemennya jika ia bebas dari aktivitas-aktivitas yang diauditnya.  Hal ini
hanya akan dapat tercapai bila departemen audit internal mempunyai
kedudukan yang   memungkinkan   baginya   untuk   mengembangkan  
sikap independennya terhadap bagian-bagian lain yang harus diperiksanya.
Untuk mencapai keadaan seperti ini, maka auditor internal harus
memperoleh dukungan dari pihak manajemen dan dewan komisaris.
Terdapat alternatif kedudukan internal auditor dalam perusahaan yaitu
sebagai berikut :

 Internal auditor berada di bawah direktur keuangan.


 Internal auditor berada di bawah direktur utama yang merupakan staf dari
direktur utama.
 Internal auditor merupakan staf dewan komisaris.

Kedudukan seorang internal auditor juga tidak memiliki wewenang langsung


terhadap tingkatan manajemen di dalam organisasi perusahaan, kecuali pihak
yang memang berada di bawahnya dalam satuan kerja internal audit itu
sendiri.

Internal audit yang independen tidak dibolehkan untuk terlibat dalam


kegiatan operasional perusahaan apalagi kegiatan yang diperiksanya. Sulit
bagi seorang auditor untuk memberikan penilaian yang objektif dan
independen  apabila ternyata ia terlibat dalam kegiatan yang diperiksanya.

Sebagai penilai independen tentang peranan sistem manajemen mutu


perusahaan, internal audit hanya menempatkan diri sebagai narasumber
dalam pembuatan konsep sistem manajemen mutu. Pihak yang bertanggung
jawab penuh dalam perancangan dan implementasi sistem manajemen mutu
adalah manajemen dan direksi. Dengan demikian penilaian internal audit
terhadap sistem manajemen mutu tetap independen dan objektif, tanpa
terlibat langsung dalam perencanaannya.

Misi Auditor Eksternal dan Internal


Tanggung jawab utama auditor eksternal adalah memberikan opini atas
laporan keuangan perusahaan. Tujuan auditor eksternal adalah menentukan
kewajaran penyajian posisi keuanganperusahaan dan hasil-hasil usaha untuk
periode tersebut. Juga, mereka harus meyakinkan dirinya sendiri bahwa
laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum (Generally Accepted Accounting Principles – GAAP); dan
diterapkan secara konsisten dengan tahun sebelumnya; dan bahwa aktiva
telah diamankan dengan semestinya.
Auditor internal memberikan informasi yang diperlukan manajer dalam
menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif. Audit internal bertindak
sebagai penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dengan
mengatur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektivitas
kinerja perusahaan. Auditor internal memiliki peranan yang penting dalam
semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan dan risiko-risiko
terkait dalam menjalankan usaha.

Anda mungkin juga menyukai