Anda di halaman 1dari 4

Nama : I Gede Andre Pratama

No : 25
Kls : Ak. D Pagi

A. Pemenuhan kebutuhan dana ditinjau dari sudut likuiditas dan rentabilitas

Pemenuhan kebutuhan dana pada dasarnya dapat dibedakan anatara cara pemenuhan dana
secarasendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan masing-masing aktiva yang akan dibiayai,
dan cara pemenuhan kebutuhan dana secara keseluruhan dengan memandang semua
kebutuhan sebagaisatu kesatuan atau satu kelompok. Apabila dalam memenuhi
kebutuhan masing-masing aktivasecara individual dikatakan bahwa kita menggunakan
system pembelanjaan partiil.
Dengandemikian bahwa pembelanjaan partiil merupakan system pemenuhan kebutuhan
yangmendasarkan pada perputran dan waktu terikatnya dana pada masing-masing aktiva
secaraindividual. Pada dasarnya system ini menggunakan prinsip bahwa kebutuhan dana
untuk setiapaktiva atau setiap macam kebutuhan, harus dibiayai dengan dana sendiri-
sendiri yang sesuaidengan jumlah dana dan lamanya kebutuhan.

Pemenuhan kebutuhan dana ditinjau dari sudut likuiditas dan rentabilitas


Ditinjau dari sudut liquiditas, penarikan dana yang dibutuhkan didasarkan kepada
ketentuan bahwa dana yang dibutuhkan itu hendaknya ditarik pada jangka waktu
terikatnya dana dalamaktiva yang akan dibiayai dengan dana tersebut

Adapun pedoman pembelanjaan sebagai berikut:


1. Untuk aktiva lancer hendaknya dibiayai dengan kridit jangka pendek yang
umumnyatidak lebih pendek dari pada terikatnya dana dalam aktiva lancer.
2. Untuk aktiva tetap yang tidak berputar, pada prinsipnya diiayai dengan modal sendiri.
3. Untuk aktiva tetap yang berputar secara berangsur-angsur dapat dibiayai dengan
kredit jangka panjang atau modal sendiri.
Dalam memenuhi kebutuhan modal kerja kita harus mengadakan keseimbangan antara
tujuanlikuiditas dan tujuan rentabilitas. Artinya bahwa pemenuhan modal kerja itu tidak
hanyadipandang likuid dari sudut pengembalian kreditnya, tapi juga seberapa besar
keuntungan yangkita dapatkan dari modal yang kita dapatkan tersebut. Adapun cara ini
bisa dilakukanmengadakan kombinasi yang optimal antara pemenuhan dengan kredit
jangka panjang dan kredit jangka pendek, yang dalam literatur pembelanjaan disebutkan
sebagai masalah optimum modal.Masalah optimum modal adalah menyangkut masalah
pemenuhan kebutuhan dana, mana yanglebih menguntungkan antara pemenuhan dengan
kredit jangka pendek atau kredit jangka panjang. Masalah ini juga timbul karena adanya
tingkat bunga yang berbeda.

Untuk mengetahui besarnya “ modal optimum “ perlulah lebih dahulu menetapkan “


jangkawaktu kritis “. Dimaksudkan dengan pengertian jangka waktu kritis ialah jangka
wak

tu dimana biaya untuk kredit jangka panjang sama besarnya dengan biaya kredit jangka
waktu pendek.Kalau kredit yang dibutuhkan itu jangka waktunya lebih lama daripada
jangka waktukritisnya, maka akan lebih menguntungkan mengambil kredit jangka
panjang denganmembungakan kelebihan modal sementara yang tidak digunakan.
Sebaliknya apabila kebutuhankredit jangka waktunya lebih pendek daripada jangka
waktu kritis, adalah lebih menguntungkanmembiayai kebutuhan modal kerja itu dengan
kredit jangka pendek
B. Pemenuhan kebutuhan dana ditinjau dari sudut solvabilitas dan rentabilitas
Untuk menarik dana yang dibutuhkan perusahaan selain mendasar pada “keinginan” juga
harusmemperhatikan “kemungkinan”-nya untuk meapat dana tersebut.
Masalah pembelanjaan tidakhanya merupakan masalah bagi perusahaan yang
membutuhkan dana saja, melainkan pemberimodal sehinga dengan demikian pemberi
modal juga mempunyai kepentingan. Adapun golongan pemberi modal sebagai berikut:

1. Golongan pesimis tulen


1. Golongan pesimis biasa
2. Golongan optimis tulen, dan
3. Golongan optimis biasa

Dalam sistem ini pun juga berlaku aturan bahwa pemenuhan kebutuhan dana bukan
hanyamempertimbangkan dari sisi solvablenya saja atau dari kemampuan pengembalian
kredit jangka panjangnya, tetapi juga melihat dari sisi keuntungannya. Dalam sistem ini
terdapat dua sumberdana yaitu dari modal asing dan modal sendiri. Setiap tambahan
modal asing akan selalumenurunkan tingkat solvabilitasnya, dan setiap penambahan
modal sendiri akan selalumenaikkan tingkat solvabilitasnya. Berhubung dengan itu, maka
apabila suatu perusahaan dalammemenuhi kebutuhan modalnya hanya mendasarkan pada
pertimbangan solvabilitasnya saja,maka pemenuhan modalnya haruslah selalu dipenuhi
dengan modal sendiri. Karena makin besarnya modal sendiri berarti makin tinggi pula
tingkat solvabilitasnya, dan akan semakin besar jaminan bagi kreditur.

Hal itu tentulah berbeda jika rentabilitas juga menjadi pertimbangan, karena setiap
tambahanmodal sendiri yang selalu dibenarkan menurut pertimbangan solvabilitas, belum
tentumempertinggi tingkat rentabilitas modal sendiri. Caranya adalah bergantung kepada
2 faktor,yaitu earning power ( rentabilitas ekonomi ) dari tambahan modal tersebut, dan
tingkat bungadari modal asing. Apabila earning power dari tambahan modal lebih kecil
daripada tingkat bunga, maka tambahan modal itu akan lebih menguntungkan apabila
dipenuhi dengan modalsendiri daripada dengan modal asing. Dalam hal ini penambahan
modal sendiri akan dibenarkanoleh pertimbangan solvabilitas.

Anda mungkin juga menyukai