Anda di halaman 1dari 11

PENGAUDITAN INTERNAL

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN GAMBARAN UMUM


AUDIT INTERNAL

OLEH :
KELOMPOK 14
“E” AKUNTANSI MALAM

1. Ni Luh Ariyanti (1902622010311/20)


2. Gusti Ayu Indri Dewi (1902622010322/31)

Dosen Pengempu : I Ketut Sunarwijaya, SE.,M.Si

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2019
1. Evolusi Audit Internal
Audit internal telah berkembang dari sekedar profesi yang hanya
memfokuskan diri pada masalah-masalah teknis akuntansi menjadi profesi
yang memiliki orientasi memberikan jasa bernilai tambah bagi manajemen.
Pada awalnya, audit internal berfungsi sebagai “adik” dari profesi auditor
eksternal, dengan pusat perhatian pada penilaian atas keakuratan angka-angka
keuangan.
Audit internal modern menyediakan jasa-jasa yang mencakup pemeriksaan
dan penilaian atas kontrol kinerja, resiko, dan tata kelola perusahaan, untuk
aspek keuangan sendiri hanyalah salah satu aspek saja dalam lingkup pekerjaan
audit internal, sehingga dulunya audit internal ini dianggap sebagai “lawan”
dari pihak manajemen. Karena adanya pergeseran pandangan atas fungsi audit
internal tersebut, maka audit internal yang memiliki cakupan aspek kerja yang
luas disebut sebagai audit internal modern
1) Audit Internal di Abad-abad Permulaan
Sejarah audit internal menunjukkan bahwa profesi ini telah berkembang
secara sistematik, mengikuti perubahan yang terjadi di dunia usaha. Ilmu dan
profesi audit internal telah dimulai pada 3.500 Sebelum Masehi. Catatan
sejarah mengenai peradaban Mesopotamia menunjukkan adanya tanda-tanda
kecil yang dibuat disamping angka-angka transaksi-transaksi keuangan.
Tanda-tanda seperti titik, tanda silang, dan tanda “ü” yang ada pada saat itu
merupakan potret dari system verifikasi yang telah dijalankan. Seseorang
menyiapkan laporan transaksi; orang lain akan memverifikasi (memeriksa)
laporan tersebut. Control internal, system verifikasi, dan konsep pembagian
tugas kemungkinan telah dilakukan pada masa-masa itu. Sejarah mencatat
bahwa masyarakat Mesir, Cina, Persia, dan Yahudi pada abad-abad permulaan
juga menerapkan system yang sama.
2) Audit Internal di Abad-abad Pertengahan
Pada abad ke 13 dimulai pencatatan keuangan melalui system pembukuan
berpasangan (double entry) yaitu setiap transaksi dicatat pada sisi debit dan
kredit. System ini memudahkan mengawasi arus kas masuk dan kas keluar
sehingga seorang auditor mudah untuk memeriksa keuangan perusahaan
maupun keuangan Negara.
3) Audit Internal di Masa Revolusi Industri
Dimulai ketika terjadi revolusi industry di Inggris, dimana perusahaan-
perusahaan mulai memperkerjakan akuntan untuk memeriksa catatan
keuangannya melalui jurnal maupun laporan keuangan dan dokumen-dokumen
lainnya sebagai bahan bukti.
4) Audit Internal di Tahun-tahun Belakangan Ini
Orang-orang kaya Inggris mulai berinvestasi ke lintas Negara seperti
Amerika Serikat dan mereka menginginkan verifikasi keuangan secara
independent atas investasinya melalui aduditor-auditor dari Inggris dengan
memakai metode dan prosedur audit yang bisa diterima oleh pihak-pihak yang
terkait.
5) Audit Di Amerika Serikat (As)
Setelah Perang Dunia II, perekonomian di AS mengalami peningkatan.
Umumnya audit lebih ditujukan kepada para Bankir yang mencurigai
pelaporan di Neraca yang terlihat terlalu optimis, sehingga memerlukan
verifikasi yang independen dan dapat dipercaya. Perusahaan kereta api
merupakan salah satu jenis perusahaan yang mengadopsi program audit
internal yang berjangkauan luas, paraeksekutif perusahaan kereta api
membutuhkan keyakinan bawha para kepala stasiun mengelola penerimaan
dana penjualan karcis dengan semestinya. Audit ekternal terbukti tidak
memadai untuk memeriksa aspek – aspek oprasional.
Perkembangan audit internal, disebabkan meningkatnya kompleksitas
operasi perusahaan dan pemerintahan. Pertumbuhan perusahaan menjadikan
fungsi audit internal semakin penting karena kemampuan manajer yang
terbatas dalam mengawasi masalah operasional perusahaan.
6) Pencapaian Identitas Diri Auditor Internal
Selama beberapa tahun, auditor eksternal terus memberikan pengaruh
terhadap perkembangan audit Internal. Audit internal modern mulai muncul
pada tahun 1941 ketika Ikatan Auditor Internal-Institute Of Internal
Auditors (IIA) dibentuk. Sejak saat itu para auditor internal memperluas ruang
lingkup audit untuk menilai semua aspek yang berkaitan dengan operasional
perusahaan. Sejak saat itu profesi auditor internal menjadi setara dengan
auditor eksternal.
Istilah auditor internal dan audit internal menimbulkan perdebatan. Mereka
mencari istilah atau frase yang bisa lebih baik menjelaskan peran auditor
internal, namun tak satu pun istilah yang muncul. Para pendiri berharap bahwa
tindakan nyata akan lebih bermanfaat bagi profesi auditor internal dalam
mecapai jati dirinya ketimbang mencari istilah yang mendeskripsikan profesi
tersebut.
2. Perbedaan Audit Internal dan Audit Ekseternal
Audit Internal adalah suatu penilaian atas keyakinan, independent,
obyektif dan aktivitas konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan
untuk meningkatkan efektivitas proses manajemen resiko, pengendalian dan
tata kelola.
Audit eksternal memiliki lingkup yang sempit, yaitu auditor tidak terlalu
memperhatikan kecurangan yang tidak berdampak signifikan terhadap laporan
keuangan. Sedangkan untuk audit internal memiliki ruang lingkup yang
komprehensif. Yaitu auditor sangat memperhatikan pemborosan dan
kecurangan dari manapun sumbernya dan sekecil apapun jumlahnya. Karena
penyimpangan-penyimpangan tersebut bisa mengakibatkan kerugian pada
perusahaan.
Auditor Internal Auditor Eksternal

Merupakan karyawan perusahaan,atau Merupakan orang yang independen diluar


bisa saja merupakan entitas independen. perusahaan.

Melayani kebutuhan Melayani pihak ketiga yang memerlukan


organisasi,meskipun funsinya harus informasi keuangan yang dapat
dikelola oleh perusahaan. diandalkan.

Fokus pada kejadian-kejadian dimasa Fokus pada ketepatan dan kemudahan


depan dengan mengavaluasi kontrol pemahaman dari kejadian-kejadian masa
yang dirancang untuk menyakinkan lalu yang dinyatakan dalam laporan
pencapaian tujuan organisasi. keuangan.

Langsung berkaitan dengan pencegahan


kecurangan dalam segala bentuknya atau Sekali-sekali memerhatikan pencegahan
perluasan dalam setiap aktivitas yang dan pendeteksian kecurangan secara
ditelaah. umum,namun akan memberikan perhatian
lebih bila kecurangan tersebut akan
memengaruhi laporan keuanngan secara
material.
Independen terhadap aktivitas yang
diaudit,tetapi siap sedia untuk
menanggapi kebutuhan dan keinginan Independen terhadap manajemen dan
dari semua tingkatan manejemen. dewan direksi baik dalam kenyataan
maupun secara mental
Menelaah aktivitas secara terus menerus
Menelaah catatan-catatan yang
mendukung laporan keuangnan secara
periodik-biasanya sekali setahun.

Berikut tabel perbedaan utama antara auditor internal dan eksternal.

Perbedaan lainnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

No Keterangan Auditor Internal Auditor Ekternal

Melakukan penilaian
secara independent atas
aktivitas operasional Memberi
perusahaan dengan pendapat mengenai
1. Tujuan Audit mengukur dan kewajaran laporan
mengevaluasi kecukupan keuangan suatu
kontrol serta efisiensi dan organisasi.
efektifitas kinerja
perusahaan

Pihak ketiga, seperti para


Internal perusahaan yaitu
2. Pengguna Laporan pemegang saham, calon
direksi & manajemen
investor.

Masalah operasional
masa lalu, sekarang dan
Melihat catatan keuangan
yang akan datang dengan
3. Orientasi yang terjadi pada periode
melakukan perbaikan
lalu(historical)
agar lebih baik dimasa
mendatang

Berbagai disiplin ilmu


4. Kualifikasi dapat menjadi anggota Sarjana Akuntansi
internal audit.

Kegiatan audit dilakukan Bersifat periodik biasanya


5. Timing
berkesinambungan. tahunan.
Perbedaan Misi Auditor Eksternal dan Auditor internal
Auditor Eksternal : memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan,
dimana bertujuan untuk menentukan kewajaran atas penyajian laporan keuangan
dan hasil usaha dalam suatu periode.
Auditor Internal : memberikan informasi yang diperlukan oleh pihak manajer
dalam menjalankan tanggungjawab secara efektif, serta bertindak sebagai
penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dengan mengukur
dan mengevaluasi kecukupan kontrol kinerja perusahaan.
3. Sertifikasi Audit Internal
Begitu Common Body of Knowledge diterapkan, maka program
sertifikasi mulai bermunculan. Dewan Direksi melaksanakan program ini tahun
1972, dan ujian pertama dilaksanakan pada tanggal 16 dan 17 Agustus 1974.
Sekitar 7.900 auditor internal yang berpraktik, dari 8.500 yang mendaftar,
menerima gelar CIA berdasarkan ketentuan lama. Peserta yang mendapat gelar
menunjukkan bahwa mereka telah melakukan audit internal dalam kapasitas
pengambilan keputusan dan setuju untuk patuh pada Kode Etik IIA. Ujian CIA
menguji pengetahuan dan kemampuan peserta mengenai praktik audit internal
saat ini. Ujian tersebut menguji keahlian manajemen, prinsip-prinsip control
manajemen, manajemen risiko, control internal, teknologi informasi, strategi
untuk mengembangkan usaha dan tata kelola, serta topic-topik lainnya yang
berkaitan.
Dalam perkembangan selanjutnya, direncanakan ujian CIA
terkomputerisasi. Ujian secara elektronik memudahkan penerjemahan dan
peningkatan yang berkelanjutan atas keabsahan statistic dari ujian. Konsep
awal penyelenggaraan ujian diberikan bila terdapat “permintaan,” dan
dilaksanakan di beberapa tempat di seluruh dunia.
Syarat- syarat memperoleh Gelar CIA :
1) Memiliki 2 tahun pengalaman kerja
2) Gelar Akademis di atas Sarjana Muda dianggap sama dengan satu
tahun pengalaman kerja
3) Pengalaman kerja sebagai akuntan public dianggap setara dengan
pengalaman kerja di audit internal
4) Pengajar penuh waktu di universitas pada materi yang diujikan
dianggap sama dengan pengalaman kerja, yakni dua tahun
pengalaman mengajar sama dengan satu tahun pengalaman kerja
dibidang audit internal
5) Kompetensi yang diujikan
6) Bentuk Pertanyaan
7) Tidak disebarkan
8) Internasionalisasi
9) Transisi bagi peserta dalam proses
10) Perubahan evolusioner
11) Format Ujian
Materi ujian dibagi dalam empat bagian umum :
1) Bagian I, yaitu proses audit internal yang berisi tentang teori dan
praktik audit internal. Topik – topik utama mencakup audit,
profesinalisme dan kecurangan.
2) Bagian II, yaitu keahlian dibidang audit internal yang berisi tentang
penyelesaian masalah dan pengevaluasian bahan bukti audit,
pengumpulan data, dokumentasi dan pelaporan dan pengembalian
sampel dan perhitungan matematika.
3) Bagian III, yaitu control manajemen dan teknologi informasi yang
berisi tentang dasar- dasar ilmu bisnis yang diperlukan untuk audit
internal. Pengujian mencangkup control manajemen, manajemen
operasi, dan teknologi informasi
4) Bagian IV, yaitu lingkungan audit, yang berisi tentang akuntasi
keuangan, keuangan, akuntasi manajemen, dan lingkungan regulasi.
Sertifikasi khusus
1) Sertifikasi dalam penilaian sendiri atsa control ( Certification in
Control Self-Assessment – CCSA) akan menguji pengetahuan
peserta tentang dasar-dasar penilaian sendiri atas control, proses,
dan integrasi, serta pemanahan topic-topik penting yang berkaitan
seperti resiko, control, dan tujuan usaha
2) Auditor pemerintah bersetifikat (Certified Covernment Auditing
Professional – CGAP) dirancang untuk menguji pengetahuan dan
kompetensi auditor pemerintah
3) Auditor jasa keungan bersertifikat (Certified Financial Services
Auditor – CFSA ), sertifikasi khusus terbaru dari IIA yang
diperuntukan bagi auditor yang memilki kompentesi dalam praktik
audit jasa keungan dan metodologinya.

4. Independensi Dalam Audit Internal


Salah satu hal yang harus diperhatikan agar suatu perusahaan dapat
memiliki departemen audit internal yang efektif adalah departemen audit
internal tersebut harus mempunyai kedudukan yang independen dalam
organisasi perusahaan.
Sukrisno (2004:227), mengemukakan bahwa independensi internal
auditor antara lain tergantung pada:
 Kedudukan Internal Audit Department (IAD) tersebut dalam organisasi
perusahaan, maksudnya kepada siapa IAD bertanggung jawab.
 Apakah IAD dilibatkan dalam kegiatan operasional.
Jika ingin independen, departemen audit internal tidak boleh terlibat dalam
kegiatan operasional perusahaan. Misalnya tidak boleh ikut serta dalam
kegiatan penjualan dan pemasaran, penyusunan sistem akuntansi, proses
pencatatan transaksi, dan penyusunan laporan keuangan perusahaan.
Kedudukan departemen internal audit di dalam perusahaan akan
menentukan tingkat kebebasannya dalam menjalankan tugas sebagai auditor.
Kedudukan ataupun status departemen audit internal dalam suatu organisasi
perusahaan mempunyai pengaruh terhadap luasnya kegiatan serta tingkat
independensinya didalam menjalankan tugasnya sebagai pemeriksa. Jadi status
organisasi dari departemen audit internal harus cukup untuk dapat
menyelesaikan tanggung jawab audit.
Departemen audit internal hanyalah akan seefektif seperti yang diinginkan
manajemennya jika ia bebas dari aktivitas-aktivitas yang diauditnya. Hal ini
hanya akan dapat tercapai bila departemen audit internal mempunyai
kedudukan yang memungkinkan baginya untuk mengembangkan sikap
independennya terhadap bagian-bagian lain yang harus diperiksanya. Untuk
mencapai keadaan seperti ini, maka auditor internal harus memperoleh
dukungan dari pihak manajemen dan dewan komisaris.
Terdapat alternatif kedudukan internal auditor dalam perusahaan yaitu
sebagai berikut :
 Internal auditor berada di bawah direktur keuangan.
 Internal auditor berada di bawah direktur utama yang merupakan staf dari
direktur utama.
 Internal auditor merupakan staf dewan komisaris.
Kedudukan seorang internal auditor juga tidak memiliki wewenang
langsung terhadap tingkatan manajemen di dalam organisasi perusahaan,
kecuali pihak yang memang berada di bawahnya dalam satuan kerja internal
audit itu sendiri.
Internal audit yang independen tidak dibolehkan untuk terlibat dalam
kegiatan operasional perusahaan apalagi kegiatan yang diperiksanya. Sulit bagi
seorang auditor untuk memberikan penilaian yang objektif dan
independen apabila ternyata ia terlibat dalam kegiatan yang diperiksanya.
Sebagai penilai independen tentang peranan sistem manajemen mutu
perusahaan, internal audit hanya menempatkan diri sebagai narasumber dalam
pembuatan konsep sistem manajemen mutu. Pihak yang bertanggung jawab
penuh dalam perancangan dan implementasi sistem manajemen mutu adalah
manajemen dan direksi. Dengan demikian penilaian internal audit terhadap
sistem manajemen mutu tetap independen dan objektif, tanpa terlibat langsung
dalam perencanaannya.
Independensi dalam program Audit
1. Bebas dari intervensi manajerial atas program audit
2. Bebas dari segala imyervensi atas Prosedur Audi
3. Bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit selain yang memang
diisyaratkan untuk sebuah Proses Audit
Independensi dalam verifikasi
1. Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan karyawan
yang relevan dengan audit.
2. Mendapatkan kerjasama yang aktif dari kayawan manajemen selama
verifikasi audit.
3. Bebas dari segala usaha manajeial yang berusaha membatasi aktivitas yang
diperiksa atau membahas pemrolehan bahan baku.
4. Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi audit.

Independensi dalam Pelaporan


1. Bebas dari perasaan wajib mrmodifikasi dampak atau signifikasi dari fakta
– fakta yang dilaporkan.
2. Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang siginifikan dalam
laporan audit.
3. Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan auditor mengenai
fakta atau opini laporan audit internal.
DAFTAR PUSTAKA

http://kriwull.blogspot.com/2018/09/internal-audit-bab-1.html
http://hadhyghathan.blogspot.com/2015/12/evolusi-audit-perkembangan-internal.html

Anda mungkin juga menyukai