Anda di halaman 1dari 14

AUDIT INTERNAL SEKTOR PUBLIK

A. Pengertian Audit Internal Sektor Publik


Definisi audit internal menurut International Standards for the Professional
Practice of Internal Auditing (SPPIA) adalah suatu kegiatan assurance dan konsultasi
(consulting) yang independen dan objektif yang dirancang untuk menambah nilai dan
meningkatkan operasi suatu organisasi. Kegiatan-kegiatan tersebut membantu organisasi
yang bersangkutan mencapai tujuan-tujuannya dengan mengevaluasi dan memperbaiki
efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian, dan tata kelola melalui pendekatan
yang teratur dan sistematik.
Audit intern adalah audit yang dilakukan oleh pihak dari dalam organisasi auditi.
Pengertian organisasi auditi dalam hal ini harus dilihat dengan sudut pandang yang tepat.
Organisasi auditi misalnya adalah pemerintah daerah, kementerian negara, lembaga
negara, perusahaan, atau bahkan pemerintah pusat. Sebagai contoh, untuk pemerintah
daerah, maka audit intern adalah audit yang dilakukan oleh aparat pengawasan intern
daerah yang bersangkutan (Inspektorat). Sedangkan pada organisasi kementerian negara
audit intern dilakukan oleh inspektorat jenderal departemen dan dalam organisasi
pemerintah pusat audit intern dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP). Audit intern dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan fungsi
pengawasan dalam manajemen. Jadi pelaksanaan audit intern lebih diarahkan pada upaya
membantu bupati/walikota/gubernur/menteri/presiden meyakinkan pencapaian tujuan
organisasi.

B. Peran dan Kontribusi Auditor Internal


Menurut the International Standard for the Professional Practice of Internal
Auditing (SPPIA), peran yang dimainkan oleh auditor internal dibagi menjadi dua
kategori utama; jasa assurance dan jasa konsultansi.
Jasa assurance merupakan penilaian obyektif auditor internal atas bukti untuk
memberikan pendapat atau kesimpulan independen mengenai proses, sistem atau subyek
masalah lain. Jenis dan lingkup penugasan assurance ditentukan oleh auditor internal.
Jasa konsultansi

merupakan pemberian saran, dan umumnya dilakukan atas

permintaan khusus dari klien (para auditi). Dalam melaksanakan jasa konsultansi, auditor
internal harus tetap menjaga obyektivitasnya dan tidak memegang tanggung jawab
manajemen.
Disamping memberikan jasa audit (tepatnya assurance) dan jasa konsultansi,
auditor internal juga dapat berperan dalam berbagai hal lain yang memberikan nilai
tambah bagi organisasi:
a. Memberikan masukan kepada pimpinan mengenai berbagai hal terkait dengan
pelaksanaan fungsi manajemen, mulai dari perencanaan (misal: penyusunan usulan
rencana anggaran pendapatan dan belanja) sampai pada penyusunan laporan
pertanggung jawaban keuangan pemerintah daerah. Auditor internal dapat memberi
masukan yang komprehensif kepada manajemen karena dia memiliki akses dan
pengetahuan yang luas terhadap seluruh satuan kerja di lingkungan pemerintahan
daerah.
b. Sebagai counterpart (pendamping) auditor eksternal (BPK dan/atau kantor akuntan
publik yang ditunjuk) dan pejabat pengawas pemerintah lainnya yang melakukan
pengawasan di lingkungan pemerintah daerah tempat dia bekerja. Pejabat Pengawas
Pemerintah lainnya tersebut meliputi; BPKP, Inspektorat Jenderal Departemen/Unit

Pengawasan LPND. Peran ini dimaksudkan agar pelaksanaan audit oleh pejabat
pengawas lainnya tersebut dapat berjalan lancar dan dapat dilaksanakan secara
efisien. Disamping itu, jika ada permasalahan yang perlu diperhatikan segera dapat
dikomunikasikan dengan pejabat terkait, termasuk dengan kepala daerah.
Dalam hal tertentu, bila independensi, kompetensi dan kecermatan profesional
inspektorat

daerah

dalam

melaksanakan

tugas

dipandang

memenuhi

syarat,

dimungkinkan hasil pengawasannya akan dimanfaatkan oleh auditor eksternal, sebagai


pendukung terhadap laporan audit yang akan diterbitkannya. Dengan demikian, luas
pemeriksaan oleh auditor eksternal dapat dikurangi dan biaya auditnya dapat lebih
efisien.

C. Paradigma baru Pengendalian Internal


Paradigma baru di Indonesia di sektor publik ataupun di sektor privat, dalam
menerapkan internal control di perusahaan ataupun di pemerintahan daerah sudah
menggunakan elemen-elemen internal control yang diperkenalkan oleh COSO, demikian
pula Auditor Internal, Auditor Eksternal termasuk BPK dalam melakukan evaluasi
pengendalian internal pada auditi/klien mengacu pada internal control COSO. menurut
pengertiannya, Internal Control adalah:
a. Sebuah proses
b. Dipengaruhi oleh manusia
c. Diharapkan dapat memberikan jaminan yang memadai
d. Untuk mencapai tujuan:

Pelaporan keuangan yang handal

Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

Efektivitas dan efisiensi operasional

COSO (Committee of Sponsoring Organizations) menyatakan bahwa untuk


menyediakan

suatu

struktur

dalam

mempertimbangkan

banyak

kemungkinan

pengendalian yang berhubungan dengan tujuan entitas, laporan COSO mengidentifikasi


lima komponen pengendalian internal yang saling berhubungan, yaitu :
a. Lingkungan Pengendalian (control environment)
Lingkungan pengendalian menetapkan suasana dari suatu organisasi yang
mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orangnya. Lingkungan
pengendalian merupakan pondasi dari semua komponen pengendalian intern lainnya
yang menyediakan disiplin dan struktur.
b. Penilaian Risiko (risk assessment)
Penilaian risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan
pengelolaan risiko suatu entitas yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan
yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
c. Informasi dan Komunikasi (information and communication)
Sistem informasi dan komunikasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan,
terdiri

dari

metode-metode

dan

catatan-catatan

yang

diciptakan

untuk

mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis, mengklasifikasi, mencatat, dan


melaporkan transaksi-transaksi entitas, dan juga kejadian-kejadian serta kondisikondisi dan untuk memelihara akuntabilitas dari aktiva-aktiva dan kewajibankewajiban yang berhubungan. Sedangkan komunikasi melibatkan penyediaan suatu
pemahaman yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab individu berkenaan
dengan pengendalian internal atas laporan keuangan
d. Aktivitas Pengendalian (controlling activities)

Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu


memastikan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian
membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan berkenaan dengan risiko
telah diambil untuk pencapaian tujuan entitas. Aktivitas pengendalian memiliki
berbagai tujuan dan diaplikasikan pada berbagai tingkatan organisasional dan
fungsional.
e. Pemantauan (monitoring)
Pemantauan (monitoring) adalah suatu proses yang menilai kualitas kinerja
pengendalian internal pada suatu waktu. Pemantauan melibatkan penilaian rancangan
dan pengoperasian pengendalian dengan dasar waktu dan mengambil tindakan
perbaikan yang diperlukan.

D. Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP)


Menurut Pasal 1 ayat 11 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau pengawas
intern pada institusi lain yang selanjutnya disebut APIP adalah aparat yang melakukan
pengawasan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lain
terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) melakukan pengawasan fungsional
terhadap pengelolaan keuangan negara agar berdaya guna dan berhasil guna untuk
membantu manajemen pemerintahan dalam rangka pengendalian terhadap kegiatan unit
kerja yang dipimpinnya (fungsi quality assurance).
Kontribusi APIP diharapkan dapat memberi masukan kepada pimpinan
penyelenggara pemerintahan mengenai hasil, hambatan, dan penyimpangan yang terjadi

atas jalannya pemerintahan dan pembangunan yang menjadi tanggungjawab para


pimpinan penyelenggara pemerintahan tersebut.
Pada Tahun 1996, pertama kali diterbitkan mengenai Standar Audit Aparat
Pengawasan Fungsional Pemerintah (SA-APFP) dan pada 2002 diganti dengan nama
Standar Professional Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (SP-APIP), selanjutnya
digantikan oleh Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP) yang mengatur tentang Lembaga Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (LAPIP) bertugas untuk melakukan audit atas pengelolaan keuangan Negara
meliputi audit kinerja dan audit dengan tujuan tertentu diatur dalam Pasal 49 ayat (2) dan
Pasal 50 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008.
Sistem Pengendalian Intern berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun
2008 adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya
disingkat SPIP, adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara
menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi
organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah
dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien
untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Lembaga-lembaga yang berwenang melakukan fungsi sistem pengendalian
internal di Indonesia disebut Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), antara lain:

a. BPKP;
b. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan
pengawasan intern;
c. Inspektorat Provinsi; dan
d. Inspektorat Kabupaten/Kota.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, yang selanjutnya disingkat
BPKP, adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung
kepada Presiden. BPKP melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan
negara atas kegiatan tertentu yang meliputi:
a. kegiatan yang bersifat lintas sektoral;
b. kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara; dan
c. kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.
Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan
pengawasan intern adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab
langsung kepada menteri/pimpinan lembaga.
Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan
pengawasan intern melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi kementerian negara/lembaga yang didanai dengan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Inspektorat Provinsi adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang
bertanggung jawab langsung kepada gubernur. Inspektorat Provinsi melakukan
pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi
satuan kerja perangkat daerah provinsi yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah provinsi.

Inspektorat Kabupaten/Kota adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang


bertanggung jawab langsung kepada bupati/walikota. Inspektorat Kabupaten/Kota
melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas
dan fungsi satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota yang didanai dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota.
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) melakukan pengawasan intern
melalui:
a. Audit;
Adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang
dilakukan secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar
audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi,
dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
b. Reviu;
Adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk memastikan bahwa
kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar,
rencana, atau norma yang telah ditetapkan.
c. Evaluasi;
adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau prestasi suatu kegiatan
dengan standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan, dan menentukan
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan
dalam mencapai tujuan.
d. Pemantauan;
Adalah proses penilaian kemajuan suatu program atau kegiatan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
e. Kegiatan pengawasan lainnya.

Berupa sosialisasi mengenai pengawasan, pendidikan dan pelatihan


pengawasan, pembimbingan dan konsultansi, pengelolaan hasil pengawasan,
dan pemaparan hasil pengawasan.
Pelaksanaan audit intern di lingkungan Instansi Pemerintah dilakukan oleh
pejabat yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan yang telah memenuhi
syarat kompetensi keahlian sebagai auditor. Syarat kompetensi keahlian sebagai auditor
dipenuhi melalui keikutsertaan dan kelulusan program sertifikasi. Kebijakan yang
berkaitan dengan program sertifikasi ditetapkan oleh instansi pembina jabatan fungsional
sesuai peraturan perundang-undangan.
Setelah melaksanakan tugas pengawasan, aparat pengawasan intern pemerintah
wajib membuat laporan hasil pengawasan dan menyampaikannya kepada pimpinan
Instansi Pemerintah yang diawasi. Dalam hal BPKP melaksanakan pengawasan atas
kegiatan kebendaharaan umum negara, laporan hasil pengawasan disampaikan kepada
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dan kepada pimpinan Instansi
Pemerintah yang diawasi.
Secara berkala, berdasarkan laporan, BPKP menyusun dan menyampaikan
ikhtisar laporan hasil pengawasan kepada Presiden dengan tembusan kepada Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. Sedangkan Inspektorat Jenderal atau nama lain
yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern, Inspektorat Provinsi, dan
Inspektorat Kabupaten/Kota menyusun dan menyampaikan ikhtisar laporan hasil
pengawasan kepada menteri/pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangan dan tanggung jawabnya dengan tembusan kepada Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara.

E. Jenis Audit Internal Sektor Publik


1. Audit kinerja (audit operasional)
Adalah pemeriksaan secara objektif dan sistematik terhadap berbagai macam bukti,
untuk dapat melakukan penilaian secara independen atas kinerja entitas atau
program/kegiatan pemerintah yang diaudit. Audit kinerja dimaksudkan untuk dapat
meningkatkan tingkat akuntabilitas pemerintah dan memudahkan pengambilan
keputusan oleh pihak yang bertanggung jawab untuk mengawasi atau memprakarsai
tindakan koreksi. Audit kinerja mencakup audit tentang ekonomi, efisiensi, dan
program (efektivitas).
Audit Ekonomi dan Efisiensi menentukan apakah:

Entitas telah memperoleh, melindungi dan menggunakan sumber dayanya


(seperti karyawan, gedung, ruang dan peralatan kantor) secara hemat dan
efisien;

Penyebab timbulnya ketidak hematan dan ketidak efisenan;

Entitas tersebut telah mematuhi peratutran perundang-undangan yang


berkaitan dengan kehematan dan efisiensi.

Audit ekonomi dan efisiensi dapat mempertimbangkan apakah entitas yang diaudit
telah:

Mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat.

Melakukan pengadaan sumber daya (jenis, mutu, dan jumlah) yang sesuai
dengan kebutuhan dan dengan biaya yang wajar;

Melindungi dan memelihara semua sumber daya negara yang ada secara
memadai;

Menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan dan kurang
jelas tujuannya;

Menghindari adanya pengangguran atau jumlah pegawai yang berlebihan;

Menggunakan prosedur kerja yang efisien;

Menggunakan sumber daya (staf, peralatan dan fasilitas) secara optimum


dalam menghasilkan atau menyerahkan barang/jasa dengan kuantitas dan
kualitas yang baik serta tepat waktu;

Mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan


perolehan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya negara;

Telah memiliki suatu sistem pengendalian manajemen yang memadai untuk


mengukur, melaporkan, dan memantau kehematan dan efisiensi pelaksanaan
program;

Telah melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan


mengenai penghematan dan efisiensi.

Audit program (Efektivitas) mencakup penentuan:

Tingkat pencapaian hasil program yang diinginkan atau manfaat yang telah
ditetapkan oleh undang-undang atau badan lain yang berwenang;

Efektivitas kegiatan entitas, pelaksanaan program, kegiatan atau fungsi


instansi yang bersangkutan;

Apakah entitas yang telah diaudit telah menaati peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan pelaksanaan program/kegiatannya.

Contoh pelaksanaan audit program antara lain:

Menilai tujuan program, baik yang baru maupun yang sudah berjalan, untuk
menentukan apakah tujuan tersebut sudah memadai dan tepat/relevan

Menentukan tingkat pencapaian hasil program yang diinginkan.

Menilai efektivitas program dan/atau unsur program secara sendiri - sendiri

Mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik dan


memuaskan

Menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif alternatif lain untuk melaksanakan program tersebut yang mungkin dapat
memberikan hasil yang lebih baik dengan biaya rendah.

2. Audit Dengan Tujuan Tertentu


Audit (pemeriksaan) dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang tidak
termasuk dalam pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja/audit operasional.
Sesuai dengan definisinya, jenis audit ini dapat berupa semua jenis audit selain audit
keuangan dan audit operasional. Dengan demikian dalam jenis audit tersebut
termasuk diantaranya audit ketaatan dan audit investigatif
Audit Ketaatan
Audit ketaatan adalah audit yang dilakukan untuk menilai kesesuaian antara
kondisi/pelaksanaan kegiatan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kriteria yang digunakan dalam audit ketaatan adalah peraturan perundang-undangan
yang berlaku bagi auditi. Perundangundangan di sini diartikan dalam arti luas,
termasuk ketentuan yang dibuat oleh yang lebih tinggi dan dari luar auditi asal
berlaku bagi auditi dengan berbagai bentuk atau medianya, tertulis maupun tidak
tertulis.
Audit Investigatif

Audit investigatif adalah audit yang dilakukan untuk membuktikan apakah suatu
indikasi penyimpangan/kecurangan apakah memang benar terjadi atau tidak terjadi.
Jadi fokus audit investigatif adalah membuktikan apakah benar kecurangan telah
terjadi. Dalam hal dugaan kecurangan terbukti, audit investigatif harus dapat
mengidentifikasi pihak yang harus bertanggung jawab atas penyimpangan
/kecurangan tersebut
F.

DAFTAR PUSTAKA

Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission. 2002. Internal


Control -Integrated Framework
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
The Institute of Internal Auditors (IIA). International Standards for The Professional
Practice of Internal Auditing The IIA Inc. 2012
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 Tentang Kedudukan,Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen
Peraturan Pemerintah RI No 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Anda mungkin juga menyukai