Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

audit di sektor publik (pemerintahan) perlu pembentukan suatu lembaga audit yang
independen yang benar-benar mempunyai integritas yang bisa
dipertanggungjawabkan kepada pihak publik. Oleh karenanya lembaga auditor
tersebut setidak tidaknya bernaung di bawah lembaga legislatif negara ataupun
merupakan lembaga profesional independen yang keberadaan mandiri, seperti
akuntan publik. Peraturan yang dikembangkan dalam Standar Auditing Sektor Publik
harus terbentuk oleh suatu lembaga ataupun badan yang berdiri sendiri dan terlepas
dari praktik pengauditan, sebagai contoh organisasi AAA (American Accountant
Association) yang berada di Amerika.

Penetapan standar audit di sektor publik harus dibentuk oleh suatu badan yang
terlepas dengan kepentingan pribadi ataupun golongan.

1.2 Rumusan Masalah

1. mengetahui pengertian audit.

2. mengetahui sejarah audit sektor publik

3. karakteristik audit sektor publik

4. tujuan audit sektor publik

5. standar audit sektor publik


BAB II

KAJIAN TEORI

Audit adalah sebuah proses pemeriksaan. Jadi audit sektor publik adalah sutu pemeriksaan
atas lembaga publik, yang dimana biasanya lembaga tersebut berada di bawah naungan
pemerintah.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Audit

Audit adalah sebuah proses pemeriksaan. Mengingat pentingnya proses audit, maka
biasanya pihak auditor (pihak yang melakukan audit bisa disebut dengan auditor)
akan memerintahkan kepada lembaga/ perusahaan yang akan diaudit untuk
menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan.

Pengertian audit menurut para ahli, (yang dikutip dari www.carapedia.com) antara
lain:

a) Menurut Arens dan Loebbecke (2003)


audit merupakan Suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti
tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang
dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan
melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan
kompeten.
b) Mulyadi (2002)
menyebutkan pengertian Audit sebagai Suatu proses sistematik untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang
kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.
Berdasarkan sifat dan karakter pekerjaan dan tujuan yang akan dicapai, Audit
dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
a) Audit Laporan Keuangan (fi nancial statement audit).
Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor eksternal
terhadap laporan keuangan kliennya untuk memberikan pendapat apakah
laporan keuangan tersebut disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan. Hasil audit lalu dibagikan kepada pihak luar perusahaan seperti
kreditor, pemegang saham, dan kantor pelayanan pajak.

b) Audit Kepatuhan (compliance audit).


Audit ini bertujuan untuk menentukan apakah yang diperiksa sesuai dengan
kondisi, peratuan, dan undang-undang tertentu. Kriteria- kriteria yang
ditetapkan dalam audit kepatuhan berasal dari sumber-sumber yang berbeda.
Contohnya ia mungkin bersumber dari manajemen dalam bentuk prosedur-
prosedur pengendalian internal. Audit kepatuhan biasanya disebut fungsi audit
internal, karena oleh pegawai perusahaan.

c) Audit Operasional (operational audit).


Audit operasional merupakan penelahaan secara sistematik aktivitas operasi
organisasi dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Dalam audit
operasional, auditor diharapkan melakukan pengamatan yang obyektif dan
analisis yang komprehensif terhadap operasional-operasional tertentu.

3.2 Audit Sektor Publik

Audit terhadap sektor publik sangat penting dilakukan hal ini merupakan bentuk
tanggung jawab sektor publik (pemerintah pusat dan daerah) untuk
mempertanggungjawabkan dana yang telah digunakan oleh instansi sehingga dapat
diketahui pemanfaatan dana tersebut dilaksanakan sesuai prosedur dan standar atau
tidak.

Menurut Mahsun dkk (2007) bahwa sektor publik dapat dipahami sebagai segala
sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang dan
jasa kepada publik yang dibayar melalui pajak atau pendapatan negara lainnya yang
diatur dengan hukum.

3.3 Sejarah Audit Sektor Publik

setelah era reformasi tahun 1999. Pada tanggal 22 Mei 2002, sesudah memulai proses
yang cukup panjang, Menteri Keuangan Republik Indonesia menyampaikan White
Paper dengan judul “Reform of Public Financial Management System in Indonesia:
Principles and Strategy” untuk membahas berbagai persoalan yang terkait dengan
pengelolaan keuangan di sektor publik beserta auditnya. Sebagaimana judul dari
white paper tersebut, mulai saat itulah reformasi pada pengelolaan dan
pertanggungjawaban serta audit di bidang keuangan negara dilakukan secara serius
dan berkesinambungan. Ini merupakan sebuah langkah awal pengelolaan
pemerintahan yang baik di Indonesia.

Proses berikutnya adalah adanya action plan terhadap proses audit, pada bulan
Oktober 2003, dengan dukungan hibah dari Asian Development Bank (ADB),
pemerintah menyetujui dimulainya Proyek State Audit Reform-Sector Development
Program (STAR-SDP Project) untuk lebih memantapkan koordinasi dan
pengembangan audit sektor publik.

Aksi berikutnya adalah adanya petunjuk teknis dan perencanaan audit. Audit sektor
publik secara jelas menunjukkan perbedaan antara kewajiban dengan tugas, mulai dari
sertifi kasi akuntan sampai audit terhadap organisasi khusus, penugasan atas
pemeriksaan kecurangan, korupsi, dan nilai uang dari audit (value for money audit).
Kegiatan audit sektor publik meliputi perencanaan, pengendalian, pengumpulan data,
pemberian opini, dan pelaporan. Permasalahan pokok dalam proses audit adalah
memberikan sasaran yang jelas dalam pelaksanaannya dengan diperoleh melalui
proses pengetesan. ( buku anis 2004 ).

3.4 Karakteristik Audit Sektor Publik

Perbedaan antara audit sektor privat dan audit sektor publik adalah sebagai berikut:

Uraian Audit Sektor Private Audit Sektor Publik


Pelaksanaan audit Kantor Akuntan Publik Lembaga audit pemerintah
(KAP) dan juga KAP yang ditunjuk
oleh lembaga audit
pemerintah
Objek Audit Perusahaan/ entitas swasta Entitas, program, kegiatan,
dan fungsi yang berkaitan
dengan pelaksanaan
pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara,
sesuai dengan peraturan
perundang undangan
Standar audit yang Standar Profesional Akuntan Standar Pemeriksaan
digunakan Publik (SPAP) yang Keuangan Negara (SPKN)
dikeluarkan oleh IAI yang dikeluarkan oleh BPK
Kepatuhan terhadap Tidak terlalu dominan dalam Merupakan faktor dominan
peraturan audit karena kegiatan di sektor
perundangundangan publik sangat dipengaruhi
oleh peraturan dan
perundang-undangan
(I Gusti Agung Rai, 2008:30)

3.5 Tujuan Audit Sektor Publik

Hasil audit berupa informasi. Informasi yang diperoleh dari hasil audit sektor publik
dapat digunakan oleh pihak internal (entitas yang diaudit) untuk melaksanakan
perbaikan internal. Disamping itu, hasil audit juga diperlukan oleh pihak eksternal (di
luar entitas yang diaudit) untuk mengevaluasi apakah:

1) Sektor publik mengelola sumber daya publik dan menggunakan kewenangannya


secara tepat dan sesuai dengan ketentuan dan peraturan,

2) Program yang dilaksanakan mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan, dan

3) Pelayanan publik diselenggarakan secara efektif, efi sien, ekonomis, etis, dan
berkeadilan.

Tujuan audit sektor publik dipertegas dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Undang-undang
ini menyatakan bahwa pemeriksaan berfungsi untuk mendukung keberhasilan upaya
pengelolaan keuangan negara secara tertib dan taat pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

3.6 Standar Audit Sektor Publik

standar audit pada sektor publik adalah Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN) yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Standar-standar
yang menjadi pedoman dalam audit kinerja menurut SPKN adalah sebagai berikut:

1. Standar Umum
a. Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang
memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaannya.

b. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi


pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan
dari gangguan pribadi, ekstern, organisasi yang dapat mempengaruhi
independensinya.

c. Dalam melaksanakan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil


pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara
cermat dan saksama.

d. Setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan


Standar Pemeriksaan harus memiliki sistem pengendalian mutu yang memadai
dan sistem pengendalian mutu tersebut harus di review oleh pihak lain yang
kompeten (pengendalian mutu eksternal).

2. Standar Pelaksanaan Audit Kinerja

a) Pekerjaan harus direncanakan secara memadai.

b) Staf harus disupervisi dengan baik.

c) Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk menjadi
dasar yang memadai bagi temuan dan rekomendasi pemeriksa.

d) Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan


dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan harus berisi
informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman,
tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut, dapat
memastikan bahwa dokumen pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang
mendukung temuan, simpulan, dan rekomendasi pemeriksa.

3. Standar Pelaporan Audit Kinerja

a) Pemeriksa harus membuat laporan hasil pemeriksaan untuk


mengkomunikasikan setiap hasil pemeriksaan.

b) Laporan hasil pemeriksaan harus mencakup:


(1) penyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar
pemeriksaan

(2) tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan

(3) hasil pemeriksaan berupa temuan audit, simpulan, dan rekomendasi

(4) tanggapan pejabat yang bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan;

(5) pelaporan informasi rahasia apabila ada.

c) Laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu, lengkap, akurat, objektif,


meyakinkan, serta jelas dan seringkas mungkin.

3.7 Siklus Audit Sektor Publik

Terdapat 17 siklus dalam audit sektor publik

1. Perencanaan audit keuangan

Tahap perencanaan audit menurut indra bastian (2010)

a. Pemahaman atas sistem akuntansi keuangan sektor publik


Hal ini sangat penting karena audit sektor publik tidak lagi berfokus pada
laporan realisasi laporan saja tetapi juga laporan keuangan lainnya.
b. Penetuan tujuan dan lingkup audit
Audit harus memastikan bahwa tujuan dan ruang lingkup audit yang telah
ditetapkan telah sesuai dengan mandat serta wewenang lembaga audit dan
pengawas yang bersangkutan.
c. Penilaian resiko
Penilaian audit dilaksanakan melalui berbagai pengujian yang mengandung
resiko kesalahan, sehingga penilaian risiko pengendelian ( control risk ), risiko
bawaan, dan risiko deteksi harus dilakukan.
d. Penyusunan rencana audit
Suatu rencana audit harus disusun berdasarkan tahapan kegiatan perencanaan
audit.
2. Penetapan regulasi audit keuangan
Bagian ini penting dalam proses audit karena dibutuhkan aturan untuk
memberikan laporan yang jelas, dan sebagai kontrol agar pelaksanaan audit
laporan keuangan bisa memberikan opini yang tepat.
3. Penyusunan perencanaan audit tahunan oleh lembaga auditor
Setelah ditetapkan aturan dan regulasi langkah langkah selanjutnya adalah
menyusun perencanaan, perencanaan audit yang matang akan mensukseskan suatu
audit.
4. Temu rencanaan audit tahunan
Setelah lembaga auditor selesai menyusun perencanaan audit tahunan, kemudian
mereka bertemu dengan kepala atau pimpinan organisasi sektor publik untuk
membicarakan perencanaan audit yang sudah disusun.
5. Penerbitan regulasi tentang tim dan kebijakan audit tahunan
Regulasi yang ditetapkan dalam tahap ini menyangkut tim atau personal yang
akan melakukan audit terhadap organisasi sektor publik maupun regulasi dalam
menjalankan proses audit.
6. Penerimaan regulasi organisasi yang akan diaudit
Kemudian regulasi yang telah diterbitkan akan diterima oleh lembaga pemeriksa
sehingga bisa melakukan proses audit di lembaga atau organisasi sektor publik.
7. Survei awal karakter industri/ organisasi yang akan diaudit
Lalu langkah berikutnya yaitu mensurvei industri / organisasi yang akan diaudit
8. Pembuatan program audit
Suatu program audit akan berisi
 Tujuan audit untuk setiap area
 Prosedur audit yang akan dilakukan
 Sumber bukti audit
 Deskripsi mengenai kesalahan

9. Penerbitan surat tugas audit


Pihak organisasi sektor publik segera menegeluarkan surat tugas kepada lembaga
pemeriksa untuk melaksanakan audit.
10. Pelaksanaan audit keuangan
1) Menilai pengendalian internal
Suatu proses dijalankan oleh eksekutif didesain untuk memberikan
keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga golongan berikut .
 Keandalan atau reabilitas laporan keuangan
 Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang telah diatur
 Efektivitas dan efisiensi operasi

Oleh karena itu, dibutuhkan sistem yang dirancang oleh organisasi sektor
publik untuk menjaga aset yang dimiliki agar terbebas dari kecurangan dan
penyalahgunaan, hal inilah yang disebut sebagai pengendalian internal.

2) Melakukan prosedur analisis


Ada lima langkah yang harus dilakukan oleh auditor dalam analisis, yaitu
 Mengidentifikasi perhitungan dan perbandingan yang akan dibuat
 Mengembangkan ekspetasi
 Menganalisis data
 Menyelidiki perbedaan atau penyimpangan yang tidak diharapkan
yang signifikan
 Menentukan pengaruh perbedaan atau penyimpangan terhadap
perencanaan audit.
11. Pembuatan daftar temuan
Setelah melakukan kegiatan pelaksanaan audit, auditor biasanya medapatkan
temuan-temuan terkait dengan keuangan klien. Temuan-temuan tersebut lalu
didaftar sebagai bukti untuk pendapat nantinya.
12. Pembicaraan awal tentang daftar temuan
berdasarkan temuan-temuan di lapangan , kemudian auditor melakukan
pembicaraan dengan pimpinan organisasi sektor publik terkait temuan-temuan
tersebut. dalam tahapan ini, auditor akan melakukan cross&check atas hasil
temuannya dengan fakta yang terjadi di lapangan.

13. Penyusunan draft laporan hasil pemeriksaan


Setelah temuan diperiksa oleh pejabat organisasi sektor publik, auditor kemudian
menyusun draft laporan hasil  pemeriksaan.
14. Pembahasan draft laporan hasil pemeriksaan dengan organisasi yang di audit
dalam tahapan ini, auditor memastikan apa yang telah di susun didalam
draft laporan hasil pemeriksaan sudah selesai dengan fakta yang terjadi di
lapangan.
15. Penyelesaian laporan hasil pemeriksaan
Setelah kelengkapan serta kesepakatan mengenai draft tersebut sudah
tercapai, kemudian akan di lakukan penyelesaian atau finalisasi draft tersebut
menjadi laporan hasil pemeriksaan akhir.
16. Tindak lanjut temuan laporan hasil pemeriksaan
berdasarkan temuan-temuan yang ada di lapangan, auditor melakukan tindak
lanjut atau dengan kata lain, memberikan rekomendasi perbaikan kepada
organisasi sektor publik.
17. Penerbitan laporan hasil pemeriksaan
tahapan terakhir dari siklus audit keuangan adalah penerbitan laporan hasil
pemeriksaan kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap
organisasi yang telah di audit tersebut.

3.8 Opini dalam Audit Sektor Publik


Berdasarkan SA-IAI, tipe opini/pendapat auditor yang dapat digunakan dalam
laporan audit atas laporan keuangan adalah:
1) Pendapat wajar tanpa pengecualian.
Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan
auditan, menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan.


Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu
paragraf penjelasan dalam Laporan Audit. Keadaan-keadaan tersebut antara
lain meliputi pembatasan ruang lingkup audit atas bagian tertentu dalam
laporan keuangan, adanya hal-hal tertentu yang perlu ditekankan, adanya
keadaan dimana suatu bagian dalam laporan keuangan auditan tidak
disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum tetapi
penyajian tersebut adalah lebih memadai dalam menyajikan informasi
keuangan auditan,

3) Pendapat wajar dengan pengecualian.


Pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan
auditan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tersebut sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal
yang berhubungan dengan yang dikecualikan.

4) Pendapat tidak wajar.


Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan auditan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas
tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

5) Pernyataan tidak memberikan pendapat.


Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak
menyatakan pendapat atas laporan keuangan, jika bukti audit tidak cukup
untuk membuat kesimpulan.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Agar organisasi sektor publik mempertahankan kualitas, profesionalisme dan
akuntabilitas publik dalam menjalankan aktivitasnya, diperlukan audit terhadap
organisasi sektor publik tersebut. Akan tetapi audit yang dilakukan tidak hanya
terbatas pada audit keuangan dan kepatuhan saja, namun perlu diperluas dengan
melakukan audit sektor publik.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN… … … … … … … … … … … … … … … … … …1

1.1 Latarbelakang ……………………………………………… 1

1.2 Rumusanmasalah… … … … … … … … … … … … … … … … … …. 1

BAB IIKajianteori

Audit …... .... ... ... ... ... ...… … … … … … … … … … … … … … … … … 2

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 Pengertian audit … ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. … … … … … … … … … 3

3.2 Audit sektor publik ... ... ... ... .... ... .... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... … … … 4

3.3 Sejarah audit sector publik ... ... ... ... ... … … … .. … … … …. … … … .. 4

3.4 Karakteristik audit sektor publik ... ... … … … … … … … … … … … … .. 5

3.5 Tujuan audit sektor publik... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 6

3.6 Standar audit sektor publik ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. . .... .... ... ... ... .. 6

3.7 Siklus audit sektor publik ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 8

3.8 Opini Audit Sektor Publik ... ... ... ... ... ... .. ... ... ... ... ... ... ... .. .. ... ... ... ... .. 11

BAB IVPENUTUP

4.1 Kesimpulan … … … … … … … … … … … … … … … … … … .. … …. 13
DAFTAR PUSTAKA

Agung Rai, I gusti. 2008. Audit Kinerja Pada Sektor Publik. Jakarta : Grafi ndo.

Anis & ikbal. 2014. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : penerbit Interpena

http://www.carapedia.com

Anda mungkin juga menyukai