KELAS B
Kelompok 3
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya kami dapat
menyusun makalah ini dengan sebaik mungkin. Makalah ini merupakan sebuah tugas dalam
mata kuliah “Akuntansi Sektor Publik” yang merupakan mata kuliah dalam semester IV di
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dengan adanya makalah ini kami berharap agar dapat lebih mudah memahami tentang
auditor sektor publik sehingga kita sebagai mahasiswa dapat mengetahui auditor sektor
publik secara lebih mendalam.
Kelompok 3
1. PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari audit sektor publik.
2. Mengetahui karakteristik audit sektor publik.
3. Mengetahui tujuan dan jenis audit sektor publik.
4. Memahami standar audit sektor publik dan perbedaan pengawasan dan
pemeriksaan.
5. Mengetahui auditor eksternal pemerintah.
6. Mengatahui auditor internal pemerintah.
7. Mengetahui laporan hasil audit.
2. Pembahasan
Audit sektor publik di Indonesia dikenal sebagai audit keuangan negara. Audit
keuangan negara ini diatur dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara. Undang-
undang ini merupakan pengganti ketentuan warisan Belanda, yaitu Indische
Comptabiliteitswet dan Instructie en verdere bepalingen voor de Algemene
Rekenkamer, yang mengatur prosedur audit atas akuntabilitas pengelolaan
keuangan oleh pemerintah. Audit sektor publik dimaksudkan untuk memberikan
keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan yang diperiksa telah mematuhi
prinsip akuntansi berterima umum, peraturan perundang-undangan dan
pengendalian intern serta kegiatan operasi entitas sektor publik dilaksanakan
secara efisien, ekonomis, dan efektif. Audit tetap perlu dilakukan dalam
keterbatasan yang ada agar tercipta akuntabilitas publik yang lebih transparan.
2.2 KARAKTERISTIK AUDIT SEKTOR PUBLIK
Tidak ada perbeedan jika dilihat dari proses dan tekniknya, antara audit sektor
public dan swasta. Dikarenakan manajemen sector public berkaitan dengan
kebijakan dan pertimbangan politik serta ketentuan perundang-undangan, sehingga
auditor sector publik harus memperhatikan hal hal tersebut.
Perbedaan yang paling mendasar antara audit sector public dan swasta adalah
pada pertimbangan kebijakan politik. Di akhir proses audit, auditor akan
menggunakan objektivitas terbaiknya dan rekomendasi secara menyeluruh. Auditor
yang kurang berpengalaman biasanya akan merekomendasi hal yang kontroversial,
seperti meningkatkan harga untuk mengimbangi kenaikan beban.
Informasi yang diperlukan dari hasil audit pada sektor publik dapat digunakan oleh
pihak internal (entitas yang diaudit) untk melaksanakan perbaikan internal. Di
samping itu, hasil audit juga diperlukan oleh pihak eksternal (diluar entitas yang
diaudit) apakah:
1. Sektor publik mengelola sumber daya publik dan menggunakan
kewenangannya secara tepat dan sesuai dengan ketentuan dan peraturan.
2. Program yang dilaksanakan mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan
3. Pelayanan publik diselenggarakan secara efektif, efisien, ekonomis, etis dan
berkeadilan.
Tujuan audit sektor publik dipertegas dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang
pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Pemeriksaan
ini berfungsi untuk mendukung keberhasilan upaya pengelolaan keuangan negara
secara tertib dan taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Jenis Audit Sektor Publik
Selain membutuhkan waktu yang cukup lama dan menyerap sumber daya yang
cukup besar, pelaksanaan audit tersebut tidak akan memberikan nilai tambah yang
besar sehingga hasil yang diperoleh tidak seimbang dengan sumber daya yang
dikeluarkan.
Para auditor eksternal dalam umumnya bekerja dalam firma-firma Akuntansi yang
disebut Kantor Akuntan Publik. Para Kantor Akuntan Publik (KAP) sudah
mempunyai struktur & kapabilitas yg memungkinkan mereka mengaudit klien-klien
besar. Selain itu, adanya KAP mengklaim bahwa kualitas auditor yg mereka naungi
sudah memadai buat melakukan audit yg berkualitas.
Umumnya KAP ini dibagi berdasarkan jumlah auditor, klien, dan pendapatannya ke
dalam kelas-kelas tertentu, yakni first tier, second tier, dan third tier. Di Indonesia,
KAP first tier disebut jua menggunakan Big Four yang terdiri berdasarkan
PricewaterhouseCoopers (PWC), Deloitte, EY, & KPMG. Selain itu, masih ada
KAP-KAP lain selain Big Four yang menyusun kategori Big Ten atau sepuluh KAP
terbesar, yaitu BDO, Grant Thornton, RSM, Baker Tilly, Crowe Howard, dan Nexia.
Auditor internal pemerintah, yang biasa dikenal sebagai Aparat Pengendalian Intern
Pemerintah (APIP), terdiri atas BPKP, Itjen Departemen Pengawasan LPND, dan
Satuan Pengawasan Intern BUMN. Tujuanya untuk mendukung kelancaran dan
ketrpatan pelaksanaan kegiatan pemerintah dan pembangunan. Ruang lingkup
pemeriksaannya adlh pemeriksaan operasional dan pemeriksaan komprehensif.
Pembentukan badan pengawas ini sesuai dengan Inpres No. 15 tahun 1983
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan.
Fungsi-fungsi BKPK:
1. Pengkaji dan penyusun kebijakan nasional di bidang pengawasan keuangan
dan pembangunan.
2. Perumus dan pelaksana kebijakan di bidang pengawasan pengawasan dan
keuangan dan pembangunan.
3. Pemantau serta pemberi bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan
pengawasan keuangan dan pembangunan.
4. Penyelenggara, pembina, dan pelayan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana,
kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandingan, perlengkapan, dan rumah
tangga.
5. Koordinator kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BKPK.
Kewenangan BKPK:
1. Menyusun rencana nasional secara makro di bidang pengawasan keuangan
dan pembangunan.
2. Merumuskan kebijakan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan
untuk mendukung pembangunan secara makro.
3. Menetapkan sistem informasi di bidang pengawasan keuangan dan
pembangunan.
4. Membina dan mengawasi penyelenggaraan otoda, meliputi pemberian
pedoman, bimbingan, pelatihan, dan supervisi di bidang pengawasan
keuangan dan pembangunan.
5. Menetapkan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi
tenaga ahli serta persyaratan jabatan di bidang pengawasan keuangan dan
pembangunan.
Fungsi Itjen:
1. Perumus kebijakan, rencana, dan program pengawasan.
2. Pemeriksa, penguji, penilai, dan pengusut pelaksanaan tugas, pengaduan,
penyimpangan, dan penyalahgunaan wewenang oleh unsur-unsur
departemen.
3. Pembina dan pengembang sistem dan prosedur serta teknis pelaksanaan
pengawasan.
4. Penyampai hasil pengawasan, pemantauan, dan penilaian penyelesaian
tindak lanjut hasil pengawasan.
5. Pelaksana urusan administrasi Itjen.
Laporan audit adalah laporan yang berisi opini audit oleh auditor independen
setelah dilakukannya pemeriksaan laporan keuangan entitas dan laporan terkait.
Pemeriksaan tersebut meliputi kesesuaian penyusunan dengan standar akuntansi
(IFRS, PABU, atau PSAK). Laporan yang diperiksa adalah laporan keuangan, akun
manajemen, laporan manajemen, dan laporan pendukung lainnya.
5. Menyusun laporan
Auditor menyiapkan laporan yang menjelaskan temuan audit, seperti
kesalahan matematika, masalah posting, pembayaran yang belum dibayar,
dan lainnya. Selain itu, auditor juga merekomendasikan solusi atas temuan
tersebut.
Opini ini dikeluarkan apabila auditor menemukan bukti yang tepat dan cukup untuk
menyatakan adanya kesalahan penyajian, baik itu secara individual atau secara
agregasi.
3. Kesimpulan
Pengawasan terhadap pelaksanaan audit sektor publik ini juga harus lebih
ditingkatkan supaya memperoleh perbaikan dalam kualitas audit dan juga dapat
meningkatkan kualitas pelaporan keuangan pemerintah yang bertanggung jawab.
KASUS
Deputi Sekjen Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Apung Widadi
mendesak dilakukannya audit ulang opini wajar tanpa pengecualian (WTP) yang diterima
oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes
PDTT). Hal ini terkait terungkapnya kasus pemberian commitment fee kepada auditor Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).
Lewat keterangan tertulis yang diterima, Apung, ada tiga alasan soal perlunya audit ulang.
Menurut Apung, Kemendes PDTT sudah dua kali mendapatkan predikat wajar dengan
pengecualian (WDP). Kementerian ini juga mempunyai dana desa yang besar tahun ini.
"Setidaknya, ada 3 alasan perlunya audit ulang. Pertama, dua kali berturut-turut Kemendes
PDTT mendapat predikat WDP. Kedua, indikasi kuat kementerian baru tersebut buruk dalam
tata kelola anggaran dan birokrasi, terutama terkait pengadaan dan belanja perjalanan
dinas. Ketiga, kementerian desa menjadi contoh pemerintahan desa dengan dana desa Rp
40 triliun tahun ini," kata Apung, Selasa (30/5/2017)
Dia mengatakan, audit ulang harus dilakukan oleh auditor yang berintegritas. Selain itu audit
dilakukan dengan berkolaborasi bersama pihak lain, misalnya akuntan publik atau penyelidik
atau penyidik KPK yang berlatar belakang auditor.
Namun, menurutnya, sebelum audit dilakukan perlu ada pemeriksaan terhadap predikat
WTP yang terindikasi beli tersebut. Hal ini untuk mengetahui bagaimana pengambilan
keputusan tersebut bisa dapat diambil.
"Sebelum dilakukan audit perlu terlebih dahulu dieksaminasi publik laporan WTP yang
terindikasi beli tersebut. Agar publik tahu, bagaimana metodologi, sampling hingga
pengambilan kesimpulan. Sehingga terjawab kenapa kok bisa WTP, sampling mana yang
tidak audit padahal bermasalah. Dan apakah tindaklanjut dari laporan WDP sebelumnya
sudah ditindaklanjuti," paparnya.
Catatan FITRA, dari tahun 2014-2015 terdapat 11 temuan BPK, 36 rekomendasi, sementara
17 di antara rekomendasi hingga saat ini belum ditindaklannjuti. Ini membebani tata kelola
dan menjadi catatan audit. Dari temuan-temuan di atas, indikasi korupsi kemungkinan cukup
banyak karena tidak dapat ditindaklanjuti setelah audit.
Apung mencatat, ada beberapa sebab predikat WDP didapatkan Kemendes pada tahun
2015. Pertama ada utang sebesar Rp 378,46 miliar dari pihak ketiga yang bermasalah,
dokumen tak tersedia. Kedua, Aset Barang Milik Negara (BMN) sebesar Rp 2,54 triliuun
tidak didukung dengan rincian sehingga tidak dapat ditelusuri keberadaannya. Ketiga,
akumulasi aset tanah, peralatan dan barang pengadaan senilai Rp 2,55 triliun tidak
didukung rincian dan tidak diketahui keberadaannya. Terakhir, saldo persediaan barang
senilai Rp 3,32 triliun tidak terinventarisir dengan baik, tidak terdapat bukti yang cukup.
Link : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180926072123-78-333248/kasus-snp-
finance-dua-kantor-akuntan-publik-diduga-bersalah
OPINI
Adanya kemungkinan kecurangan pada proses audit kinerja Kemendes PDTT mungkin akan
menjadi perkara yang besar, karena bukan hanya ada indikasi suap tetapi juga tidak adanya
profesionalitas dari pihak BPK, karena FITRA juga mendapatkan informasi bahwa setengah
dari rekomendasi yang diterima BPK belum juga ditindaklanjuti.
Fokus FITRA adalah audit ulang pada Kemendes PDTT karena statusnya yang dulu
menerima WDP (Wajar dengan pengecualian) tiba-tiba menjadi WTP (Wajar tanpa
pengecualian), dan mereka berasumsi hal itu tidak wajar.
Menurut kami, tanggapan FITRA untuk audit ulang ada benarnya, dalam mengaudit
Kemendes PDTT mungkin dibutuhkan laporan tidak hanya dari pihak BPK saja, sehingga
perlu bantuan dari pihak lain seperti akuntan publik dan auditor KPK.
Kemendes PDTT juga termasuk kementerian yang baru, yang mungkin saja kebijakan tata
Kelola anggarannya masih mengalami “trial and error”, dapat dilihat dari didapatkannya
status WDP yang dikarenakan tidak adanya dokumen dan bukti pendukung atas laporan
keuangan Kemendes PDTT.
Dengan demikian, audit kinerja terhadap Kemendes PDTT bisa saja menjadi kesalahan BPK
yang tidak professional dalam melakukan audit atau kesalahan Kemendes PDTT dalam
kebijakannya dalam pengelolaan anggaran.
Daftar Referensi
CNN Indonesia. Kasus SNP Finance, Dua Kantor Akuntan Publik Diduga Bersalah. 2018.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180926072123-78-333248/kasus-snp-
finance-dua-kantor-akuntan-publik-diduga-bersalah
Halim, Abdul dan Syam Kusufi. 2012. Akuntansi Sektor Publik: Teori, Konsep, dan Aplikasi.
Salemba Empat: Jakarta.
Priono, Hero, dkk. 2019. Akuntansi Sektor Publik. UPN Press: Surabaya.