Anda di halaman 1dari 34

PERANCANGAN KOTA

TUGAS I
MINGGU KEDUA

DISUSUN OLEH :
NUR FATWAINAYAH
F 231 21 086

PRODI S1 PERENCANAAN WILAYAH KOTA


JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
KATA PENGATAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur limpah terimakasih ke-hadirat Allah SWT, Tuhan yang maha
esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Proposal Teknis dalam rangka memenuhi tugas review jurnal.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan memudahkan dalam pembuatan serta penyusunan
makalah review jurnal.
Tidak lupa pula ucapan terima kasih kepada teman-teman. Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah review jurnal ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik. Akhir kata, semoga laporan Proposal yang telah disusun ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
BAB 2 METODE PERENCAAN KOTA DALAM KOTEKA
PERENCAAN WOLAYAH DAN KOTA.................................
2.1 5 jurnal nasional dan 5 jurnal international tentang perancangan
kota dalam konteks perencanaan wilayah dan kota, kemudia di
setiap jurnal review sesuai kaidah mereview jurnal
...............................................................................................................
7
2.1.1 jurnal nasional..........................................................................................12
2.1.2 jurnal international...................................................................................12
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................143
3.1 Kesimpulan ................................................................................................143
3.2 Saran ..........................................................................................................143
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
 PENGERTIAN PERENCANAAN
Definisi Perencanaan adalah proses kontinyu dalam pengambilan
keputusan atau pilihan mengenai bagaimana memanfaatkan sumber daya yang
ada semaksimal mungkin guna mencapai tujuan-tujuan tertentu di masa depan.
Dari definisi tersebut maka di dalam perencanaan tentu terdapat elemen-
elemennya yaitu :
1. Merencana berarti memilih
2. Perencanaan sebagai alat untuk mengalokasikan sumber daya
3. Perencanaan sebagai alat untuk mencapai tujuan
4. Perencanaan itu berorientasi ke depan.
 PENGERTIAN KOTA DAN WILAYAH
Kota atau wilayah adalah tempat kita tinggal. Kota menyediakan berbagai
kebutuhan kita: sandang, pangan, dan papan. Kota sebagai sebuah fenomena
“urban” memberikan kita lingkungan sosial budaya dan ekonomi yang sangat
menentukan preferensi dan perilaku kita. Dan kita dapat menyebut permukiman
kota sebagai keseluruhan yang meliputi kota sebagai tempat tinggal dengan
lingkungan sosial ekonomi dan budaya yang mempengaruhi.
 PENGERTIAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Dari uraian perengertian diatas, Perencana kota adalah bukan orang yang
merancang suatu kota, tetapi yang sebenarnya adalah hanya menyediakan suatu
rencana berdasarkan prinsip “supply and demand” yang akan digunakan untuk
membuat kota tersebut lebih maju dalam segala bidang.
Dalam hal ini, Planologi atau Perencanaan Wilayah dan Kota adalah suatu
program studi yang mempelajari tentang cara merencana suatu wilayah dan kota.
Dalam merencanakan suatu kota ternyata banyak sekali yang harus di
pertimbangkan, misalnya kondisi ekonomi, sosial, budaya suatu wilayah dan yang
lain-lain
Hasil dari Perencanaan Kota dan Wilayah tentunya ada berbagai tingkatan, yaitu :
1. Rencana Tata Ruang Nasional.
2. Rencana Tata Ruang Propinsi.
3. Rencana Tata Ruang Kota dan Wilayah. (RTRW)
4. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).
Dalam melaksanakan Perencanaan suatu Wilayah dan Kota harus berjalan
sesuai dengan undang-undang yang sedang berlaku. Untuk dapat lebih jelasnya di
bawah ini adalah Undang-Undang Tata Ruang Kota yang terbaru yaitu:
UU no.26 tahun 2007 Berikutnya apabila kita ingin menjadi sarjana atau
ahli di bidang Planologi maka harus memiliki Kompetensi. Kompetensi umum
yang harus dimiliki oleh lulusan dibidang Planologi adalah :
1. Memahami yang dimaksud dengan Perencanaan Wilayah dan Kota
2. Memahami bahwa masa depan dapat berorientasi utopian dan visionary,
tetapi juga mengerti bahwa rencana adalah suatu produk yang harus
dilaksanakan
3. Mampu menghasilkan produk yang berorientasi preskriptif, yaitu
kemampuan membuat intervensi bagi peningkatan kesejahteraan di masa
depan
4. Memegang nilai-nilai kemanusiaan (humanity), membela kepentingan
umum (public interest), dan berlaku adil (justice) dan setara (equity) dalam
mempraktekkan ilmunya bagi kepentingan umum.
1.2. Apakah Perencanaan itu.
Setelah memahami secara singkat tentang terminologikotadan sebelum
sampai kepada pembahasan tentang perencanaankota, terlebih dahulu akan
dikupas tentang terminologi perencanaan.  Dalam hal ini, terdapat beberapa
pengertian berkaitan dengan terminologi perencanaan ini.  Tetapi fokus
pembahasan yang akan dibicarakan disini ialah perencanaan dalam konteks
perencanaan publik bukan perencanaan privat.  Adapun beberapa pengertian
perencanaan tersebut diantaranya ialah:
 Perencanaan adalah usaha sadar, terorganisasi  dan terus-menerus yang
dilakukan guna memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif
untuk mencapai tujuan tertentu (Waterson, 1965).
 Perencanaan dalah suatu bentuk praktek intelegensia guna mengolah fakta
serta situasi sebagaimana adanya dan mencari jalan keluar guna
memecahkan masalah.
 Perencanaan adalah seni untuk melakukan sesuatu yang dapat
terlaksanakan di masa dtaang (Beenhakker, 1980).
 Perencanaan adalah penerapan yang rasional dari pengetahuan manusia
terhadap proses pencapaian keputusan sebagai dasar perilaku manusia.
 Perencanaan dalah proses mengarahkan kegiatan manusia dalam
pemanfaatan sumberdaya yang mengacu pada masa yang akan datang.
 Perencanaan adalah proses aktivitas yang berkelanjutan dan merumuskan
apa yang dapat dilakukan dan diinginkan untuk masa depan, serta
bagaimana mencapainya (Melville C. Branch).
 Arti dan fungsi perencanaan (Tjokroamidjojo, 1977): Perencanaan dalam
arti seluas-luasnya adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
 Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya
dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif.
 Perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan
dilakukan, bagaimana, bilamana, dan oleh siapa.
 Perencanaan menyangkut penggambaran masa datang yang lebih baik dan
bagaimana mencapainya.  Rencana adalah rangkaian tindakan yang
ditetapkan terlebih dahulu, yang mempunyai tiga karakteristik:
menyangkut masa datang, adanya tindakan; identifikasi elemen personal
atau organisasi yang terkait (Frank S. So).
 Perencanaan sebagai sautu general activity adalah penyusunan rangkaian
tindakan secara berurut yang akan mengarah pada pencapaian tujuan
tertentu (Peter Hall, 1992).
 Perencanaan adalah proses yang kontinyu, yang menyangkut pengambilan
keputusan atau pilihan mengenai bagaimana memanfaatkan sumberdaya
yang ada semaksimal mungkin guna mencapai tujuan-tujuan tertentu di
masa depan (Conyer, 1984).
 Perencanaan sebagai: social reform, policy analysis, social learning,
dan social mobilization (John Friedmann).
Secara praktis perencanaan perlu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan-
tujuan pembangunan dengan efektif dan efisien.  Pada umumnya perencanaan
akan meliputi tiga proses mendasar, yaitu:
 perumusan dan penentuan tujuan.
 Pengujian atau analisis opsi-opsi atau pilihan-pilihan yang tersedia, serta
 Pemilihan rangkaian tindakan atau kegiatan untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan.
Salah satu elemen penting lainnya dalam perencanaan adalah selalu
berorientasi kepada masa depan.  Namun demikian perencanaan tidaklah statis
dengan tahap-tahap tersebut melainkan dinamis karena berjalan sebagai suatu
rangkaian proses yang berjalan terus-menerus.  Dengan demikian perencanaan
dapat didefinisikan sebagai: “Suatu proses berkelanjutan (terus-menerus) yang
melibatkan pembuatan keputusan atau penentuan pilihan mengenai alternatif
berbagai cara untuk mendayagunakan sumberdaya yang tersedia, dengan tujuan
untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pada saat tertentu di masa mendatang.
1.3. Perancangan Kota
Perancangan Kota mencakup perencanaan ruang-ruang antar bangunan serta
ruang yang diciptakan untuk masyarakat. Perancangan kota sangat berkaitan
dengan kualitas fisik lingkungan. Elemen perancangan kota meliputi berbagai
aspek yang harus diperhatikan saat hendak merancang suatu kawasan urban
dengan segala karakteristiknya.
 Elemen Perancangan Kota
Seorang ahli perancangan kota dari Michigan University, Hamid Shirvani 
(1985) dalam bukunya yang berjudul "The Urban Design Process" juga
menyebutkan ada delapan (8) elemen fisik dalam perancangan kota sebagai
berikut:
1. Tata guna lahan (Land Use)
Tata Guna Lahan adalah elemen kunci dalam Perancangan Kota. Tata guna
lahan berfungsi sebagai rencana dasar dua dimensi yang menjadi acuan ruang tiga
dimensi dibentuk. 
Disarankan suatu perencanaan fungsi sebaiknya bersifat campuran (Mix
Use). Dengan begitu diharapkan akan terjadi  kegiatan terus menerus selama 24
jam per hari yang akan meningkatkan sistem infrastruktur kota
2. Tata bangunan (Building Form and Massing)
Tata bangunan berkaitan dengan bentuk fisik bangunan, misalnya, batas
ketinggian bangunan, kepejalan bangunan (Bulk), batas garis sempadan,
penutupan lahan atau amplop bangunan yang meliputi KLB dan KDB. Disamping
itu terdapat juga hal-hal seperti penggunaan gaya arsitektur, skala, bahan termasuk
warna bangunan.
3. Sirkulasi dan perparkiran (Circulation and Parking)
Sirkulasi merupakan elemen yang menghubungkan suatu fasilitas dengan
fasilitas lainnya. Contoh utamanya adalah jalan. Agar bisa membentuk suatu
lingkungan sirkulasi yang ideal, maka jalan harus merupakan elemen ruang
terbuka serta dipandang. 

Jalan tersebut hendaknya mampu memberi orientasi yang jelas bagi para
pengemudi maupun pejalan kaki, serta membuat lingkungan yang dilaluinya
mudah dikenali. Harus ada kerjasama dari sektor umum maupun swasta agar
dapat mencapai tujuan tersebut. 
Sedangkan untuk masalah perparkiran terdapat dua pengaruh terhadap
kualitas lingkungan meliputi kelangsungan aktivitas kota dan dampak visual
terhadap bentuk fisik dan struktur kota. 
Berkaitan tentang Jalan sebagai salah satu elemen perancangan kota, berikut
adalah artikel mengenai Pengertian Jalan dan Jenis-jenis Jalan yang ada di
Indonesia.
4. Ruang terbuka (Open Space).

Ruang Terbuka mencakup semua unsur landscape berupa jalan, trotoar,


pedestrian, taman maupun ruang rekreasi di perkotaan.  Ruang terbuka mestinya
bisa menjadi bagian yang terintegrasi dari Perancangan Kota dan bukan sekedar
akibat dari penyelesaian tata ruang maupun arsitekturnya.
5. Jalur pejalan kaki (Pedestrian Ways).
Pedestrian merupakan sarana bagi pejalan kaki dan sarana untuk kegiatan
pada sektor informal, misalnya pedagang kaki lima dan penjual eceran. Hal ini
yang sekaligus bisa menghidupkan ruang-ruang terbuka kota.
Jalur pejalan kaki yang biasanya kita lihat di pinggir jalan adalah trotoar,
jembatan penyeberangan. Setiap jalan di kota-kota di dunia saat ini telah
menyediakan trotoar sebagai tempat pejalan kaki. 
6. Aktivitas pendukung (Activity Support ).
Aktivitas pendukung dalam elemen perancangan kota meliputi semua
penggunaan dan kegiatan yang berlangsung di dalam ruang-ruang terbuka kota.
Aktivitas pendukung seperti adanya fasilitas taman bermain anak, tempat duduk
untuk menunggu bis, lampu jalan dan lainnya. 
7. Rambu, papan reklame, dan Iain-lain (Signage).
Signage merupakan suatu elemen visual yang menjadi alat bantu untuk
menginformasikan masyarakat pemakai ruang kota. Dalam hal ini perlu diatur
agar tercipta keseimbangan antara kepentingan umum dan privat.  Adapun
dampak visual signage tidak boleh terlalu berlebihan. Sehingga dapat mengurangi
kesemrawutan dan persaingan dengan rambu-rambu lalu lintas meskipun sangat
diperlukan.
8. Preservasi Dan Konservasi (Preservation).
Preservasi dan konservasi meliputi perlindungan terhadap tempat tempat
atau aset kota yang sudah ada karena dianggap istimewa seperti bangunan-
bangunan dengan nilai sejarah. 
Bangunan bersejarah perlu dilindungi karena nilai sejarahnya yang memiliki
arti mendalam bagi masyarakat kota, bangsa maupun negara. Contohnya gedung
proklamasi, monumen nasional, monumen perjuangan rakyat, dan masih banyak
contoh lain yang bisa disebutkan. 
Demikianlah mengenai 8 Elemen Perancangan Kota yang perlu dipahami
dalam merancang suatu kawasan urban. Semoga artikel ini Bermanfaat dan dapat
menambah wawasan bagi para pembaca sekalian.
BAB II
METODE PERENCAAN KOTA DALAM KOTEKA PERENCAAN
WOLAYAH DAN KOTA

2.1. 5 jurnal nasional dan 5 jurnal international tentang perancangan kota


dalam konteks perencanaan wilayah dan kota, kemudia di setiap jurnal
review sesuai kaidah mereview jurnal
2.1.1.jurnal nasional
1. Panduan Rancang Kota: Konsep Perancangan Koridor Ryacudu, Kota
Bandarlampung Fran Sinatra1 , David Ricardo2 , Elisabet Nungki
Septania2 , Eduwin Eko Franjaya3 (1) Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota, ITERA. (fran.sinatra@pwk.itera.ac.id) (2) Program
Studi Arsitektur, ITERA. (3) Program Studi Arsitektur Lanskap, ITERA.
Bandarlampung is a metropolitan area in Southern Sumatera. The
vast number of urbanization and rapid development of infrastructures such
as JTTS and Integrated Higher Education District LARALIN (UNILA,
ITERA, UINRIL) affect this area, Ryacudu Corridor. To date, this corridor
has not yet optimum in the level of services. Moreover, the high number of
heterogeneity of the ethnic of Bandarlampung leads to degradation of local
identity as a part of the city image. This paper aims to arrange the urban
design guideline of Ryacudu Corridor, to encourage the level of service of
Ryacudu Corridor and adopt the local identity of Lampung, Piil
Pesenggiri, as corridor image toward sustainable development. The
fragmental design method is employed in this study. In order to achieve
the optimum place quality in the future, thus there are several urban design
components should be designed, which are a guideline of site structure
plan, land use and intensity, bulk and massing, circulation system, and
public open space
Menjelaskan baha untuk penetaan kota dan wilaha mereka
mengunakan metode desain terfragmen (Fragmental Method) dalam
perenanaan kota dan wilayah. Metode ini merupakan bentuk lain dari
metode desain komprehensif rasional (metode sinopsis) namun dalam
bentuk lebih singkat (Shirvani, 1985). Penelitian ini menggunakan empat
tahapan:
1. Tahap Pengumpulan data primer dan data sekunder,
2. Analisis data,
3. Formulasi visi dan prinsip perancangan kawasan,
4. Penyusunan panduan rancangan kawasan.
Tahap Pertama. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data baik
data primer maupun data sekunder. Kualitas data yang dihasilkan sangat
berkaitan erat bagaimana data tersebut diperoleh dan sumbernya (Yunus,
2010). Ada dua jenis data yang digunakan, meliputi: data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang dihasilkan dari hasil observasi dan
interview. Data observasi berkaitan dengan pengamatan kondisi eksisting
kawasan rancangan yang meliputi gunalahan dan kegiatan eksisting,
sistem pergerakan, dan sistem jaringan jalan. Interview dilakukan kepada
pengguna jalan dari berbagai stakeholder seperti pemerintah, dan
masyarakat. Interview menghasilkan data terkait preperensi pemangku
kepentingan terhadap citra kawasan yang diinginkan dan arahan
pengembangannya. Data sekunder yang dikumpulkan berkaitan dengan
data nilai dan identitas kebudayaan etnis lampung, fallsafah hidup dan
kearifan lokal lainnya.
Selain itu, data sekunder yang dikumpulkan juga berkaitan dengan
dokumen rencana tataruang skala makro (Rencana Tata Ruang Wialyah
Kota bandar lampung, Kab. Lampung Selatan dan Provinsi Lampung) dan
kebijakan pembangunan. Tahap kedua. Pada tahapan ini dilakukan analisis
dari data yang telah dikumpulkan baik data primer maupun data sekunder.
Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dan
kualitatif.
Deskriptif kuantitatif digunakan melalui analis spasial dan data
statistik berkaitan dengan luas guna lahan, sistem pergerakan, dan jaringan
jalan. Sedangkan analisis deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik
analisis konten/isi untuk mengintepretasikan persepsi para pemangku
kepentingan terhadap budaya lokal yang dapat diadopsi pada rancangan
dan arahan kebijakan tataruang yang ada saat ini dan dimasa yang akan
datang. Tahap ketiga. Setelah data dan informasi dianalisis, kegiatan yang
dilakukan selanjutnya berupa penyusunan visi dan prinsip perancangan
Kawasan Koridor Ryacudu. Visi dan prinsip ini merupak konsep atau
gambaran kualitas rancangan yang akan dicapai pada masa yang akan
datang dalam bentuk gambar konsep dan statement rancangan, arahan
pembangunan secara normatif. Tahap keempat. Penyususnan panduan
rancangan dari setiap komponen rancang kota, seperti Struktur ruang,
arahan guna lahan dan intensitas lahan, tata bangunan, sistem pergerakan,
dan sistem ruang terbuka.
Karakteristik Koridor Ryacudu Kawasan rancangan terletak di
Kawasan Perbatasan anatara Kota Bandar Lampung (Kecamatan
Sukarame) dan Kab. Lampung Selatan (Kecamatan Jati Agung). dengan
panjang 800M.
Segmen II ITERA, meliputi jalan Terusan Ryacudu yang secara
fungsional merupakan kawasan pendidikan tinggi (ITERA). Segmen III
Mesjid Ariran Raya yang merupakan kawasan perbatasan antara Kota
Bandar Lampung dan kabupaten Lampung Selatan dengan panjang sekita
2 Km. Segemen IV, Segmen KORPRI, merupakan segemen yang
didominasi oleh kawasan hunian dengan pajang segemen sekitar 416 M,
Segmen V, Pasar KORPRI, dengan panjang kawasan rancangan mencapai
980 m. Dan Segmen VI, Way Dadi, Panjang segmen ini mencapai 1,4 Km.
Gambar 1 menunjukkan lokasi Kawasan Rancangan dan Pembangian
Segmen.
. Visi dan Misi Rancangan Koridor Ryacudu Kawasan Koridor Jalan
Ryacudu memiliki permasalahan dan potensi untuk dikembangakan. Visi
yang disusun berusaha untuk meminimalkan permaslahan yang ada dengan
memaksimalkan potensi.
Panduan Rencana Rancangan Koridor Ryacudu Panduan rencana
umum menjadi pedoman arahan pembangunan secara keseluruhan yang
meliputi komponen perancangan kawasan seperti: 1. Panduan rencana
struktur ruang; 2. Panduan Rencana Penggunaan Lahan dan Intensitas
Lahan; 3. Tata bangunan, 4. Panduan sistem pergerakan;
Kesimpulan Koridor Ryacudu merupakan salah satu kawasan yang
terdampak akibat dari perkembangan kota Bandar Lampung sebagai Kota
Metropolitan. Kawasan ini mengalami perubahan yang signifikan yang
dipengaruhi oleh pembanguna infrastruktur dan sarana berskala nasional
seperti JTTS dan Kawasan Pendidikan Terpadu LARALIN.

2. KETERSEDIAAN DAN KUALITAS FASILITAS PERUMAHAN


TAMAN MANGGIS PERMAI DI KOTA DEPOK Availability and
Quality of Taman Manggis Permai Housing Facilities in Depok City
Naufal Farhan1 , Joko Adianto2 Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas
Teknik, Universitas Indonesia 1 Perencanaan Wilayah dan Kota,
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia 2 E-mail
Korespondensi: naufal.farhan11@ui.ac.id
Menjelaskan baha untuk penetaan kota dan wilaha mereka
mengunakan metode yaitu Metode Penelitian Metode penelitian yang
digunakan yakni metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan metode
yang fokus pada pengamatan mendalam (Yoni Ardianto, 2019). Metode
tersebut digunakan untuk meneliti kondisi yang terjadi begitu saja tanpa
adanya intervensi dari peneliti (Sugiyono, 2010:15). Oleh karena itu,
metode tersebutcocokuntuk meneliti fasilitas perumahan. Diagram
Kerangka Pikir Penelitian Di Kota Depok, terdapat berbagai perumahan,
salah satunya yakni Taman Manggis Permai. Perumahan tersebut haruslah
terdapat fasilitas. Selain tersedia, juga berkualitas. Dari situlah dihasilkan
ketersediaan dan kualitas fasilitas perumahan Taman Manggis Permai di
Kota Depok. 3. Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan pada
objek penelitian dan informan. Pengambilan tersebut menggunakan jenis
non-probability sampling. Untuk objek penelitian pada tingkat RT,
dilakukan teknik purposive sampling. Untuk informan, dilakukan teknik
accidental sampling.
Objek Penelitian Objek penelitian merupakan segala sesuatu yang
dipilih oleh penulis untuk diteliti dengan tujuan menjawab pertanyaan
penelitian. Oleh karena itu, objek penelitian ini yakni fasilitas perumahan
Taman Manggis Permai dan fasilitas salah satu RT perumahan tersebut,
yaitu RT. 001. RT tersebut berada setelah gapura perumahan serta
merupakan RT yang pertama kali dibangun oleh developer perumahan
tersebut sehingga dianggap merepresentasikan RT perumahan tersebut
untuk meneliti fasilitas RTnya yang tidak termasuk fasilitas perumahan. 5.
Informan Informan penelitian ini yakni warga RT tempat objek penelitian
yang membeli rumah terakhir di RT alias ayah penulis. Selain itu,
berhubung penulis juga merupakan warga RT tersebut, penulis mencoba
menggali ingatan diri sendiri terkait objek penelitian. Dengan begitu,
diharapkan informasi terkait objek penelitian bisa lengkap.
Pengumpulan Data Penulis melakukan pengumpulan data primer
dan sekunder. Untuk mendapatkan data primer, penulis melakukan
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk mendapatkan data
sekunder, penulis melakukan pengunduhan data spasial yang tersedia pada
internet dan studi literatur. Observasi dilakukan untuk mendapatkan
informasi secara langsung terkait objek penelitian melalui pengamatan.
Jenis observasi yang digunakan oleh penulis yakni observasi sistematis.
Penulis melakukan observasi tersebut terhadap fasilitas perumahan dan
lingkungan tempat tinggal penulis. Penulis mengobservasi jalan depan
rumah tempat tinggal penulis terlebih dahulu kemudian fasilitas
perumahan yang ada di RT tempat tinggal penulis, fasilitas RT tersebut,
dan fasilitas di dekat RT tersebut. Setelah itu, penulis mewawancarai
informan. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data yang tidak
didapatkan dari observasi. Bentuk wawancara yang digunakan oleh penulis
yaitu semi terstruktur. Terdapat batasan tema dan alur pembicaraan pada
wawancara semi terstruktur sehingga pembicaraan yang dilakukan oleh
penulis dan informan tidak keluar dari topik penelitian supaya durasi
wawancara dapat terprediksi dan wawancara dapat dilakukan secara
fleksibel, tetapi terkontrol. Kemudian, penulis juga bisa mendapatkan
informasi yang komprehensif serta terstruktur dari informan terkait
fasilitas perumahan dikarenakan wawancara semi terstruktur termasuk
kategori wawancara mendalam. Dokumentasi dilakukan untuk
memperkuat penelitian.
Dokumentasi yang dilakukan yakni memotret tempat tinggal penulis
tampak dari depan, lingkungan tempat tinggal penulis, gapura perumahan
Taman Manggis Permai, fasilitas-fasilitas perumahan tersebut, fasilitas
RT. 001 perumahan tersebut, dan salah satu fasilitas di luar RT tersebut
dengan menggunakan kamera ponsel penulis. Hasilnya berupa foto-foto.
Data sekunder yang didapatkan oleh penulis yakni data spasial dan
literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian. Data spasial diperoleh
dari instansi yang menyediakannya. Literatur-literatur tersebut diperoleh
melalui studi literatur. Data spasial dibutuhkan untuk memvisualisasikan
informasi yang bersifat keruangan. Informasi tersebut berkaitan dengan
penelitian. Penulis mendapatkan data spasial dari internet, yakni lokasi
tempat tinggal penulis dari Google Maps dengan hak cipta tahun 2022.
Studi literatur yang dilakukan oleh penulis yakni mencari literatur-literatur
di internet kemudian mempelajarinya lalu mengidentifikasi pengetahuan
yang berhubungan dengan penelitian setelah itu mengutipnya (Farthing,
2016). Kutipan tersebut digunakan untuk memperkuat penelitian. Data
primer dan data sekunder yang telah terkumpul kemudian diolah melalui
pengolahan data. Naufal Farhan 1 , Joko Adianto
Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan untuk mengubah data
menjadi sesuatu yang dapat dianalisis. Pengolahan data yang dilakukan
oleh penulis yakni pengolahan data spasial dan pengolahan data kualitatif.
Pengolahan data spasial dilakukan dengan mengolah data spasial.
Pengolahan data kualitatif dilakukan dengan mengolah data kualitatif.
Data spasial diolah dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis
(SIG). Penulis menggunakan SIG karena merupakan alat yang andal dalam
menangani data spasial (Barus dan Wiradisastra, 2000). SIG yang
digunakan penulis terdiri atas hardware yakni laptop dan software yakni
Google Maps. Dari pengolahan tersebut, penulis menghasilkan lokasi
tempat tinggal penulis. Pengolahan data kualitatif dilakukan dengan
mengurutkan data kualitatif secara sistematis yang telah didapatkan dari
pengumpulan data. Pengurutan tersebut menghasilkan kemudahan dalam
meneliti. Data spasial dan data kualitatif yang sudah diolah kemudian
dianalisis. 8. Analisis Data Analisis data yang digunakan oleh penulis
yakni analisis spasial dan analisis kualitatif. Dengan menggunakan
analisis-analisis tersebut, penulis dapat menganalisis hasil pengolahan data
dari perspektif keruangan secara logis. Jadi, penulis membandingkan
lokasi tempat tinggal penulis dengan wilayah Kota Depok sehingga terlihat
letaknya di Kota Depok. Penulis membandingkan data tentang fasilitas
perumahan di RT tempat tinggal penulis dan fasilitas RT tersebut dengan
keternormalan fasilitas tersebut berdasarkan persepsi penulis. Kemudian,
ketersediaan fasilitas di tempat-tempat tersebut dengan persepsi penulis
juga turut dibandingkan. Setelah itu, penulis menemukan persamaan dan
perbedaannya dengan melakukan penarikan kesimpulan. 9. Penarikan
Kesimpulan Penarikan kesimpulan pada penelitian ini dilakukan oleh
penulis dengan melakukan penalaran induktif. Penalaran induktif
dilakukan dengan melakukan penalaran pada hal-hal yang bersifat spesifik
untuk menghasilkan hal yang bersifat umum (Santrock, 2008:357). Hal-hal
yang bersifat spesifik tersebut pada penelitian ini terdapat pada hasil
analisis data, sehingga dengan melakukan penalaran induktif pada hal-hal
tersebut, penulis dapat menghasilkan hal yang bersifat umum, yakni
kesimpulan penelitian (jawaban pertanyaan penelitian). Dari jawaban
tersebut, dirumuskanlah saran. 10. Perumusan Saran Saran digunakan
sebagai masukan untuk pertimbangan kebijakan kemajuan objek
penelitian. Objek tersebut digunakan oleh warga perumahan dan RT
tempat tinggal penulis. Oleh karena itu, semua warga perumahan dan RT
tempat tinggal penulis haruslah mengetahuinya.
3. Pentingnya Analisis Lokasi dan Pola Keruangan di dalam Perencanaan
Wilayah dan Kota Ir. Benny Benyamin Suharto, M.Si
Menurut penelih okasi dan ruang menjadi bagian paling fundamental
dalam perencanaan wilayah dan kota. Perencanaan wilayah dan kota
dengan berbagai variasi dan keseluruhan objek yang diamati atau yang
direncanakan, yaitu ekonomi, sosial budaya, fisik alami, fisik binaan dan
berbagai aspek lain yang terkait, pada akhirnya tetap perlu
direpresentasikan ke dalam lokasi dan ruang.
Perencanaan wilayah dan kota berkaitan dengan pengambilan
keputusan untuk menentukan lokasi dan ruang yang tepat untuk berbagai
kegiatan, fasilitas, dan objek-objek lain yang direncanakan. Pengenalan
terhadap karakteristik objek-objek (kegiatan, fasilitas, dst) yang secara
normatif menuntut lokasi dan ruang dengan ciri-ciri tertentu menjadi
penting yang pada akhirnya akan menghasilkan keputusan yang optimal
untuk menempatkan objek-objek yang direncanakan.
Secara umum, analisis lokasi dalam perencanaan bertujuan untuk
menentukan lokasi kegiatan, fasilitas, dan objek-objek lainnya dalam skala
wilayah dan kota sesuai dengan karakteristik normatifnya. Penempatan
lokasi secara normatif ini kemudian dideskriptifkan dengan realitas atau
fakta-fakta lokasi yang sebenarnya terjadi. (DEFENISI PERENCANAAN
WILAYAH DAN KOTA) Perencanaan mulai muncul pada akhir abad ke-
19 sebagai suatu aktivitas profesional. Perencana (planner) adalah profesi
yang memiliki keahlian untuk membantu para pengambil keputusan
(decision makers). Saat itu perencanaan muncul dari berbagai tradisi, yaitu
perancangan kota, perencanaan ekonomi, perencanaan kesehatan dan
pendidikan, serta perencanaan korporasi (Benveniste, 1990).
4. PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH PERKOTAAN
BERBASIS ANALISIS KEWILAYAHAN Mohhamad Farid1)
1Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Surabaya Jl. Lidah Wetan,
Lidah Wetan, Kec Lakarsantri, Kota Surabaya 60213
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif deskriptif yang berarti data yang dikumpulkan berbentuk kata-
kata atau gambar grafik yang mendukung dan bukan berupa angka dengan
perhitungan tertentu. Menurut Taylor dan Bogdan penulisan kualitatif
dapat diartikan sebagai penulisan yang menghasilkan data deskriptif
mengenai kata-kata lisan maupun tertulis dan tingkah laku yang dapat
diamati dari orang-orang yang diteliti. Penulis buku penulisan kualitatif
Denzin dan Lincoln juga menyatakan bahwa penulisan kualitatif adalah
penulisan yang menggunakan latar alamiah untuk menafsirkan fenomena
yang terjadi dan dilakukan dengan cara melibatkan berbagai metode. Data
dari penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh melalui studi
pustaka atau penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Studi
pustaka dipilih karena memiliki kelebihan berupa efisiensi dalam
mengumpulkan data.
5. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota (Journal of Regional and City
Planning) vol. 27, no. 3, pp. 219-235, December 2016 DOI:
10.5614/jrcp.2016.27.3.4 ISSN 0853-9847 print/ 2442-3866 online ©
2016 ITB, ASPI dan IAP Analisis Penerimaan Retribusi Sampah oleh
Masyarakat dalam Upaya Peningkatan Pelayanan Pengelolaan
Persampahan di Kota Bandung Bagian Timur Iwan Susanto0F 1 dan
Benno Rahardyan1F 2 [Diterima: 29 Maret 2016; disetujui dalam bentuk
akhir: 19 September 2016]
Pendahuluan Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses
penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur
pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian
sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial
dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu yang
meliputi: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD),
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).
Metode Penelitian Metode pendekatan yang digunakan adalah penilaian
kontingen (contingent valuation methode : CVM) yaitu salah satu di antara
banyak teknik yang telah dikembangkan oleh para ekonom untuk
menetapkan harga untuk barang dan jasa lingkungan. Metode CVM adalah
metode survei yang digunakan untuk memperoleh penilaian konsumen
terhadap barang dan jasa tidak dijual di pasar, dengan menunjukkan
kesediaan mereka untuk membayar (Sizya, 2015). Metode ini telah secara
luas digunakan dalam penilaian sumber daya non-pasar seperti rekreasi,
satwa liar dan kualitas lingkungan. Teknik CVM yang dipilih adalah
teknik bidding games. Hasil dari teknik bidding games tersebut akan
diperoleh tingkat WTP masyarakat. Teknik bidding games yang digunakan
adalah dengan menanyakan kepada responden sejumlah uang sebagai
starting point, dimana nilai starting point yang ditanyakan adalah batas
atas pembayaran yang apabila seluruh wajib bayar jasa iuran sampah kota
membayar, maka 80% pembiayaan akan berasal dari masyarakat dan
sisanya 20% berasal dari APBD. Pengambilan data di wilayah studi,
dilakukan dengan stratified random sampling sesuai kategori pelanggan.
Data diambil dari tiap kategori wajib bayar dan tiap kecamatan. Jumlah
sampel yang diambil berdasarkan rumus Slovin, sesuai dengan Persamaan
1 (Sugiono, 2006). n = N 1+(N x e2) (Persamaan 1) Dimana, n : jumlah
sampel; N : jumlah populasi; e : tingkat kesalahan.
Dengan 109.068 wajib bayar/pelanggan yang ada di Kota Bandung bagian
timur dan tingkat kesalahan (e) = 5%, melalui Persamaan 1 diperoleh
jumlah sampel adalah 400 sampel. Responden terpilih kemudian akan
dibagikan kuesioner sehingga akan diperoleh data yang akan diolah dan
dianalisa. Kuesioner dibagi berdasarkan jumlah tiap kategori wajib bayar
dan tiap kecamatan di wilayah studi. Struktur kuesioner disusun
berdasarkan studi pendahuluan, sehingga parameter utama terhadap
variabel yang mempengaruhi kesediaan dan kemampuan membayar
dimasukan dalam kuesioner. Struktur kuesioner terdiri dari 6 (enam)
bagian. Bagian pertama adalah berisi pertanyaan terkait atribut responden,
bagian kedua berisi tentang perilaku dan penanganan sampah yang
dilakukan responden, bagian ketiga berisi tentang tingkat kepuasan
terhadap pelayanan, bagian keempat merupakan pertanyaan terkait iuran
dan sistem pembayaran serta kesediaan membayar dalam layanan
eksisting, bagian kelima merupakan tanggapan responden terhadap upaya
peningkatan layanan, dan bagian keenam berisi tentang kemampuan
membayar iuran sampah. Nilai WTP yang dianalisa adalah nilai WTP
eksisting dan nilai WTP improvement. Nilai WTP maksimum adalah nilai
kesediaan rata-rata yang bersedia dibayarkan untuk iuran jasa pelayanan
persampahan kota. Nilai WTP maksimun diambil dari rata-rata tiap
kecamatan dan tiap kriteria wajib bayar. Rata-rata (mean) nilai WTP
diperoleh dengan menggunakan statistik deskriptif, dengan rumus sesuai
dengan Persamaan 2 (Trimansyah dkk, 2012). MWTP = 1 𝑛 ∑ WTPi 𝑛
𝑖=1 (Persamaan 2) Dimana, MWTP : rata-rata WTP; n : ukuran sampel;
WTPi : nilai WTP maksimum responden. Perhitungan nilai rata-rata ATP
juga dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dan menggunakan
Persamaan 2. Nilai rata-rata ATP akan dibandingkan terhadap rata-rata
penghasilan responden. Sehingga akan diketahui persentase iuran sampah
yang mampu dibayarkan oleh reponden. Nilai rata-rata penghasilan
diperoleh dengan menggunakan rumus rata-rata data kelompok
(Trimansyah dkk, 2012). Untuk mengetahui variabel yang mempengaruhi
terhadap nilai WTP maka dilakukan analisis crosstab dan analisis Kruscal
Wallis terhadap atribut responden yang terdiri dari usia, jenis kelamin,
penghasilan, pengeluaran, dan jarak rumah terhadap TPS sebagai variabel
bebas dengan nilai WTP sebagai variabel terikat. Uji crosstab akan
menganalisa nilai coeffisient contigency hubungan antara varibel bebas
dengan nilai WTP (Santosa, 2014). Uji Kruscal Wallis akan menganalisa
nilai signifikasi, apabila nilai signifikansi < 0,05 maka terdapat perbedaan
yang signifikan tingkat WTP pada masing-masing kelompok variabel
bebas. Responden akan dikelompokan berdasarkan kedekatan dari nilai
WTP, dengan menggunakan analisis cluster. Tujuan dari analisis cluster
pada penelitian ini adalah untuk mengelompokkan responden ke dalam
kelompok kriteria nilai WTP berdasarkan pada kedekatan nilai WTP per
kategori wajib bayar (Saifullah, 2013). Metode pengelompokan yang
digunakan dalam analisis cluster ini adalah metode non hirarkis, yaitu
jumlah cluster yang diinginkan sudah ditentukan menjadi 3 cluster yaitu
kelompok WTP rendah, sedang, dan tinggi. Setelah jumlah cluster
ditentukan, maka proses cluster dilakukan dengan tanpa mengikuti proses
hirarki. Metode ini biasa disebut “K-Means Cluster”. Hasil dari analisis
cluster akan diperoleh jarak nilai WTP di tiap klaster. Jarak tersebut akan
dibandingkan dengan rata-rata total tiap variabel. Rumus yang.
2.1.2 jurnal international
1. A Global Review on Peri-Urban Development and Planning A Global
Review on Peri-Urban Development and Planning [Diterima: 9 Oktober
2012; disetujui dalam bentuk akhir: 18 Februari 2014] and Planning A
Global Review on Peri-Urban Development ,Johan Woltjer1[Diterima: 9
Oktober 2012; disetujui dalam bentuk akhir: 18 Februari 2014]
Umumnya, kawasan peri-urban dihasilkan dari perluasan kegiatan
perkotaan di luar batas administratif yang ada di kawasan perkotaan. Peri-
urbanisasi dapat didefinisikan sebagai “suatu proses di mana daerah pedesaan
yang terletak di pinggiran kota yang sudah mapan menjadi lebih berkarakter
perkotaan, dalam hal fisik, ekonomi, dan sosial, seringkali dengan cara
sepotong-sepotong” (Webster, 2002, hlm. 5) , adalah penurunan pertumbuhan
penduduk di inti yang diikuti dengan penyebaran penduduk perkotaan ke
daerah pinggiran, termasuk kota-kota baru (Firman, 2004).
Pertumbuhan metropolitan telah menghasilkan fenomena fisik yang
disebut “desakota” (daerah peri-urban dengan campuran kegiatan pertanian
dan non-pertanian). Perubahan fisik semacam ini juga umum terjadi di daerah
perkotaan di Cina, misalnya. Kota-kota Cina telah menunjukkan pergerakan
pembangunan perumahan dan industri ke luar, pinggiran kota (misalnya,
Pengjun et al, 2009). Di kota-kota Asia, peri-urbanisasi melibatkan
pergeseran dari pedesaan menuju kehidupan perkotaan (e.g., Hudalah et. al.,
2007). Karakteristik khusus untuk peri-urbanisasi di Eropa adalah transisi dari
kota-kota yang khas, menuju wilayah perkotaan yang lebih luas. Fenomena
seperti interaksi antara perusahaan, pasar perumahan, dan pola mobilitas
semakin menunjukkan dirinya pada skala regional. Koordinasi metropolitan
telah menjadi tingkat yang dominan untuk memahami perubahan dan
perencanaan peri-urban (misalnya, Salet dan Woltjer, 2009). Juga di AS,
penekanan pada wilayah perkotaan terlihat jelas, tetapi juga menampilkan
beberapa fitur unik seperti pengelolaan penahanan perkotaan dan urban
sprawl. Proses urbanisasi di negara-negara berkembang secara umum diakui
berbeda dengan di negara-negara maju. Sejarah pertumbuhan perkotaan,
sejauh mana daerah perkotaan dan pedesaan dipisahkan, peran transportasi,
teknologi komunikasi dan informasi, perkembangan ekonomi semuanya
sangat bervariasi secara global (e.g., McGee, 1991; Aguilar, 2008).
Ide utamanya adalah bahwa daerah pinggiran kota membedakan dirinya
secara global. Isu-isu seperti pertumbuhan yang cepat, dan ketegangan
campuran fisik, lingkungan, ekonomi dan sosial muncul di daerah-daerah ini
dalam berbagai cara, tetapi mereka juga menunjukkan kesamaan yang jelas.
Sebagaimana diperjelas dalam ikhtisar singkat ini, daerah pinggiran kota
tunduk pada senyawa yang sangat kuat dari tekanan yang diinduksi secara
global. Intinya, daerah-daerah ini berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi,
dan mengalami urbanisasi dan pertumbuhan penduduk yang signifikan. Pada
saat yang sama, tekanan-tekanan semacam ini dapat membahayakan kualitas
ruang dan lingkungan, dan kemampuan wilayah kota untuk mengusulkan
solusi kebijakan. Basis data digunakan dengan cara memasukkan kata kunci
yang terkait dengan berbagai terminologi pembangunan peri-urban, termasuk
“peri-urban”, “urban fringe”, “urban-rural”, “city region”, “metropolitan
area” dan “urban keliling". Database daftar pertama dari 1.954 kemudian
dikurangi menjadi hanya mencakup artikel peer-review, buku dan beberapa
laporan ilmiah yang membahas pembangunan pinggiran kota secara langsung
(tersisa 229), setelah itu 60 pilihan terakhir digunakan untuk artikel ini. Jelas,
isu-isu yang diadopsi di koran mungkin tidak sama sekali terpisah. Makalah
ini sekarang beralih ke diskusi tentang dimensi pembangunan pinggiran kota
yang diamati. Bagian 3 membahas manifestasi spasial, dilanjutkan dengan
ikhtisar penggunaan dan kegiatan di Bagian 4. Bagian 5 mengkaji arus dan
pendorong perubahan. Jawaban institusional terhadap pembangunan
pinggiran kota diberikan di Bagian 6. Kami menyelesaikannya dengan kata
penutup di Bagian 7. Manifestasi Spasial Unsur yang melekat dalam
perdebatan internasional tentang pembangunan pinggiran kota adalah
manifestasi spasialnya. Daerah peri-urban, kemudian, dapat didefinisikan
sebagai zona transisi antara lahan perkotaan di kota-kota dan sebagian besar
daerah pertanian (misalnya, Rakodi, 2002).
4 Johan Woltjer Penulis seperti Adell (1999) melihat perkembangan
peri-urban di tempat-tempat perantara antara kota dan pedesaan. Tempat-
tempat ini mewakili wilayah dengan kombinasi fitur, sebagian besar
dihasilkan dari aktivitas di pusat kota, dan terjadi di dekat dan di lahan
pertanian sebelumnya. Sebuah istilah yang digunakan dalam literatur di
Afrika Utara dan Asia Selatan adalah “antarmuka peri-urban”, yang sekali
lagi menonjolkan ruang peri-urban sebagai perantara antara aktivitas
perkotaan dan pedesaan (Allen, 2003; Mattingly, 1999; Simon et al., 2004 ).
Penekanan ini juga berbicara tentang penggabungan perkotaan dan pedesaan,
setidaknya dalam hal koeksistensi yang lebih dekat antara kegiatan pertanian
dan non-pertanian di wilayah perkotaan. McGee (1991) menemukan istilah
“desakota” (bahasa Indonesia untuk kota-desa, atau perkotaan-pedesaan)
untuk penggabungan ini, yang juga merangkum semakin tidak jelasnya batas
kota-negara dan pembagian perkotaan-pedesaan. Jelas, lokasi dan letak di
pinggiran perkotaan adalah karakteristik yang jelas di sini (Kurz dan Eicher,
1958). Daerah pinggiran kota terletak di luar kota, pada dasarnya di daerah
pedesaan. Selain itu, literatur mengacu pada campuran penggunaan lahan
perkotaan dan pedesaan di pinggiran kota. Referensi untuk karakteristik pola
dasar ini berlimpah, seperti pengakuan yang kontras antara pusat kota sebagai
pasar dan pedesaan, pedalaman pertanian tidak pernah bersifat kategoris.
Daerah peri-urban selalu ada (Thomas, 1990). Cakupan besar di mana mereka
muncul selama dekade terakhir, bagaimanapun, khususnya di negara-negara
berkembang, adalah penekanan yang lebih baru. Penekanan langsung kedua
dalam literatur adalah ekspansi perkotaan. Di Afrika dan juga banyak negara
Asia, pembangunan perkotaan dicirikan oleh pertumbuhan fisik yang
melampaui metropolitan dan ci.
2. MODUL 1 Konsep Dasar Metode Analisis Perencanaan Dr. Ir. Dewi
Sawitri, M.T.
Perencanaan adalah proses pengambilan keputusan mengenai
tindakan apa yang terbaik untuk membawa perubahan-perubahan atau
pengembangan dan bagaimana tindakan itu dilakukan. Tujuan perencanaan
adalah untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang diidentifikasikan atau
ditentukan sebelum pekerjaan dimulai (Conyer dan Hills, 1984).
Pengertian Metode Analisis Perencanaan eperti telah dikemukakan
sebelumnya bahwa perencanaan berhubungan dengan proses pengambilan
keputusan mengenai tindakan yang terbaik untuk masa depan wilayah dan
kota, yang mengaitkan pengetahuan dan tindakan yang terstruktur dengan
baik.
putusan. Dengan demikian, Metode Analisis Perencanaan
merupakan sekumpulan teknik atau alat yang membantu perencana untuk
melakukan analisis dalam mendukung proses perencanaan wilayah dan kota.
Metode Analisis Perencanaan mempunyai dua kutub, yaitu :
1.Metode Analisis Kuantitatif: Dengan asumsi:
a. realitas pada dasarnya bersifat materi dan kealaman;
b. manusia bersifat materi dan kealaman;
c. dunia angka menjadi elemen sentral.
2. Metode Analisis Kualitatif: Dengan asumsi:
a. manusia sebagai manusia;
b. manusia sebagai makhluk yang sadar dan mempunyai tujuan;
c. dunia ide, dunia makna menjadi elemen sentral dunia yang
teramat sentral pada diri manusia kapan pun dan dimana pun.
Dalam proses perencanaan, baik Metode Analisis Kuantitatif
maupun Kualitatif mempunyai tingkat kepentingan yang sama. Dalam
praktek perencanaan, tradisi perencanaan komprehensif yang rasional
(Rational Comprehensive Planning), yang dikenal sebagai tradisi synoptic,
mendapat perhatian utama. Tradisi tersebut telah mendominasi praktek
perencanaan di dunia, termasuk di Indonesia.
Selain dipandang dari kedua kutub, Metode Analisis Perencanaan
juga harus dipandang dari elemen-elemen utama wilayah dan kota yang perlu
dikenali dengan baik. Elemen-elemen utama tersebut adalah:
(1) Elemen Fisik,
(2) Elemen Penduduk dan Sosial Budaya,
(3) Elemen Ekonomi
(4) Elemen Interaksi Spasial.
Mengingat perencanaan merupakan suatu proses, maka Metode
Analisis Perencanaan juga harus mencakup metode yang mendukung setiap
tahap di dalam proses perencanaan, yang secara garis besar berturut-turut
terdiri dari kegiatan
(1) mendeskripsikan karakteristik,
(2) peramalan masa depan,
(3) membuat keputusan.
Dalam mendukung proses perencanaan, maka lingkup dari Metode
Analisis Perencanaan adalah mencakup:
1. Metode Analisis Deskripsi Karakteristik Objek Perencanaan,
2. Metode Analisis Peramalan Karakteristik Objek Perencanaan,
3. Metode Analisis Optimasi dan Keputusan Tindakan
Pengembangan
Objek Perencanaan.
3. STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN
BERBASIS TANAMAN PANGAN DI KOTA PADANG
Perkotaan sebagai pusat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi, telah
mendorong aliran sumber daya dari wilayah perdesaan ke wilayah perkotaan
secara tidak seimbang. Percepatan pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
sedikit banyaknya dapat mempengaruhi ketimpangan pembangunan antar
wilayah yang cenderung bias perkotaan (urban bias) serta diskriminasi
terhadap wilayah perdesaan dan sektor pertanian. Sektor yang berkontribusi
terbesar dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Padang
tahun 2012 adalah sektor pengangkutan dan komunikasi 26.11 persen dan
sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.81 persen, dan sektor
jasa-jasa sebesar 16.47 persen, sedangkan sektor pertanian hanya
berkontribusi sebesar 4.98 persen (BPS 2013).Kontribusi sektor pertanian
yang rendah, diduga disebabkan oleh pemanfaatan potensi pertanian yang
belum optimal terhadap penggunaan lahan yang terdapat pada sejumlah
wilayah di Kota Padang. Lahan sebagai input utama dalam proses produksi
pertanian harus menjadi basis dalam pengendalian produksi pangan.
Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini
dilaksanakan di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat yang mencakup 11
kecamatan yaitu Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Lubuk Kilangan,
Lubuk Begalung, Padang Selatan, Padang Timur, Padang Barat, Padang
Utara, Nanggalo, Kuranji, Pauh, dan Koto Tangah. Lokasi penelitian dipilih
secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Kota Padang akan
mengembangkan program agropolitan.Penelitian dilaksanakan pada bulan
Bulan Juni-Juli 2014. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
dan dikumpulkan langsung dengan melakukan wawancara terhadap enam
informan kunci, yaitu kepala bidang perencanaan pembangunan pertanian,
bidang perencanaan tata ruang, dan bidang prasarana umum BAPPEDA
Kota Padang, bidang pertanian tanaman pangan dan hortikultura, bidang
program, dan bidang sarana & prasarana Dinas Pertanian, Perkebunan dan
Kehutanan kota Padang. Fokus data primer berkaitan dengan strategi-
strategi pengembangan kawasan agropolitan oleh pihak-pihak terkait dalam
pengembangan. Data sekunder, diperoleh instansi maupun dinas-dinas
terkait dalam penelitian seperti : Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Kehutanan Kota Padang, Badan Pusat Statistik Padang, BAPPEDA Padang,
dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Padang. Data sekunder yang
dikumpulkan meliputi produksi masing-masing komoditi tanaman pangan,
fasilitas pertanian, serta data karakteristik wilayah Kecamatan Kuranji.
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab
tujuan penelitian terdiri dari lima teknik analisis dan kompilasi hasil analisis
untuk menentukan strategi dan arahan yang paling tepat untuk
pengembangan kawasan agropolitan. 237 Martadona, Purnamadewi.
Analisis Location Quotient (LQ) Analisis Location Quotient (LQ)
digunakan untuk mengetahui potensi dari suatu aktivitas ekonomi yang
merupakan indikasi sektor basis dan non basis, dengan cara
membandingkan antara kemampuan sektor yang sama pada wilayah yang
lebih luas.
LQ = 𝑅𝑖𝑘 /𝑅𝑡𝑘 𝑁𝑖𝑝 /𝑁𝑡𝑝
Keterangan :
Rik = Produksi komoditas i pada tingkat kota
Rtk = Produksi komoditas total kota
Nip = Produksi komoditas i pada tingkat provinsi
Ntp = Produksi komoditas total provinsi Sumber : (Oksatriandhi 2014;
Baladina et al. 2013).
Analisis Skalogram Merupakan salah satu anlisis terhadap pemusatan
dalam suatu wilayah. Dengan melakukan identifikasi terhadap fasilitas-
fasilitas yang mempengaruhui perekonomian wilayah yang dimiliki serta
pendekatan kuantitatif maka dapat ditentukan rangking atau hirarki pusat-
pusat pertumbuhan (Nindhitya 2013; Ardila 2012; Sutrisno 2012). Analisis
Diamond Porter Faktor-faktor penentu yang menciptakan keunggulan
bersaing dalam analisis diamond porter adalah : 1) Kondisi faktor, 2)
Kondisi permintaan, 3) Industri terkait dan pendukung, 4) Strategi, struktur,
persaingan (Mulyati 2010). Analisis SWOT Strategi SWOT dibagi menjadi
empat strategi, yaitu: strategi SO, strategi WO, strategi ST, dan strategi WT.
Strategi SO merupakan strategi dimana memanfaatkan peluang dengan
memakai kekuatan yang dimilikinya. Strategi WO yaitu memanfaatkan
peluang dengan mengatasi kelemahannya. Strategi ST yaitu mengatasi
ancamannya dengan menggunakan kekuatan yang dimilikinya. Strategi WT
yaitu meminimalisir kelemahan dengan mengatasi ancaman dari lingkungan
eksternal (Simanjuntak 2013; Manik 2013). Analisis AHP (Analysis
Hierarchy Process) Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil
keputusan dengan efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan
mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan
tersebut kedalam bagian– bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam
suatu susunan hirarki (Marimin dan Maghfiroh 2010). Hasil Dan
Pembahasan Komoditi unggulan tanaman pangan dalampengembangan
kawasan agropolitan Tanaman pangan yang diusahakan ialah padi, jagung,
ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah. Berdasarkan hasil analisis LQ,
didapatkan komoditi padi mempunyai indikasi sebagai komoditi unggulan
atau potensial di wilayah tersebut. Komoditi tersebut memilik.
4. MODEL KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PERENCANAAN
SISTEM TRANSPORTASI WILAYAH METROPOLITAN BANDUNG
RAYA Inter-regional Cooperation Model of Transportation System
Planning in Greater Bandung Metropolitan Tessa Talitha1, Delik Hudalah
1 Diterima: 17 Juni 2014 Disetujui :1 Oktober 2014.
Pengembangan kerja sama antar daerah pada kawasan metropolitan
merupakan suatu tuntutan yang penting untuk diperhatikan pada era
desentralisasi di Indonesia. Kebijakan desentralisasi berdampak pada
perencanaan kawasan yang mengedepankan batas administratif tanpa
memperhatikan wilayah di sekitarnya.
Metode Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatan studi kasus. Penelitian ini dilakukan untuk dapat
memahami fenomena dan karakteristik kerja sama antar daerah berdasarkan
teori pendekatan pilihan rasional serta untuk menghasilkan model kerja
sama antar daerah dalam perencanaan sistem transportasi wilayah yang
dapat diterapkan di Metropolitan Bandung Raya. Data dan informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Teknik
pengumpulan data primer yang digunakan adalah wawancara secara
mendalam (in-depth interview) kepada stakeholders terkait, sedangkan
teknik pengumpulan data sekunder yang digunakan adalah survey ke
instansi yang bersangkutan. Metode analisis yang akan digunakan dalam
merumuskan model pengembangan kerja sama antar daerah adalah analisis
data kualitatif dengan metode analisis utama analisis isi transkrip
wawancara dan analisis deskriptif data sekunder. Proses analisis dalam
penelitian ini menggunakan proses induktif, yaitu penelusuran teori umum
berdasarkan pengamatan di lapangan yang kemudian menghasilkan suatu
kesimpulan. Teori yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah
teori biaya transaksi menurut Feiock (2005). Data hasil wawancara yang
diperoleh kemudian akan dianalisis menggunakan metode analisis data
kualitatif (qualitative data analysis). Dalam proses analisis dilakukan
coding, yaitu proses identifikasi dan pengorganisasian tema dalam data
kualitatif dan penjabaran kode serta penggunaannya yang bertujuan untuk
mereduksi data dan menginterpretasikan makna dari data-data yang
didapatkan dengan mengorganisasikannya berdasarkan kodekode yang
ditetapkan (Hay, 2010). Penilaian alternatif model kerja sama menggunakan
metode Multi Criteria Analysis dan dilakukan oleh peneliti sebagai bahan
pertimbangan kepada stakeholders pengambil keputusan. Proses penilaian
dilakukan secara triangulasi dengan mempertimbangkan literatur yang
berlaku serta hasil wawancara yang telah dilakukan. Triangulasi dilakukan
karena peneliti masih belum berpengalaman untuk menilai sehingga
diperlukan kerangka acuan logis yang dapat dipercaya untuk mendukung
penilaian (judgement).
5. Evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah Terhadap Sebaran Satwa Endemik
Macaca Maura di Kabupaten Maros. Evaluation of the Regional Spatial
Plan for the Distribution of Macaca Maura Endemic Animals in Maros
Regency Muh Khalil Jibran1, Rudi Latief2, Emil Salim Rasyidi 2
1 Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Bosowa
2 Pascasarjana Perencanaan Wilayah dan Kota, Program Pascasarjana,
Universitas Bosowa Email: aliputra1908@gmail.com
PENDAHULUAN Pembangunan yang dilaksanakan selama ini telah
mengubah kondisi lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial. Sampai saat ini, sebagian dari permukaan terestrial bumi telah
diubah oleh aktivitas Manusia. Kegiatan seperti itu mempengaruhi
kelangsungan hidup spesies melalui eksploitasi sumber daya alam
dan deforestasi Misalnya, daerah pertanian berkembang di daerah tropis
daerah, sehingga menggantikan hutan. Aktivitas manusia menyebabkan
pengurangan tutupan hutan dan sumber daya ketersediaan, mengancam
populasi Satwa. Hal ini terutama terjadi di Asia Tenggara, di mana
setidaknya 91% populasi primata menurun (Amano dkk., 2021; IUCN,
2019).
METODE
2.1.Lokasi Penelitian Daerah penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Maros.
Namun peneliti memilih area yang akan dikaji merujuk pada sebaran satwa
endemik Macaca Maura yang didapatkan dari Balai taman nasional Bantimurung
–Bulusaraung, yakni tersebar pada Kecamatan Bantimurung (4°58′ 23.24′′S,
119°36′17.9′′ E), Kecamatan Cendrana (5°1′ 28.55′′ S, 119°44′18.16′′ E) dan
Kecamatan Simbang (5°02′42′′S, 119°38′06′′E) .
2.2 Jenis Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah
penelitian Mix metode (Metode campuran) dengan Desain Embedded (the
embedded design). Desain embedded merupakan salah satu desain penelitian
mixed method dimana seperangkat data memberikan peran sebagai pendukung
dalam studi yang didasarkan pada jenis data yang lain.
2.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis Data dibedakan menjadi dua, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif,
yaitu data yang berbentuk bukan angka atau menjelaskan secara deskripsi tentang
kondisi lokasi penelitian secara umum, yakni, dokumentasi dan peta sebaran
satwa dari wali dan kebijakan rencana program dari Rencana tata ruang wilayah
(RTRW) Kabupaten Maros. Data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka atau
data numerik. Data yang dikumpulkan berupa: luas wilayah, Aspek geofisik,
demografi, data pendukung lainya yang terkait dengan penelitian dan hasil
analisis spasia.
2.2. Metode Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2014) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data, Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
observasi lapangan, data spasial, data kebijakan data statistik, dan dengan motode
dokumentasi.
a. Observasi Lapangan, Yusuf (2013) menjelaskan bahwa keberhasilan dari
observasi sebagai Teknik dalam pengumpulan dan sangat banyak ditentukan oleh
peneliti menyimpulkan dari apa yang diamati. Peneliti yang memberi makna
tentang apa yang diamati dalam reliatas dan dalam konteks yang alami. Observasi
dilakukan untuk mengetahui karakteristik wilayah dan untuk mengetahui
Kebiasaan, tingkah laku sebaran satwa Macaca Maura.
b. Dokumentasil, Sugiyono (2015) Dokumentasi ialah suatu cara yang digunakan
untuk memperoleh data atau informasi, dalam bentuk gambar atau visualisasi.
Informasi yang di dapatkan dalam penelitian ini dari Teknik pengumpulan data
dokumentasi yaitu Verivikasi hasil Pemodelan serta kesesuaian satwa endemik
Macaca Maura .
c. Studi Literatur,. Kegiatan pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai
sumber dan literatur seperti buku, jurnal, internet serta penelitian-penelitian yang
terdahulu yang dianggap sah dan relevan dengan objek penelitian sebagai
penelitian penulis mempunyai gambaran dalam melaksanakan penelitian
2.4 Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data
kedalam bentuk mudah di baca dan diinterpretasikan. Analisis data merupakan
pengelolahan dating yang diperoleh dengan menggunakan metode atau rumus
dengan aturan aturan yang ada sesuai dengan pendekatan penelitian (Arikunto,
2006 : 239). Metode yang digunakan dalam penelitan yaitu :
a. Mengetahui kesesuaian habitat satwa endemik Macaca Maura di Kabupaten
Maros, menggunakan metode Maximum Entropy (Maxent) Merupakan salah satu
metode klasifikasi yang mengklasifikasi suatu data berdasarkan nilai entropy.
b. Memberikan rekomendasi dari hasil evaluasi rencana tata ruang terhadap
pelestarian habitat satwa endemic Macaca Maura, menggunakan Analisis
kebijakan dan studi literatur serta matriks perbandingan.
DAFTAR PUSTAKA
https://consultantwork.wordpress.com/2012/11/23/mengenal-perencanaan-
wilayah-dan-kota-pwk/
http://perkimtaru.pemkomedan.go.id/artikel-954-perspektif-tentang-kota-dan-
perencanaan-kota.html#ixzz7tJPm2R00
https://onesearch.id/Search/Results?type=AllFields&filter%5B%5D=library%3A
%22Perpustakaan+Institut+Teknologi+Bandung%22&filter%5B
%5D=collection
Shirvani, Hamid. 1985. The Urban Design Process. Michigan : Van
Nostrand Reinhold
https://onesearch.id/Search/Results?type=AllFields&filter%5B%5D=library%3A
%22Perpustakaan+Institut+Teknologi+Bandung%22&filter%5B
%5D=collection%3A%22Jurnal+Perencanaan+Wilayah+dan+Kota
%22&widget=1&library_id=100.
https://aspi.or.id/?page_id=42

Anda mungkin juga menyukai