Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Mekanisme perencanaan pembangunan wilayah nasional berjalan  melalui dua
pendekatan utama, yaitu pembangunan sektoral dan regional. Hasil dua pendekatan
diharapkan dapat menciptakan landasan yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan
bekembang atas dasar kekuatan sendiri dan mewujudkan masyarakat adil makmur
berdasarkan pancasila. Kenyataannya, upaya menciptakan keselarasan dan keserasian dua
strategi tersebut merupakan hak pelik, bahkan cenderung kontradiktif dan dikotomis.
Dalam perkembangannya pendekatan pertama (sektoral) nampak lebih menonjol dan semakin
mengua dibanding pendektan kedua (regional), hal ini dapat dilihat dari orientasi
pembangunan yang secara tegas meletakkan aspek pertumbuhan ekonomi ( econimoc
growth) sektoral sebagai cara untuk mencapai tujuan pembangunan. Disamping telah
memberikan hasil yang memuaskan seperti pertumbuhan ekonomi tinggi, pendapatan
perkapita naik, namun orientasi tersebut ternyata telah menimbulkan beberapa masalah, salah
satu diantaranya adalah tidak meratanya distribusi kegiatan dan hasil pembangunan, sehingga
beberapa agenda permasalahan pembangunan, seperti kemiskinan, kesenjangan sosial-
ekonomi, ketimpangan antar wilayah (kota-desa, pusat-daerah), sering digunakan sebagai
contoh produk model pembangunan (sektoral) yang lebih berorientasi pada pertumbuhan
ekonomi.
Hal tersebut dapat dimengerti karena untuk mengajar pertumbuhan yang tinggi serta
efesiensi, pembangunan diutamakan pada kegiatan-kegitan yang palinh produktif, terutama
kegiatan ekspor produksi primer seperti pertambangan, kehutanan, dan perkebunan.
Sementara itu untuk mengadakan barang-barang konsumsi dan mengurangi ketergantungan
impor, yang dikembangkan di kota-kota besar. Akibatnya tingkat pembangunan ekonomi
yang tinggi hanya terjadi pada wilayah-wilayah yang memiliki kekayaan sumber alam serta
kota-kota besar. Dari sinilah persoalan ketimpangan wilayah sebagai agenda utama
pembangunan regional berawal dan terus berkembang.
Ketidakmerataan pembangunan antar sektor dan antar wilayah munul serta nyata
dalam beberapa bentuk dualisme, yaitu antar sektor pertanian yang semakin menurun peran
dalam produktivitasnya, namun menampung tenaga kerja yang cukup banyak dan sektor
industri yang enderung intensive dengan daya serap tenaga kerja rendah namun kontribusinya
semakin meningkat. Demikian pula halnya dengan sektor jasa dan perdangan yang semakin
jauh meninggalkan sektor pertanian. Lebih lanjut ketidakmerataan aspek demografis dan
sumberdaya alam serta kebijakan pemerintah dalam memberikan andil yang cukup besar
dalam ketimpangan wilayah. Dikotomi Jawa(pusat) dan luar Jawa (pinggiran), Kawasan
Timur Indonesia ( KTI) dan Kawasan Barat Indonesia (KBI), antara perdesaan dan perkotaan
adalah kasus nyata pembangunan wilayah Indonesia. Fakta-fakta tersebut merupakat suatu
contoh adanya masalah pembangunan dilihat dalam dimensi ruang (wilayah).
Strategi pembangunan yang hanya mendasarkan pertumbuhan ekonomi tanpa
memperhatikan aspek distribusi (pemerataan), perluasan kesempatan kerja, penghapusan
kemiskinan serta aspek wilayah, walaupun pada tahp awalnya berhasil meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, namin akhirnya akan mengalami berbagai masalah tersebut.
Untuk mengatasi masalah tersebut tentunya diperlukan kebijaksanaan yang menangani
masalah ruang, dalam hal ini adalah kebijaksanaan pengembangan wilayah. Kebijaksanaan
ini berkenaan dengan lokasi dimana pembangunan tidak terjadi pada tiap bagian wilayah
dengan merata. Pemerataan perencanaan wilayah adalah untuk menghubungkan kegiatan
yang terpisah-pisah untuk mencapai tujuan pembangunan nasional (Friedmann. 1966 : 5)

B. Rumusan Masalah
1.  Bagaimana Menyebaratakan pembangunan dan menghindarkan pemusatan kegiatan
( kesenjangan).
2.  Bagaimana menjamin keserasian dan koordinasi antar berbagai kegiatan pembangunan.
3.  Bagaimana arah dari kegiatan pembangunan ( prioritas wilayah ).

C. Tujuan
1.  Menyebarkan pembangunan dan menghindari pemusatan pembngunan yang berlebihan
pada wilayah tertentu.
2.  Keserasian dan koordinasi antar kegiatan pembangunan (sektoral di daerah).
3.  Arahan kegiatan pembangunan (prioritas wilayah).
BAB II

DASAR TEORI
A. Perencanaan Wilayah
Pengertian Perencanaan adalah cara berpikir mengenai persoalan-persoalan sosial dan
ekonomi, terutama berorientasi pada masa datang, berkembang dengan hubungan antara
tujuan dan keputusan – keputusan kolektif dan mengusahakan kebijakan dan program.
Perencanaan wilayah adalah suatu agenda atau rancangan antara manusia dengan
lingkungan yang dengan sengaja dibuat untuk menambah, mengurang, memperbaiki, ataupun
melengkapi sesuatu dengan harapan memperoleh hasil maksimal dan efisien meliputi
masalah ekonomi dan pembangunan wilayah. Defenisi yang sangat sederhana mengatakan
bahwa perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Pada tingkatan kedua, perencanaan dapat
didefinisikan sebagai menetapkan suatu tujuan yang dapat dicapai setelah memperhatikan
faktor-faktor pembatas dalam mencapai tujuan tersebut memilih serta menetapkan langkah-
langkah untuk mencapai suatu tujuan.
Ciri-ciri pokok dari perencanaan umum mencakup serangkaian tindakan berurutan
yang ditujukan pada pemecahan persoalan-persoalan di masa datang dan semua perencanaan
mencakup suatu proses yang berurutan yang dapat di wujudkan sebagai konsep dalam
sejumlah tahapan.
Karena tindakannya berurutan, berarti ada tahapan yang dilalui dalam perencanaan,
antara lain :
1. Identifikasi Persoalan
2. Perumusan tujuan umum dan sasaran khusus hingga target-target yang kuantitatif
3. Proyeksi keadaan di masa akan datang
4. Pencarian dan penilaian berbagai alternative
5. Penyusunan rencana terpilih.
Syarat-Syarat perencanaan yang baik :
a. Logis, masuk akal
b. Realistik, nyata
c.  Sederhana
d.  Sistematik dan ilmiah
e. Obyektif
f. Fleksibel
g. Manfaat
h. Optimasi dan efisiensi
Syarat-syarat perencanaan tersebut ada karena :
a. Limitasi dan kendala
b. Motivasi dan dinamika
c. Kepentingan bersama
d. Norma-norma tertentu.
Dalam perencanaan wilayah terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan meliputi
faktor-faktor perencanaan berupa SDA dan SDM yang disertai dengan ketercukupan modal
dan keberadaan teknologi, idiologi dan falsafah, sasaran, dasar Kebijakan, data dan metode,
kondisi lingkungan, sosial, politik dan budaya guna memperoleh kelancaran dalam
perencanaan hingga pembangunan wilayah.

B. Pengembangan Wilayah
Pengembangan secara umum ialah adanya suatu kegiatan yang bersifat membangun
dan memperlengkap sesuatu dengan tujuan melakukan perubahan baik secara khusus ataupun
umum.Selain itu pengembangan juga dapat diartikan sebagai suatu gerakan memaksimalkan
suatu kinerja yang sebelumnya dianggap bermasalah atau kurang maksimal dengan
melakukan interaksi penyesuaan konteks lingkungan.
Pengembangan wilayah adalah suatu gerakan sebagian ataupun menyeluruh guna
meningkatkan fungsi lahan dan penataan kehidupan sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan
kesehateraan masyarakat untuk memajukan daerah. Selain itu pengembangan wilayah juga
dapat diartikan sebagai upaya terpadu memacu perkembangan sosial ekonomi, menjaga
kesenjangan antar wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah.
Tujuan pengembangan wilayah adalah meningkatkan atau menciptakan dayaguna
secara berkelanjutan khususnya untuk kepentingan penduduk melalui aktivitas daya guna.
Ukuran dayaguna: Menurut kemungkinan sebagai permukiman yang layak, Produksi barang,
bahan atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan manusia, Kapasitas menghasilkan
pendapatan Yang tidak tergantung oleh penduduk : keadaan biofisik/keadaan alam, untuk
mengukur dayaguna perlu memperhatikan berbagai keadaan, meliputi :
a. Biofisik
b. Sosial
c. Budaya
d. Ekonomi
Sehingga dapat membawa peluang bagi penerapan pranata sumberdaya dan kimah
(aset).
            Suatu pengembangan wilayah sangat bergantung pada lingkup ekonomi, hal ini
disebabkan karena perekonomian merupakan faktor penentu dan pemicu terjadinya suatu
pengembangan wilayah.Ekonomi bergerak secara global dan memiliki pengaruh yang sangat
besar pada setiap tipe wilayah. Ketidaksiapan suatu daerah (wilayah) pada pengaruh
globalisasi ekonomi akan berpengaruh langsung pada tingkat kesejahteraan masyarakat pada
wilayah tersebut dan secara otomatis akan menuntut terjadinya suatu pengembangan wilayah
guna mengimbangi globalisasi ekonomi yang terus maju. Pengaruh globalisasi, pasar bebas
dan regionalisasi menyebabkan terjadinya perubahan dan dinamika spasial, sosial, dan
ekonomi antarnegara, antardaerah (kota/kabupaten), kecamatan hingga perdesaan.
Globalisasi juga ditandai dengan adanya revolusi teknologi informasi, transportasi dan
manajemen. Revolusi tersebut telah menyebabkan batas antara kawasan perkotaan dan
perdesaan menjadi tidak jelas, terjadinya polarisasi pembangunan daerah, terbentuknya kota
dunia (global cities), sistem kota dalam skala internasional, terbentuknya wilayah
pembangunan antarnegara (transborder regions), serta terbentuknya koridor pengembangan
wilayah baik skala lokal, nasional, regional dan internasional.
Berbagai dampak yang di akibatkan dari globalisasi ekonomi terhadap pembangunan
lokal secara sederhana sebagai berikut :
1. Berubahnya orientasi pembangunan yang harus bertumpu pada peningkatan individu,
kelompok dan pemberdayaan masyarakat dalam menghadapi persaingan global, sehingga
memungkinkan masyarakat mampu bertahan (survive), mengembangkan diri dan
meningkatkan kesejahteraan.
2. Semakin pentingnya peran lembaga non pemerintah seperti, pihak swasta, masyasrakat,
dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam pelaksanaan pembangunan dan pembiayaan.
3. Terjadinya peningkatan urbanisasi di pinggiran kota besar dibandingkan di dalam kota
besar itu sendiri.

C. Macam – macam Klasifikasi Wilayah


Wilayah (region) didefinisikan sebagai suatu unit geografi yang di batasi oleh kriteria
tertentu dan bagian-bagiannya tergantung secara internal. Wilayah dapat di bagi menjadi
empat jenis yaitu;
(1)  Wilayah Homogen
Wilayah homogen adalah wilayah yang dipandang dari aspek/criteria mempunyai
sifat-sifat atau ciri-ciri yang relatif sama. Sifat-sifat atau ciri-ciri kehomogenan ini misalnya
dalam hal ekonomi (seperti daerah dengan stuktur produksi dan kosumsi yang homogen,
daerah dengan tingkat pendapatan rendah/miskin dll). Geografi seperti wilayah yang
mempunyai topografi atau iklim yang sama), agama, suku, dan sebagainya mengemukakan
bahwa wilayah homogen di batasi berdasarkan atas adanya keseragamanya secara internal
(internal uniformity). Contoh wilayah homogen adalah pantai utara Jawa barat (mulai dari
indramayu,subang dan karawang)
(2)  Wilayah Nodal.
Wilayah nodal (nodal region) adalah wilayah yang secara fungsional mempunyai
ketergantungan antara pusat (inti) dan daerah belakangnya (interland).Tingkat
ketergantungan ini dapat dilihat dari arus penduduk,factor produksi,barang dan jasa,ataupun
komunikasi dan transportasi. menyatakan bahwa pengertian wilayah nodal yang paling ideal
untuk di gunakan dalam analisis mengenai ekonomi wilayah,mengartikan wilayah tersebut
sebagai ekonomi ruang yang yang di kuasai oleh suatu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi
Wilayah homogen dan nodal memainkan peranan yang berbeda di dalam organisasi tata ruag
masyrakat. Perbedaan ini jelas terlihat pada arus perdagangan.Dasar yang biasa di gunakan
untuk suatu wilayah homogen adalah suatu out put yang dapat diekspor bersama dimana
seluruh wilayah merupakan suatu daerah surplus untuk suatu out put tertentu,sehinga
berbagai tempat di wilayah tersebut kecil atau tidak sama sekali kemungkinannya untuk
mengadakan perdagangan secara luas di antara satu sama lainya.sebaliknya,dalam wilayah
nodal,pertukaran barang dan jasa secara intern di dalam wilayah tersebut merupakan suatu
hal yang mutlak harus ada. Biasanya daerah belakang akan menjual barang-barang mentah
(raw material) dan jasa tenaga kerja pada daerah inti,sedangkan daerah inti akan menjual ke
daerah belakang dalam bentuk barang jadi.
(3)  Wilayah Perencanaan
Wilayah Administratif adalah wilayah yang batas-batasnya di tentukan berdasarkan
kepentingan administrasi pemerintahan atau politik, seperti: propinsi, kabupaten, kecamatan,
desa/kelurahan, dan RT/RW. Bahwa di dalam praktek, apabila membahas mengenai
pembangunan wilayah,maka pengertian wilayah administrasi merupakan pengertian yang
paling banyak digunakan. Lebih populernya pengunaan pengertian tersebut di sebabkan dua
faktor yakni :
(a) Dalam kebijaksanaan dan rencana pembangunan wilayah di perlukan adanya beberapa
tindakan - tindakan dari berbagai badan atau instansi pemerintahan. Dengan demikian maka
lebih praktis apabila pembangunan wilayah di dasarkan pada suatu wilayah administrasi yang
telah ada.
(b) Wilayah yang batasnya ditentukan berdasarkan atas suatu administrasi pemerintah lebih
mudah di analisis,karena sejak lama pengumpulan data di berbagai bagian wilayah
berdasarkan pada suatu wilayah administrasi tersebut. Namun dalam
kenyataannya,pembangunan tersebut sering kali tidak hanya dalam suatu wilayah
administrasi,sebagai contoh adalah suatu pengelolaan pesisir, pengelolaan daerah aliran
sungai, pengelolaan lingkungan dan lain sebagainya, yang batasnya bukan berdasarkan
administrasi namun berdasarkan batas ekologis dan seringkali litas batas wilayah
administrasi.
(4) Wilayah Administrative
Mendefinisikan wilayah perencanan (planning region atau programming
region)sebagai wilayah yangmemperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan
ekonomi. Wilayah perencanaan dapt dilihat sebagai wilayah yang cukup besar untuk
memungkinkan terjadinya perubahan- perubahan penting dalam penyebaran penduduk dan
kesempatan kerja,namun cukup kecil untuk memungkinkan persoalan-persoalan
perencanaannya dapat dipandang sebagai satu kesatuan. Wilayah perencanaan bukan hanya
dari aspek fisik dan ekonomi,namun ada juga dari aspek ekologis.Misalnya dalam kaitannya
dengan pengelolaan daerah aliran sugai (DAS). Pengelolaan wilayah daerah aliran sungai
harus direncanakan dan di kelola mulai dari hulu sampai hilirnya.Contoh wilayah
perencanaan dari aspek ekologis adalah DAS Cimanuk,DAS Brantas,DAS Citanduy dan lain
sebagainya.
BAB III

PEMBAHASAN

A.  Perbedaan Perencanaan Dan Pengembangan Wilayah


Suatu Perencanaan dan Pengembangan Wilayah kerap kali dianggap sebagai hal yang
memiliki pengertian yang tidak jauh beda atau relatif sama bagi banyak orang, namun
sebenarnya terdapat perbedaan yang besar antara dua subjek ini. Hal paling mendasar yang
membedakan antara dua kata ini yaitu bila sebenarnya Perencaan adalah sesuatu hal yang
belum terjadi dan sedangkan Pengembangan adalah suatu tindakan yang tengah berlangsung
atau sedang terjadi.
Perencanaan wilayah merupakan suatu agenda atau angan-angan yang sedang
disusun, dirancang, ataupun di pertimbangkan guna memenuhi keinginan maupun harapan
dari individu dan kelompok untuk mengimbangi kemajuan zaman dengan memajukan suatu
wilayah tertentu. Dari sini terlihat bahwa perencanaan merupakan suatu hal yang belum
diterapkan dan diputuskan secara utuh. Hal ini terjadi karena dalam suatu perencanaan
wilayah diperlukan banyak keputusan dan pertimbangan atas usul maupun keinginan guna
memenuhi kepentingan masyarakat pada suatu wilayah.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam
perencanaan suatu wilayah, yaitu :
1.    Identifikasi Persoalan
2.    Perumusan tujuan umum dan sasaran khusus hingga target-target yang kuantitatif
3.    Proyeksi keadaan di masa akan datang
4.    pencarian dan penilaian berbagai alternative
5.    penyusunan rencana terpilih
Selain itu juga terdapat beberapa hal lain yang mendasari perencanaan suatu wilayah
seperti:
1. Syarat-Syarat perencanaan yang baik :
a. Logis, masuk akal
b. Realistik, nyata
c. Sederhana
d. Sistematik dan ilmiah
e. Obyektif
f. Fleksibe;
g. Manfaat
h. Optimasi dan efisiensi.
2. Syarat-syarat perencanaan tersebut ada karena :
a. Limitasi dan kendala
b. Motivasi dan dinamika
c. Kepentingan bersama
d. Norma-norma tertentu
3. Faktor-faktor dasar perencanaan :
a. Sumber daya (alam, manusia, modal, teknologi)
b. Idiologi dan falsafah
c. Sasaran dari tujuan pembangunan
d. Dasar Kebijakan
e. Data dan metode
f. Kondisi lingkungan, sosial, politik dan budaya.
Pengembangan wilayah adalah suatu terapan pergerakan yang sedang maupun telah
dilaksanakan sebagai perwujudan hal-hal yang telah direncanakan sebelumnya. Inti dari
perkataan ini adalah bahwa Pengembangan wilayah merupakan hasil nyata yang telah terjadi
guna menjawab tantangan globalisasi dengan mengoptimalkan wilayah dengan tujuan
mensejahterakan masyarakat pada suatu wilayah. Globalisasi juga ditandai dengan adanya
revolusi teknologi informasi, transportasi dan manajemen. Revolusi tersebut telah
menyebabkan batas antara kawasan perkotaan dan perdesaan menjadi tidak jelas, terjadinya
polarisasi pembangunan daerah, terbentuknya kota dunia (global cities), sistem kota dalam
skala internasional, terbentuknya wilayah pembangunan antarnegara (transborder regions),
serta terbentuknya koridor pengembangan wilayah baik skala lokal, nasional, regional dan
internasional.
Dalam melakukan pengembangan wilayah selalu disertai dengan harapan yang besar
sebagai jawaban atas kemajuan tekhnologi, aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek budaya
yang merupakan suatu hal yang terus bergerak serta padu dalam era globalisasi. Dengan
adanya pengembangan maka suatu wilayah tertentu diharapkan bisa mengoptimalkan fungsi
dan perannya pada masa yang akan datang. Pengembangan wilayah selalu didasari
pada  suatu tujuan untuk meningkatkan atau menciptakan daya guna secara berkelanjutan
khususnya guna mensejahterakan penduduk.
Ukuran dayaguna:
1.    Menurut kemungkinan sebagai permukiman yang layak
2.    Produksi barang, bahan atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan manusia
3.    Kapasitas menghasilkan pendapatan

Yang tidak tergantung oleh penduduk : keadaan biofisik/keadaan alam


Untuk mengukur dayaguna perlu memperhatikan berbagai keadaan:
a. Biofisik
b. Sosial
c. Budaya
d. Ekonomi
Sehingga dapat membawa peluang bagi penerapan pranata sumberdaya dan kimah (aset).
Konsep pendayagunaan wilayah bersumber pada cerapan (persepsi): Wilayah merupakan
perwujudan sumberdaya dan kimah (aset).
Dalam hal ini penggunaan wilayah harus mengikuti kemampuan atau kesesuaian
lahan.  Dengan demikian tidak terjadi konflik penggunaan lahan.
Prospek jangka panjang ke masa depan, dengan ciri:
a. Antisipatif
b. Aditif
c. Lentur
d. Optimisasi
1. Keterlanjutan Manfaat
Dengan syarat mendampingkan secara sinergistik, upaya produksi (jaminan manfaat)
dengan upaya konservasi (jaminan memperoleh keselamatan).
2. Tataguna lahan
Yaitu pengembangan wilayah yang diberi makna lahan menempatkan kegiatan-kegiatan di
bagian-bagian lahan yang sesuai untuk kegiatan bersama
3. Sasaran pengembangan wilayah
Orientasi dayaguna wilayah, memperoleh manfaat total sebaik-baiknya menurut prospek
jangka panjang.
Upaya optimisasi mengikuti berbagai kaidah: Menggunakan setiap bagian wilayah sesuai
dengan harkat masing-masing. Dalam hal ini berusaha untuk membatasi usikan manusia atas
alam lingkungan (kaidah konservasi). Dengan ini mengarah kepada keterlanjutan dan
keanekaan manfaat (konsep sosial), menghemat sarana dan prasarana (kaidah ekonomi).
Pola menempatkan berbagai bentuk penggunaan wilayah mengikuti asas
kompatibilitas (tidak saling mengganggu) antar bentuk. Di sini merupakan konsep
pengembangan peluang.
Menganalisis keadaan aktual tidak untuk menentukan kekahatan (defisiensi) terhadap
keadaaan yang diinginkan, tetapi untuk menentukan peluang untuk mencapai tujuan
akhir.  Dalam hal ini merupakan konsep prtumbuhan sebagai proses sinambung berjangka
panjang (tujuan masa depan).
Tataguna lahan merupakan piranti pokok dalam pengembangan wilayah, yaitu upaya
untuk mencapai optimisasi dalam pemanfaatan wilayah. Adapun tataguna lahan merupakan
pengarahan penggunaan lahan yang didasarkan atas kemampuan lahan.
Untuk membuat rancangan tataguna lahan diperlukan langkah kerja:
1. Menetapkan komponen-komponen lahan yang perlu dianalisis perannya dalam
menentukan harkat lahan
2. Menetapkan hirarki atau urutan kepentingan peranan komponen dan interaksi antar
komponen
3. Kerentanan indikator mutu lahan terhadap perubahan keadaan lingkungan
alami.  Membutuhkan indikator yang mudah berubah karena perubahan keadaan
lingkungan
4. Daya tangkap indikator mutu lahan terhadap masukan teknologi
Dalam merancang tataguna lahan tidak cukup hanya keadaan lingkungan biofisik alami
saja, akan tetapi juga perlu memperhatikan keadaan sosial ekonomi seperti kepadatan
penduduk, taraf pengelolaan, pendidikan dan kebudayaan.
BAB IV

PENUTUP
A.     Kesimpulan
Perencanaan dan pengembangan wilayah adalah suatu sistem yang padu dan mutlak
terjadi pada wilyah di suatu negara.Dikatakan sebagai suatu sistem yang padu dikarenakan
suatu perencanaan dan pengembangan wilayah memiliki komponen,unsur-unsur,dan langkah-
langkah yang dirancang serta dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan. Perencanaan
wilayah merupakan langkah awal suatu pergerakan yang berisikan rancangan untuk bisa
memajukan wilayah.Pengembangan wilayah adalah suatu langkah nyata yang diterapkan
pada wilayah untuk memaksimal dan mengoptimalkan daya guna lahan pada suatu wilayah
guna membuat wilayah tersebut menjadi maju dan berkembang serta mampu bersaing seiring
maraknya globalisasi.Hasil atas perencanan dan pengembangan wilayah beragam bergantung
pada hasil pembangunan baik fisik maupun nonfisik pada wilayah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai