Anda di halaman 1dari 6

LEMBAR JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER

Mata Kuliah : Perencanaan Wilayah


Kode Mata Kuliah : PL 3261
Nama : Rafael Ture Sihotang
NIM / Kelas : 118220124/RA
Hari/Tanggal : Rabu, 31 Maret 2021
Dosen Pengampu : Zulqadri Ansar, S.T,. M.T
Yudha Rahman, S.T., M.T
Nela Agustin Kurnianingsih., S.T., M.T

JAWABAN:
1. Argumentasi Perencanaan Wilayah
a. Perencanaan Wilayah adalah sebuah proses yang kontinyu untuk menentukan
pengambilan kebijakan terkait dengan pembangunan wilayah yang mencakup,
masyarakat, pemerintahan, dan lingkungan wilayah tersebut dengan
memanfaatkan sumberdaya yang terbatas dan dikelola sebijaksana mungkin
untuk kemajuan dan perkembangan wilayah tersebut. Dengan ciri seperti :
Komprehensif; terdiri atas, serta mempertimbangkan dan memadukan
(mengintegrasikan) sektor serta subwilayah yang tercakup dalam wilayah
rencana. Perencanaan wilayah menjadi payung bagi rencana-rencana sektoral.

b. Perencanaan Wilayah diperlukan atas dasar :


i. Kondisi wilayah yang berbeda-beda (alasan ekonomi), dimana di setiap
wilayah terdapat potensi dan masalah perekomian yang berbeda-beda,
sehingga diperlukan penanganan perencanaan wilayah yang berbeda
pula.
ii. Kemudian ada alasan ekologi, dimana ketika memerhatikan aspek
ekologi yang ada, bagaimana kondisi alam geografi yang ada di suatu
wilayah. Diperlukan perencanaan wilayah yang efektif dan sesuai
dengan kondisi ekologi wilayah tersebut sehingga pembangunan efektif
dan berkelanjutan.
c. Terdapat beberapa perbedaan perencanaan kota dan peencanaan wilayah yaitu :
Aspek Perencanaan Kota Perencanaan Wilayah
Ruang fokus ke dalam lebih luas (supra urban)
Lingkup
Approach dan land use planning dan pengembangan ekonomi
Ilmu Dasar manajemen perkotaan wilayah dan tata ruang
wilayah
Sektor industri, perumahan, pertanian, perkebunan,
Perencanaan perdagangan, jasa, kehutanan,
pemerintahan, dll. pertambangan, dll.

Intensitas Tinggi Ekstensif


Karakter Heterogen Homogen

Kota merupakan komponen dari suatu wilayah, sehingga perencanaan wilayah


juga mengatur kota berdasarkan karakteristik tiap-tiap kota. Dalam perencanaan
kota, diperlukan acuan yang berasal dari wilayah. Yang berarti, Perencanaan
Wilayah adalah dasar dari perencanaan, dengan perencanaan kota merupakan
rencana detil dari perencanaan wilayah. Contohnya adalah pembuatan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jabodetabek. Namun detilnya, terdapat Rencana
Tata Ruang Kota tiap kota yang termasuk dalam kawasan Jabodetabek.

d. Perbedaan Perencanaan Sektoral dan Perencanaan Wilayah adalah dalam


Perencanaan Sektoral Sektor dikembangkan secara optimal, berada di bawah
tanggung jawab Departemen/Dinas. Sehingga seringkali sektor dikembangkan
untuk kepentingan wilayah. Sementara Perencanaan Wilayah menyeluruh
dalam perencanaannya, dengan mempertimbangkan keterkaitan antar sektor
dan dampak-dampak yang akan timbul, tujuan perencanaan wilayah adalah
mengoptimalkan keseluruhan sektor dalam satu kesatuan, sehingga diperlukan
pengaturan sektor dalam perencanaan wilayah. Kepentingan perencanaan
wilayah adalah untuk seluruh wilayah dan bersifat integral/komprehensif.

2. Teori-Teori Perencanaan Wilayah, adalah :


a. Teori Neo klasik (Robert N. Solow) : Terjadinya persaingan bebas di pasar
yang sempurna. Dalam perkembangan ekonomi jangka panjang senantiasa
terdapat kekuatan tandingan (counter forces) yang dapat menanggulangi
ketimpangan dan mengembalikan penyimpangan kepada keadaan ekuilibrium
yang stabil sehingga tidak diperlukan intervensi kebijaksanaan secara aktif.
b. Teori Pertumbuhan Neo-Keynes : Instability theorem, disebakan oleh karena
warranted growth (laju pertumbuhan yang dianggap memadai oleh para
investor) tidak sama dengan natural growth (laju pertumbuhan yang ditentukan
oleh kondisi dasar berkenaan dengan pertumbuhan angkatan kerja dan
peningkatan produktivitas). Sehingga untuk mencapai ekuilibrium, diperlukan
intervensi pemerintah.
c. Teori Tahap-Tahap Perkembangan (Stages Theory) Rostov : Terdiri dari 5
tahap, yaitu :
i. Tradisional : Dimana kondisi perekonomian masih befungsi sangat
terbatas, termasuk sisi produksinya
ii. Transisional : pre condition to take-off. Kondisi dimana teknologi dan
sistem perekonomian sudah berkembang, dimana sudah tumbuh bank-
bank.
iii. Lepas landas (take off), kondisi dimana terrjadi perkembangan investasi
dari 5&% ke >10% dari PDB. Hal ini menyebakan berkembangnya
industry serta perdagangan dan jasa.
iv. Pergerakan menuju kedewasaan (drive to Maturity), dimana 10-25%
dari PDB diinvestasikan dan menyeakan bertumbuhnya ekonomi dan
penduduk, beragamnya ekspor dann impor, serta adanya industri yang
lebih kompleks.
v. Konsumsi Massal (Mass Consumption), pendapatan perkapita yang
sangat tinggi, seehingga penduduk perkotaan tumbuh dengan pesat,
harga barang murah dan diproduksi secara masal.Sehingga ada
pengaruh pada perencanaan kota dan wilayah (tumbuhnya wilayah
suburb)

3. Menurut saya, teori perencanaan wilayah yang tepat adalah teori LED (Local
Economic Development). LED merupakan konsep pembangunan daerah yang
mengedepankan kekuatan lokal tanpa mengabaikan pembangunan global. Kerjasama
modal dari pemerintah daerah bersifat enterpreneur dan terspesialisasi, yang
mengedepankan kualitas hidup manusia, seperti optimalisasi sumber daya manusia.

Contoh teori LED yang telah diterapkan di Indonesia sebagai contoh adalah Desa
Penglipuran yang terdapat di sekitar kaki Gunung Batur. Pembangunan desa wisata di
Bali ini sangat berfokus pada ekonomi lokal dengan tetap memerhatikan kebutuhan-
kebutuhan yang ada dalam skala global. Penduduk berpartisipasi dalam pembangunan
Desa dan membuat desa memiliki potensi pariwisata yang besar hingga terkenal ke
mancanegara, tanpa mengabaikan budaya lokal.

4. Konsep Pengembangan Wilayah dari Atas dan dari Bawah.


a. Top-Down Development merupakan perkembangan dari sektor inti, lalu
pembangunannya dilanjutkan ke sektor atau wilayah lain. Teori ini tumbuh
akibat adanya perdebatan pertumbuhan balanced (Rosenstein-Rodan, Nurske)
dan unbalanced (Perroux, Hirschman, Myrdal, Friedmann) pada tahun 1950-an.
Sementara Bottom-Up Development lahir sebagai jawaban atas kurang
tepatnya development from above kurang tepat bagi negara berkembang
Sehingga muncul konsep pembangunan dilakukan di wilayah yang paling
memerlukan pengembangan, dengan sektor yang terintegrasi.

b. Istilah-Istilah:
i. Backwash effects adalah proses yang menguras wilayah-wilayah yang
terbelakang oleh wilayah yang telah maju, atau semua perubahan yang
bersifat merugikan dari ekspansi ekonomi disuatu tempat karena sebab-
sebab diluar wilayah itu. Spread effects merupakan gaya yang
mendorong perkembangan wilayah yang terbelakang oleh wilayah
maju, sebagai akibat adanya hubungan antara wilayah yang maju
dengan wilayah yang terbelakang.
ii. Periphery (pinggiran), adalah kawasan yang membeikan pengiriman
sumberdaya ke wilayah core (inti). Kawasan Core adalah kawasan yang
memiliki pengaruh informasi atau peningkatan interaksi dan inovasi
serta memiliki pengaruh modernisasi atau perubahan sosial dan inovasi.
iii. Selective Spatial Closure :adalah sebuah konsep Pengembangan
Wilayah Dari Bawah, dengan cara menutup daerah secara selektif agar
tidak terjadi kebocoran. Hal ini dilakukan dengan cara Menghilangkan
backwash effect dari pusat pertumbuhan ekonomi terhadap wilayah
periphery.
iv. Agropolitan Model merupakan konsep Pengembangan Wilayah Dari
Bawah yang dikemukakan oleh Friedman & Douglass (1978). Strategi
agropolitan berbasis pada suatu wilayah yang memiliki sumber daya
yang berasal dari alam seperti pertanian dan perkebunan dikembangkan
dikembangkan akibat kegagagalan dari industrialisasi di asia untuk
meningkatkan standar hidup masyarakat,
v. Pengembangan Desa Terpadu : merupakan suatu pemberdayaan desa
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas desa itu sendiri.
Pengembangan desa terpadu perlu memerhatikan hal-hal seperti
keberlanjutan kehidupan ekologis, ekonomis, sosial budaya, dll.

c. Jika suatu daerah memiliki potensi sumber daya yang baik, serta memiliki
potensi untuk mengelola secara mandiri atau telah menjadi daerah otonom,
maka akan lebih tepat untuk dikembangkan dari bawa, karena hal ini masih ada
peluang untuk memanfaatkan sumberdaya pedesaan dan meningkatkan kualitas
perdesaan.

Sementara itu, jika kawasan berfokus pada perindustrian dan terus bertumbuh,
diperlukan top-down planning. Dimana top-down planning dipayungi oleh satu
hukum dan dapat merangsag investasi, yang akhirrnya mendorong
perkembangan sektor-sektor ekonomi yang ada.

5. Konsep Pengembangan Wilayah


a. Trickle Down Effect adalah sebuah dampak yang terjadi ketika kegiatan
dilakukan di wilayah pusat, daerah terpencil juga akan merasakan pengaruh
tersebut. Trickle down effect dapat berdampak negatif, maupun positif.
Misalnya, dalam pembangunan Kawasan Metropolitan Rebana terdiri dari 13
Kawasan Peruntukan Industri di Jawa Barat, walau kawasan ini berisi dari 13
kawasan, namun trickle down effect yang dapat terjadi adalah kemajuan
keseluruhan wilayah Jawa Barat akibat pembangunan kawasan industri ini.

b. Dalam konsep Selective spatial closure, terjadi pengembangan wilayah dengan


peningkatan kualitas komunitas lokal & regional sehingga terjadi
pengembangan sumber daya yang dimiliki berdasarkan kebutuhan. Sehingga
terjadi kontrol atas pengembangan yang sifatnya lokal, dan tidak terlalu
terpengaruh dengan perkembangan diluar komunitas. Sehingga trickle down
effect yang harusnya menjangkiti kawasan lokal, tidak memengaruhi kawasan
itu.

Anda mungkin juga menyukai