Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN CRITICAL REVIEW

PL3241 MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN


MANAJEMEN PERTUMBUHAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH DAN
KOTA
Diajukan untuk memenuhi Tugas mata kuliah PL3241 Manajemen dan Administrasi
Pembangunan pada Semester VI Tahun Akademik 2022-2023

Dosen : Ir. Andi Oetomo, M.PL.

Oleh:
William Wijaya (15420032)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


SEKOLAH ARSITEKTUR PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN
KEBIJAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN

a. Definisi

b. Fungsi

2. Evolusi Pembangunan

a. Tahun 1960-1970-an

b. Tahun 1980-an

c. Tahun 1990-an

d. Tahun 2000-an

3. Market Alternatif Pendekatan Manajemen Pertumbuhan

a. Top Down dan Bottom Up

b. Cross Acceptance

c. Konsekuensi

4. Penyeimbang Kebutuhan Perencanaan Dalam Sistem Manajemen Pertumbuhan

a. Pertumbuhan Kota dan Proteksi Lingkungan

b. Kebijakan Lingkungan

c. Kebijakan Ekonomi

d. Kebutuhan Transportasi

e. Evaluasi Kebutuhan Perumahan

5. CRITICAL REVIEW

DAFTAR PUSTAKA
1. Pendahuluan

a. Definisi Manajemen Pembangunan

Menurut Michael Todaro, Manajemen pembangunan merupakan suatu proses yang

melibatkan melibatkan penerapan berbagai teknik dan praktik manajemen, seperti

perencanaan strategis, penganggaran, alokasi sumber daya, manajemen proyek, dan

pemantauan kinerja. Menurut Myron Orfield manajemen pertumbuhan adalah proses

yang melibatkan penerapan berbagai teknik dan strategi perencanaan, seperti

perencanaan penggunaan lahan, zonasi, perencanaan infrastruktur, dan perlindungan

lingkungan. Sehingga manajemen pertumbuhan dalam pembangunan dapat diartikan

sebagai seperangkat teknik yang digunakan oleh pemerintah dengan tujuan untuk

mengakomodasi pengembangan masyarakat dengan menyeimbangkan layanan yang

tersedia untuk memenuhi tuntutan masyarakat.

b. Fungsi Manajemen Pertumbuhan

Fungsi dari manajemen pertumbuhan yaitu :

- Mengarahkan dan mengatur pembangunan fisik, sosial, dan ekonomi suatu

wilayah atau masyarakat

- Meminimalkan biaya yang dikeluarkan dan memaksimalkan manfaat kepada

masyarakat

- Meminimalkan dampak negatif kepada lingkungan dan generasi mendatang

Dari fungsi manajemen pembangunan bertujuan untuk mencapai pembangunan yang

berkelanjutan di suatu wilayah.

c. Zonasi : Dasar Kontrol Penggunaan Lahan Dalam Manajemen Pembangunan

Zonasi merupakan proses dimana pemerintah daerah mengklasifikasikan

tanah ke dalam zona atau area terpisah, masing-masing dengan peraturan khusus

mengenai jenis, skala, dan intensitas pembangunan yang diizinkan. Tujuan utama

zonasi adalah untuk meningkatkan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan umum

kawasan. mengarahkan pembangunan negara dengan cara yang konsisten dengan

tujuan dan nilai-nilai masyarakat. Zonasi dapat memastikan diferensiasi penggunaan


lahan yang berbeda, mempromosikan penggunaan lahan yang efisien, melindungi

sumber daya alam dan ruang terbuka, serta mengelola karakter dan tampilan

keseluruhan komunitas.

Konsep zonasi melibatkan pembuatan peta zonasi yang membagi yurisdiksi menjadi

zona atau distrik yang berbeda, seperti zona residencial, komersial, industri, atau

pertanian. Setiap zona kemudian diberikan regulasi spesifik mengenai jenis

penggunaan yang diizinkan, kepadatan atau intensitas pengembangan, persyaratan

tinggi bangunan dan setback, serta faktor-faktor relevan lainnya. Proses zonasi

melibatkan pengadilan publik, di mana anggota masyarakat dapat memberikan

masukan dan umpan balik tentang perubahan yang diusulkan terhadap regulasi

zonasi. Zonasi juga dapat diubah dari waktu ke waktu seiring dengan berkembangnya

kebutuhan dan prioritas masyarakat.

2. Evolusi Pembangunan

Evolusi dalam pembangunan dibagi menjadi 3 tahapan yaitu :

- Tahapan Pertama : Berfokus pada lingkungan dimana pertumbuhan pembangunan

yang diikuti dengan isu kualitas hidup dan fasilitas perkotaan.

- Tahapan Kedua : Berfokus pada pelibatan sektor swasta untuk pembiayaan sektor

publik

- Tahapan Ketiga : Mengalami perubahan dan adaptasi salah satu contohnya ialah

pendekatan pembangunan dengan konsep Smart Growth

a. Tahun 1960-1970-an

Dalam perencanaan Amerika pada 1960-an, banyak masalah yang terkait dengan

urban sprawl menyebabkan degradasi lingkungan dan kelebihan infrastruktur.

Penduduk lebih sadar akan lingkungan perkotaan dan kondisi alam mereka.

Konservasi sumber daya lingkungan merupakan perhatian utama dari banyak

program manajemen pertumbuhan generasi pertama. Sifat dari program ini sebagian

besar didasarkan pada perencanaan prosedural dan analisis sistem.


b. Tahun 1980-an

Pada tahun 1980, Badan Legislatif Florida memperkenalkan generasi kedua dari

program manajemen pertumbuhan negara bagian. Selama empat tahun berikutnya,

lima negara bagian bergabung dengan Florida dalam menciptakan atau mengusulkan

sistem kontrol pertumbuhan baru. Pada tahun 1986, New Jersey mengesahkan

undang-undang perencanaan negara bagian; Pada tahun 1987, Georgia mendirikan

Komisi Strategi Pertumbuhan Ekonomi; dan pada tahun 1988, badan legislatif Maine,

Vermont, dan Rhode Island mengesahkan undang-undang pengendalian pertumbuhan

hampir bersamaan. Enam negara bagian telah mengadopsi atau mengusulkan

manajemen pertumbuhan keseluruhan yang komprehensif yang dapat diterapkan pada

pertumbuhan dan pembangunan nasional. Selain itu, setiap negara telah memilih

perencanaan terpadu sebagai bagian sentral dari strategi manajemen pertumbuhannya

dan telah menciptakan atau mengusulkan sistem yang mengintegrasikan perencanaan

di semua tingkat pemerintahan.

c. Tahun 1990-an

Pada tahun 1990-an, manajemen pertumbuhan menjadi isu yang semakin penting di

banyak wilayah dan masyarakat, khususnya di Amerika Utara. Hal ini disebabkan

oleh kekhawatiran akan efek negatif dari urbanisasi yang meluas, seperti kemacetan

lalu lintas, polusi udara, hilangnya ruang terbuka, dan meningkatnya kebutuhan akan

infrastruktur. Tahun 1990-an juga melihat munculnya alat dan pendekatan baru untuk

mengelola pertumbuhan ekonomi, seperti pertumbuhan cerdas, urbanisme baru, dan

keberlanjutan. Pendekatan ini menekankan pentingnya model pembangunan yang

kompak, budidaya campuran, pembangunan berorientasi transit, dan pelestarian

kawasan alam dan pertanian.

d. Tahun 2000-an

Berdasarkan pada penerapan manajemen pertumbuhan di tahun sebelumnya,

hubungan strategi manajemen pertumbuhan pada skala regional menjadi semakin

jelas. Smart growth berusaha tidak hanya menggabungkan peraturan namun juga
aspek yang terkait dengan kualitas pembangunan perkotaan. Smart growth dirasa

belum dapat dibuktikan jika konsep tersebut akan menjadi solusi yang cukup untuk

memecahkan masalah pertumbuhan kota. Meskipun smart growth semakin terdefinisi

dna diterapkan secara luas, generasi manajemen pertumbuhan berikutnya mungkin

sedang berjalan. Hal ini dapat diberikan berdasarkan prinsip saling ketergantungan.

Terdapat 5 komponen manajemen pertumbuhan diantaranya :

- Perencanaan: Manajemen pertumbuhan melibatkan persiapan rencana yang

komprehensif dan terintegrasi yang memandu pertumbuhan dan perkembangan suatu

wilayah atau komunitas. Ini termasuk rencana penggunaan lahan, rencana transportasi

dan rencana lingkungan.

- Zonasi: Zonasi adalah alat yang digunakan dalam manajemen pertumbuhan untuk

mengatur penggunaan lahan dan pembangunan. Zonasi membantu memastikan bahwa

pembangunan memenuhi karakter dan kebutuhan suatu wilayah tertentu dan bahwa

penggunaan lahan yang berbeda itu cocok.

- Perencanaan infrastruktur: Manajemen pertumbuhan melibatkan perencanaan dan

akuisisi infrastruktur seperti jalan, pasokan air dan sistem drainase. Hal ini

memastikan bahwa pertumbuhan dan pembangunan dapat berlangsung secara

berkelanjutan dan tidak membebani infrastruktur yang ada secara tidak perlu.

- Perlindungan Lingkungan: Manajemen pertumbuhan bertujuan untuk melindungi

sumber daya alam dan lingkungan dengan memastikan bahwa pembangunan terjadi

dengan cara yang meminimalkan dampak negatif seperti polusi dan perusakan

habitat.

- Keterlibatan pemangku kepentingan: Mengelola pertumbuhan memerlukan

keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, seperti lembaga pemerintah,

pengembang swasta, kelompok masyarakat, dan organisasi lingkungan. Partisipasi

kelompok kepentingan membantu memastikan transparansi, inklusi, dan kepatuhan

terhadap kebutuhan dan kepentingan berbagai kelompok dalam kegiatan

pembangunan.
Terdapat 4 pendekatan dan potensi konflik yaitu :

- Konflik fiskal → Konflik yang akan timbul dalam tahap pertumbuhan dan berdampak

pada kondisi pajak ataupun pendapatn negara.

- Konflik negara lokal → Konflik yang timbul karena kurangnya atau masih lemahnya

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

- Konflik antar lokal → Konflik yang timbul akibat terdapat wilayah yang terdampak

dari beberapa kebijakan

- Peraturan kumulatif → Konflik yang timbul akibat adanya tumpang tingik antar

kebijakan atau peraturan

3. Market Alternatif Pendekatan Manajemen Pertumbuhan

a. Top Down dan Bottom Up

Dalam pendekatannya dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan yang dalam

prosesnya terwujud dalam bentuk musyawarah di berbagai tingkat pemerintahan. Top

Down yaitu perumusan strategi yang telah didiskusikan pimpinan paling tinggi, yang

selanjutnya diskusikan bersama tim lainnya. Dimana dalam konsep ini penurunan

strategi hierarki pada level yang tinggi terhadap level yang lebih rendah (efisiensi).

Sedangkan Bottom Up sebaliknya diman pendekatan dari bawah dimana terdapat

komunikasi, diskusi, dan arahan dari tingkatan atau hierarki bawah yang nantinya

disampaikan kepada tingkatan yang lebih tinggi. Menekankan efisiensi tindakan yang

diambil berorientasi pada proses, tidak hanya hasil langsung, akan tetapi

kebijaksanaan sosial, orang harus memahami hak dan layanan yang mereka butuhkan.

Sehingga pada perencanaan makro negara yang terencana dengan demikian disertai

dengan penerimaan dan pertimbangan kontribusi dari kelompok kepentingan, yang

menjadi pedoman bagi lembaga daerah dalam penyusunan rencana kerja.

b. Cross Acceptance

Cross Acceptance proses yang digunakan dalam manajemen pertumbuhan

memfasilitasi komunikasi dan koordinasi antara berbagai tingkat pemerintahan,

lembaga dan pemangku kepentingan yang terlibat dalam perencanaan dan


pelaksanaan kebijakan dan strategi manajemen pertumbuhan. Diman dalam proses ini

semua pihak yang terlibat dalam manajemen pertumbuhan didorong untuk

berpartisipasi dalam diskusi yang bertujuan membangun pemahaman bersama,

kepercayaan, dan kerja sama..

c. Konsekuensi

Dalam pendekatan manajemen pertumbuhan yang akan menyusun keperluan dan

kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah pusat bekerjasama dengan

pemerintah daerah

4. Penyeimbang Kebutuhan Perencanaan Dalam Sistem Manajemen Pertumbuhan

a. Pertumbuhan Kota dan Proteksi Lingkungan

Dalam setiap pertumbuhan pembangunan perlu adanya pertimbangan dampak yang

akan ditimbulkan dari pembangunan terhadap lingkungan atau ekosistem sekitarnya.

Maka dari itu perlu adanya proteksi lingkungan serta hukum terkait pertumbuhan

pembangunan. Semakin banyaknya lahan yang dibutuhkan seperti lahan yang

dibutuhkan untuk perumahan yang mendesak lahan di daerah tertentu dimana

berdampak buruk terutama pada lahan-lahan lainnya yang peruntukkan bukan untuk

perumahan. Masih perlunya evaluasi mengenai hukum manajemen pertumbuhan yang

diterapkan selama ini yaitu dengan mendorong masyarakat untuk peduli peka, dan

responsif terhadap masalah-masalah yang ada di sekitar mereka dan untuk

menyelesaikan permasalahan tersebut terutama di sektor perumahan yang terus

menerus muncul. Dengan melalui penyediaan perumahan terjangkau merupakan salah

satu upaya untuk mengatasi demand yang tinggi akan perumahan di pusat kota atau

suatu daerah.

b. Kebijakan Lingkungan

Berdasarkan Undang-Undang nomor 23 Tahun 1997 terdapat komponen dalam

kebijakan lingkungan diantaranya :

- Kebijaksanaan penataan pemanfaatan : Pada penataanya diperlukan

pertimbangan pada pemanfaatan sumber daya alam yang terbarukan dan tidak
terbarukan dimana dalam pemanfaatannya yang harus dijaga kelestarian dan

fungsinya .

- Pengembangan : pada pengembangan perlu adanya upaya terdapat menjamin

cadangan sumber energi dan memperoleh atau berinovasi untuk mendapatkan

energi alternatif. Pada pengembangannya harus berorientasi untuk

kemakmuran rakyat dan tidak berdampak buruk pada sumber daya dan

lingkungan. Pengembangan kelembagaan, peran serta masyarakat dan

kemampuan Sumber Daya Manusia serta Pengembangan Teknologi

Pengelolaan Lingkungan

- Pemeliharaan : Sumber daya yang ada harus selalu dijaga kualitas,

kuantitasnya untuk menghindari dampak buruk akibat habisnya sumber daya

yang dibutuhkan dan berguna bagi seluruh manusia.

- Pemulihan : Perlu adanya pemulihan seperti rehabilitasi serta pelestarian

sumberdaya yang hampir habis atau rusak akibat konsumsi yang berlebih

oleh manusia

- Pengawasan : Upaya strategis dalam pelaksanaan pencegahan dan

pengendalian terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup tersebut.

- Pengendalian lingkungan hidup : Pengendalian pencemaran yang ditimbulkan

terhadap lingkungan perlu selalu dimonitoring untuk mengurangi dampak

buruk yang akan ditimbulkan serta penegakan hukum terkait lingkungan.

c. Kebijakan Ekonomi

Dalam pertumbuhan pembangunan wilayah pasti selalu akan ada sesuatu yang

dibayarkan berupa uang maupun manfaat. Pembangunan infrastruktur dan

pembangunan hasil dari inovasi alternatif yang dimana pembiayaannya berasal dari

pendapatan negara salah satunya yaitu pajak. Namun dalam penerapannya masih

menimbulkan masalah seperti tax revolt. Maka perlu adanya kebijakan ekonomi yang

baik dengan tujuan memastikan bahwa pertumbuhan dan pengembangan ekonomi

seimbang dengan pertimbangan sosial dan lingkungan, untuk menciptakan ekonomi


yang berkelanjutan. Kebijakan ekonomi dapat membantu mengarahkan dan mengatur

pembangunan dengan cara yang mendukung bisnis lokal, menarik investasi, dan

menciptakan lapangan kerja, sambil juga melindungi sumber daya alam dan

mempromosikan kesetaraan sosial.

d. Kebutuhan Transportasi

Transportation Demand Management (TDM) merupakan salah satuu alternatif dala

memnimalisit keuhan akan kendaraan pribari melalui pengapikasian pertairan dan

strategi.

Pengelompokkan Transport Demand Manajemen diantaranya :

- Sisi Penyediaan (Supply Side) yang menyangkut sistem transportasinya

- •Sisi Kebutuhan (Demand Side) yang menyangkut karakteristik aktivitas

perkotaan yang ada.

- Pertumbuhan kota dan tingginya jumlah penggunaan kendaraan bermotor

- Kurangnya investasi pada fasilitas lalu lintas

- Munculnya kesadaran dan gerakan komunitas peduli lingkungan yang dinilai

cukup efektif

- Kesadaran pembuat kebijakan

e. Evaluasi Kebutuhan Perumahan

Dalam pembangunannya perlu dilakukan beberapa upaya untuk mengatasi masalah

kepadatan perumahan yang hanya berpusat di satu wilayah saja. Salah satu upayanya

dengan menekan demand masyarakat atau penduduk dengan menyediakan perumahan

untuk masyarakat yang berpendapatan menengah kebawah (MBR). Selain itu perlu

adanya inisiatif kebijakan publik bagi masyarakat berpendapatan rendah untuk

bergeser ke pemerintahan lokal ke negara bagian.

5. CRITICAL REVIEW

Pembahasan critical review yang dibahas berasal dari penelitian yang berjudul “Pengaruh

Pertumbuhan Kendaraan dan Kapasitas Jalan Terhadap Kemacetan di Ruas Jalan Perintis

Kemerdekaan”. Dalam jurnal tersebut dibahas mengenai tren pertumbuhan jumlah kendaraan dari
tahun ke tahun di Jalan Perintis Kemerdekaan. Hal ini disebabkan banyaknya arus kendaraan pada

jam kerja dan pada hari kerja mengarah ke satu daerah saja. Peningkatan jumlah kendaraan ini sangat

berpengaruh terhadap kemacetan lalu lintas pada ruas jalan, penyebab terjadinya hal ini karena

pertumbuhan kendaraan bermotor yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Transport Demand

Manajemen merupakan salah satu alat manajemen pertumbuhan dalam bentuk Regulatory Tools,

Public Service Location, dan Revenue Source. Konsep Transport Demand MAnagement ini selain

berguna untuk mengatasi masalah, namun secara tidak langsung berdampak baik bagi lingkungan,

kesejahteraan masyarakat, kesehatan masyarakat, dan keberlanjutan dalam pembangunan kota. Dalam

hal ini diperlukannya upaya dari pemerintah Kota Makassar untuk mengatasi hal ini dengan cara

peningkatan mutu dan ketersediaan infrastruktur pendukung mobilitas serta transportasi umum yang

terjangkau ke wilayah-wilayah. Cara lain untuk mengatasi hal ini dengan mengeluarkan kebijakan

terkait pembatasan kendaraan pribadi dan salah satunya yaitu dapat menggunakan ERP (Electronic

Road Pricing) dimana melakukan pengenaan pajak terhadap kendaraan pribadi yang melalui pada

kawasan pada ruas jalan dan waktu tertentu. Dalam penerapannya diharapkan dengan memberlakukan

kebijakan ini dapat menekan angka pertumbuhan dan timbulan kendaraan pada beberapa ruas jalan

yang sering terjadi kemacetan dan mengalihkan pengendara Namun perlu diperhatikan apabila ingin

menekan angka pergerakan dan timbulnya pergerakan perlu adanya penyediaan infrastruktur dan

fasilitas penunjang seperti kantor, tempat rekreasi, fasilitas sosial, dll yang mendukung aktivitas

sehari-hari dari penduduk sekitar sehingga demand penduduk akan kebutuhan fasilitas pendukung

kehidupan sehari-hari dapat diturunkan.


DAFTAR PUSTAKA

Arbaningrum, Rizka. “Pengelolaan Lingkungan.” Pengelolaan Lingkungan, 2019,

https://ocw.upj.ac.id/files/Slide-CIV-301-CIV-301-03-04-Pengelolaan-Lingkungan.pdf.

Accessed 8 May 2023.

Asana. “Pendekatan Top-Down vs. Bottom-Up: Apa Bedanya? [2021] • Asana.” Asana, 24 August

2021, https://asana.com/id/resources/top-down-approach. Accessed 8 May 2023.

Budiman. “i Buku Manajemen Pembangunan Wilayah ini, mengupas konsep dasar manajemen dalam

upaya mewujudkan pengembangan wilayah yang lebi.” Digital Library UIN Sunan Gunung

Djati Bandung, 2021,

http://digilib.uinsgd.ac.id/39944/1/Naskah%20Buku%20ManPemWil.pdf. Accessed 8 May

2023.

Said, Lambang Basri, et al. “PENGARUH PERTUMBUHAN KENDARAAN DAN KAPASITAS

JALAN TERHADAP KEMACETAN DI RUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN.”

OSF, 1 Juni 2019, https://osf.io/kpw6e/download. Accessed 8 May 2023.

Sinclair, Susan. “Growth Management in the 1980s: A New Consensus and a Change of Strategy.”

ScholarWorks at UMass Boston, 21 June 1989,

https://scholarworks.umb.edu/cgi/viewcontent.cgi?referer=&httpsredir=1&article=1336&cont

ext=nejpp. Accessed 8 May 2023.

Wiranto. “MANAJEMEN KONFLIK DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DI MIMIKA

PAPUA.” Neliti, November 2015,

https://media.neliti.com/media/publications/317147-manajemen-konflik-dalam-pembangunan

-masy-519e76a0.pdf. Accessed 8 May 2023.

Anda mungkin juga menyukai