Anda di halaman 1dari 9

Web-Based Multimedia and Public Participation for Green Corridor Design of an Urban

Ecological Network
Review
Oleh: M Dimas Saputra 118220119 RC

Judul: Penulis:
Penerbit:
Web-Based Multimedia and Public Zhenjiang Shen, Mitsuhiko
Springer-Verlag Berlin
Participation for Green Corridor Design of an Kawakami, and Kazuko
Heidelberg (2012)
Urban Ecological Network Kishimoto

1
Web-Based Multimedia and Public Participation for Green Corridor Design of an Urban
Ecological Network
Review
Oleh: M Dimas Saputra 118220119 RC

1. Pendahuluan

Kota ramah lingkungan adalah kota yang dirancang dengan mempertimbangkan dampak
lingkungan serta dihuni oleh orang-orang yang memiliki konsep ramah lingkungan seperti
meminimalisasi konsumsi energi, air, dan makanan, serta produksi sampah. Dalam perencanaan, konsep
eco-city dituangkan dalam perencanaan lingkungan lokal melalui program pembangunan berkelanjutan.
Program ini direalisasikan dalam konservasi dan restorasi lingkungan alam, penciptaan lanskap dan
taman, serta promosi industri ramah lingkungan.

Jurnal ini berfokus pada perencanaan mengenai lanskap dan taman untuk konservasi lingkungan
alam di Kawasan perkotaan terbangun, dengan menggabungkan perencanaan jaringan ekologi serta
urban design atau desain perkotaan, yang berfokus pada perencanaan green corridor atau koridor hijau
Perencanaan Green Corridor atau koridor hijau, telah dilakukan di kawasan perkotaan maupun
perdesaan dengan mempertimbangkan jaringan ekologi dan ruang public. Dalam beberapa tahun
terakhir, Pemerintah Daerah berusaha meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan.
Dimana warga menjadi sumber informasi atas potensi dan permasalahan lingkungan di suatu daerah.

Di Jepang, untuk mendorong terciptanya ruang hijau untuk komunitas lokal yang berkelanjutan,
sejak tahun 2001, Berbagai daerah dan kota telah bersaing untuk mendapatkan gelar kota ramah
lingkungan terbaik di Jepang. Hal ini yang menjadi studi kasus dalam penelitian kali ini yaitu berada di
pusat kota Kota Kanazawa, yang membahas mengenai efektivitas materi multimedia online pada desain
koridor hijau dalam praktik perencanaan melalui partisipasi masyarakatnya.

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan dilatarbelakangi oleh kegagalan bottom-


up di masa lalu, sehingga partisipasi masyarakat diperlukan dalam memperoleh informasi, manipulasi
data, konsultasi, serta pengabilan keputusan dalam konteks penataan ruang dan lingkungan, Tippett dkk.
(2007) berpendapat bahwa setidaknya ada lima proses perencanaan partisipatif utama yaitu inform,
design, consult, deliver, and monitor, yang pada akhirnya akan menjadi proses berulang.

Di jurnal ini, peneliti mencoba melakukan perencanaan lingkungan dengan proses partisipatif
dengan menggunakan langkah-langkah seperti membuka informasi perencanaan, mempelajari
informasi perencanaan, mengumpulkan opini publik dan persyaratan perencanaan, meninjau semua
proposal kebijakan, dan menemukan solusi perencanaan.
2
Dalam penelitian ini, percencana dan pihak terkait harus membuat proposal dan menemukan
sebuah solusi perencanaan agar memenuhi persyaratan perencanaan yang dibuat oleh komite
perencanaan. Dalam proses perencanaan, pengumpulan opini publik harus dilakukan setelah membuka
informasi terkait perencanaan yang dilakukan dengan tujuan yang diusulkan oleh pemerintah daerah
dan perencana. Dalam proses perencanaan, dibuat program pembelajaran dalam proses partisipatif agar
dapat menciptakan perencanaan yang kolaboratif menggunakan multimedia online. Multimedia Online
nantinya akan digunakan untuk merepresentasikan rencana dan desain alternatif dan meningkatkan
pemahaman peserta tentang rencana alternatif terkait program lingkungan yang dibuat.

Alat multimedia online yang menggabungkan informasi perencanaan diharapkan dapat


membantu peserta untuk menemukan solusi yang lebih baik dan meningkatkan rencana yang diusulkan.
Dimana melalui proses pengumpulan opini publik, nantinya data akan dijadikan alat dalam melihat
potensi dan masalah ekologis bagi para ahli untuk menentukan perencanaan yang tepat dan matang.
Dalam hal perencanaan kali ini, perencana dan peneliti mencoba untuk menemukan alternatif rencana
dengan menggunakan informasi yang secara sukarela diberikan oleh warga untuk merumuskan
kerangka perencanaan jaringan ekologi dari sudut pandang hubungan manusia-lingkungan.

Hasil pada perencanaan di jurnal ini pada akhirnya berupaay dalam merancang sebuah sistem
untuk mendukung proses partisipasi seperti, yaitu menyediakan informasi perencanaan melalui internet
untuk mendukung pengambilan keputusan desain koridor hijau dengan mempertimbangkan alam dan
lingkungan manusia dalam jaringan ekologi di pusat kota. Selain itu alat multimedia online juga
digunakan dalam meningkatkan pembelajaran dan pemahaman masyarakat, serta membantu fasilitator
dalam mengatur proses perencanaan untuk menemukan solusi agar sesuai dengan aturan yang ada di
dalam perencaanan.

2. Tinjauan Pustaka

Koridor Hijau (Green Corridor) Hirosaka

Gambar Hirosaka Green Corridor, Kanazawa City

3
Koridor Hijau di Kanazawa terbentuk akibat pembangunan saluran irigasi tradisional Ketika Kota ini
didirikan. Diman Koridor Hijau memiliki ruang lingkup wilayah di Gunung Kenroku sebagai area ini,
Central Park, dan Hirosaka Boulevard. Penelitian ini berfokus dalam mendukung komite perencanaan
dalam melakukan rekonstruksi saluran irigasi yang saat ini mengalir melalui Hirosaka Boulevard dan
melalui seluruh area pusat kota.

Untuk melakukan perencanaan Koridor Hijau (Green Corridor) Hirasoka, dilakukan kegiatan
pengumpulan informasi perencanaan dan meninjau rencana alternatif perencanaan dengan Internet
menggunakan Virtual reality modelling language (VRML). Hal ini berasal dari penelitian dari jurnal
oleh Moon (2003), dimana terdapat usulan alat multimedia online yang menggabungkan sistem
informasi Geografis (GIS), Virtual reality (VR), foto, dan video untuk pembelajaran publik dan
mengumpulkan opini publik.

Dalam pertemuan virtual yang dilakukan, kelompok dibagi berdasarkan alat perencanaan yang akan
digunakan yaitu kelompok dokumen, kelompok audio dan kelompok VRML. Untuk kelompok
dokumen, hanya dokumen teks dan foto yang disiapkan. Untuk grup audio, file teks, fotografi, dan audio
disiapkan. Terakhir, untuk grup VRML, semua jenis media, termasuk teks, foto, file audio, dan file
VRML, digunakan dalam pertemuan virtual. Anggota Komite Perencanaan yang tergabung dalam
pertemuan ini adalah sebagai berikut:

Tabel Anggota Panitia Perencanaan

Anggota Komite Perencanaan


Kelompok Kelompok Kelompok
Total
Dokumen Audio VRML
Memiliki Latar Belakang
5 4 4 13
Perencanaan
Petugas
Tanpa Latar Belakang
2 2 2 5
Perencanaan
Memiliki Latar Belakang
1 5 5 11
Perusahaan Perencanaan
Konsultan Tanpa Latar Belakang
1 1 1 3
Perencanaan
Perusahaan Bisnis Lainnya 1 1 2 4
Lain-Lain 6 3 2 11
Total 16 16 16 48

Selain itu, dilaksanakan rapat perencanaan virtual yang melibatkan 65 mahasiswa Universitas
Kanazawa dari School of Environmental Design yang berpartisipasi dalam dalam empat tahap dalam
proses perencanaan.

4
Gambar Perencanaan Hirosaka Green Corridor, Kanazawa City

System Framework and Social Experiment

Perencanaan Koridor Hijau Hirasoka mempetimbangkan empat zona seperti saluran irigasi dan ruang
dengan pepohonan, jalan raya, trotoar kiri, dan trotoar kanan. Informasi perencanaan yang telah dibuat,
direpresentasikan dalam sebuah alat multimedia online yang dibuat sebagai file HTML, yang berisikan
file teks, audio, foto, dan VRML, yang dihubungkan satu sama lain. Informasi perencanaan akan dapat
dilihat secara virtual dan disajikan dengan baik. Sebagai contoh, di halaman web, terdapat gambaran
bagi tiap-tiap zona perencanaan, dengan tiap zona memiliki narasi suara sebagai penjelasan audio untuk
setiap zona, dan terdapat deskripsi teks untuk setiap ruang disediakan sebagai bagian dari rencana lokasi.

Jalur sepeda

Jalur sepeda

BBS for Reviewing Alternative

BBS Tool adalah sebuah alat yang dirancang sehingga pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaan
dapat memberikan saran dan mendiskusikan rencana alternatif dari PC mereka di rumah atau lokasi lain
setelah meninjau informasi perencanaan yang diberikan oleh perencana dan petugas.

5
Selain itu, peserta juga dapat berkonsultasi dengan para ahli untuk belajar mengedit konten web dan
mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang proses perencanaan. Para perencana dan petugas
dapat menjawab pertanyaan dan memperbaharui informasi di whiteboard BBS Tool sebagai tanggapan
terhadap peserta.

Gambar Framework Online Media Tool dan Stakeholders

Online Media Tool dapat menjadi acuan bagi komite perencanaan aktual dengan adanya tiga tahap
dalam alat ini, yaitu:

1. proses pembelajaran, yang terdiri dari memahami situasi saat ini dan masalah yang melibatkan
lokasi perencanaan;
2. meninjau rencana alternatif, yang melibatkan diskusi rencana yang diusulkan dan membahas
persyaratan perencanaan; dan
3. meninjau rencana akhir, yang melibatkan merangkum semua pendapat dan proposal yang
direvisi berdasarkan diskusi.

Fasilitator, dalam hal ini komite perencanaan, harus dapat mengumpulkan pendapat pada setiap tahap
untuk elemen desain yang berbeda, melihat tren pendapat peserta secara keseluruhan, dan memperbarui
informasi melalui Internet. Mengacu pada informasi terbaru di web, perencana dapat meningkatkan
perencanaan dan desain untuk tahap selanjutnya.

6
3. Pembahasan

Planning Issues in Learning Process

Setelah Online Media Tool digunakan, dibuat untuk melihat tingkat keberhasilan alat ini. Dimana
ditemukan bahwa baik deskripsi teks maupun gambar dari denah lokasi sangat membantu dalam
menjelaskan prinsip-prinsip perencanaan dari responden semua kelompok. Mengenai file audio, 24 dari
31 responden (77%) dapat dengan mudah melihat gambaran perencanaan dengan gambar dan deskripsi
tanpa perlu mendengarkan audio. Dengan demikian, narasi suara kemungkinan tidak diperlukan.
Namun, audio mungkin dapat berguna bagi individu yang tidak suka membaca kalimat panjang, seperti
orang tua atau anak-anak. Selain itu, dalam penggunaan VRML, 79% pengguna menggunakan VRML
untuk memahami prinsip rencana yang akan dilakukan.

Deliberation in the Review Process

Grup dokumen Grup audio grup VRML Total


Benar-benar efektif 1 (4.8) 2 (15.4) 0 (0.0) 3 (6.3)
Efektif 13 (61.9) 7 (53,8) 8 (57.1) 28 (58.3)
Cukup efektif 5 (23.8) 2 (15.4) 5 (35.7) 12 (25.0)
Kurang efektif 2 (9.5) 2 (15.4) 1 (7.1) 5 (10.4)
Tidak efektif 0 (0.0) 0 (0.0) 0 (0.0) 0 (0.0)
Total 21 (100.0) 13 (100.0) 14 (100.0) 48 (100.0)

Tabel Keefektifan Musyawarah

Seperti ditunjukkan pada alat ini dilaporkan oleh 67% anggota grup dokumen, 69% anggota grup audio,
dan 57% anggota grup VRML sangat berguna atau cukup berguna dalam pembahasan mengenai
Koridor Hijau Hirosaka. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem musyawarah dapat dikatakan efektif
dan berguna bagi proses pembelajaran.

Effectiveness of Online Multimedia

Comprehensive evaluation of the online tool

7
Seperti yang ditunjukkan statistik diatas, para responden melaporkan bahwa alat tersebut sangat efektif
atau cukup efektif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat untuk terlibat dalam perencanaan.
Selanjutnya sebagian kecil anggota kelompok dokumen melaporkan bahwa sistem tersebut efektif untuk
digunakan dalam proses perencanaan. Oleh karena itu, materi multimedia campuran dianggap lebih
efektif dalam proses perencanaan.

Comparison of the Virtual Meeting and the Conventional Meeting

Dapat disimpulkan bahwa lebih efektif dan efisien jika pertemuan dilakukan secara virtual dikarenakan
peserta dapat dengan bebas mengakses situs web dimana saja dengan jangka waktu terntentu serta
gambar dan materi lainnya yang disediakan dalam pertemuan secara virtual juga terbuka untuk umum.
Selain itu, dalam pertemuan virtual juga memudahkan dalam mengumpulkan informasi dari berbagai
macam referensi yang ada dalam membuat keputusan, berbeda dengan pertemuan secara konvensional
yang sulit untuk mengumpulkan infromasi referensi eksternal disetiap rapat yang diadakan.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang di juanl ini, dapat dilihat bahwa penyajian informasi perencanaan
menggunakan VRML dan file audio melalui Internet merupakan alat evaluasi yang relatif tinggi dalam
keefektifannya. Gabungan multimedia online termasuk VRML, audio, dan file teks untuk menyediakan
informasi terkait program perencanaan dinilai cukup efektif.

Pertemuan virtual untuk berbagai tahap perencanaan, termasuk proses pembelajaran dan peninjauan,
efektif bagi peserta dan pihak perencana karena dapat diakses dari berbagai waktu dan lokasi. Selain
itu, dapat dilaksanakan sebuah diskusi yang lebih menjangkau berbagai pihak dibanding cara
perencanaan konvensional.

4. Kemungkinan Penerapan di Indonesia

VRML atau Virtual Reality Modeling Languange merupakan bahasa pemrograman yang dapat
membuat objek tiga dimensi, penulis membuat peta tiga dimensi alun-alun kota malang untuk website
menggunakan VRML agar ukuran file bisa lebih kecil dari ukuran file tiga dimensi.

Penggunaan VRML, sebagai contoh di Indonesia, digunakan sebagai bentuk promosi alun-alun kota
Malang sebagai pusat, identitas kota dan daya tarik wisata. Sebagai mana diteliti oleh Reza Ahmadi
Sabani pada tahun 2012, dengan konsep “Pembuatan Peta 3D Alun-Alun Kota Malang Dengan
Menggunakan Bahasa Pemrograman VRML”.

Melalui studi kasus, selain pembuatan peta 3D, selayaknya VRML digunakan sebagai alat evaluasi dan
musyawarah dalam pelaksanaan program terkati Alun-Alun Kota Malang. Sehingga tercipta partisipasi
masyarakat dalam perencanaan di Indonesia.
8
Daftar Pustaka

Sabani, Reza Ahmadi (2012) PEMBUATAN PETA 3D ALUN-ALUN KOTA MALANG DENGAN
MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN VRML. Other thesis, University of Muhammadiyah
Malang.

Eppler, Martin J. and Platts, Ken W. (2009), Visual Strategizing: The Systematic Use of Visualization
in the Strategic-Planning Process, Long Range Planning, Volume 42, Issue 1, 42–74.

Fraser, E.D.G., Dougill, A.J., Mabee, W. E., Reed, M. and McAlpine, P. (2006), Bottom up and top
down: Analysis of participatory processes for sustainability indicator identification as a pathway to
community empowerment and sustainable environmental management, Journal of Environmental
Management, Volume 78, Issue 2, 114–127.

Moon, T.H. (2003), Development of Web-based ‘Public Participation and Collaborative Planning
System (PPCPS)’, CUPUM’03 Sendai (The 8th International Conference on Planning and Urban
Management), 3a2, 2003

Shen, Z., Kawakami, M., and Kishimoto, K. (2002), “VRML applied research on the possibility of
cooperation projects using the design system”, Journal of the City Planning Institute of Japan, Vol. 37,
73–78

Shen, Z. and Kawakami, M. (2010), An online visualization tool for Internet-based local townscape
design, Computers, Environment and Urban Systems, Vol 34, 104–116

Tippett, J., Handley, J. F. and Ravetz, J. (2007), Meeting the challenges of sustainable development —
A conceptual appraisal of a new methodology for participatory ecological planning, Progress in
Planning, Volume 67, Issue 1, 9–98

Anda mungkin juga menyukai