Anda di halaman 1dari 41

TAHAPAN ANALISA

PERENCANAAN RTH
1. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan
2. Menyusun kriteria perencanaan
3. Melakukan analisis dan sintesis kesesuaian tapak
Pemaham
an
Perundan
gan
Perencan
aan
RTH
Melakuka
n
Melakukan Persiapan
evaluasi Pekerjaan
perencanaan

Membuat
Laporan
Perencanaan

Pengump
Membuat ulan
Rencana data
Pembangunan primer
n dan
sekunder

Melakukan
Konsultasi
Publik (Public
Hearing)
Menyusun Membuat
Rencana Analisis
Induk
(Master
Plan
Membuat

4
Konsep
Perencan
aan
PENGANTAR......
BACKGROUND
Perencanaan RTH
merupakan bagian
dari agenda P2KH
Dengan tujuan merespon isu pengubahan iklim dan
pengurangan emisi gas karbon dalam skala nasional serta aksi
nyata perwujudan amanat UUPR (Undang-Undang Penataan
Ruang) tentang pencapaian 30% RTH di
wilayah perkotaan dan amanat Perda BG di setiap daerah.
Sasaran :
1. Meningkatnya luasan RTH publik perkotaan
2. Tersusunnya dokumen perencanaan Taman Kota Hijau
3. Tersusunnya Masterplan Kota Hijau
4. Terbentuknya Forum Komunitas Hijau (FKH)
5. Tersusunnya Peta Komunitas Hijau
6. Terselenggaranya Festival Hijau dan Aksi Komunitas Hijau
ALUR PIKIR
PERENCANAAN RTH
Green Planning and Design

Terwujudnya dokumen perencanaan dan


perancangan RTH di seluruh kawasan
perkotaan di Indonesia yang mampu menjadi
acuan bagi percepatan pasokan
kuantitas RTH dan peningkatan kualitas RTH
untuk mewujudkan pembangunan
kota hijau yang komprehensif dan
berkelanjutan.
Dengan pelibatan green community,
penguatan manajemen & institusional
Strategi :
i. Menciptakan berbagai Pedoman Umum dan Teknis Perencanaan dan
Perancangan RTH, menyusun rencana dan rancangan RTH Tematik dalam
berbagai skala dan lokasi sesuai dengan hirarkis kota dan kebutuhan warga.
Lanjutan...
ii. Merevitalisasi setiap ruang terbuka yang ada untuk dijadikan ruang hijau publik
(dihijaukan/greening) baik pada lahan yang dimiliki swasta maupun pemerintah
(revitalisasi).
iii. Menyusun rencana-rencana pembangunan dengan konservasi (development
conservation) pada area perkotaan yang masih alami dan masih didominasi
oleh fungsi budidaya hijau, baik melalui konsep rancangan Design with Nature
maupun Urban Village
iv. Menyusun rencana-rencana infrastruktur perkotaan yang bersahabat dengan
alam dan mampu memberikan kontribusi pada penciptaan RTH perkotaan
(green infrastructure).
v. Menyusun rencana-rencana pemberdayaan RTH pada kawasan / desa adat/
tradisional, terutama yang memiliki hukum adat (customary law) yang kuat dalam
memproteksi lingkungan alam.
vi. Menyusun Grand Master Plan RTH perkotaan yang komprensif yang
memadukan RTH Tematik, RTH Revitalisasi, RTH membangun dengan
konservasi alam (development conservation), RTH Green Infrastructure dan
RTH Desa Tradisional/RTH Desa Adat.
vii. Menyusun rencana-rencana lanskap regional yang melewati batas-batas
administrasi dengan menetapkan nilai-nilai dan fungsi, antara lain pertanian,
kualitas air, konservasi alam, amenitas pemandangan, ekosistem, warisan
budaya, rekreasi ruang luar (outdoor) dan regional landscape.
PERKEMBANGAN PLATFORM STRATEGI
DAN RENCANA RTH DALAM P2KH

• 2011- 2014 difokuskan


pada Platform Program
yang mencakup Green
Planning and Design,
Green Open Space dan
Green Community.
• 2015-2019 difokuskan
pada Incentive
Program yang
mencakup Green Open
Space, Green
Building, Green Water,
Green Waste, Green
Transportation, dan
Green Energy.
IMPLEMENTASI RENCANA

Rencana dan Pengembangan Atribut Kota Hijau


MENGIDENTIFIKASI POTENSI
DAN PERMASALAHAN ......
MENGIDENTIFIKASI POTENSI
DAN PERMASALAHAN
• Permasalahan tata ruang kawasan sekitar diidentifikasi sesuai
dengan kriteria dan ketentuan yang berlaku.
• Potensi dan kendala lahan diidentifikasi sesuai dengan tujuan
perencanaan.
• Kriteria-kriteria dibuat untuk menghasilkan perencanaan
terbaik.
POTENSI DAN PELUANG
PENGEMBANGAN RTH
Perencanaan RTH yang disusun harus secara pragmatis memperlihatkan
lokasi-lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai RTH pada
tahun-tahun mendatang sebagai upaya pemenuhan luasan RTH 30%.
Disertakan pula tahapan-tahapan perwujudan RTH di lokasi-lokasi
tersebut. Di sisi lain, pemenuhan luasan RTH tidak selalu berarti
pembangunan RTH baru, namun dapat dilakukan melalui akuisisi RTH
privat, revitalisasi RTH yang sudah mengalami alih fungsi, atau melalui
pengembangan RTH pada fungsi khusus seperti RTH sempadan rel, jalur
hijau jaringan listrik tegangan tinggi, dll. Alternatif penambahan luasan
RTH tersebut juga harus tergambar dalam potensi dan peluang
Pemanfaatan potensi lahan bawah jalan sebagai
taman dengan merubah “space” menjadi “place”

Taman tematik ini berada di


bawah Jembatan Pasupati.
Taman Film berkonsep bioskop
terbuka yang modern agar warga
dapat beraktivitas dan menonton
film secara gratis. Taman Film
dikelola Komunitas Film Bandung
dan Dinas Pertamanan Kota
Bandung.
IDENTIFIKASI POTENSI DAN KENDALA LAHAN DENGAN
PERHITUNGAN RTH EKSISTING
Metodologi Pemetaan Ruang Terbuka hijau (RTH)
Berbasis Sistem Informasi Geografis dan
Penginderaan Jauh

lanjut
an
METODA PERHITUNGAN RTH EKSISTING

lanjut
an
Contoh Unsur-unsur Interpretasi Citra Satelit

Rona dan Warna


Rona (tone/color tone/grey tone)
adalah tingkat kegelapan atau
tingkat kecerahan obyek pada citra.

Bentuk
Bentuk merupakan variabel
kualitatif yang memerikan
konfigurasi atau kerangka suatu
Penginderaan obyek (Lo, 1976).
jauh
Metoda Perhitungan

Ukuran
Ukuran ialah atribut obyek berupa
jarak, luas, tinggi, lereng, dan
volume.
RTH Eksisting

Tekstur
Tekstur adalah frekuensi
perubahan rona pada citra
Citra satelit
untuk Bayangan
pemetaan Bayangan bersifat menyembunyikan
RTH detail atau obyek yang berada di
daerah gelap.
UJI HASIL INTERPRETASI RTH DI LAPANGAN
Metode yang digunakan didalam tahap identifikasi RTH
dilapangan yaitu dengan cara mendatangi, mengamati,
memploting data koordinat dengan GPS dan mencatat setiap
informasi yang dibutuhkan terkait dengan identifikasi RTH.

BENTUK DATA BERUPA GAMBAR ATAU FOTO RTH YANG AKAN DIPETAKAN .

DATA DAPAT BERUPA FORM ISIAN YANG MEMUAT


• Nomor Titik/Lokasi
• Tanggal Survey
• Nama RTH
• Jenis RTH
• Titik Koordinat GPS (UTM)
• Luas (ha atau m2/panjang (m)
• Ketinggian Tempat (m)
• Kondisi
• Wilayah Kelurahan dan Kecamatan
• Nomor Dokumentasi
• Sketsa/Denah lokasi RTH
• Jenis Tanaman
KERANGKA
KERJA
PEMETAAN
RTH
EKSISTING
INTERPRETASI PADA CITRA SATELIT

PANTULAN SPEKTRAL UNTUK OBJEK VEGETASI, TANAH DAN AIR

Dilakukan pengolahan data citra satelit yang digunakan


kedalam dua klasifikasi utama yaitu obyek yang
bervegetasi dan obyek yang non vegetasi.
Teknik atau metode yang digunakan adalah dengan
membedakan pantulan panjang gelombang untuk obyek
tanaman, air dan tanah atau yang lebih dikenal dengan
istilah Nilai Indeks Vegetasi (Normalized Difference
Vegetation Index / NDVI).
HASIL PEMETAAN RTH EKSISTING MELALUI INTERPRETASI
PADA CITRA SATELIT
CONTOH PEMETAAN RTH EKSISTING
BERDASARKAN HASIL SURVEY DAN
ANALISA CITRA SATELIT
PETA DETAIL
RTH (GREEN
OPEN SPACE)
EKSISTING
PROSES ANALISA KEBUTUHAN RTH SEBAGAI DASAR
PENENTUAN KRITERIA PERENCANAAN

• Kebutuhan RTH Berdasarkan Persentasi Wilayah


• Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk
• Kebutuhan RTH Berdasarkan Kebutuhan Oksigen
• Kebutuhan RTH Berdasarkan Netralisasai Karbon Dioksida
• Kebutuhan RTH Berdasarkan Perhitungan Kebutuhan Air
KEBUTUHAN RTH BERDASARKAN
PERSENTASI WILAYAH
• RTH di perkotaan terdiri dari RTH privat dan RTH publik
• Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30%
yang terdiri dari 20% RTH publik dan 10% RTH privat
• Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang
bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan dan
perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap
dipertahankan keberadaannya
KEBUTUHAN RTH BERDASARKAN
JUMLAH PENDUDUK
Untuk menentukan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan dengan mengalikan antara jumlah
penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH per kapita sesuai peraturan yang berlaku.

Contoh perhitungan
KEBUTUHAN RTH BERDASARKAN KEBUTUHAN
OKSIGEN

Rumus penghitungan luas kebutuhan rth berdasarkan kebutuhan oksigen


Nilai b atau kebutuhan oksigen kendaraan yaitu

Standar kebutuhan oksigen per orang (a) adalah


600 liter per hari atau 0,840 kg/hari, sehingga tiap
jamnya manusia membutuhkan oksigen sebanyak
0,035 kg/jam. Jumlah penduduk (V) didapatkan
dari data jumlah penduduk total.

SUMBER : JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539


KEBUTUHAN RTH BERDASARKAN
NETRALISASAI KARBON DIOKSIDA
RTH juga memiliki fungsi sebagai penyerap karbon dioksida (CO2), namun
harus diperhatikan jenis RTH yang dapat memaksimalkan fungsi ini adalah RTH
hutan kota. Cahaya matahari yang memancar sepanjang hari akan
dimanfaatkan oleh vegetasi dalam fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah
gas CO2 dari H2O menjadi Karbohidrat dan Oksigen (O2). Proses ini sangat
berguna bagi manusia, sebab bila konsentrasi CO2 meningkat akan beracun
bagi manusia dan menyebabkan efek rumah kaca (green-house effect).

KEBUTUHAN RTH GUNA NETRALISASI KARBON DIOKSIDA DILAKUKAN DENGAN


MENGHITUNG BEBAN EMISI DIBANDINGKAN DENGAN KEMAMPUAN DAYA SERAP EKSISTING
PERHITUNGAN BEBAN EMISI DAYA SERAP VEGETASI

LANJUTAN....
SUMBER : JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539
KEBUTUHAN RTH BERDASARKAN
PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR
Kebutuhan air dalam kota tergantung dari faktor kebutuhan air bersih pertahun,
jumlah air yang dapat disediakan oleh PAM, potensi air saat ini, dan
kemampuan RTH menyimpan air. Berdasarkan angka kebutuhan air tersebut
lebih lanjut dapat dihitung luas RTH kota yang dibutuhkan untuk mencukupi
kebutuhan air masyarakat kota.
PERHITUNGAN KEBUTUHAN RTH
BERDASARKAN KEBUTUHAN AIR
MENYUSUN KRITERIA
PERENCANAAN......
MENYUSUN KRITERIA
PERENCANAAN
• Kriteria fisik dan biofisik, disusun mengacu pada baku mutu
yang berlaku.
• Kriteria estetika ruang dan visual, disusun mengacu pada
pedoman yang berlaku.
• Kriteria sosial dan budaya, disusun mengacu pada nilai-nilai
sosial budaya yang berlaku.
Kriteria fisik dan biofisik
Kriteria Pemilihan Lokasi Ruang Terbuka Hijau

Fisik atau dasar eksistensi lingkungan dengan membuat bentuk bentuk


geografis sesuai geotopograsinya dengan kriteria :
1. Lahan adalah milik Pemda, dibuktikan dengan sertifikat hak milik dan
diperkuat dengan SK Penetapan oleh Bupati/Walikota;
2. Lokasi yang ditunjuk masuk dalam kriteria kawasan hijau baik dalam
RTRW maupun dalam Masterplan Kota Hijau;
3. Bukan termasuk RTH existing karena ketentuannya adalah penambahan
luasan RTH, bukan beautifikasi taman existing; Dilengkapi dengan hasil analisa
4. Merupakan lahan yang sudah siap dikerjakan (clean and clear) tidak kebutuhan RTH terutama aspek fisik dan
perlu pengurukan atau pengerukan kecuali pembentukan muka tanah; biofisik (kebutuhan oksigen, netralisasi
5. Bukan merupakan lahan produktif seperti sawah, kebun dan lain CO2, kebutuhan air).............
sebagainya;
6. Bukan merupakan kawasan rawan bencana, bebas banjir dan longsor;
7. Dekat dengan permukiman atau pusat kegiatan masyarakat; Lihat juga :
8. Mudah dicapai dengan kemudahan aksesibilitas; LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI
9. Dapat diakses dan digunakan untuk publik. PEKERJAAN UMUM
10. Tiap Kota/Kabupaten menyiapkan lahan dengan luas sekitar 10.000 m2 NOMOR : 05/PRT/M/2008
(1 Ha) luasan lahan dalam satu hamparan atau; PEDOMAN PENYEDIAAN DAN
11. Lahan dengan lahan dengan luas sekitar 10.000 m2 (1 Ha) yang terbagi
PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU DI
dalam 2 lokasi hamparan yang berdekatan atau memiliki akses
penghubung antara keduanya berupa jalur pedestrian, jalur sepeda, KAWASAN PERKOTAAN
jembatan penyebrangan, dsb;
Kriteria estetika ruang dan visual
Bila luasan yang digunakan untuk perencanaan RTH adalah 10.000 m²
(luasan dibawah 1 Ha ketentuan menyesuaikan) menggunakan ketentuan
sebagai berikut :
1. Diutamakan penggunaan vegetasi lokal;
2. Tersedia dan tumbuh baik di kawasan setempat;
3. Minimal terdiri dari 10 jenis pohon diutamakan vegetasi lokal;
4. Dalam luasan 10.000 m2 minimal 700 batang pohon, maksimal 1000 m2
semak perdu dan maksimal 1000 m2 hamparan rumput;Tinggi tajuk
pohon minimal 5 m dengan diameter minimal 15 cm;
5. Tanaman jenis palm minimal tinggi batang keras 5 m dengan diameter
minimal 15 cm;
6. Fungsi vegetasi sekurang-kurangnya meliputi tanaman peneduh,
tanaman pengarah dan tanaman pembatas (buffer);
7. Disarankan menggunakan tanaman yang memiliki fungsi ekologi dan
fungsi estetik tinggi; Lihat juga :
8. Menggunakan tanaman yang baik sebagai penyerap gas CO2 dan LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI
penghasil oksigen; PEKERJAAN UMUM
9. Pemindahan tanaman besar dapat menggunakan metode tree spade NOMOR : 05/PRT/M/2008
agar tidak merusak struktur akar. PEDOMAN PENYEDIAAN DAN
PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU DI
Dilengkapi dengan hasil analisa kebutuhan RTH terutama hasil KAWASAN PERKOTAAN
identifikasi kebutuhan, potensi dan permasalahan yang
ada.............
Kriteria sosial dan budaya
Secara kualitas, RTH perlu dibangun dan dikembangkan untuk memenuhi
beberapa kebutuhan dasar penghuninya. Faktor-faktor pertimbangan itu
mencakup pertimbangan :
1. Sosial, untuk medorong penghuninya bersosialisasi
2. Ekonomi, untuk memberi peluang pengembangkan sumber produk
yang bisa dijual (misal : bahan makanan berupa : bunga, buah,
dedaunan/sayur mayur, bahkan untuk dipanen umbi dan atau
akarnya
3. Budaya, sebagai ruang untuk mengekspresikan seni-budaya
masyarakat
4. Kebutuhan akan terlayaninya hak-hak manusia (penduduk) untuk Lihat juga :
mendapatkan lingkungan yang aman (termasuk dari segi pentingnya LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI
kesehatan), nyaman, indah dan lestari yaitu fungsional dan estetis. PEKERJAAN UMUM
NOMOR : 05/PRT/M/2008
Kriteria khusus ditentukan berdasarkan karakteristik lokasi studi PEDOMAN PENYEDIAAN DAN
berdasarkan hasil analisa ...... PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU DI
KAWASAN PERKOTAAN
MELAKUKAN ANALISIS DAN
SINTESIS KESESUAIAN
TAPAK......
MELAKUKAN ANALISIS DAN
SINTESIS KESESUAIAN TAPAK
• Tapak dikawasan berdampingan dibandingkan kesesuaiannya
dengan tapak perencanaan.
• Permasalahan pada tapak, dirumuskan pemecahannya.
• Potensi pada tapak yang telah sesuai dengan kriteria dan
kompatibel dengan tapak dikawasan disusun kembali.
Tapak dikawasan berdampingan dibandingkan
kesesuaiannya dengan tapak perencanaan
Sebelum merancang sebuah lanskap taman, terlebih dahulu melakukan
studi yang mencakup inventarisasi tapak, analisis dan sintesis tapak.
Dengan metode survey dan pengamatan dapat 2) Peraturan mengenai persyaratan bangunan berupa desain :
diperoleh data primer dari lokasi existing antara lain: - Struktur
• Kondisi tanah,tekstur tanah,struktur,kontur,dan - Instalasi mekanikal/elektrikal
jenis tanah. - Kebakaran
• Informasi karakteristik tapak, iklim, vegetasi, - Aksesibilitas bagi penyandang cacat.
drainase dan faktor-faktor yang mempengaruhi
tapak. 3) Peraturan dan standar perencanaan lainnya yang secara
• Aktivitas yang diakomodasi dan fasilitas langsung ataupun tidak langsung terkait dengan kegiatan
pendukung dalam tapak taman. pembangunan.
• SNI 03-2397-1991 tentang Tata cara perancangan
Kondisi di sekitar lansekap harus dilihat data-data hasil Bangunan sederhana tahan angin;
penelitian atau literature atau naskah legal yang sudah • SNI 03-2404-1991 tentang Tata cara pencegahan serangan
dipublikasikan (data sekunder) meliputi : rayap pada bangunan rumah dan gedung dengan
1) Peraturan yang terkait dengan Penataan Ruang; termitisida;
- Peruntukan lahan • SNI 03-2405-1991 tentang Tata cara penanggulangan
- KDB (Koefisien dasar bangunan) rayap pada bangunan rumah dan gedung dengan
- KDH (Koefisien dasar hijau) termitisida;
- KLB (Koefisien lantai bangunan) • SNI 03-2396-2001 tentang Tata cara perancangan sistem
- KB (Ketinggian bangunan) pencahayaan alami pada bangunan gedung;
- Tipe bangunan • SNI 03-2398-2002 tentang Tata cara perencanaan tangki
- GSB (garis sempadan bangunan). septik dengan sistem resapan
Contoh analisis tapak
• Untuk menarik kesimpulan, dilakukan OVERLAY terhadap Analisis setiap aspek
• hasil overlay adalah kesimpulan dari analisis lanskap,apakah sumberdaya lanskap
mendukung/tidak mendukung untuk tujuan perencanaan

Proses overlay
Contoh analisis tapak

BENTUK/CARA
MENGANALISIS TAPAK
1. DESKRIPTIF
menjelaskan/menerangkan
berbagai data yang telah
dikumpulkan serta keterkaitan
antar data telah dikumpulkan
serta keterkaitan antar data
tersebut untuk mendukung
tujuan pengembangan tapak
2. TABULAR
data dalam bentuk tabel yang
selanjutnya akan
diperbandingkan antar data
yang telahdikumpulkan
3. SPASIAL
data dalam bentuk
spasial/ruang/peta yang
selanjutnya akan dioverlay
antar data peta yang telah
dikumpulkan
Hasil Analisis Kesesuaian Tapak Digunakan
Sebagai Dasar Penyusunan konsep lansekap
atau taman

Dimulai dari penyusunan konsep lansekap atau taman dengan


menerapkan 8 Atribut Kota Hijau dalam Ruang Terbuka Hijau sebagai
percontohan tanpa meninggalkan perinsip-perinsip perancangan sebagai
berikut :
1. Taman dibuat dengan tema dan desain yang kreatif untuk menimbulkan
ketertarikan masyarakat terhadap keberadaan Taman Kota;
2. Gradasi, irama, ritme dan nuansa yang dapat menciptakan variasi
desain dengan permainan komposisi elemen softscape dan hardscape
agar tidak mengesankan desain yang monoton;
3. Menentukan focal point (point of interest) untuk menciptakan daya tarik
pada spot lokasi yang ditentukan melalui desain public art yang menarik
dengan mengangkat tema kearifan lokal;
DAFTAR PUSTAKA
• Kementerian pekerjaan umum dan perumahan rakyat. 2016. Manual Kegiatan Program Pengembangan Kota
Hijau Tahun 2016
• Kementerian pekerjaan umum dan perumahan rakyat. 2016. Panduan Penyelenggaraan Program
Pengembangan Kota Hijau 2016
• Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan
• Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang memberikan landasan untuk pengaturan
ruang terbuka hijau dalam rangka mewujudkan ruang kawasan perkotaan yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan
• UU NO. 24 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA
• UU NO. 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG
• PERMEN PU No 05/PRT/M/2008 tentang pedoman Penyediaan dan Pemanfaaran Ruang Terbuka Hijau
• Mbele, Maria F B. Setiawan, Rulli Pratiwi. 2015. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan
Kebutuhan Oksigen di Kota Malang. JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539
• Roshintha, Ribka Regina. Mangkoedihardjo, Sarwoko. 2016. Analisis Kecukupan Ruang Terbuka Hijau
Sebagai Penyerap Emisi Gas Karbon Dioksida (CO2) pada Kawasan Kampus ITS Sukolilo, Surabaya.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539

Anda mungkin juga menyukai