NAMA NPM
Desfilson Kambu 17-141-054
Manasye Wenda 17-141-020
Pinalus Yoman
Jhon Kogoya
Nendison Kogoya
Mnto Kogoya 17-141-006
BAB I
Pendahuluan
Gambaran Umum
Potensi
Masalah
Belum ada Pembangunan Ruang Terbuka Hijau Kondisi Tanah yang relative datar
RTH Peruntukan lahan sebagai ruang terbuka hijau
Analisis swot
Analisis Sistem
Sirkulasi dan Analisis Penataan Analisis Sistem Ruang Analisis Intensitas
Jalur Kualitas Lingkungan Terbuka dan Tata Hijau Pemanfaatan Lahan
Penghubung
Site plan
1.4.4. Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian laporan ruang terbuka hijau di Kota Jayapura, meliputi sebagai
berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN, terdapat informasi umum yang berupa Latar Belakang;
Rumusan Masalah; Tujuan dan Sasaran; Ruang Lingkup yang terbagi menjadi Ruang
Lingkup Spasial dan Ruang Lingkup Substansi; Keluaran yang Diharapkan; Kerangka
Pemikiran; dan Sistematika Penyajian Laporan.
BAB 2 LANDASAN TEORI, terdapat data teori oleh para ahli, peraturan-peraturan yang
ada dari undang-undang hingga peraturan daerah.
BAB 3 GAMBARAN UMUM, Berisikan Data Kedudukan Lokasi Perencanaan
Pembangunan Ruang Terbuka Hijau RTH. Kajian Dalam Konteks Regional dan Gambaran
Umum Lokasi Tapak Kajian.
BAB 4 RENCANA TAPAK TATA LINGKUNGAN PEMBANGUNA RUANG
TERBUKA HIJAU, yang memuat Arahan dan Konsep Perencanaan Tapak, Perumusan
Konsep Pengembangan Tapak , dan Skenario Pengembangan RTH Pada Lokasi Tapak
yang berupa Komponen Rencana, Arahan dan Konsep Pengembangan. Arahan dan Konsep
Pengembangan di BAB 4 ini berisi Perencanaan, dan Perumusan dan Strategi Analisis
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Ruang Terbuka
Ruang terbuka merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang mempunyai arti
sebagai suatu lansekap, hardscape , taman atau ruang rekreasi dalam lingkup urban.
Menurut SNI Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan, 2004, Ruang
terbuka merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang mempunyai arti sebagai suatu
lansekap, hardscape , taman atau ruang rekreasi dalam lingkup urban. Sedangkan untuk
Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah total area atau kawasan yang tertutupi hijau tanaman
dalam satu satuan luas tertentu baik yang tumbuh secara alami maupun yang
dibudidayakan.
2.1.1 Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau (RTH), adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok,
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam (Pedoman RTBL Permen PU
05/PRT/M/2008). Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai infrastruktur hijau perkotaan adalah
bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh
tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung
dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan,
kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut.
2.1.2. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah
bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman
guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika (Peraturan menteri
dalam negeri nomor 1 tahun 2007, Hal.2). Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik maupun
privat memiliki beberapa fungsi utama seperti fungsi ekologis serta fungsi tambahan, yaitu
sosial budaya, ekonomi, estetika/arsitektural (Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2008, Hal.8).
2.1.3 Tujuan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Menurut Peraturan Menteri Nomor 5 Tahun 2008 Tujuan dari penyelenggaraan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) adalah : a. Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air
b. Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan alam
dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat. Meningkatkan
keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan yang
aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.
Luas Persil
KDB =
Merupakan angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar
bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/ penghijauan dan luas tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai (Pedoman RTBL Permen PU NOMOR
06/PRT/M/2007, Hal.19). Untuk menghitung koefisien dasar hijau menggunakan rumus
sebagai berikut:
Merupakan angka persentase perbandingan antara luas kawasan kajian besmen dan luas
tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai (Pedoman RTBL Permen PU NOMOR
06/PRT/M/2007, Hal.19). Untuk menghitung koefisien kawasan kajian besmen
menggunakan rumus sebagai berikut:
KLB
KTB =
Luas Lahan
GAMBARAN UMUM
3.1. Geografis
3.1.1 Topografi
Wilayah Distrik Abepura merupakan wilayah datar (dengan kemiringan lahan 0-2%).
Permukaan tanah yang ada di wilayah Kajian Studi Rata sehingga jika hujan
berkepanjangan air tidak terserap dan menggenangi wilayah kajian, Maka penanaman
pohon menjadi yang terpenting, karena untuk mengurangi dan mengatasi masalah genangan
air.
3.1.2. Kemiringan
Pada wilayah kajian yaitu Bekas Warung Wonsolo memiliki kemiringan lereng sebesar
0-1% atau tergolong ke dalam kelas 1. Hal ini dikarenakan wilayah kajian yang terletak di
tepi Jalan. Ketinggian wilah kajian yaitu antara 0,1 – 0,3 mdpl.
Kebisingan
Tapak di kelilingi dua jalan kedua jalan ini merupakan kebisingan terhadap
tapak tetapi dengan intensitas kebisingan yang berbeda-beda.
Tingkat kebisingan yang paling tinggi berasal dari jalan
Dari gambar di atas, terdapat tiga kemungkinan besar area yang dapat di
jadikan jalur akses untuk menuju tapak, yaitu sebelah selatan, sebelah utara,
dan sebelah barat.
Utilitas
Saluran air PDAM dan listrik terdapat di sepanjang jalan utama yaitu jalan.
Sedangkan untuk saluran sanitasi atau saluran pembuanga, dan saluran roil
kota.
Vegetasi
Vegetasi yang ada pada tapak berupa pohon palm dan bamboo liar dan yang
ada hanya rumput dan semak belukar.Tapak terlihat sangat panas karena
minim vegetasi yang bersifat meneduhi.