Anda di halaman 1dari 292

Kapanewon Seyegan Kelompok 13

FAKTA DAN ANALISIS WILAYAH


KAPANEWON SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studio 2 (GEOSPASIAL) Tahun Akademik
2022/2023

Oleh:
MAHARANI 10070321049
GEMILANG GEMA AKBAR 1O070321010
MUHAMMAD IQBAL BUDI R 10070321024
IQLIMA NURACHMA H 10070321074
RR. LYSA AMELYASARI 10070321082

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2023 M/ 1444 H

1
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dalam melakukan sesuatu diperlukan rencana untuk
melaksanakannya. Rencana dibuat untuk menghindari kekacauan dalam
mengerjakannya sehingga dapat berjalan dengan lancar dan teratur.
Sebagaimana dalam Qs. Al – Hasyr: 18

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”.
Maksud dari ayat Al-Quran diatas adalah diperintahkan untuk
memperhatikan rencana yang akan dilakukan karena perbuatan yang telah atau
akan dilakukan berdampak di masa depan. Dimana secara tidak langsung Allah
SWT memerintahkan hambanya untuk mempersiapkan masa depan dengan
membuat perencanaan yang baik sehingga masa depan tidak hanya tercapai
namun juga indah.
Perencanaan adalah proses penyusunan kebijakan atas dasar kebutuhan
untuk merubah sesuatu menjadi lebih baik, sehingga perencanaan dalam suatu
pembangunan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu tidak hanya tercapai
namun juga terasa indah artinya adalah tertata dan rapi. Dalam pelaksanaan
perencanaan suatu wilayah dan kota disesuaikan pula dengan undang – undang
yang berlaku. Berdasarkan UU no 26 tahun 2007 pasal 1 menyatakan bahwa
ruang adalah suatu wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia
dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
hidupnya. Dalam undang-undang ini pun menyatakan bahwa penataan ruang
adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Perencanaan, pemanfaatan serta
pengendalian tersebut harus dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang

2
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

sehingga diharapkan dapat mengoptimalkan potensi ruang wilayah dari setiap


aspek. Aspek-aspek dalam proses perencanaan ini antara lain aspek kebijakan,
keuangan, kelembagaan, fisik, penggunaan lahan, kependudukan, ekonomi,
sarana prasarana dan transportasi.
Dalam ilmu perencanaan terdapat komponen-komponen atau tahapan-
tahapan yang saling mempengaruhi, yaitu input, proses dan output. Agar ketiga
komponen tersebut dapat berfungsi, maka harus ada permasalahan yang
didukung oleh data-data sesuai dengan permalasahan yang ada.
Untuk melakukan serangkaian kegiatan proses perencanaan tersebut,
setiap Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota harus memiliki
kemampuan mulai dari pegumpulkan data dari berbagai sumber tersebut di atas
dengan cara melakukan survey langsung ke sumber data, baik survey sekunder
maupun survey primer ke lapangan, kemampuan untuk mengolah dan menyajikan
data yang nantinya akan digunakan sebagai masukan untuk proses analisis data
perencanaan, kemudian mampu menyusun konsep dan arahan rencana serta
akhirnya mampu menghasilkan suatu produk rencana tata ruang suatu wilayah.
.1.2 Tujuan, Sasaran, dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran
mengenai hasil survey yang telah dilakukan, agar menjadi progres dalam output
selanjutnya. Dalam analisisnya dapat memberikan gambaran mengenai kondisi
diwilayah studi, yang nanti nya berupa output rancangan tata ruang wilayah
kabupaten sleman.
1.2.2 Sasaran
Adapun sasaran yang kami targetkan berdasarkan tujuan diatas adalah:
1. Terpahaminya materi Studio 2 geospasial mengenai proses
perencanaan
2. Dapat mengaplikasikan mengenai teori proses perencanaan saat
dilakukan observasi.
3. Memahami cara pengolahan data hasil survey
4. Tersusunnya hasil pengolahan data berupa analisis
1.2.2 Manfaat
Manfaat dari disusunnya sebuah perencanaan yang baik dan terorganisir
yaitu:

3
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

1. Membantu manajemen menyesuaikan diri dengan perubahan


lingkungan
2. Membantu kristalisasi persesuaian dalam masalah-masalah utama
3. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan mudah dipahami
4. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti Menghemat waktu, usaha
dan dana
5. Membantu membuat perencanaan tata ruang wilayah
1.3 Ruang Lingkup
Dalam Studio 2 ruang lingkup menjadi batasan sekaligus acuan kami
dalam mengerjakan Studio 2, yang pertama adalah ruang lingkup materi dan ruang
lingkup wilayah. Untuk lebih lanjut mengenai ruang lingkup dijelaskan sebagai
berikut:
1.3.1 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi studi meliputi seluruh aspek yang berkaitan atau
sebagai input dalam sebuah perencanaan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1
Ruang Lingkup Materi
No Materi Analisis Keterangan

Untuk mengetahui arahan rencana Kapanewon Seyegan


1 Tinjauan Kebijakan berdasarkan RTRW, RPJMD, RPJPD Jawa Barat dan
Kabupaten Pangandaran

Untuk mengetahui kesesuaian suatu lahan apakah


peruntukannya sebagai kawasan lindung atau kawasan
budidaya. Sedangkan kemampuan lahan dilakukan untuk
2 Fisik Dasar mengetahui lahan potensial terhadap suatu wilayah. Analisis
fisik dasar ini dilakukan berdasarkan data-data dasar seperti
kondisi topografi, geologi, jenis tanah, dan lainnya di suatu
wilayah yang akan dikaji.

Untuk mengetahui kapasitas lingkungan (alam) sebagai


pendukung berlangsungnya kegiatan makhluk hidup. Dengan
Daya Dukung dan Daya
3 mengetahui daya dukung dan daya tampung suatu wilayah,
Tampung Ruang
dapat diketahui pula ketersediaan dan kemampuan lahan
berdasarkan standar dan kondisi eksisting kawasan tersebut.

4
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

No Materi Analisis Keterangan

Untuk mengetahui pola perkembangan penduduk, distribusi


dan laju pertumbuhan penduduk terhadap suatu kawasan.
Selain itu juga untuk mengetahui penyebab perubahan
4 Sosial Kependudukan
jumlah penduduk tiap tahunnya dan melakukan proyeksi atau
prediksi jumlah penduduk dimasa yang akan datang untuk
kegiatan pengembangan wilayah.

Untuk mengetahui sektor unggulan suatu kawasan


berdasarkan mata pencaharian yang terdapat dikawasan
5 Ekonomi
tersebut. Selain itu juga mengetahui laju pertumbuhan
ekonomi yang terjadi di kawasan tersebut

Untuk mengetahui jumlah infrastruktur yang ada dan dapat


6 Infrastruktur memproyeksikan jumlah kebutuhan sarana atau prasana
tersebut untuk masa yang akan datang sesuai

Untuk mengetahui sistem pergerakan yang terjadi terhadap


suatu kawasan. Serta mengetahui bagaimana tarikan dan
7 Sistem Transportasi
bangkitan yang terjadi di suatu kawasan berdasarkan
kegiatan yang berlangsung di kawasan

8 Struktur Ruang Mengetahui fungsi-fungsi kawasan (struktur ruang)

9 Pola Ruang Mengetahui penetapan kawasan lindung atau budidaya

Kelembagaan dan Untuk mengetahui kondisi pendapatan dan pengeluaran


10
Pembiayaan keuangan daerah serta mengetahui fungsi dari masing-

Sumber : Hasil Diskusi Kelompok 13, 2023


1.3.2 Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan
1.3.2.1 Ruang Lingkup Wilayah Makro
Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di wilayah provinsi
D.I.Y Yogyakarta. Dimana Bentuk permukaan Kabupaten Sleman bervariatif dari
permukaan yang datar sampai sedikit bergelombang, akan tetapi sebagian besar
merupakan daerah rendah atau landai dengan kemiringan tanahnya rata-rata 0 -
2 % dan ketinggian 0 – 100 meter diatas permukaan laut, dimana 89,70 % dari
luas keseluruhan berada pada ketinggian 0 – 3 meter diatas permukaan laut.
Secara administratif, wilayah ini berbatasan dengan:
• Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah
• Sebelah Selatan : Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten
Gunung Kidul, Propinsi D.I.Yogyakarta
• Sebelah Timur : Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah
• Sebelah Barat : Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Magelang

5
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

1.3.2.2 Ruang Lingkup Wilayah Mikro


Kapanewon Seyegan adalah Kapanewon yang terletak di Kabupaten
Sleman, Jawa Barat. Adapun batas batas Kapanewon Seyegan, yaitu:
• Sebelah Utara : Kepanewon Tempel dan Kepanewon Sleman
• Sebelah Selatan : Kepanewon Godean
• Sebelah Timur : Kepanewon Mlati
• Sebelah Barat : Kepanewon Minggir
Secara adaministratif, Kapanewon Seyegan terbagi atas lima desa. Desa di
Kapanewon Seyegan yaitu, Desa Margomulyo, Desa Margodadi, Desa
Margoagung, Desa Margoluwih, dan Desa Margokaton.
1.4 Metodologi
Adapun dalam penulisan laporan terdapat metodologi yang bertujuan untuk
memberi gambaran terkait analisis yang dilakukan. Pada subbab ini akan
menjelaskan mengenai kerangka pemikiran, metode pengumpulan data dan
metode analisis.
1.4.1 Kerangka Berpikir
Sebelum memulai kompilasi data untuk merumuskan karakteristik wilayah
Kapanewon Seyegan perlu dilakukan penyusunan kerangka pemikiran sebagai
landasan terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang
diinginkan yaitu melakukan kompilasi data agar selanjutnya data dapat dianalisis
sehingga karakteristik wilayah Kapanewon Seyegan dapat dirumuskan. Kerangka
pemikiran disajikan pada Gambar 1….
1.4.2 Metode Pengumpulan Data
Survei sekunder merupakan metode pengumpulan data dari instansi
pemerintah maupun instansi terkait. Hasil yang diharapkan dari data sekunder ini
adalah berupa uraian, data angka, atau peta mengenai keadaan wilayah studi.
Selain itu survei sekunder juga didapat dari penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Survei Primer merupakan metode survey yang digunakan
untuk mendapatkan data primer atau data yang diperoleh langsung dari sumber
asli. Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau
kelompok, hasil observasi terhadap sesuatu yang bersifat fisik, kejadian atau
kegiatan, dan hasil pengujian. Kali ini kami memakai dua metode ini, untuk data
sekunder kami mengumpulkan data dari web pemerintahan dan jurnal karya tulis
melalui akses internet. Untuk data primer kami melalukan survey lapangan untuk

6
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

mendapatkan data yang lebih detail dan lengkap karena untuk mengandalkan data
sekunder saja data data nya kurang rinci dan kurang detail sehingga kami
melakukan survey ke lapangan ke kantor kapanewon dan ke beberapa perangkat
desa untuk kita wawancara dan meminta data nya untuk melengkapi data data
yang harus ada untuk tugas analisis ini.
1.4.3 Metode Analisis
Metode pengolahan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk
membuat data mentahan menjadi informasi yang dapat diterima dan dimengerti
oleh berbagai kalangan masyarakat. Metode yang digunakan akan sangat
bergantung pada jenis analisis yang akan dilakukan, berikut adalah jenis analisis
dan metode pengolahan datanya. Metode pengolahan data yang akan digunakan
dalam kegiatan Studio 2 Geospasial adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan Tata Ruang
Kebijakan Makro dan Analisis Regional Peninjauan terhadap kebijakan makro
• Kebijakan dan Strategi RTRWN
• Struktur dan Pola Ruang Kabupaten Pangandaran dalam RTRW Provinsi
• Struktur dan Pola Ruang Kapanewon Langkaplancar dalam RTRW
Kabupaten
2. Fisik dan lingkungan
A. Analisis Kesesuaian Lahan
Tujuan analisis kesesuaian lahan adalah untuk menentukan kesesuaian
untuk penggunaan lahan di suatu wilayah.
1) Kawasan Rawan Bencana
• Parameter: SK Menteri Pertanian No 837/KPTS/UM/11/1980
• Kemiringan lereng, curah hujan, dan jenis tanah.
2) Kawasan Budidaya = Permen PU No. 4 Tahun 2007:
• Kawasan Peruntukkan Hutan Produksi
• Kawasan Peruntukkan Pertanian
• Kawasan Peruntukkan Pertambangan
• Kawasan Peruntukkan Industri
• Kawasan Peruntukkan Pariwisata
• Kawasan Peruntukkan Permukiman
• Kawasan Peruntukkan Lainnya Seperti Perdagangan dan Jasa.
B. Analisis Kemampuan Lahan
Tujuan analisis kemampuan lahan adalah untuk mengetahui potensi suatu

7
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

lahan,dan analisis ini akan didapatkan penilaian terhadap potensi lahan yang
nantinya akan menjadi acuan untuk menentukan dan pengelolahan lahan yang
benar. Berikut adalah penentuan Satuan Kemampuan Lahan (SKL) dan
Superimpose:
1) SKL Morfologi ( Peta Morfologi dan Kemiringan )
Satuan morfologi perbukitan adalah bentuk bentang alam yang
memperlihatkan relief baik halus maupun kasar, serta membentuk bukit-
bukit dengan kemiringan lereng yang bervariasi. Secara lebih rinci, satuan
morfologi perbukitan dapat dibagi lagi atas tiga sub satuan, yakni:
▪ Sub satuan morfologi perbukitan landai dengan kemiringan lereng
antara 5% -15% dan memperlihatkan relief halus;
▪ Sub satuan morfologi perbukitan sedang dengan kemiringan lereng
berkisar antara 15% - 40% dan memperlihatkan relief sedang, dan
▪ Sub satuan morfologi perbukitan terjal dengan kemiringan lebih dari
40% dan memperlihatkan relief kasar.
Satuan morfologi dataran adalah bentuk bentang alam yang didominasi oleh
daerah yang relative datar atau sedikit bergelombang, dengan kisaran kelas
lereng 0% - 5%. Lebih rinci lagi satuan morfologi dataran ini dapat dibedakan
atas dua sub satuan, yakni:
• Sub satuan morfologi dataran berkisar antara 0% - 2%; dan
• Sub satuan morfologi medan bergelombang dengan kisaran kelas
lereng lebih dari 2% hingga 5%.
2) SKL Kemudahan dikerjakan ( Peta Topografi, Morfologi, Kemiringan,
Jenis Tanah dan Penggunaan Lahan Eksisting )
Peta ini memuat pembagian atau klasifikasi kelas lereng di wilayah
dan/atau kawasan perencanaan atas beberapa kelas. Berikut ini adalah
kelas lereng yang biasa dipakai dalam penyusunan rencana tata ruang:
• Lereng 0 % - 2%
• Lereng > 2% - 5%
• Lereng > 5% - 15%
• Lereng > 15% - 40%
• Lereng > 40%
(Klasifikasi lereng dapat disesuaikan dengan kondisi lereng wilayah
kegiatan)
3) SKL Kestabilan Lereng (Peta Topografi, Morfologi dan Analisis Kemiringan)

8
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Kawasan ini bisa digunakan untuk hutan, perkebunan dan resapan air.
Sebenarnya, satu SKL saja tidak bisa menentukan peruntukan lahan
apakah itu untuk pertanian, permukiman, dll. Peruntukan lahan didapatkan
setelah semua SKL ditampalkan (overlay) lagi.
4) SKL Kestabilan Pondasi ( Peta Topografi, Morfologi,Kemiringan dan Jenis
Tanah )
SKL ini diperlukan untuk memperkirakan jenis pondasi wilayah terbangun.
Kestabilan pondasi tinggi artinya wilayah tersebut akan stabil untuk pondasi
bangunan apa saja atau untuk segala jenis pondasi. Kestabilan pondasi
rendah berarti wilayah tersebut kurang stabil untuk berbagai bangunan.
Kestabilan pondasi kurang berarti wilayah tersebut kurang stabil, namun
mungkin untuk jenis pondasi tertentu, bisa lebih stabil, misalnya pondasi
cakar ayam.
5) SKL Ketersediaan Air (Peta Morfologi, Kemiringan dan Penggunaan
Lahan)
Geohidrologi sudah memperlihatkan ketersediaan air. Geohidrologi sudah
ada kelasnya yaitu tinggi, sedang, hingga rendah. Untuk melihat
ketersediaan air seharusnya menggunakan data primer, tetapi karena
keterbatasan waktu dan dana biasanya pengambilan data primer tidak
dapat dilakukan. Ketersediaan air sangat tinggi artinya ketersediaan air
tanah dalam dan dangkal cukup banyak. Sementara ketersediaan air
sedang artinya air tanah dangkal tak cukup banyak, tapi air tanah dalamnya
banyak
6) SKL Drainase ( Peta Topografi, Kemiringan dan Curah Hujan )
Drainase berkaitan dengan aliran air, serta mudah tidaknya air mengalir.
Drainase tinggi artinya aliran air mudah mengalir atau mengalir lancar.
Drainase rendah berarti aliran air sulit dan mudah tergenang.
7) SKL Terhadap Erosi ( Peta Morfologi, Curah Hujan dan Jenis Tanah )
Erosi berarti mudah atau tidaknya lapisan tanah terbawa air atau angin.
Erosi tinggi berarti lapisan tanah mudah terkelupas dan terbawa oleh angin
dan air. Erosi rendah berarti lapisan tanah sedikit terbawa oleh angin dan
air. Tidak ada erosi berarti tidak ada pengelupasan lapisan tanah.
8) SKL Rawan Bencana Alam ( Peta Morfologi dan Rawan Bencana Alam )
SKL pembuangan limbah adalah tingkatan untuk memperlihatkan wilayah tersebut
cocok atau tidak sebagai lokasi pembuangan. Analisa ini menggunakan

9
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

peta hidrologi dan klimatologi. Kedua peta ini penting, tetapi biasanya tidak
ada data rinci yanng tersedia. SKL pembuangan limbah kurang berarti
wilayah tersebut kurang/tidak mendukung sebagai tempat pembuangan
limbah.
3. Sosial dan kependudukan
Tujuan untuk menganalisis sosial dan kependudukan adalah sebagai berikut:
a) Mengetahui kuantitas dan kondisi penduduk, baik berdasarkan kelompok
umur, jenis kelamin, bahkan kondisi sosio-ekonomi
b) Mengetahui pertumbuhan masa lampau, masa sekarang, serta
penurunannya dan penyebaran nya dalam suatu wilayah pembangunan
c) Mengembangkan hubungan sebab-akibat antara perkembangan
penduduk dengan bermacam macam aspek pembangunan
d) Mencoba memproyeksikan pertumbuhan penduduk dan kemungkinan-
kemungkinan konsenkuensinya serta pengaruh terhadap pelaksaanaan
pembangunan
e) Sebagai bahan pemantauan untuk melakukan pengendalian penduduk
agar tidak terjadi ledakan jumlah penduduk yang dapat mempengaruhi
kondisi masyarakat secara keseluruhan.
A. Analisis Jumlah dan Perkembangan penduduk
Laju Pertumbuhan Penduduk:
• Rumus LPP =

• Penggambaran grafik
B. Analisis Distribusi dan Kepadatan Penduduk
• Kepadatan pendududk Bruto analisis distribusi norma
jumlah penduduk (jiwa)
l=
luas wilayah (Ha)

standar Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.


11/Permen/M/2008
• Kepadan Penduduk Netto analisis distribusi normal
jumlah penduduk (jiwa)
=
luas wilayah terbangun(Ha)

C. Analisis Pertumbuhan Penduduk


• Peninjauan hasil observasi lapangan tentang migrasi in/out dan
kelahiran serta kematian penduduk.

10
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

D. Analisis Sex Ratio


• Proporsi/persentase antara penduduk laki-laki dengan penduduk
perempuan.
E. Analisis Dependency Ratio
• Proporsi/persentase antara penduduk produktif (0-14 tahun) dengan
penduduk tidak produktif (>65 tahun):
• Angka ketergantungan belum produktif (0-14 tahun)
belum produktif
= 𝑥 100%
produktif

• Angka ketergantungan tidak produktif (>65 tahun)


tidak produktif
= 𝑥 100%
produktif
F. Analisis Komposisi Penduduk
Tujuan analisis komposisi penduduk;
a) Untuk mengklasfikasikan penduduk dengan berbagai kriteria.
b) Sebagai arah dalam pencapaian pembangunan nasional.
c) Sebagai tolok ukur penilaian struktur ekonomi,sosial,budaya,pertahanan
dan keamanan suatu bangsa atau negara
d) Supaya mengetahui bagaimana potensi sumber daya manusia (aspek
pendidikan)
e) Berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat digunakan untuk mengetahui
angka ketergantungan
f) Bisa mengetahui tingkat kepadatan penduduk.
Analisis Piramida atau Peninjauan dan penggambaran terhadap grafik
batang/piramida menurut jenis kelamin untuk mengetahui Human Resouces di
kawasan studi.
G. Analisis Proyeksi Penduduk
Model linear Aritmatik menurut Klosterman (1990) adalah teknik proyeksi
yang paling sederhana dari seluruh model trend. Model ini menggunakan
persamaan derajat pertama (first degree equation). Berdasarkan hal tersebut,
penduduk diproyeksikan sebagai fungsi dari waktu, dengan persamaan: Analisis
proyeksi penduduk menggunakan Metode eksponensial sederhana
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜(1 + 𝑟)𝑛
Keterangan:
Pt : Jumlah Penduduk tahun ke t (jiwa)
P0 : Jumlah Penduduk tahun ke 0/terakhir (jiwa)

11
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

r : Laju pertumbuhan penduduk/faktor proporsional (% pertahun)

t : Rentang waktu antara P0 dan Pt


Pn+1 : Perubahan jumlah penduduk dalam satu periode waktu (dari waktu
n ke waktu n+1)
H. Analisis Dinamika Sosial Kemasyarakatan
Tujuan Analisis dinamika sosial melihat proses perkembangan suatu
fenomena dari satu waktu ke waktu yang lain. Dalam satu masa sebuah kejadian
dianggap sebagai sesuatu yang aneh dan dipergunjingkan, namun bisa saja saat
ini dianggap sebagai konvensi untuk disebut sebagai manusia modern.
Perbandingan/peninjauan terhadap cara bersosial masyarakat setempat
dengan standar 3 ciri masyarakat transisi:
1. Pendidikan kearah maju
2. Keterbukaan pada perubahan dan kemajuan zaman
3. Mobilitas masyarakat yang tinggi
4. Ekonomi
A) Analisis LQ
Konsep dasar basis ekonomi membagi perekonomian menjadi dua
sektor yaitu sektor basis dan sektor non-basis. Analisis LQ merupakan
salah satu cara untuk menentukan keunggulan komparatif wilayah
(Location Quotient Analysis). Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan
yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal
untuk menentukan untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu
pertumbuhan.
Komoditas Unggulan (Basis dan Non Basis):

Keterangan:
Si = Produksi Jenis Komoditas ke-I pada Kapanewon
S = Produksi total pertanian budidaya Kapanewon
Ni = Produksi total jenis komoditas ke-I Kabupaten
N = Produksi total pertanian budidaya Kabupaten
Interpretasi:

12
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

• Jika nilai LQ > 1, menunjukkan terjadinya konsentrasi produksi


pertanian di tingkat kapanewon secara relatif dibandingkan dengan
total Kabupaten atau terjadi pemusatan aktivitas di Kapanewon
• Jika nilai LQ = 1, maka pada kapanewon mempunyai aktivitas pertanian
setara dengan Kabupaten
• Jika nilai LQ < 1, maka kapanewon mempunyai pangsa relative lebih
kecil dibandingkan dengan aktivitas pertanian kabupaten, atau telah
terjadi defisit produksi di kapanewon.
B. Analisis Shiftshare
Analisis shiftshare merupakan salah satu teknik analisis untuk memahami
pergeseran struktur aktifitas di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan
wilayah yang lebih luas dalam dua titik waktu. Analisis ini digunakan untuk
melihat perkembangan sektor perekonomian disuatu wilayah yang lebih luas,
sektor-sektor perekomonian yang dibandingkan secara relatif dengan sektor
lainnya, dan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya sehingga
dapat membandingkan besarnya aktifitas suatu sektor pada wilayah tertentu
dalam pertumbuhan antar wilayah.
Tingkat spesialisasi dan daya saing sektor/komoditi =

Keterangan:
a = komponen share
b = komponen proportional shift
c = komponen differential shift
Y* = Nilai total aktifitas dalam total wilayah
Y’i = Nilai total aktifitas tertentu dalam total wilayah (titik akhir tahun)
y’i = Nilai aktifitas tertentu dalam unit wilayah tertentu (titik akhir tahun)
Yi = Nilai total aktifitas tertentu dalam total wilayah (titik awal tahun)
Yi = Nilai aktifitas tertentu dalam unit wilayah tertentu (titik awal tahun)
Interpretasi a dan b:
• Jika b bernilai – (minus), maka spesialiasi dalam sektor yang secara
Nasional tumbuh lambat
• Jika b bernilai + (positif), maka spesialisasi dalam sektor yang secara
Nasional tumbuh cepat

13
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Untuk interpretasi nilai c adalah sebagai berikut :


• Jika c bernilai – (minus), maka sektor tersebut tidak memiliki daya saing
• Jika c bernilai + (positif), maka sektor tersebut mempunyai daya saing
5. Sarana dan prasarana
A) Analisis Sarana
Tujuan analisis sarana adalah memproyeksikan jumlah kebutuhan fasilitas
sarana di masa yang akan datang yang akan di proyeksikan 20 tahun kedepan
dengan selang waktu 5 tahun.
Jumlah Kebutuhan Sarana menggunakan Standar Sarana SNI-03-1733-
2004, lalu diproyeksikan.
1) Analisis Sarana Permukiman
Analisis sarana permukiman merupakan proses perhitungan jumlah
fasilitas huniah yang dibutuhkan. Tujuan dari analisis ini yaitu untuk
mengetahui jumlah huniah yang harus disediakan disuatu wilayah sesuai
dengan jumlah penduduk.
jumlah penduduk (hingga proyeksi penduduk 20 tahun kedepan),
kemudian data yang digunakan untuk menghitung kebutuhan rumah adalah
jumlah KK dengan asumsi 1 KK terdiri dari 5 orang, karena 1 rumah
diperuntukan untuk 1 KK.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
Jumlah Rumah Ideal/KK =
5

2) Analisis Sarana Pendidikan


penyediaan sarana pendidikan ini juga mempertimbangkan
pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada.
Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan/blok yang
nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan
penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area
layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk
melayani pada area tertentu.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑑𝑢𝑘
Fasilitas sarana =
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 (𝑚2)

• Analisis Sarana Kesehatan


• Analisis Sarana Peribadatan
• Analisis Sarana Ekonomi (Perdagangan dan Jasa)
• Analisis Sarana RTH dan Pemakaman
B) Analisis Prasarana

14
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

1) Air Bersih:
o Asumsi 1 orng butuh berapa air (100l/o/hari = standar perdesaan) =
domestic (per rumah tangga)
o Domestik = 100 l/o/hari x Jumlah Penduduk Proyeksi
o Non domestic (sarana-sarana)= 10% dari kebutuhan domestic
o Kebocoran = 20% dari kebutuhan air domestic + kebutuhan air
non domstik
o Kebutuhan air total = domestik + non domestik + kebocoran
2) Air Limbah:
o Volume timbulan lumpur tinja (black water) dan air limbah (grey
water)
o Grey water = 80% x Air Bersih
o Black water (asumsi) = 40l/o/hari x Jumlah Penduduk Proyeksi
o Total = grey water + black water
3) Persampahan:
o Sampah Domestik : 35 x Jumlah Penduduk Proyeksi
o Sampah Non Domestik : 35% x Sampah Domestik
o Total : Sampah Domestik + Sampah Non Domestik
4) Listrik:
o Min : 450 x KK Proyeksi
o Max Non Domestik : 20% x Max Domestik
o Min Non Domestik : 20% x Min Domestik
o PJU : 10% x Min Domestik atau Max Domestik
o Total : Domestik + Non Domestik + PJU
o Max Domestik : 2200 x Jumlah KK Proyeksi
6. Transportasi
A) Analisis Aksesibilitas
Analisis tingkat aksesibilitas menurut akses jalan
jumlah penduduk desa A−Jumlah penduduk B
Aksesibilitaas =
Jarak desa A−B(aksesibilitas)

• Kondisi Jalan Baik nilai 2


• Kondisi Jalan Sedang nilai 1,5
• Kondisi Jalan Buruk nilai 1
1.5 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan berisi mengenai urutan pembahasan laporan

15
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

analisis data ini. Sistematika pembahasan memiliki tujuan untuk menjelaskan


kepada pembaca mengenai urutan dan isi pada laporan analisis ini. Adapun
sistematika pembahasan yang ada adalah sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup yang
memuat ruang lingkup wilayah, ruang lingkup materi, ruang lingkup
kegiatan, metodologi, serta sistematika laporan teknis.
BAB II KEDUDUKAN KAPANEWON SEYEGAN DALAM KONSTELASI
REGIONAL
Bab ini membahas tentang tinjauan kebijakan wilayah baik kebijakan
pembangunan dan spasial serta kedudukan wilayah perencanaan dalam
konstalasi.
BAB III PROFIL WILAYAH KAPANEWON
Bab ini membahas tentang kondisi fisik dasar, penggunaan lahan,
demografi dan kependudukan, sosial budaya, perekonomian, sarana,
prasarana, system transportasi, kelembagaan dan keuangan di
Kapanewon Seyegan.
BAB IV ANALISIS FISIK DASAR
Bab ini membahas mengenai analisis satuan kemampuan lahan, analisis
kesesuaian lahan, analisis daya dukung dan analisis daya tamping
BAB V ANALISIS KEPENDUDUKAN
Bab ini membahas mengenai proyeksi jumlah penduduk, pertumbuhan
penduduk dan analisis kepadatan penduduk dan kualitas SDM.
BAB VI ANALISIS EKONOMI
Bab ini membahas mengenai sektor perekonomian yang potensial dan
belum potensial untuk menentukan arah pengembangan wilayah
berdasarkan analisis LQ, Shift Share dan Tipologi Klassen.
BAB VII ANALISIS KEBUTUHAN SARANA
Bab ini membahas mengenai analisis kebutuhan sarana yang ada di
Kapanewon Seyegan seperti sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan,
perekonomian, perindustrian, RTH dan pemakaman.
BAB VIII ANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA
Bab ini membahas mengenai analisis kebutuhan sarana yang ada di
Kapanewon Seyegan seperti air bersih, air limbah, drainase,
telekomunikasi, listrik dan persampahan.

16
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

BAB IX POTENSI DAN MASALAH WILAYAH PERENCANAAN


Bab ini membahas potensi dan masalah wilayah perencanaan.

17
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

BAB II
KEDUDUKAN KAPANEWON SEYEGAN DALAM KONSTELASI REGIONAL

2.1 Kebijakan Spasial


Kebijakan Spasial ditinjau untuk melihat kedudukan Kapanewon Seyegan
didalam rencana tata ruang wilayah Kabupaten Sleman. Lalu untuk melihat
kesesuaian arahan kebijakan dari rencana tata ruang wilayah Kapanewon
Seyegan terhadap peran dan fungsinya. Dan juga untuk menjamin keterkaitan dan
konsistensi antara perencanaan dengan implementasi pembangunan di daerah.
2.1.1 Arahan Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten terdiri dari rencana sistem
pusat permukiman dan rencana sistem jaringan prasarana wilayah. Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sleman telah di Perdakan berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 13 Tahun 2021 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sleman Tahun 2021-2041. Adapun
tujuan penataan ruang wilayah adalah mewujudkan ruang Daerah yang tangguh,
berkembang, dan berkelanjutan dengan tercapainya penataan ruang untuk
mendorong pengembangan ekonomi hijau dan kreatif, terwujudnya pemanfaatan
ruang untuk mengarahkan pertumbuhan yang cerdas (smart growth), dan
tercapainya peningkatan kapasitas ketahanan keamanan dan adaptasi terhadap
dampak perubahan iklim dan bencana.
Berikut peta rencana struktur ruang Kabupaten Sleman berdasarkan Perda
No. 13 Tahun 2021 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman
Tahun 2021-2041.

18
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Gambar 2.1
Peta Struktur Ruang Kabupaten Sleman
Sumber: Lampiran II Perda Kabupaten Sleman No 13 tahun 2021
Adapun arahan rencana struktur ruang Kapanewon Seyegan berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 13 Tahun 2021 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sleman Tahun 2021-2041 yaitu sebagai
berikut.
1. Rencana Pusat Permukiman
- PKL, dikembangkan untuk fungsi simpul layanan sarana prasarana
permukiman, perdagangan jasa lokal, dan sarana pariwisata, terdiri dari
PKL Godean yang meliputi sebagian Kalurahan Margoluwih Kapanewon
Seyegan.
- PPK, yaitu PPK Perkotaan Minggir 2 meliputi sebagian Kalurahan
Margokaton, dan PPK Perkotaan Seyegan yang meliputi sebagian
Kalurahan Margodadi dan sebagian Kalurahan Margomulyo.
- PPL, Kapanewon Seyegan direncanakan menjadi Pusat Pelayanan
Lingkungan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
2. Sistem Jaringan Transportasi
Kapanewon Seyegan dilewati oleh jalan kolektor primer (jalan Cebongan-
Seyegan dan Seyegan-Balangan), jalan tol (jalan tol Yogyakarta-Bawen, yang
melewati Kapanewon Tempel, Kapanewon Seyegan, Kapanewon Mlati,
Kapanewon Gamping), dan jalan lokal primer serta sekunder.
3. Sistem Jaringan Kereta Api
Kapanewon Seyegan dilewati oleh jaringan jalur kereta api umum berupa
jaringan jalur kereta api antarkota yaitu jaringan jalur kereta api Yogyakarta-
Borobudur.

19
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

4. Sistem Jaringan Telekomunikasi


Sistem jaringan telekomunikasi di Kapanewon Seyegan yaitu terdapat sistem
jaringan tetap dan juga jaringan bergerak seluler yaitu menara base transceiver
station (BTS) bersama yang terdapat di seluruh Daerah.
5. Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Kapanewon Seyegan memiliki sistem jaringan irigasi primer dan juga jaringan
irigasi tersier.
6. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Kapanewon Seyegan memiliki jaringan perpipaan unit produksi dan juga
jaringan produksi.
7. Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)
Kapanewon Seyegan memiliki Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
Terpusat (SPALD-T) Skala Permukiman dalam Kawasan Permukiman.
2.1.2 Arahan Rencana Pola Ruang
Rencana pola ruang wilayah Kabupaten adalah rencana distribusi
peruntukan ruang wilayah Kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi
lindung dan budidaya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW
(Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten yang memberikan gambaran
pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang.
Berikut Rencana pola ruang pada kapanewon Seyegan yang terdiri dari kawasan
lindung dan kawasan budidaya.
Berikut peta rencana pola ruang Kabupaten Sleman berdasarkan Perda
No. 13 Tahun 2021 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman
Tahun 2021-2041.

20
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 2.1
Peta Pola Ruang Kabupaten Sleman
Sumber: Lampiran II Perda Kabupaten Sleman No 13 tahun 2021

Adapun arahan rencana pola ruang Kapanewon Seyegan berdasarkan


Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 13 Tahun 2021 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sleman Tahun 2021-2041 yaitu sebagai
berikut.
1. Rencana Pola Ruang Wilayah Kawasan Lindung
Kawasan Lindung adalah kawasan yang memiliki sifat-sifat khas yang mampu
memberikan perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun bawahnya
sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan
kesuburan tanah. Adapun Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 13
Tahun 2021 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Sleman Tahun 2021-2041, rencana pola ruang kawasan lindung Kapanewon
Seyegan yaitu badan air (BA) dan kawasan perlindungan setempat (PS).
2. Rencana Pola Ruang Wilayah Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Adapun kawasan budidaya
Kapanewon Seyegan yaitu Kawasan pertanian pangan berkelanjutan (KP2B)
dan kawasan wisata pertanian serta desa wisata atau desa budaya.

21
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

2.2 Arahan Kebijakan Pembangunan


Kota Sleman merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Dalam konteks regional, kedudukan
kapanewon di Kota Sleman adalah sebagai bagian dari struktur pemerintahan
kabupaten yang membawahi kapanewon-kapanewon di wilayah tersebut. Kota
Sleman terdiri dari 17 Kapanewon,termasuk Kapanewon Seyegan. Setiap
kapanewon di Kota Sleman memiliki peran penting dalam pengelolaan
pemerintahan, pelayanan publik, dan pembangunan di tingkat lokal. Hal ini
mencakup layanan seperti pendidikan, kesehatan, administrasi kependudukan,
infrastruktur, pengaturan tata ruang, dan lain sebagainya. Kapanewon juga
berperan dalam melaksanakan kebijakan pemerintah kabupaten Sleman serta
menjalankan program-program pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan dan
potensi lokal.
Dalam konteks regional, kapanewon di Kota Sleman juga terlibat dalam
kerjasama dan koordinasi dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta serta instansi dan lembaga di tingkat provinsi untuk
memperkuat pembangunan regional, pengelolaan sumber daya, dan pemerataan
pembangunan di wilayah tersebut.
2.2.1 Kebijakan Spasial
Pasial adalah sebuah wujud dari struktur ruang dan pola ruang. Untuk
struktur ruang sendiri merupakan susunan atas pusat-pusat permukiman dan
sistem jaringan prasarana dan sarana yang memiliki fungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan
fungsional, sedangkan pola ruang yaitu pendistribusian peruntukan ruang dalam
suatu wilayah yang diarahkan untuk pengembangan penanaman modal dalam
rangka pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan provinsi.
Rencana struktur ruang wilayah terdiri dari: sistem pusat permukiman;
sistem jaringan transportasi; sistem jaringan energi; sistem jaringan
telekomunikasi; sistem jaringan sumber daya air; dan sistem jaringan prasarana
lainnya. Berdasarkan Perda Kabupaten Sleman Kapanewon Seyegan termasuk
dalam Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL). PKL Kapanewon Seyegan meliputi:
2.3 Arahan Rencana Struktur Pola Ruang (Kabupaten)
2.3.1 Arahan Rencana Pola Ruang (Kabupaten)

22
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah


yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budi daya. Rencana pola ruang wilayah provinsi, terdiri atas:
• Rencana Kawasan Lindung
Rencana kawasan lindung di Kapanewon Tempel meliputi Kawasan
cagar budaya (CB), diantaranya: Bekas Stasiun Tempel di Kapanewon
Tempel; Kantor Kapanewon Tempel di Kapanewon Tempel; dan Kantor
Pegadaian Tempel di Kapanewon Tempel.
• Rencana Kawasan Budidaya
Rencana kawasan budidaya di Kapanewon Seyegan meliputi
Kawasan perkebunan rakyat (KR), Kawasan pertanian (P), Kawasan pertanian
pangan berkelanjutan (KP2B) seluas kurang lebih 18.491 (delapan belas ribu
empat ratus sembilan puluh satu) hektar, Kawasan permukiman perkotaan
(PK), dan Kawasan permukiman perdesaan (PD).
• Rencana Kawasan Strategis
Rencana kawasan strategis di Kapanewon Seyegan meliputi Kawasan
Strategis provinsi Kawasan Strategis kabupaten berupa fungsi keamanan dan
ketahanan pangan wilayah, Kawasan Strategis kabupaten Agropolitan di luar
Kawasan Rawan Bencana III dan Area Terdampak Langsung, dan Kawasan
Strategis kabupaten Pusat Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Sekitar Pintu Tol.
2.4 Arahan Kebijakan Pembangunan
2.4.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Penyusunan RPJMD memperhatikan dan mempertimbangkan
berbagai pola dan struktur tata ruang yang telah ditetapkan dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2011-2031, sebagai acuan dalam
penentuan lokasi kegiatan dan penyusunan program pembangunan yang
berkaitan pemanfaatan ruang kawasan. Penelaahan rencana tata ruang
bertujuan untuk melihat kerangka pemanfaatan ruang daerah dalam 5 (lima)
tahun mendatang yang asumsi-asumsinya, meliputi:
1. Struktur ruang dalam susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki
hubungan fungsional;

23
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

2. Distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi


peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya; dan
3. Pemanfaatan ruang melalui program yang disusun dalam rangka
mewujudkan rencana tata ruang yang bersifat indikatif, melalui
sinkronisasi program sektoral dan kewilayahan baik di pusat maupun di
daerah secara terpadu.
2.4.2 Kebijakan Pola Ruang
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi
budidaya. Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Sleman terdiri atas kawasan
peruntukan lindung dan kawasan peruntukan budidaya.
A. Rencana Kawasan Peruntukan Lindung
Rencana pola ruang kawasan peruntukan lindung di Kabupaten Sleman
dalam hal ini meliputi kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya berupa kawasan resapan air, kawasan perlindungan setempat
berupa kawasan sempadan sungai dan kawasan sekitar danau/waduk, kawasan
konservasi berupa kawasan Taman Nasional Gunungapi Merapi dan Taman
Wisata Alam, kawasan lindung geologi berupa kawasan cagar alam geologi dan
kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah, kawasan rawan
bencana berupa kawasan rawan bencana letusan Gunungapi Merapi, kawasan
rawan bencana tanah longsor, kawasan rawan bencana gempa bumi, dan
kawasan rawan bencana kekeringan, serta kawasan cagar budaya. Rencana
kawasan peruntukan lindung secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1
Rencana Peruntukan Lindung
Luas
No Fungsi Kawasan Lokasi
(ha)
Cangkringan, Kalasan, Mlati,
Kawasan yang memberikan
Ngaglik, Ngemplak, Pakem,
1 perlindungan terhadap kawasan Kawasan resapan air 24.205
Seyegan, Sleman, Tempel,
bawahannya
Turi
Berbah, Cangkringan, Depok,
Gamping, Godean, Kalasan,
Kawasan Sepadan Minggir, Mlati, Moyudan,
1.906
Sungai Ngaglik, Ngemplak, Pakem,
Kawasan perlindungan Prambanan Seyegan, Sleman,
2
setempat Tempel, Turi
Berbah, Cangkringan, Depok,
Kawasan sekitar danau Gamping, Mlati, Ngaglik,
46
atau waduk Ngemplak, Pakem,
Prambanan, Sleman, Turi
Kawasan Taman
1.745 Cangkringan,Pakem,Turi
3 Kawasan konservasi Nasional
Taman Wisata Alam 1 Gamping

24
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Kawasan cagar alam


4 Kawasan Lindung Geologi 6 Berbah, Gamping, Prambanan
geologi
Kawasan rawan
Bencana Letusan Cangkringan, Ngemplak,
Gunung api merapi 4.570
Pakem, Turi
KRB III
Cangkringan, Ngemplak,
KRB II 3.186
Pakem, Turi
Berbah, Cangkringan, Depok,
Kalasan, Mlati, Ngaglik,
5 Kawasan Rawan Bencana KRB I 1.287
Ngemplak, Pakem,
Prambanan, Tempel
Kawasan rawan Cangkringan, Gamping,
821
bencana tanah longsor Godean, Prambanan
Berbah, Depok, Gamping,
Kawasan rawan
3.373 Kalasan, Mlati, Ngaglik,
bencana gempa bumi
Ngemplak, Prambanan
Kawasan rawan
1.977 Prambanan
bencana kekeringan
Kawasan situs Kraton
Berbah, Gamping
Ambarketawang
Kawasan Candi
Prambanan
6 Kawasan Cagar Budaya Prambanan-Ratu Boko
Kawasan Candi
Kalasan
Kalasan
Kawasan Candi
Kedulan
Sumber: RTRW Kabupaten Sleman

B. Kawasan Peruntukan Budidaya


Rencana pola ruang kawasan peruntukan budidaya di Kabupaten Sleman
terdiri atas kawasan perkebunan rakyat, kawasan pertanian, kawasan
pertambangan dan energy, kawasan peruntukan industri, kawasan pariwisata,
kawasan permukiman, kawasan pertahanan dan keamanan, dan kawasan
peruntukan riset dan pendidikan tinggi. Rencana kawasan peruntukan budidaya
secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2
Rencana Peruntukan Budidaya
Luas
No Fungsi Kawasan Lokasi
(ha)
Kawasan
1 perkebunan Kawasan Cangkringan, Gamping, Pakem,
rakyat tanaman pangan 1.330 Prambanan, Tempel, Turi
Berbah, Cangkringan, Depok, Gamping,
Godean, Kalasan, Minggir, Mlati,
Moyudan, Ngaglik, Ngemplak, Pakem,
Kawasan Prambanan, Seyegan, Sleman, Tempel,
Kawasan tanaman pangan 24.642 Turi
2
Pertanian Berbah, Cangkringan, Gamping,
Kawasan Godean, Kalasan, Minggir, Mlati,
pertanian Moyudan, Ngaglik, Ngemplak, Pakem,
pangan Prambanan, Seyegan, Sleman, Tempel,
berkelanjutan 17.168 Turi
Kawasan
Kawasan peruntukan
3
pertambangan pertambangan Cangkringan, Minggir, Mlati, Moyudan,
dan energi batuan Ngaglik, Ngemplak, Pakem, Tempel, Turi
Kawasan Kawasan
4 peruntukan peruntukan 166
industri industri Berbah, Gamping, Kalasan, Sleman

25
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

menengah
Kawasan wisata
alam dan agro Turi
Kawasan wisata
alam Lereng
Merapi Cangkringan, Pakem, Ngemplak
Kawasan wisata
budaya dan
kuliner Prambanan, Kalasan, Berbah
Kawasan wisata
perkotaan
berbasis
Kawasan rekreatif dan
pariwisata kuliner Ngalik, Mlati, Sleman
Kawasan wisata
perkotaan
berbasis
pendidikan,
kuliner, dan
olahraga Depok, Ngemplak
Kawasan wisata
pertanian Minggir, Godean, Moyudan, Seyegan
Kawasan desa
wisata/desa
budaya Kabupaten Sleman
Berbah, Cangkringan, Depok, Gamping,
Godean, Kalasan, Minggir, Mlati,
Kawasan Moyudan, Ngaglik, Ngemplak, Pakem,
Kawasan permukiman Prambanan, Seyegan, Sleman, Tempel,
5 Permukiman perkotaan 9.822 Turi
Kawasan
pertahanan dan Kawasan
6 keamanan instalasi militer 408 Berbah, Depok, Gamping, Pakem
Kawasan
transportasi Berbah, Depok, Kalasan
Sumber: RTRW Kabupaten Sleman

2.4 Arahan Kebijakan Pembangunan


Kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud,
ditetapkan oleh aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah
atau persoalan (Anderson dalam Winarno, 2002). Konsep kebijakan
mempunyai beberapa implikasi yaitu: kebijakan publik berorientasi pada
maksud dan tujuan, kebijakan publik merupakan arah atau pola tindakan yang
dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah, kebijakan adalah usaha yang
dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mengatur atau mengendalikan, bukan
apa yang diinginkan oleh pemerintah, dan kebijakan publik dalam bentuknya
bersifat positif dan negatif. Kebijakan pembangunan ini merupakan rumusan
Visi dan Misi yang telah ditetapkan, namun perlu dijelaskan tujuan dan
sasarannya, serta perlu dipertegas dengan bagaimana upaya untuk mencapai
tujuan dan sasaran tersebut melalui arah kebijakan dan strategi pembangunan
daerah yang akan dilaksanakan.

26
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 2.2
Kebijakan Pembangunan
NO Aspek Kebijakan

1. Kualitas Pendidikan Membangun peradaban berbasis nilai-nilai


kemanusiaan, misi ini mengandung tujuan;
mewujudkan peningkatan pengetahuan budaya,
pelestarian dan pengembangan hasil budaya,
serta nilai-nilai budaya; mewujudkan
pengembangan pendidikan yang berkarakter;
mewujudkan peningkatan derajad kualitas hidup
masyarakat, dengan sasaran:
a. Peran serta dan apresiasi masyarakat dalam
pengembangan dan pelestarian budaya
meningkat.
b. Melek huruf masyarakat meningkat.
c. Asesibilitas pendidikan masyarakat
meningkat.
d. Daya saing pendidikan meningkat.
e. Harapan hidup masyarakat meningkat.
2. Kualitas Ekonomi Menguatkan perekonomian daerah yang
didukung dengan semangat kerakyatan,
inovatif dan kreatif, misi ini mengandung
tujuan; memacu pertumbuhan ekonomi daerah
yang berkualitas dan berkeadilan yang
didukung dengan semangat kerakyatan,
inovatif dan kreatif; mewujudkan peningkatan
daya saing pariwisata, dengan sasaran:
a. Pendapatan masyarakat
meningkat.
b. Ketimpangan antar wilayah
menurun.
c. Kesenjangan pendapatan
masyarakat menurun.
d. Kunjungan wisatawan nusantara
dan wisatawan mancanegara
meningkat.
e. Lama tinggal wisatawan
nusantara dan wisatawan
mancanegara meningkat.
3. Prasarana dan Sarana daerah Memantapkan prasarana dan sarana daerah,
misi ini mengandung tujuan; mewujudkan
peningkatan pelayanan publik; menjaga

27
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

kelestarian lingkungan dan kesesuaian tata


ruang, dengan sasaran:
a. Layanan publik meningkat terutama
pada penataan system transportasi dan
akses masyarakat di perdesaan.
b. Kualitas lingkungan hidup meningkat.
c. Pemanfaatan tata ruang terkendali.
4. Kualitas kelembagaan Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang
baik, misi ini mengandung tujuan; mewujudkan
pengelolaan pemerintahan secara efisien dan
efektif, dengan sasaran:
a. Akuntabilitas kinerja pemerintahan daerah
meningkat.
b. Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah
meningkat.
Sumber : RPJMD Kabupaten Sleman

28
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

BAB III
PROFIL WILAYAH KAPANEWON

3.1 Kondisi Lingkungan Fisik Dasar


Subbab ini menjelaskan mengenai kondisi fisik Kapanewon Syegan dilihat
dari berbagai aspek, di antaranya yaitu:
3.1.1 Kondisi Topografi dan Kemiringan Lereng
Kapanewon Seyegan berdasarkan kemiringan lerengnya didominasi oleh
dataran dengan kemiringan sebesar 0-8%. Sedangkan untuk yang paling minimum
yaitu kemiringan >40% dengan topografi pegunungan dengan lereng curam
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, kemiringan ini telah tervalidasi benar
adanya. Permukaan yang datar, dan didominasi persawahan. Untuk lebih jelasnya
mengenai topografi dan kemiringan lereng dapat dilihat pada table dan peta di
bawah ini.
Tabel 3.1
Data Kemiringan Kapanewon Seyegan
No. Kemiringan Luas (m2) Persentase (%)

1 0-8% 2369.9 90.21

2 25-40% 257.25 9.79

3 >40% 26.69 1.02

Jumlah 2627.15 100.00


Sumber : Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

Kemiringan

1%
10%
0-8%
25-40%
>40%
89%

Gambar 3.1
Diagram Kemiringan Kapanewon Seyegan
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

29
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

30
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

31
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

3.1.2 Ketinggian Lahan


Ketinggian di Kapanewon Seyegan ini berada di ketinggian >250 mdpl
yang mana dapar ditarik kesimpulan bahwa daerah ini termasuk ke daerah dataran
rendah. Ketinggian ini dalam jenis penggunaan lahannya selain dari permukiman
yaitu digunakan untuk lahan pesawahan, dan dari suhu sendiri suhu terendah
O
pada dataran ini yaitu berkisar di 22 C.

32
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

33
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

3.1.3 Geologi
Berdasarkan peta dan juga diagram di atas dapat disimpulkan bahwa
Kapanewon Seyegan didominasi oleh batuan Endapan Gunungapi Muda Merapi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut.
Tabel 3.2
Data Geologi Kapanewon Seyegan
Persentase
Nama Batuan Luas m2
(%)
Batuan Vulkanik Tua (Breksi, Tuf,
65.95 2.485
Lava) Formasi Nglanggran
Diorit 4.10 0.154
Endapan Formasi Naggulan 7.96 0.300
Endapan Gunungapi Muda Merapi 2575.84 97.061
Jumlah 2653.84 100
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

Geologi
Batuan Vulkanik Tua
(Breksi, Tuf, Lava) Formasi
Nglanggran
3%
0%
Diorit

Endapan Formasi Naggulan

97%
Endapan Gunungapi Muda
Merapi

Gambar 3.2
Diagram Kemiringan Kapanewon Seyegan
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

34
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

35
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

3.1.4 Jenis Tanah


Berdasarkan hasil analisis, jenis tanah di Kapanewon Seyegan dibedakan
menjadi beberapa jenis yang mana didominasi oleh jenis tanah Andic Eutropepts
dengan persentase luas sebesar 40,51%. Manfaat dari jenis tanah ini sudah
tervalidasi bahwa tanah ini cocok dipakai untuk kawasan lahan pertanian, mudah
untuk irigasi, dan dapat menyerap air secara maksimal.
Tabel 3.3
Data Jenis Tanah Kapanewon Seyegan
Luas Persentase
No. Jenis Tanah
(m2) (%)
1 Andic Eutropepts 107.34 40.51
2 Andic Hapludolls 27.60 12.81
3 Lithic Ustorthents 14.30 6.64
4 Lithic Ustropepts 4.50 2.09
5 Typic Eutropepts 6.30 2.92
6 Typic Fluvaquents 2.20 1.02
Typic
4.50 2.09
7 Fragiaquents
8 Typic Haplusterts 4.20 1.95
Typic
56.60 21.62
9 Tropaquepts
Vertic
18.00 8.35
10 Tropaquepts
Jumlah 2653.84 100
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

Jenis Tanah
Andic Eutropepts
Andic Hapludolls
8%
Lithic Ustorthents
22% 40%
Lithic Ustropepts
2%
2% Typic Eutropepts
1%
3%
2%7% 13% Typic Fluvaquents
Typic Fragiaquents

Gambar 3.3
Diagram Jenis Tanah Kapanewon Seyegan
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

36
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

37
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

3.1.5 Hidrologi dan Hidrogeologi


Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
di Kapanewon Seyegan terdapat akuifer dan non akuifer serta memiliki lima buah
sungai dan satu saluran irigasi dan drainase yang disebut dengan selokan
Mataram. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta Hidrologi dan Hidrogeologi
di bawah.
Tabel 3.4
Data Hidrologi dan Hidrogeologi Kapanewon Seyegan
No Jenis Keterangan
1 Saluran Irigasi dan Drainase Selokan Mataram
2 Sungai Bedug
3 Sungai Klegung
4 Sungai Sungai Krucuk
5 Sungai Lampeyan
6 Sungai Ngepreh
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

3.1.6 Klimatologi
Menurut peta curah hujan di atas, dapat disimpulkan bahwa Kapanewon
Seyegan mempunyai curah hujan sebesar 2000 – 2500 mm/tahun. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Peta Klimatologi di bawah.

3.1.7 Daerah Rawan Bencana Alam


Pada klasifikasinya, bahwasanya Kapanewon Seyegan mempunyai risiko
dan bahaya bencana alam dari sedang hingga ke tinggi dan Kapanewon Seyegan
ini paling rawan terkena risiko dan bahaya cuaca ekstrim. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada peta Risiko dan Bahaya Bencana Alam di bawah.

38
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

39
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

40
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

41
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

42
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

43
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

44
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

45
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

46
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

47
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

48
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

49
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

50
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

3.1 Penggunaan Lahan

Untuk mengetahui penggunaan lahan di suatu, wilayah, maka perlu


diketahui komponen komponen penggunaan lahannya. Berdasarkan jenis
pengguna lahan dan aktivitas yang dilakukan di atas lahan tersebut, maka dapat
diketahui komponen-komponen pembentuk guna lahan. Kapanewon Seyegan ini
memiliki luas lahan terbangun sawah sebesar 13.965.309.864.199 m2 dan luas
lahan terbangun bangunan sebesar 2.414.895.2982 m2. Dapat disimpulkan
bahwa penggunaan lahan di Ka[anewon Seyegan ini didominasi oleh Penggunaan
lahan pesawahan.

51
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

52
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

3.2 Kondisi Kependudukan, dan Sosial Budaya


3.2.1 Kependudukan
Kependudukan adalah hal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, umur,
jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian,
persebaran, mobilitas dan kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik,
ekonomi, sosial, dan budaya. Kependudukan Kapanewon Indramayu akan
dijelaskan pada bagian bagian berikut.
3.2.1.1 Jumlah dan Perkembangan Penduduk
Kapanewon Seyegan terdiri dari 5 kelurahan,dengan jumlah penduduk
Kapanewon sekitar 51.324 jiwa pada tahun 2022.Bisa di lihat pada tabel 3.1 berikut
merupakan perkembangan penduduk Kapanewon Seyegan tahun 2017 – 2022
Tabel 3.5
Jumlah Penduduk Kapanewon Seyegan Tahun 2017-2022
Jumlah Penduduk Total Kapanewon Seyegan
Desa
2017 2018 2019 2020 2021 2022

Margoluwih 9.803 9.869 9.934 10.617 10.727 10.806

Margodadi 8.412 8.445 8.476 9.212 9.164 9.263

Margomulyo 11.964 12.045 12.126 12.868 12.922 12.979

Margoagung 9,64 9.679 9.719 10.415 10.376 10.467

Margokaton 7.083 7.091 7,1 7.853 7.804 7.809

Jumlah Total 46.902 47.129 47.355 50.965 50.993 51.324


Sumber: Kapanewon Seyegan Dalam Angka 2017-2022

Gambar 3.4
Grafik Jumlah Penduduk Kapanewon Seyegan Tahun 2017-2022
Sumber : Kapanewon Seyegan Dalam Angka Tahun 2017-2022

53
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Dari data di atas dapat diketahui bahwa kelurahan Margoluwih mengalami


penurunan pada tahun 2018 ke tahun 2019, Kelurahan Margodadi mengalami
penurunan pada tahun 2020 ke tahun 2021, Kelurahan Margoagung mengalami
penurunan pada tahun 2020 ke tahun 2021, sedangkan Kelurahan Margokaton
mengalami penurunan pada tahun 2020 ke tahun 2021
3.2.1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jumlah penduduk di Kapanewon Seyegan setiap tahunnya dapat dilihat
bahwa penduduk didominasi oleh penduduk permpuan.Untuk lebih rincinya dapat
dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.6
Jumlah Penduduk Kapanewon Seyegan Tahun 2017
Desa Laki-Laki Perempuan Total
Margoluwih 4942 4861 9803
Margodadi 4093 4319 8412
Margomulyo 5986 5978 11964
Margoagung 4828 4812 9640
Margokaton 3497 3586 7083
Jumlah Total 23346 23556 46902
Sumber : Kapanewon Seyegan Dalam Angka Tahun 2017

Tabel 3.7
Jumlah Penduduk Kapanewon Seyegan Tahun 2018
Desa Laki-Laki Perempuan Total
Margoluwih 4978 4891 9869
Margodadi 4111 4334 8445
Margomulyo 6030 6015 12045
Margoagung 4851 4828 9679
Margokaton 3503 3588 7091
Jumlah Total 23473 23656 47129
Sumber : Kapanewon Seyegan Dalam Angka Tahun 2018

Tabel 3.8
Jumlah Penduduk Kapanewon Seyegan Tahun 2019
Desa Laki-Laki Perempuan Total
Margoluwih 5013 4921 9934
Margodadi 4128 4348 8476
Margomulyo 6073 6053 12126
Margoagung 4872 4847 9719
Margokaton 3509 3591 7100
Jumlah Total 23595 23760 47355
Sumber : Kapanewon Seyegan Dalam Angka Tahun 2019

54
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 3.9
Jumlah Penduduk Kapanewon Seyegan Tahun 2020
Desa Laki-Laki Perempuan Total
Margoluwih 5282 5335 10617
Margodadi 4514 4698 9212
Margomulyo 6403 6465 12868
Margoagung 5138 5277 10415
Margokaton 3886 3967 7853
Jumlah Total 25223 25742 50965
Sumber : Kapanewon Seyegan Dalam Angka Tahun 2020

Tabel 3.10
Jumlah Penduduk Kapanewon Seyegan Tahun 2021
Desa Laki-Laki Perempuan Total
Margoluwih 5337 5390 10727
Margodadi 4505 4659 9164
Margomulyo 6432 6490 12922
Margoagung 5128 5248 10376
Margokaton 3893 3911 7804
Jumlah Total 25295 25698 50993
Sumber : Kapanewon Seyegan Dalam Angka Tahun 2021

Tabel 3.11
Jumlah Penduduk Kapanewon Seyegan Tahun 2022
Desa Laki-Laki Perempuan Total
Margoluwih 5368 5438 10806
Margodadi 4546 4717 9263
Margomulyo 6461 6518 12979
Margoagung 5153 5314 10467
Margokaton 3897 3912 7809
Jumlah Total 25425 25899 51324
Sumber : Kapanewon Seyegan Dalam Angka Tahun 2022

Gambar 3. 5
Grafik Jumlah Penduduk Kapanewon Seyegan Tahun 2017-2022
Sumber : Kapanewon Seyegan Dalam Angka Tahun 2017-2022

55
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Dari data di atas diketahui bahwa penduduk kapanewon Seyegan


didominasi oleh penduduk berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 25.899 jiwa
pada tahun 2022,sedangkan penduduk laki laki berjumlah 25.425 jiwa pada tahun
2022.

3.2.1.3 Jumlah Penduduk Menurut Struktur Umur


Tabel 3.12
Jumlah Penduduk Menurut Umur Kapanewon Seyegan Tahun 2017-2022
Pengelompokan Umur di Kapanewon Seyegan
Tahun 0-14 15-64 64+
2017 10595 31780 4517
2018 10685 31858 4586
2019 10728 31960 4667
2020 11205 34729 5031
2021 11174 34800 5019
Total 54387 165127 23820
Sumber : Kapanewon Seyegan Dalam Angka Tahun 2017-2021

3.3.1.4 Jumlah Penduduk Menurut Agama


Tabel 3.13
Jumlah Penduduk Menurut Agama Kapanewon Seyegan 2017
Desa Islam Kristen Katolik Hindu Budha Kongkhucu Total
Margoluwih 10042 170 187 2 0 0 10401
Margodadi 8807 75 300 66 8 2 9258
Margomulyo 12410 34 223 5 0 2 12674
Margoagung 10161 43 191 19 4 12 10430
Margokaton 7544 27 329 0 0 3 7903
Jumlah Total 48964 349 1230 92 12 19 50666
Sumber : Kapanewon Seyegan Dalam Angka Tahun 2017

Tabel 3.14
Jumlah Penduduk Menurut Agama Kapanewon Seyegan 2018
Desa Islam Kristen Katolik Hindu Budha Kongkhucu Total
Margoluwih 9962 164 182 2 0 0 10310
Margodadi 8561 71 291 68 6 0 8997
Margomulyo 12347 42 206 5 0 0 12600
Margoagung 9934 38 185 14 2 0 10173
Margokaton 7410 29 326 0 0 0 7765
Jumlah Total 48214 344 1190 89 8 0 49845
Sumber : Kapanewon Seyegan Dalam Angka Tahun 2018

56
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 3.15
Jumlah Penduduk Menurut Agama Kapanewon Seyegan 2019
Desa Islam Kristen Katolik Hindu Budha Kongkhucu Total
Margoluwih 10144 167 180 1 0 0 10492
Margodadi 8655 69 301 68 9 0 9112
Margomulyo 12513 41 210 5 0 0 9112
Margoagung 10080 38 183 18 0 0 10319
Margokaton 7469 29 324 0 0 0 7822
Jumlah Total 48861 344 1198 92 9 0 46857
Sumber : Kapanewon Seyegan Dalam Angka Tahun 2019

Tabel 3.16
Jumlah Penduduk Menurut Agama Kapanewon Seyegan 2020
Desa Islam Kristen Katolik Hindu Budha Kongkhucu Total
Margoluwih 10266 164 186 1 0 0 10617
Margodadi 85758 68 305 72 9 0 9212
Margomulyo 7497 29 327 0 0 0 7853
Margoagung 12608 46 209 5 0 0 12868
Margokaton 10178 38 182 17 0 0 10415
Jumlah Total 126307 345 1209 95 9 0 50965
Sumber : Kapanewon Seyegan Dalam Angka Tahun 2020

Tabel 3.17
Jumlah Penduduk Menurut Agama Kapanewon Seyegan 2021
Desa Islam Kristen Katolik Hindu Budha Kongkhucu Total
Margoluwih 10357 185 185 0 0 0 10727
Margodadi 8723 57 304 74 6 0 9164
Margomulyo 12667 47 202 5 1 0 12922
Margoagung 10142 41 177 16 0 0 10376
Margokaton 7455 29 320 0 0 0 7804
Jumlah Total 49344 359 1188 95 7 0 50993
Sumber : Kapanewon Seyegan Dalam Angka Tahun 2021

Tabel 3.17
Jumlah Penduduk Menurut Agama Kapanewon Seyegan 2022
Desa Islam Kristen Katolik Hindu Budha Kongkhucu Total
Margoluwih 10448 179 179 0 0 0 10806
Margodadi 8813 61 306 75 8 0 9263
Margomulyo 1271 49 208 4 1 0 1533
Margoagung 10225 43 183 16 0 0 10467
Margokaton 7459 28 322 0 0 0 7809
Jumlah Total 38216 360 1198 95 9 0 39878
Sumber : Kapanewon Seyegan Dalam Angka Tahun 2022

57
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

3.2.2 Aspek Sosial Budaya


3.3.2.1 Kearifan Lokal
Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan, budaya dan adat istiadat yang
berada di Kapanewon Seyegan sangat beragam. Ada budaya yang sama di setiap
kalurahan dan ada juga yang berbeda. Budaya-budaya tersebut masih dilestarikan
dan masih dilakukan sampai saat ini. Diantaranya yaitu ada Tuk Si Bedug dan
Merti Dusun.

3.3.2.2 Adat Istiadat/Budaya


Pada Kapanewon Seyegan masih terdapat beberapa adat istiadat yang
masih berlaku hingga saat. Sebagai contoh nya adalah Tuksi Bedug pada desa
Margodadi dan Mertidusun pada desa Margoagung.
a. Tuk Si Bedug
Tuk Si Bedug merupakan tradisi turun temurun masyarakat di kapanewon
Seyegan, kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tradisi ini
dilaksanakan sebagai wujud syukur masyarakat Seyegan kepada Tuhan atas
rejeki yang telah mereka terima. Bagi warga Seyegan, tradisi Tuk Si Bedug
memiliki arti penting. Biasanya, tradisi ini dilaksanakan selama beberapa hari pada
pertengahan tahun, pada hari Jum’at Pahing di bulan Jumadil Akhir dalam
kalender Jawa.
Tuk merupakan sebutan bagi sumber air yang oleh masyarakat Seyegan
diyakini tidak pernah mengalami kekeringan meskipun musim kemarau tiba.
Konon, sebutan Tuk Si Bedug berawal dari kisah perjalanan Sunan Kalijaga,
seorang tokoh agama Islam.
Dalam perjalanan menyebarkan ajaran Islam, Sunan Kalijaga berhenti di
sebuah pohon berukuran besar di desa Seyegan. Saat itu merupakan hari Jumat
Pahing pada kalender Jawa.Sunan Kalijada akan melakukan sholat Jumat pada
saat itu namun ketika Sunan ingin mengambil air wudhu untuk membersihkan diri,
Sunan tidak menemukan air setetes pun. Dengan memohon pertolongan kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa, Sunan Kalijaga kemudian menancapkan tongkatnya ke
tanah dan tak lama kemudian, sumber mata air langsung keluar dari tanah yang
semula tandus.Sumber mata air itulah yang kemudian dikenal dengan nama Tuk
Si Bedug dan sebagai wujud penghormatan masyarakat Seyegan terhadap Sunan
Kalijaga, tradisi Tuk Si Bedug dilaksanakan.

58
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

b. Mertidusun
Merti dusun sendiri merupakan upacara adat yang dilakukan masyarakat
dengan cara bersih-bersih di lingkungan tempat tinggal. Selain itu, masyarakat
akan melakukan kirab dengan memilih tempat awal dimulainya kirab dan berakhir
di sebuah tempat dan dilanjutkan dengan doa. Di Kalurahan Kalirejo, Kapanewon
Kokap, Kabupaten Kulon Progo setiap dusun memiliki hari yang berbeda untuk
melangsungkan upacara adar merti dusun tersebut. Sebagai tradisi yang sudah
terlaksana kegiatan upacara adat merti dusun ini ditutup dengan pagelaran
wayang kulit.
Merti dusun adalah warisan dari leluhur nenek moyang yang selalu
dilaksanakan setiap tahunnya yang mempunyai fungsi sebagai doa bersama
warga masyarakat, ucapan syukur pada Tuhan Yang Maha Esa. Dan bagi
masyarakat, untuk menjaga gotong royong sehingga tetap terjaga erat komunikasi
di masyarakat dan membuat sebuah kekuatan sendiri di warga masyarakat.
3.3.2.3 Keagamaan
Untuk mengikat tali kekeluargan penduduk kapanewon Seyegan sering
melakukan gotong royong membersihkan makan leluluhur yang ada di sana.Selain
itu setiap mendekati bulam Ramadhan para penduduk bergotong royong dalam
membersihkan desa. Selain itu pada Jumat Pahing para penduduk Kacamatan
Seyegan juga membersihkan Tuk Si Bedug untuk menghormati Sunan Kalijaga
yang sudah menyebarkan agama Islam.
3.4 Kondisi Perekonomian
3.4.1 Struktur dan Kontribusi Perekonomian Kapanewon
Struktur perekonomian merupakan gambaran komposisi sektor ekonomi
yang berkontribusi terhadap perekonomian daerah. Sektor ekonomi dibagi menjadi
tiga, yaitu: 1) Sektor primer, yaitu sektor ekonomi yang mengandalkan sumberdaya
alam; 2) Sektor sekunder, yaitu sektor ekonomi yang mengandalkan produksi atau
industri; serta 3) sektor tersier, yaitu sektor yang mengandalkan perdagangan
ataupun jasa. Pengelompokan sektor didasarkan pada kategori sektor sesuai
dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Selengkapnya mengenai
pembagian sektor dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

59
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 3.18
Pemetaan Sektor Ekonomi berdasarkan Lapangan Usaha

No Sektor Lapangan Usaha


A.Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
1 Sektor Primer
B.Pertambangan dan Penggalian
C.Industri Pengolahan
D.Pengadaan Listrik dan Gas
Sektor
2 E.Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
Sekunder
Daur Ulang
F.Konstruksi
G.Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
H.Transportasi dan Pergudangan
I.Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
J.Informasi dan Komunikasi
K.Jasa Keuangan dan Asuransi
Sektor
3 L.Real Estate
Tersier
M,N.Jasa Perusahaan
O.Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
P.Jasa Pendidikan
Q.Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
R,S,T,U.Jasa lainnya

Produk domestik regional Bruto (PDRB) digunakan untuk mengetahui


nominal dari setiap kegiatan lapangan usaha. Hal ini bertujuan untuk menganalisis
kontribusi dari setiap lapangan usaha terhadap perekonomian daerah. PDRB
terdiri dari dua jenis, yaitu PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB), dan PDRB
Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). PDRB ADHB dan ADHK Kabupaten Sleman
selengkapnya dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai berikut.

60
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 3.19
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sleman Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Tahun 2017 - 2021

PDRB Kabupaten Sleman Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
Kategor i
PDRB*
2017 2018 2019 2020 2021

Rp3.071.67 Rp3.243.03 Rp3.403.63 Rp3.655.92 Rp3.767.48


A
8,60 8,20 3,07 5,03 8,53

Rp153.789, Rp169.102, Rp183.676, Rp172.647, Rp167.253,


B
80 30 88 89 31

Rp5.324.53 Rp5.776.25 Rp6.244.76 Rp6.161.10 Rp6.463.69


C
5,70 0,60 7,31 8,08 5,51

Rp47.254,0 Rp50.235,1 Rp54.689,8 Rp53.673,7 Rp54.922,8


D
0 0 8 3 3

Rp19.099,0 Rp20.230,2 Rp21.901,9 Rp22.289,5 Rp24.032,7


E
0 0 9 9 7

Rp4.379.15 Rp5.159.97 Rp5.978.72 Rp5.035.65 Rp5.725.53


F
4,30 7,80 5,33 6,12 6,24

G Rp3.160.93 Rp3.433.65 Rp3.704.46 Rp3.581.91 Rp3.742.55

61
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

PDRB Kabupaten Sleman Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
Kategor i
PDRB*
2017 2018 2019 2020 2021
6,40 1,50 1,27 2,38 9,66

Rp2.972.22 Rp3.367.00 Rp3.357.22 Rp2.088.47 Rp2.014.35


H
5,70 0,70 8,64 5,65 2,69

Rp4.122.80 Rp4.450.57 Rp4.929.77 Rp4.051.02 Rp4.531.54


I
1,90 0,30 0,09 8,89 2,04

Rp3.247.92 Rp3.481.17 Rp3.747.29 Rp4.479.81 Rp5.344.84


J
8,50 3,00 6,04 5,74 5,24

Rp1.280.64 Rp1.422.56 Rp1.575.35 Rp1.573.57 Rp1.684.81


K
7,40 8,00 7,26 1,65 7,27

Rp3.149.55 Rp3.382.57 Rp3.709.64 Rp3.847.68 Rp3.964.04


L
8,20 1,70 3,81 1,36 3,61

Rp668.865, Rp724.570, Rp797.241, Rp704.439, Rp776.625,


M,N
10 90 27 62 99

Rp2.786.35 Rp2.986.91 Rp3.174.20 Rp3.201.88 Rp3.301.94


O 4,10 8,70 5,65 1,40 8,35

62
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

PDRB Kabupaten Sleman Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
Kategor i
PDRB*
2017 2018 2019 2020 2021

Rp3.791.74 Rp4.119.55 Rp4.511.26 Rp4.873.84 Rp5.279.91


P.
0,90 3,90 5,20 6,31 7,07

Rp947.867, Rp1.016.16 Rp1.118.20 Rp1.404.63 Rp1.507.32


Q.
0 3,60 9,56 9,89 4,57
R,S,T Rp923.426, Rp989.677, Rp1.068.71 Rp924.894, Rp1.149.09
,U. 90 40 0,78 26 8,82

Total Rp40.047.8 Rp43.793.2 Rp47.580.7 Rp45.833.4 Rp49.500.0


63,60 53,60 84,02 87,60 04,48
Sumber: Kapanewon Seyegan Dalam Angka 2017-2021

63
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

*catatan :
C. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
D. Pertambangan dan Penggalian
E. Industri Pengolahan D.Pengadaan Listrik dan Gas
F. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
G. Konstruksi
H. Perdagangan Besar dan Ecera
I. Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
J. Transportasi dan Pergudangan
K. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
L. Informasi dan Komunikasi
M. Jasa Keuangan dan Asuransi
N. Real Estate
O. Jasa Perusahaan
P. Jasa Perusahaan
Q. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
R. Jasa Pendidikan
S. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
R,S,T,U.Jasa lainnya

64
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 3.20
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sleman Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha Tahun 2017 – 2021

PDRB Kabupaten Sleman Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut

Kategori
PDRB* Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

2017 2018 2019 2020 2021

Rp2.040.45 Rp2.071.60 Rp2.105.98 Rp2.212.56 Rp2.228.32


A
1,70 4,20 0,90 0,86 7,96
Rp115.878, Rp126.231, Rp133.527, Rp121.812, Rp115.331,
B
50 20 60 82 96
Rp3.980.36 Rp4.203.11 Rp4.455.25 Rp4.285.32 Rp4.324.69
C
4,10 8,30 5,00 9,54 6,25
Rp41.413,6 Rp42.353,1 Rp44.822,4 Rp44.258,6 Rp45.258,1
D
0 0 0 3 0
Rp14.140,3 Rp14.887,2 Rp16.075,0 Rp16.156,5 Rp17.189,7
E
0 0 0 5 2
Rp3.481.50 Rp3.936.80 Rp4.430.76 Rp3.708.66 Rp4.113.62
F
6,10 7,40 7,70 3,15 7,05
Rp2.396.46 Rp2.517.08 Rp2.649.32 Rp2.513.79 Rp2.542.53
G
1,40 0,00 5,50 6,77 0,04
Rp2.009.53 Rp2.171.67 Rp2.136.56 Rp1.412.38 Rp1.326.94
H
8,30 3,70 9,20 5,32 1,46
Rp3.067.08 Rp3.275.25 Rp3.573.63 Rp2.927.49 Rp3.151.50
I
8,30 6,30 0,60 2,42 9,67

65
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

PDRB Kabupaten Sleman Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut

Kategori
PDRB* Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

2017 2018 2019 2020 2021

Rp3.353.38 Rp3.560.29 Rp3.841.35 Rp4.609.09 Rp5.388.91


J
3,70 9,50 2,60 4,07 2,54
Rp911.738, Rp977.150, Rp1.061.89 Rp1.061.86 Rp1.081.79
K
40 90 5,90 7,54 4,13
Rp2.581.85 Rp2.713.51 Rp2.873.69 Rp2.914.27 Rp2.940.60
L
7,80 1,70 3,70 5,20 0,88
Rp602.866, Rp636.152, Rp680.371, Rp584.753, Rp630.705,
M,N
60 60 40 21 87
Rp1.876.40 Rp1.953.56 Rp2.018.63 Rp1.976.42 Rp1.968.84
O
9,00 5,10 0,70 5,63 9,97
Rp3.161.82 Rp3.351.49 Rp3.579.03 Rp3.777.66 Rp3.980.06
P
3,10 4,90 2,00 8,28 4,74
Rp764.436, Rp810.809, Rp866.476, Rp1.040.53 Rp1.084.35
Q
20 0 40 5,88 3,29
R,S, Rp741.233, Rp777.210, Rp822.401, Rp699.297, Rp846.283,
T,U 60 0 90 93 69
Sumber: Kapanewon Seyegan Dalam Angka 2017-2021

66
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

*Catatan :
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
B. Pertambangan dan Penggalian
C. Industri Pengolahan D.Pengadaan Listrik dan Gas
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
F. Konstruksi
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
H. Transportasi dan Pergudangan I.Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum
J. Informasi dan Komunikasi
K. Jasa Keuangan dan Asuransi
L. Real Estate
M, N. Jasa Perusahaan
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
P. Jasa Pendidikan
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
R,S,T,U.Jasa lainnya
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap nilai PDRB ADHB Kabupaten
Sleman Tahun 2017-2021, diketahui bahwa secara umum perekonomian
mengalami peningkatan. Ditinjau dari segi proporsi, sektor yang paling
berkontribusi besar yaitu sektor industri pengolahan, dengan nilai produksi pada
tahun 2021 sebesar Rp6.463.695,51 juta, atau 13,06 persen dari PDRB tahun
2021. Sedangkan sektor yang berkontribusi paling rendah yaitu sektor Pengadaan
air, pengelollan sampah, limbah dan daur ulang sebesar Rp24.032,77 juta, atau
0,05 persen dari PDRB Kabupaten Sleman tahun 2021. Selengkapnya mengenai
kontribusi setiap sektor dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 3.21
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sleman Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapanga Usaha Tahun 2017 – 2021
Kontribusi PDRB Kabupaten Sleman Atas Dasar
Kategori Harga Berlaku Menurut Lapangan
PDRB Usaha (%)

2017 2018 2019 2020 2021


A 7,67 7,41 7,15 7,98 7,61
B 0,38 0,39 0,39 0,38 0,34
C 13,30 13,19 13,12 13,44 13,06
D 0,12 0,11 0,11 0,12 0,11

67
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

E 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05


F 10,93 11,78 12,57 10,99 11,57
G 7,89 7,84 7,79 7,82 7,56
H 7,42 7,69 7,06 4,56 4,07
I 10,29 10,16 10,36 8,84 9,15
J 8,11 7,95 7,88 9,77 10,80
K 3,20 3,25 3,31 3,43 3,40
L 7,86 7,72 7,80 8,39 8,01
M,N 1,67 1,65 1,68 1,54 1,57
O 6,96 6,82 6,67 6,99 6,67
P. 9,47 9,41 9,48 10,63 10,67
Q. 2,37 2,32 2,35 3,06 3,05
R,S,T,U. 2,31 2,26 2,25 2,02 2,32
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Kapanewon Seyegan Dalam Angka 2017-2021
*Catatan :
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
B. Pertambangan dan Penggalian
C. Industri Pengolahan D.Pengadaan Listrik dan Gas
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
F. Konstruksi
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
H. Transportasi dan Pergudangan I.Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum
J. Informasi dan Komunikasi
K. Jasa Keuangan dan Asuransi
L. Real Estate
M, N. Jasa Perusahaan
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
P. Jasa Pendidikan
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
R,S,T,U.Jasa lainnya
Sedangkan berdasarkan pengelompokan sektor, hasil analisis
menunjukkan bahwa sektor yang berkontribusi paling besar yaitu sektor tersier,
atau perdagangan dan jasa, sebesar 67,27 persen dari PDRB Kabupaten Sleman.
Dengan demikian diketahui bahwa Kabupaten Sleman mengandalkan sektor
tersier sebagai sumber perekonomian utama, atau berbasis pada perdagangan

68
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

dan jasa. Selengkapnya mengenai kontribusi sektor perekonomian Kabupaten


Sleman dapat dilihat pada tabel dan grafik sebagai berikut.
Tabel 3.22
Kontribusi Sektor Perekonomian Kabupaten Sleman Tahun 2017 – 2021
Kontribusi PDRB Kabupaten Sleman Atas
Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan
Sektor
Usaha (Persen)
2017 2018 2019 2020 2021
Sektor Primer 8,05 7,79 7,54 8,35 7,95
Sektor Sekunder 24,40 25,13 25,85 24,59 24,78
Sektor Tersier 67,55 67,08 66,61 67,05 67,27
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Kapanewon Seyegan Dalam Angka 2017-2021

Gambar 3.6
Diagram Kontribusi Sektor Perekonomian Kabupaten Sleman Tahun 2021
Sumber : Hasil Analisis, 2023

3.4.2 Kegiatan Perekonomian per Sektor


3.4.2.1 Pertanian Tanaman Pangan
Kegiatan pertanian di Kapanewon Seyegan terdiri dari komoditas padi
sawah, jagung, kacang tanah, ubi jalar, ubi kayu, cabe merah, kacang panjang,
petai, dan juga melinjo. Komoditas yang paling banyak produksinya yaitu padi
sawah, dengan jumlah produksi 159.410.10 kuintal, yang juga menyumbang nilai
produksi paling besar yaitu Rp24.125.675,37 pada tahun 2022. Secara umum
semua komoditas pertanian setiap tahunnya mengalami penurunan produksi.
Selengkapnya mengenai produksi pertanian Kapanewon Seyegan dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut.

69
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 3. 23
Produksi Pertanian Kapanewon Seyegan Tahun 2018 - 2022

Jumlah
Luas Panen Produk tivitas Harga Jual
Komoditas Produksi Nilai Produksi (Rp)
(Ha) (kw/Ha) (Rp/Kw)
(Kw)

TAHUN 2018

Rp220.680.409,8

Padi Sawah 3.828,61 2.112.248,06 551,70 Rp400.000,00 6

Rp364.823.068,9

Jagung 183,97 134.233,00 729,65 Rp500.000,00 8

Kacang

Tanah 217,97 265,00 1,22 Rp300.000,00 Rp364.729,09

Ubi Jalar - - 0,00 Rp35.000,00 Rp0,00

Ubi Kayu 239,98 26.037,43 108,50 Rp50.000,00 Rp5.424.916,24

Cabe Merah 17,00 708,00 41,65 Rp1.000.000,00 Rp41.647.058,82

Kacang Rp38.100.000,0 Rp2.179.850.746,


Panjang 2,01 115,00 57,21 0 27

Petai 1,00 27,99 27,99 Rp0,00 Rp0,00

Melinjo 5,00 442,00 88,40 Rp0,00 Rp0,00


1.606,3
Total 2018
4.495,54 2.274.076,48 1 40.385.000,00 2.812.790.929,27
TAHUN 2019
Padi Sawah 2983 160.200,10 53,70 Rp400.000,00 Rp21.481.743,21
Jagung 174,11 12.353,00 70,95 Rp500.000,00 Rp35.474.699,90
Kacang
Tanah 211,9 2.530,00 11,94 Rp300.000,00 Rp3.581.878,24
Ubi Jalar 3 399,93 0,00 Rp35.000,00 Rp0,00
Ubi Kayu 2 325,50 162,75 Rp50.000,00 Rp8.137.500,00
Cabe Merah 17 708,00 41,65 Rp1.000.000,00 Rp41.647.058,82

70
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Jumlah
Luas Panen Produktivitas Harga Jual
Komoditas Produksi Nilai Produksi (Rp)
(Ha) (kw/Ha) (Rp/Kw)
(Kw)
Kacang Rp38.100.000,0 Rp2.179.850.746,
Panjang 2,01 115,00 57,21 0 27
Petai 1 27,99 27,99 Rp0,00 Rp0,00
Melinjo 5 434,00 86,80 Rp0,00 Rp0,00
Total 2019 3.399,02 177.093,52 512,99 40.385.000,00 2.290.173.626,45
TAHUN 2020
Padi Sawah 2745 157.705,70 57,45 Rp400.000,00 Rp22.980.794,17
Jagung 242 18.169,00 75,08 Rp500.000,00 Rp37.539.256,20
Kacang
Tanah 52 60,70 1,17 Rp300.000,00 Rp350.192,31
Ubi Jalar 6,6 1.100,02 0,00 Rp35.000,00 Rp0,00
Ubi Kayu 0 0,00 0,00 Rp50.000,00 Rp0,00
Cabe Merah 51,08 2.911,56 57,00 Rp1.000.000,00 Rp57.000.000,00
Kacang Rp38.100.000,0 Rp1.778.170.469,
Panjang 7,45 347,70 46,67 0 80
Petai 0 0,00 0,00 Rp0,00 Rp0,00

Total 2020 3.104,13 180.294,68 237,37 40.385.000,00 1.896.040.712,48

TAHUN 2021
Padi Sawah 2613 159.410,40 61,01 Rp400.000,00 Rp24.402.663,61
Jagung 21,9 1.559,28 71,20 Rp500.000,00 Rp35.600.000,00
Kacang
Tanah 175 2.003,75 11,45 Rp300.000,00 Rp3.435.000,00
Ubi Jalar 22 4.218,50 0,00 Rp35.000,00 Rp0,00
Ubi Kayu 0 0,00 0,00 Rp50.000,00 Rp0,00
Cabe Merah 42 1.722,00 41,00 Rp1.000.000,00 Rp41.000.000,00
Kacang Rp38.100.000,0 Rp1.778.170.469,
Panjang 7,45 347,70 46,67 0 80
Petai 0 0,00 0,00 Rp0,00 Rp0,00
Melinjo 0 0,00 0,00 Rp0,00 Rp0,00
Total 2021 2.881,35 169.261,63 231,33 40.385.000,00 1.882.608.133,40
TAHUN 2022
Padi Sawah 2643 159.410,40 60,31 Rp400.000,00 Rp24.125.675,37
Jagung 21,9 1.559,28 71,20 Rp500.000,00 Rp35.600.000,00
Kacang
Tanah 175 2.003,75 11,45 Rp300.000,00 Rp3.435.000,00
Ubi Jalar 22 4.218,50 0,00 Rp35.000,00 Rp0,00
Ubi Kayu 0 0,00 0,00 Rp50.000,00 Rp0,00
Luas Panen Produktivitas
(Ha) (kw/Ha)

71
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Jumlah
Harga Nilai
Komoditas Produksi
Jual (Rp/Kw) Produksi (Rp)
(Kw)
Cabe Merah 42 1.722,00 41,00 Rp1.000.000,00 Rp41.000.000,00
Kacang Rp38.100.000,0 Rp1.778.170.469,
Panjang 7,45 347,70 46,67 0 80
Petai 0 0,00 0,00 Rp0,00 Rp0,00
Melinjo 0 0,00 0,00 Rp0,00 Rp0,00
Total 2022 2.911,35 169.261,63 230,64 40.385.000,00 1.882.331.145,17
Sumber: Kapanewon Seyegan Dalam Angka 2018-2022

3.4.2.2 Perikanan
Kegiatan perikanan di Kapanewon Seyegan terdiri dari ikan bawal, mujair,
lele, nila, dan gurame. Ikan yang paling banyak produksinya yaitu mujair, dengan
jumlah produksi 13 kuintal, yang juga menyumbang nilai produksi paling besar
yaitu Rp16.250.000 pada tahun 2022. Kegiatan ekonomi perikanan hanya terdapat
di dua desa, yaitu Desa Margomulyo dan Desa Margoluwih. Selengkapnya
mengenai produksi perikanan Kapanewon Seyegan dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut.
Tabel 3.24
Produksi Perikanan Kapanewon Seyegan Tahun 2022
Jumlah
Harga Jual Nilai Produksi
Komoditas Produksi
(Rp/Kw) (Rp)
(Kw)
Bawal 1,20 Rp1.800.000,00 Rp2.160.000,00
Mujair 13,00 Rp1.250.000,00 Rp16.250.000,00
Lele 1,50 Rp1.450.000,00 Rp2.175.000,00
Nila 1,00 Rp1.250.000,00 Rp1.250.000,00
Gurame 1,00 Rp2.000.000,00 Rp2.000.000,00
Total 2022 17,70 Rp7.750.000,00 Rp23.835.000,00
Sumber : Data Kapanewon Seyegan, 2023

3.4.2.3 Peternakan
Kegiatan peternakan di Kapanewon Seyegan terdiri dari ternak hewan
kuda, sapi, kerbau, domba, kambing, babi, ayam, itik, dan puyuh. Hewan yang
paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat yaitu Ayam Potong, dengan jumlah
116.000 ekor. Selengkapnya mengenai jumlah hewan ternak Kapanewon Sliyeg
dapat dilihat pada tabel berikut.

72
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 3.25
Jumlah hewan ternak di Kapanewon Seyegan Tahun 2018-2019
Jumlah (Ekor)
Jenis Hewan Tahun
2018 2019
Kuda 18 18

Sapi Potong 1.744 1.744

Sapi Perah - -

Kerbau 35 35

Domba 2.059 2.059

Kambing 372 372

Babi 492 492

Ayam Petelur 16.76 16.76

Ayam Potong 116 116

Ayam Buras 36.378 36.378

Itik 11.654 11.654

Puyuh 12 12
Sumber : Data Kapanewon Seyegan, 2023

3.5 Sistem Transportasi


3.5.1 Jaringan Jalan dan Jembatan
Berdasarkan data yang telah diperoleh dan observasi yang dilakukan dapat
dilihat bahwa total ruas jalan yang dikaji sebanyak 12 ruas jalan dari 5 kelurahan
yang ada di Kapanewon Seyegan, untuk total panjang total jalan yang ada di
Kapanewon Seyegan yaitu 29.95 km. Kemudian untuk kondisi eksisiting jalan
dapat dilihat pada tabel dan grafik untuk kondisi jalan, adapun kondisi jalan yang
baik itu sebesar 66%, kondisi sedang sebesar 18%, kondisi rusak ringan sebesar
10% dan kondisi jalan yang buruk sebesar 6%, dari presentase tersebut dapat
disimpulkan bahwa kondisi jalan yang ada di Kapanewon Seyegan ini
dikategorikan Cukup Baik, adapun kondisi eksisting dapat dilihat dari peta Jaringan
Jalan dan Profil Jalan.

73
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 3.26
Data Inventaris Jaringan Jalan Kapanewon Seyegan

Panjang Panjang Tiap Kondisi (km) Panjang Tiap Kondisi (%)


No. No. Nama Ruas
Ruas
Urut Ruas Jalan
Rusak Rusak Rusak Rusak
Baik Sedang Baik Sedang
(km) Ringan Berat Ringan Berat
1 2 3 5 10 11 12 13
Krapyak-
1 164 2.30
Kendangan 2.30 - - - 100.00 - - -
Gondang'-
2 165 3.10
Mancasan 3.10 - - - 100.00 - - -
Kemusuh-
3 172 3.65 0.80
Seyegan - 1.25 1.60 - 21.92 34.25 43.84
Godean-
4 179 5.40
Sayegan 5.40 - - - 100.00 - - -
Padon-
5 180 4.20 0.20
Gendengan 4.00 - - 95.24 4.76 - -
Somokaton-
6 182 1.60 1.20
Banyu urip 0.40 - - 25.00 75.00 - -
Klangkapan-
7 183 2.75
Kurahan 2.75 - - - 100.00 - - -
Sonoharjo-
8 184 2.25 1.40
Kurahan 0.85 - - 37.78 62.22 - -
Somorai-
9 252 1.00 0.80
Watukarung - - 0.20 - 80.00 - 20.00
Sonoharjo-
10 255 0.80 0.30
Ngino 0.50 - - 62.50 37.50 - -
Gerjen-
11 256 1.10 0.10
Somorai 0.60 0.40 - 54.55 9.09 36.36 -
Barongan-
12 312 1.80 0.60
Somokaton - 1.20 - - 33.33 66.67 -
Total Panjang Jalan Kap.
29.95 19.90 2.85 5.40 1.80 66.44 18.03 9.52 6.01
Seyegan
Sumber: Dinas Kabupaten Sleman, 2023

Tabel 3.27
Rekapitulasi Kondisi Jalan
Rekapitulasi Kondisi Jalan : Panjang Prosentase
1. Baik 19.9 km 66.44%
2. Sedang 5.4 km 18.03%
3. Rusak Ringan 2.85 km 9.52%
4. Rusak Berat 1.8 km 6.01%
Jumlah 29.95 km 100.00%
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

74
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Kondisi Jalan

6% Baik
10%
Sedang
18%
Rusak Ringan
66%
Rusak Berat

Gambar 3.7
Diagram Kondisi Jaringan Jalan Kapanewon Seyegan
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

Tabel 3.28
Inventaris Jaringan Jalan Kapanewon Seyegan
1. Jl. Krapyak-Kendangan
No. Ruas: 164
Inset Lokasi

75
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

FUNGSI
KONDISI EKSISTING
RENCANA PERGUB VOLUME LALIN
(OBSERVASI LAP)
(RTRW)

Lokal Fungsi: Lokal Primer Status: Kabupaten


Primer Panjang ruas: 2.30 km Fungsi: Lokal primer
Lebar perkerasan: 5 m
Kerusakan: Baik (tidak
rusak
Akses menuju sarana
Pendidikan & industry
krapyak
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

Berdasarkan hasil Observasi dilapangan untuk kajian kondisi eksisting


jembatan ada 5 jembatan yaitu jembatan Mladan, jembatan susukan III, jembatan
susukan I, dan jembatan susukan IV semua jembatan memiliki kondisi aksisting
yang bagus karena tidak ada jembatan yang berlubang, sedangkan satu jumbatan
yaitu jembatan susukan II hanya mempunyai satu penyangga yaitu di sebelah kiri
saja, sehingga hal tersebut membuat jembatan menjadi sedikit berbahaya apalagi
bila dilalui oleh anak-anak.

76
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 3.29
Inventaris Jembatan Kapanewon Seyegan
JEMBATAN EXISTING (OBSERVASI LAP)
1. Jembatan Mladan • Keadaan umum: Baik
Lokasi: Jl. Selokan Mataram, • Panjang: 12 m
Margokaton • Jenis lantai: Beton
• Kontruksi: Beton
• Akses: Menghubungkan area
yang dipisahkan oleh selokan
mataram di Kelurahan
Margokaton

2. Jembatan Susukan III • Keadaan umum: Baik


Lokasi: Padukuhan Susukan III, • Panjang: 10.5 m
Margokaton • Jenis lantai: Beton
• Kontruksi: Beton
• Akses: Menghubungkan area
yang dipisahkan oleh selokan
mataram di Kelurahan
Margokaton

3. Jembatan Susukan II • Keadaan umum: Penyangga


Lokasi: Padukuhan Susukan II, hanya ada di sebelah kiri
Margokaton • Panjang: 10.5 m
• Jenis lantai: Beton
• Kontruksi: Beton
• Akses: Menghubungkan area
yang dipisahkan oleh selokan
mataram di Kelurahan
Margokaton

4. Jembatan Susukan I • Keadaan umum: Baik


Lokasi: Padukuhan Susukan I, • Panjang: 10.5 m
Margokaton • Jenis lantai: Beton
• Kontruksi: Beton
• Akses: Menghubungkan area
yang dipisahkan oleh selokan
mataram di Kelurahan
Margokaton

77
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

5. Jembatan Susukan Iv • Keadaan umum: Baik


Lokasi: Padukuhan Susukan IV, • Panjang: 20 m
Margokaton • Jenis lantai: Beton
• Kontruksi: Beton
• Akses: Menghubungkan area
yang dipisahkan oleh selokan
mataram di Kelurahan
Margokaton

Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

78
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

79
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

80
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

81
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

3.5.2 Volume Lalu Lintas


Volume lalu lintas menunjukan jumlah sebuah kendaraan yang melintas
disuatu titik pengamatan dalam satuan hari, jam bahkan menit. Volume lalu lintas
di Kapanewon Seyegan terbagi menjadi 2 titik pengamatan diantaranya di Jln
Godean Seyegan dan Jln Kebon Agung. Untuk waktu pengamatannya pada ke 2
titik ini yaitu pada hari minggu, selasa, dan kamis. Pada pengamatan ini jenis
kendaraan yang diamati diantaranya, kendaraan roda 2, mobil pribadi, mobil
penumpang, truk, bus, pick up, dan kendaraan tidak bermotor.
a. Minggu, 12 Maret 2023
Pada hari minggu untuk memulai traffic counting yaitu terbagi menjadi 3
waktu yaitu, pagi dari pukul 06.30 sampai dengan 07.30, siang di mulai pada pukul
12.00-13.00, dan sore hari pada pukul 16.00-17.00.
Tabel 3.30
Volume Lalu Lintas Hari Minggu
Arah Pergerakan Volume (smp/jam)
Lokasi 06.30- 11.30- 16.00-
Dari Ke
07.30 12.30 17.00
Margokaton Margomulyo 85 123.55 115.56
TC 1
Margomulyo Margokaton 66.4 62.4 161.19
Margodadi Margomulyo 98.85 44.4 103.8
TC 2
Margomulyo Margodadi 68.1 39.25 135.2
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

Grafik Fluktuasi Volume Lalu Lintas


600
500
400
300
200
100
0
06.30-07.30 11.30-12.30 16.00-17.00
Arah 1 Arah 2 Arah 3 Arah 4 Total

Gambar 3.8
Grafik Persentase Kendaraan Hari Minggu
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

Maka dapat dilihat dari grafik fluktuasi volume lalu lintas pada ruas jalan
Ismail yaitu titik tertinggi berada di pukul 16.00-17.00 dari arah Margomulyo -
Margokaton dikarenakan pada titik lokasi ini terdapat kulineran dan juga wisata
yang melewati Margomulyo, seperti Wisata Grogol dan Gunung Ngampon.

82
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

b. Selasa, 14 Maret 2023


Pada hari selasa untuk memulai traffic counting yaitu terbagi menjadi 3 waktu
yaitu, pagi dari pukul 06.30 sampai dengan 07.30, siang di mulai pada pukul 12.00-
13.00, dan sore hari pada pukul 16.00-17.00.

Tabel 3.31
Volume Lalu Lintas Hari Selasa
Arah Pergerakan Volume (smp/jam)
Lokasi 06.30- 11.30- 16.00-
Dari Ke
07.30 12.30 17.00
Margokaton Margomulyo 88.2 87.5 128.2
TC 1
Margomulyo Margokaton 63.2 80.95 137.05
Margodadi Margomulyo 73.5 42.4 93.1
TC 2
Margomulyo Margodadi 49.45 41.25 102.4
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

Grafik Fluktuasi Volume Lalu Lintas


500

400

300

200

100

0
06.30-07.30 11.30-12.30 16.00-17.00
Arah 1 Arah 2 Arah 3 Arah 4 Total

Gambar 3.9
Grafik Persentase Kendaraan Hari Selasa
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

Maka dapat dilihat dari grafik fluktuasi volume lalu lintas pada ruas jalan
Ismail yaitu titik tertinggi berada di pukul 16.00-17.00 dari arah Margomulyo -
Margokaton dikarenakan pada titik lokasi ini terdapat lapangan pekerjaan
Kapanewon Seyegan yang terpusat di Kelurahan Margomulyo, dan pada waktu
sore ini adalah arus balik dari Margomulyo ke Margokaton.
c. Kamis, 16 Maret 2023
Pada hari kamis untuk memulai traffic counting yaitu terbagi menjadi 3 waktu
yaitu, pagi dari pukul 06.30 sampai dengan 07.30, siang di mulai pada pukul 12.00-
13.00, dan sore hari pada pukul 16.00-17.00. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel 3.32 dan Gambar 310

83
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 3.32
Volume Lalu Lintas Hari Kamis
Arah Pergerakan Volume (smp/jam)
LOKASI 06.30- 11.30- 16.00-
Dari Ke
07.30 12.30 17.00
Margokaton Margomulyo 78.95 67.45 112.2
TC 1
Margomulyo Margokaton 82.2 79.5 124.05
Margodadi Margomulyo 77.95 55.25 82.95
TC 2
Margomulyo Margodadi 55.75 43.9 100.55
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

Grafik Fluktuasi Volume Lalu Lintas


500

400

300

200

100

0
06.30-07.30 11.30-12.30 16.00-17.00
Arah 1 Arah 2 Arah 3 Arah 4 Total

Gambar 3.10
Grafik Persentase Kendaraan Hari Kamis
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

Maka dapat dilihat dari grafik fluktuasi volume lalu lintas pada ruas jalan
Ismail yaitu titik tertinggi berada di pukul 16.00-17.00 dari arah Margomulyo -
Margokaton dikarenakan pada titik lokasi ini terdapat lapangan pekerjaan
Kapanewon Seyegan yang terpusat di Kelurahan Margomulyo, dan pada waktu
sore ini adalah arus balik dari Margomulyo ke Margokaton.
d. Perbandingan Volume Lalu Lintas
Secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan dan perbandingan dari 2 titik
pengamatan yang dapat dilihat pada Tabel 3.33 dan Gambar 3.11
Tabel 3.33
Perbandingan Volume Lalu Lintas Jl. Kebon Agung
Volume (smp/jam)
Hari 06.30- 11.30- 16.00-
07.30 12.30 17.00
Minggu 151.4 185.95 276.75
Selasa 151.4 168.45 265.25
Kamis 161.15 146.95 236.25
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

84
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Grafik Fluktuasi Volume Lalu Lintas Jl. Kebon Agung


300

250

200

150

100

50

0
06.30-07.30 11.30-12.30 16.00-17.00
Minggu Selasa Kamis

Gambar 3.11
Grafik Perbandingan Volume Lalu Lintas Jl. Kebon Agung
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

Maka dapat di tarik kesimpulan di Jln Godean-Seyegan titik tertinggi


berada di hari minggu, pukul 16.00-17.00. Hal tersebut dikarenakan pada titik di
lokasi ini terdapat kulineran yang ramai Kapanewon Seyegan yang terpusat di
Kelurahan Margomulyo, dan pada waktu sore ini juga adalah arus balik dari
Margomulyo ke Margokaton.Hal ini juga dikarenakan Jl. Kebon Agung merupakan
jalan provinsi yang mana menghubungkan antara Seyegan dan juga Sleman.
Tabel 3.34
Perbandingan Volume Lalu Lintas Jl. Godean-Seyegan
Volume (smp/jam)
Hari 06.30- 11.30- 16.00-
07.30 12.30 17.00
Minggu 166.95 83.65 239
Selasa 122.95 83.65 195.5
Kamis 133.7 99.15 183.5
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

85
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Grafik Fluktuasi Volume Lalu Lintas Jl. Godean Seyegan


300

250

200

150

100

50

0
06.30-07.30 11.30-12.30 16.00-17.00
Minggu Selasa Kamis

Gambar 3.12
Grafik Perbandingan Volume Lalu Lintas Jl. Godean-Seyegan
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

Maka dapat di tarik kesimpulan di Jln Godean-Seyegan titik tertinggi di hari


minggu pada jam puncak 16.00-17.00, hal tersebut disebabkan karena jalan ini
merupakan salah satu akses menuju Malioboro sehingga ramai dilewati saat
menjelang sore ke malam hari.

86
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

87
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

3.5.3 Pola Pergerakan Barang dan Orang


Pola pergerakan barang dan orang pada sistem transportasi bertujuan
untuk mengetahui seberapa banyak barang dan orang bergerak dari satu wilayah
ke wilayah lain. Pada sistem transportasi pola pergerakan barang dan orang, data
yang digunakan menggunakan data primer dari hasil home interview survey yang
dilakukan pada saat survey wilayah. Dari hasil home interview survey data
kemudian ditabulasikan dan dibuat kedalam bentuk matriks asal tujuan.
3.5.3.1 Pergerakan Orang
Hasil analisis home interview survey pada pola pergerakan orang di
Kapanewon Seyegan dengan banyaknya 88 responden, didapatkan 290
pergerakan orang yang terjadi. Pergerakan orang yang terjadi yaitu dari internal
ke internal dan dari internal ke eksternal. Dengan pergerakan internal ke internal
ada di Kalurahan Margomulyo, Kalurahan Margoagung, Kalurahan Margokaton,
Kalurahan Margodadi dan Kalurahan Margoluwih. Pergerakan orang tertinggi
berada di Kalurahan Margomulyo. Ini terjadi karena masyarakat di Kalurahan
Margomulyo melakukan pergerakan dengan pergerakan untuk melakukan
kegiatan Pendidikan, seperti melakukan antar jemput sekolah, Kesehatan,
melakukan cek Kesehatan dan pengobatan di puskesmas setempat. Sedangkan
pergerakan orang terendah berada di beberapa kalurahan, yaitu:
• Margodadi dan Margomulyo
• Margoagung dengan Margoluwih
• Kalurahan Margodadi dengan Kapanewon Godean
• Kalurahan Margomulyo dengan Kapanewon Minggir
• Kalurahan Margodadi dengan Kapanewon Tempel
• Kalurahan Margomulyo dengan Kapanewon Tempel
• Terjadinya pergerakan rendah seperti wilayah diatas disebebkan olehjarak
antar wilayah yang cukup jauh.

88
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 3.35
Pergerakan Orang Kapanewon Seyegan
Tujuan
Internal Eksternal Total
MAT Kal. Kal. Kal. Kal. Kal Kap. Kap. Kap. Kap.
Margomulyo Margoagung Margokaton Margodadi Margoluwih Sleman Mlati Godean Minggir Tempel
Kal.
64
Margomulyo 12 4 6 6 6 8 10 6 2 4
Kal.
54
Margoagung 4 6 4 4 2 10 4 4 4 8
Kal.
Internal 60
Margokaton 8 4 10 6 4 4 4 6 8 6
Kal.
56
Margodadi 2 4 4 10 8 6 8 2 10 2
Asal
Kal
56
Margoluwih 4 4 8 4 10 8 8 4 2 2
Kap. Sleman 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kap. Mlati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Eksternal Kap. Godean 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kap. Minggir 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tempel 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 30 26 32 30 32 36 34 22 26 22 288

Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

89
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

90
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

3.5.3.1 Pergerakan Barang


Hasil analisis Pergerakan angkutan barang yang ada di Kapanewon
Seyegan memiliki 3 (tiga) karakteristik pergerakan. Pergerakan barang yang
pertama adalah pergerakan dalam desa. Pergerakan ini terjadi ketika bahan
olahan terdapat di dalam desa, kemudian diolah di dalam desa, dan dipasarkan
kembali di dalam desa. Yang kedua, pergerakan antar desa yang artinya barang
produksi atau distribusi bergerak dari satu desa ke desa lain dalam satu
kapanewon. Untuk Pergerakan internal ini didominasi oleh para pedagang eceran
yang diproduksi secara mandiri untuk kemudian dipasarkan di desa lain, misalnya
pedagang keripik belut di Desa Margoluwih yang memasarkan barangnya di ke
luar Kapanewon. Untuk pergerakan barang antar desa menggunakan sepeda
motor untuk mobilisasinya. Karakteristik yang ketiga adalah pergerakan keluar
kapanewon, yang biasanya dilakukan oleh industri menengah bahan bangunan
genteng dan batu bata dari Desa Margodadi ke Kapanewon Sleman beserta
kapanewon lainnya. Dan juga pemasaran Jamur tiram ke Kapanewon Godean.
Untuk moda angkutan nya yang digunakan bergantung pada besar/kecilnya skala
usaha. Semakin besar skala usaha maka semakin besar juga ukuran moda yang
digunakan. Secara spesifik moda yang digunakan adalah sebagai berikut;
1. Para petani biasa mengangkut gabah dengan motor (dalam desa) untuk
kemudian diangkut menggunakan colt milik tengkulak untuk distribusi sesuai
pesanan konsumen.
2. Para pedagang berbelanja umumnya di Pasar Induk di menggunakan sepeda
motor.
3. Industri keripik belut dan jamur tiram di Desa Margoluwih dan Desa Margodadi
menggunakan mobil untuk melakukan pergerakan bahan baku pembuatan hingga
pemasaran ke luar kapanewon.
4. Industri batu bata dan genteng biasa melakukan pergerakan menggunakan
mobil ke luar kapanewon.

91
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 3.36
Pergerakan Barang Kapanewon Seyegan
Tujuan
Internal Eksternal Total
MAT Kal. Kal. Kal. Kal. Kal Kap. Kap. Kap. Kap. Kap.
Margomulyo Margoagung Margokaton Margodadi Margoluwih Sleman Mlati Godean Minggir Tempel
Kal.
4
Margomulyo 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0
Kal.
8
Margoagung 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1
Kal.
Internal 9
Margokaton 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
Kal.
10
Margodadi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Asal
Kal
3
Margoluwih 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0
Kap. Sleman 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5
Kap. Mlati 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2
Eksternal Kap. Godean 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
Kap. Minggir 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tempel 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 6 5 4 5 6 4 3 3 3 3 42

Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

92
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

93
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

3.6 Kondisi Sarana Wilayah


Sarana yang terdapat di Kapanewon Seyegan yaitu sarana hunian,
pendidikan, perinbadatan, pemerintahan, kesehatan, dan sarana perekonomian,
serta sarana ruang terbuka, taman, dan lapangan olahraga. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada peta sebaran sarana di Kawasan Kapanewon Seyegan Berikut
penjelassan mengenai sarana yang ada di Kecamatan Sindang
3.6.1 Sarana Hunian
Tabel 3.37
Inventaris Perumahan

Rumah Mewah Rumah Menengah Rumah Sederhana


KDB: 60% KDB: 70 % KDB: 60%
KDH: 20% KDH: 15% KDH: 20%
Luas Kavling: 200 m2 Luas Kavling: 133 m2 Luas Kavling: 83 m2
Jumlah Lantai: 1 Jumlah Lantai: 1 Jumlah Lantai: 1
Sumber: Hasil Survey dan Analisis Kelompok 13, 2023
3.6.2 Sarana Pendidikan
Berdasarkan data sekunder pada Kecamatan Dalam Angka (KCDA) tahun
2022 diketahui bahwa Kapanewon Seyegan memiliki sarana Pendidikan yang
menyebar di seluruh kelurahannya. Untuk sarana TK/TPA dan SD/MI paling
banyak berada di kelurahan Margomulyo sedangkan untuk SMP/MTs berada di
Kelurahan Margoluwih dan untuk SMA/MA yang paling banyak berada di
Kelurahan Margoafung. Data disajikan pada Tabel 3.38

Tabel 3.38
Sebaran Sarana Pendidikan di Kapanewon Seyegan Tahun 2022

Jumlah
Kelurahan
TK/TPA SD/MI SMP/MTs SMA/MA

Margoluwih 3 6 2 0

Margodadi 3 5 1 1

94
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Margomulyo 7 7 1 1

Margoagung 2 6 1 3

Margokaton 4 5 1 0

Jumlah 19 29 6 5

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

Gambar 3.13
Kondisi Bangunan Sarana Pendidikan
Sumber: Hasil Survey Kelompok, 2023

95
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

96
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

3.6.3 Sarana Kesehatan

Berdasarkan hasil survei dapat disimpulkan bahwa sarana kesehatan di


Kapanewon Seyegan mempunyai kondisi yang baik dan terawat. Sarana
kesehatan digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, meliputi rumah
sakit, rumah sakit bersalin, Puskesmas dengan rawat inap, Puskesmas tanpa
rawat inap, Puskesmas pembantu, Poliklinik/balai pengobatan, Tempat praktek
dokter, Rumah bersalin, Tempat praktek bidan, Poskesdes (pos kesehatan desa),
Polindes (pondok bersalin desa), Apotek, Toko khusus obat/jamu. Selain itu juga
ditanyakan terkait Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu). Berikut terdapat data
mengenai sarana Kesehatan di Kapaneown Seyegan. Untuk lebih jelasnya, data
disajikan pada Tabel 3.39.

Tabel 3.39
Sebaran Sarana Kesehatan di Kapanewon Seyegan Tahun 2022
Jumlah
Balai BKIA/Kl
Kelurahan Posya Pengo inik Puskesmas
Apotik Puskesmas
ndu batan Bersali Pembantu
Warga n
Margoluwih 14 0 1 1 0 0
Margodadi 13 0 0 1 1 0
Margomulyo 17 1 0 1 1 0
Margoagung 11 1 0 1 1 0
Margokaton 15 0 0 0 1 1
Margol
70 2 1 4 4 1
uwih
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

Gambar 3.14
Kondisi Bangunan Sarana Kesehatan
Sumber: Hasil Survey Kelompok, 2023

97
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

98
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

3.6.4 Sarana Peribadatan

Penduduk di Kapanewon Seyegan ini didominasi oleh pemeluk agama


Islam. Selain sebagai tempat ibadah, sarana ini juga digunakan penduduk untuk
melakukan pertemuan seperti musyawarah dan pengajian.
Tabel 3.40
Sebaran Sarana Peribadatan di Kapanewon Seyegan Tahun 2022
Jumlah
Kelurahan
Masjid Mushola

Margoluwih 18 15
Margodadi 25 17
Margomulyo 27 17
Margoagung 23 17
Margokaton 15 15
Jumlah 108 81
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

Gambar 3.15
Kondisi Bangunan Sarana Peribadatan
Sumber: Hasil Survey Kelompok, 2023

99
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

100
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

3.6.5 Sarana Perekonomian


Sarana perekonomian di Kapanewon Seyegan juga sebagian besar
mempunyai kondisi yang baik dan terawat. Berdasarkan hasil survey,
perdagangan dan jasa banyak tersebar di Kapanewon Seyegan. Sarana
perekonomian di Kapanewon Seyegan yang paling banyak adalah warung. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.41.
Tabel 3.41
Sebaran Sarana Perekonomian di Kapanewon Seyegan Tahun 2022
Jumlah
Kelurahan
Warung Pertokoan Pasar Bank

Margoluwih 28 8 0 0

Margodadi 40 7 1 1

Margomulyo 53 6 0 1

Margoagung 23 8 2 3

Margokaton 53 5 0 0

Jumlah 197 22 3 5
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

Gambar 3.16
Kondisi Bangunan Sarana Perekonomian
Sumber: Hasil Survey Kelompok, 2023

101
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

102
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

3.6.6 Sarana Ruang Terbuka, Taman dan Lapangan Olah Raga


Sarana perekonomian di Kapanewon Seyegan juga sebagian besar
mempunyai kondisi yang baik dan terawat. Data dari sarana ruang terbuka, taman,
dan lapangan olahraga disajikan dalam tabel 3.42.
Tabel 3.42
Sebaran Sarana Peribadatan di Kapanewon Seyegan Tahun 2022
Jumlah
Kelurahan RTH
Pemakaman
(Lapangan)
Margoluwih 8 3
Margodadi 28 2
Margomulyo 9 3
Margoagung 1 4
Margokaton 1 1
Jumlah 47 13
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

Gambar 3.17
Kondisi Bangunan Sarana Ruang Terbuka, Taman dan Lapangan Olahraga
Sumber: Hasil Survey Kelompok, 2023

103
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

104
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

3.6.7 Sarana Pemerintahan


Sarana perekonomian di Kapanewon Seyegan juga sebagian besar
mempunyai kondisi yang baik dan terawat. Dalam aspek pemerintahan,
Kapanewon Seyegan memiliki 5 kantor kelurahan, dan satu kantor kecamatan
yang terletak di Kelurahan Margomulyo. Selain itu, terdapat juga kantor polisi dan
KUA yang terletak di Kelurahan Margomulyo. Kantor-kantor besar lebih banyak
terletak di Kelurahan Margomulyo, dikarenakan wilayahnya yang begitu strategis
untuk dijadikan tempat perkantoran. Akses jalan yang baik dan wilayah yang dekat
dengan perkotaan memudahkan segala urusan pemerintahan.
3.7 Kondisi Prasarana Wilayah
3.7.1 Jaringan Air Bersih
Prasarana jaringan air bersih di Kapanewon Seyegan sebagian besar
mempunyai kondisi yang baik dan terawat. Sumber daya air bersih di kecamatan
Sindang ini rata-rata menggunakan Air Sumur dan PDAM namun berdasarkan
hasil wawancara dan observasi untuk saat ini masyarakat Kecamatan Sindang
lebih banyak menggunakan air sumur daripada PDAM, hal ini disebabkan kareana
air sumur di Kapanewon Seyegan memiliki kualitas airnya cukup baik, meskipun
begitu masih ada keluhan dari bebrapa masyarakat terhdap terhadap air sumur
yang airnya agak keruh disaat musim hujan yang lebat. Adapun sumber daya air
yang lain di Kapanewon Seyegan ini yaitu irigasi yang dimana aliran irigasi ini janis
air tawar yang digunakan oleh masyarakat untuk membantu memperlancar
kegiatan pertanian dan perkebunan dan lainnya, selain itu jaringan irigasi masih
belum tersedia di beberapa Desa seperti Di Margomulyo dan Margoluwih sehingga
petani yang ada di Desa tersebut masih harus menggunakan sistem Pompanisasi
untuk membantu ketersedian air untuk kebutuhan pertanian, untuk itu masyarakat
berharap agar adanya pembangunan saluran irigasi yang layak ke setiap Desa.

105
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Gambar 3.18
Kondisi Bangunan Sarana Peribadatan
Sumber: Hasil Survey Kelompok, 2023
3.7.2 Air Limbah
Berdasarkan hasil wawancara kepada masyarakat dan pengelola industry
Kapanewon Seyegan diketahui bahwa Kapanewon Seyegan menggunakan IPAL
(Instalasi Pengelolaan Air Limbah) secara komunal. Sedangkan pada limbah
domestik/rumah tangga beberapa langsung buang ke sungai adapun yang
menggunakan septic tank. Namun pada umumnya, masyarakat memiliki lubang
septic tank secara pribadi (tidak komunal).

Gambar 3.19
Kondisi Bangunan Sarana Peribadatan
Sumber: Hasil Survey Kelompok, 2023

106
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

107
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

108
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

3.7.3 Jaringan Drainase


Prasarana jaringan drainase di Kapanewon Seyegan juga sebagian besar
mempunyai kondisi yang baik dan terawat. Kapanewon Seyegan baik di daerah
pusat kegiatan maupun pinggiran desa dialiri oleh sistem drainase terbuka.
Masing-masing desa mengalirkan drainase dengan pola tegak lurus /perpendicular
pattern, dimana air hujan harus dibuang secepatnya ke badan air penerima
(sungai) melalui jarak terpendek. Secara keseluruhan, 5 Kelurahan di Kapanewon
Seyegan telah menggunakan sistem drainase teknis buatan. Meskipun begitu,
masih ada drainase yang tidak berfungsi dengan optimal.

Gambar 3.20
Kondisi Prasarana Jaringan Drainase
Sumber: Hasil Survey Kelompok, 2023

109
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

110
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

3.7.4 Sistem Persampahan


Kapanewon Seyegan tidak mempunyai TPS atau TPS. Dari hasil
wawancara, sistem persampahan yang digunakan oleh masyarakat yaitu
kebanyakan di bakar untuk sampah plastic dan dijadikan pupuk untuk sampah
organic.

3.7.5 Jaringan Listrik


Sumber energi listrik di Kapanewon Seyegan kebanyakan menggunakan
sumber listrik dari PLN. Di KapaNEWON Seyegan sendiri mempunyai beberapa
gardu seperti disajikan dalam peta Jaringan Listrik Kapanewon Seyegan.

Gambar 3.21
Kondisi Prasarana Jaringan Listrik
Sumber: Hasil Survey Kelompok, 2023

111
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

112
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

113
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

3.7.6 Jaringan Telekomunikasi


Dapat dilihat pada peta sebaran, bahwa tidak semua desa memiliki
jaringan BTS yang dimana Jaringan BTS ini hanya terletak di beberapa desa saja.

Gambar 3.22
Kondisi Prasarana Jaringan Telekomunikasi
Sumber: Hasil Survey Kelompok, 2023

114
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

115
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

3.8 Kondisi Tata Bangunan


3.8.1 Intensitas Pemanfaatan Lahan
Intensitas pemanfaatan ruang merupakan ketentuan teknis tentang
kepadatan zona terbangun yang disyaratkan pada zona tersebut dan diukur
melalui koefisien dasar bangunan (KDB), koefisien lantai bangunan (KLB), dan
koefisien dasar hijau (KDH). Intensitas pemanfaatan ruang diatur dalam Peraturan
Menteri ATR/BPN Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan RDTR
dan Peraturan Zonasi. Ketentuan ini mengatur intensitas pemanfaatan yang
diperbolehkan pada suatu zona. Sebelum itu, dihitung terlebih dahulu intensitas
pemanfaatan ruang eksisting pada suatu kawasan agar diketahui apakah
intensitas pemanfaatan tersebut sudah sesuai atau belum dengan peraturan yang
ada dan direncanakan pada peraturan yang akan disusun.
Intensitas pemanfaatan ruang eksisting digunakan untuk pertimbangan
intensitas pemanfaatan ruang maksimum dan minimum yang digunakan sebagai
batas pembangunan seperti KDB Maksimum, KLB Maksimum, serta KDH
minimum. Dimana ketentan ini berdasarkan pada ketentuan kegiatan dalam zona
serta peraturan perundang-undangan tentang bangunan gedung yang dijadikan
peraturan berikutnya. Adapun Intensitas pemanfaatan ruang di Kapanewon
Seyegan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.40
Intensitas Pemanfaatan Lahan
Jumlah Luas Ukuran
Blok KDH KDB KLB
Lantai Bangunan Kavling
1 10 85 1 238 280 0.85
2 30 60 1 84 140 0.60
3 50 40 1 48 120 0.40
4 50 40 1 48 120 0.40
5 20 70 1 112 160 0.70
6 25 70 1 112 160 0.70
7 15 80 2 160 200 1.60
8 70 30 1 36 120 0.30
9 75 15 1 24 120 0.20
10 70 25 1 30 120 0.25
11 70 25 1 30 120 0.25
12 30 60 1 84 140 0.60
13 15 80 2 160 200 1.60
14 20 75 1 150 200 0.75
15 20 75 1 150 200 0.75
16 15 80 2 160 200 1.60

116
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Jumlah Luas Ukuran


Blok KDH KDB KLB
Lantai Bangunan Kavling
17 25 70 2 112 160 1.40
18 10 85 1 238 280 0.85
19 90 20 1 24 120 0.20
20 25 70 2 112 160 1.40
21 50 45 1 63 140 0.45
22 30 60 1 84 140 0.60
23 30 60 1 84 140 0.60
24 25 70 2 112 160 1.40
25 70 25 1 30 120 0.25
26 70 25 1 30 120 0.25
27 90 20 1 24 120 0.20
28 30 60 1 84 140 0.60
29 60 30 1 36 120 0.30
30 25 75 1 150 200 0.75
31 60 30 1 36 120 0.30
32 40 40 1 56 140 0.40
33 20 75 1 150 200 0.75
34 20 70 2 112 160 1.40
35 20 70 2 112 160 1.40
36 25 70 2 112 160 1.40
37 40 50 1 70 140 0.50
38 20 75 1 150 200 0.75
39 20 75 1 150 200 0.75
40 20 75 1 150 200 0.75
41 30 60 1 84 140 0.60
42 20 75 1 150 200 0.75
43 30 65 1 104 160 0.65
44 20 70 1 112 160 0.70
45 20 75 2 150 200 1.50
46 20 75 2 150 200 1.50
47 30 60 1 84 140 0.60
48 25 70 1 112 160 0.70
49 25 70 1 112 160 0.70
50 20 80 2 160 200 1.60
51 20 80 2 160 200 1.60
52 30 60 1 84 140 0.60
53 40 60 1 84 140 0.60
54 40 60 1 84 140 0.60
55 10 85 1 238 280 0.85
56 25 70 2 112 160 1.40
57 15 80 2 160 200 1.60
58 40 55 1 77 140 0.55
59 15 80 2 240 300 1.60

117
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Jumlah Luas Ukuran


Blok KDH KDB KLB
Lantai Bangunan Kavling
60 25 70 2 112 160 1.40
61 25 70 2 112 160 1.40
62 20 60 1 84 140 0.60
63 40 50 1 70 140 0.50
64 15 80 2 240 300 1.60
65 20 70 1 112 160 0.70
66 10 80 2 240 300 1.60
67 30 60 1 84 140 0.60
68 30 60 1 84 140 0.60
69 25 75 2 150 200 1.50
70 15 80 1 224 280 0.80
71 25 70 1 140 200 0.70
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

Dari tabel intensitas pemanfaatan lahan dapat disimpulkan bahwa


Kapanewon Seyegan didominasi oleh KDH sebesar 20-40% dan KDB sebesar
60 -80%, serta KLB sebesar 0.501-5,750.

118
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

119
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

120
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

121
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

122
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

3.8.2 Tata Massa Bangunan


Tata massa bangunan rumah tinggal pada umumnya terbentuk dari ukuran
luas kapling, luas rumah/lahan terbangun, bentuk rumah/lahan terbangun, letak
dan luas ruang terbuka, serta material ruang terbuka. Tata massa bangunan
sangat berpengaruh pada nilai kepadatan bangunan suatu wilayah. Tipologi tata
massa bangunan untuk permikiman terbagi menjadi tiga, yaitu tipologi pada luas
kavling rumah mewah, rumah menengah, dan rumah sederhana.
Luas Kavling di Kapanewon Seyegan yang diambil dari sampel rumah
mewah, menengah, dan sederhana yaitu untuk rumah mewah sebesar 200 m 2,
luas kavling rumah menengah sebesar 133 m2, dan luas kavling untuk rumah
sederhana adalah sebesar 83 m2.
Tabel 3.41
Inventaris Perumahan

Rumah Mewah Rumah Menengah Rumah Sederhana


KDB: 60% KDB: 70 % KDB: 60%
KDH: 20% KDH: 15% KDH: 20%
Luas Kavling: 200 m2 Luas Kavling: 133 m2 Luas Kavling: 83
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

3.8.3 Kondisi Bangunan


Adapun kondisi bangunan di Kapanewon Seyegan adalah sebagai berikut.

123
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 3.42
Kondisi Bangunan Pedidikan
Nama
No. Koordinat Luas Lokasi Foto/Video Ket.
Sarana

Jl. Sonoharjo,
Totolon,
Margokaton, Kec.
Lat -
Seyegan,
7.721581489413968, Baik, bersih, dan
1. SDN Bokong 896,10 m² Kabupaten
Long terawat
Sleman, Daerah
110.29614698083752
Istimewa
Yogyakarta
55561

Pete, Margodadi,
Seyegan, Druju,
Margodadi, Kec.
Lat -
Sleman,
7.7258388391900645, Baik, bersih, dan
2. SD Pete 1.466,23 m² Kabupaten
Long terawat
Sleman, Daerah
110.30287452830548
Istimewa
Yogyakarta
55561
Sompokan,
Margomulyo, Kec.
Lat - Seyegan,
SDN 7.7145513790617875, Kabupaten Baik, bersih, dan
3. 1.459,16 m²
Sompokan Long Sleman, Daerah terawat
110.31589693308909 Istimewa
Yogyakarta
55561

124
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Sayegan,
Margokaton, Kec.
Baik, bersih, dan
Lat - Seyegan,
terawat, namun
SDN 7.72242967415252, Kabupaten
4. 437,56 m² memiliki akses
Margokaton Long Sleman, Daerah
jalan yang
110.29666066604072 Istimewa
lumayan sempit
Yogyakarta
55561

Ngemplaksari,
Ngemplok,
Margomulyo, Kec.
SDN Seyegan,
-7.708108478005277, Baik, bersih, dan
5. Ngemplaksari 569,96 m² Kabupaten
110.31440685650004 terawat
Seyegan Sleman, Daerah
Istimewa
Yogyakarta
55561

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023


Tabel 3.43
Kondisi Bangunan Kesehatan
Nama
No. Koordinat Luas Lokasi Foto/Video Ket.
Sarana
Jl. Kebon Agung Baik, bersih,
No.KM. 10.8, dan terawat,
-Lat Sayegan, serta
Puskesmas 7.719202111379739, 1.110,71 Margokaton, Kec. merupakan
1 m²
Seyegan Long Seyegan, satu-satunya
110.30100652715008 Kabupaten Sleman, puskesmas di
Daerah Istimewa Kemacatan
Yogyakarta 55561 Seyegan

125
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Jl. Krapyak, Baik, bersih,


Lat - Margoagung, Kec. dan terawat,
Apotik 7.705427281090416, Seyegan, namun memiliki
2 134,23 m²
Margoagung Long Kabupaten Sleman, akses jalan
110.30144696893248 Daerah Istimewa yang lumayan
Yogyakarta 55561 sempit

Jl. Kebon Agung


No.KM. 10, RW.8,
Baik, bersih,
Lat - Kasulan,
dan terawat,
Apotek 7.722199755236476, Margokaton, Kec.
3 66,76 m² serta memiliki
Seyegan Long Seyegan,
akses jalan
110.30795372286761 Kabupaten Sleman,
yang bagus
Daerah Istimewa
Yogyakarta 55561

Jl. Kebon Agung


No.37, Ngaran, Baik, bersih,
Lat -
Apotek Margokaton, Kec. dan terawat,
7.7165373239479065,
4 Kosudgama 65,60 m² Minggir, Kabupaten serta memiliki
Long
Tiga Sleman, Daerah akses jalan
110.27188000896528
Istimewa yang bagus
Yogyakarta 55561

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

126
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 3.44
Kondisi Bangunan Pemerintahan
Nama
No. Koordinat Luas Lokasi Foto/Video Ket.
Sarana
Jl. Terwilen
Margodadi,
-Lat Baik, bersih,
Kantor Seyegan, Kregolan,
dan terawat,
7.720145046916299, 1.856,72 Margomulyo, Kec.
1. Kapanewon m²
serta memiliki
Long Sleman, Kabupaten
Seyegan akses jalan
110.30864030279247 Sleman, Daerah
yang bagus
Istimewa
Yogyakarta 55561

Jl. Tempel-
Lat - Seyegan, Kregolan, Baik, bersih,
Kantor Margomulyo, Kec. dan terawat,
7.720581171548485, 869,16
2. Kelurahan m²
Seyegan, serta memiliki
Margomulyo Long Kabupaten Sleman, akses jalan
110.30858930607091 Daerah Istimewa yang bagus
Yogyakarta 55561

Susukan III,
Baik, bersih,
Lat - Margokaton, Kec.
Kantor dan terawat,
7.7154129500031985, 1.088,82 Seyegan,
3. Kelurahan m²
serta memiliki
Long Kabupaten Sleman,
Margokaton akses jalan
110.28966308151526 Daerah Istimewa
yang bagus
Yogyakarta 55561

127
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

776X+RJH,
Kadipiro, Baik, bersih,
Kantor Lat -
Margodadi, Kec. dan terawat,
Kelurahan 7.737843313197118, 2.167,54
4 m²
Seyegan, serta memiliki
Margodadi Long
Kabupaten Sleman, akses jalan
110.29895203172627
Daerah Istimewa yang bagus
Yogyakarta 55561
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

128
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

3.9 Kondisi Kelembagaan Wilayah


A. Lembaga Pemerintahan Provinsi DIY
Istilah lembaga negara pertama kali muncul di dalam Ketetapan MPRS
No. VIII/MPRS/1965 tentang Prinsip-Prinsip Musyawarah untuk Mufakat dalam
Demokrasi Terpimpin sebagai Pedoman bagi lembaga-lembaga
Permusyawaratan/Perwakilan. Undang-undang yang mengatur kelembagaan
pemerintah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah Undang-Undang
No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Undang-
Undang ini mengatur tentang status keistimewaan DIY sebagai daerah otonom
khusus di Indonesia dan mengatur tugas, wewenang, dan tanggung jawab
pemerintah provinsi DIY.Berikut adalah struktur dan kelembagaan pemerintah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diantaranya :
1. Gubernur DIY;
2. Wakil Gubernur DIY ;
3. Sekretariat Daerah Provinsi DIY;
4. Dinas Dinas Provinsi DIY;
5. Badan/Biro Provinsi DIY;
6. Inspektorat Provinsi DIY;
7. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi DIY;

Berikut tugas pokok dan fungsi Pemerintahan Provinsi DIY,Diantaranya :


• Gubernur DIY:
• Diatur Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan
DIY
• Menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan provinsi DIY sesuai
dengan Undang-Undang dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
• Menyusun dan melaksanakan program pembangunan provinsi DIY.
• Membina hubungan antara provinsi DIY dengan pemerintah pusat,
pemerintah daerah lain, dan instansi lainnya.
• Menyusun dan mengajukan Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (RAPBD) provinsi DIY.
• Mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan program dan kegiatan
pemerintahan dan pembangunan provinsi DIY.
• Mengambil kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
provinsi DIY.

129
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

• Wakil Gubernur DIY:


• Diatur Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan
DIY
• Mendukung Gubernur DIY dalam melaksanakan tugas-tugas
pemerintahan dan pembangunan provinsi DIY.
• Menggantikan Gubernur DIY dalam melaksanakan tugas-tugas
pemerintahan apabila Gubernur sedang berhalangan.
• Menyampaikan pandangan dan usulan DPRD provinsi DIY dalam proses
pengambilan kebijakan.
• Sekretariat Daerah Provinsi DIY:
• Diatur Dalam Peraturan Daerah DIY No. 3 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Sekretariat Daerah
Provinsi DIY
• Melaksanakan tugas administrasi, perencanaan, pengendalian, dan
evaluasi program pembangunan provinsi DIY.
• Memberikan dukungan teknis kepada Gubernur dan Wakil Gubernur DIY
dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan
provinsi DIY.
• Menyusun kebijakan dan peraturan teknis sesuai dengan kebijakan yang
telah ditetapkan oleh Gubernur.

• Dinas-Dinas Provinsi DIY:


• Diatur Dalam Peraturan Daerah DIY No. 2 Tahun 2016 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Pemerintah Provinsi DIY
• Menyusun kebijakan, perencanaan, dan program pembangunan di bidang-
bidang tertentu sesuai dengan tupoksi masing-masing dinas.
• Melaksanakan kegiatan operasional, pengendalian, dan evaluasi program
pembangunan di bidang-bidang tertentu.
• Memberikan pelayanan publik di bidang-bidang tertentu, seperti
pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum dan penataan ruang, pariwisata,
kebudayaan, perhubungan, dan lain-lain.
• Badan/Biro Provinsi DIY:
• Diatur Dalam Peraturan Daerah DIY No. 4 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Badan Perencanaan
Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah Provinsi DIY
• Melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan bidang kerjanya, seperti

130
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

pengelolaan kepegawaian, perencanaan pembangunan, pengelolaan


keuangan dan aset daerah, dan lain-lain.
• Memberikan dukungan teknis dan administratif kepada Gubernur dan
Wakil Gubernur DIY dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan
pembangunan provinsi DIY.
• Inspektorat Provinsi DIY:
• Diatur Dalam Peraturan Daerah DIY No. 5 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Inspektorat Daerah
Provinsi DIY
• Melakukan pengawasan, evaluasi, dan pengendalian terhadap
pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan provinsi DIY.
• Memberikan rekomendasi dan saran kepada Gubernur DIY dalam upaya
peningkatan kinerja pemerintah provinsi DIY.
• DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Provinsi DIY:
• Diatur Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan
DIY
• Membuat, mengesahkan, dan mengawasi peraturan daerah (perda)
Provinsi DIY: DPRD Provinsi DIY memiliki kewenangan untuk membuat
dan mengesahkan perda yang berkaitan dengan pemerintahan dan
pembangunan di tingkat provinsi. Mereka juga bertanggung jawab untuk
mengawasi pelaksanaan perda yang telah disahkan.
• Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD): DPRD Provinsi DIY
memiliki peran dalam pengesahan APBD Provinsi DIY yang diajukan oleh
Gubernur. Mereka melakukan pembahasan, penilaian, dan pengesahan
APBD sesuai dengan prinsip keuangan negara yang berlaku.
• Pengawasan Pemerintahan Provinsi DIY: DPRD Provinsi DIY memiliki
wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
pemerintahan provinsi, baik dalam hal penggunaan anggaran,
pelaksanaan kebijakan, dan penyelenggaraan pelayanan publik. Mereka
dapat melakukan pengawasan melalui mekanisme rapat dengar pendapat
(hearing), kunjungan kerja, dan pemeriksaan langsung.

131
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

B. Lembaga Pemerintahan Kabupaten Sleman


Kabupaten Sleman memiliki struktur organisasi dan kelembagaan yang
mengatur tata kelola pemerintahan daerah serta penyelenggaraan pelayanan
publik kepada masyarakat. Berikut adalah gambaran umum tentang struktur
organisasi dan kelembagaan Kabupaten Sleman:
1. Bupati: Bupati Sleman adalah pemimpin eksekutif di tingkat kabupaten.
Bupati memimpin pelaksanaan kebijakan pemerintahan kabupaten dan
bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan, sumber daya manusia,
serta pengambilan keputusan strategis untuk pembangunan kabupaten.
2. Wakil Bupati: Wakil Bupati Sleman merupakan wakil dari Bupati yang
membantu dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan dan pelayanan
publik di tingkat kabupaten.
3. Sekretariat Daerah (Setda): Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman
bertanggung jawab dalam menyelenggarakan fungsi sekretariat
pemerintah daerah, termasuk pengelolaan administrasi, koordinasi, dan
pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah
daerah.

4. Organisasi Perangkat Daerah (OPD): OPD adalah unit-unit kerja di bawah


kepemimpinan Bupati Sleman yang memiliki tanggung jawab khusus
dalam menyelenggarakan fungsi pemerintahan, pembangunan, dan
pelayanan publik di berbagai sektor. Contoh OPD di Kabupaten Sleman
antara lain Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan,
Dinas Sosial, dan Badan Keuangan Daerah.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD): DPRD Kabupaten Sleman
merupakan lembaga legislatif yang mewakili suara rakyat dan bertanggung
jawab dalam membuat peraturan daerah serta melakukan pengawasan
terhadap kinerja pemerintah daerah.
6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda): Bappeda Sleman
memiliki peran dalam merumuskan rencana pembangunan daerah,
melakukan analisis kebijakan, serta memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan.
7. Badan Kepegawaian Daerah (BKD): BKD Sleman bertanggung jawab
dalam mengelola kebijakan, perencanaan, dan pelaksanaan pengadaan,
pengembangan, dan pengelolaan kepegawaian di lingkungan pemerintah
daerah.
132
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

8. Inspektorat: Inspektorat Kabupaten Sleman memiliki peran dalam


melakukan pengawasan, evaluasi, dan pemeriksaan terhadap kinerja
pemerintah daerah serta memberikan rekomendasi untuk perbaikan.
9. Badan Keuangan Daerah (BKD): BKD Sleman bertanggung jawab dalam
mengelola kebijakan keuangan daerah, termasuk perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi anggaran, serta pengelolaan keuangan daerah,
termasuk pendapatan, belanja, serta pengelolaan utang dan investasi.
10. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah: Badan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman memiliki peran dalam
pengelolaan aset daerah, termasuk pengadaan, pengelolaan,
pemeliharaan, dan pemanfaatan aset pemerintah daerah, serta
pengelolaan keuangan daerah yang terkait dengan aset.
11. Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran: Satuan Polisi
Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Sleman bertanggung
jawab dalam melaksanakan tugas pengawasan, penertiban, dan
penegakan peraturan daerah, serta penanganan kebakaran dan bencana
di wilayah Kabupaten Sleman.
C. Lembaga Pemerintahan Kapanewon/Kapanewon

Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi :


• Sekretariat
Mempunyai tugas melaksanakan urusan umum, urusan kepegawaian, urusan
keuangan, urusan perencanaan dan evaluasi, dan mengoordinasikan
pelaksanaan tugas satuan organisasi
Sekretariat dalam melaksanakan tugas mempunyai fungsi:
a) Penyusunan rencana kerja Sekretariat dan kapanewon
b) Perumusan kebijakan teknis kesekretariatan:
c) Penyelenggaraan urusan umum:
d) Penyelenggaraan urusan kepegawaian
e) Penyelenggaraan urusan keuangan
f) Penyelenggaraan urusan perencanaan dan evaluasi
g) Pengkoordinasian pelaksanaan tugas satuan organisasi lingkup
kapanewon dan
h) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja Sekretariat
dan kapanewon
• Subbagian Umum dan Kepegawaian
Mempunyai tugas menyiapkan bahan pelaksanaan urusan umum dan urusan

133
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

kepegawaian Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dalam melaksanakan


tugas mempunyai fungsi:

a) Penyurunan rencana kerja Subbagian Umum Kepegawaian;

b) Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan urusan umum dan


urusan kepegawaian:
c) Pengelolaan persuratan dan kearsipan;
d) Pengelolaan perlengkapan, keamanan, dan kebersihan,
e) Pengelolaan dokumentasi dan informasi:
f) Penyusunan perencanaan kebutuhan, pengembangan dan
pembinaan pegawai;
g) Pelayanan administrasi pegawai dan pengelolaan tata usaha
kepegawaian, dan
h) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja subbagian
umum dan kepegawaian
• Subbagian Keuangan, Perencanaan, dan Evaluasi
Mempunyai tugas menyiapkan bahan pelaksanaan urusan keuangan, urusan
perencanaan dan evaluasi Subbagian Keuangan, Perencanaan, dan Evaluasi
dalam melaksanaan tugas mempunyai fungsi:
a) Penyusunan rencana kerja subbagian keuangan, perencanaan,
dan evaluasi:
b) Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan urursan keuangan,
perencanaan dan evaluasi
c) Pengoordinasian penyusunan rencana kerja secretariat dan
rencana kerja kapanewon,
d) Pelaksanaan perbendaharaan, pembukaan, dan pelaporan
keuangan;
e) Pengoordinasian evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kerja
secretariat dan pelaksanaan kerja kapanewon; dan:
f) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja subbagian
keuangan,perencanaan dan evaluasi.
• Jawatan Praja
Mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan umum, membina dan
mengawasi kegiatan desa mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan
pemerintahan, serta melaksanakan sebagaian urusan pemerintahan lingkup
pemerintahan yang dilimpahkan Bupati Jawatan Praja dalam melaksanakan
134
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

tugas memiliki fungsi :


a) Penyusunan rencana kerja Seksi Pemerintahan
b) Perumusan kebijakan teknis pelaksaraan pembinaan dan
pengawasan kegiatan desa:
c) Pelaksanaan urusan pemerintahan umum;
d) Pembinaan dan pengawaasan pelaksanaan kegiatn desa
e) Pengoordinasian pelaksanaan kegiatan pemerintahan lingkup
pemerintahan yang dilimpahkan Bupati

f) Pelaksanaan sebagian urusan dilimpahkan Bupati dan


pemerintahan lingkup pemerintahan yang
g) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja sekst
Pemerintahan.
• Jawatan Keamanan
Mempunyai tugas mergoordinasikan upaya penyelengaraan dan
mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan bupati sebagian
urusan pemerintahan lingkup ketentraman dan ketertiban yang dilimpahkan
Bupati Jawatan Keamanan dalam melaksanakan tugas mempunyai fungsi :
a) Penyusunan rencana kerja Seksi Ketentraman dan Ketertiban
b) Perumusan Kebijakan teknis pengoordinasian upaya
penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum serta
pengoordinasian penerapan dan penegakan peraturan daerah dan
peraturan bupati
c) Pengoordinasian upaya penyelenggaraan ketentraman dan
ketertiban umum
d) Pengoordinasian penerapan dan penegakan peraturan daerah dan
peraturan bupati
e) Pelaksalan sebagian urusan pemerintahan lingkup ketentraman
dan ketertiban yang dilimpahkan Bupati dan
f) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerjs Seku
Ketentraman dan Ketertiban
• Jawatan Kemakmuran
Mempunyai tugas mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat
lingkup perekonomian dan pembangunan, mengoordinasikan pemeliharaan
prasarana dan sarana pelayanan umu dan melaksanakan sebagian urusan
pemerintahan lingkup perekonomian dan pembangunan yang dilimpahkan
Bupati Jawatan Kemakmuran dalam melaksanakan tugasnya mempunyai
fungsi:
135
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

a) Penyusunan rencana kerja Seksi Perekonomian dan


Pembangunan,
b) Perumusan kebijakan teknis pengoordinasian pemberdayaan
masyarakat lingkup perekonomian dan pembangunan serta
pengoordinasian pemeliharan prasarana dan sarana pelayanan
umum
c) Pengoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat lingkup
perekonomian dan pembangunan:
d) Pengoordinasian pemeliharan prasarana dan sarana pelayanan
umum:

e) Pelaksanaan sebagian urusan pemerintahan lingkup


perekonomian pembangunan yang dilimpahkan Bupati dan
f) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja Seksi
Perekonomian dan Pembangunan
• Jawatan Sosial
Mempunyai tugas melaksanakan pengoordinasian kegiatan pemberdayaan
masyarakat lingkup kesejahteraan masyarakat dan melaksanakan sebagian
urusan pemerintahan lingkup kesejahteraan masyarakat yang dilimpahkan
Bupati. Jawatan Sosial dalam melaksanakan tugas mempunyai fungsi :
a) Penyusunan rencana kerja Seksi Kesejahteraan Masyarakat
b) Perumusan kebijakan teknis pemberdayaan masyarakat lingkup
kesejahteraan masyarakat
c) Pengoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat lingkup
masyarakat kesejahteraan
d) Pelaksanaan sebagian urusan pemerintahan lingkup kesejahteraan
masyarakat yang dilimpahkan Bupati: dan
e) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja Seksi
Kesejahteraan Masyarakat
• Jawatan Umum
Mempunyai tugas melaksankan pelayanan unum dan melaksanakan
sebagian urusan pemerintahan yang dilimpahkan Bupati. Jawatan Umum
dalam melaksanakan tugas mempunyai fungsi:
a) Penyusunan rencana kerja Seksi Pelayanan Umum:
b) Perumusan kebiajakan teknis pelaksanaan dan pembinaan
pelayanan umum,
c) Pelaksanaan dan pembinaan pelayanan umum;
d) Pelaksanaan sebagian urusan pemerintahan lingkup pelayanan
136
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

umum yang dilimpahkan Bupati


e) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja seksi
Pelayanan Umum.

137
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

BAB IV
ANALISIS FISIK DASAR

4.1 Analisis Kesesuaian Lahan


Kesesuaian lahan terbagi menjadi beberapa kesesuaian yaitu diantaranya
keseuaian lahan untuk Kawasan lindung, dan kesesuaian lahan budidaya.
4.1.1 Kesesuaian Kawasan Lindung
Kesesuaian Kawasan lindung berfungsi untuk melindungi kelestarian
lingkungan yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Selain
dari hal itu juga bahwa kesesuaian Kawasan lindung ini untuk melindungi Kawasan
setempat juga dapat memberikan perlindungan juga terhadap Kawasan
bawahannya.
4.1.1.1 Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat terdiri dari:
• Sempadan pantai
• Sempadan sungai
• Kawasan sekitar danau/waduk
• Kawasan sekitar mata air

Tabel 4.1
Kriteria Kawasan Perlindungan Setempat
No Kawasan Lindung Sub-Kawasan Lindung Kriteria Kawasan Lindung
Daratan sepanjang tepian yang
Kawasan lebarnya proporsional dengan
1 Perlindungan Sempadan Pantai bentuk dan kondisi fisik pantai
Setempat minimal 100meter dari titik pasang
tertinggi kea rah darat
• Sekurang-kurangnya 100meter
dari kiri kanan sungai besar
dan 50 meter di kiri kanan anak
sungai yang berada diluar
pemukiman
2 Sempadan Sungai
• Untuk sungai di kawasan
pemukiman berupa sempadan
sungai yang diperkirakan
cukup untuk dibangun jalan
inspeksi antara 10-15 meter
Daratan sepanjang tepian
Kawasan Sekitar danau/waduk yang lebar
3
Danau/Waduk proporsional dengan bentuk dan
kondisi fisik danau/waduk antara

138
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

No Kawasan Lindung Sub-Kawasan Lindung Kriteria Kawasan Lindung


50-100meter dari titik pasang
tertinggi ke arah darat
Kawasan Sekitar Mata Sekurang-kurangnya dengan jari-
4
Air jari 200 meter di sekitar mata air
Sumber: Keppres No 32 Tahun 1990

4.1.1.1 Kawasan Perlindungan Dibawahnya


Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnya terdiri
dari:
• Kawasan hutan lindung
• Kawasan bergambut
• Kawasan resapan air
Tabel 4.2
Kriteria Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya
No Kawasan Lindung Sub-Kawasan Lindung Kriteria Kawasan Lindung
1 • Faktor-faktor lereng
lapangan, jenis tanah, dan
curah hujan dengan skor
Kawasan Hutan
>175; dan/atau
Lindung
• Mempunyai kemiringan
lereng >40% dan/atau
• Mempunyai ketinggian
Kawasan yang
>2.000 mdpl.
memberikan
2 Tanah bergambut dengan
perlindungan
ketebalan >3 meter yang
Kawasan Kawasan Bergambut
terdapat di bagian hulu sungai
Bawahannya
dan rawa
3 • Curah hujan yang tinggi,
Struktur tanah meresapkan
air
Kawasan Resapan Air
• Bentuk geomorfologi yang
mampu meresapkan air
hujan secara besar-besaran
Sumber: Keppres No.32 Tahun 1990
Tabel 4.2
Luas Kawasan Perlindungan Dibawahnya
Jenis Peruntukan Luas Total Luas Lahan
Kawasan Dibawahnya 10,863 Ha 2.662,999 Ha
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13
Dari hasil perhitungan menggunakan kalkulator geometri, didaptkan hasil
kawasan peruntukan kawasan dibawahnya sebesar 10,863 Ha dari total luas lahan
2.662,999 Ha. Contoh dari sub jenis kawasannya yaitu kawasan hutan lindung,
kawasan bergambut, dan kawasan resapan air.

139
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

140
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

4.1.2 Kesesuaian Kawasan Budidaya


Kawasan budidaya merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untukdibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
4.1.2.1 Kesesuaian Hutan Produksi

Dalam SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/11/1980 dan No.


683/Kpts/Um/8/1981 tentang kriteria dan tata cara penetapan hutan lindung dan
hutan produksi ada tiga faktor yang dinilai sebagai penentukemampuan lahan sebagai
suatu kawasan lindung, yaitu:

1. Kelerengan lapangan
2. Jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi.
3. Intensitas hujan harian rata – rata.
Tabel 4.3
Skoring Kawasan Hutan Produksi
Kemiringan Lereng
Persen Lereng Keterangan Skor
0-8 % Datar 20
1 8-15 % Landai 40
15-25 % Agak Curam 60
25-40 % Curam 80
>40 % Sangat Curam 100
Jenis Tanah
Kepekaan
Kelompok Jenis Tanah S
Terhadap Erosi k
o
r
Alluvial, Glei, Planosol, Tidak Peka
Hidromorf Kelabu, Literite Air 15
2 Tanah
Latosol Agak Peka 30
Brown Forest, NonCalcic Kurang Peka 45
Andosol, Grumosol, Podsolik Peka 60
Regosol, Litosol Organosol, Sangat Peka
75
Renzine
Intensitas Hujan
Curah Hujam (mm/hari) Keterangan Skor
8 – 13,6 Sangat Rendah 10
3 13,6 – 20,7 Rendah 20
20,7 – 27,7 Sedang 30
27,7 – 34,8 Tinggi 40
>34,8 Sangat Tinggi 50
Sumber: Modul Pemetaan Studio Geospasial

141
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

142
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

4.1.2.2 Kesesuaian Permukiman


Kawasan permukiman adalah kawasan yang diperuntukan untuk tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung bagi peri
kehidupan dan penghidupan (Permen PU No. 41/PRT/M/2007). Kawasan
peruntukan permukiman memiliki fungsi antara lain sebagai lingkungan tempat
tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan
masyarakat sekaligus menciptakan interaksi sosial. Kawasan permukiman juga
berfungsi sebagai kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga serta
sarana bagi pembinaan keluarga. Ketentuan teknis kesesuaian lahan untuk
kawasan permukiman dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.4
Kriteria Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya
No. Karakteristik Lokasi dan Kesesuaian Lahan Kebutuhan Data (Peta)
Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan Peta Kemiringan
1
lahan 0 - 25%) Lereng
(kemiringan 0 -
25 %)
Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang
2 diolah oleh penyelenggara dengan jumlah yang Peta SKL Ketersediaan Air
cukup. (SangatTinggi s.d. Cukup)
Untuk air PDAM suplai air antara 60 liter/org/hari -
100liter/org/hari;
Tidak berada pada daerah rawan bencana Peta Kawasan Rawan
3
(longsor,banjir, erosi, abrasi) Bencanalongsor,
banjir, dan abrasi
Peta SKL Drainase
4 Drainase baik sampai sedang
(baik s.d.sedang)
Tidak berada pada wilayah sempadan
5 sungai/pantai/waduk/danau/mata Peta Kawasan
air/saluranpengairan/rel kereta api dan Perlindungan
daerah aman Setempat
penerbangan;
6 Tidak berada pada kawasan lindung Peta Kawasan Lindung
Tidak terletak pada kawasan budi
7
dayapertanian/penyangga Peta Kawasan Pertanian
8 Menghindari sawah irigasi teknis
Sumber: Permen PU No. 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Standar Teknis Fungsi Ruang Kawasan
Budidaya

143
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 4.5
Luas Kawasan Peruntukan Permukiman
Jenis Peruntukan Luas Total Luas Lahan
Permukiman 301,721 Ha 2.662,999 Ha
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13
Dari hasil perhitungan menggunakan kalkulator geometri, didaptkan hasil,
luas kawasan peruntukan permukiman sebesar 301.721 Ha dari total luas lahan
2.662,999 Ha. Jika dibandingkan dengan luas lahan pertanian, lahan permukiman
masih jauh lebih kecil luasnya.

144
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

145
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

4.1.2.3 Kesesuaian Industri

Kawasan industri, yaitu kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan industri


berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Kawasan peruntukan industri memiliki fungsi
antara lain:

1. Memfasilitasi kegiatan industri agar tercipta aglomerasi kegiatan produksi di


satu lokasi dengan biaya investasi prasarana yang efisien;
2. Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja;

3. Meningkatkan nilai tambah komoditas yang pada gilirannya meningkatkan


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di wilayah yang bersangkutan;
4. Mempermudah koordinasi pengendalian dampak lingkungan yang mungkin
ditimbulkan.

Ketentuan teknis kesesuaian lahan untuk kawasan peruntukan industri dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.6
Kriteria Kawasan Kesesuaian Industri
Kebutuhan Data
No. Karakteristik Lokasi dan Kesesuaian Lahan
(Peta)
Kemiringan lereng yang sesuai untuk kegiatan Peta Kemiringan
1 industry berkisar 0% – 25%, pada kemiringan >25% Lereng (kemiringan
– 45% dapat 0–25 %) dan
dikembangkan kegiatan industri dengan perbaikan Topografi (Ketinggian
kontur,serta ketinggian tidak lebih dari 1000 meter <1.000 mdpl
dpl;
Bebas genangan, dekat dengan sumber air, Peta SKL Drainase
2
drainase baiksampai sedang; (baik s.d.sedang)
Lokasi berada pada kecenderungan minimum arah
3 -
anginyang menuju permukiman penduduk;
Dapat menunjang konstruksi bangunan, tidak Peta SKL Kestabilan
4
berada didaerah rawan bencana longsor Pondasi(Sangat Baik
s.d. Sedang)
Area cukup luas minimal 20 ha; karakteristik tanah
5 bertekstur -
sedang sampai kasar, berada pada tanah marginal
untukpertanian
Sumber: Permen PU No. 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Standar Teknis Fungsi Ruang Kawasan
Budidaya

146
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Dari hasil perhitungan menggunakan kalkulator geometri, didaptkan hasil, luas


kawasan peruntukan industri. Setelah dilakukan analisis menggunakan software
arcgis, didapatkan hasil tidak adanya kawasan peruntukan industri di Kapanewon
Seyegan. Namun dalam kondisi eksisting terdapat beberapa industri

147
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

148
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

4.1.2.4 Kesesuaian Pariwisata

Kawasan pariwisata adalah kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan


pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk
pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang
tersebut. Kawasan peruntukan pariwisata memiliki fungsi memperkenalkan,
mendayagunakan, dan melestarikan nilai-nilai sejarah/ budaya lokal dan keindahan
alam. Kawasan pariwisata juga berfungsi untuk mendukung upaya penyediaan
lapangan kerja yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
di wilayah yang bersangkutan. Ketentuan teknis kesesuaian lahan untuk kawasan
peruntukan pariwisata dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.7
Kriteria Kawasan Kesesuaian Pariwisata
No. Karakteristik Lokasi dan Kesesuaian Lahan Kebutuhan Data (Peta)
Peta SKL Kestabilan
1 Memiliki struktur tanah yang stabil
Pondasi(Sangat Baik s.d.
Sedang)
Memiliki kemiringan tanah yang memungkinkan
2 dibangun -
tanpa memberikan dampak negatif terhadap kelestarian
lingkungan
Merupakan lahan yang tidak terlalu subur dan bukan Peta Jenis Tanah dan
3
lahanpertanian yang produktif PetaKawasan
Pertanian
Peta SKL Kestabilan
4 Memiliki aksesibilitas yang tinggi
Pondasi(Sangat Baik s.d.
Sedang)
Tidak mengganggu kelancaran lalu lintas pada
5 Peta Aksesibilitas
jalur jalanraya regional
6 Tersedia prasarana fisik yaitu listrik dan air bersih -
Terdiri dari lingkungan/bangunan/gedung bersejarah
7
dancagar budaya; Peta Kawasan
Memiliki nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan Bersejarah/Cagar
8
budaya, sertakeunikan tertentu Budaya
9 Dilengkapi fasilitas pengolah limbah (padat dan cair) -
Sumber: Permen PU No. 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Standar Teknis Fungsi Ruang Kawasan
Budidaya

149
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 4.8
Luas Kawasan Peruntukan Pariwisata
Jenis Peruntukan Luas Total Luas Lahan
Pariwisata 96,273 Ha 2.662,999 Ha
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13

Dari hasil perhitungan menggunakan kalkulator geometri, didaptkan hasil,


luas kawasan peruntukan perdagangan dan jasa sebesar 96.273 Ha dari total luas
lahan 2.662,99. Contoh dari penggunaan lahan pariwisata di Kapanewon Seyagn
yaitu sebagai desa wisa, terdapat dua desa wisata yaitu Desa Wisata Grogol di
Kalurahan Margodadi dan Desa Wisata Cibukkidul di Kalurahan Margoluwih.

150
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

151
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

4.1.2.5 Kesesuaian Perdagangan dan Jasa

Kawasan yang diperuntukan untuk kegiatan perdagangan dan jasa, termasuk


pergudangan, yang diharapkan mampu mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya
dan memberikan nilai tambah pada satu kawasan perkotaan. Kawasan peruntukan
perdagangan dan jasa memiliki fungsi memfasilitasi kegiatan transaksi perdagangan
dan jasa antar masyarakat yang membutuhkan (sisi permintaan) dan masyarakat
yang menjual jasa (sisi penawaran). Kawasan perdagangan dan jasa juga berfungsi
untuk menyerap tenaga kerja di perkotaan dan memberikan kontribusi yang dominan
terhadap PDRB. Ketentuan teknis kesesuaian lahan untuk kawasan peruntukan
perdagangan dan jasa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.9
Kriteria Kawasan Kesesuaian Perdagangan dan Jasa
No. Karakteristik Lokasi dan Kesesuaian Lahan Kebutuhan Data (Peta)
Tidak terletak pada kawasan lindung dan Peta Kawasan Lindung dan
1
kawasanbencana alam Kawasan Rawan Bencana
Alam
Lokasinya strategis dan mudah dicapai dari
2 Peta Aksesibilitas
seluruhpenjuru kota
Dilengkapi dengan sarana antara lain tempat
parkir umum, bank/ATM, pos polisi, pos
3 Peta Sebaran Sarana
pemadam kebakaran, kantor pos pembantu,
tempat ibadah, dan
sarana penunjang kegiatan komersial serta
kegiatanpengunjung
Terdiri dari perdagangan lokal, regional, dan
4 -
antarregional

Tabel 4.10
Luas Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa
Jenis Peruntukan Luas Total Luas Lahan
Perdagangan dan
Jasa 81,942 Ha 2.662,999 Ha
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13
Dari hasil perhitungan menggunakan kalkulator geometri, didaptkan hasil,
luas kawasan peruntukan perdagangan dan jasa sebesar 81.942 Ha dari total luas
lahan 2.662,99 Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, sektor perdagangan dan
jasa warung/pertokoan yang menjadi sektor unggulan. Lahan perdagangan dan jasa
yang ada di Kapanewon Seyegan yaitu Pendidikan, Kesehatan,
pemerintahan,perekonomian, industry dan pariwisata.

152
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

153
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

4.1.2.6 Kesesuaian Pertanian


Analisis jenis Peta satuan kesesuaian pertanian adalah sebuah peta yang
memuat informasi mengenai potensi atau kemampuan suatu lahan untuk
dijadikan lahan pertanian dan jenis tanaman apa yang paling sesuai untuk
ditanam di lahan tersebut. Pada umumnya, peta satuan kesesuaian
pertanian mencakup beberapajenis data, di antaranya:

4. Jenis Tanah, informasi mengenai jenis tanah pada suatu daerah


menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan
kesesuaiansuatu lahan untukpertanian. Data jenis tanah pada peta
satuan kesesuaian pertanian akan menunjukkan karakteristik fisik
dan kimia tanah, seperti tekstur, kandungan bahan organik, pH tanah,
dansebagainya.
5. Topografi, data topografi pada peta satuan kesesuaian pertanian
menggambarkan kondisi kemiringan, ketinggian, serta arah lereng
pada suatu daerah. Informasi ini sangat penting untuk mengetahui
karakteristik lahan dan menentukan jenis tanaman yang sesuai
dengan kemiringan dan ketinggian lahan.
6. Kondisi Hidrologis, data kondisi hidrologis pada peta satuan
kesesuaian pertanian mencakup informasi mengenai curah hujan,
kelembaban, serta jenis dan kedalaman air tanah pada suatu
daerah. Data ini penting untuk mengetahui kemampuan lahan
dalam menyediakan air bagi tanaman.
7. Iklim, data iklim pada peta satuan kesesuaian pertanian meliputi
informasi mengenai suhu, kelembaban udara, curah hujan, dan
sebagainya. Informasi ini penting untuk menentukan jenis tanaman
yang paling sesuai dengan kondisi iklim pada suatu daerah.

Adapun dari hasil analisis yang dilakukan terdapat beberapa


klasifikasi yang menunjukkan bahwa warna orange adalah kawasan
kesesuaian pertaniannya kurang sesuai artinya kemudahan dikerjakan nya
rendah, warna kuning adalah kesesuaian pertaniannya sedang sehingga
kemudahan dikerjakan pun sedang dan warna hijau kesesuaian untuk
pertanian sangat tinggi artinya kemudahan dikerjakannya juga pun tinggi.
Dengan demikian, peta satuan kesesuaian pertanian dapat membantu para
petani dalam meningkatkanproduktivitas lahan dan mengoptimalkan hasil
panenc serta peta ini juga dapat memberikan informasi yang sangat
berharga mengenai kesesuaian suatu lahan untuk dijadikan lahan
pertanian dan jenis tanaman yang paling sesuai untuk ditanam di lahan
tersebut.
Tabel 4.11
Luas Kawasan Peruntukan Pertanian
Jenis Peruntukan Luas Total Luas Lahan
Pertanian 1.321,895 Ha 2.662,999 Ha
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13

154
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Dari hasil perhitungan menggunakan kalkulator geometri, didaptkan hasil,


luas kawasan peruntukan pertanian sebesar 1.321,895 Ha dari total luas lahan
2.662,999 Ha. Sektor pertanian yang unggul di Kapanewon Seyegan ini yaitu
komoditas kacang tanah, cabe merah, da, kacang kedelai.

155
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

156
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

4.2 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL)


4.2.1 SKL Morfologi
Dalam melakukan analisis morfologi perlu adanya peta kemiringan, Analisis
SKL Morfologi ini dilakukan untuk menentukan kemampuan lahan yangdilihat dari
morfologi wilayah. Hasil dari analisis SKL Morfologi ini akan menunjukkan kelas
kemampuan lahan rendah, kurang, sedang, cukup dan tinggi. Kelas kemampuan
lahan tersebut menunjukkan tingkatan dimana kemampuan lahan rendah
menunjukkan bahwa kawasan tersebut sulit dikembangkan atau tidak layak
dikembangkan berdasarkan morfologi kawasannya. Lahan seperti ini sebaiknya
direkomendasikan sebagai kawasan lindung atau budidaya yang tak berkaitan
dengan manusia. Sedangkan kemampuan lahan tinggi menunjukkan bahwa
kawasan tersebut morfologinya dataran yang mudah dikembangkan sebagai
kawasan budidaya. Berikut merupakan kriteria penentuan SKL Morfologi :
Tabel 4.12
Kriteria Penentuan SKL Morfologi

Peta Morfologi Peta KemiringanLereng SKL Morfologi Nilai

Pegunungan/perbuit Kemampuan Lahan


an sangat terjal >40 % dari Morfologi Rendah 1

Kemampuan Lahan
Perbukitan terjal 15 - 40 % dari Morfologi Kurang 2

Kemampuan Lahan
Perbukitan Sedang 5 – 15 % dari Morfologi Sedang 3

Kemampuan Lahan
Landai 2–5% dari Morfologi Cukup 4

Kemampuan Lahan
Datar 0–2% dari Morfologi Tinggi 5
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007

Berdasarkan bobot diatas kemudian dibuat SKL Morfologi untuk


Kapanewon Seyegan. Tabel dan peta SKL Morfologi dapat dilihat pada tabel dan
gambar di bawah ini:
Tabel 4.13
Analisis SKL Morfologi di Kapanewon Seyegan
Luasan SKL Morfologi (Ha)
Kapanewon Desa Tinggi sedang Cukup Kurang
Seyegan Margoagung 99.12 174.45 238.31 0.91

157
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Margodadi 120.45 197.96 242.13 40.18

Margokaton 109.58 154.18 237.22 2.22

Margoluwih 118.70 127.09 237.40 7.08

Margomulyo 101.41 168.66 244.32 0.18

Total 549.27 853.34 1199.39 50.57


Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023
Dilihat dari tabel diatas bahwa skl morfologi pada Kapanewon Seyegan
terdiri dari 4 kelas skl morfologi yaitu tinggi, sedang, cukup dan kurang. Untuk
katagori tinggi, sedang, dan kurang terdapat pada semua desa dan Desa
Margodadi dengan luasan yang paling luas, sedangkan untuk morfologi cukup
terdapat pada semua desa dengan luasan yang paling luas berada di Desa
Margomulyo.

158
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

159
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

4.2.2 SKL Kemudahan Dikerjakan


Analisis SKL Kemudahan dikerjakan ini dilakukan untuk menentukan
mengetahui tingkat kemudahan lahan, wilayah atau kawasan untuk dimatangkan
dalam proses pembangunan dan pengembangan kawasan. Hasil dari analisis SKL
Kemudahan dikerjakan ini akan menunjukkan kelas kemampuan lahan rendah,
kurang, sedang, cukup dan tinggi. Kelas kemampuan lahan tersebut menunjukkan
tingkatan dimana kemampuan lahan rendah menunjukkan bahwa kawasan
tersebut sulit dikembangkan atau tidak layak dikembangkan. Sedangkan
kemampuan lahan tinggi menunjukkan bahwa kawasan tersebut merupakan
kawasan yang mudah dikembangkan. Berikut merupakan kriteria penentuan SKL
Kemudahan Dikerjakan :
Tabel 4.14
Kriteria Penentuan SKL Kemudahan di Kerjakan
Peta Peta SKL
Peta Peta Jenis Penggunaan
Kemiringan Ketinggian Kemudahan Nilai
Morfologi Tanah Lahan
Lereng (Mdpl) dikerjakan
Pegunungan Kemudahan
/perbukitan > 40 % >3.000 Regosol Hutan dikerjakan 1
sangat terjal rendah
Pertanian,
Perbukitan 2.000- Podsol, Perkebunan, Kemudahan
terjal 15 – 40 % 3.000 Andosol Pertanian dikerjakan 2
tanah kering kurang
semusim
Mediteran, Kemudahan
Perbukitan 1.000- Semak
5 – 15 % Brown dikerjakan 3
Sedang 2.000 belukar
Forest sedan
Tegalan, Kemudahan
Landai 2–5% 500-1.000 Latosol Tanah dikerjakan 4
kosong cukup
Kemudahan
Datar 0–2% 0-500 Alluvial Permukiman dikerjakan 5
tinggi
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007

160
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Berdasarkan bobot diatas kemudian dibuat SKL Kemudahan diKerjakan


untuk Kapanewon Seyegan. Tabel dan peta SKL Kemudahan dikerjakan dapat
dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini

Tabel 4.15
Analisis SKL Kemudahan dikerjakan di Kapanewon Seyegan

luasan skl kemudahan di kerjakan (Ha)


Kapanewon Desa
Cukup Sedang Tinggi
Margoagung 410.05 65.80 32.98

Margodadi 435.34 42.06 120.08

Seyegan Margokaton 324.96 22.82 149.77

Margoluwih 328.61 32.51 117.46

Margomulyo 399.76 72.53 22.42

Total 1898.72 275.73 488.71


Sumber : Pengolahan kelompok Studio, 2023

Dilihat dari tabel diatas bahwa skl Kemudahan dikerjakan pada


Kapanewon Seyegan terdiri dari 3 kelas yaitu cukup, sedang, dan tinggi. Untuk
katagori tinggi terdapat pada semua desa dan Desa Margokaton dengan luasan
yang paling luas yaitu 149,77 Ha. Sedangkan untuk nilai kemudahan dikerjakan
sedang terdapat di semua desa dan Desa Margomulyo dengan luasan yang paling
luas yaitu 72,53 Ha . dan untuk nilai kemudahan dikerjakan cukup ada di Desa
Margodadi dengan luasanyang paling luas yaitu 435,34 Ha.

161
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

162
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

4.2.3 SKL Kestabilan Lereng


Analisis SKL kestabilan lereng ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
kemantapan lereng di wilayah pengembangan dalam menerima beban akibat dari
adanya sebuah pembangunan. Hasil dari analisis SKL kestabilan lereng ini akan
menunjukan kelas kestabilan lereng rendah, kurang, sedang, dan tinggi. Kelas
kemampuan lahan tersebut menunjukan tingkatan dimana kestabilan lereng rendah
menunjukan bahwa kawasan tersebut tidak mampu menerima beban
pembangunan. Sedangkan kestabilan lereng tinggi menunjukan bahwa kawasan
tersebut mampu menerima beban dari sebuah pembangunan yang dilakukan.
Berikut merupakan kriteria penentuan SKL Kestabilan Lereng.
Tabel 4.16
Kriteria Penentuan SKL Kestabilan Lereng
Peta Kerentanan
Peta Peta Penggunaan SKL
Ketinggian Gerakan Nilai
Kemiringan Morfologi Lahan Lereng
(mdpl) Tanah
Pegunungan Semak
>3.000 > 40 % belukar, Rendah 1
/Perbukitan ladang,
Sangat Terjal Zona 1 hutan
Pegunungan/ (Rendah)
Kebun,
2.000- 15 – 40 % Kurang 2
hutan, hutan
3.000 Perbukitan
Terjal belukar

1.000- Perbukitan Zona 2


5 – 15 % Semua Sedang 3
2.000 Sedang (Menengah)
500-1.000 2–5% Landai Zona 3 Semua 4
tinggi
<500 0–2% Dataran (Tinggi) Semua 5
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007

Berdasarkan bobot diatas kemudian dibuat skl kestabilan Lereng untuk


Kapanewon Seyegan. Tabel dan peta SKL kestabilan Lereng dapat dilihat pada
tabel dan gambar di bawah ini :
Tabel 4.17
Analisis SKL Kestabilan Lereng di Kapanewon Seyegan
luasan skl Lereng (Ha)
Kapanewon Desa
Cukup Sedang Tinggi
Margoagung 410.71 20.06 82.00
Seyegan
Margodadi 457.19 73.66 69.88

163
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

luasan skl Lereng (Ha)


Kapanewon Desa
Cukup Sedang Tinggi
Margokaton 406.24 22.59 74.37

Margoluwih 369.11 10.73 110.43

Margomulyo 387.80 19.19 107.59

Total 2031.04 146.23 485.27


Sumber : Pengolahan kelompok Studio, 2023

Dilihat dari tabel diatas bahwa skl kestabilan lereng pada Kapanewon
Seyegan terdiri dari 3 katagori yaitu Tinggi, Cukup, dan Sedang. Untuk katagori
cukup terdapat pada Desa Margodadi dengan luasan yang paling luas yaitu 451,19 Ha,
dan untuk nilai kestabilan lereng sedang terdapat di Desa Margodadi juga dengan
luasan yang paling luas yaitu 73,66 Ha. dan untuk nilai kestabilan tinggi terdapat di
Desa Margoluwih dengan luasan yang paling luas yaitu 110,43 Ha.

164
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

165
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

4.2.4 SKL Kestabilan Pondasi


Analisis satuan kemampuan lahan ini dimaksudkan untuk mengetahui
tingkatan kemampuan lahan dalam mendukung bangunan industri serta sarana
dan prasarananya dalam menunjang pemanfaatan lahan untuk kegiatan industri.
Analisis satuan kemampuan lahan kestabilan pondasi hampir sama dengan analisis
satuan kemampuan lahan kestabilan lereng.
Tabel 4.14
Kriteria Penentuan SKL Kestabilan Pondasi
SKL Kestabilan Lereng
SKL
Jenis
Peta Kerentanan Tanah Kestabilan Nilai
Peta Peta
Ketinggian Gerakan Pondasi
Kemiringan Morfologi
(mdpl) Tanah

Pegunungan
>3.000 > 40 % /Perbukitan Zona 3 Regosol Rendah 1
Sangat Terjal (Tinggi)
Pegunungan/
2.000- Podsol, Kurang 2
15 – 40 % Perbukitan
3.000 Andosol
Terjal
Mediteran,
1.000- Perbukitan Sedang 3
5 – 15 % Zona 2 Brown
2.000 Sedang
(Menengah) Forest
500-1.000 2–5% Landai Latosol Cukup 4
Zona 1
Tinggi 5
<500 0–2% Dataran Alluvial
(Rendah)
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007

Berdasarkan bobot diatas kemudian dibuat skl kestabilan Pondasi untuk


Kapanewon Seyegan. Tabel dan peta SKL kestabilan Pondasi dapat dilihat pada tabel
dan gambar di bawah ini :
Tabel 4.15
Analisis SKL Kestabilan Pondasi di Kapanewon Seyegan
luasan skl Pondasi (Ha)
Kapanewon Desa
cukup sedang Tinggi
Margoagung 342.39 0.68 165.78

Margodadi 194.99 3.58 398.91


Seyegan
Margokaton 60.29 0.10 437.17

Margoluwih 178.81 5.68 294.09

166
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

luasan skl Pondasi (Ha)


Kapanewon Desa
cukup sedang Tinggi
Margomulyo 376.19 1.90 116.62

Total 1152.67 11.94 1498.57


Sumber : Pengolahan kelompok Studio, 2023

Dilihat dari tabel diatas bahwa skl kestabilan pondasi pada Kapanewon
Seyegan terdiri dari 3 katagori yaitu Cukup, Sedang dan Tinggi. Untuk katagori tinggi
terdapat pada semua desa dan Desa Margokaton dengan luasan yang paling luas
yaitu 437.17 Ha. Sedangkan untuk nilaikestabilan Pondasi sedang terdapat di
semua desa dan Desa Margoluwih dengan luasan yang paling luas yaitu 5.68 Ha. dan
untuk nilai kestabilan cukup dengan luasan yang paling luas yaitu 376,19 Ha
terdapat pada Desa Margomulyo.

167
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

168
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

4.2.5 Analisis SKL Ketersediaan Air


Ketersediaan air pada suatu lahan merupakan hal yang sangatpenting,
mengingat fungsi air tanah sebagai sumber pasokan air bersih untuk berbagai
kebutuhan, terutama di saat kemarau panjang dimana air permukaan tidak
mencukupi. Bertolak dari hal tersebut, maka analisis satuan kemampuan ini
dilakukan dengan maksud untuk megetahui kemampuan lahan dalam menunjang
ketersediaan air.
Tabel 4.16
Kriteria Penentuan SKL Ketersediaan Air
Peta
Peta
Peta Curah Hidrogeol Jenis Penggu SKL
Kemirin Nilai
Morfologi Hujan ogi Tanah nan Ketersedi
gan
(mm/t Lahan aan Air
Lereng
h)
Pegunung
an Semak
2.500- Sangat
/Perbukita > 40 % Regosol belukar, 1
3.000 Rendah rendah
n Sangat ladang,
(setempat
Terjal hutan
terbatas)
Pegunung Kebun,
an/ 15 – 40 3.000- Podsol, hutan, Rendah 2
Perbukitan % 3.500 Andosol hutan
Terjal belukar
Sedang Mediter
Perbukitan 5 – 15 % 3.500- (baik an, Semua Sedang 3
Sedang 4.000 tidak Brown
merata) Forest
4.000-
Landai 2–5% Tinggi Latosol Semua 4
4.500 Tinggi
(baik
>4.50
Dataran 0–2% merata) Alluvial Semua 5
0
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007

Berdasarkan bobot diatas kemudian dibuat skl Ketersediaan Air untuk


Kapanewon Seyegan. Tabel dan peta SKL Ketersediaan Air dapat dilihat pada
tabel dan gambar di bawah ini :

169
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 4.17
Analisis SKL Ketersediaan Air di Kapanewon Seyegan

luasan skl Ketersediaan Air (Ha)


Kapanewon Desa
Rendah Sedang Tinggi
Margoagung 0.93 325.14 182.76

Margodadi 11.51 488.62 97.36


Seyegan
Margokaton 11.62 443.99 41.95

Margoluwih 6.03 368.50 104.05

Margomulyo 0.10 275.85 218.76

Total 30.18 1992.10 640.88


Sumber : Pengolahan kelompok Studio, 2023

Dilihat dari tabel diatas bahwa skl Ketersediaan Air pada Kapanewon
Seyegan terdiri dari 3 kelas skl ketersediaan air yaitu Rendah, sedang dan Tinggi.
Untuk katagori Rendah terdapat pada semua desa dan Desa Margokaton dengan
luasan yang paling luas yaitu 11,62 Ha. Sedangkan untuk kelas ketersediaan air
sedang terdapat di semua desa dan desa Margodadi dengan luasan yang paling
luas yaitu 488,62 Ha. dan untuk kelas ketersediaan Tinggi ada pada Desa Jadimulya
dengan luasan yang paling luas yaitu 218,76 Ha

170
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

171
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

4.2.6 Analisis SKL Drainase


Melakukan analisis untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam
mematuskan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan baik
bersifat lokal ataupun meluas dapat dihindari SKL drainase berfungsi untuk
mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam mematuskan air hujan secara alami,
sehingga kemungkinan genangan baik bersifat lokal ataupun meluas dapat dihindari.
Peta SKL ini merupakan overlay dari peta topografi, peta kemiringan lereng, dan peta
curah hujan.
Tabel 4.18
Kriteria Penentuan SKL Drainase

Peta Peta Peta Jenis Pengg SKL Nilai


Ketinggian Peta Lereng Curah Tanah unaa Drainase
Morfologi Hujan n
(mm/th) Laha
n
2.500-
<500 Dataran 0–2% 3.000 Alluvial Semua Rendah 1
3.000-
500-
1.000 Landai 2–5% 3.500 Latosol Semua Kurang 2
Medite
3.500- ran,
1.000-
Perbukitan 5 – 15 % brown Semua Sedang 3
2.000 4.000
forest
Podsol Semak
Pergunungan/ 4.000- merah belukar,
2.000-
perbukitan kuning, ladang
3.000 15 -40 % 4.500 Cukup 4
terjal andosol ,hutan
Kebu,
Pegunungan/ hutan,
>3.000 perbukitan >40% >4.500 Regosol hutan Tinggi 5
sangat terjal belukar
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007

Berdasarkan kriteria diatas kemudian dibuat skl Drainase untuk


Kapanewon Seyegan. Tabel dan peta SKL Drainase dapat dilihat pada tabel dan
gambar di bawah ini

172
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 4.19
Analisis SKL Drainase di Kapanewon Seyegan
luasan skl Drainase (Ha)
Kapanewon Desa
Kurang Sedang
Margoagung 34.55 474.28

Margodadi 215.00 382.49

Seyegan Margokaton 298.96 198.60

Margoluwih 181.65 296.94

Margomulyo - 494.70

Total 730.15 1930.01


Sumber : Pengolahan kelompok Studio, 2023

Dilihat dari tabel diatas bahwa skl Drainase pada Kapanewon Seyegan
terdiri dari 2 kelas SKL Drainase yaitu Kurang dan sedang. Untuk katagori kurang
terdapat pada beberapa desa dan Desa Margokaton dengan luasan yang paling
luas yaitu 298,96 Ha. Sedangkan untuk kelas Drainase sedang semua desa dan
desa Margomulyo dengan luasan yangpaling luas yaitu 494,70 Ha.

173
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

174
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

4.2.7 SKL Erosi


Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Erosi merupakan satuan untuk
mengetahui tingkat keterkikisan tanah di wilayah atau kawasan perencanaan,
mengetahui ketahanan lahan terhadp erosi, memperoleh gambaran batasan pada
masing-masing tingkatan kemampuan terhadap erosi. Mengetahui daerah yang
peka terhadap erosi dan perkiraan pengendapan hasil erosi tersebut pada bagian
hilir. Ada beberapa peta yang dibutuhkan dalam analisis, peta permukaan, peta
geologi, peta morfologi, peta kemiringan lereng. Data hidrologi dan klimatologi dan
penggunaan lahan. Setelah data-data tersebut dianalsismaka akan menghasilkan
peta SKL terhadap erosi.
Tabel 4.20
Kriteria Penentuan SKL Erosi
Peta
Curah Peta Jenis Penggunan
Kemiringan SKL Nilai
hujan Morfologi Tanah Lahan
Lereng Erosi
(mm/tahun)

Pegunungan Semak
> 4.500 > 40 % Regosol belukar, Tinggi 1
/Perbukitan ladang,
Sangat Terjal hutan
Pegunungan/ Kebun,
4.500 – 15 – 40 % Podsol, hutan, Cukup 2
4.500 Perbukitan Andosol hutan tinggi
Terjal belukar
Mediteran,
3.500 – Perbukitan
5 – 15 % Brown Semua Sedang 3
4.000 Sedang
Forest
3.000 – 3. Sangat
2–5% Landai Latosol Semua 4
500 rendah
Tidak
2.500 –
0–2% Dataran Alluvial Semua ada 5
3.000
erosi
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007

Berdasarkan bobot diatas kemudian dibuat skl Erosi untuk Kapanewon


Seyegan.Tabel dan peta SKL Erosi dapat dilihat pada tabel dan gambardi bawah ini
:

175
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 4.21
Analisis SKL Erosi di Kapanewon Seyegan
luasan skl Erosi (Ha)
Kapanewon Desa Cukup Sangat Sedang Tidak
Tinggi Rendah Ada
Margoagung 64.41 66.36 377.24 0.16

Margodadi 31.45 288.01 271.10 6.93


Tidak 11.48 347.69 129.60 8.80
Margokaton
AdaSeyegan
Margoluwih 26.54 228.69 214.67 8.69

Margomulyo 72.49 37.40 384.81 -

Total 206.36 968.14 1377.42 24.57


Sumber : Pengolahan kelompok Studio, 2023

Dilihat dari tabel diatas bahwa skl Erosi pada Kapanewon Seyegan
termasuk kedalam 4 kelas skl erosi yaitu cukup tinggi, sangat rendah, sedang, dan
tidak ada. Untuk katagori cukup tinggi terdapat pada semua desa dan Desa
Margoangung dengan luasan yang paling luas yaitu 64,41 Ha. Untuk katagori
sangat rendah terdapat pada Desa Margokaton dengan luasan yang paling luas
yaitu 347,69 Ha. Untuk katagori sedang terdapat pada Desa Margokaton dengan
luasan yang paling luas yaitu 377,24 Ha. Untuk katagori tidak ada terdapat pada
beberapa desa dan Desa Margokaton dengan luasan yang paling luas yaitu 8,80
Ha.

176
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

177
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

4.2.8 SKL Rawan Bencana Alam


Analisis satuan kemampuan lahan ini dimaksudkan untuk mengetahui
kondisi lahan yan berhubungan dengan kemampuan lahan terhadap
kemungkinanterjadinya bencana alam. Pengenalan secara dini terhadap lahan
yang mungkin berpotensi terjadinya bencana alam akan bermanfaat dalam usaha
tindakan bencana alam akan bermanfaat dalam usaha tindakan antisipasi ataupun
menghindari pemanfaatan pada lahan yang berpotensi bencana alam.
Tabel 4.22
Kriteria Penentuan SKL Erosi
Peta Peta Kerentan Kerentanan
Kemiring Peta Ketinggi ana Gunung Pengg SKL
an Morfologi an Gerakan Berapi unan Nilai
Bencana
Lereng (mdpl) Tanah Lahan
Alam

Pegunungan Semak
/Perbukitan belukar,
Sangat ladang, Potensi
> 40 % >3.000 1
Terjal hutan
Bencana
Zona 3 Zona 3
Kebun, Alam
Pegunungan/ (Tinggi) (Tinggi)
hutan,
Perbukitan 2.000- Tinggi
15 – 40 % hutan 2
Terjal 3.000
belukar
Potensi
Zona 2 Zona 2 Bencana
Perbukitan 1.000- (Meneng (Meneng
5 – 15 % Semua Alam 3
Sedang 2.000 ah) ah) Menengah

500- Potensi
2–5% Landai 1.000 Semua 4
Bencana
Zona 1 Zona 1 Alam

0–2% Dataran <500 (Rendah) (Rendah) Semua Rendah 5

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007

Berdasarkan bobot diatas kemudian dibuat skl Rawan Bencana Alam untuk
Kapanewon Seyegan. Tabel dan peta SKL Rawan Bencana Alam dapat dilihat
pada tabel dan gambar di bawah ini

178
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 4.23
Analisis SKL Bencana Alam di Kapanewon Seyegan
luasan skl RBA (Ha)
Kapanewon Desa
Rendah Sedang
Margoagung 511 11

Margodadi 592 19

Seyegan Margokaton 499 12

Margoluwih 489 10

Margomulyo 512 12

Total 260 63
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

SKL Rawan Bencana pada Kapanewon Seyegan dengan didominasi oleh


Bencana alam rendah dalam setiap desa. Diketahui bahwa rawan bencana di
kapanewon Seyegan dengan kelas rendah mencapai seluas 592,83 Ha,
sedangkan rawan bencana sedang mencapai 19,30 Ha. Oleh sebab itu lahan yang
berada pada rawan bencana rendah dan sedang masih termasuk daerah yang
dapat direncanakan karena rawan bencana masih bisa diberi arahan dengan
syarat-syarat tertentu.

179
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

180
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

4.2.9 Kemampuan Lahan


Dalam melakukan analisis satuan kemampuan lahan secara keseluruhan
maka diperlukan data ke 8 skl sebelumnya. Kemudian dilakukan pembobotan
berdasarkan kelas skl-nya. Hasil akhir dari analisis ini akan menghasilkan Kelas
Kemampuan Pengembangan dengan ketentuan :
Tabel 4.24
Klasifikasi Pengembangan
Range Kelas Klasifikasi Pengembangan
32 – 58 Kelas A Kemampuan Pengembangan Sangat Rendah
59 – 83 Kelas B Kemampuan Pengembangan Rendah
84 – 109 Kelas C Kemampuan Pengembangan Sedang
110 – 134 Kelas D Kemampuan Pengembangan Cukup Tinggi
135 – 160 Kelas E Kemampuan Pengembangan Sangat Tinggi
Sumber : Permen PU No 20/Prt/M/2007

Dari hasil pengolahan data spasial, didapakan bahwa klasifikasi


pengembanganKapanewon Seyegan terdiri atas 3 kelas saja. Yaitu hanya pada
kisaran kelas B, Kelas C dan kelas D. Maka dalam kriteria jenis kawasan
potensialhanya Kelas D saja. Hal tersebut mengacu pada ketentuan Permen PU.
Kapanewon ini didominasi oleh kelas pengembangan sedang yang
tergolong pada kawasan kendala. Sebetulnya kelas ini pun juga dapat termasuk
kawasan potensial namun memerlukan masukan teknologi bagi pembangunan,
pengembangan kawasan khususnya permukiman, dengan konsekuensi perlu
biaya tambahan untuk menanggulangi kendala tersebut. Seperti untuk perbaikan
kontur yang membutuhkan cut and fill. Maka dalam hal ini sebagai pertimbangan
untuk mengatasi pertumbuhan penduduk dan penyediaan lahan yang bersifat
jangka panjang, kawasan kendala perlu dihitung kapasitas daya dukung dan daya
tampungnya.
Tabel 4.25
Pengelompokan Jenis Kawasan Berdasarkan Kelas Klasifikasi Pengembangan
Jenis Kawasan Kelas Klasifikasi Pengembangan
Kemampuan Pengembangan Sangat
Kelas A
Kawasan Limitasi
Rendah
Kelas B Kemampuan Pengembangan Rendah
Kawasan Kendala Kelas C Kemampuan Pengembangan Sedang

181
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Jenis Kawasan Kelas Klasifikasi Pengembangan


Kemampuan Pengembangan Cukup
Kelas D
Tinggi
Kawasan Potensial
Kemampuan Pengembangan Sangat
Kelas E
Tinggi
Sumber : Permen PU No 20/Prt/M/2007

182
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

183
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

4.3 Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Ruang


4.3.1 Analisis Daya Dukung Wilayah
Dalam memulai analisis daya dukung dibutuhkan data-data seperti kawasan
potensial, yaitu suatu kawasan yang dapat dikembangkan dan dapat dijadikan
sebagai lahan terbangundalam menunjang kebutuhan hidup manusia. Pada analisis
ini kawasan potensial dapat terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. Wilayah potensial terbangun, yaitu suatu wilayah yang memungkinkan
untuk dapat dibangun karena kesesuaian lahannya tidak terjadi tidak
terjadi tumpang tindih dengan kawasan lindung. Wilayah ini menjadi
wilayah potensial yang masih mencakup keseluruhan karena nilainya belum
dikurangi dari luasan kawasan lindung.
2. Wilayah potensial tidak terbangun, yaitu suatu wilayah yang tidak
memungkinkan untuk dibangun meskipun termasuk kedalam kawasan
potensial. Kawasan ini merupakan kawasan yang saling tumpang tindih
dengan kawasan lindungnya. Contoh kawasan lindung di Kapanewon
Seyegan yaitu sempadan sungai, kawasan bencana alam berpotensi
tinggi,dan area yang dikeramatkan.
Maka dalam melakukan analisis daya dukung langkah pertama adalah
dengan menghitung luas wilayah potensial denga cara megurangi area-area
yangsaling berpotongan dengan kawasan lindung dan kawasan penyangganya,
tahapan ini dilakukan dengan metode overlay atau union dengan cara
penumpukan data di perangkat ArcGis. Setalah didapat hasilnya kemudian luasan
yang sudah dikurangi tadi dikalikan 60% untuk menghitung luasan wilayah potensial
untuk permukiman
Dari hasil perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa Desa Margodadi
memiliki luasan potensi permukiman yang paling tinggi dengan luas 596,95 ha,
sedangkan untuk yang paling kecil adalah Margoluwih dengan luas 331,77 ha.
Besar dan rendahnya suatu luasan potensial dipengaruhi oleh ketersediaan kelas
pengembangan dari cukup tinggi dan tinggi. Ketentuan tersebut didapat dari data

184
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

kemampuan lahan. Kemudian faktor lainnya adalah luasan kawasan lindung yang
menguranginya.
Selanjutnya menghitung Daya Dukung Permukiman dengan mengkakulasikan
data jumlah penduduk (JP), luas potensi permukiman (LPm) dan koefisien luas
kebutuhan ruang (a). Hasil akhir dari perhitungan ini adalah nilai pembobotan yang
meliputi :
• Apabila DDPm < 1, maka daya dukung permukiman rendah, serta tidak
mampu lagi menampung penduduk untuk membangun lahan
terbangun yang baru. Maka sebaiknya tidak dibuat lahan permukiman
• Apabila DDPm = 1, maka daya dukung permukiman optimal, sebab
adanya keseimbangan antara penduduk yang bermukim dengan luas
wilayah potensial yang ada.
• Apabila DDPm > 1, maka daya dukung permukiman tinggi, serta
masih mampu menampung penduduk untuk bermukim.
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan maka didapat bahwa nilai
DDPm Kapanewon Seyegan secara keseluruhan adalah tinggi karena nilai DDPm
lebih dari 1. Tingkat tinggi rendahnya daya dukung permukiman yang masih dapat
terbangun dipengaruhi oleh besarnya nilai yang melebihi angka 1. Semakin tinggi nilai
DDPmnya maka semakin menjauh dari angka 1, artinya bahwa semakin tinggi tingkat
kapasitasdaya dukung permukimannya.
Tabel 4.26
Perhitungan Daya Dukung Permukiman
Keterangan Daya
Desa LWP (Ha) LPm (Ha) =LWP2 DDPm =
JP Dukung
x 60% (LPm/JP)/a
Permukiman
Margoluwih 10806 478.02 28681.002 331.772 DDPm>1 (dayadukung
permukiman tinggi)
Margodadi 9263 596.95 35817.263 483.338 DDPm>1 (dayadukung
permukiman tinggi)
Margomulyo 12979 494.49 64498.266 621.179 DDPm>1 (daya
dukung permukiman
tinggi)
Margoagung 10467 508.48 30508.665 364.343 DDPm<1 (dayadukung
permukiman
rendah)
Margokaton 7809 497.51 29850.887 477.828 DDPm>1 (dayadukung
permukiman tinggi)
Keterangan Daya
Desa LWP (Ha) LPm (Ha) =LWP2 DDPm =
JP Dukung
x 60% (LPm/JP)/a
Permukiman
DDPm>1 (dayadukung
Rata-rata 10264.8 515.09 37871.22 455.692 permukiman tinggi)

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

185
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Dari hasil perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa setiap desa di
Kapanewon Seyegan memiliki tingkat DDPm yang tinggi. Namun karena kelas
pengembangan lebih didominasi oleh kelas kawasan kendala, maka apabila akan
dijadikan lahan terbangun perlu memperhatikan aspek fisik lain seperti topografi, jenis
tanah, dan kondisi geologi.
4.3.2 Analisis Daya Tampung
Dalam melakukan analisis Daya Tampung maka dilakukan perhitungan
dengan membutuhkan data terbaru Jumlah Penduduk tahun (terakhir) eksisting dan
nilai DDPm yang didapatkan pada perhitungan sebelumnya. Hasil dari nilai daya
tampung tersebut kemudian diklasifikasikan kedalam 3 kelas dengan penentuan
Range.
Tabel 4.27
Perhitungan dan Penentuan Kelas Daya Tampung Lingkup Kapanewon Seyegan
DT (Jiwa) =
Desa JP DDPm 50 x Range Keterangan
(LWP(m2) x
5)/100
Margoluwih 10806 331.772 11950417.70 11950418 – Rendah
12941565
Margodadi 9263 483.338 14923859.65 14923860 - Tinggi
13932713
Margomulyo 12979 621.179 12362274.62 11950418 – Rendah
12941565
Margoagung 10467 364.343 12711943.95 11950418 – Rendah
12941565
Margokaton 7809 477.828 12437869.77 11950418 - Rendah
12941565
2278.460 64386365.70
Jumlah 51324
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023
Dari hasil perhitungan tabel diatas yang menggunakan pengkelasan setiap
desa cenderung didominasi oleh kelas rendah dengan kapasitas daya tampung
antara 11.950.418 – 12.941.565 jiwa, sedangkan untuk kelas tinggi hanya terdapat
pada Desa Margodadi dengankapasitas daya tampung 14.923.860 – 13.932.713 jiwa.

186
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Hasil total daya tampung murni hasil dari kalkulasi perkalian antara jumlah
penduduk dengan nilai DDPm, belum termasuk pertimbangan dari aspek-aspek lain.
Maka jumlah DT yang didapatkan tersebut menunjukan daya tampung maksimal
untuksuatu wilayah.
Dalam melakukan pengklasifikasian maka diperlukan perhitungan statistik
sederhana yaitu dengan menghitung selisih dari nilai terkecil dan nilai terbesar
kemudian dibagi 3 (Penetapan pada analisis ini terdiri atas 3 kelas). Nilai interval
yangsudah didapat dijadikan sebagai selisih antar satu kelas dengan kelas lainnya.
Berikutmerupakan hasil pengklasifikasiannya.

Range
• Terendah 11950418
• Tertinggi 14923860
• Selisih 2973442
• Interval : 2973442 / 3 = 991148

Tabel 4.28
Penentuan Kelas Daya Tampung Lingkup Kapanewon Seyegan
Range Keterangan
11950418 – 12941565 Rendah
12941566 - 14923859 Sedang
14923860 - 13932713 Tinggi
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

187
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

188
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

BAB V
ANALISIS KEPENDUDUKAN

Kependudukan dan Sosial Budaya harus dilakukan analisis agar perencanaan


dapat berjalan dengan baik. Kependudukan merupakan hal yang berkaitan dengan
jumlah pertumbuhan persebaran mobilitas penyebaran kualitas kondisi kesejahteraan
yang menyangkut politik ekonomi sosial budaya agama serta lingkungan (Undang-
Undang No. 23 Tahun 2006). Sosial budaya adalah segala hal yang diciptakan oleh
manusia dengan pemikiran dalam kehidupan bermasyarakat.
5.1 Laju Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk adalah persentase pertumbuhan penduduk
dalam jangka waktu tertentu. Tujuan dari diketahuinya data pertumbuhan penduduk
adalah mengetahui peningkatan atau penurunan persentase pertumbuhan penduduk.
Rumus :
𝑳𝒂𝒋𝒖 𝑷𝒆𝒓𝒕𝒖𝒎𝒃𝒖𝒉𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒏𝒅𝒖𝒅𝒖𝒌
𝐽. 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑇𝑒𝑟𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝐽. 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝐴𝑤𝑎𝑙
= × 100%
𝐽. 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝐴𝑤𝑎𝑙
Tabel 5.1
Laju Pertumbuhan Penduduk di Kapanewon Seyegan Tahun 2017- 2022
Laju Pertumbuhan Penduduk (%)
No Desa
2017-2018 2018-2019 2019-2020 2020-2021 2021-2022
1 Margoluwih 067 066 688 104 074
2 Margodadi 039 037 868 -052 108
3 Margomulyo 068 067 612 042 044
4 Margoagung 040 041 716 -037 088
5 Margokaton 011 013 1061 -062 006
Rata-rata 045 045 789 -001 064
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023
Laju Pertumbuhan penduduk di Kapanewon Seyegan dalam kurun waktu 3
tahun terakhir dari tahun 2017 – 2020 mengalami peningkatan yang mana faktor
utama seperti faktor ekonomi yang menjadi faktor peningkatan laju pertumbuhan serta
peluang ekonomi dan stabilitas ekonomi yang masih normal yang dapat mendorong
penduduk untuk lebih memilih memiliki banyak anak dan tetap tinggal disana.Tetapi
pada tahun 2020 – 2021 mengalami penurunan laju pertumbuhan dimungkinkan
karena akibat adanya pandemic Covid 19 yang menyebabkan penrunan tingkat
kelahiran serta adanya migrasi keluar atau adanya penduduk yang lebih banyak

189
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

memilih untuk pindah dari kapanewon tersebut untuk bekerja dan mencari peluang
ekonomi yang lebih baik untuk keberlangsung hidupnya.
5.2 Analisis Distribusi dan Kepadatan Penduduk
5.2.1 Distribusi Penduduk
Tabel 5.2
Distribusi Penduduk Kapanewon Seyegan Tahun 2017- 2022
Distribusi Kapanewon Seyegan 2017 - 2022
Desa 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Margoluwih 2090% 2094% 2098% 2083% 2103% 2105%
Margodadi 1794% 1791% 1790% 1808% 1797% 1805%
Margomulyo 2550% 2555% 2561% 2525% 2534% 2528%
Margoagung 2055% 2054% 2052% 2042% 2035% 2039%
Margokaton 1510% 1505% 1499% 1541% 1530% 1522%
Jumlah 10000% 10000% 10000% 10000% 10000% 10000%
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

Analisis distribusi penduduk berfungsi untuk mengetahui sebaran penduduk di


desa-desa yang ada di Kapanewon Seyegan sehingga dapat diidentifikasi
pemerataan penduduk di Kapanewon Seyegan.
• Distribusi penduduk tertinggi Kapanewon Seyegan terletak pada desa
Margomulyo pada tahun 2022 sebesar 2528%,dikarenakan di wilayah desa
margomulyo itu memiliki aksesibilitas dan infrastuktur transportasi yang baik
sehingga mempunyai konektivitas yang lancer dengan pusat pusat ekonomi
terdekat yang cenderung menarik penduduk untuk tinggal dan bekerja
disana.Selain itu,adanya jenis fasilitas dan layanan yang memadai seperti
fasilitas umum Kesehatan,Pendidikan yang berkualitas,fasilitas air yang

190
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

bersih,sistem drainase yang baik,jaringan jalan yang saling terhubung,serta


aksesibilitas internet yang cepat.
• Sedangkan desa yang memiliki distribusi penduduk terendah terletak pada desa
Margokaton pada tahun 2022 sebesar 1522%,dikarenakan aksesibilitas
infraktuktur jalannya yang tidak baik,kondisi peluang ekonomi nya yang terbatas
karena Sebagian besar di daerah tersebut berprofesi sebagai petani,dan
kurangnya fasilitas dan layanan yang memadai sehingga kebanyakan penduduk
di daerah tersebut lebih memilih pergi ke kota mencari lapangan pekerjaan
dibandingkan untuk tinggal di desanya sendiri,namun terdapat banyak juga para
lansia yang masih tetap tinggal disana dikarenakan factor usia yang sudah tidak
mampu lagi bekerja secara produktivitas.
5.2.2 Jumlah Penduduk Eksisting

Tabel 5.3
Jumlah Penduduk Eksisting Kapanewon Seyegan Tahun 2017- 2022
Jumlah Penduduk Total Kapanewon Seyegan
Desa Total
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Margoluwih 9803 9869 9934 10617 10727 10806 61756
Margodadi 8412 8445 8476 9212 9164 9263 52972
Margomulyo 11964 12045 12126 12868 12922 12979 74904
Margoagung 964 9679 9719 10415 10376 10467 60296
Margokaton 7083 7091 7100 7853 7804 7809 44740
Jumlah Total 46902 47129 47355 50965 50993 51324 294668

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023


Jumlah penduduk eksisting di Kapanewon Seyegan dari mulai tahun 2017-
2022 menunjukkan pertumbuhan populasi yang signifikan,hal ini disebabkan karena
adanya faktor faktor seperti tingkat kelahiran yang tinggi,migrasi penduduk dari
daerah lain atau mungkin adanya kebutuhan yang perlu dipenuhi seperti sedikitnya
jumlah fasilitas kesehatan atau Pendidikan,yang mana hal ini bisa di indikasikan
perlunya peningkatan investasi dalam infrastuktur dan pelayanan public di kapanewon
Seyegan.
5.2.3 Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk
(Jiwa) dengan luas wilayah yang dihuninya (Ha). Tujuan dari diketahuinya data
kepadatan penduduk adalah mengetahui persebaran penduduk disuatu wilayah.
Kepadatan penduduk terbagi menjadi 2 yaitu bruto dan netto,dapat dirumuskan
sebagai berikut :

191
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 (𝐽𝑖𝑤𝑎)


𝑲𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑩𝒓𝒖𝒕𝒐 =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑊𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝐻𝑎)

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 (𝐽𝑖𝑤𝑎)


𝑲𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑵𝒆𝒕𝒕𝒐 =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑊𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛 (𝐻𝑎)

a. Kepadatan Penduduk Bruto


Tabel 5.4
Kepadatan Penduduk Bruto Kapanewon Seyegan Tahun 2017- 2022
Kepadatan Penduduk Bruto Kapanewon Seyegan
Desa Luas Wilayah (ha) Klasifikasi
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Margodadi 500 20 20 20 21 21 22 S
Margoluwih 611 14 14 14 15 15 15 R
Margomulyo 519 23 23 23 25 25 25 T
Margoagung 518 19 19 19 20 20 20 S
Margokaton 515 14 14 14 15 15 15 R
Jumlah 2.663 90 90 90 96 96 97
Sumber: Analisis Kelompok 13, 2023

Interval
15 s.d 18 R
19 s.d 22 S
23 s.d 25 T

Analisis terhadap kepadatan penduduk ini berfungsi untuk mengidentifikasi desa-


desa yang memiliki kepadatan tinggi sedang dan rendah. Dari klasifikasi kepadatan
penduduk tersebut maka dapat diketahui perkembangan di desa-desa dalam
Kapanewon Seyegan.

• Menurut Peraturan Mentri Negara Perumahan Rakyat Nomor


11/PERMEN/M/2008 Kapanewon Seyegan termasuk kedalam zona pedesaan
karena memiliki kepadatan kurang dari 50 Jiwa/ha.
• Kepadatan penduduk bruto tertinggi se Kapanewon Seyegan terdapat pada desa
Margomulyo tahun 2020 - 2022 dengan kepadatan bruto 25 Jiwa/ha,yang dimana
wilayah tersebut memiliki wilayah topofgrafi yang lebih datar,Infrastuktur yang
lebih baik serta penggunaan lahan yang lebih padat sehingga ada kemungkinan
Ketika wilayah tersebut memiliki kepadatan brutonya tinggi dapat diperkirakan
akan mengalami peningkatan tingkat pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi.
• Desa yang memiliki kepadatan bruto terendah se Kapanewon Seyegan adalah
desa Margodadi dan Margokaton pada tahun 2017 - 2019 dengan kepadatan 14
Jiwa/ha,yang dimana wilayah tersebut memiliki topografi yang sulit

192
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

diakses,infrastuktur yang sulit berkembang,serta masih banyak penggunaan


lahan yang luas dan belum terbangun.

193
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

194
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

b. Kepadatan Penduduk Netto


Tabel 5.5
Kepadatan Penduduk Netto Kapanewon Seyegan Tahun 2017-2022
Kepadatan Penduduk Netto Kapanewon Seyegan
Desa Luas Wilayah (ha) Klasifikasi
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Margodadi 341 - - - - - 318 T
Margoluwih 339 - - - - - 272 S
Margomulyo 3448 - - - - - 376 R
Margoagung 340 - - - - - 308 T
Margokaton 325 - - - - - 240 S
Jumlah 2.663 0 0 0 0 0 118
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

Interval
10 s.d 15 R
15 s.d 28 S
29 s.d 40 T

• Menurut Peraturan Mentri Negara Perumahan Rakyat Nomor


11/PERMEN/M/2008 Kapanewon Seyegan termasuk kedalam zona pinggiran
kota karena memiliki kepadatan lebih dari 50 Jiwa/ha.
• Kepadatan penduduk neto tertinggi se Kapanewon Seyegan terdapat pada desa
Margomulyo tahun dengan kepadatan Neto sebesar 376 Jiwa/ha,dikarenakan di
wilayah tersebut memiliki aksesibilitas yang cukup baik dan lokasi yang sangat
strategis yang dekat dengan pusat pusat ekonomi,pusat transportasi dan wilayah
dengan infrastuktur yang berkembang dan memungkinkan menarik bagi
penduduk untuk tetap tinggal disana.selain itu keberadaan industri bambu yang
kualitasnya baik dibanding dengan produksi dari tempat lain maka secara
otomatis konsumen akan lebih memilih dan mencari produk yaang berkualitas
dan mampu bersaing dengan produk luar daerah.
• Desa yang memiliki kepadatan netto terendah se Kapanewon Seyegan adalah
desa Margokaton dengan jumlah kepadatan 240Jiwa/ha,dikarenakan wilayah
yang memiliki keterbatasan dalam peluang ekonomi,lapangan pekerjaan yang
terbatasdan rendahnya tingkat pendapatan sehingga kebanyakan penduduk
kurang menarik untuk tinggal disana.

195
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

196
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

5.3 Analisis Proyeksi Penduduk

Proyeksi penduduk adalah prediksi yang didasarkan pada asumsi rational


tertentu yang dibangun untuk kecenderungan masa yang akan datang dengan
menggunakan peralatan statistik atau perhitungan matematik (Junaidi 2010).
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk memproyeksikan
jumlah penduduk antara lain :
1. Model Ektrapolasi Trend
2. Model Ratio
3. Model Komponen
Tabel 5.6
Proyeksi Jumlah Penduduk Kapanewon Seyegan Tahun 2017-2022
Tahun
Desa Total
2023 2028 2033 2038 2043
Margoluwih 11102 12284 13466 14647 15829 67328
Margodadi 9524 10545 11566 12588 13609 57832
Margomulyo 13308 14515 15722 16929 18136 78610
Margoagung 10723 11711 12700 13689 14678 63501
Margokaton 8087 9019 9951 10882 11814 49753
Total 52744 58074 63405 68735 74066 317024
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023
Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk Kapanewon Seyegan diatas
perkembangan jumlah penduduk di setiap Desa di Kapanewon Seyegan dari tahun
ke tahun mengalami peningkatan. Hal tersebut disebabkan oleh pertumbuhan
penduduk desa yang mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Metode yang digunakan dalam analisis proyeksi penduduk di Kapanewon


Seyegan adalah exponential smoothing metode linier dua parameter “holt”.

197
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Hal tersebut disebabkan karena setelah dibandingkan dengan


menggunakan metode exponential smoothing metode linier dua parameter “holt”
memiliki nilai error yang lebih kecil dari pada metode lain. Selain itu Metode
Double Exponential Smoothing Holt tepat digunakan karena data jumlah penduduk
di Kapanewon Seyegan memiliki pola trend lebih tepatnya adalah trend naik.

5.4 Analisis Penduduk Menurut Jenis Kelamin


Jumlah penduduk menurut jenis kelamin adalah penduduk yang dibagi
menjadi cohort atau kelompok jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Rasio
jenis kelamin adalah angka yang didapat dari perbandingan jumlah penduduk laki-
laki dengan jumlah penduduk perempuan pada suatu wilayah dalam kurun waktu
tertentu.
Rumus :
Kepadatan Bruto = Jumlah Penduduk (Jiwa)
Tabel 5.7
Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kapanewon Seyegan Tahun 2017-2022
No Tahun L P Sex Ratio
1 2017 24750 25095 100 : 101
2 2018 24960 25554 100 : 102
3 2019 25223 25742 100 : 102
4 2020 25295 25698 100 : 102
5 2021 25425 25899 100 : 102
Jumlah 125653 127988 509
Rata-rata 25131 25598 100 : 102
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

Berdasarkan rata-rata sex ratio Kapanewon Seyegan sebesar 100 : 102


yang artinya dalam setiap 100 penduduk Laki Laki terdapat 102 perempuan
dimana lebih besar angka harapan hidup penduduk perempuan dari pada
penduduk laki laki karena berdasarkan angka kematian dan kelahiran penduduk
laki laki lebih besar dari pada perempuan dengan angka kematian lebih besar dari
pada angka kelahiran.

198
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

5.5 Analisis Penduduk Menurut Umur/Usia


Analisis penduduk menurut umur/usia ini dapat dilakukan dengan teknik
dependency ratio (angka ketergantungan) yang membandingkan jumlah
penduduk yang tidak produktif (< 15 tahun dan > 64 tahun) dengan usia produktif
yaitu pada usia 15-64 tahun. Diperlukan diagram piramida untuk
mengintepretasikan komposisi umur dan jenis kelamin dalam suatu kelompok.
Tabel 5.8
Penduduk Menurut Umur/Usia Kapanewon Seyegan Tahun 2017-2022
Pengelompokan Umur di Kapanewon Seyegan
Tahun 0-14 15-64 64+
2017 10595 31780 4517
2018 10685 31858 4586
2019 10728 31960 4667
2020 11205 34729 5031
2021 11174 34800 5019
Total 54387 165127 23820
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

Kesimpulan:
Mengapa angka kematian laki-laki lebih tinggi dari kematian perempuan?
dan pengaruh apa terhadap pembangunan di Kapanewon Seyegan? Terkait
dengan pria yang memiliki risiko kematian lebih tinggi dibandingkan dengan wanita
karena dua alasan utama yaitu tingkat merokok dan penyakit jantung yang tinggi
hal ini dapat dilihat dari tenaga kerja didominasi oleh perempuan.
Berdasarkan analisis penduduk menurut angka ketergantungan kapanewon

Usia Produktif : Usia Non Produktif


35.490 jiwa : 15.834 jiwa
446 : 1

199
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Seyegan tahun 2021.

Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa angka ketergantungan


yang ada di Kapanewon Seyegan setiap 100 orang yang produktif harus
menanggung 45 penduduk yang tidak produktif.

5.6 Analisis Penduduk Menurut Kelahiran dan Kematian di Kapanewon


Seyegan
Tabel 5.9
Data Kelahiran dan Kematian Tahun 2017
Jumlah Penduduk Menurut Kelahiran Dan kematian Di Kapanewon Seyegan Tahun 2017
Kelahiran Dan Kematian (Jiwa) Laju (%)
No Desa Jumlah Penduduk (Jiwa)
Lahir Mati 2017 Pertumbuhan Alami Lahir Mati
1 Margoluwih 9803 70 29 41 0.71 0.30
2 Margodadi 8412 124 74 50 1.47 0.88
3 Margomulyo 11964 178 100 78 1.49 0.84
4 Margoagung 9640 122 70 52 1.27 0.73
5 Margokaton 7083 78 50 28 1.10 0.71
Jumlah/Rata Rata 46902 572 323 249 1.21 0.69
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

Tabel 5.10
Data Kelahiran dan Kematian Tahun 2018
Jumlah Penduduk Menurut Kelahiran Dan kematian Di Kapanewon Seyegan Tahun 2018
Kelahiran Dan Kematian (Jiwa) Laju (%)
No Desa Jumlah Penduduk (Jiwa)
Lahir Mati 2018 Pertumbuhan Alami Lahir Mati
1 Margoluwih 9869 140 35 105 1.42 0.35
2 Margodadi 8445 105 34 71 1.24 0.40
3 Margomulyo 12045 177 39 138 1.47 0.32
4 Margoagung 9679 135 40 95 1.39 0.41
5 Margokaton 7091 97 39 58 1.37 0.55
Jumlah/Rata Rata 47129 654 187 362 1.38 0.41
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

200
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 5.11
Data Kelahiran dan Kematian Tahun 2019
Jumlah Penduduk Menurut Kelahiran Dan kematian Di Kapanewon Seyegan Tahun 2019
Kelahiran Dan Kematian (Jiwa) Laju (%)
No Desa Jumlah Penduduk (Jiwa)
Lahir Mati 2019 Pertumbuhan Alami Lahir Mati
1 Margoluwih 9934 147 57 90 1.48 0.57
2 Margodadi 8476 90 28 62 01.06 0.33
3 Margomulyo 12126 141 78 63 1.16 0.64
4 Margoagung 9719 471 55 416 4.85 0.57
5 Margokaton 7100 93 59 34 1.31 0.83
Jumlah/Rata Rata 47355 942 277 665 1.97 0.59
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

Tabel 5.12
Data Kelahiran dan Kematian Tahun 2020
Jumlah Penduduk Menurut Kelahiran Dan kematian Di Kapanewon Seyegan Tahun 2020
Kelahiran Dan Kematian (Jiwa) Laju (%)
No Desa Jumlah Penduduk (Jiwa)
Lahir Mati 2020 Pertumbuhan Alami Lahir Mati
1 Margoluwih 10617 117 79 38 1.1 0.74
2 Margodadi 9212 100 62 38 1.1 0.67
3 Margomulyo 12868 171 124 47 1.3 0.96
4 Margoagung 10415 115 74 41 1.1 0.71
5 Margokaton 7853 96 68 28 1.2 0.87
Jumlah/Rata Rata 50965 599 407 192 1.17 0.79
Sumber: Analisis Kelompok 13, 2023

201
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 5.13
Data Kelahiran dan Kematian Tahun 2021
Jumlah Penduduk Menurut Kelahiran Dan kematian Di Kapanewon Seyegan Tahun 2021
Kelahiran Dan Kematian (Jiwa) Laju (%)
No Desa Jumlah Penduduk (Jiwa)
Lahir Mati 2021 Pertumbuhan Alami Lahir Mati
1 Margoluwih 10727 98 66 32 0.91 0.62
2 Margodadi 9164 83 53 30 0.91 0.58
3 Margomulyo 12922 118 101 17 0.91 0.78
4 Margoagung 10376 86 67 19 0.83 0.65
5 Margokaton 7804 64 78 -14 0.82 1.00
Jumlah/Rata Rata 50993 449 365 84 0.88 0.72
Sumber: Analisis Kelompok 13, 2023

Tabel 5.14
Data Kelahiran dan Kematian Tahun 2022
Jumlah Penduduk Menurut Kelahiran Dan kematian Di Kapanewon Seyegan Tahun 2022
Kelahiran Dan Kematian (Jiwa) Laju (%)
No Desa Jumlah Penduduk (Jiwa)
Lahir Mati 2022 Pertumbuhan Alami Lahir Mati
1 Margoluwih 10806 58 120 -62 0.54 1.11
2 Margodadi 9263 59 81 -22 0.64 0.87
3 Margomulyo 12979 83 152 -69 0.64 1.17
4 Margoagung 10467 51 100 -49 0.49 0.96
5 Margokaton 7809 45 109 -64 0.58 1.40
Jumlah/Rata Rata 51324 296 562 -266 0.58 1.10
Sumber: Analisis Kelompok 13, 2023

Tabel 5.15
Data Pertumbuhan Alami Penduduk per Tahun Kapanewon Seyegan
Pertumbuhan Alami Penduduk Tahun 2017-
No Desa
2022
1 2017 249
2 2018 362
3 2019 665
4 2020 192
5 2021 84
6 2022 -266
Sumber: Analisis Kelompok 13, 2023

202
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Laju Pertumbuhan Alami penduduk pada tahun 2017 sampai tahun 2019
mengalami kenaikan yang siginifikan tetapi pada tahun 2020 sampai tahun 2022
mengalami penurunan yang sangat drastis diakibatkan adanya wabah covid 19.
Tabel 5.16
Data Laju Kelahiran dan Kematian dari Tahun 2017-2022
Laju (%)
Tahun
Lahir Mati
2017 1,21 0,69
2018 1,38 0,41
2019 1,97 0,59
2020 1,17 0,79
2021 0,88 0,72
2022 0,58 1,1
Sumber: Analisis Kelompok 13, 2023

Faktor-faktor penyebab penurunan pertumbuhan alami penduduk pada tahun


2020-2022 antara lain:
a. Pandemi COVID-19: Pandemi COVID-19 telah mempengaruhi kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat secara global.

203
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

b. Pembatasan sosial dan lockdown: Tindakan lockdown dan pembatasan


sosial dapat menyebabkan penurunan angka kelahiran karena pasangan tidak
dapat bertemu atau memiliki akses ke layanan kesehatan reproduksi.
c. Penundaan pernikahan: Pandemi COVID-19 juga telah mempengaruhi
keputusan pasangan untuk menunda pernikahan dan pembentukan keluarga
yang dapat mengurangi angka kelahiran.
d. Urbanisasi: Urbanisasi yang terus meningkat dapat menyebabkan
penurunan pertumbuhan alami penduduk karena pasangan menunda
pernikahan atau memutuskan untuk memiliki keluarga yang lebih kecil.
e. Pendidikan dan kesadaran kesehatan: Pendidikan dan kesadaran
kesehatan yang lebih baik dapat mengurangi angka kelahiran karena
pasangan memilih untuk memiliki keluarga yang lebih kecil atau menunda
kehamilan sampai mereka siap secara finansial dan psikologis.
f. Aksesibilitas layanan kesehatan: Kurangnya aksesibilitas dan kualitas
layanan kesehatan reproduksi dapat menyebabkan penurunan angka
kelahiran karena pasangan tidak dapat memperoleh layanan yang mereka
butuhkan untuk mengontrol kehamilan.
g. Perubahan gaya hidup: Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi dapat
mempengaruhi tingkat kesuburan dan menyebabkan penurunan angka
kelahiran.

5.7 Analisis Penduduk Kapanewon Seyegan Menurut Migrasi In & Out


Tabel 5.17
Analisis Migrasi In & Out Kapanewon Seyegan

Jumlah (Jiwa) Pertumbuhan Penduduk Laju (%)


NO Desa Jumlah Penduduk (Jiwa)
In Out Non Alamiah In Out
1 Margoluwih 10806 58 120 6 054 111
2 Margodadi 9263 59 81 2 064 087
3 Margomulyo 12979 83 152 5 064 117
4 Margoagung 10467 51 100 5 049 095
5 Margokaton 7809 45 109 8 058 141
Jumlah/Rata-Rata 51324 296 562 26 0.58 0.94
Sumber: Analisis Kelompok 13, 2023

Berdasarkan tabel analisis perhitungan penduduk kapanewon Seyegan


tahun 2022 menurut Migrasi in & out menunjukkan adanya pertumbuhan penduduk
non alamiah dimana pertumbuhan non alamiah tertinggi nya berada di desa
Margakaton dan untuk terendahnya berada di desa Margodadi. Oleh sebab itu
mempengaruhi juga terhadap laju pertumbuhan masyarakat yang melakukan

204
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

migrasi in sebesar 0.58% dan migrasi out sebesar 0.94%. Dengan demikian pada
kapanewon Seyegan tahun 2022 didominasi oleh masyarakat yang melakukan
migrasi out yang dikarenakan oleh berbagai macam faktor seperti faktor ekonomi
dan pendidikan.

5.8 Sosial Budaya Masyarakat


5.8.1 Adat Istiadat dan Kebiasaan
Pada Kapanewon Seyegan masih terdapat beberapa adat istiadat yang
masih berlaku hingga saat ini. Sebagai contoh nya adalah Tuk Si Bedug pada desa
Margodadi dan Merti dusun/Merti Desa Mbah Bregas pada desa Margoagung.
a. Tuk Si beduk
Tuk Si Bedug merupakan tradisi turun temurun masyarakat di kapanewon
Seyegan, kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tradisi ini
dilaksanakan sebagai wujud syukur masyarakat Seyegan kepada Tuhan atas
rejeki yang telah mereka terima. Bagi warga Seyegan, tradisi Tuk Si Bedug
memiliki arti penting. Begitu kuatnya kepercayaan mereka terhadap makna tradisi
ini, karena itulah setiap tahun Tuk Si Bedug selalu dilaksanakan. Biasanya, tradisi
ini dilaksanakan selama beberapa hari pada pertengahan tahun, pada hari Jum’at
Pahing di bulan Jumadil Akhir dalam kalender Jawa.
Tuk merupakan sebutan bagi sumber air yang oleh masyarakat Seyegan
diyakini tidak pernah mengalami kekeringan meskipun musim kemarau
tiba. Mereka percaya, Tuk itulah yang juga telah memberikan berkah kehidupan
bagi seluruh warga Sleman. Karena, dari Tuk itulah, mereka dapat mengairi sawah
dan ladang tempat mereka bercocok tanam.

205
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Konon, sebutan Tuk Si Bedug berawal dari kisah perjalanan Sunan


Kalijaga, seorang tokoh agama Islam. Sunan Kalijaga merupakan satu diantara
Sembilan Sunan lain yang diberi amanah oleh Tuhan untuk menyebarkan agama
Islam di Tanah Jawa. Dalam perjalanan menyebarkan ajaran Islam, Sunan
Kalijaga berhenti di sebuah pohon berukuran besar di desa Seyegan. Konon, saat
itu merupakan hari Jum’at Pahing dalam kalender Jawa. Sesuai dengan ajaran
Islam, setiap hari Jum’at tiba, umat muslim lelaki khususnya termasuk Sunan
Kalijaga diwajibkan untuk melaksanakan ibadah sholat Jum’at.

Namun, ketika Sunan ingin mengambil air wudhu untuk membersihkan diri,
Sunan tidak menemukan air setitik-pun. Dengan memohon pertolongan kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa, Sunan Kalijaga kemudian menancapkan tongkatnya ke
tanah dan tak lama kemudian, sumber mata air langsung keluar dari tanah yang
semula tandus. Sumber mata air itulah yang kemudian dikenal dengan nama Tuk
Si Bedug dan sebagai wujud penghormatan masyarakat Seyegan terhadap Sunan
Kalijaga, tradisi Tuk Si Bedug dilaksanakan.

b. Merti Desa Mbah Bregas


Upacara adat Merti Desa Mbah Bergas ini juga sebagai ungkapan terima
kasih kepada para leluhur yang telah berjasa dan khususnya kepada Eyang
Bergas yang dirasakan sangat berjasa kepada masyarakat dalam menuntun untuk
bisa hidup sehat, aman dan sejahtera. Eyang Bergas diyakini dari cerita orang -
orang tua terdahulu adalah seorang prajurit Majapahit yang melanglang perjalanan
sampai di Dusun Ngino dan banyak sekali membantu masyarakat pada waktu
banyak yang sakit dan terlantar hidupnya, ditolong disembuhkan, dibimbing agar
hidup tentram dan dalam bertani bisa panen banyak. Ditempat tinggal Eyang
Bergas ini sekarang masih dirawat cukup baik ada beberapa petilasan yaitu
Sendang Planangan sebagai tempat bersuci rutin Eyang Bergas, Si Kramat
sebagai tempat ketemu rutin Eyang Bergas dengan Sunan Kalijogo, Pohon
Beringin dulu sebagai tempat bersemedi Eyang Bergas dan sampai sekarang
masih diyakini dijadikan upacara ritual pasangan temanten dengan jalan
mengelilingi pohon beringin dengan amalan-amalan agar diberikan kelanggengan
dalam berumah tangga. Juga ada petilasan Balai Ringin yang dahulu sebagai
tempat tinggal Eyang Bergas dan sekarang dijadikan tempat rutin pagelaran
Wayang Kulit sebagai puncak acara Merti Desa.

5.8.2 Kearifan Lokal

206
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan budaya dan adat istiadat yang
berada di Kapanewon Seyegan sangat beragam. Ada budaya yang sama di setiap
kalurahan dan ada juga yang berbeda. Budaya-budaya tersebut masih dilestarikan
dan masih dilakukan sampai saat ini. Diantaranya yaitu ada Tuk Si Bedug dan
Mertidusun. Tuk si beduk dan mertidusun merupakan kebudayaan yang
dikeramatkan oleh masyarakan di Kapanewon Seyegan hal tersebut menjadi
acara khas di Kapanewon Seyegan yang mana di acara tersebut menampilkan
kebudayaan kebudayaan desa lainnya seperti wayang kulit angklung dan lain-
lain.Selain iitu juga ada beberapa Potensi kesenian yang ada di Kapanewon
Seyegan diantaranya sebagai berikut :
• Jatilan Terdapat di Desa Margomulyo, Desa Margodadi, Desa Margoluwih,
dan Desa Margoagung. Organisasi tertua Turangga Budaya, terdapat di
Tegal Gentan Desa Margoagung, berdiri pada tahun 1950.
• Karawitan Terdapat di Desa Margodadi, Desa Margoluwih, Desa
Margoagung, dan Desa Margokaton. Organisasi tertua Adhem Ayem,
terdapat di Krapyak Desa Margoagung, berdiri pada tahun 1980.
• Ketoprak Terdapat di Desa Margomulyo, Desa Margodadi, dan Desa
Margoagung. Organisasi tertua Mudha Wirama, terdapat di Kesuran Desa
Margodadi, berdiri pada tahun 1949.
• Emprak Terdapat di Ngentak Desa Margoluwih, organisasinya Mardi Laras,
berdiri pada tahun 1970. - Slawatan Terdapat di Desa Margomulyo, Desa
Margoluwih, Desa Margoagung, dan Desa Margokaton. Organisasi tertua
Maulud, terdapat di Klinyo Desa Margoluwih, berdiri pada tahun 1938.
• Campursari Terdapat di Desa Margomulyo dan Desa Margoluwih.
Organisasi tertua Tunas Harapan, terdapat di Gerjen Desa Margomulyo,
berdiri pada tahun 1987.
5.8.3 Keagamaan
Mayarakat di Kapanewon Seyegan mayoritas beragama islam sehingga
sering ada kegiatan kegiatan keagaamaan seperti selawatan syukuran selametan
dan lain sebagainya. Selain itu pada Jumat Pahing para penduduk Kacamatan
Seyegan juga membersihkan Tuk Si Bedug untuk menghormati Sunan Kalijaga
yang sudah menyebarkan agama Islam.

5.8.4 Sistem Kekerabatan


Secara umum masyarakat Seyegan masih menjunjung tinggi nilai-nilai
kebudayaan dan tradisi serta menerapkan sistem kekerabatan yang telah

207
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

diwariskan dari generasi ke generasi.Sistem kekerabatan yang dianut oleh


masyarakat Seyegan umumnya adalah sistem kekerabatan matrilineal di mana
keturunan dihitung dari garis keturunan ibu. Oleh karena itu dalam masyarakat
Seyegan garis keturunan dan warisan umumnya diturunkan dari pihak ibu. Selain
itu dalam sistem kekerabatan matrilineal perempuan memiliki posisi yang lebih
tinggi dan dihormati dalam keluarga.

5.8.5 Kebudayaan
Dalam budaya masyarakat Seyegan selain mertidusun dan tuk si beduk
juga terdapat beberapa tradisi yang masih dijalankan hingga saat ini seperti tradisi
Grebeg Sekaten yang diadakan setiap tahun pada bulan Muharram dalam
kalender Islam. Tradisi ini biasanya diawali dengan kirab gunungan yang dipenuhi
oleh berbagai jenis makanan dan buah-buahan serta diikuti oleh prosesi peniupan
seruling dan tari-tarian.Selain itu masyarakat Seyegan juga memiliki tradisi
Nyadran yang biasanya diadakan pada bulan Syawal dalam kalender Islam.
Tradisi ini dilakukan dengan cara membersihkan makam dan memasang sesaji
sebagai tanda penghormatan terhadap leluhur dan orang-orang yang telah
meninggal.

5.8.6 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan


Partisipasi masyarakat dalam pembangunan di kapanewon Seyegan
Sleman sangat penting dalam mempercepat dan memperlancar pelaksanaan
pembangunan. Ada 4 bentuk partisipasi masyarakat yang dilakukan di Kapanewon
Seyegan di antaranya:
a. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan: Masyarakat dapat turut serta
dalam proses perencanaan pembangunan dengan memberikan masukan dan
saran yang konstruktif melalui musyawarah desa maupun forum-forum yang
diselenggarakan oleh pemerintah.
b. Partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan: Masyarakat dapat turut serta
dalam pelaksanaan pembangunan dengan berpartisipasi aktif dalam
pembangunan infrastruktur seperti pembangunan jalan jembatan irigasi dan
gedung sekolah.
c. Partisipasi dalam pemeliharaan pembangunan: Masyarakat dapat turut serta
dalam pemeliharaan pembangunan dengan merawat dan menjaga
infrastruktur yang telah dibangun agar tetap berfungsi dengan baik.
d. Partisipasi dalam pengawasan pembangunan: Masyarakat dapat turut serta
dalam pengawasan pembangunan dengan memantau pelaksanaan

208
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

pembangunan dan memberikan masukan atau laporan jika terjadi kekurangan


atau kelemahan dalam pelaksanaan. Selain itu pemerintah daerah dan
lembaga masyarakat juga dapat melakukan sosialisasi dan penyuluhan
tentang pembangunan kepada masyarakat agar masyarakat lebih memahami
tujuan dan manfaat dari pembangunan. Hal ini akan mendorong partisipasi
masyarakat yang lebih aktif dan terarah dalam pembangunan di kapanewon
Seyegan Sleman.

5.9 Analisis Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Analisis kualitas sumber daya manusia di Kapanewon Seyegan ini


didasarkan pada Jumlah penduduk usia yang produktif dalam rentang usia
produktif (15-64 tahun).Rentang usia ini dianggap sebagai usia kerja yang aktif, di
mana individu cenderung memiliki energi dan kemampuan produktif yang tinggi.
Dengan jumlah penduduk yang besar di kelompok usia ini, kapanewon Seyegan
memiliki potensi besar dalam hal tenaga kerja yang dapat diarahkan ke berbagai
sektor ekonomi.
Maka dari itu perlu ditingkatkan dari bidang pendidikannya,karena apabila
Kapanewon Seyegan memiliki tingkat literasi yang tinggi dan akses terhadap
pendidikan yang memadai, maka akan ada potensi sumber daya manusia yang
berkualitas dan setiap individu memiliki pendidikan yang baik dan memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
Mereka dapat berkontribusi dalam sektor-sektor yang membutuhkan keterampilan
khusus, seperti industri, jasa, dan teknologi.Dalam jangka panjang, peningkatan
produktivitas dalam bidang Pendidikan ini dapat meningkatkan daya saing
ekonomi kapanewon dan memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan.
Adapun dari segi perbadingan rasio kependudukan yang paling banyak
yaitu perempuan yang mana angka partisipasi perempuan di Kapanewon Seyegan
dapat memberikan manfaat besar bagi pembangunan sosial dan ekonomi.
Alasan mengapa peningkatan partisipasi perempuan sangat penting,yaitu
untuk peningkatan Tenaga kerja perempuan dalam kegiatan ekonomi, Kapanewon
Seyegan dapat memanfaatkan sumber daya manusia termasuk perempuan dalam
peningkatan peluang kesempatan kerja yang belum tergarap secara optimal.
Dengan melibatkan perempuan dalam tenaga kerja, potensi tenaga kerja lokal
dapat ditingkatkan, yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi

209
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

kapanewon.Selain itu,partisipasi perempuan dalam kegiatan ekonomi dapat


membantu meningkatkan pendapatan keluarga secara keseluruhan. Dengan
memperluas peluang kerja bagi perempuan, mereka dapat menjadi penyumbang
pendapatan tambahan bagi keluarga mereka. Hal ini dapat mengurangi tingkat
kemiskinan, meningkatkan akses terhadap layanan dasar, dan memberikan
stabilitas ekonomi bagi keluarga.
Selain itu dari aspek kesehatan dimana Tingkat kelahiran yang lebih tinggi
daripada tingkat kematian menunjukkan bahwa penduduk di Kapanewon Seyegan
membutuhkan akses yang memadai terhadap pelayanan kesehatan dan
perawatan. Dalam situasi seperti ini, pemerintah daerah dan lembaga terkait dapat
berfokus pada perluasan infrastruktur kesehatan, penambahan dan pelatihan
tenaga medis, dan program-program kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Maka dari itu dengan analisis kebutuhan dan alokasi sumber daya manusia
yang tepat dalam sektor kesehatan,pengadaan dan penempatan tenaga medis
yang cukup dan terlatih di wilayah Kapanewon Seyegan akan memastikan
ketersediaan pelayanan kesehatan yang memadai untuk penduduk
setempat.Dengan meakukan pendekatan kolaboratif antara pemerintah daerah,
lembaga terkait, dan masyarakat juga penting dalam mengimplementasikan dari
hal hal yang diperlukan untukk peningkatan kualitas sumber daya manusia,
termasuk melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan
terkait pelayanan kesehatan dan perawatan.

210
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

BAB VI
ANALISIS EKONOMI

6.1 Analisa Pola dan Struktur Ruang Pertumbuhan Ekonomi


Analisis pola dan struktur ekonomi dalam laporan ini digunakan untuk
melihat bagaimana pola dan struktur pertumbuhan ekonomi di Kapanewon
Seyegan sehingga dapat mempermudah dalam perencanaan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di Kapanewon Seyegan.
6.1.1 Analisis Struktur Perekonomian Wilayah
Struktur biasa digunakan untuk menunjukkan susunan atau komposisi dari
sesuatu, sehingga dapat di pahami bahwa struktur ekonomi dipergunakan untuk
menunjukkan komposisi atau susunan sektor-sektor ekonomi dalam suatu
perekonomian daerah. Sektor yang dominan atau yang diandalkan dalam suatu
perekonomian akan berada pada kedudukan paling atas dalam struktur tersebut
dan menjadi ciri khas dari suatu perekonomian daerah.
Tabel 6.1
Analisis Kontribusi Sektor Kabupaten Sleman Tahun 2018-2022
Kontribusi Kontribusi Kontribusi Kontribusi Kontribusi
Sektor Sektor Sektor Sektor Sektor Sektor Sektor
2018 2019 2020 2021 2022
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan/Agriculture, Forestry
and Fishing Primer 6.63 6.35 6.90 6.60 6.63
Pertambangan dan
Penggalian/Mining and Quarrying
Industri
Pengolahan/Manufacturing
Pengadaan Listrik dan
Gas/Electricity and Gas
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sekunder 24.74 25.34 23.79 23.80 23.44
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang/Water supply, Sewerage,
Waste Management and
Remediation Activities
Konstruksi/Construction
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor/Wholesale and Retail Trade;
Repair of Motor Vehicles and
Motorcycles
Transportasi dan
Pergudangan/Transportation and
Storage Tersier 68.63 68.31 69.31 69.60 69.93
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum/Accommodation
and Food Service Activities
Informasi dan
Komunikasi/Information and
Communication
Jasa Keuangan dan

211
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Kontribusi Kontribusi Kontribusi Kontribusi Kontribusi


Sektor Sektor Sektor Sektor Sektor Sektor Sektor
2018 2019 2020 2021 2022
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan/Agriculture, Forestry
and Fishing Primer 6.63 6.35 6.90 6.60 6.63
Pertambangan dan
Penggalian/Mining and Quarrying
Asuransi/Financial and Insurance
Activities
Real Estat/Real Estate Activities
Jasa Perusahaan/Business
Activities
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib/Public Administration and
Defence; Compulsory Social
Security
Jasa Pendidikan/Education
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial/Human Health and Social
Work Activities
Jasa lainnya/Other Services
Activities
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023
Struktur ekonomi tertinggi di Kabupaten Sleman pada tahun 2018-2022
terdapat pada sektor tersier, dimana persentase setiap tahun pada sektor tersebut
memiliki nilai terbesar dibandingkan dengan sektor lain, dan pemasok tertinggi di
sektor tersier ini berada pada sub sektor Informasi dan Komunikasi/Information
and Communication.
Tabel 6.2
Analisis Kontribusi Sektor Kapanewon Seyegan Tahun 2011-2015

Kontribusi Sektor
Sektor Kategori
2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian
Primer 25.61 25.66 24.03 22.91 1.91
Pertambangan dan penggalian
Industri Pengolahan
Listrik dan Air Bersih Sekunder 36.02 35.31 36.36 36.23 51.76
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi Tersier 38.37 39.03 39.61 40.86 46.34
Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023
Struktur ekonomi tertinggi di Kapanewon Seyegan pada tahun 2011-2015
terdapat pada sektor tersier, dimana persentase setiap tahun pada sektor tersebut
memiliki nilai terbesar dibandingkan dengan sektor lain, dan pemasok tertinggi di
sektor tersier ini berada pada sub sektor perdagangan.

212
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

6.1.2 Analisis Laju Pertumbuhan Ekonomi


Laju pertumbuhan ekonomi adalah ukuran pertumbuhan ekonomi dari satu
periode ke periode lain menggunakan persentase. Berikut adalah hasil analisis laju
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman.
Tabel 6.3
Analisis LPE Kabupaten Sleman Tahun 2019-2022
Laju Pertumbuhan Ekonomi
Sektor 2018- 2019- 2020- 2021- Rata-
2019 2020 2021 2022 rata
Pertanian, Kehutanan, dan
1.67 5.18 1.31 5.86 3.50
Perikanan/Agriculture, Forestry and Fishing
Pertambangan dan Penggalian/Mining and
5.78 -8.77 -5.32 1.65 -1.67
Quarrying
Industri Pengolahan/Manufacturing 5.96 -3.78 1.02 1.56 1.19
Pengadaan Listrik dan Gas/Electricity and Gas 5.83 -1.26 2.26 6.81 3.41

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah


dan Daur Ulang/Water supply, Sewerage, 8.34 0.51 6.52 3.23 4.65
Waste Management and Remediation Activities
Konstruksi/Construction 12.42 -16.22 11.11 5.56 3.21
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor/Wholesale and Retail
5.27 -5.12 1.14 5.24 1.64
Trade; Repair of Motor Vehicles and
Motorcycles
Transportasi dan Pergudangan/Transportation
-1.62 -36.40 -7.50 13.30 -8.05
and Storage
Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum/Accommodation and Food Service 9.12 -18.08 8.06 12.01 2.78
Activities
Informasi dan Komunikasi/Information and
7.89 19.99 16.92 3.85 12.16
Communication
Jasa Keuangan dan Asuransi/Financial and
8.72 -0.05 1.88 5.81 4.09
Insurance Activities
Real Estat/Real Estate Activities 5.96 1.36 0.90 2.77 2.75
Jasa Perusahaan/Business Activities 7.03 -14.12 7.88 7.27 2.02
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib/Public Administration and 3.30 -2.02 -0.38 2.58 0.87
Defence; Compulsory Social Security
Jasa Pendidikan/Education 6.82 5.52 5.36 1.42 4.78
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial/Human
6.93 20.02 4.21 3.39 8.64
Health and Social Work Activities
Jasa lainnya/Other Services Activities 5.83 -14.74 20.67 21.84 8.40
Produk Domestik Regional Bruto/Gross
6.48 -4.05 5.61 5.15 3.30
Regional Domestic Product
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023
Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kabupaten Sleman pada setiap tahun
mengalami ketidakstabilan, pada tahun 2020 mencapai -4,05%, menurun dari
capaian 2019 sebesar 6,48%. Begitu juga pada tahun tahun berikutnya mengalami

213
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

fluktuasi atau naik turun pada setiap tahunnya dari 2018 sampai dengan 2022.
Tabel 6.4
Analisis LPE Kapanewon Seyegan Tahun 2011-2015
Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)
Sektor
2011- 2012- 2013- 2014- Rata-
2012 2013 2014 2015 rata

Pertanian 5.77 -1.32 -0.67 -61.71 -14.48

Pertambangan dan penggalian 0.53 2.36 1.76 -78.98 -18.58

Industri Pengolahan 0.86 7.72 1.85 426.83 109.31

Listrik dan Air Bersih 7.48 25.92 3.34 -31.73 1.25

Bangunan 6.20 9.25 6.69 698.86 180.25


Perdagangan, Hotel dan
Restoran 7.03 7.27 6.41 359.51 95.06

Pengangkutan dan Komunikasi 2.69 4.48 6.50 1792.22 451.47


Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan 8.49 4.60 9.94 89.29 28.08

Jasa-Jasa 6.56 11.48 7.05 605.31 157.60


Produk Domestik Regional
Bruto 5.30 5.55 4.36 348.62 90.96
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023
Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kapanewon Seyegan pada setiap tahun
mengalami ketidakstabilan, pada tahun 2013 mencapai 5.55%, menurun dari
capaian 2012 sebesar 5,30%. Begitu juga pada tahun tahun berikutnya mengalami
fluktuasi atau naik turun pada setiap tahunnya dari 2011 sampai dengan 2015.
6.1.3 Analisis Tingkat Kemakmuran Penduduk
Tingkat kemakmuran penduduk dilihat dari nilai PDRB Per Kapita. PDRB
per kapita dihitung dengan cara membagi total PDRB dengan jumlah penduduk.
Jumlah penduduk yang digunakan adalah jumlah penduduk pada pertengahan
tahun. Berdasarkan PDRB per Kapita dapat diketahui besarnya pendapatan yang
dihasilkan oleh setiap penduduk di suatu daerah. Berikut analisis tingkat
kemakmuran penduduk di Kabupaten Sleman tahun 2018 sampai 2022 dan
analisis tingkat kemakmuran penduduk di Kapanewon Seyegan tahun 2011-2015.

214
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 6.5
Analisis Tingkat Kemakmuran Penduduk
Kabupaten Sleman Tahun 2018-2022
Tingkat
Jumlah
Tahun PDRB Kemakmuran
Penduduk
Penduduk
2018 1,206,714 43,779,043.70 36.28
2019 1,075,575 47,467,978.10 44.13
2020 1,123,804 45,654,719.60 40.63
2021 1,136,474 49,397,607.50 43.47
2022 1,147,562 54,656,658.00 47.63
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023
Tabel 6.6
Analisis Tingkat Kemakmuran Penduduk
Kapanewon Seyegan Tahun 2011-2015

Tingkat
Jumlah
Tahun PDRB Kemakmuran
Penduduk
Penduduk
2011 45,950 225186 4.90
2012 46,374 237116 5.11
2013 46,825 250284 5.35
2014 47,322 261195 5.52
2015 47,753 1171774 24.54
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

6.1.4 Analisis Tipologi Klassen untuk Klasifikasi Potensi Perkembangan


Perekonomian Wilayah
Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang
pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen
pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu
pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah.
Tabel 6.7
Analisis Tipologi Klasen Klasifikasi Potensi Perkembangan Perekonomian Wilayah
Kabupaten Sleman Tahun 2018-2022
Tahun Analisis Tipologi Klassen Interpretasi
LPE (r) 6.20
Prov. DIY Daerah
PDRB Perkapita (y) 25.78
2018 ri > r, yi > y Pertumbuhan
Kab. LPE (ri) 6.42 Cepat
Sleman PDRB Perkapita (yi) 36.28
LPE (r) 6.60
Prov. DIY Daerah
PDRB Perkapita (y) 27.19
2019 ri > r, yi > y Pertumbuhan
Kab. LPE (ri) 6.48 Cepat
Sleman PDRB Perkapita (yi) 44.13
LPE (r) -2.67 Daerah
2020 Prov. DIY ri < r, yi > y
PDRB Perkapita (y) 27.72 Tertekan

215
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tahun Analisis Tipologi Klassen Interpretasi


Kab. LPE (ri) -4.05
Sleman PDRB Perkapita (yi) 40.63
LPE (r) 5.58
Prov. DIY Daerah
PDRB Perkapita (y) 28.92
2021 ri > r, yi > y Pertumbuhan
Kab. LPE (ri) 5.61 Cepat
Sleman PDRB Perkapita (yi) 43.47
LPE (r) 5.15
Prov. DIY Daerah
PDRB Perkapita (y) 30.01
2022 ri > r, yi > y Pertumbuhan
Kab. LPE (ri) 5.15 Cepat
Sleman PDRB Perkapita (yi) 47.63
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023
Wilayah Kabupaten Sleman pada tahun 2018 sampai 2019 termasuk
daerah pertumbuhan cepat, namun pada tahun 2020 termasuk daerah tertekan
karena LPE Kabupaten Sleman lebih kecil dari pada LPE Provinsi DIY akan tetapi
memiliki PDRB perkapita yang tinggi dibandingkan dengan provinsi. Lalu pada
tahun 2021 sampai 2022 Kabupaten Sleman termasuk ke dalam daerah
pertumbuhan cepat lagi dikarenakan LPE dan juga PDRB perkapitanya lebih besar
disbanding dengan Provinsi DIY.
Tabel 6.8
Analisis Tipologi Klasen Klasifikasi Potensi Perkembangan Perekonomian Wilayah
Kapanewon Seyegan Tahun 2011-2015
Tahun Analisis Tipologi Klassen Interpretasi
LPE (r) 5.42
Kab.
PDRB Perkapita
Sleman
(y) 20.45 Daerah Relatif
2011 ri < r, yi < y
LPE (ri) 2.72 Tertinggal
Kec.
PDRB Perkapita
Seyegan
(yi) 4.90
LPE (r) 5.79
Kab.
PDRB Perkapita
Sleman
(y) 21.49 Daerah Relatif
2012 ri < r, yi < y
LPE (ri) 5.30 Tertinggal
Kec.
PDRB Perkapita
Seyegan
(yi) 5.11
LPE (r) 5.89
Kab.
PDRB Perkapita
Sleman
(y) 22.22 Daerah Relatif
2013 ri < r, yi < y
LPE (ri) 5.55 Tertinggal
Kec.
PDRB Perkapita
Seyegan
(yi) 5.35
LPE (r) 5.30
Kab.
PDRB Perkapita Daerah Relatif
2014 Sleman ri < r, yi < y
(y) 22.95 Tertinggal
Kec. LPE (ri) 4.36

216
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tahun Analisis Tipologi Klassen Interpretasi


Seyegan PDRB Perkapita
(yi) 5.52
LPE (r) 5.18
Kab.
PDRB Perkapita
Sleman Daerah
(y) 24.07
2015 ri > r, yi > y Pertumbuhan
LPE (ri) 348.62
Kec. Cepat
PDRB Perkapita
Seyegan
(yi) 24.54
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023
Wilayah Kapanewon Seyegan pada tahun 2011 sampai 2014 termasuk
daerah relative tertinggal, namun pada tahun 2015 meningkat pesat, yaitu
termasuk daerah pertumbuhan cepat karena LPE Kapanewon Seyegan lebih
besar dari pada LPE Kabupaten Sleman dan memiliki PDRB perkapita yang tinggi
dibandingkan dengan kabupaten.
6.2 Analisis Sektor Potensi Unggulan
6.2.1 Analisis Pertumbuhan Sektor
Analisis Tipologi Klassen melalui pendekatan sectoral digunakan untuk
mengidentifikasi sector-sektor unggulan di suatu daerah atau pun sector-sektor
yang memiliki potensi untuk dijadikan sebagai sector unggulan di daerah tersebut.
Dilakukan dengan membandingkan hasil analisis LQ dan PB.
Tabel 6.9
Analisis Tipologi Klassen Klasifikasi Sektor Kabupaten Sleman
Rata-
Lapangan Usaha PB Interpretasi
Rata LQ
-0.005
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.773 Sek. Terbelakang
-0.223
B. Pertambangan dan Penggalian 0.705 Sek. Terbelakang
- 0.106
C. Industri Pengolahan 1.004 Sek. Maju Tapi Tertekan
-0.010
D. Pengadaan Listrik dan Gas 0.810 Sek. Terbelakang
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 0.464 0.046 Sek. Potensial
- 0.047
F. Konstruksi 1.159 Sek. Maju Tapi Tertekan
G. Perdagangan Besar dan Eceran;
-0.088
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0.911 Sek. Terbelakang
-0.496
H. Transportasi dan Pergudangan 0.989 Sek. Terbelakang
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan
- 0.070
Minum 1.036 Sek. Maju Tapi Tertekan

J. Informasi dan Komunikasi 0.983 0.420 Sek. Potensial

K. Jasa Keuangan dan Asuransi 0.841 0.020 Sek. Potensial


- 0.038
L. Real Estat 1.147 Sek. Maju Tapi Tertekan
- 0.088
M,N. Jasa Perusahaan 1.385 Sek. Maju Tapi Tertekan

217
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Rata-
Lapangan Usaha PB Interpretasi
Rata LQ
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
-0.118
dan Jaminan Sosial Wajib 0.806 Sek. Terbelakang

P. Jasa Pendidikan 1.178 0.053 Sek. Unggulan

Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.938 0.231 Sek. Potensial

R,S,T,U. Jasa Lainnya 0.864 0.175 Sek. Potensial


Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023
Dari tabel di atas dapat dilihat dari 17 sektor terbagi menjadi kebeberapa
jenis sektor, diantaranya:
1. Sektor Maju Tapi Tertekan: Industri Pengolahan, Konstruksi, Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum, Real Estate, dan Jasa Perusahaan.
2. Sektor Terbelakang: Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Pertambangan
dan Penggalian, Pengadaan Listrik dan Gas, Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Transportasi dan
Pergudangan, dan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib.
3. Sektor Potensial: Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
Ulang, Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan Jasa Lainnya.
4. Sektor Unggulan: Jasa Pendidikan.
Tabel 6.10
Analisis Tipologi Klassen Klasifikasi Sektor Kapanewon Seyegan
Rata-Rata
Lapangan Usaha PB Interpretasi
LQ
-
Pertanian 2.352 Sek. Maju Tapi Tertekan
0.844
-
Pertambangan dan penggalian 2.378 Sek. Maju Tapi Tertekan
1.021
Industri Pengolahan 1.501 4.589 Sek. Unggulan
-
Listrik dan Air Bersih 2.822 Sek. Maju Tapi Tertekan
0.286
Bangunan 1.651 8.649 Sek. Unggulan
Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.702 4.373 Sek. Potensial
Pengangkutan dan Komunikasi 0.381 20.381 Sek. Potensial
Keuangan, Persewaan dan Jasa
0.876 1.121 Sek. Potensial
Perusahaan
Jasa-Jasa 0.457 7.729 Sek. Potensial
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023
Dari tabel di atas dapat dilihat dari 9 sektor terbagi menjadi kebeberapa
jenis sektor, diantaranya:
1. Sektor Maju Tapi Tertekan: pertanian, pertambangan dan penggalian, serta
listrik dan air bersih.

218
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

2. Sektor Potensial: perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan


komunikasi, keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa.
3. Sektor Unggulan: Industru pengolahan dan bangunan.
6.2.2 Analisis LQ
Potensi pemusatan aktivitas di Kapanewon Seyegan dihitung
menggunakan indeks Location Quotient (LQ) untuk menunjukkan sektor apa saja
yang menjadi basis potensi untuk dikembangkan di Kapanewon Seyegan. Menurut
Backley dan Bradshaw (2002), LQ merupakan teknik analisis untuk
mengidentifikasi konsentrasi ekonomi secara relatif terhadap referensi lokasi yang
lebih luas atau lebih ringkas yang disebut dengan analisis basis ekonomi. LQ juga
dapat menunjukkan indikasi kapasitas ekspor perekonomian suatu wilayah serta
tingkat kecukupan barang/jasa dari produksi lokal. Untuk melakukan interpretasi
nilai LQ, untuk sektor dengan LQ>1 maka sektor tersebut merupakan sektor basis
yang memiliki potensi pemusatan aktivitas, sedangkan LQ < 1 sektor tersebut
merupakan sector non-basis dan memerlukan impor dari luar untuk sector tersebut
(Arsyad, 2005).
Berdasarkan hasil analisis, Kabupaten Sleman memiliki 5 sektor yang
menjadi basis potensi untuk dilakukan pemusatan aktivitas diantaranya adalah (1)
kontruksi; (2)penyediaan akomodasi dan makan minum (3) Real estate (4)Jasa
perusahaan, (5) Jasa pendidikan. Kelima sektor tersebut memiliki nilai LQ>1
sehingga menjadi sektor basis di Kabupaten Sleman dan memiliki potensi untuk
dilakukan pemusatan aktivitas pada sektor tersebut. Untuk lebih detainya dapat
dilihat pada tabel Analisis LQ Kabupaten Sleman Tahun 2018-2022.
Kemudian berdasarkan hasil analisis, Kapanewon Seyegan memiliki 5
sektor yang menjadi basis potensi untuk dilakukan pemusatan aktivitas
diantaranya adalah (1) pertanian; (2) pertambangan dan penggalian (3) Real
estate (4)industry pengolahan, (5) listrik dan air bersih, (6) bangunan. Keenam
sektor tersebut memiliki nilai LQ>1 sehingga menjadi sektor basis di Kapanewon
Seyegan dan memiliki potensi untuk dilakukan pemusatan aktivitas pada sektor
tersebut.

219
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 6.11
Analisis LQ Kabupaten Sleman Tahun 2018-2022
Analisis LQ Sektor Basis/
Nilai Tingkat
Sektor Reta- unggulan/ Pelayanan Pasar
2018 2019 2020 2021 2022 LQ Spesialisasi
rata potensial
Sektor non
Non Eksport, belum mampu
Pertanian, Kehutanan, basis, non Tidak
0.76 0.76 0.78 0.78 0.79 0.77 <1 melayani pasar dalam dan luar
dan Perikanan unggulan dan Terspesialisasi
daerah
tidak potensial
Sektor non
Non Eksport, belum mampu
Petambangan dan basis, non Tidak
0.69 0.71 0.72 0.70 0.70 0.70 <1 melayani pasar dalam dan luar
Penggalian unggulan dan Terspesialisasi
daerah
tidak potensial
Sektor
Spesialisasi sama
seimbang Non Eksport, hanya mampu
Industri Pengolahan 1.00 1.00 0.98 1.03 1.02 1.00 1 dengan wilayah
dengan melayani pasar di dalam daerah
acuan
wilayah acuan
Sektor non
Non Eksport, belum mampu
Pengadaan Listrik dan basis, non Tidak
0.80 0.80 0.82 0.81 0.81 0.81 <1 melayani pasar dalam dan luar
Gas unggulan dan Terspesialisasi
daerah
tidak potensial
Pengadaan Air, Sektor non
Non Eksport, belum mampu
Pengelolaan Sampah, basis, non Tidak
0.46 0.46 0.47 0.47 0.47 0.46 <1 melayani pasar dalam dan luar
Limbah, dan Daur unggulan dan Terspesialisasi
daerah
Ulang tidak potensial
Sektor basis & Eksport, mampu melayani pasar
Konstruksi 1.17 1.15 1.16 1.16 1.17 1.16 >1 Terspesialisasi
unggulan dalam dan luar daerah
Sektor non
Non Eksport, belum mampu
Perdagangan Besar basis, non Tidak
0.91 0.91 0.91 0.91 0.91 0.91 <1 melayani pasar dalam dan luar
dan Eceran unggulan dan Terspesialisasi
daerah
tidak potensial
Sektor non
Non Eksport, belum mampu
Transportasi dan basis, non Tidak
1.21 1.15 0.93 0.84 0.81 0.99 <1 melayani pasar dalam dan luar
Pergudangan unggulan dan Terspesialisasi
daerah
tidak potensial
Penyediaan
Sektor basis & Eksport, mampu melayani pasar
Akomodasi dan Makan 1.03 1.04 1.04 1.04 1.04 1.04 >1 Terspesialisasi
unggulan dalam dan luar daerah
Minum

220
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Analisis LQ Sektor Basis/


Nilai Tingkat
Sektor Reta- unggulan/ Pelayanan Pasar
2018 2019 2020 2021 2022 LQ Spesialisasi
rata potensial
Sektor non
Non Eksport, belum mampu
Informasi dan basis, non Tidak
0.97 0.97 0.99 0.99 0.99 0.98 <1 melayani pasar dalam dan luar
Komunikasi unggulan dan Terspesialisasi
daerah
tidak potensial
Sektor non
Non Eksport, belum mampu
Jasa Keuangan dan basis, non Tidak
0.82 0.83 0.85 0.85 0.86 0.84 <1 melayani pasar dalam dan luar
Asuransi unggulan dan Terspesialisasi
daerah
tidak potensial
Sektor basis & Eksport, mampu melayani pasar
Real Estate 1.13 1.14 1.15 1.16 1.16 1.15 >1 Terspesialisasi
unggulan dalam dan luar daerah
Sektor basis & Eksport, mampu melayani pasar
Jasa Perusahaan 1.64 1.65 1.69 1.68 0.27 1.39 >1 Terspesialisasi
unggulan dalam dan luar daerah
Administrasi Sektor non
Non Eksport, belum mampu
Pemerintahan, basis, non Tidak
0.80 0.80 0.81 0.81 0.81 0.81 <1 melayani pasar dalam dan luar
Pertahanan, dan unggulan dan Terspesialisasi
daerah
Jaminan Sosial Wajib tidak potensial
Sektor basis & Eksport, mampu melayani pasar
Jasa Pendidikan 1.16 1.16 1.19 1.19 1.20 1.18 >1 Terspesialisasi
unggulan dalam dan luar daerah
Sektor non
Non Eksport, belum mampu
Jasa Kesehatan dan basis, non Tidak
0.92 0.93 0.95 0.95 0.94 0.94 <1 melayani pasar dalam dan luar
Kegiatan Sosial unggulan dan Terspesialisasi
daerah
tidak potensial
Sektor non
Non Eksport, belum mampu
basis, non Tidak
Jasa Lainnya 0.85 0.84 0.87 0.86 0.91 0.86 <1 melayani pasar dalam dan luar
unggulan dan Terspesialisasi
daerah
tidak potensial
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

221
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 6.12
Analisis LQ Kapanewon Seyegan Tahun 2011-2015
Analisis LQ Nilai Sektor Basis/ Tingkat
Sektor
2011 2012 2013 2014 2015 Rerata LQ unggulan/potensial Spesialisasi Pelayanan Pasar
Eksport, mampu melayani
Sektor basis &
2.88 2.89 2.79 2.93 0.26 2.35 >1 Terspesialisasi pasar dalam dan luar
unggulan
Pertanian daerah
Eksport, mampu melayani
Sektor basis &
Pertambangan dan 2.93 2.91 2.93 2.97 0.15 2.38 >1 Terspesialisasi pasar dalam dan luar
unggulan
penggalian daerah
Eksport, mampu melayani
Sektor basis &
Industri 1.38 1.43 1.46 1.47 1.78 1.50 >1 Terspesialisasi pasar dalam dan luar
unggulan
Pengolahan daerah
Non Eksport, belum
Sektor basis &
Listrik dan Air 3.07 3.07 3.69 3.70 0.58 2.82 >1 Terspesialisasi mampu melayani pasar
unggulan
Bersih dalam dan luar daerah
Non Eksport, belum
Sektor basis &
1.36 1.37 1.44 1.46 2.62 1.65 >1 Terspesialisasi mampu melayani pasar
unggulan
Bangunan dalam dan luar daerah
Sektor non basis, non Non Eksport, belum
Tidak
Perdagangan, <1 unggulan dan tidak mampu melayani pasar
Terspesialisasi
Hotel dan Restoran 0.69 0.69 0.70 0.71 0.72 0.70 potensial dalam dan luar daerah
Sektor non basis, non Non Eksport, belum
Tidak
Pengangkutan dan <1 unggulan dan tidak mampu melayani pasar
Terspesialisasi
Komunikasi 0.25 0.24 0.23 0.23 0.96 0.38 potensial dalam dan luar daerah
Keuangan, Sektor non basis, non Non Eksport, belum
Tidak
Persewaan dan <1 unggulan dan tidak mampu melayani pasar
Terspesialisasi
Jasa Perusahaan 0.98 1.00 0.98 1.00 0.42 0.88 potensial dalam dan luar daerah
Sektor non basis, non Non Eksport, belum
Tidak
<1 unggulan dan tidak mampu melayani pasar
Terspesialisasi
Jasa-Jasa 0.39 0.40 0.42 0.42 0.65 0.46 potensial dalam dan luar daerah
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

222
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

6.2.3 Analisis Shift Share


Sektor lapangan usaha dengan kategori unggulan dan berada pada
kuadran I pertumbuhan sektor perekonomian dilihat dari nilai Proportional Shift >
0 dan Differential Shift > 0, adalah sector Informasi dan Komunikasi, Jasa
Pendidikan, dan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Artinya sector lapangan
usaha tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat, juga daya saing wilayah untuk
sektor-sektor tersebut baik apabila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya.
Hal ini menunjukkan bahwa wilayah Kabupaten Sleman merupakan wilayah
progresi
Lalu untuk sektor yang cenderung berpotensi berada pada kuadran II
pertumbuhan sektor perekonomian adalah sektor Konstruksi, Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Transportasi dan Pergudangan,
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, dan Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib. Dengan nilai Proportional Shift < 0 dan
differential shift >0 yang artinya bahwa sektor-sektor ekonomi yang ada di wilayah
yang bersangkutan pertumbuhannya lambat, tetapi daya saing wilayah untuk
sektor-sektor tersebut baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Sektor dengan kategori berkembang berada pada kuadran III pertumbuhan
sektor ekonomi adalah Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
Ulang dan Jasa Perusahaan. Dengan nilai Proportional Shift > 0 dan differential
shift.
Sektor dengan klasifikasi Tumbuh lambat dan Tidak berdaya saing atau
nilai dari Proportional Shift < 0 dan Differential Shift < 0 termasuk kedalam kuadran
IV pertumbuhan sektor perekonomian. Di Kabupaten Sleman Sektor Lapangan
usaha tersebut adalah Konstruksi, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum, dan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib, artinya sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan memiliki
pertumbuhan yang lambat dengan daya saing yang kurang baik jika dibandingkan
dengan wilayah lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.13 dan 6.14.

223
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 6.13
Analisis Shift Share Kabupaten Sleman Tahun 2018-2022
Lapangan Interpretasi Interpretasi Interpretasi
PS DS PB
Usaha PS DS PB
Pertanian, Pertumbuhan
Kehutanan, dan - Pertumbuhan Daya Saing - Tidak
Perikanan 0.031 Lambat 0.026 Tinggi 0.005 Progresif
Pertumbuhan
Pertambangan - Pertumbuhan Daya Saing - Tidak
dan Penggalian 0.226 Lambat 0.003 Tinggi 0.223 Progresif
Pertumbuhan
Industri - Pertumbuhan Daya Saing - Tidak
Pengolahan 0.119 Lambat 0.013 Tinggi 0.106 Progresif
Pertumbuhan
Pengadaan - Pertumbuhan Daya Saing - Tidak
Listrik dan Gas 0.014 Lambat 0.004 Tinggi 0.010 Progresif
Pengadaan Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah dan Pertumbuhan - Daya Saing Pertumbuhan
Daur Ulang 0.056 Cepat 0.010 Rendah 0.046 Progresif
Pertumbuhan
- Pertumbuhan - Daya Saing - Tidak
Konstruksi 0.031 Lambat 0.016 Rendah 0.047 Progresif
Perdagangan
Besar dan
Eceran;
Reparasi Mobil Pertumbuhan
dan Sepeda - Pertumbuhan - Daya Saing - Tidak
Motor 0.083 Lambat 0.005 Rendah 0.088 Progresif
Transportasi Pertumbuhan
dan - Pertumbuhan - Daya Saing - Tidak
Pergudangan 0.155 Lambat 0.341 Rendah 0.496 Progresif
Penyediaan
Akomodasi dan Pertumbuhan
Makan - Pertumbuhan - Daya Saing - Tidak
Minum 0.058 Lambat 0.012 Rendah 0.070 Progresif
Informasi dan Pertumbuhan Daya Saing Pertumbuhan
Komunikasi 0.402 Cepat 0.019 Tinggi 0.420 Progresif
Jasa Keuangan - Pertumbuhan Daya Saing Pertumbuhan
dan Asuransi 0.006 Lambat 0.025 Tinggi 0.020 Progresif
Pertumbuhan
- Pertumbuhan Daya Saing - Tidak
Real Estat 0.043 Lambat 0.004 Tinggi 0.038 Progresif
Pertumbuhan
Jasa Pertumbuhan - Daya Saing - Tidak
Perusahaan 5.386 Cepat 5.474 Rendah 0.088 Progresif
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan Pertumbuhan
dan Jaminan - Pertumbuhan - Daya Saing - Tidak
Sosial Wajib 0.116 Lambat 0.001 Rendah 0.118 Progresif
Jasa Pertumbuhan Daya Saing Pertumbuhan
Pendidikan 0.029 Cepat 0.024 Tinggi 0.053 Progresif
Jasa Pertumbuhan Daya Saing Pertumbuhan
Kesehatan dan 0.229 Cepat 0.002 Tinggi 0.231 Progresif

224
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Lapangan Interpretasi Interpretasi Interpretasi


PS DS PB
Usaha PS DS PB
Kegiatan Sosial
Pertumbuhan Daya Saing Pertumbuhan
Jasa Lainnya 0.104 Cepat 0.071 Tinggi 0.175 Progresif
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

Tabel 6.14
Analisis Tipologi Klassen Klasifikasi Sektor Kabupaten Sleman
Differential Proportional Shift (PS)
Shift (DS) Positif (+) Negatif (-)
Tipe 1 Pertumbuhan Pesat Tipe II Cenderung Berpotensi
(Fast Growing) (Highly Potensial)

• Informasi dan Komunikasi • Pertanian, Kehutanan, dan


• Jasa Pendidikan Perikanan
Positif (+) • Jasa Kesehatan dan • Pertambangan dan Penggalian
Kegiatan Sosial • Industri Pengolahan
• Jasa Lainnya • Pengadaan Listrik dan Gas
• Jasa Keuangan dan Asuransi
• Real Estat

Tipe III Berkembang Tipe IV Terbelakang (Depressed)


(Developing)
• Konstruksi
• Pengadaan Air, Pengelolaan • Perdagangan Besar dan Eceran;
Sampah, Limbah dan Daur Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Ulang • Transportasi dan Pergudangan
Negatif (-)
• Jasa Perusahaan • Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum
• Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023
Sektor lapangan usaha dengan kategori unggulan dan berada pada
kuadran I pertumbuhan sektor perekonomian dilihat dari nilai Proportional Shift >
0 dan Differential Shift > 0, adalah Perdagangan, Hotel dan Restoran,
Pengangkutan dan Komunikasi, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan,
dan Jasa-Jasa. Artinya sector lapangan usaha tersebut memiliki pertumbuhan
yang cepat, juga daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut baik apabila
dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa
wilayah Kapanewon Seyegan merupakan wilayah progresi
Sektor dengan kategori berkembang berada pada kuadran III pertumbuhan
sektor ekonomi adalah Industri Pengolahan dan Bangunan Dengan nilai
Proportional Shift > 0 dan differential shift.

225
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Sektor dengan klasifikasi Tumbuh lambat dan Tidak berdaya saing atau
nilai dari Proportional Shift < 0 dan Differential Shift < 0 termasuk kedalam kuadran
IV pertumbuhan sektor perekonomian. Di Kapanewon Seyegan Sektor Lapangan
usaha tersebut adalah Pertanian, Pertambangan dan penggalian, serta Listrik dan
Air Bersih, artinya sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan memiliki
pertumbuhan yang lambat dengan daya saing yang kurang baik jika dibandingkan
dengan wilayah lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.15 dan 6.16.

Tabel 6.15
Analisis Shift Share Kapanewon Seyegan Tahun 2011-2015

Interpretasi Interpretasi Interpretasi


Lapangan Usaha PS DS PB
PS DS PB

Pertumbuhan
- Pertumbuhan - Daya Saing - Tidak
Pertanian 0.186 Lambat 0.658 Rendah 0.844 Progresif
Pertumbuhan
Pertambangan dan - Pertumbuhan - Daya Saing - Tidak
penggalian 0.190 Lambat 0.830 Rendah 1.021 Progresif

- Pertumbuhan Daya Saing Pertumbuhan


Industri Pengolahan 0.161 Lambat 4.750 Tinggi 4.589 Progresif
Pertumbuhan
- Pertumbuhan - Daya Saing - Tidak
Listrik dan Air Bersih 0.039 Lambat 0.247 Rendah 0.286 Progresif

- Pertumbuhan Daya Saing Pertumbuhan


Bangunan 0.015 Lambat 8.664 Tinggi 8.649 Progresif

Perdagangan, Hotel Pertumbuhan Daya Saing Pertumbuhan


dan Restoran 0.048 Cepat 4.325 Tinggi 4.373 Progresif

Pengangkutan dan Pertumbuhan Daya Saing Pertumbuhan


Komunikasi 0.109 Cepat 20.272 Tinggi 20.381 Progresif
Keuangan,
Persewaan dan Jasa Pertumbuhan Daya Saing Pertumbuhan
Perusahaan 0.093 Cepat 1.028 Tinggi 1.121 Progresif

Pertumbuhan Daya Saing Pertumbuhan


Jasa-Jasa 0.045 Cepat 7.684 Tinggi 7.729 Progresif
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

Tabel 6.16
Analisis Tipologi Klassen Klasifikasi Sektor Kabupaten Sleman
Differential Proportional Shift (PS)
Shift (DS) Positif (+) Negatif (-)
Tipe 1 Pertumbuhan Pesat (Fast Tipe II Cenderung Berpotensi
Growing) (Highly Potensial)
Positif (+)
• Perdagangan, Hotel dan -
Restoran

226
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Differential Proportional Shift (PS)


Shift (DS) Positif (+) Negatif (-)
• Pengangkutan dan
Komunikasi
• Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan
• Jasa-Jasa
Tipe III Berkembang (Developing) Tipe IV Terbelakang (Depressed)

• Industri Pengolahan • Pertanian


Negatif (-) • Bangunan • Pertambangan dan
penggalian
• Listrik dan Air Bersih
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

6.3 Analisis Komoditas/Produk Potensi Unggulan


6.3.1 Analisis LQ
Dengan menentukan komoditas unggulan pada suatu wilayah maupun
daerah merupakan suatu langkah awal untuk dapat menciptakan pembangunan
ekonomi yang memiliki konsep efisiensi untuk mendapatkan keunggulan
komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan dalam
negara maupun luar negara. Dari hasil analisis LQ Komoditas yang telah diihitung
dapat disimpulkan bahwa yang menjadi komuditas unggulan adalah padi
sawah,kacang tanah,ubi jalar,cabe merah. Dengan demikian sangatlah penting
untuk dikembangkan komoditas unggulan pada Kapanewon Seyegan ini karena
dengan pengembangan sektor komoditas unggulan dapat meningkatkan
perekonomian daerah.
Tabel 6.17
Analisis LQ Kapanewon Seyegan
LQ Rata-
Interpretasi
No. Komoditas Rata
2018 2019 2020 2021 2022 Hasil
LQ
LQ > 1
1. Padi Sawah 1,3 1,2 1,1 1,0 0,9 1,1 Komoditas Basis
LQ < 1
Komoditas Non
2. Jagung 0,4 0,2 0,5 1,0 0,4 0,5 Basis
LQ > 1
3. Kacang Tanah 0,1 1,3 0,1 0,5 4,4 1,3 Komoditas Basis
LQ > 1
4. Ubi Jalar 0,3 0,8 0,7 3,1 2,5 1,5 Komoditas Basis
LQ < 1
Komoditas Non
5. Ubi Kayu 0,3 0,3 0,3 0,6 0,8 0,5 Basis

227
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

LQ > 1
6. Cabe Merah 0,0 0,9 2,3 0,3 5,2 1,8 Komoditas Basis
Kacang LQ > 1
7. Kedelai 0,1 2,5 2,9 1,5 3,3 2,1 Komoditas Basis
LQ > 1
8. Melinjo 0,1 1,0 0,9 3,7 1,3 1,4 Komoditas Basis
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

6.3.2 Analisis Shift Share


Analisis Shift Share (SS) dilakukan untuk mengetahui perubahan dan
pergeseran komoditas tertentu pada perekonomian suatu wilayah dengan kurun
waktu dua tahun atau lebih. Apabila hasil dari proportional shift ini bernilai positif
dan lebih dari 0 maka wilayah yang memiliki komoditas tersebut dalam skala
Kapanewon Seyegan tumbuh cepat. Apabila bernilai negatif dan kurang dari 0
maka wilayah yang memiliki komoditas tersebut dalam skala Kapanewon Seyegan
tumbuh lambat. Dari hasil analisis shift share komuditas yang menjadi unggulan
yang bernilalai >0 adalah komuditas kacang tanah, cabe merah, dan kacang
kedelai yang berarti komuditas tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat dan
juga daya saing komuditas tersebut baik apabila dengan komuditas lainnya.
Tabel 6.18
Analisis Shift Share

No. Komoditas a b c SSA PB


Padi PB Mengalami
1. 0,194 -0,195 -0,923 -0,925 -1,118
Sawah < 0 Kemunduran
PB Mengalami
2. Jagung 0,194 -0,114 -0,963 -0,884 -1,077
< 0 Kemunduran
Kacang PB Tumbuh
3. 0,194 -0,276 6,643 6,561 6,368
Tanah > 0 Progresif
PB Mengalami
4. Ubi Jalar 0,194 -0,318 -0,126 -0,251 -0,444
< 0 Kemunduran
PB Mengalami
5. Ubi Kayu 0,194 -0,221 -0,690 -0,717 -0,911
< 0 Kemunduran
Cabe PB Tumbuh
6. 0,194 -0,961 2,360 1,592 1,398
Merah > 0 Progresif
Kacang PB Tumbuh
7. 0,194 0,058 1,839 2,091 1,897
Kedelai > 0 Progresif
PB Mengalami
8. Melinjo 0,194 -0,233 -0,860 -0,899 -1,093
< 0 Kemunduran
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

6.3.3 Analisis Tipologi Klassen


Dari hasil analisis Tipologi Klasen tersebut bahwa komuditas yang menjadi
unggulan di Kapanewon Seyegan adalah kacang tanah,cabe merah, dan kacang
kedelai. Sisanya sebagaian ada yang maju tertekan dan terbelakang. Serta juga
beberapa perlu dilakukan pengembangan agar yang

228
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

tadinya terbelakang menjadi komoditas tanaman yang memiliki potensi lebih tinggi
untukbertumbuh pesat.
Tabel 6.19
Analisis Tipologi Klasen

No. Komoditas LQ PB Interpretasi

1. Padi Sawah -0,3 -0,9 Maju Tertekan


2. Jagung 0,1 -0,8 Tertekan
3. Kacang Tanah 5,4 6,6 Unggulan
4. Ubi Jalar 1,2 -0,2 Maju Tertekan
5. Ubi Kayu 1,2 -0,7 Terbelakang
6. Cabe Merah 3,3 1,6 Unggulan
7. Kacang Kedelai 3,7 2,1 Unggulan
8. Melinjo 2,1 -0,9 Maju Tertekan
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

229
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

BAB VIII
ANALISIS KEBUTUHAN SARANA WILAYAH

Sarana lingkungan merupakan fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk


menyelenggarakan dan mengembangkan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.
Tujuan dari analisis sarana di Kapanewon Seyegan yaitu untuk mengetahui jumlah
kebutuhan sarana di suatu wilayah hingga masa yang akan datang yang
selanjutnya digunakan untuk merencanakan wilayah tersebut, membantu
menentukan strategi dalam memenuhi kebutuhan sarana, dan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan struktur dan pola ruang, serta peraturan zonasi
di Kapanewon Seyegan. Penentuan standar pelayanan / kebutuhan sarana di
wilayah perencanaan berpedoman pada SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Sebelum melakukan analisis,
terlebih dahulu menentukan koefisien berdasarkan karakteristik wilayah
perencanaan yang dapat di lihat pada table berikut.
Tabel 7.1
Koefisien Berdasarkan karakteristik Wilayah Perencanaan
Luas Proyeksi
JP 2022 Kepadatan
No Kelurahan Wilayah JP 2043 Kategori Koefisien
(Jiwa) (Jiwa/Ha)
(Ha) (Jiwa)
1 Margoluwih 500 10,806 15829 26 Rendah 1.3
2 Margodadi 611 9,263 13609 27 Rendah 1.3
3 Margomulyo 519 12,979 18136 35 Rendah 1.3
4 Margoagung 518 10,467 14678 28 Rendah 1.3
5 Margokaton 515 7,809 11814 23 Rendah 1.3
Kapanewon
2663 51324 74066 27.8 Rendah 1.3
Seyegan
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023
7.1 Analisis Kebutuhan Sarana Hunian
Analisis mengenai kebutuhan sarana permukiman dihitung atas dasar
jumlah kebutuhan rumah mewah, sedang dan sederhana yang ideal di suatu desa.
Dalam perhitungan ini data yang digunakan ialah jumlah Kepala Keluarga (KK).
Idealnya 1 rumah diasumsikan terdiri dari 3 orang, maka jumlah KK proyeksi akan
diperoleh dari jumlah proyeksi penduduk dibagi 3. Lalu setelah jumlah KK tiap
tahun proyeksi di dapatkan, dikalikan dengan masing-masing klasifikasi
perbandingan rumah. Perbandingan jumlah rumah mewah, sedang dan
sederhana ialah 1:2:3. Hasil perbandingan inilah yang disebut jumlah proyeksi
kebutuhan rumah ideal secara total. Adapun cara perhitungan untuk analisis ini
yaitu dengan menggunakan standard dari SNI-03-1733-2004 tentang Tata cara
perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan dengan cara perhitungan unit
kebutuhan didapatkan melalui perbandingan = 1:2:3. Untuk lebih jelasnya

230
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

mengenai proyeksi jumlah kebutuhan sarana permukiman di Kapanewon Seyegan


dapat dilihat pada Tabel berikut
Tabel 7.2
Proyeksi Kebutuhan Sarana Hunian
Proyeksi Kebutuhan Rumah
Rumah Rumah
No. Kelurahan JP Rumah/kk Sederhana Total (m2)
Mewah (1) Menengah (2)
(2043) (3 orang) (3)
1 Margoluwih 15829 5276 879 1759 2638 5276
KDB Ukuran
60% Kaveling (120+80) (80+53) (50+33)
Luas
Kaveling 234796.83 321856.33 308665.5 865319
Total Keb.
Lahan Sirkulasi 10% 86531.87 951850.53
2 Margodadi 13609 4536 756 1512 2268 4536
KDB Ukuran
60% Kaveling 200 133 83
Luas
Kaveling 201866.83 276716.3333 265375.5 743959
Total Keb.
Lahan + Sirkulasi 10% 74395.87 818354.53
3 Margomulyo 18136 6045 1008 2015 3023 6045
KDB Ukuran
60% Kaveling 200 133 83
Luas
Kaveling 269017.33 368765.33 353652 991435
Total Keb.
Lahan + Sirkulasi 10% 99143.47 1090578.13
4 Margoagung 14678 4893 815 1631 2446 4893
KDB Ukuran
60% Kaveling 200 133 83
Luas
Kaveling 217723.67 298452.67 286221 802397
Total Keb.
Lahan + Sirkulasi 10% 80239.73 882637.07
5 Margokaton 11814 3938 656 1313 1969 3938
KDB Ukuran
60% Kaveling 200 133 83
Luas
Kaveling 175241 240218 230373 645832
Total Keb.
Lahan + Sirkulasi 10% 64583 710415
Kapanewon
Seyegan 74066 24689 4115 8230 12344 4453835.47
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

Berdasarkan hasil analisis proyeksi kebutuhan didapat pertambahan unit


di tahun 2043. Setelah diketahui total unit rumah dan lahan yang dibutuhkan,
selanjutnya dilakukan analisis ketersediaan lahan untuk hunian dengan
membandingkan kebutuhan di masa depan dengan kondisi fisik lingkungan di
setiap lokasi, dapat dilihat pada tabel berikut.

231
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 7.3
Proyeksi Kebutuhan Lahan Sarana Hunian
Keb. Kebutuhan
Luas Hunian Ketersediaan
Lahan Lahan Hunian
No. Kelurahan Eksisting Lahan Yang
Hunian Tambahan Vertikal
(ha) Sesuai (ha)
(ha) (ha)
1 Margoluwih 95.18 60.97 409.89 Cukup Alternatif
2 Margodadi 81.83 44.56 429.80 Cukup Alternatif
3 Margomulyo 109.06 52.77 431.83 Cukup Alternatif
4 Margoagung 88.26 52.46 339.14 Cukup Alternatif
5 Margokaton 71.04 50.26 249.76 Cukup Alternatif
Kapanewon Seyegan 445.37 261.02 1860.42
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

Berdasarkan hasil analisis proyeksi kebutuhan lahan hunian di tahun 2043,


dapat dilihat bahwa Kapanewon Seyegan masih memilki ketersediaan lahan yang
cukup sehingga hanya menjadikan hunian vertikal sebagai alternative saja.

232
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

233
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

7.2 Analisis Kebutuhan Sarana Pendidikan


Sarana Pendidikan Pada sub bab ini akan memaparkan mengenai analisis
jumlah kebutuhan sarana pendidikan pada proyeksi 20 tahun yang akan datang
dilakukan dengan menggunakan data jumlah penduduk proyeksi. Berikut tabel
proyeksi kebutuhan sarana Kapanewon Seyegan tahun 2043.
Tabel 7.4
Proyeksi Kebutuhan Sarana Pendidikan TK/TPA
Jumlah Kepadatan TK/TPA
No Kelurahan Penduduk Penduduk
2043 2043 Std Op Ideal Eks Keb Luas

1 Margoluwih 15829 26 1625 10 4 6 3000


2 Margodadi 13609 27 1625 8 5 3 1500
3 Margomulyo 18136 35 1625 11 7 4 2000
4 Margoagung 14678 28 1625 9 2 7 3500
5 Margokaton 11814 23 1625 7 2 5 2500
Total 74066 27.8 46 19 26 12500
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

Tabel 7.5
Proyeksi Kebutuhan Sarana Pendidikan SD/MI
Jumlah Kepadatan SD/Madrasah Ibtidaiyah
No Kelurahan Penduduk Penduduk
2043 2043 Std Op Ideal Eks Keb Luas
1 Margoluwih 15829 26 2080 8 6 2 4000
2 Margodadi 13609 27 2080 7 5 2 4000
3 Margomulyo 18136 35 2080 9 7 2 4000
4 Margoagung 14678 28 2080 7 6 1 2000
5 Margokaton 11814 23 2080 6 5 1 2000
Total 74066 27.8 36 29 8 16000
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

Tabel 7.6
Proyeksi Kebutuhan Sarana Pendidikan SMP/MTs
Jumlah Kepadatan SMP/Madrasah Tsanawiyah
No Kelurahan Penduduk Penduduk
2043 2043 Std Op Ideal Eks Keb Luas
1 Margoluwih 15829 26 6240 3 2 1 9000
2 Margodadi 13609 27 6240 2 0 2 18000
3 Margomulyo 18136 35 6240 3 1 1 9000
4 Margoagung 14678 28 6240 2 1 1 9000
5 Margokaton 11814 23 6240 2 1 1 9000
Total 74066 27.8 12 6 6 54000
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

234
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 7.7
Proyeksi Kebutuhan Sarana Pendidikan SMA/MA
Jumlah Kepadatan SMA/Madrasah Aliyah
No Kelurahan Penduduk Penduduk
2043 2043 Std Op Ideal Eks Keb Luas
1 Margoluwih 15829 26 6240 3 0 3 37500
2 Margodadi 13609 27 6240 2 1 1 12500
3 Margomulyo 18136 35 6240 3 1 2 25000
4 Margoagung 14678 28 6240 2 3 0 0
5 Margokaton 11814 23 6240 2 0 1 12500
Total 74066 27.8 12 5 6 87500
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

Dilihat dari hasil perhitungan proyeksi sarana pendidikan di Kapanewon


Seyegan perlu dilakukan penambahan beberapa sarana pendidikan. Penambahan
ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sarana pendidikan
serta pembangunan pada 20 tahun kedepan, sarana ini perlu di tekan
pembangunannya agar pembangunan sarana pendidikan merata di setiap desa
yang ada di Kapanewon Seyegan.
Keterjangkauan sarana SD dan juga SMA di Kapanewon Seyegan sudah
terjangangkau untuk seluruh wilayah, namun untuk sarana Pendidikan SMP masih
kurang dan belum dapat dijangkau oleh seluruh wilayah di Kapanewon Seyegan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta berikut.

235
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

236
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

237
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

238
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

7.3 Analisis Kebutuhan Sarana Kesehatan


Pada sub bab ini akan memaparkan analisis mengenai kebutuhan sarana
kesehatan yang ada di Kapanewon Seyegan, Sarana Kesehatan di Kapanewon
Seyegan terbagi menjadi 2 tipe pelayanan yaitu untuk skala Desa dan skala
Kapanewon, Untuk skala Kelurahan itu meliputi Poliklinik/Balai pengobatan,
Praktek dokter/bidan, posyandu, apotik, dan puskesmas pembantu, serta untuk
skala kapanewon yaitu ada puskesmas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel Proyeksi Kebutuhan Sarana Kesehatan Skala Kelurahan dan Tabel
Proyeksi Kebutuhan Sarana Kesehatan Skala Kapanewon.

Tabel 7.8
Proyeksi Kebutuhan Sarana Kesehatan Skala Kelurahan
Kelurahan
Margoluwih Margodadi Margomulyo Margoagung Margokaton
Std Op 1625 1625 1625 1625 1625
Ideal 10 8 11 9 7
Posyandu Eks 14 13 17 11 15
Keb 0 0 0 0 0
Luas 0 0 0 0 0
Std Op 3250 3250 3250 3250 3250
Balai Ideal 5 4 6 5 4
Pengobatan Eks 0 0 1 1 0
Warga Keb 5 4 5 4 4
Luas 1500 1200 1500 1200 1200
Std Op 39000 39000 39000 39000 39000
Ideal 0 0 0 0 0
BKIA/Klinik
Eks 1 0 0 0 0
Bersalin
Keb 0 0 0 0 0
Luas 0 0 0 0 0
Std Op 39000 39000 39000 39000 39000
Ideal 0 0 0 0 0
Puskesmas
Eks 1 1 1 1 0
Pembantu
Keb 0 0 0 0 0
Luas 0 0 0 0 0
Std Op 39000 39000 39000 39000 39000
Ideal 0 0 0 0 0
Apotik Eks 0 1 1 1 1
Keb 0 0 0 0 0
Luas 0 0 0 0 0
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

239
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 7.9
Proyeksi Kebutuhan Sarana Kesehatan Skala Kapanewon

Kapanewon
Keterangan
Seyegan

Std Op 156000
Ideal 0
Puskesmas Eks 0 Cukup
Keb 0
Luas 0
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

Berdasarkan hasil analisis proyeksi sarana kesehatan kebutuhan skala


desa, di Kapanewon Seyegan untuk memenuhi kebutuhan 20 tahun kedepan
membutuhkan penambahan yaitu balai pengobatan warga sebanyak 22 unit,
sementara untuk kategori posyandu, puskesmas pembantu, apotik, dan klinik
bersalin / BKIA tidak memerlukan penambahan karena telah memenuhi kebutuhan
untuk 20 tahun kedepan. Sedangkan untuk skala Kapanewon, untuk kategori
puskesmas telah memenuhi kebutuhan untuk 20 tahun kedepan.
Pada peta keterjangkauan sarana kesehatan, memang benar seluruh
wilayah Kapanewon belum seluruhnya dapat dijangkau. Namun terdapat
keterkaitan antara sarana kesehatan yang satu dengan yang lain, contohnya yaitu
sebagian wilayah Margoluwih tidak terjangkau sarana puskesmas, namun di sana
terdapat puskesmas pembantu yang dapat mengatasi hal tersebut. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada peta keterjangkauan sarana kesehatan berikut.

240
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

241
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

242
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

243
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

244
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

245
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

7.4 Analisis Kebutuhan Sarana Peribadatan


Pada sub bab ini akan memaparkan analisis mengenai kebutuhan sarana
peribadatan yang ada di Kapanewon Seyegan.Sarana peribdatan di Kapanewon
Seyegan terdapat dua jenis perbadatan yaitu sarana peribadatan masjid dan
sarana peribadatan musholla. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
Proyeksi Kebutuhan Sarana Peribadatan di Kapanewon Seyegan.
Tabel 7.10
Proyeksi Kebutuhan Sarana Peribadatan Masjid Skala Kelurahan
Jumlah Kepadatan Masjid
No Desa/Kalurahan Penduduk Penduduk
2043 2043 Std op Ideal Eks Keb Luas
1 Margoluwih 15829 26 3250 5 18 0 0
2 Margodadi 13609 27 3250 4 25 0 0
3 Margomulyo 18136 35 3250 6 27 0 0
4 Margoagung 14678 28 3250 5 23 0 0
5 Margokaton 11814 23 3250 4 15 0 0
Total 74066 139 16250 23 108 0 0
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023
Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi kebutuhan sarana peribadatan
masjid di Kapanewon Seyegan, tidak perlu adanya penambahan jumlah masjid.
Pada peta keterjangkauan sarana peribadatan masjid seluruh wilayah Kapanewon
sudah terjangkau. Masyarakat dapat menggunakan masjid sebagai sarana
ibadah.

246
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

247
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 7.11
Proyeksi Kebutuhan Sarana Peribadatan Musholla Skala Kelurahan
Jumlah Kepadatan Musholla
No Desa/Kalurahan Penduduk Penduduk Std
2043 2043 Ideal Eks Keb Luas
op
1 Margoluwih 15829 26 325 49 15 34 10954
2 Margodadi 13609 27 325 42 17 25 8084
3 Margomulyo 18136 35 325 56 17 39 12611
4 Margoagung 14678 28 325 45 17 28 9153
5 Margokaton 11814 23 325 36 15 21 6939
Total 74066 139 1625 228 81 147 47741
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023
Dilihat dari hasil perhitungan proyeksi sarana peribadatan di Kapanewon
Seyegan perlu dilakukan penambahan beberapa sarana peribadatan musholla.
Penambahan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sarana
peribadatan musholla serta pembangunan pada 20 tahun kedepan, sarana ini
perlu di tekan pembangunannya agar pembangunan sarana peribadatan merata
di setiap desa yang ada di Kapanewon Seyegan.
Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi kebutuhan sarana peribadatan
musholla di Kapanewon Seyegan, perlu adanya penambahan jumlah musholla
pada setiap kelurahan. Pada peta keterjangkauan sarana peribadatan musholla
seluruh wilayah Kapanewon belum seluruhnya dapat dijangkau.

248
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

249
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

7.5 Analisis Kebutuhan Sarana Perekonomian


Pada sub bab ini akan memaparkan analisis mengenai kebutuhan sarana
Perekonomian yang ada di Kapanewon Seyegan, Sarana Perekonomian di
Kapanewon Seyegan terbagi menjadi 2 tipe pelayanan yaitu untuk skala
Kelurahan dan skala Kapanewon. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
Proyeksi Kebutuhan Sarana Perekonomian Skala Kelurahan dan Tabel Proyeksi
Kebutuhan Sarana Perekonomian Skala Kapanewon.
Tabel 7.12
Proyeksi Kebutuhan Sarana Perekonomian Warung Skala Kelurahan
Jumlah Kepadatan Warung
No Desa/Kalurahan Penduduk Penduduk Std
2043 2043 Op Ideal Eks Keb Luas
1 Margoluwih 15829 26 325 49 28 21 6825
2 Margodadi 13609 27 325 42 40 2 650
3 Margomulyo 18136 35 325 56 53 3 975
4 Margoagung 14678 28 325 45 23 22 7150
5 Margokaton 11814 23 325 36 53 0 0
Total 74066 139 1625 228 197 48 15600
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi kebutuhan sarana perekonomian


warung di Kapanewon Seyegan, perlu adanya penambahan jumlah warung untuk
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada peta keterjangkauan sarana
perekonomian warung belum semua kelurahan wilayah Kapanewon sudah
terjangkau.

250
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

251
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 7.13
Proyeksi Kebutuhan Sarana Perekonomian Pertokoan Skala Kelurahan
Jumlah Kepadatan Pertokoan
No Desa/Kalurahan Penduduk Penduduk Std
2043 2043 Op Ideal Eks Keb Luas
1 Margoluwih 15829 26 2250 7 8 0 0
2 Margodadi 13609 27 2250 6 7 0 0
3 Margomulyo 18136 35 2250 8 6 0 0
4 Margoagung 14678 28 2250 7 8 0 0
5 Margokaton 11814 23 2250 5 5 0 0
Total 74066 139 11250 33 22 0 0
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi kebutuhan sarana perekonomian


pertokoan di Kapanewon Seyegan, tidak perlu adanya penambahan jumlah
pertokoan. Pada peta keterjangkauan saran perekonomian pertokoan seluruh
wilayah Kapanewon sudah terjangkau. Masyarakat dapat menggunakan
pertokoan sebagai sarana ekonomi.

252
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

253
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 7.14
Proyeksi Kebutuhan Sarana Perekonomian Pasar Skala Kapanewon
Jumlah Kepadatan Pasar
No Desa/Kalurahan Penduduk Penduduk
2043 2043 Std Op Ideal Eks Keb Luas
1 Margoluwih 15829 26 39000 0 0 0 0
2 Margodadi 13609 27 39000 0 1 0 0
3 Margomulyo 18136 35 39000 0 0 0 0
4 Margoagung 14678 28 39000 0 2 0 0
5 Margokaton 11814 23 39000 0 0 0 0
Total 74066 139 195000 0 3 0 0
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 13, 2023

Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi kebutuhan sarana perekonomian


pasar di Kapanewon Seyegan, tidak perlu adanya penambahan jumlah pasar.
Dapat dilihat pada peta sebaran sarana ekonomi pasar dimana letak pasar yang
ada di Kapanewon Seyegan.

254
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

255
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 7.15
Proyeksi Kebutuhan Sarana Perekonomian Bank Skala Kapanewon
Jumlah Kepadatan Bank
No Desa/Kalurahan Penduduk Penduduk
2043 2043 Std Op Ideal Eks Keb Luas
1 Margoluwih 15829 26 156000 0 0 0 0
2 Margodadi 13609 27 156000 0 1 0 0
3 Margomulyo 18136 35 156000 0 3 0 0
4 Margoagung 14678 28 156000 0 3 0 0
5 Margokaton 11814 23 156000 0 1 0 0
Total 74066 139 780000 0 8 0 0
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023
Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi kebutuhan sarana perekonomian
bank di Kapanewon Seyegan, tidak perlu adanya penambahan jumlah bank. Pada
peta sebaran [erekonomian bank, dapat dilihat dimana letak lokasi bank.

256
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

257
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Dilihat dari hasil perhitungan proyeksi sarana perekonomian di Kapanewon


Seyegan perlu dilakukan penambahan beberapa sarana perekonomian.
Penambahan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sarana
perekonomian toko dan warung serta pembangunan pada 20 tahun kedepan,
sarana ini perlu di tekan pembangunannya agar pembangunan sarana
perekonomian merata di setiap desa yang ada di Kapanewon Seyegan.

7.6 Analisis Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka, Taman, dan Lapangan


Olah Raga
Pada sub bab ini akan memaparkan analisis mengenai kebutuhan sarana
ruang terbuka, taman, dan lapangan olahraga yang ada di Kapanewon Seyegan.
Sarana ruang terbuka, taman, dan lapangan olahraga di Kapanewon Seyegan
terdapat dua jenis yaitu sarana pemakaman dan sarana RTH (lapangan). Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Proyeksi Kebutuhan Sarana sarana ruang
terbuka, taman, dan lapangan olahraga yang ada di Kapanewon Seyegan. Sarana
ruang terbuka, taman, dan lapangan olahraga di Kapanewon Seyegan.
Tabel 7.16
Proyeksi Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka Pemakaman Skala Kelurahan
Jumlah Kepadatan Pemakaman
No Desa/Kalurahan Penduduk Penduduk
2043 2043 Std Op Ideal Eks Keb Luas
1 Margoluwih 15829 26 156000 0.1015 8 0 0
2 Margodadi 13609 27 156000 0.0872 28 0 0
3 Margomulyo 18136 35 156000 0.1163 9 0 0
4 Margoagung 14678 28 156000 0.0941 1 0 0
5 Margokaton 11814 23 156000 0.0757 1 0 0
Total 74066 139 780000 0.5 47 0 0
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023
Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi kebutuhan sarana ruang terbuka
pemakaman di Kapanewon Seyegan, tidak perlu adanya penambahan jumlah
pemakaman. Pada peta sebaran sarana ruang terbuka pemakaman dapat dilihat
dimana lokasi pemakaman.

258
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

259
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 7.17
Proyeksi Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka Lapangan Skala Kelurahan
Jumlah Kepadatan RTH (Lapangan)
No Desa/Kalurahan Penduduk Penduduk
2043 2043 Std Op Ideal Eks Keb Luas
1 Margoluwih 15829 26 39000 0.4059 3 0 0
2 Margodadi 13609 27 39000 0.3489 2 0 0
3 Margomulyo 18136 35 39000 0.4650 3 0 0
4 Margoagung 14678 28 39000 0.3764 4 0 0
5 Margokaton 11814 23 39000 0.3029 1 0 0
Total 74066 139 195000 2 13 0 0
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023
Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi kebutuhan sarana ruang terbuka
lapangan di Kapanewon Seyegan, tidak perlu adanya penambahan jumlah
pemakaman. Pada peta sebaran sarana ruang terbuka lapangan dapat dilihat
dimana lokasi lapangan.

260
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

261
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Dilihat dari hasil perhitungan proyeksi sarana ruang terbuka di Kapanewon


Seyegan tidak perlu dilakukan penambahan karena dari hasil analisis beberapa
sarana ruang terbuka, taman dan lapangan. Tidak perlu adanya penambahan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sarana ruang terbuka, taman dan
lapangan.

7.7 Analisis Kebutuhan Sarana Pemerintahan


Pada sub bab ini akan memaparkan analisis mengenai kebutuhan sarana
Pemerintahan yang ada di Kapanewon Seyegan, Sarana Kesehatan di
Kapanewon Seyegan terbagi menjadi 2 tipe pelayanan yaitu untuk skala
Kelurahan dan skala Kapanewon. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
Proyeksi Kebutuhan Sarana Pemerintahan Skala Kelurahan dan Tabel Proyeksi
Kebutuhan Sarana Pemerintahan Skala Kapanewon.
Tabel 7.18
Proyeksi Kebutuhan Sarana Pemerintahan Skala Kelurahan
Kelurahan

Margoluwih Margodadi Margomulyo Margoagung Margokaton

Std Op 3250 3250 3250 3250 3250


Ideal 0 0 0 0 0
Pos Hansip Eks 28 31 25 47 12
Keb 0 0 0 0 0
Luas 0 0 0 0 0
Std Op 3250 3250 3250 3250 3250
Ideal 0 0 0 0 0
Balai Desa Eks 1 1 1 1 1
Keb 4 3 5 4 3
Luas 1200 900 1500 1200 900
Std Op 39000 39000 39000 39000 39000
Ideal 0 0 0 0 0
Kantor
Eks 1 1 1 1 1
Kelurahan
Keb 0 0 0 0 0
Luas 0 0 0 0 0
Std Op 39000 39000 39000 39000 39000
Ideal 0 0 0 0 0
Puskesmas
Eks 1 1 1 1 0
Pembantu
Keb 0 0 0 0 0
Luas 0 0 0 0 0
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

262
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 7.19
Proyeksi Kebutuhan Sarana Pemerintahan Skala Kapanewon
Kapanewon
Keterangan
Seyegan
Std
156000
Op
Ideal 0
Kantor Camat Eks 0 Cukup

Keb 0
Luas 0
Std
156000
Op
Ideal 0
Kantor Polisi Eks Cukup
0
Keb 0
Luas 0
Std
156000
Op
Ideal 0
KUA Eks 0 Cukup

Keb 0
Luas 0
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2023

Berdasarkan hasil analisis proyeksi sarana pemerintahan kebutuhan skala


kelurahan, di Kapanewon Seyegan untuk memenuhi kebutuhan 20 tahun kedepan
membutuhkan penambahan yaitu balai desa sebanyak 19 unit, sementara untuk
kategori yang lainnya sudah memenuhi kebutuhan, begitu juga dengan sarana
pemerintahan untuk skala Kapanewon.

263
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

264
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

265
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

BAB VIII
ANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA

8.1. Analisis Kebutuhan Air Bersih


Analisis Kebutuhan air bersih digunakan untuk melihat kebutuhan air bersih
di Kapanewon Seyegan dan membandingkan dengan suplay yang ada.
8.1.1 Air bersih Domestik dan Non Domestik
Setelah dilakukan analisis maka diketahui bahwa kebutuhan air domestik
dan non domestik di Kapanewon Seyegan 20 tahun kedepan akan terus
meningkat. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.1 dimana peninngkatan yang
terjadi pada tiap tahun proyeksinya cukup tajam. Pada proyeksi awal (2023)
kebutuhan air domestik sebesar 52.744 l/hari lalu sempat menurun menjadi 74.066
l/hari pada tahun proyeksi akhir (2043). Hal yang sama terjadi pada proyeksi
kebutuhan air bersih non-domestik. Pada tahun awal proyeksi (2023) jumlah
kebutuhan air non domestik sebesar 421.790 l/hari kemudian di tahun proyeksi
akhir (2043) menjadi 668.270 l/hari. Data pada Tabel 8.1 terjadi peningkatan
karena dipengaruhi peningkatan jumlah penduduk. Ketika jumlah penduduk
meningkat maka akan banyak aktivitas domestik yang dilakukan seperti memasak,
mandi, mencuci, dll. Sama halnya dengan kebutuhan air non-domestik yang terus
meningkat dikarenakan adanya aktivitas seperti industri, kegiatan sarana umum,
dan lainnya.
Tabel 8.1
Jumlah Kebutuhan Air Bersih Domestik dan Non Domestik Kapanewon Seyegan
Tahun 2023-2043
KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DAN NON DOMESTIK KAPANEWON SEYEGAN
Tahun
Keterangan 2023 2028 2033 2038 2043
51.84
Sambungan Rumah yang Terlayani (SR) 36.921 40.652 44.384 47.863 6
22.22
Kran Umum yang Terlayani (KU) 15.823 17.422 19.022 20.513 0
Kebutuhan Air Total (L/detik) 1,49 1,21 1,27 1,42 1,53
Kehilangan Air (L/detik) 0,37 0,30 0,32 0,35 0,38
Kebutuhan Produksi (L/detik) 1,86 1,51 1,59 1,77 1,91
Kebutuhan Harian Maksimum (L/detik) 1,86 1,51 1,59 1,77 1,91
Kebutuhan Jam Puncak (L/detik) 2,60 2,12 2,23 2,48 2,69
KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DAN NON DOMESTIK MARGOLUWIH
Sambungan Rumah yang Terlayani (SR) 6.667 7.382 8.096 8.812 9.148
Kran Umum yang Terlayani (KU) 2.857 3.164 3.470 3.776 3.921
Kebutuhan Air Total (L/detik) 8,00 1,21 1,27 1,42 1,53

266
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Kehilangan Air (L/detik) 2,00 0,30 0,32 0,35 0,38


Kebutuhan Produksi (L/detik) 10,00 1,51 1,59 1,77 1,91
Kebutuhan Harian Maksimum (L/detik) 10,00 1,51 1,59 1,77 1,91
Kebutuhan Jam Puncak (L/detik) 14,00 2,12 2,23 2,48 2,68
KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DAN NON DOMESTIK MARGODADI
Sambungan Rumah yang Terlayani 9,14
(SR) 6.667 7,382 8,096 8,812 8
Tahun
Keterangan
2023 2028 2033 2038 2043
KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DAN NON DOMESTIK MARGODADI
3,92
Kran Umum Yang Terlayani (KU) 2,857 3,164 3,470 3,776 1
Kebutuhan Air Total (L/detik) 1,09 1,21 1,35 1,46 1,55
Kehilangan Air (L/detik) 0,27 0,30 0,34 0,37 0,39
Kebutuhan Produksi (L/detik) 1,36 1,52 1,69 1,83 1,93
Kebutuhan Harian Maksimum (L/detik) 1,36 1,52 1,69 1,83 1,93

Kebutuhan Jam Puncak (L/detik) 1,9 2,12 2,37 2,56 2,7

KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DAN NON DOMESTIK MARGOMULYO


Sambungan Rumah yang Terlayani 12.6
(SR) 9.316 10.161 11.005 11.850 95
5,44
Kran Umum yang Terlayani (KU) 3,992 4,355 4,717 5.079 1
Kebutuhan Air Total (L/detik) 1,52 1,75 1,8 1,93 1,06
Kehilangan Air (L/detik) 0,38 0,44 0,45 0,48 0,26
Kebutuhan Produksi (L/detik) 1,9 2,19 2,25 2,41 1,32
Kebutuhan Harian Maksimum (L/detik) 1.90 2,19 2,25 2,41 1,32
Kebutuhan Jam Puncak (L/detik) 2,66 3,06 3,14 3,37 1,85
KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DAN NON DOMESTIK MARGOAGUNG
Sambungan Rumah yang Terlayani 10.2
(SR) 7.506 8.198 8.890 9.582 75
4.40
Kran Umum yang Terlayani (KU) 3.217 3.513 3.810 4.107 3
Kebutuhan Air Total (L/detik) 1.22 1,16 1,46 0,63 0,96
Kehilangan Air (L/detik) 0.30 0,32 0,36 0,16 0,24
Kebutuhan Produksi (L/detik) 1.52 1,62 1,82 0,78 1,2
Kebutuhan Harian Maksimum (L/detik) 1.52 1,62 1,82 0,78 1,2
Kebutuhan Jam Puncak (L/detik) 2.13 2,27 2,55 1,1 1,68
KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DAN NON DOMESTIK MARGOKATON
Sambungan Rumah yang Terlayani 8.27
(SR) 5.661 6.313 6.966 7.617 0
3.54
Kran Umum yang Terlayani (KU) 2.426 2.706 2.985 3.265 4
Kebutuhan Air Total (L/detik) 0,92 0,94 0,96 1,02 1,14
Kehilangan Air (L/detik) 0,23 0,23 0,24 0,26 0,28
Kebutuhan Produksi (L/detik) 1,15 1,17 1,2 1,28 1,42

267
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Kebutuhan Harian Maksimum (L/detik) 1,15 1,17 1,2 1,28 1,42


Kebutuhan Jam Puncak (L/detik) 1,61 1,64 1,68 1,79 1,99
Sumber: Hasil analisis kelompok 13

8.1.2 Analisis Kebutuhan Air Bersih Pertanian


Hasil analisis menunjukkan bahwa semakin besar luasan lahan sawah,
maka kebutuhan air bersih pertaniannya semakin besar. Kapanewon Seyegan
memiliki luas sawah sebesar 1.214 Ha. Secara keseluruhan, Kapanewon Seyegan
mebutuhkan air bersih pertanian sebanyak 37.760.256 m3 /tahun/Ha. Dengan
memperhitungkan luas daerah irigasi, intensitas tanaman, dan standar
penggunaan air, maka dihasilkan angka kebutuhan air tiap desa seperti dalam
Tabel 8.2. Kebutuhan air tersebut harus terpenuhi supaya tidak menghambat
jalannya aktivitas pertanian
Kebutuhan air bersih pertanian terbesar terletak di Desa Margodai Desa
dengan luas lahan persawahan sebesar 269 Ha membutuhkan air bersih pertanian
sebesar 7.713.792 m3 /tahun/Ha. Adapun pengguna air untuk padi terkecil di Desa
Margomulyo Dengan luas lahan sawah seluas 198 membutuhkan air bersih
pertanian sebanyak 6.158.592 m3 /tahun/Ha.
Tabel 8.2
Kebutuhan Air Bersih Pertanian Kapanewon Seyegan Tahun 2023
No Desa Luas Lahan Sawah (Ha) A (m3/tahun/Ha)
1 Margoluwih 248 7,713,792
2 Margodadi 269 8,366,976
3 Margomulyo 198 6,158,592
4 Margoagung 233 7,247,232
5 Margokaton 266 8,273,664
Kapanewon Seyegan 1.214 37.760.256
Sumber: Hasil analisis kelompok 13

8.1.3 Analisis Kebutuhan Air Bersih Peternakan


Hasil analisis prasarana air bersih peternakan menunjukkan bahwa
Kapanewon Seyegan memiliki 3 (tiga) komoditas utama sektor peternakan. Hewan
yang biasa diternak adalah sapi/kerbau, kambing/domba, dan unggas. Setelah
dilakukan perhitungan, jumlah kebutuhan air bersih peternakan se-Kapanewon
Seyegan, sebesar 73708,903 m3 /tahun. Jenis hewan ternak terbanyak di
Kapanewon Seyegan adalah unggas sebanyak 192.792 ekor. Data yang
digunakan dalam analisis ini bersumber dari Kapanewon Seyegan dalam angka
2022. Perhitungan kebutuhan air bersih peternakan dilakukan hingga skala per-
desa. Hasil dapat dilihat pada Tabel 8.3, bahwa Desa Margokaton menjadi desa
dengan kebutuhan air bersih terbesar. Desa Margokaton memiliki kebutuhan air

268
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

bersih peternakan sebanyak 81.360.898 m3 /tahun.


Tabel 8.3
Kebutuhan Air Bersih Peternakan Kapanewon Seyegan Tahun 2023
Tarif PDAM
Jumlah Komuditi Peternakan Kapanewon Seyegan 2023 Kab.Sleman
Tahun 2023
Kambing/ QLm3/ Rp.3.450/Lite
Desa Sapi/Kerbau Unggas Babi
Domba Tahun r
7281,3
Margodadi 243 13415 436 0 25.120.778
85
9870,1
Margoluwih 194 27444 191 310 34.051.882
11
11326,
Margomulyo 513 10745 813 0 39.077.046
68
23582,
Margokaton 307 81556 461 182 81.360.898
869
21647,
Margoagung 522 59632 530 0 74.685.110
858
73708,
Jumlah 1779 192792 2431 492 254.295.715
903
Sumber: Hasil analisis kelompok 13

8.2 Analisis Timbulan Air Limbah


Kapanewon Seyegan pada tahun proyeksi awal 2023 akan mengeluarkan
grey water sebanyak1.684.511,50 m3 /Tahun, black water 2.109,76 m3 /Tahun,
dan total timbunan air limbah sebanyak 1.686.621,26 m3 /Tahun. Pada Tabel 8.2
menunjukkan proyeksi 20 tahun kedepan Kapanewon Seyegan akan memiliki
buangan limbah grey water terbesar di Desa Margomulyo sebanyak 579.218,50
m3 /Tahun, dan black water terbanyak di desa yang sama sebesar 725,44 m3
/Tahun. Air bekas yang tidak dapat dipergunakan lagi untuk tujuan semula, baik
yang mengandung kotoran manusia (tinja) atau dari aktifitas dapur, kamar mandi
dan cuci, dimana kuantitasnya antara () dari rata-rata pemakaian air bersih.
Tabel 8.4
Proyeksi Prasaran Air Limbah (m3/tahun) Tahun 2023-2043
Jenis Proyeksi Prasarana Air Limbah (m3/tahun)
Desa
Limbah 2023 2028 2033 2038 2043

Margoluwih 354.570 392.320 430.070,38 467.788,56 505.538,69

Margodadi 304.170 336.780 369.389,13 402.029,25 434.637,44

Grey Water Margomulyo 425.020 463.570 502.121,38 540.669,94 579.218,50

Margoagung 342.460 374.020 405.606,25 437.192,44 468.778,63

Margokaton 258.270 288.040 317.810,06 347.543,88 377.309,63

269
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Kapanewon
1.664.62 1.854.73 2.024.997,19 2.195.224,06 2.365.482,88
Seyegan

Margoluwih 444,08 491,36 538,64 585,88 633,16

Margodadi 380,96 421,8 462,64 503,52 544,36

Margomulyo 532,32 580,6 628,88 677,16 725,44


Black Water
Margoagung 428,92 468,44 508.000 547,56 587,12

Margokaton 323,48 360,76 398,04 435,28 472,56

Kapanewon
2.109,76 2.322,96 2.536,20 2.749,40 2.962,64
Seyegan

Margoluwih 355.014,21 392.811,61 430.609,02 468.374,44 506.171,85

Margodadi 304.553,71 337.202,74 369.851,77 402.532,77 435.181,80


Margomulyo 425.556,57 464.153,41 502.750,26 541.347,10 579.943,94
Total
Timbunan Margoagung 3.428.894,73 374.488,50 406.114,25 437.740,00 469.365,75

Margokaton 258.602,04 288.405,17 318.208,10 347.979 377.782,19

Kapanewon
1.686.621,26 1.857.061,34 2.027.533,39 2.197.973,46 2.368.445,52
Seyegan
Sumber: Hasil analisis kelompok 13
8.3 Analisis Kebutuhan Drainase
Sistem drainase yang ada di Kapanewon Seyegan merupakan drainase
buatan. Kedalaman dan lebarnya disesuaikan sesuai ruas jalan yang dilewatinya.
Seperti contohnya pada jalan besar, diameter drainase dibuat agak lebar
sementara pada jalan di pemukiman diameternya semakin kecil. Termasuk pada
wilayah persawahan dan perkebunan, saluran drainase dibuat lebih besar agar
sistem perairan tersalurkan dengan baik. Sistem drainase terhubung dari wilayah
perumahan lalu ke jalan besar dan pertanian, setelah itu disalurkan ke sungai
sebagai jalan terakhir.
Drainase yang ada di Kapanewon Seyegan didominasi oleh saluran
terbuka dengan kondisi yang cukup baik, beberapa ada yang memiliki masalah
penumpukan sampah hingga tersumbat. Ada pula yang kondisinya kering seperti
pada Desa Margodadi. Sebagian besar wilayah yang memiliki sistem drainase
yang tersumbat mengakibatkan bencana banjir jangka pendek. Saluran yang
tersumbat biasanya dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat dalam
menjaga kebersian sehingga banyak sampah yang menumpuk dan membuat air
tidak jalan.
1) Kondisi Eksisting Saluran Drainase

270
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Wilayah Kapnewon Seyegan memiliki luas 2.663 Ha, kondisi Topografi


Kapanewon Seyegan relatif datar. Setiap musim penghujan tiba, tidak pernah
terjadi genangan air di wilayah ini khususnya disekitar permukiman dan tegalan
atau lahan pertanian masyarakat

Drainase di tepian Jalan Pinggir Desa Margodadi


Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2023

Drainase di tepian Jalan Kapanewon Seyegan


Sumber: Hasil Survei Lapangan, 2023
2) Curah Hujan
Data Curah hujan yang digunakan yaitu data curah hujan rentang 5 tahun
yang diambil dari data BPS Kapanewom Seyegan dalam Angka.
Tabel 8.5
Curah Hujan Tahun 2017-2022
Curah
No Tahun
Hujan
1 2017 716
2 2018 574
3 2019 562
4 2020 262
5 2021 475
6 2022 445
Sumber : BPS Tahun 2017-2022

3) Koefisien Pengaliran dan Intensitas Hujan

271
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Dalam perhitungan ini digunakan batasan delinasi wilayah perhitungan


banjir rencana yaitu diperoleh dengan menghitung data luasa dari masing-masing
tata guna lahan yang ada. Luasan masing-masing tata guna lahan untuk kawasan
daerah pengaliran desa penetapan diperoleh dari pengukuran melalui arcgis.
Tabel 8.6
Tutupan Lahan di Sekitar Sungai Konteng
Jenis Tutupan Lahan Luas (Ha) C
Lahan Kosong 47,813 0,9
Tegalan 48,25 0,7
Sawah 630,43 0,8
Total 726,493
Sumber: Hasil analisis kelompok 13
Tabel 8.7
Tutupan Lahan di Sekitar Sungai Krusuk
Jenis Tutupan Lahan Luas (Ha) C
Perkebunan Lain 425,45 0,54
Perekebunan
Campuran 345,28 0,55
Sawah 923,31 0,7
Perkarangan 7,1 0,4
Tegalan 6,5 0,72
Total 1707,54
Sumber: Hasil analisis kelompok 13

4) Perhitungan Debit Banjir Rancangan


Banjir rencana merupakan perkiraan besarnya Run-off yang akan terjadi
sehubungan dengan akan terjadinya perubahan permukaan yang direncanakan.
Berikut Rumus perhitungan Banjir Rencana:
Q= 0, 00278.C.A.I

a) Sungai Konteng
• Koefisien Limpasan (C) =
(47,813x0,9) +(48,25x0,7) +(630,43x0,8)
Cr =
47,813+48,25+630,43

= 0,79994
• Intensitas Hujan (I)
R24 = 112 mm/jam
Tc = 0,0195L0,77S-0,385

=0,0195 x 10.7320,771,73-0,385
= 0,0195 x 1.269,48 x 0,137
= 3,391416 menit
= 0,057 jam

272
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Jadi I = R24/24(24/tc)2/3
I = 112/24 (24/0,057)2/3
I = 4,67 (28,07)
I = 131,0869 mm/jam

• Debit Banjir Rencana


Q = 0,00278 x C x A x I
= 0,00278 x0,79994 x726,493 x 131,0869
= 211,784 m3/det

b) Sungai Krusuk
• Koefisien Limpasan (C) =
(425,45x0,54) +(345,28x0,55) +(923,31x0,7)+(
Cr = 7,1x0,4)+( 6,5x0,72)
425,45+345,28+923,31+7,1+6,5

= 0,628636
• Intensitas Hujan (I)
R24 = 112 mm/jam
Tc = 0,0195L0,77S-0,385

= 0,0195 x 10.7220,771,62-0,385
= 0,0195 x 1.268,56 x 0.141
= 3,487906 menit
= 0,058 jam

Jadi I = R24/24(24/tc)2/3
I = 112/24 (24/0,058)2/3
I = 4,67 (27,59)
I = 128,8453 mm/jam

• Debit Banjir Rencana


Q = 0,00278 x C x A x I
= 0,00278 x 0,628636
x1707,54 x 128,8453
= 384,489 m3/det

273
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

8.4 Analisis Kebutuhan Telekomunikasi


Hasil analisis prasarana telekomunikasi menunjukan bahwa pada tahun
2043 kapasitas traffic pada Kapanewon Seyegan mencapai 2.666,376 ,desa
dengan kapasitas traffic terbesar terdapat pada Desa Margomulyo dengan jumlah
652,896 hal ini di sebabkan karena Deda Margomulyo juga menjadi desa dengan
proyeksi pengguna telpon seluler tebanyak dengan jumlah 16.322
pengguna.Sedangkan desa dengan kapasitas traffic terendah terdapat pada Desa
Margokaton.
Tabel 8.8
Kebutuhan Telekomunikasi Kapanewon SeyeganTahun 2023
Proyeksi
Jumlah Pengguna Kapasitas Kebutuhan
No Tahun Desa Teledensitas
Penduduk Tlp Traffic BTS
Seluler

1 Margoluwih 11.102 70% 7.771 310,856 5

2 Margodadi 9.524 70% 6.667 266,672 4

3 2023 Margomulyo 13.308 70% 9.316 372,624 6

4 Margoagung 10.723 70% 7.506 300,244 5

5 Margokaton 8.087 70% 5.661 226,436 3


Kapanewon Seyegan 52.744 70% 36.921 1.476,832 22
Sumber: Hasil analisis kelompok 13
Tabel 8.9
Kebutuhan Telekomunikasi Kapanewon SeyeganTahun 2028
Proyeksi
Jumlah Pengguna Kapasitas Kebutuhan
No Tahun Desa Teledensitas
Penduduk Tlp Traffic BTS
Seluler
1 Margoluwih 12.284 75% 9213 368,52 6
2 Margodadi 10.545 75% 7909 316,35 5
3 2028 Margomulyo 14.515 75% 10886 435,45 7
4 Margoagung 11.711 75% 8783 351,33 5
5 Margokaton 9.019 75% 6764 270,57 4
Kapanewon Seyegan 58.074 75% 43556 1742,22 27
Sumber: Hasil analisis kelompok 13
Tabel 8.10
Kebutuhan Telekomunikasi Kapanewon SeyeganTahun 2033
Proyeksi
Jumlah Kapasitas Kebutuhan
No Tahun Desa Teledensitas Pengguna
Penduduk Traffic BTS
Tlp Seluler
1 Margoluwih 13.466 80% 10773 430,912 7
2 Margodadi 11.566 80% 9253 370,112 6
3 2033 Margomulyo 15.722 80% 12578 503,104 8
4 Margoagung 12.700 80% 10160 406,4 6
5 Margokaton 9.951 80% 7961 318,432 5

274
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Kapanewon Seyegan 63.405 80% 50724 2028,96 31


Sumber: Hasil analisis kelompok 13
Tabel 8.11
Kebutuhan Telekomunikasi Kapanewon SeyeganTahun 2038

Sumber: Hasil analisis kelompok 13


Tabel 8.12
Kebutuhan Telekomunikasi Kapanewon SeyeganTahun 2043
Proyeksi
Jumlah Pengguna Kapasitas
No Tahun Desa Teledensitas Kebutuhan BTS
Penduduk Tlp Traffic
Seluler
1 Margoluwih 15.829 90% 14246 569,844 9
2 Margodadi 13.609 90% 12248 489,924 7
3 2043 Margomulyo 18.136 90% 16322 652,896 10
4 Margoagung 14.678 90% 13210 528,408 8
5 Margokaton 11.814 90% 10633 425,304 6
Kapanewon Seyegan 74.066 90% 66.659 2666,376 41
Sumber: Hasil analisis kelompok 13

8.5 Analisis Kebutuhan Listrik


Perhitungan analisis prasarana listrik dilakukan untuk mengetahui jumlah
kebutuhan 20 tahun mendatang. Hasil analisis pada Tabel 8.6 hingga Tabel 8.10
menunjukkan bahwa Desa Margomulyo memiliki kebutuhan minimum dan
maksimum tertinggi. Desa Margomulyo memiliki kebutuhan minimum jumlah daya
sebesar 2.121.912 KVA dan kebutuhan jumlah daya maksimum di tahun yang
sama sebesar 10.373.792 KVA. Melihat proyeksi 20 tahun mendatang,
Kapanewon Seyegan pada tahun 2043 membutuhkan jumlah daya minimal
8.665.722 KVA dan maksimal 42.365.752 KVA. Kondisi pelayanan kelistrikan di
Kapanewon Seyegan berdasarkan hasil wawancra perangkat desa (2023)
mengatakan bahwa seluruh warga sudah menggunakan listrik dirumahnya.
Dengan arti lain, distribusi listrik di Kapanewon Sindang sudah tersebar merata.
Mesikun begitu, dengan tabel yang disajikan dibawah ini maka perencanaan
pembangunan prasarana listrik harus dilakukan.

275
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 8.13
Proyeksi Kebutuhan Minimun Prasarana Listrik Tahun 2023
2023
Jumlah Kebutuhan Minimum (KVA)
Jumlah
No Desa penduduk Non Penerangan Jumlah
rumah Domestik Jumlah Gardu Pembagi
(Jiwa) Domestik Jalan Daya
1 Margoluwih 11.102 2.776 1.248.975 249.795 124.898 1.623.668 3
2 Margodadi 9.524 1.905 857.160 171.432 85.716 1.114.308 2
3 Margomulyo 13.308 2.662 1.197.720 239.544 119.772 1.557.036 2
4 Margoagung 10.723 2.145 965.070 193.014 96.507 1.254.591 2
5 Margokaton 8.087 1.617 727.830 145.566 72.783 946.179 2
Kapanewon
52.744 10.549 4.996.755 999.351 499.676 6.495.782 10
Seyegan
Sumber: Hasil analisis kelompok 13
Tabel 8.14
Proyeksi Kebutuhan Maksimum Prasarana Listrik Tahun 2023
2023
Jumlah Kebutuhan Maksimum (KVA)
Jumlah
No Desa penduduk Non Penerangan Jumlah Jumlah Gardu
rumah Domestik
(Jiwa) Domestik Jalan Daya Pembagi
1 Margoluwih 11.102 2.776 6.106.100 1.221.220 610.610 7.937.930 13
2 Margodadi 9.524 1.905 4.190.560 838.112 419.056 5.447.728 9
3 Margomulyo 13.308 2.662 5.855.520 1.171.104 585.552 7.612.176 12
4 Margoagung 10.723 2.145 4.718.120 943.624 471.812 6.133.556 10
5 Margokaton 8.087 1.617 3.558.280 711.656 355.828 4.635.764 7
Kap. Seyegan 52.744 10.549 24.428.580 4.885.716 2.442.858 31.757.154 50
SuSumber: Hasil analisis kelompok 13
Tabel 8.15

276
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Proyeksi Kebutuhan Minimun Prasarana Listrik Tahun 2028


2028
Jumlah Kebutuhan Minimum (KVA)
Jumlah
Desa pendudu Non Penerangan Jumlah
rumah Domestik Jumlah Gardu Pembagi
k (Jiwa) Domestik Jalan Daya
1 Margoluwih 12.284 2.457 1.105.560 221.112 110.556 1.437.228 2
2 Margodadi 10.545 2.109 949.050 189.810 94.905 1.233.765 2
3 Margomulyo 14.515 2.903 1.306.350 261.270 130.635 1.698.255 3
4 Margoagung 11.711 2.342 1.053.990 210.798 105.399 1.370.187 2
5 Margokaton 9.019 1.804 811.710 162.342 81.171 1.055.223 2
Kap. Seyegan 58.074 11.615 5.226.660 1.045.332 522.666 6.794.658 11
Sumber: Hasil analisis kelompok 13
Tabel 8.16
Proyeksi Kebutuhan Maksimum Prasarana Listrik Tahun 2028
2028
Jumlah Kebutuhan Maksimum (KVA)
Jumlah
No Desa penduduk Penerangan Jumlah Gardu
rumah Domestik Non Domestik Jumlah Daya
(Jiwa) Jalan Pembagi
1 Margoluwih 11.102 2.776 5.404.960 1.080.992 540.496 7.026.448 11
2 Margodadi 9.524 1.905 4.639.800 927.960 463.980 6.031.740 10
3 Margomulyo 13.308 2.662 6.386.600 1.277.320 638.660 8.302.580 13
4 Margoagun 10.723 2.145 5.152.840 1.030.568 515.284 6.698.692 11
g
5 Margokaton 8.087 1.617 3.968.360 793.672 396.836 5.158.868 8
Kap. Seyegan 52.744 10.549 25.552.560 5.110.512 2.555.256 33.218.328 53
SSumber: Hasil Analisis Kelompok 13
Tabel 8.17

277
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Proyeksi Kebutuhan Minimun Prasarana Listrik Tahun 2033


2033
Jumlah Kebutuhan Minimum (KVA)
Jumlah
Desa penduduk Penerangan Jumlah Gardu
rumah Domestik Non Domestik Jumlah Daya
(Jiwa) Jalan Pembagi
1 Margoluwih 13.466 2.693 1.211.940 242.388 121.194 1.575.522 3
2 Margodadi 11.566 2.313 1.040.940 208.188 104.094 1.353.222 2
3 Margomulyo 15.722 3.144 1.414.980 282.996 141.498 1.839.474 3
4 Margoagung 12.700 2.540 1.143.000 228.600 114.300 1.485.900 2
5 Margokaton 9.951 1.990 895.590 179.118 89.559 1.164.267 2
Kapanewon Seyegan 63.405 12.681 5.706.450 1.141.290 570.645 7.418.385 12
Sumber: Hasil analisis kelompok 13
Tabel 8.18
Proyeksi Kebutuhan Maksimum Prasarana Listrik Tahun 2033
2033
Jumlah Kebutuhan Maksimum (KVA)
Jumlah
No Desa penduduk Penerangan Jumlah
rumah Domestik Non Domestik Jumlah Gardu Pembagi
(Jiwa) Jalan Daya
1 Margoluwih 13.466 2.693 5.925.040 1.185.008 592.504 7.702.552 12
2 Margodadi 11.566 2.313 5.089.040 1.017.808 508.904 6.615.752 11
3 Margomulyo 15.722 3.144 6.917.680 1.383.536 691.768 8.992.984 14
4 Margoagung 12.700 2.540 5.588.000 1.117.600 558.800 7.264.400 12
5 Margokaton 9.951 1.990 4.378.440 875.688 437.844 5.691.972 9
Kap. Seyegan 63.405 12.681 27.898.200 5.579.640 2.789.820 36.267.660 58

Sumber: Hasil analisis kelompok 13

Tabel 8.19

278
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Proyeksi Kebutuhan Minimum Prasarana Listrik Tahun 2038


2038
Jumlah Kebutuhan Minimum (KVA)
No Desa penduduk Jumlah rumah
(Jiwa) Domestik Non Domestik Penerangan Jalan Jumlah Daya Jumlah Gardu Pembagi
1 Margoluwih 14.647 2.929 1.318.230 263.646 131.823 1.713.699 3
2 Margodadi 12.588 2.518 1.132.920 226.584 113.292 1.472.796 2
3 Margomulyo 16.929 3.386 1.523.610 304.722 152.361 1.980.693 3
4 Margoagung 13.689 2.738 1.232.010 246.402 123.201 1.601.613 3
5 Margokaton 10.882 2.176 979.380 195.876 97.938 1.273.194 2
Kapanewo Seyegan 68.735 13.747 6.186.150 1.237.230 618.615 8.041.995 13
Sumber: Hasil analisis kelompok 13
Tabel 8.20
Proyeksi Kebutuhan Maksimum Prasarana Listrik Tahun 2038
2038
Jumlah Kebutuhan Maksimum (KVA)
No Desa Jumlah rumah
penduduk (Jiwa) Domestik Non Domestik Penerangan Jalan Jumlah Daya Jumlah Gardu Pembagi
1 Margoluwih 14.647 2.929 6.444.680 1.288.936 644.468 8.378.084 13
2 Margodadi 12.588 2.518 5.538.720 1.107.744 553.872 7.200.336 11
3 Margomulyo 16.929 3.386 7.448.760 1.489.752 744.876 9.683.388 15
4 Margoagung 13.689 2.738 6.023.160 1.204.632 602.316 7.830.108 12
5 Margokaton 10.882 2.176 4.788.080 957.616 478.808 6.224.504 10
Kapanewon Seyegan 68.735 13.747 30.243.400 6.048.680 3.024.340 39.316.420 61
Sumber: Hasil analisis kelompok 13

Tabel 8.21

279
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Proyeksi Kebutuhan Minimum Prasarana Listrik Tahun 2043


2043
Kebutuhan Minimum (KVA)
No. Desa Jumlah penduduk (Jiwa) Jumlah rumah Jumlah Gardu
Domestik Non Domestik Penerangan Jalan Jumlah Daya
Pembagi
1 Margoluwih 15.829 3.166 1.424.610 284.922 142.461 1.851.993 3
2 Margodadi 13.609 2.722 1.224.810 244.962 122.481 1.592.253 3
3 Margomulyo 18.136 3.627 1.632.240 326.448 163.224 2.121.912 3
4 Margoagung 14.678 2.936 1.321.020 264.204 132.102 1.717.326 3
5 Margokaton 11.814 2.363 1.063.260 212.652 106.326 1.382.238 2
Kapanewon Seyegan 74.066 14.813 6.665.940 1.333.188 666.594 8.665.722 14
Sumber: Hasil analisis kelompok 13

Tabel 8.22
Proyeksi Kebutuhan Maksimum Prasarana Listrik Tahun 2043
2043
Kebutuhan Maksimum (KVA)
Jumlah penduduk
No. Desa Jumlah rumah Domestik Non Domestik Penerangan Jalan Jumlah Daya Jumlah Gardu
(Jiwa)
Pembagi
1 Margoluwih 15.829 3.166 6.964.760 1.392.952 696.476 9.054.188 14
2 Margodadi 13.609 2.722 5.987.960 1.197.592 598.796 7.784.348 12
3 Margomulyo 18.136 3.627 7.979.840 1.595.968 797.984 10.373.792 16
4 Margoagung 14.678 2.936 6.458.320 1.291.664 645.832 8.395.816 13
5 Margokaton 11.814 2.363 5.198.160 1.039.632 519.816 6.757.608 11
Kapanewon Seyegan 74.066 14.813 32.589.040 6.517.808 3.258.904 42.365.752 66

Sumber: Hasil analisis kelompok 13

280
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

281
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

8.6 Analisis Kebutuhan Sistem Persampahan


Hasil analisis prasarana persampahan menunjukkan bahwa Kapanewon
Seyegan mengalami peningkatan timbunan sebanyak 13,3 ton/hari setiap lima
tahun. Desa dengan timbunan sampah terbanyak ada di Margomulyo sebesar 45,3
ton/hari pada tahun 2043. Angka timbunan di Desa Margomulyo cukup signifikan
lebih tinggi dibandingkan desa lainnya. Hal ini dapat terjadi karena jumlah
penduduk di Desa Margomulyo pada tahun proyeksi 2043 mencapai 18.136 jiwa.
Dalam analisis ini, jumlah penduduk akan sangat mempengaruhi jumlah timbunan
sampah. Apabila dikalkulasikan secara keseluruhan, pada tahun 2023 di
Kapanewon Seyegan memiliki total timbunan sampah sebesar 131,9 ton/h dan
185,2 ton/h pada tahun 2043.

Dari hasil analisis yang telah dilakukan bahwa timbunan sampah yang
dihasilkan oleh masyarakat di Kapanewon Sindang mengalami kenaikan setiap
tahunnya dikarenakan naiknya timbunan sampah yang ada. Maka dari itu
pemerintah perlu menyiapkan penambahan pada penyediaan penampungan
sampah atau TPS, dengan hal tersebut dapat membantu dalam pengambilan
sampah yang semakin banyak setiap tahunnya dikarenakan pertumbuhan
penduduk yang begitu besar terjadi.

Tabel 8.23
Beban dan Prioritas Pelayanan Persampahan Kapanewon Seyegan Tahun 2023

Jumlah Luas Kepadatan


Beban
No Desa Penduduk Terbangun Pendudk Netto
Pelayanan
Tahun 2023 (Ha) (jiwa/ha)

1 Margoluwih 11102 33,93 327 Tinggi


2 Margodadi 9524 27,87 342 Tinggi
3 Margomulyo 13308 34,47 386 Tinggi
4 Margoagung 10723 33,99 315 Tinggi
5 Margokaton 8087 27,87 290 Tinggi
Total 52.744 158 1.661 Tinggi
Sumber: Hasil analisis kelompok 13

282
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

Tabel 8.24
Proyeksi Timbunan Sampah ton/hari Kapanewon Seyegan Tahun 2023

Timbulan Sampah (m3/hari)


Jumlah
No Desa Penduduk
(Jiwa)
Std = 0,0025 m3/o/h

1 Margoluwih 11,102 27,8

2 Margodadi 9,524 23,8

3 Margomulyo 13,308 33,3

4 Margoagung 10,723 26,8

5 Margokaton 8,087 20,2

Total 52,744 131,9


Sumber: Hasil analisis kelompok 13

Tabel 8.25
Proyeksi Timbunan Sampah ton/hari Kapanewon Seyegan Tahun 2028

Timbulan Sampah (m3/hari)


Jumlah
No Desa Penduduk
(Jiwa)
Std = 0,0025 m3/o/h

1 Margoluwih 12,284 30,7

2 Margodadi 10,545 26,4

3 Margomulyo 14,515 36,3

4 Margoagung 11,711 29,3

5 Margokaton 9,019 22,5

Total 58.07 145,2


Sumber: Hasil analisis kelompok 13

Tabel 8.26
Proyeksi Timbunan Sampah ton/hari Kapanewon Seyegan Tahun 2033

Timbulan Sampah (m3/hari)


Jumlah
No Desa Penduduk
(Jiwa)
Std = 0,0025 m3/o/h

283
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

1 Margoluwih 13,466 33,7

2 Margodadi 11,566 28,9

3 Margomulyo 15,722 39,3

4 Margoagung 12,700 31,8

5 Margokaton 9,951 24,9


Kapanewon
63.41 158,5
Seyegan
Sumber: Hasil analisis kelompok 13

Tabel 8.27
Proyeksi Timbunan Sampah ton/hari Kapanewon Seyegan Tahun 2038

Timbulan Sampah (m3/hari)


Jumlah
No Desa Penduduk
(Jiwa)
Std = 0,0025 m3/o/h

1 Margoluwih 14,647 36,6

2 Margodadi 12,588 31,5

3 Margomulyo 16,929 42,3

4 Margoagung 13,689 34,2

5 Margokaton 10,882 27,2

Total 68,735 171,8

Sumber: Hasil analisis kelompok 13

Tabel 8.28
Proyeksi Timbunan Sampah ton/hari Kapanewon Seyegan Tahun 2043

Timbulan Sampah (m3/hari)


Jumlah
No Desa Penduduk
(Jiwa)
Std = 0,0025 m3/o/h

1 Margoluwih 15,829 39,6

2 Margodadi 13,609 34,0

3 Margomulyo 18,136 45,3

4 Margoagung 14,678 36,7

284
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

5 Margokaton 11,814 29,5

Total 74.07 185,2

Sumber: Hasil analisis kelompok 13

Dari hasil analisis yang telah dilakukan bahwa timbunan sampah yang
dihasilkan oleh masyarakat di Kapanewon Sindang mengalami kenaikan setiap
tahunnya dikarenakan naiknya timbunan sampah yang ada. Maka dari itu
pemerintah perlu menyiapkan penambahan pada penyediaan penampungan
sampah atau TPS, dengan hal tersebut dapat membantu dalam pengambilan
sampah yang semakin banyak setiap tahunnya dikarenakan pertumbuhan
penduduk yang begitu besar terjadi.

Tabel 8.29
Kebutuhan Tong Sampah (rumah) di Kapanewon Seyegan
Tong Sampah Rumah Kapanewon Seyegan
No. Desa
2023 2028 2033 2038 2043
1 Margoluwih 3.701 4.095 4.489 4.882 5.276
2 Margodadi 3.175 3.515 3.855 4.196 4.536
3 Margomulyo 4.436 4.838 5.241 5.643 6.045
4 Margoagung 3.574 3.904 4.233 4.563 4.893
5 Margokaton 2.696 3.006 3.317 3.627 3.938
Total 17.581 19.358 21.135 22.912 24.689
Sumber: Hasil analisis kelompok 13
Tabel 8.30
Kebutuhan TPS (RW) di Kapanewon Seyegan
TPS (RW)
No. Desa
2023 2028 2033 2038 2043
1 Margoluwih 4 5 5 6 6
2 Margodadi 4 4 5 5 5
3 Margomulyo 5 6 6 7 7
4 Margoagung 4 5 5 5 6
5 Margokaton 3 4 4 4 5
Total 21 23 25 27 30
Sumber: Hasil analisis kelompok 13
Tabel 8.31
Kebutuhan TPS (Desa) di Kapanewon Seyegan
TPS(Desa)
No. Desa
2023 2028 2033 2038 2043
1 Margoluwih
2 Margodadi
3 Margomulyo 2 2 2 2 2
4 Margoagung
5 Margokaton
Kapanewon Seyegan 2 2 2 2 2
Sumber: Hasil analisis kelompok 13

285
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

BAB IX
POTENSI DAN MASALAH WILAYAH PERENCANAAN

9.1 Potensi Wilayah Perencanaan


Adapun potensi wilayah perencanaan yaitu Kapanewon Seyegan, yaitu
sebagai berikut.
a) Struktur Regional (Penggunaan Lahan dan Pola Keruangan)
• Dilihat dari penggunaan lahan dan dari segi pola ruang kapanewon
Seyegan ini memiliki potensi menjadi salah satu Kawasan yang
berperan penting dalam ketahanan pangan wilayah yang mana
wilayah ini lahan pertaniannya termasuk lahan yang subur dan
produktif sehingga dapat memproduksi dari berbagai macam hasil
pertanian,perkebunan dan peternakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat sekitarnya serta menjadi wilayah yang berkontribusi juga
terhadap kestabilan pangan di wilayah sekitanya.
• Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi karena wilayah kapanewon
Seyegan terlewati oleh pembangunan jalan tol yang mana suatu saat
dapat membuka peluang untuk menarik investasi dan mendukung
pertumbuhan ekonomi dengan harapan dapat terciptanya lapangan
kerja bagi penduduk setempat yang berkelanjutan.
• Memiliki 2 Objek Wisata dan keindahan alam sehingga para
wisatawan dapat menikmati pemandangan dan udara segar yang
alami.
• Memiliki potensi wisata religi seperti Wisata religi di pemakaman Mbah
Bregas yang dipercaya sebagai leluhur tertua yang menyebarkan
agama/kebaikan di wilayah tersebut.
• Memiliki pusat kuliner khas seperti makanan tradsional yaitu sego
welut,sate kelinci,dan hidangan lokal lainya
b) Aspek Fisik dan Lingkungan
• Secara fisik Sebagian besar wilayah kapanewon ini termasuk wilayah
pertanian atau persawahan dimana memiliki potensi sebagai daerah
pertanian yang subur sehingga dapat mendukung pertumbuhan
tanaman pangannya itu sendiri yang menciptakan peluang bagi petani
setempat untuk menghasilkan berbagai jenis tanaman dan hasil
pertanian untuk mendapatkan penghasilan.

286
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

• Selain itu anekaragam agribisnis dan hasil dari jenis pertanian itu
sendiri seperti tanaman pangan,holtikultura,perkebunan dan
peternakan menjadi peluang untuk meningkatkan pendapatan petani
dan mendorong sector pertanian yag berkelanjutan.
c) Aspek Kependudukan
• Dilihat dari potensi sumber daya manusia,Kapanewon Seyegan
memiliki banyak penduduk dalam rentang usia produktif (15-64 tahun)
yang memiliki potensi besar dalam hal tenaga kerja yang bisa
dimanfaatkan untuk pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.
• Sebagian besar penduduk nya mayoritas perempuan dapat memiliki
kesempatan besar untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam
kegiatan ekonomi,social dan politik serta berperan aktif dalam
komunitas dan meningkatkan kesejahteraan mereka.
• Adanya potensi untuk meningkatkan tingkat pelayanan Kesehatan dan
perawatan dikarenakan kapanewon Seyegan ini tingkat kelahirannya
lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kematiannya yang
menunjukkan bahwa penduduk di Kapanewon Seyegan perlu akses
yang memadai untuk pelayanan Kesehatan dan perawatan.
d) Aspek Ekonomi
• Dilihat dari keanekaragaman sektor ekonomi yang paling
menguntungkan di Kapanewon Seyegan adalah adanya kontribusi dari
sektor pertanian,industri pengolahan,perdagangan jasa dan
peternakan lele sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
secara menyeluruh.
• Adanya sektor industri pengolahan memberikan nilai tambah kepada
produk pertanian yang dihasilkan di wilayah tersebut. Pengolahan hasil
pertanian seperti peternakan ikan lele menjadi produk olahan, atau
pengemasan produk pertanian, dapat meningkatkan nilai ekonomi dan
menciptakan lapangan kerja baru.
• Kapanewon Seyegan dapat memanfaatkan lokasi strategisnya untuk
mengakses pasar yang lebih luas. Dengan pengembangan
infrastruktur yang baik dan promosi yang efektif, produk pertanian dan
hasil pengolahan dapat dijual ke wilayah sekitar, kota-kota terdekat,
dan bahkan pasar nasional atau internasional.
e) Aspek Sarana

287
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

• Adanya persebaran sarana yang cukup merata di Kapanewon


Seyegan menunjukkan adanya upaya dari pemerintah daerah dalam
memperhatikan kebutuhan masyarakat di berbagai wilayah
kapanewon sehingga memberikan akses yang lebih mudah bagi
penduduk Seyegan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
mereka.seperti Pendidikan,transportasi dan perdagangan yang
tersebar di berbagai wilayah serta memberikan kesempatan bagi
mereka untuk mengakses berbagai jenis layanan dan fasilitas
tersebut.Aspek Prasarana
• Kapanewon Seyegan memiliki potensi dalam hal sumber air bersih
melalui sumur. Meskipun tidak menggunakan PDAM secara luas,
adanya sumur dapat memenuhi kebutuhan air sebagian besar
penduduk di kapanewon tersebut. Hal ini memberikan fleksibilitas
dalam pengaturan dan penggunaan air bersih.
• Memiliki Embung yang berlokasikan di Desa Margoagung yang
berfungsi untuk menampung dan menyimpan air.
f) Aspek Keuangan dan Kelembagaan
• Potensi yang dapat diidentifikasi dari Kapanewon Seyegan ini adalah
pengelolaan keuangan yang baik serta Kepengurusannya yang
terorganisir dengan baik menunjukkan adanya ketelitian dan disiplin
dalam pengelolaan anggaran dan keuangan desa. Hal ini dapat
memastikan penggunaan dana yang efektif dan efisien untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
• Transparansi keuangan desa yang transparan merupakan potensi
penting. Dengan adanya transparansi, masyarakat dapat memiliki
visibilitas dan pemahaman yang jelas tentang penggunaan dana desa.
Ini dapat membangun kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
desa dan memungkinkan partisipasi yang lebih baik dalam proses
pengambilan keputusan
g) Aspek Transportasi
• Adanya Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang baik sehingga
Keberadaan infrastruktur jalan dan jembatan yang baik di Kapanewon
Seyegan dapat menjadi potensi yang penting untuk meningkatkan
konektivitas dan mobilitas penduduk serta menghubungkan wilayah ini
dengan daerah lain.selain itu, Infrastruktur yang baik ini dapat

288
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

memfasilitasi pergerakan barang dan jasa, serta mendukung


perkembangan ekonomi lokal.
• Adanya pembangunan jalan tol di wilayah Seyegan dapat menjadi
potensi positif dalam meningkatkan konektivitas dengan daerah lain.
Jalan tol akan mempercepat perjalanan antarwilayah, meningkatkan
aksesibilitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menarik
investasi dan aktivitas bisnis baru ke wilayah tersebut.
9.2 Masalah Wilayah Perencanaan
a) Struktur Regional (Penggunaan Lahan dan Pola Keruangan)
• Pembangunan tol yang memangkas Sebagian lahan pertanian
sehingga para petani mengeluhkan dengan adanya pembangunan
tersebut dapat terjadinya kerusakan terhadap lingkungan serta
mengurangi poduktivitas pertanian dan meningkatkan biaya
operasional bagi para petani.
• Kurangnya fasilitas sarana Kesehatan untuk menunjang kebutuhan
para pasien terutama pasien dari pelosok/tempat tinggalnya yang jauh
dari lokasi sarana Kesehatan
• Serta perlunya meningkatkan program pencegahan dan penyuluhan
mengenai penyakit langka untuk Kesehatan masyarakat Seyegan.
• Perlunya pengembangan dan pembangunan infsrastuktur serta
fasilitas untuk meningkatkan daya Tarik dan kenyamanan wisatawan.
b) Aspek Fisik dan Lingkungan
• Masalah yang dihadapi Kapanewon Seyegan adalah penurunan luas
lahan pertanian akibat pembangunan infrastruktur jalan tol yang
mengharuskan pemangkasan wilayah pertanian yang dapat
menyebabkan terganggunya kelangsungan produktivitas pangan dan
mengurangi keberlanjutan pertanian di 3 wilayah desa yaitu
Margokaton,Margodadi,dan Margoluwih.
• Selain itu petani pun mengeluhkan sering terjadinya perubahan cuaca
atau iklim seperti hujan yang tidak menentu ,contohnya hujan es yang
pernah terjadi sehingga mempengaruhi produksi tanaman dan
mengurangi hasil pertanian.
• Seringnya terjadi kekeringan namun pemerintah mengatasinya
dengan membuat embung untuk irigasi dan mengalirkan air ke wilayah
wilayah yang sering mengalami kekeringan termasuk di wilayah utara

289
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

kapanewon Seyegan yaitu desa margoagung.


c) Aspek Kependudukan
• Adanya Fluktuasi pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh pandemic
covid 19 menyebabkan ketidakstabilan social dan ekonomi.
• Membutuhan peningkatan pelayanan dasar seperti Pendidikan dan
Kesehatan karena tingkat kelahiran lebih tinggi dibandingkan dengan
tingkat kematian.
• Terjadinya migrasi penduduk dari desa ke kota yang kebanyakan para
kaum muda untuk mendapatkan peluang kesempatan kerja dan
penghasilan yang lebih baik di kota dengan harapan dapat membantu
perekonomian keluarga di desa serta dapat membantu dalam
pertumbuhan pribadi dan pengembangan diri yang lebih baik.
d) Aspek Ekonomi
• Keterbatasan infrastruktur seperti jalan, transportasi, dan akses listrik
mungkin menjadi kendala dalam pengembangan sektor ekonomi di
Kapanewon Seyegan. Keterlambatan atau ketidaktersediaan
infrastruktur yang memadai dapat menghambat pertumbuhan dan
mengurangi daya saing sektor ekonomi.
• Ketergantungan pada sumber daya alam yang mana meskipun sektor
pertanian dan peternakan ikan lele memiliki potensi besar, terlalu
bergantung pada sumber daya alam seperti lahan pertanian dan air
bersih dapat menimbulkan risiko tingkat pendapatan jika terjadi
kerusakan alam atau perubahan iklim yang signifikan karena Sebagian
besar mata pencaharian mereka berasal dari sektor tersebut.
• Rendahnya kualitas sumber daya manusia dimana Kurangnya
pendidikan dan keterampilan dalam sektor pertanian, industri
pengolahan, dan jasa dapat menghambat produktivitas dan inovasi.
e) Aspek Sarana
• Masalah sarana yang ada di Kapanewon Seyegan adalah kekurangan
sarana kesehatan yang terbatas seperti rumah sakit, puskesmas, atau
klinik yang dapat mempengaruhi akses masyarakat terhadap layanan
kesehatan yang berkualitas. Hal ini bisa menghambat upaya
pencegahan, pengobatan, dan pemulihan kondisi kesehatan
penduduk Seyegan.
• Perlunya peningkatan sarana Kesehatan dan program pencegahan

290
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

dan penyuluhan Kesehatan kepada masyarakat termasuk masyarakat


di pelosok yang tinggal di desa desa.
f) Aspek Prasarana
• Meskipun sumber air bersih dari sumur tersedia, penggunaan PDAM
yang terbatas dapat menjadi masalah. Jika infrastruktur PDAM tidak
dikembangkan dengan baik, beberapa wilayah di Kapanewon
Seyegan mungkin mengalami kesulitan dalam memperoleh pasokan
air yang cukup atau berkualitas tinggi sehingga perlu perencanaan
dalam jangka Panjang dan perlu memperhatikan untuk meningkatkan
jangkauan dan kualitas pasokan air PDAM di kapanewon Seyegan.
• Ketidakadanya fasilitas TPA dan TPS persampahan merupakan
masalah serius dalam pengelolaan limbah di Kapanewon Seyegan
dalam jangka Panjang ke depannya. Tanpa tempat pembuangan akhir
yang tepat dan tempat penampungan sementara yang memadai,
penanganan sampah menjadi sulit dan dapat berdampak negatif pada
lingkungan. Dampaknya termasuk penumpukan sampah, pencemaran
tanah dan air, serta risiko terhadap kesehatan masyarakat karena
masyarakat
• Di Kapanewon Seyegan selalu membuang sampah dengan cara
dibakar atau dibuang ke sungai sembarangan sehingga diperlukan
edukasi penyuluhan yang serius untuk menangani persampahan.
• Sampah yang dibuang sembarangan atau tidak diolah dengan benar
dapat merusak keindahan alam, mengganggu keseimbangan
ekosistem, dan menimbulkan ancaman terhadap kehidupan hewan
dan tumbuhan.
g) Aspek Keuangan dan Kelembagaan
• Selalu memasktikan adanya masalah risiko keuangan yang mana
meskipun pengurusannya terlihat baik, masih ada potensi risiko
keuangan yang harus diatasi. Misalnya, adanya fluktuasi pendapatan
desa atau perubahan kebijakan pemerintah yang dapat
mempengaruhi sumber pendapatan desa.
• Selain itu, kekurangan keahlian dalam pengelolaan keuangan dan
kurangnya pemantauan yang ketat dapat menyebabkan potensi
penyalahgunaan dana atau kekurangan transparansi.
• Kehadiran pengurus yang kompeten saat ini dapat menghasilkan

291
Kapanewon Seyegan Kelompok 13

pengelolaan keuangan yang baik, namun perlu mempertimbangkan


aspek keberlanjutan jangka panjang. Pelatihan, pengembangan
kapasitas, dan pemilihan pengurus yang berkualitas perlu dilakukan
agar pengelolaan keuangan dan kelembagaan tetap berkelanjutan di
masa depan.
h) Aspek Transportasi
• Kurangnya perbaikan di wilayah wilayah pelosok yang dapat
menyebabkan ketidakmerataan pembangunan dan kesenjangan
antara wilayah perkotaan di kapanewon dan perdesaan.
• Adanya pembangunan jalan tol di Kapanewon Seyegan yang bisa
menimbulkan ketimpangan pembangunan antara wilayah yang dilalui
oleh jalan tol dan wilayah pelosok yang belum terhubung dengan jalan
tol tersebut.
• Pembangunan jalan tol juga dapat menimbulkan dampak negatif pada
lingkungan, seperti kerusakan ekosistem dan peningkatan polusi.
Perlu diupayakan pengelolaan yang baik untuk meminimalkan dampak
lingkungan negatif yang ditimbulkan oleh pembangunan jalan tol di
Kapanewon Seyegan.

292

Anda mungkin juga menyukai