Anda di halaman 1dari 4

96

BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan
Sungai Citarum sebagai sungai utama pada DAS Citarum Hulu, beserta
tiga waduk besar yaitu Saguling, Cirata, dan Juanda (Jatiluhur) merupakan
sumber air tawar terbesar di Jawa Barat, dan memiliki potensi ekonomi yang
sangat penting. Cekungan Bandung adalah kawasan andalan pembangunan
yang termasuk dalam DAS Citarum Hulu, sehingga pemanfaatan sumberdaya
alam serta kecenderungan untuk tetap mengeksploitasi SDA yang ada di DAS ini
akan menimbulkan kondisi kritis yang memberikan pengaruh dan akhirnya
menimbulkan dampak bagi makhluk hidup serta manusianya sendiri.
Ekosistem DAS, terutama DAS bagian hulu merupakan bagian yang
penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan bagian
DAS. Perlindungan ini, antara lain, dari segi fungsi tata air. Aktivitas perubahan
tataguna lahan dan atau pembuatan bangunan yang dilaksanakan di daerah hulu
dapat memberikan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi
debit dan transpor sedimen serta material terlarut lainnya. Dampak di daerah hilir
dapat mencerminkan kualitas lingkungan di daerah hulu. Berdasarkan bentuk
keterkaitan daerah hulu-hilir, maka kondisi suatu DAS dapat dipakai sebagai
satuan monitoring dan evaluasi proses yang telah dan sedang terjadi di
dalamnya.
Berdasarkan fenomena dan permasalahan yang muncul di DAS Citarum
Hulu memberikan bukti bahwa perubahan tata guna lahan akan berpengaruh
terhadap fluktuasi debit aliran sungai dan besarnya erosi tanah. Jelas sekali
adanya konflik kepentingan antara upaya pelestarian lingkungan dengan upaya
pemanfaatan lahan secara maksimal.
Sebagai tindak lanjut terhadap fenomena di atas, maka langkah awal
yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi karakteristik dan kualitas DAS
Citarum Hulu. Pengetahuan akan karakteristik dan kualitas suatu unit lahan
diharapkan akan memudahkan dalam mengantisipasi maksud dan tujuan
pembangunan, dan memahami kemungkinan dampak yang akan terjadi akibat
pembangunan diatas lahan tersebut.
97

Pengidentifikasian karakteristik dan kualitas DAS Citarum Hulu dilakukan


berdasarkan pengukuran perubahan fluktuasi debit aliran di sungai yang
mengalir di setiap sungainya dan kepekaan lingkungan terhadap erosi. Dengan
satuan unit analisis sub DAS, diperoleh sub DAS Citarum, Cikeruh, Cidurian,
Cicadas, Cibeureum, Cimahi, dan sub DAS Hilir Dayeuhkolot termasuk dalam
tipologi kualitas tinggi. Untuk sub DAS Cirasea, Citarik, Cikapundung, Cisangkuy,
dan Cijalupang memiliki karakteristik kualitas relatif sedang. Sedangkan sub DAS
Kopo, Ciwidey dan sub DAS Hilir Nanjung termasuk dalam tipologi kualitas
rendah, hal ini dipengaruhi oleh tingkat fluktuasi debit dan erosi tanah yang relatif
tinggi.
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara temuan dari hasil
pemantauan lapangan berdasarkan kualitas setiap sub DAS, dengan rencana
tata ruang DAS Citarum Hulu melalui pendekatan intensitas pemanfaatan
ruangnya, dan bertujuan untuk mempertahankan kualitas sub DAS pada
tingkatan “tinggi”.
Untuk lebih jelasnya mengenai hasil evaluasi dan arahan intensitas
pemanfaatan ruang tersaji pada Tabel 5.1.

5.2 Rekomendasi
Berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan, rekomendasi dapat
dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) bagian yaitu:
1. Rekomendasi untuk Pemerintah
- Dalam penataan ruang DAS Citarum Hulu sebaiknya mendahulukan
perbaikan lingkungan untuk menaikkan kapasitas simpanan air. Sebagai
upaya untuk memperkecil bahaya banjir dan erosi.
- Dalam penataan ruang sebaiknya ditentukan dengan jelas luasan tutupan
lahan yang diperbolehkan, batasan yang jelas untuk ruang penyebarannya,
sebagai pedoman dalam pemanfaatan ruang DAS Citarum Hulu.
- Penataan ruang DAS Citarum Hulu harus diperkuat dengan proteksi berupa
pelarangan dan hukuman untuk siapapun yang melakukan penggalian,
penebangan hutan, dan melakukan pembangunan struktur tanpa
perencanaan yang benar dan tidak sesuai dengan rencana penataan
ruangnya.
- Pengelolaan dan penataan ruang tidak lagi berbasis batas administrasi
melainkan pengelolaan DAS terpadu berdasarkan batas ekologi.
98

Tabel 5.1
Evaluasi dan Arahan Intensitas Pemanfaatan Ruang DAS Citarum Hulu
Arahan
Sub DAS Kualitas Sub DAS Evaluasi Kegiatan
KDB (%)
Konservasi
Citarum KDB dapat dikembangkan 39
Cikeruh sampai batas maksimum 33
Cidurian yang tidak menyebabkan 20
Cicadas penurunan kualitas sub DAS, 39
Cibeureum dalam hal ini faktor 44
Cimahi Tinggi kemiringan lereng harus 39
dipertimbangkan.
Pelaksanaan pembangunan
DAS Hilir tetap harus memperhatikan 40
Dayeuhkolot kaidah-kaidah konservasi
- Pembuatan sumur
Cirasea Nilai KDB rencana perlu 6
resapan.
Kopo ditinjau kembali, dan 8 - Pembuatan kolam
Cikapundun pengembangan KDB tidak
23 resapan.
g melebihi nilai KDB eksisting.
- Menggunakan
Dalam hal ini KDB eksisting
material penutup
menjadi KDB maksimum,
tanah yang
sehingga tidak ada lagi
Sedang/ Rendah tembus air,
penambahan lahan
KDBext < KDBrenc sebagai pengganti
terbangun. Tanpa
semen atau aspal.
Cijalupang mengurangi kebutuhan akan 12 - Memilih bentuk
ruang, pembangunan dapat
bangunan yang
dilakukan secara vertikal dan
memungkinkan
memperhatikan kaidah-
bagian lantai
kaidah konservasi.
dasarnya untuk
diresapi air.
Citarik KDB dalam sub DAS tersebut 5
Cisangkuy dikembangkan sesuai 6
Ciwidey dengan KDB rencana. Untuk 4
menangani kondisi eksisting
perlu dilakukan
Sedang/ Rendah
pengalihfungsian lahan
KDBext > KDBrenc
DAS Hilir terbangun menjadi lahan
hijau, dan arah 0
Nanjung
pembangunan dilakukan
secara vertikal berdasarkan
kaidah-kaidah konservasi.

2. Rekomendasi untuk Swasta


- Sebagai pelaksana pembangunan tidak lagi berbasis profit semata,
melainkan ikut mempertimbangkan dampak pembangunan terhadap
kemungkinan degradasi lingkungan.
- Program pembangunan yang dikerjakan harus mengacu pada kebijaksanaan
tata ruang kawasan, kota/kabupaten, propinsi bahkan nasional.

3. Rekomendasi untuk Masyarakat


- Setiap kegiatan pembangunan sebaiknya mengetahui pola penataan ruang
yang seharusnya, dan meminta izin kepada Dinas Tata Kota.
99

5.3 Kelemahan Studi


Karena adanya beberapa keterbatasan, maka studi ini memiliki
kelemahan yang dapat dijadikan dalam pertimbangan untuk studi lanjut.
Kelemahan-kelemahan tersebut adalah :
 Karena keterbatasan data yang diperlukan dalam kegiatan studi,
menyebabkan hasil analisis tidak dapat diperoleh dengan maksimal dan
kurang detail.
 Data yang dipergunakan dalam analisis diperoleh dari beberapa instansi
yang tentunya memiliki beragam keakuratan tersendiri, tergantung tujuan
penelitian dari instansi bersangkutan. Namun dalam studi telah dicoba untuk
menyamakan satuannya.
 Pengukuran kondisi fisik dasar hanya dilakukan berdasarkan peta-peta yang
didapat dari beberapa instansi, sehingga pengukuran di lapangan perlu
dilakukan untuk mendapatkan data pengukuran yang lebih baik dan akurat.
 Studi hanya memberikan karakteristik kualitas sub DAS berdasarkan posisi
relatif dalam DAS Citarum Hulu, yang hanya ditinjau dari tingkat fluktuasi
debit dan erosi saja. Untuk studi lanjutan sebaiknya melihat kualitas sub DAS
yang sebenarnya di dalam lingkungan.
 Studi ini hanya mempertimbangkan aspek fisik dasar saja, aspek lain seperti
aspek sosial dan ekonomi tidak dibahas, dianjurkan sebagai masukan bagi
studi lanjutan.
 Kedalaman evaluasi dan arahan pemanfaatan ruang dalam studi ini bersifat
makro. Evaluasi yang dilakukan dalam studi ini termasuk pada tahap pertama
dari keseluruhan proses evaluasi, yaitu tahap evaluasi data dan informasi.
Kegiatan evaluasi pada tahap berikutnya diusulkan sebagai studi lanjutan.

Anda mungkin juga menyukai