Anda di halaman 1dari 16

BAB ARAH PENGENDALIAN

PEMANFAATAN RUANG
7
PROVINSI PAPUA BARAT
Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan suatu upaya untuk menjamin tercapainya tujuan dan
sasaran rencana tata ruang wilayah. Pengendalian tata ruang wilayah berpedoman pada arahan-arahan yang
ditetapkan dalam rencana struktur tata ruang wilayah dan rencana pemanfaatan ruang pada tingkat propinsi dan
kabupaten.

Pengendalian pemanfaatan ruang tersebut dilakukan pula melalui perijinan pemanfaatan ruang,
pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Perijinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai
upaya penertiban pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai dengan
rencana tata ruang. Ijin pemanfaatan ruang diatur dan diterbitkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai
dengan kewenangannya masing-masing. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik
yang dilengkapi dengan ijin maupun yang tidak memiliki ijin, dikenai sanksi administratif, sanksi pidana
kurungan/penjara, dan/atau sanksi pidana denda.

Pemberian insentif dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan
kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun oleh pemerintah
daerah. Bentuk insentif tersebut, antara lain, dapat berupa keringanan pajak, pembangunan prasarana dan
sarana (infrastruktur), pemberian kompensasi, kemudahan prosedur perijinan, dan pemberian penghargaan.

Disinsentif dimaksudkan sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, dan/atau


mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, yang antara lain dapat berupa pengenaan
pajak yang tinggi, pembatasan penyediaan prasarana dan sarana, serta pengenaan kompensasi dan penalti.

Pengenaan sanksi, yang merupakan salah satu upaya pengendalian pemanfaatan ruang, dimaksudkan
sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
dan peraturan zonasi. Dalam undang-undang ini pengenaan sanksi tidak hanya diberikan kepada pemanfaat
ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perijinan pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula kepada pejabat
pemerintah yang berwenang yang menerbitkan ijin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang.

Pada tahap awal kegiatan, pengendalian adalah untuk mengetahui sekaligus mengendalikan apakah dan
bagaimanakah dalam pelaksanaannya suatu tindakan pembangunan telah tercapai kesesuaian ataukah terjadi
penyimpangan terhadap rencana awal yang telah ditetapkan. Aspek yang dimasukkan dalam pertimbangan ini
antara lain ialah bentuk fisik, fungsi waktu atau tahapan pelaksanaan, fungsi pembiayaan dan sebagainya.
Tinjauan kedua yang berkaitan dengan pengendalian pemanfaatan ruang ialah analisis terhadap dampak yang
ditimbulkan oleh pelaksanaan suatu rencana pembangunan.

Analisis terhadap dampak yang ditimbulkan mencakup dampak positif maupun dampak negatif yang
muncul ditinjau dari aspek ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup dan sebagainya. Pada tahap akhir dari
tindakan pengendalian pemanfaatan ruang ini ialah memberikan atau menghasilkan umpan balik sebagai hasil
evaluasi pengendalian pemanfaatan ruang yang berperan sebagai input bagi tahap pemanfaatan ruang dan/atau
tahap perencanaan tata ruang dalam proses siklus berikutnya.

Kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan dalam bentuk pengawasan dan penertiban kegiatan
pemanfaatan ruang. Tindakan pengawasan akan merupakan dasar tindakan penertiban untuk menyelesaikan
masalah tata ruang.

Kegiatan pengendalianpemanfaatan ruang dapat menjadi:

 Pengarahan lokasi kegiatan untuk kegiatan budidaya melalui mekanisme perijinan (untuk kawasan berskala
besar) dengan pendekatan intensif dan disinsentif;
 Pelarangan/pencegahan dilakukan kegiatan budidaya yang tidak sesuai dengan rencana;
 Pembatasan kegiatan lain yang telah ada dengan ketentuan tidak dilakukan pengembangannya lebih lanjut;
 Penyelesaian masalah tumpang tindih antar kegiatan budidaya (baik status/penguasaan lahan, proyek
pembangunan, penggunaan lahan yang telah berlangsung lama) berdasarkan berbagai ketentuan
perundangan yang berlaku;
 Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perijinan, pemberian
insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.

RTRWP sebagai salah satu instrumen pengendalian wilayah akan menjadi efektif apabila pada tahap
selanjutnya (tahap pelaksanaan rencana) dapat berfungsi sebagai arahan atau pedoman bagi proyek, program
dan penyelenggaraan pembangunan pada kawasan kota, baik yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah
maupun oleh perorangan maupun swasta.

Pada dasarnya arahan pengendalian pemanfaatan ruang didasarkan pada arahan sebagai berikut:

A. Arahan Penatagunaan Tanah

Tanah merupakan aktivitas seluruh makhluk hidup, dimana di atas tanah tumbuh berbagai fungsi
kegiatan. Masing-masing fungsi kegiatan memiliki peranan yang saling menunjang. Tujuan pengembangan
pengelolaan tanah adalah tetap terjaganya kualitas tanah dari kondisi kritis atau tandus. Tanah ditinjau dari
peruntukan dan fungsinya meliputi tanah untuk kegiatan lindung dan kegiatan budidaya. Tanah peruntukan
kegiatan lindung merupakan tanah yang potensial dapat melindungi wilayah lainnya dari bencana alam,
sedangkan tanah peruntukan kegiatan budidaya merupakan tanah yang dapat dimanfaatkan bagi
pengembangan perekonomian.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 367


Provinsi Papua Barat
B. Arahan Penatagunaan Air

Air sebagai kebutuhan hidup manusia dan makhluk alam lainnya, sehingga pengambilan air perlu
dilindungi. Tujuan pengembangan penataan air adalah untuk tercapainya kondisi:

1. Pengambilan air tidak merusak sumber air dan mencemarinya.


2. Pembuangan air limbah harus memenuhi syarat keamanan sehingga tidak menimbulkan dampak
eksternalitas negatif terhadap lingkungan sekitar yang dapat menimbulkan degradasi.
3. Wilayah darat sekitar pantai harus terhindar dari intrusi (penerobosan) air laut.
4. Wilayah laut harus terbebas dari limbah yang berasal dari daratan.

Penatagunaan air dilakukan dengan cara:

1. Pemerintah memberi sanksi (atau disinsentif) pada setiap kegiatan pengambilan air oleh masyarakat, dan
atau badan lain yang merusak sumber air.
2. Pemerintah memberi sanksi (atau disinsentif) pada setiap kegiatan yang menghambat aliran air oleh
masyarakat dan atau badan lain.
3. Pemberian sanksi (atau disinsentif) terhadap kegiatan yang memanfaatkan pengambilan air tanah secara
besar-besaran.
4. Pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan pembuangan limbah padat (sampah) dan atau limbah
cair pada kawasan pantai.
5. Mempermudah akses pelaporan dari semua pihak (termasuk masyarakat) kepada lembaga yang
berwenang dalam pemberian sanksi dan pengaturan penggunaan air, agar setiap pelanggan pencemaran
air dapat segera diantisipasi dan ditindaklanjuti.
6. Meningkatkan peran serta masyarakat, baik secara individu maupun kelompok dalam pengendalian dan
pengawasan terhadap pencemaran air.
7. Melindungi catchment area dan sumber air permukaan dari ancaman kerusakan lingkungan dengan cara
pemberlakuan sempadan untuk air permukaan dan membuat Zona Penyangga untuk catchment area.

C. Arahan Penatagunaan Udara

Udara merupakan kebutuhan pokok manusia, sehingga udara perlu dilindungi untuk kepentingan bersama.
Pengembangan penatagunaan tanah ditujukan agar lingkungan terbebas dari polusi udara dan kebisingan.

Penatagunaan udara dilakukan dengan cara:

1. Pengendalian terhadap pembakaran hutan dan sampah dilakukan dengan cara identifikasi lokasi-lokasi
kebakaran, identifikasi lingkungan, dan penyebab kebakaran pada lokasi terkait dan lingkungan sekitar area
kebakaran dan pemberian sanksi terhadap pelaku pembakaran sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Penanaman pohon pada setiap jaringan jalan dengan kepadatan dan polusi bising dan polusi udara yang
tinggi.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 368


Provinsi Papua Barat
D. Arahan Penatagunaan Hutan

Hutan dikembangkan dalam rangka mendukung keseimbangan lingkungan dan kelestarian alam (ekosistem)
serta mendukung kelangsungan perekonomian wilayah (sustainable development).

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penatagunaan hutan adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pengawasan dan pengendalian kawasan hutan (dalam hal penguasaan hutan, hendaknya
pemerintah memberikan hak pengelolaan pada perusahaan yang layak (uji kelayakan pengelolaan).
2. Membentuk dan/atau memfungsikan organisasi dan/atau lembaga yang dikelola oleh masyarakat yang
bergerak dibidang pemerhati lingkungan hidup.
3. Penatagunaan hutan sesuai dengan peruntukannya.
4. Kawasan lindung saat ini berupa hutan lindung, cagar alam, dan sebagainya dipertahankan keberadaannya
dan dijaga kelestariannya.
5. Memberikan fungsi lindung pada hutan produksi.
6. Pengendalian percepatan penebangan hutan dengan cara inventarisasi pemanfaatan kayu (industri, swasta,
dan masyarakat), monitoring kelayakan pemanfaatan kayu, dan memberikan sanksi dan atau disinsentif
pada setiap pengelolaan yang melanggar ketentuan hukum yang berlaku.
7. Reboisasi atau penghijauan pada hutan-hutan yang telah mengalami degradasi lingkungan.
8. Penguasaan hutan oleh pemerintah pada kawasan peruntukan hutan lindung, maka pemerintah perlu
mengganti atau membeli lahan pada kawasan hutan lindung yang dikuasai oleh masyarakat atau swasta dan
menata hutan lindung sesuai dengan peruntukannya.
9. Pengawasan dan pengendalian pada kawasan hutan lindung seperti penebangan liar dan sebagainya,
kegiatan tersebut dilakukan oleh pemerintah bersama dengan masyarakat.

7.1 Indikasi Arahan Peraturan Zonasi


Indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi merupakan pedoman dalam perumusan arahan
peraturan zonasi yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Arahan
peraturan zonasi sistem provinsi meliputi:

1. Arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang.


2. Arahan peraturan zonasi untuk pola ruang.

7.1.1 Arahan Peraturan Zonasi untuk Struktur Ruang


Arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang Provinsi Papua Barat ditetapkan dengan tujuan:

a. Menjamin berfungsinya sistem perkotaan dan jaringan prasarana wilayah Provinsi Papua Barat dengan
mengatur pemanfaatan ruang di sekitar jaringan prasarana;

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 369


Provinsi Papua Barat
b. Mengatur ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan terhadap berfungsinya
sistem perkotaan provinsi dan jaringan prasarana provinsi; dan
c. Membatasi intensitas pemanfaatan ruang agar tidak mengganggu fungsi sistem perkotaan provinsi dan
jaringan prasarana provinsi.

Arahan peraturan zonasi Struktur Ruang Provinsi Papua Barat terdiri atas arahan peraturan zonasi untuk sistem
perkotaan dan arahan peraturan zonasi untuk jaringan prasarana wilayah, sebagai berikut:

1. Arahan peraturan zonasi untuk PKN, PKW, PKL dan PKSN adalah:
a. Menetapkan batas perkembangan fisik kawasan perkotaan berupa ruang terbuka hijau di kawasan
perkotaan dan pinggiran berdasarkan daya dukung lingkungan.
b. Mengelola tingkat perkembangan fisik perkotaan di daerah pinggiran agar tidak melebihi batas
perkembangan fisik yang telah ditetapkan.
c. Mengembangkan pusat-pusat pelayanan kepada masyarakat secara berhierarki yang terdistribusi di
seluruh kawasan perkotaan dan disesuaikan dengan jumlah penduduk yang dilayani.

Untuk PKN berlaku indikasi arahan peraturan zonasi sebagai berikut:

a. Mengembangkan prasarana perekonomian untuk menunjang kegiatan ekonomi wilayah.


b. Mengembangkan prasarana transportasi untuk menunjang pergerakan dari dan menuju kawasan lain di
sekitarnya.
c. Mengembangkan jaringan akses dari pusat-pusat produksi berorientasi ekspor menuju pelabuhan laut
dan/atau bandar udara.

Untuk PKW dan PKL berlaku arahan peraturan zonasi sebagai berikut:

a. Mengembangkan prasarana dan sarana perekonomian untuk menunjang kegiatan ekonomi wilayah.
b. Mengembangkan prasarana transportasi untuk menunjang pergerakan dari dan menuju kawasan lain di
sekitarnya.
c. Mengembangkan ruang untuk sentra-sentra kegiatan produksi dalam skala lokal dan wilayah.
d. Mengembangkan jaringan akses dari pusat-pusat produksi berorientasi ekspor menuju pelabuhan laut/
atau bandar udara.

Selain arahan peraturan zonasi, berlaku indikasi arahan peraturan zonasi sebagai berikut:

a. Mengembangkan prasarana dan sarana untuk menunjang fungsi kepabeanan, imigrasi, karantina dan
keamanan.
b. Mengembangkan kegiatan budidaya dengan memperhatikan fungsi pertahanan dan keamanan negara.
c. Mengembangkan prasarana dan sarana untuk menunjang transportasi dan perdagangan lintas batas.

2. Arahan peraturan zonasi untuk jaringan jalan kolektor primer yang terdapat di Provinsi Papua Barat adalah:

a. Membatasi tingkat perkembangan kegiatan budidaya di sisi jalan.


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 370
Provinsi Papua Barat
b. Mengembangkan sistem drainase di sepanjang sisi jalan.
c. Membatasi akses masuk dengan jarak tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
d. Mempertahankan garis sempadan bangunan di sisi jalan sekurang-kurangnya setengah dari lebar ruang
milik jalan.
e. Mengembangkan struktur penahan kebisingan pada sisi jalan yang melalui kawasan permukiman,
pendidikan, dan pelayanan kesehatan.

3. Arahan peraturan zonasi untuk transportasi penyeberangan adalah:

a. Mengembangkan fasilitas penyeberangan yang sesuai dengan kondisi fisik lingkungan.


b. Mengintegrasikan dengan sistem transportasi darat untuk mewujudkan pelayanan transportasi yang
terpadu dan efisien.
c. Menjamin ketersediaan air bersih, energi listrik, jaringan telekomunikasi di pelabuhan penyeberangan.

4. Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi laut adalah:

a. Menyiapkan rencana alokasi ruang pelabuhan yang dapat memenuhi kebutuhan ruang untuk
pengembangan kegiatan prasarana pelabuhan.
b. Meningkatkan aksesibilitas transportasi laut antara kawasan andalan dengan kawasan sub regional dan
kawasan strategis (ekonomi) provinsi.
c. Mengembangkan pelabuhan yang mampu berfungsi sebagai simpul transportasi laut provinsi yang
menghubungkan pelabuhan pengumpan dengan pelabuhan yang lebih tinggi hierarkinya.
d. Mengembangkan sistem keamanan berstandar provinsi.
e. Mengintegrasikan pelabuhan provinsi dengan sistem transportasi darat yang menghubungkan
pelabuhan dengan PKN atau PKW terdekat dan pusat produksi wilayah lainnya.
f. Mengembangkan pelabuhan yang mampu melayani angkutan peti kemas.
g. Menyusun studi lingkungan regional yang memperhatikan konservasi kawasan lindung dan daya
dukung lingkungan secara umum untuk melengkapi rencana pengembangan pelabuhan.
h. Mengembangkan terminal penumpang untuk melayani pelayaran dan/atau penyeberangan provinsi.
i. Menjamin ketersediaan air bersih, listrik jaringan telekomunikasi dan instalasi pengolahan air limbah di
kawasan pelabuhan.

5. Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi udara adalah:

a. Mengembangkan landasan pacu dan prasarana penunjang penerbangan provinsi.


b. Mengembangkan pelayanan keberangkatan dan kedatangan pesawat dan penumpang dengan volume
sedang.
c. Mengembangkan fasilitas bongkar muat kargo yang efisien untuk mendukung aktivitas ekspor impor.
d. Mengintegrasikan dengan prasarana transportasi lainnya.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 371


Provinsi Papua Barat
e. Menyelenggarakan penataan ruang di bandar udara dan sekitarnya sesuai dengan standar keselamatan
penerbangan.

6. Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan energi dan listrik adalah:

a. Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan energi dan listrik:


 Memanfaatkan sumber energi primer terbarukan maupun yang tidak terbarukan secara efektif dan
efisien.
 Mengatur penempatan pembangkit dan jaringan transmisi bertegangan tinggi dengan
mengutamakan keselamatan dan keamanan masyarakat dan lingkungan.
 Menyediakan dan memanfaatkan sumber energi untuk pembangkit tenaga listrik dengan
mempertimbangkan keamanan masyarakat dan lingkungan.
 Memprioritaskan pemanfaatan sumber energi setempat dan sumber energi yang terbarukan guna
menjamin ketersediaan sumber energi primer untuk pembangkit listrik.
b. Arahan peraturan zonasi untuk jaringan interkoneksi adalah:
 Meratakan distribusi permintaan dan penawaran energi listrik provinsi.
 Mengembangkan jaringan interkoneksi untuk mengembangkan kawasan andalan, investasi dan
sistem permukiman provinsi.
 Menerapkan standar keamanan, mutu, dan keandalan sistem jaringan transmisi tenaga listrik untuk
menjamin tersedianya pasokan energi listrik.
c. Arahan peraturan zonasi untuk jaringan terisolasi:
 Mengembangkan subsidi pengusahaan energi listrik.
 Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya setempat sebagai sumber energi listrik.
 Mengatur tingkat harga jual energi listrik sesuai dengan kemampuan daya beli masyarakat
setempat.

7. Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi ditetapkan oleh dinas yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang telekomunikasi.

8. Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana sumberdaya air adalah:

a. Membagi peran yang tegas dalam pengelolaan sumberdaya air di antara pemerintah, pemerintah
provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan wewenang masing-masing.
b. Melindungi kawasan bagian hulu dan tengah aliran sungai.
c. Melindungi kawasan yang berfungsi menampung limpasan air di bagian hilir.
d. Melindungi sempadan sungai, kawasan sekitar danau dan waduk, serta kawasan sekitar mata air dari
kegiatan yang berpotensi merusak kualitas air.
e. Memulihkan fungsi hidrologis yang telah menurun akibat kegiatan budidaya di kawasan resapan air,
sempadan sungai, kawasan sekitar danau dan waduk serta mata air.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 372
Provinsi Papua Barat
f. Mengatur pemanfaatan sumberdaya air untuk kegiatan budidaya secara seimbang dengan
memperhatikan tingkat ketersediaan dan kebutuhan sumberdaya air.
g. Mengendalikan daya rusak air untuk melindungi masyarakat, kegiatan budidaya, serta prasarana dan
sarana penunjang perikehidupan manusia.
h. Mengembangkan sistem prasarana sumberdaya air yang selaras dengan pengembangan sistem pusat
permukiman, kawasan budidaya, dan kawasan lindung.
i. Mengembangkan sistem prasarana sumberdaya air untuk mendukung sentra produksi pangan dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan provinsi.

7.1.2 Arahan Peraturan Zonasi untuk Pola Ruang


Arahan peraturan zonasi untuk pola ruang Provinsi Papua Barat terbagi atas arahan peraturan zonasi
untuk kawasan lindung dan arahan peraturan zonasi untuk kawasan budidaya. Arahan peraturan zonasi untuk
pola ruang disusun dengan tujuan:

1. Menjamin terciptanya keselamatan umum dengan melakukan pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di
kawasan rawan bencana alam dan pemanfaatan ruang lain yang memiliki potensi bahaya bagi masyarakat
sekitarnya.
2. Menjamin kelestarian lingkungan alam dan keanekaragaman hayati dengan melakukan pembatasan
terhadap kegiatan yang mengubah bentang alam.
3. Menjamin terciptanya keberlanjutan pembangunan dan perbaikan kualitas lingkungan dengan menciptakan
keserasian dan keterpaduan antar pemanfaatan ruang yang berbeda.
A. Kawasan Lindung
1. Arahan peraturan zonasi untuk hutan lindung meliputi:
Pengelolaan kegiatan budidaya yang telah berlangsung dalam hutan lindung berdasarkan
analisis mengenai dampak lingkungan.
Penerapan pengembangan kegiatan budidaya bersyarat di kawasan hutan lindung yang di
dalamnya terdapat deposit mineral atau sumberdaya lainnya.
Pengaturan ruang dan bimbingan untuk kegiatan budidaya masyarakat yang tinggal di dalam
kawasan lindung.
2. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan resapan air adalah:
Memberikan ruang yang cukup pada daerah tertentu untuk keperluan penyerapan air hujan bagi
kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan.
Membangun kawasan yang mengakomodasi berbagai kegiatan pembangunan dengan
mempertimbangkan kesesuaian lahan.
Melarang penebangan pohon muda berdiameter 6-25 cm dan/atau tinggi 3 meter di kawasan
resapan air.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 373


Provinsi Papua Barat
3. Arahan peraturan zonasi untuk sempadan pantai meliputi:
Pengembangan model pengembangan ekowisata berbasis masyarakat untuk mempertahankan
keaslian, estetika, dan keindahan pantai.
Pengembangan mekanisme perizinan yang efektif terhadap kegiatan budidaya di daerah
sempadan pantai.
Penetapan standar peralatan dan perlengkapan yang dapat dipergunakan sesuai dengan
karakteristik pantai guna membatasi kegiatan budidaya di pesisir pantai dan laut.
4. Arahan peraturan zonasi untuk sempadan sungai sebagaimana dimaksud adalah:
Menertibkan penggunaan lahan sempadan sungai.
Mengembangkan vegetasi alami di bantaran sungai untuk menghambat arus aliran hujan atau
volume air yang mengalir ke tanah.
Membangun prasarana di sempadan sungai untuk mencegah peningkatan suhu air yang dapat
mengakibatkan kematian biota tertentu.
Memelihara vegetasi sempadan sungai untuk menjaga tingkat penyerapan air yang tinggi dalam
mengisi air tanah yang menjadi kunci pemanfaatan sumber air secara berkelanjutan.
5. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan sekitar mata air meliputi:
Membatasi kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan yang
berada di sekitarnya.
Melarang segala kegiatan budidaya yang dapat mengakibatkan perusakan kualitas air, kondisi
fisik daerah tangkapan air kawasan di sekitar mata air.
Membangun bangunan penangkap air untuk melindungi sumber mata air terhadap pencemaran.
Arahan peraturan zonasi untuk kawasan suaka alam serta suaka alam laut dan perairan lainnya.
Melindungi keanekaragaman sumberdaya alam hayati beserta ekosistemnya bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan kualitas kehidupan.
Menetapkan daerah yang berbatasan dengan kawasan suaka alam sebagai daerah penyangga.
6. Arahan peraturan zonasi untuk cagar alam laut dan taman wisata alam laut meliputi:
Melarang adanya perubahan bentang alam kawasan yang mengusik atau mengganggu
kehidupan tumbuhan dan satwa.
Melarang memasukkan jenis tumbuhan dan satwa yang bukan asli ke dalam kawasan.
7. Arahan peraturan zonasi untuk taman hutan raya meliputi:
Melarang adanya pengurangan luas kawasan yang telah ditentukan.
Melarang pengrusakan kekhasan potensi sebagai pembentuk ekosistem.
8. Arahan peraturan zonasi untuk taman wisata alam meliputi:
Melindungi hutan atau vegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan satwa yang beragam serta
arsitektur bentang alam untuk keperluan pendidikan, rekreasi dan pariwisata.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 374


Provinsi Papua Barat
Meningkatkan kualitas lingkungan di sekitar taman provinsi, taman hutan raya dan taman wisata
alam.
Melindungi kawasan dari kegiatan manusia yang dapat menurunkan kualitas taman provinsi.
Memanfaatkan kawasan pelestarian alam untuk kegiatan pengawetan tumbuhan dan satwa
langka.
9. Arahan pengaturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam meliputi:
Kawasan rawan gempa bumi ditetapkan dengan kriteria kawasan yang pernah dan/atau
berpotensi mengalami gempa bumi dengan skala Modified Mercally Intensity (MMI) VII sampai
dengan XII.
Kawasan tanah rawan longsor ditetapkan dengan kriteria kawasan berbentuk lereng yang rawan
terhadap perpindahan material pembentuk lereng baik yang berupa batuan, bahan rombakan,
tanah maupun material campuran.
Kawasan rawan gelombang pasang ditetapkan dengan kriteria kawasan sekitar pantai yang
rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara 10 sampai dengan 100 km/jam
yang timbul akibat angin kencang atau gravitasi bulan maupun matahari.
Kawasan rawan bencana alam banjir ditetapkan dengan kriteria kawasan yang diidentifikasikan
sering dan/atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir.
Kawasan rawan gerakan tanah ditetapkan dengan kriteria kawasan yang diidentifikasikan sering
dan/atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir.
Kawasan rawan gerakan tanah ditetapkan dengan kriteria memiliki tingkat gerakan tanah tinggi.
Kawasan yang terletak di zona patahan aktif ditetapkan dengan kriteria sempadan dengan lebar
250 meter atau lebih dari tepi jalur patahan aktif.
Kawasan rawan tsunami ditetapkan dengan kriteria pantai dengan elevasi rendah dan/atau
pernah atau berpotensi mengalami tsunami.
Kawasan rawan bahaya gas beracun ditetapkan dengan kriteria kawasan yang pernah dan/atau
berpotensi mengalami bahaya gas beracun.
10. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan ditetapkan dengan
kriteria sebagai hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan
ilmu pengetahuan.
Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan plasma nutfah:

Melestarikan fungsi lindung dan tatanan lingkungan.


Melindungi ekosistem kawasan.
Menjaga kelestarian flora dan fauna.
Memanfaatkan kawasan untuk penelitian dan pendidikan.
Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan terumbu karang adalah:

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 375


Provinsi Papua Barat
Mengembangkan panduan pemantauan dan perlindungan terumbu karang berbasis masyarakat.
Melarang segala bentuk pemanfaatan sumberdaya alam dan kelautan dengan menggunakan alat
yang dapat merusak lingkungan hidup.
Mengembangkan mata pencaharian alternatif berkelanjutan bagi masyarakat pesisir guna
menghindari eksploitasi sumberdaya kelautan.
Menetapkan daerah tangkapan ikan nelayan lokal.
11. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk perlintasan bagi jenis biota laut yang dilindungi adalah:
Menetapkan daerah penyangga untuk menjamin kelestarian keanekaragaman hayati dan
ekosistem yang terkandung di daerah perlintasan.
Melindungi kawasan perairan laut dan keunikan ekosistem yang sesuai bagi keberlangsungan
hidup jenis biota laut yang dilindungi.
Mengatur alokasi pemanfaatan ruang laut dan dasar laut di sepanjang dan sekitar jalur
perlintasan biota laut yang dilindungi.
Pemanfaatan kawasan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
B. Kawasan Budidaya
1. Kawasan hutan produksi terbatas ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
Memiliki faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas dengan jumlah skor 125 Sampai 174.
Memiliki faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan dengan jumlah 124 atau kurang,
terletak di luar kawasan lindung.
Merupakan kawasan yang apabila dikonversi mampu mempertahankan daya dukung dan daya
tampung lingkungan.
2. Kriteria teknis hutan produksi terbatas dan hutan produksi yang dapat dikonversi sebagaimana
ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kehutanan.
3. Arahan peraturan zonasi untuk hutan produksi sebagaimana dimaksud adalah:
Melestarikan fungsi lingkungan hidup kawasan hutan untuk keseimbangan ekosistem wilayah.
Mengendalikan neraca sumberdaya kehutanan untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang.
Memberlakukan persyaratan penebangan yang ketat untuk melindungi populasi pohon dan
ekosistem kawasan.
Menanam kembali untuk mengganti setiap batang pohon.
4. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan pertanian adalah:
Mengatur alokasi pemanfaatan ruang untuk kegiatan pertanian lahan basah, pertanian lahan
kering, perkebunan, perikanan air tawar, dan peternakan sesuai dengan kesesuaian lahan
dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Menerapkan metoda konservasi tanah dan sumberdaya air sesuai dengan kondisi kawasan.
Mengatur zonasi komoditas pertanian untuk menjaga keseimbangan antara permintaan dan
penawaran.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 376
Provinsi Papua Barat
Mempertahankan kawasan pertanian beririgasi teknis.
Mencegah konversi lahan pertanian produktif untuk peruntukan lain.
Program bimbingan pertanian (transformasi bagi masyarakat adat).
5. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan pertambangan adalah:
Penyelesaian hak ulayat terlebih dahulu.
Peningkatan kemampuan untuk melakukan pengawasan volume produksi.
Peningkatan kemampuan untuk mengendalikan dampak lingkungan dan sosial.
Memanfaatkan sumberdaya mineral, energi, dan bahan galian lainnya untuk kemakmuran rakyat.
Mencegah terjadinya dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan pengelolaan
sumberdaya mineral.
Merehabilitasi lahan pasca kegiatan pertambangan.
Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan sumberdaya mineral, energi, dan bahan galian
lainnya dengan memperhatikan ketentuan perundangan di bidang pengelolaan lingkungan hidup.
Memperhatikan kelestarian sumberdaya mineral, energi dan bahan galian lainnya sebagai
cadangan pembangunan yang berkelanjutan.
Memperhatikan keserasian dan keselarasan antara kawasan pertambangan dengan kawasan
sekitarnya.
6. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan industri adalah:
Memanfaatkan potensi kawasan industri untuk peningkatan nilai tambah pemanfaatan ruang.
Meningkatkan nilai tambah sumberdaya alam yang terdapat di dalam dan di sekitar kawasan.
Mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Memanfaatkan lokasi industri berbasis sumberdaya alam lokal dan berorientasi ekspor.
7. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan pariwisata adalah:
Penetapan peraturan bagi wisatawan, pengelola pariwisata dan pengembangan fasilitas.
Persiapan sosial masyarakat di kawasan pariwisata.
Memanfaatkan potensi lingkungan hidup, keindahan alam dan budaya di kawasan pariwisata.
Mempertahankan kelestarian nilai budaya, adat istiadat, serta mutu dan keindahan lingkungan
alam.
Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
8. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan perikanan adalah:
Pemetaan zona adat.
Pengkajian daur kehidupan ikan dan pengukuran produktivitas ikan komersial.
Pembakuan zona adat: daerah penangkapan ikan yang terkendali oleh norma adat (sasi).
Memanfaatkan potensi perikanan di wilayah perairan teritorial dan ZEE Indonesia.
Meningkatkan nilai tambah perikanan melalui pengembangan industri pengelolaan hasil
perikanan dan kelautan.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 377
Provinsi Papua Barat
Memelihara kelestarian potensi sumberdaya ikan.
Melindungi jenis biota laut tertentu yang dilindungi peraturan perundangan.
9. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan permukiman adalah:
Didominasi hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal.
Aman dari bahaya bencana atau bahaya bencana buatan manusia.
Akses menuju pusat kegiatan masyarakat baik yang terdapat di dalam maupun di luar kawasan.
Kriteria teknik kawasan permukiman ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang permukiman.
10. Arahan peraturan zonasi untuk lingkungan hidup adalah:
Menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam.
Memperhatikan nilai sosial budaya masyarakat.
Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
11. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan strategis provinsi adalah:
Meningkatkan fungsi kawasan lindung dan fungsi kawasan budidaya yang berada dalam
kawasan strategis provinsi.
Mengatur pemanfaatan ruang kawasan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mendukung
pertahanan keamanan negara.
Menciptakan nilai tambah dan pengaruh positif secara ekonomis dan pengembangan kawasan
tertentu, baik bagi pembangunan provinsi maupun bagi pembangunan daerah.
Pemanfaatan potensi sumberdaya alam dengan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang tepat guna dan memberikan daya saing provinsi.
Pengendalian yang ketat terhadap pemanfaatan sumberdaya alam dalam rangka
mempertahankan fungsi lingkungan hidup.
Pemanfaatan ruang secara optimal bagi penyelenggaraan fungsi pertahanan keamanan baik
yang bersifat statis maupun dinamis.

7.2 Arahan Perizinan


Arahan Perijinan merupakan bagian dari pengendalian pemanfaatan ruang dan dimaksudkan sebagai
upaya penertiban pemanfaatan ruang dan dimaksudkan sebagai upaya penertiban pemanfaatan ruang sehingga
setiap penataan ruang harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang baik yang dilengkapi dengan ijin maupun yang tidak memiliki ijin dikenal sanksi
administratif, sanksi pidana penjara dan/atau sanksi pidana.

Arahan perijinan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut:

Perijinan pemanfaatan ruang diberlakukan terhadap pemanfaatan kawasan lindung dan kawasan budidaya
yang meliputi sistem pusat kegiatan, sistem prasarana wilayah serta fasilitas dan utilitas wilayah.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 378
Provinsi Papua Barat
Perijinan pemanfaatan ruang diberlakukan terhadap pemanfaatan air permukaan, air bawah tanah, udara
serta pemanfaatan ruang bawah tanah.
Pemanfaatan ruang yang sesuai aturan tata ruang tapi tidak berijin, harus segera mengurus ijin dengan
dikenai denda.
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTR (Rencana Tata Ruang) tapi telah memiliki ijin diteruskan
sampai waktu yang ditentukan.

7.3 Arahan Insentif Dan Disinsentif


Insentif dan disinsentif merupakan pengaturan yang bertujuan membatasi dalam penataan ruang.

Arahan insentif dan disinsentif:

Dalam rangka mengembangkan pusat kawasan strategis, beberapa insentif yang akan diterapkan adalah
pembentukan badan pengelola untuk mengembangkan kawasan strategis sebagai prioritas, memberi
kemudahan perijinan bagi pengembang dalam rangka pembangunan di kawasan strategis sebagai prioritas,
memberi kemudahan perijinan bagi pengembang dalam rangka pembangunan di kawasan strategis dan
promosi kawasan strategis guna menarik investor.
Dalam rangka mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan sekunder, beberapa insentif yang diberikan
adalah pembangunan akses menuju kawasan, memberikan kemudahan perijinan, serta pemberian
pelayanan jaringan dan sarana kawasan.
Dalam rangka mengembangkan penjagaan kelestarian bangunan bersejarah yang ditentukan, insentif yang
akan diberikan adalah bantuan teknis perubahan fisik bangunan dalam batas tertentu selama fisik
bangunan tetap.
Dalam rangka pengendalian perkembangan di wilayah yang beresiko bencana tinggi, dan dominan fungsi
lindung, beberapa disinsentif yang diberikan adalah pengenaan pajak kegiatan yang relatif besar daripada
dibagian wilayah lain dan pengenaan denda terhadap kegiatan yang menimbulkan dampak negatif bagi
publik seperti gangguan keamanan, kenyamanan, dan keselamatan.

7.4 Arahan Pengenaan Sanksi


Arahan sanksi sebagaimana dimaksud merupakan salah satu upaya pengendalian pemanfaatan ruang,
dimaksudkan sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang dan peraturan zonasi.

Hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang adalah menetapkan
kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang dalam suatu kerangka yang berkelanjutan untuk menjamin
pemanfaatan ruang yang efisien, efektif, dan responsif terhadap perkembangan aktifitas masyarakat.

Dalam pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, bentuk-bentuk pelanggaran dalam
pemanfaatan ruang dapat dibedakan menjadi:

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 379


Provinsi Papua Barat
1. Pelanggaran Fungsi, dimana pemanfaatan lahan tidak sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan.
2. Pelanggaran Luas Peruntukan, dimana pemanfaatan sesuai dengan fungsi yang ditetapkan, tetapi luas
pemanfaatan tidak sesuai dengan luas peruntukan yang ditetapkan dalam perencanaan tata ruang.
3. Pelanggaran Persyaratan Teknis, dimana pemanfaatan sesuai dengan fungsi, tetapi persyaratan teknis
tidak sesuai dengan ketentuan teknis yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.

Pelanggaran pemanfaatan ruang dibedakan dalam 2 (dua) kategori, yaitu:

1. Pelanggaran setelah ditetapkannya rencana tata ruang, dimana pelanggaran dilakukan setelah rencana tata
ruang memiliki kekuatan hukum dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
2. Pelanggaran yang terjadi sebelum penetapan rencana tata ruang.
Alternatif tindakan penertiban terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang tersebut di atas tertera pada tabel di
bawah ini.

Tabel 90. Arahan Alternatif Bentuk Penertiban Terhadap Pelanggaran Pemanfaatan Ruang
Bentuk Pelanggaran Alternatif Bentuk Penertiban

SETELAH RENCANA TATA RUANG DITETAPKAN DENGAN PERDA

- Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan - Kegiatan pembangunan dihentikan


fungsi ruang/penggunaan lahan yang telah - Pencabutan ijin
ditetapkan dalam RTRW yang berlaku - Pembongkaran
- Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi - Kegiatan pembangunan dihentikan
ruang/penggunaan lahan tetapi luasan tidak - Kegiatan dibatasi pada luasan yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan dalam RTRW yang - Denda
berlaku - Kurungan
- Pembongkaran
- Pemutihan dan denda
- Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi - Kegiatan pembangunan dihentikan
ruang/penggunaan lahan, tetapi aspek - Pemenuhan persyaratan teknis
teknis pemanfaatan tidak sesuai dengan
persyaratan teknis yang ditetapkan dalam
RTRW yang berlaku
SEBELUM RENCANA TATA RUANG DITETAPKAN DENGAN PERDA

- Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan - Pemulihan fungsi ruang secara bertahap
fungsi ruang/penggunaan lahan yang telah melalui:
ditetapkan dalam RTRW yang berlaku - Pembatasan masa perijinan
- Pemindahan/relokasi/resettlement
- Penggantian yang layak
- Pengendalian pemanfaatan ruang melalui:
- Pembatasan luas areal pemanfaatan
ruang
- Pembatasan jenis dan skala kegiatan
- Penyesuaian persyaratan teknis
- Pembinaan melalui penyuluhan
- Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi - Pengendalian pemanfaatan ruang melalui:
ruang/penggunaan lahan tetapi luasan tidak - Pembatasan luas areal pemanfaatan
sesuai dengan ketentuan dalam RTRW yang ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 380
Provinsi Papua Barat
Bentuk Pelanggaran Alternatif Bentuk Penertiban

berlaku - Pembatasan jenis dan skala kegiatan


- Pembinaan melalui penyuluhan
- Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi - Pengendalian pemanfaatan ruang melalui:
ruang/penggunaan lahan, tetapi aspek - Pembatasan luas areal pemanfaatan
teknis pemanfaatan tidak sesuai dengan ruang
persyaratan teknis yang ditetapkan dalam - Pembatasan jenis dan skala kegiatan
RTRW yang berlaku - Penyesuaian persyaratan teknis
- Pembinaan melalui penyuluhan
Sumber: Subdit. Bina Penataan Ruang dan Kawasan. Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Daerah. Ditjen Pembangunan
Daerah, Departemen Dalam Negeri.

Selanjutnya sanksi dapat dikenakan kepada aparat pemerintah sebagai pemberi ijin maupun masyarakat sebagai
pelaku kegiatan. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007, setiap pejabat
pemerintah yang berwenang yang menerbitkan ijin tidak sesuai dengan rencana tata ruang, dapat dikenai sanksi
pidana.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 381


Provinsi Papua Barat

Anda mungkin juga menyukai