PEMANFAATAN RUANG
7
PROVINSI PAPUA BARAT
Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan suatu upaya untuk menjamin tercapainya tujuan dan
sasaran rencana tata ruang wilayah. Pengendalian tata ruang wilayah berpedoman pada arahan-arahan yang
ditetapkan dalam rencana struktur tata ruang wilayah dan rencana pemanfaatan ruang pada tingkat propinsi dan
kabupaten.
Pengendalian pemanfaatan ruang tersebut dilakukan pula melalui perijinan pemanfaatan ruang,
pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Perijinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai
upaya penertiban pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai dengan
rencana tata ruang. Ijin pemanfaatan ruang diatur dan diterbitkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai
dengan kewenangannya masing-masing. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik
yang dilengkapi dengan ijin maupun yang tidak memiliki ijin, dikenai sanksi administratif, sanksi pidana
kurungan/penjara, dan/atau sanksi pidana denda.
Pemberian insentif dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan
kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun oleh pemerintah
daerah. Bentuk insentif tersebut, antara lain, dapat berupa keringanan pajak, pembangunan prasarana dan
sarana (infrastruktur), pemberian kompensasi, kemudahan prosedur perijinan, dan pemberian penghargaan.
Pengenaan sanksi, yang merupakan salah satu upaya pengendalian pemanfaatan ruang, dimaksudkan
sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
dan peraturan zonasi. Dalam undang-undang ini pengenaan sanksi tidak hanya diberikan kepada pemanfaat
ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perijinan pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula kepada pejabat
pemerintah yang berwenang yang menerbitkan ijin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang.
Pada tahap awal kegiatan, pengendalian adalah untuk mengetahui sekaligus mengendalikan apakah dan
bagaimanakah dalam pelaksanaannya suatu tindakan pembangunan telah tercapai kesesuaian ataukah terjadi
penyimpangan terhadap rencana awal yang telah ditetapkan. Aspek yang dimasukkan dalam pertimbangan ini
antara lain ialah bentuk fisik, fungsi waktu atau tahapan pelaksanaan, fungsi pembiayaan dan sebagainya.
Tinjauan kedua yang berkaitan dengan pengendalian pemanfaatan ruang ialah analisis terhadap dampak yang
ditimbulkan oleh pelaksanaan suatu rencana pembangunan.
Analisis terhadap dampak yang ditimbulkan mencakup dampak positif maupun dampak negatif yang
muncul ditinjau dari aspek ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup dan sebagainya. Pada tahap akhir dari
tindakan pengendalian pemanfaatan ruang ini ialah memberikan atau menghasilkan umpan balik sebagai hasil
evaluasi pengendalian pemanfaatan ruang yang berperan sebagai input bagi tahap pemanfaatan ruang dan/atau
tahap perencanaan tata ruang dalam proses siklus berikutnya.
Kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan dalam bentuk pengawasan dan penertiban kegiatan
pemanfaatan ruang. Tindakan pengawasan akan merupakan dasar tindakan penertiban untuk menyelesaikan
masalah tata ruang.
Pengarahan lokasi kegiatan untuk kegiatan budidaya melalui mekanisme perijinan (untuk kawasan berskala
besar) dengan pendekatan intensif dan disinsentif;
Pelarangan/pencegahan dilakukan kegiatan budidaya yang tidak sesuai dengan rencana;
Pembatasan kegiatan lain yang telah ada dengan ketentuan tidak dilakukan pengembangannya lebih lanjut;
Penyelesaian masalah tumpang tindih antar kegiatan budidaya (baik status/penguasaan lahan, proyek
pembangunan, penggunaan lahan yang telah berlangsung lama) berdasarkan berbagai ketentuan
perundangan yang berlaku;
Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perijinan, pemberian
insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
RTRWP sebagai salah satu instrumen pengendalian wilayah akan menjadi efektif apabila pada tahap
selanjutnya (tahap pelaksanaan rencana) dapat berfungsi sebagai arahan atau pedoman bagi proyek, program
dan penyelenggaraan pembangunan pada kawasan kota, baik yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah
maupun oleh perorangan maupun swasta.
Pada dasarnya arahan pengendalian pemanfaatan ruang didasarkan pada arahan sebagai berikut:
Tanah merupakan aktivitas seluruh makhluk hidup, dimana di atas tanah tumbuh berbagai fungsi
kegiatan. Masing-masing fungsi kegiatan memiliki peranan yang saling menunjang. Tujuan pengembangan
pengelolaan tanah adalah tetap terjaganya kualitas tanah dari kondisi kritis atau tandus. Tanah ditinjau dari
peruntukan dan fungsinya meliputi tanah untuk kegiatan lindung dan kegiatan budidaya. Tanah peruntukan
kegiatan lindung merupakan tanah yang potensial dapat melindungi wilayah lainnya dari bencana alam,
sedangkan tanah peruntukan kegiatan budidaya merupakan tanah yang dapat dimanfaatkan bagi
pengembangan perekonomian.
Air sebagai kebutuhan hidup manusia dan makhluk alam lainnya, sehingga pengambilan air perlu
dilindungi. Tujuan pengembangan penataan air adalah untuk tercapainya kondisi:
1. Pemerintah memberi sanksi (atau disinsentif) pada setiap kegiatan pengambilan air oleh masyarakat, dan
atau badan lain yang merusak sumber air.
2. Pemerintah memberi sanksi (atau disinsentif) pada setiap kegiatan yang menghambat aliran air oleh
masyarakat dan atau badan lain.
3. Pemberian sanksi (atau disinsentif) terhadap kegiatan yang memanfaatkan pengambilan air tanah secara
besar-besaran.
4. Pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan pembuangan limbah padat (sampah) dan atau limbah
cair pada kawasan pantai.
5. Mempermudah akses pelaporan dari semua pihak (termasuk masyarakat) kepada lembaga yang
berwenang dalam pemberian sanksi dan pengaturan penggunaan air, agar setiap pelanggan pencemaran
air dapat segera diantisipasi dan ditindaklanjuti.
6. Meningkatkan peran serta masyarakat, baik secara individu maupun kelompok dalam pengendalian dan
pengawasan terhadap pencemaran air.
7. Melindungi catchment area dan sumber air permukaan dari ancaman kerusakan lingkungan dengan cara
pemberlakuan sempadan untuk air permukaan dan membuat Zona Penyangga untuk catchment area.
Udara merupakan kebutuhan pokok manusia, sehingga udara perlu dilindungi untuk kepentingan bersama.
Pengembangan penatagunaan tanah ditujukan agar lingkungan terbebas dari polusi udara dan kebisingan.
1. Pengendalian terhadap pembakaran hutan dan sampah dilakukan dengan cara identifikasi lokasi-lokasi
kebakaran, identifikasi lingkungan, dan penyebab kebakaran pada lokasi terkait dan lingkungan sekitar area
kebakaran dan pemberian sanksi terhadap pelaku pembakaran sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Penanaman pohon pada setiap jaringan jalan dengan kepadatan dan polusi bising dan polusi udara yang
tinggi.
Hutan dikembangkan dalam rangka mendukung keseimbangan lingkungan dan kelestarian alam (ekosistem)
serta mendukung kelangsungan perekonomian wilayah (sustainable development).
1. Melakukan pengawasan dan pengendalian kawasan hutan (dalam hal penguasaan hutan, hendaknya
pemerintah memberikan hak pengelolaan pada perusahaan yang layak (uji kelayakan pengelolaan).
2. Membentuk dan/atau memfungsikan organisasi dan/atau lembaga yang dikelola oleh masyarakat yang
bergerak dibidang pemerhati lingkungan hidup.
3. Penatagunaan hutan sesuai dengan peruntukannya.
4. Kawasan lindung saat ini berupa hutan lindung, cagar alam, dan sebagainya dipertahankan keberadaannya
dan dijaga kelestariannya.
5. Memberikan fungsi lindung pada hutan produksi.
6. Pengendalian percepatan penebangan hutan dengan cara inventarisasi pemanfaatan kayu (industri, swasta,
dan masyarakat), monitoring kelayakan pemanfaatan kayu, dan memberikan sanksi dan atau disinsentif
pada setiap pengelolaan yang melanggar ketentuan hukum yang berlaku.
7. Reboisasi atau penghijauan pada hutan-hutan yang telah mengalami degradasi lingkungan.
8. Penguasaan hutan oleh pemerintah pada kawasan peruntukan hutan lindung, maka pemerintah perlu
mengganti atau membeli lahan pada kawasan hutan lindung yang dikuasai oleh masyarakat atau swasta dan
menata hutan lindung sesuai dengan peruntukannya.
9. Pengawasan dan pengendalian pada kawasan hutan lindung seperti penebangan liar dan sebagainya,
kegiatan tersebut dilakukan oleh pemerintah bersama dengan masyarakat.
a. Menjamin berfungsinya sistem perkotaan dan jaringan prasarana wilayah Provinsi Papua Barat dengan
mengatur pemanfaatan ruang di sekitar jaringan prasarana;
Arahan peraturan zonasi Struktur Ruang Provinsi Papua Barat terdiri atas arahan peraturan zonasi untuk sistem
perkotaan dan arahan peraturan zonasi untuk jaringan prasarana wilayah, sebagai berikut:
1. Arahan peraturan zonasi untuk PKN, PKW, PKL dan PKSN adalah:
a. Menetapkan batas perkembangan fisik kawasan perkotaan berupa ruang terbuka hijau di kawasan
perkotaan dan pinggiran berdasarkan daya dukung lingkungan.
b. Mengelola tingkat perkembangan fisik perkotaan di daerah pinggiran agar tidak melebihi batas
perkembangan fisik yang telah ditetapkan.
c. Mengembangkan pusat-pusat pelayanan kepada masyarakat secara berhierarki yang terdistribusi di
seluruh kawasan perkotaan dan disesuaikan dengan jumlah penduduk yang dilayani.
Untuk PKW dan PKL berlaku arahan peraturan zonasi sebagai berikut:
a. Mengembangkan prasarana dan sarana perekonomian untuk menunjang kegiatan ekonomi wilayah.
b. Mengembangkan prasarana transportasi untuk menunjang pergerakan dari dan menuju kawasan lain di
sekitarnya.
c. Mengembangkan ruang untuk sentra-sentra kegiatan produksi dalam skala lokal dan wilayah.
d. Mengembangkan jaringan akses dari pusat-pusat produksi berorientasi ekspor menuju pelabuhan laut/
atau bandar udara.
Selain arahan peraturan zonasi, berlaku indikasi arahan peraturan zonasi sebagai berikut:
a. Mengembangkan prasarana dan sarana untuk menunjang fungsi kepabeanan, imigrasi, karantina dan
keamanan.
b. Mengembangkan kegiatan budidaya dengan memperhatikan fungsi pertahanan dan keamanan negara.
c. Mengembangkan prasarana dan sarana untuk menunjang transportasi dan perdagangan lintas batas.
2. Arahan peraturan zonasi untuk jaringan jalan kolektor primer yang terdapat di Provinsi Papua Barat adalah:
a. Menyiapkan rencana alokasi ruang pelabuhan yang dapat memenuhi kebutuhan ruang untuk
pengembangan kegiatan prasarana pelabuhan.
b. Meningkatkan aksesibilitas transportasi laut antara kawasan andalan dengan kawasan sub regional dan
kawasan strategis (ekonomi) provinsi.
c. Mengembangkan pelabuhan yang mampu berfungsi sebagai simpul transportasi laut provinsi yang
menghubungkan pelabuhan pengumpan dengan pelabuhan yang lebih tinggi hierarkinya.
d. Mengembangkan sistem keamanan berstandar provinsi.
e. Mengintegrasikan pelabuhan provinsi dengan sistem transportasi darat yang menghubungkan
pelabuhan dengan PKN atau PKW terdekat dan pusat produksi wilayah lainnya.
f. Mengembangkan pelabuhan yang mampu melayani angkutan peti kemas.
g. Menyusun studi lingkungan regional yang memperhatikan konservasi kawasan lindung dan daya
dukung lingkungan secara umum untuk melengkapi rencana pengembangan pelabuhan.
h. Mengembangkan terminal penumpang untuk melayani pelayaran dan/atau penyeberangan provinsi.
i. Menjamin ketersediaan air bersih, listrik jaringan telekomunikasi dan instalasi pengolahan air limbah di
kawasan pelabuhan.
6. Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan energi dan listrik adalah:
7. Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi ditetapkan oleh dinas yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang telekomunikasi.
8. Arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana sumberdaya air adalah:
a. Membagi peran yang tegas dalam pengelolaan sumberdaya air di antara pemerintah, pemerintah
provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan wewenang masing-masing.
b. Melindungi kawasan bagian hulu dan tengah aliran sungai.
c. Melindungi kawasan yang berfungsi menampung limpasan air di bagian hilir.
d. Melindungi sempadan sungai, kawasan sekitar danau dan waduk, serta kawasan sekitar mata air dari
kegiatan yang berpotensi merusak kualitas air.
e. Memulihkan fungsi hidrologis yang telah menurun akibat kegiatan budidaya di kawasan resapan air,
sempadan sungai, kawasan sekitar danau dan waduk serta mata air.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 372
Provinsi Papua Barat
f. Mengatur pemanfaatan sumberdaya air untuk kegiatan budidaya secara seimbang dengan
memperhatikan tingkat ketersediaan dan kebutuhan sumberdaya air.
g. Mengendalikan daya rusak air untuk melindungi masyarakat, kegiatan budidaya, serta prasarana dan
sarana penunjang perikehidupan manusia.
h. Mengembangkan sistem prasarana sumberdaya air yang selaras dengan pengembangan sistem pusat
permukiman, kawasan budidaya, dan kawasan lindung.
i. Mengembangkan sistem prasarana sumberdaya air untuk mendukung sentra produksi pangan dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan provinsi.
1. Menjamin terciptanya keselamatan umum dengan melakukan pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di
kawasan rawan bencana alam dan pemanfaatan ruang lain yang memiliki potensi bahaya bagi masyarakat
sekitarnya.
2. Menjamin kelestarian lingkungan alam dan keanekaragaman hayati dengan melakukan pembatasan
terhadap kegiatan yang mengubah bentang alam.
3. Menjamin terciptanya keberlanjutan pembangunan dan perbaikan kualitas lingkungan dengan menciptakan
keserasian dan keterpaduan antar pemanfaatan ruang yang berbeda.
A. Kawasan Lindung
1. Arahan peraturan zonasi untuk hutan lindung meliputi:
Pengelolaan kegiatan budidaya yang telah berlangsung dalam hutan lindung berdasarkan
analisis mengenai dampak lingkungan.
Penerapan pengembangan kegiatan budidaya bersyarat di kawasan hutan lindung yang di
dalamnya terdapat deposit mineral atau sumberdaya lainnya.
Pengaturan ruang dan bimbingan untuk kegiatan budidaya masyarakat yang tinggal di dalam
kawasan lindung.
2. Arahan peraturan zonasi untuk kawasan resapan air adalah:
Memberikan ruang yang cukup pada daerah tertentu untuk keperluan penyerapan air hujan bagi
kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan.
Membangun kawasan yang mengakomodasi berbagai kegiatan pembangunan dengan
mempertimbangkan kesesuaian lahan.
Melarang penebangan pohon muda berdiameter 6-25 cm dan/atau tinggi 3 meter di kawasan
resapan air.
Perijinan pemanfaatan ruang diberlakukan terhadap pemanfaatan kawasan lindung dan kawasan budidaya
yang meliputi sistem pusat kegiatan, sistem prasarana wilayah serta fasilitas dan utilitas wilayah.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 378
Provinsi Papua Barat
Perijinan pemanfaatan ruang diberlakukan terhadap pemanfaatan air permukaan, air bawah tanah, udara
serta pemanfaatan ruang bawah tanah.
Pemanfaatan ruang yang sesuai aturan tata ruang tapi tidak berijin, harus segera mengurus ijin dengan
dikenai denda.
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTR (Rencana Tata Ruang) tapi telah memiliki ijin diteruskan
sampai waktu yang ditentukan.
Dalam rangka mengembangkan pusat kawasan strategis, beberapa insentif yang akan diterapkan adalah
pembentukan badan pengelola untuk mengembangkan kawasan strategis sebagai prioritas, memberi
kemudahan perijinan bagi pengembang dalam rangka pembangunan di kawasan strategis sebagai prioritas,
memberi kemudahan perijinan bagi pengembang dalam rangka pembangunan di kawasan strategis dan
promosi kawasan strategis guna menarik investor.
Dalam rangka mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan sekunder, beberapa insentif yang diberikan
adalah pembangunan akses menuju kawasan, memberikan kemudahan perijinan, serta pemberian
pelayanan jaringan dan sarana kawasan.
Dalam rangka mengembangkan penjagaan kelestarian bangunan bersejarah yang ditentukan, insentif yang
akan diberikan adalah bantuan teknis perubahan fisik bangunan dalam batas tertentu selama fisik
bangunan tetap.
Dalam rangka pengendalian perkembangan di wilayah yang beresiko bencana tinggi, dan dominan fungsi
lindung, beberapa disinsentif yang diberikan adalah pengenaan pajak kegiatan yang relatif besar daripada
dibagian wilayah lain dan pengenaan denda terhadap kegiatan yang menimbulkan dampak negatif bagi
publik seperti gangguan keamanan, kenyamanan, dan keselamatan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang adalah menetapkan
kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang dalam suatu kerangka yang berkelanjutan untuk menjamin
pemanfaatan ruang yang efisien, efektif, dan responsif terhadap perkembangan aktifitas masyarakat.
Dalam pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, bentuk-bentuk pelanggaran dalam
pemanfaatan ruang dapat dibedakan menjadi:
1. Pelanggaran setelah ditetapkannya rencana tata ruang, dimana pelanggaran dilakukan setelah rencana tata
ruang memiliki kekuatan hukum dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
2. Pelanggaran yang terjadi sebelum penetapan rencana tata ruang.
Alternatif tindakan penertiban terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang tersebut di atas tertera pada tabel di
bawah ini.
Tabel 90. Arahan Alternatif Bentuk Penertiban Terhadap Pelanggaran Pemanfaatan Ruang
Bentuk Pelanggaran Alternatif Bentuk Penertiban
- Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan - Pemulihan fungsi ruang secara bertahap
fungsi ruang/penggunaan lahan yang telah melalui:
ditetapkan dalam RTRW yang berlaku - Pembatasan masa perijinan
- Pemindahan/relokasi/resettlement
- Penggantian yang layak
- Pengendalian pemanfaatan ruang melalui:
- Pembatasan luas areal pemanfaatan
ruang
- Pembatasan jenis dan skala kegiatan
- Penyesuaian persyaratan teknis
- Pembinaan melalui penyuluhan
- Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi - Pengendalian pemanfaatan ruang melalui:
ruang/penggunaan lahan tetapi luasan tidak - Pembatasan luas areal pemanfaatan
sesuai dengan ketentuan dalam RTRW yang ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 380
Provinsi Papua Barat
Bentuk Pelanggaran Alternatif Bentuk Penertiban
Selanjutnya sanksi dapat dikenakan kepada aparat pemerintah sebagai pemberi ijin maupun masyarakat sebagai
pelaku kegiatan. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007, setiap pejabat
pemerintah yang berwenang yang menerbitkan ijin tidak sesuai dengan rencana tata ruang, dapat dikenai sanksi
pidana.