Anda di halaman 1dari 8

PEDOMAN PENURUNAN STUNTING

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat
kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Kondisi gagal tumbuh pada anak balita disebabkan oleh kurangnya asupan
gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang, dan kedua faktor
penyebab ini dipengaruhi oleh pola asuh yang tidak memadai terutama dalam
1.000 HPK. Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badan
menurut umurnya lebih rendah dari standar nasional yang berlaku. Standar
dimaksud terdapat pada buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan beberapa
dokumen lainnya.
Penurunan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk
menghindari dampak jangka panjang yang merugikan seperti terhambatnya
tumbuh kembang anak. Stunting mempengaruhi perkembangan otak
sehingga tingkat kecerdasan anak tidak maksimal. Hal ini berisiko
menurunkan produktivitas pada saat dewasa. Stunting juga menjadikan anak
lebih rentan terhadap penyakit. Anak stunting berisiko lebih tinggi menderita
penyakit kronis di masa dewasanya.
Penurunan stunting menitik beratkan pada penanganan penyebab
masalah gizi, yaitu faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan
khususnya akses terhadap pangan bergizi (makanan), lingkungan sosial yang
terkait dengan praktik pemberian makanan bayi dan anak (pengasuhan),
akses terhadap pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan
(kesehatan), serta kesehatan lingkungan yang meliputi tersedianya sarana air
bersih dan sanitasi (lingkungan). Keempat faktor tersebut mempengaruhi
asupan gizi dan status kesehatan ibu dan anak. Intervensi terhadap keempat
faktor tersebut diharapkan dapat mencegah masalah gizi, baik kekurangan
maupun kelebihan gizi.

1
B. TUJUAN PEDOMAN
Pedoman ini bertujuan untuk menjadi panduan bagi puskesmas dalam
melaksanakan pencegahan dan penurunan stunting terintegrasi mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Pedoman
ini dapat digunakan oleh puskesmas dalam mengawal dan membina tenaga
gizi untuk melaksanakan pencegahan dan penurunan stunting terintegrasi.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup pedoman pencegahan dan penurunan stunting terintegrasi ini
adalah untuk membantu petugas puskesmas dalam melakukan perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program untuk
pencegahan dan penurunan stunting.

D. BATASAN OPERASIONAL
Batasan Operasional ini merupakan batasan istilah, sesuai dengan kerangka
konsep intervensi penurunan stunting yang tertuang didalam pedoman
penurunan stunting
1. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kab/Kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan Kesehatan di
wilayah kerja tertentu
2. Pelayanan Gizi adalah rangkaian kegiatan terapi gizi yang dilakukan di
institusi Kesehatan puskesmas untuk memenuhi kebutuhan gizi
klien/pasien. Pelayanan gizi merupakan upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitative dalam rangka meningkatkan Kesehatan klien/pasien.
3. Tim Penanganan Stunting adalah sekelompok petugas puskesmas yang
terkait dengan program penurunan stunting yang terdiri dari dokter,
nutritionis, bidan, perawat, kesling dan promkes yang bertugas
menyelenggarakan intervensi penurunan stunting terintegrasi agar pasien
dapat mencapai status gizi optimal.
4. Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan pada balita dengan
status gizi pendek dan sangat pendek berupa pemberian PMT, F-100
serta konseling.

2
5. Rumah Sakit adalah unit pelaksana teknis yang bekerjasama dengan
puskesmas dalam program pencegahan dan penurunan stunting yang
memberikan pelayanan berupa pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
dokter spesialis anak serta pemeriksaan dokter spesialis gizi klinik

E. LANDASAN HUKUM
Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan
Stunting.

BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Adapun sumber daya manusia sebagai tenaga kompeten dalam upaya
pencegahan dan penurunan stunting untuk kegiatan intervensi pencegahan dan
penurunan stunting terintegrasi baik untuk kegiatan klinis maupun Kesehatan
masyarakat meliputi :
1. Dokter Umum dengan kualifikasi Pendidikan S1
2. Dokter Gigi dengan kualifikasi Pendidikan S1
3. Nutritionis dengan kualifikasi Pendidikan minimal D3
4. Bidan dengan kualifikasi Pendidikan minimal D3
5. Perawat dengan kualifikasi Pendidikan minimal D3
6. Sanitarian dengan kualifikasi Pendidikan minimal D3
7. Tenaga Kesehatan lain yang terkait

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

No Tenaga Kesehatan Kondisi di Puskesmas


Karanganyar
1 Dokter Umum 3
2 Dokter Gigi 2
3 Perawat 7
4 Bidan 3

3
5 Nutritionis 3
6 Farmasi 4
7 Laboratorium 2
8 Tenaga Kesehatan Masyarakat 4
9 Tenaga Kesehatan Lingkungan 1

C. JADWAL KEGIATAN

BULAN
NO KEGIATAN POKOK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Penyuluhan Stunting v
2. Demo membuat F100 v
dari petugas gizi
puskesmas
3. Cering Pasar v v v v v v v v v v v v
4. Kunjungan dan v v v v v v v
pemantauan PMT dan
susu
5. Kunjungan dan v v v v v v v
pemantauan BB, TB

4
BAB III
STANDART FASILITAS

A. DENAH RUANG

B. STANDAR FASILITAS
Sebagai pedoman pencegahan dan penurunan stunting mengacu pada
Kegiatan pencegahan dan penurunan Sarana Prasana
stunting
 Meja, Kursi
 Alat tulis
 Buku Register, Buku Pencatatan
Kegiatan
Dalam Gedung  Timbangan Dewasa dan Bayi
 Microtoice/ Pengukur tinggi badan
 Leaflet
 Alat peraga/ Foot Model
 Buku panduan : penuntun diet,

5
pedoman pelayanan anak stunting,
tata laksana balita stunting,
Pedoman pelayanan gizi
 Aplikasi EEPGBM

 Leaflet, Lembar balik, Materi


Penyuluhan : Inisiasi Menyusui Dini,
Strategi peningkatan Penimbangan
Balita di posyandu, Angka
Luar Gedung Kecukupan Gizi
 Tabel Antropometri
 Timbangan : Dacin, Timbanan Injak,
 Timbangan bayi
 Microtoice/ Pengukur Tinggi badan
 Meja, Kursi, ATK, dan blanko-blanko
laporan lain
 Vit. A, Fe
 Pita Lila

6
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

Tatalaksana pelayanan/alur pelayanan pencegahan dan penurunan stunting


terintegrasi di Puskesmas Karanganyar adalah :
1. Pelacakan balita dan melakukan validasi antropometri ulang pada balita yang
memiliki hasil Z-Score pendek dan sangat pendek
2. Jika hasil Z-Score dari validasi tetap pendek dan sangat pendek maka
dilakukan pelaporan pada Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota
Semarang
3. Pemberian edukasi pada orang tua balita untuk kemudian balita tersebut akan
diberikan bantuan berupa PMT serta F-100
4. Bekerjasama dengan lintas sektor dan lintas program dalam penanganan dan
pemantauan balita stunting
5. Monitoring dan evaluasi makanan dan susu balita setiap satu minggu sekali
6. Monitoring dan evaluasi antropometri setiap satu bulan sekali
7. Monitoring dan evaluasi oleh dokter spesialis anak dan spesialis gizi klinik
dilakukan setiap satu bulan sekali dengan mengirimkan balita ke RST.

BAB V
LOGISTIK

Untuk kebutuhan logistik dan pembiayaan PMT yang diperlukan dalam pelayanan
pencegahan dan penurunan stunting anggaran didapatkan dari Kelurahan, CSR dan
Puskesmas Karanganyar.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan pelayanan pencegahan dan
penurunan stunting perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan
identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat

7
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan
untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan pelayanan pencegahan dan


penurunan stunting perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan
puskesmas/pelaksana dan lintas sector terkait dengan melakukan identifikasi risiko
terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.
Upaya pencegahan terhadap risiko harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang
akan dilaksanakan

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Kinerja pelaksanaan pelayanan pencegahan dan penurunan stunting dimonitor dan
dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan prosedur
2. Meningkatnya tinggi badan balita sesuai dengan umurnya

BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas/pelaksana dan lintas sektor
terkait dalam pelaksanaan upaya pencegahan dan penurunan stunting dengan tetap
memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.

Anda mungkin juga menyukai