Anda di halaman 1dari 58

MK ETIKA PERENCANAAN

KODE : 215504-20; 21570317; MPB49702

3. ETIKA PERENCANA DALAM


PENATAAN RUANG (1)
Oktober 2022

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA ANNISA RAHAJENG MAHARDHIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI WA : 083146813523
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA Email : annisarahajeng23@gmail.com
Kombinasi bahan ajar :
Annisa Rahajeng Mahardhika
Ratika Tulus Wahyuyana, Bahan Kuliah Etika Perencanaan
Jeki Trimarstuti, Bahan Kuliah Etika Perencanaan

Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY)

ARM_2022
SIAPA
URBAN PLANNER-MU?
Kode Etik IAP
KODE ETIK PERENCANA INDONESIA
(Ketetapan Kongres Istimewa IAP No.5 tahun 1994)

• Kode Etik Perencana Indonesia sebagai kaidah kehormatan


• Kode Etik Perencana Indonesia merupakan sikap
profesional dalam mengemban tanggung jawabnya
berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan
negara, pemberi kerja dan atasan, serta tanggung
jawab profesi, rekan sejawat maupun diri sendiri
• Tanggung jawab terhadap masyarakat dan negara
merupakan payung dari tanggung jawab lainnya
KODE ETIK PERENCANA INDONESIA
(Ketetapan Kongres Istimewa IAP No.5 tahun 1994)
TANGGUNG JAWAB PERENCANA TERHADAP MASYARAKAT

1. Seorang perencana harus melayani kepentingan seluruh golongan


dan lapisan masyarakat (publik).
2. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan golongan
maupun kepentingan pribadi serta berdasarkan keyakinan profesi
berani membela yang benar serta memberikan kritik dan koreksi
terhadap terhadap hal yang merugikan masyarakat
3. Seorang perencana harus melayani memberikan informasi
kepada masyarakat dan pengambil keputusan akan permasalahan,
kemungkinan pilihan dan dampak dari suatu perencanaan
Tanggung jawab untuk melayani masyarakat ?
Tanggung jawab untuk melayani masyarakat ?
TANGGUNG JAWAB PERENCANA TERHADAP MASYARAKAT

4. Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses


perencanaan dan pengambilan keputusan.
5. Seorang perencana harus ikut berperan serta dalam upaya
menuju tercapainya pembangunan berkelanjutan melalui
pendekatan perencanaan terpadu yang berwawasan menyeluruh dan
berjangka panjang.
6. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas ekonomi,
meningkatkan pemerataan dan perluasan manfaat pembangunan,
melestarikan warisan budaya dan sejarah, serta meningkatkan kondisi
lingkungan hidup.
Pelibatan Masyarakat dalam Penyusunan RTRW

Keterlibatan pasif - Permintaan data&informasi - Keterlibatan aktif masyarakat yang bersifat


masyarakat dalam - Permintaan masukan, aspirasi, dan opini dialogis/komunikasi 2 arah melalui konsultasi public,
menerima informasi awal usulan rencana penataan ruang workshop, FGD, seminar
penataan ruang - Penjaringan informasi terkait potmas - Pengajuan usulan, keberatan, sanggahan masyarakat
penataan ruang terhadap konsep dan Raperda RTRW provinsi
Pelibatan Masyarakat dalam Penyusunan RTRW

Masyarakat hanya sebagai simbol dalam penyusunan perencanaan


tata ruang itu sendiri → masyarakat tidak dilibatkan dalam proses
penetapan dan penyusunan sehingga masyarakat tidak mengetahui apa yang
sedang di lakukan di daerah
TANGGUNG JAWAB PERENCANA TERHADAP PEMBERI KERJA

1. Seorang perencana harus melayani


dan menjaga kerahasiaan
informasi dari pemberi kerja
maupun informasi lain dari pihak
pemerintah yang masih perlu
dirahasiakan.
2. Tidak menggunakan
informasi yang masih rahasia
untuk kepentingan pribadi,
sebaliknya juga harus berani
mempertanggung-jawabkan
keputusan profesionalnya berdasar
kepentingan masyarakat.
TANGGUNG JAWAB PERENCANA TERHADAP PEMBERI KERJA

3. Seorang perencana harus


memanfaatkan wewenang,
kompetensi profesi serta
informasi yang dimiliki
untuk memenuhi
kepentingan pemberi kerja
dan atasannya sejauh hal
ini sejalan dengan
pelayanannya terhadap
kepentingan
masyarakat.
TANGGUNG JAWAB PERENCANA TERHADAP PROFESI, REKAN
SEJAWAT & DIRI SENDIRI

1. Seorang perencana harus melayani dan turut serta mengembangkan


profesi perencanaan dengan terus menerus meningkatkan
integritas, pengetahuan dan kemampuannya
2. Tanggap terhadap kritik profesi, berbagi pengalaman dan
pengetahuan pada rekan sejawat, serta menyebarluaskan dan
meningkatkan pengertian profesi dan perencanaan pada masyarakat
3. Seorang perencana harus menghormati dan menghargai
kemampuan dan keahlian profesional serta hasil pekerjaan
teman sejawat dan anggota dari profesi lain serta mempunyai
sikap saling membina terutama terhadap perencana pemula
TANGGUNG JAWAB PERENCANA TERHADAP PROFESI, REKAN
SEJAWAT & DIRI SENDIRI

4. Seorang perencana harus menghindar menerima pekerjaan


pada waktu bersamaan dari pemberi kerja lain bila hal ini
dapat menimbulkan benturan kepentingan antar pemberi
kerja
5. Seorang perencana tidak boleh melakukan tindakan salah
dan atau tercela yang menggambarkan hal-hal yang
berlawanan dengan kewajaran profesional perencana,
berusaha melanjutkan pendidikan profesionalnya, mewakili
kualifikasi profesionalnya, pendidikannya, dan tempat kerjanya
6. Seorang perencana harus secara sistematis dan kritis menganalisa
masalah-masalah etik dalam praktek perencanaan, harus berusaha
menyisihkan waktu dan usahanya bagi kelompok.
BRAINSTORMING
ETIKA PERENCANA DALAM
PENATAAN RUANG
UU no 26 th 2007
PELAKSANAAN PENATAAN RUANG?
suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan
ruang

suatu proses untuk upaya untuk


Upaya untuk
Perencanaan Ruang

Pemanfaatan Ruang

Pemanfaatan Ruang
Pengendalian
menentukan mewujudkan struktur
struktur ruang dan ruang dan pola ruang mewujudkan
sesuai dengan rencana
pola ruang yang tata ruang melalui tertib tata
meliputi penyusunan penyusunan dan ruang
dan penetapan pelaksanaan program
rencana tata ruang beserta pembiayaannya
ETIKA DALAM PERENCANAAN TATA RUANG

ETIKA GUNA
LAHAN?
“Tanggung jawab moral
(moral obligation) atas
alokasi penggunaan
lahan untuk berbagai
jenis kegiatan dalam
kaitannya dengan
tanggung jawab terhadap
lingkungan dan generasi Timothy Beatley, 1994: Ethical Land Use

mendatang”
ELEMEN-ELEMEN ETIKA GUNA LAHAN
• Maximal public benefit
• Distributive justice
• Preventing harms
• Land-use right
• Environmental duties
• Obligation to future generations
• Life style choice and community
character
• Paternalism and risk taking
• Expectations and promise keeping
• The privilege of land ownership and use
• Inter jurisdictional land use obligation
• Fair and equitable political process 23
ELEMEN-ELEMEN ETIKA GUNA LAHAN
MAXIMAL PUBLIC BENEFIT
MAKSIMALISASI KEPENTINGAN PUBLIK

• Etika tata guna lahan harus


mempromosikan sejumlah
besar kepentingan serta
kesejahteraan sosial
masyarakat banyak, daripada
sekelompok masyarakat
tertentu
• Berlawanan dengan prinsip
ekonomi neo-klasik yang
menekankan pada keuntungan
ekonomi dari segelintir orang
atas penggunaan lahan 24
25
Jalan Alternatif Lawu
Kec. Tawangmangu, Kab. Karanganyar
Profil Umum Jalan Alternatif Lawu

/ Jalan Tembus Tawangmangu-Sarangan


Dibangun sebagai jalan alternatif yang menghubungkan Jateng dan Jatim
karena jalur eksisting saat itu (jalur yang melalui Kelurahan Tawangmangu-
Blumbang-Gondosuli-Cemoro Sewu-Plaosan-Sarangan) masih terjal sehingga hanya
boleh dilintasi oleh mobil penumpang dan sejenisnya

2021
2019
Pengesahan PERDA
2013 RTRW KAB. Karanganyar
yang menetapkan Peningkatan luas
Alih fungsi lahan kawasan sepanjang Jalan lahan terbangun di
menjadi lahan Tembus sebagai KP2B, sepanjang jalan
terbangun mulai kawasan permukiman, tembus meningkat
2011 bermunculan di kawasan hutan lindung, ± 2,5 ha sejak
sepanjang jalan dan sempadan sungai tahun 2013
Mulai proses tembus
pembangunan
jalan alternatif
Dominasi Fungsi
kegiatan
restoran/rumah makan,
café
Dominasi Fungsi
kegiatan
restoran/rumah makan,
café
Dominasi Fungsi kegiatan
restoran/rumah makan, café
Tren Luas Lahan Terbangun di sepanjang Jalan Alternatif Lawu

Total luas lahan terbangun : 0,27 Ha Total luas lahan terbangun : 0,42 Ha Total luas lahan terbangun : 0,94 Ha

Total luas lahan terbangun : 1,75 Ha Total luas lahan terbangun : 2,85 Ha
2021
!! MAKSIMALISASI
KEPENTINGAN PUBLIK?

Total luas lahan


terbangun di kanan-
kiri Jalan Alternatif Overlay dengan Pola Ruang Kawasan Lindung RTRW →
Lawu : 2,85 Ha Sempadan Sungai, Kawasan Hortikultura (kP2B), Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas
ELEMEN-ELEMEN ETIKA GUNA LAHAN
DISTRIBUTIVE JUSTICE
DISTRIBUSI KEADILAN

• Mempertimbangkan kelompok
masyarakat yang kurang
beruntung dan tidak memiliki
akses terhadap lahan
permukiman
• Perencanaan guna lahan
didudukkan sebagai bagian dari
distribusi keadilan secara luas
meliputi keadilan: pekerjaan,
kesehatan, pendidikan, ruang
publik, dan perumahan 35
!! Upaya permukiman kembali
→ menuntut pelibatan
masyarakat secara aktif
http://kotaku.pu.go.id/
Panduan Pemukiman Kembali dari UN-Habitat antara
lain:

1. Melibatkan penduduk yang tergusur


2. Masyarakat harus diorganisir
3. Pemberian informasi mengenai kegiatan
pemukiman kembali. Forum publik harus disiapkan
jauh sebelum kegiatan pemukiman kembali
4. Melakukan survei masyarakat. Survei data yang
diverifikasi oleh kedua belah pihak harus dilakukan
untuk memastikan proses pemberian lahan yang adil
dan transparan
5. Pengorganisasian proses pemindahan. Kegiatan
ini harus disepakati dan transportasi harus tersedia
untuk membantu masyarakat membawa harta benda
serta bahan bangunan yang dibutuhkan di permukiman
barunya
ELEMEN-ELEMEN ETIKA GUNA LAHAN
PREVENTING HARM
PENCEGAHAN ADANYA GANGGUAN

Memperhitungkan segala
kemungkinan akan terjadinya
gangguan suatu penggunaan lahan
terhadap manusia dan lingkungan

Misal: kebisingan, debu dan asap


industri terhadap perumahan,
limbah industri terhadap
pertanian, banjir karena
pembangunan baru
39
“Not In My Back Yard”
“TIDAK DI HALAMAN RUMAH SAYA”

• It is used to negatively describe the attitude of a


person or group who oppose the development
(wastewater treatment plant, landfill, highway, airport
runway extension)
• BUT such residents are only opposing the development
because it is close to them
• they would tolerate or support it if it were built
farther away
Sejak tahun 1980-an, istilah NIMBY digunakan untuk menggambarkan penolakan masyarakat lokal
terhadap fasilitas yang dianggap kontroversial dan dapat merugikan lingkungan (*di sekitarnya)
https://www.kompasiana.com/
ELEMEN-ELEMEN ETIKA GUNA LAHAN
LAND-USE RIGHT
MEMPERHATIKAN HAK-HAK PENGGUNA LAHAN

Memberikan tempat bagi hak-hak


kebutuhan dasar minimum bagi
pelayanan sosial: ruang terbuka,
kesehatan, transportasi, pendidikan,
perumahan, rekreasi.

49
Many mid-sized (~5-10 story) buildings in Tokyo have slanted roofs
on the top several floors. The designs of the following buildings may
have been influenced by the sunshine rights laws
https://thetokyofilesurbandesign.wordpress.com/
https://frontofficetokyo.com/
https://frontofficetokyo.com/
BRAINSTORMING
TERIMA KASIH

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA ANNISA RAHAJENG MAHARDHIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI WA : 083146813523
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA Email : annisarahajeng23@gmail.com
TUGAS?

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA ANNISA RAHAJENG MAHARDHIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI WA : 083146813523
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA Email : annisarahajeng23@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai