Anda di halaman 1dari 6

INTERPRETASI RUANG TERBUKA HIJAU MENGGUNAKAN

CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI


DI JAKARTA TIMUR
Gifari Shadad Ramadhan

Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada


Bulaksumur, Caturtunggal, Daerah Istimewa Yogyakarta

gifarisr@mail.ugm.ac.id, 081299408144

Abstract
Green open space (RTH) is an elongated area/lane and/or clustered, whose use is more open, where
plants grow, both those that grow naturally and those that are intentionally planted. The purpose of
this practicum is to determine the area of green open space and non-green open space in some areas
of East Jakarta. Data analysis using Satellite Imagery with the help of Quantum GIS 3.16.6 software.
The results of this practicum can be seen that in some areas of East Jakarta the land cover for
nongreen open space is quite high at 88%, besides that yard green open space is only 4.1% and Park
and City Forest Green Open Space is only 6.9%. This means that the East Jakarta area is generally
used as a densely populated residential area with minimal green open space.

Keywords: Green Open Space, Land Use, Satellite Image

Abstrak
Ruang terbuka hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah
maupun yang sengaja ditanam. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui luasan tutupan
lahan RTH dan Non RTH pada Sebagian wilayah Jakarta Timur.Analisis data menggunakan Citra
Satellite dengan bantuan software Quantum GIS 3.16.6. Hasil dari praktikum ini dapat dilihat bahwa
di sebagian wilayah Jakarta Timur tutupan lahan untuk non RTH cukup tinggi sebesar 88%, selain itu
RTH Pekarangan hanya 4,1 % dan RTH Taman dan Hutan Kota hanya 6,9 %. Hal ini berarti kawasan
Jakarta Timur penggunaan lahannya secara garis besar adalah pemukiman padat penduduk yang
minim akan Ruang Terbuka Hijau.

Kata Kunci: Ruang Terbuka Hijau, Penggunaan Lahan, Citra Satelit

Pendahuluan
Latar Belakang
Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan ruang terbuka bervegetasi yang berada di kawasan
perkotaan yang mempunyai fungsi antara lain sebagai area rekreasi, sosial budaya, estetika, fisik kota,
ekologis dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi bagi manusia maupun bagi pengembangan
kota (Dewiyanti 2009). Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengatakan
bahwa setiap kota harus meyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) minimal 30% dari luas wilayah
kota dimana 20% berupa RTH publik dan 10% berupa RTH private.
Dalam peraturan menteri pekerjaan umum No. 5 tahun 2008, ruang terbuka hijau (RTH)
adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka,
tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Kawasan
perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi
kawasan sebgai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintah,
pelayanan sosial,dan kegiatan ekonomi. Dalam hal ini ruang terbuka dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Ruang terbuka semi umum meliputi tempat olahraga milik sekolah,taman didalam tempat
ibadah,fasilitas-fasilitas kota.
2. Ruang terbuka perorangan meliputi taman rumah, tempat olahraga swasta, pacuan kuda, tanah
pertanian, hutan rakyat.
Pembagian jenis RTH yang ada sesuai dengan tipologi RTH sebagaimana gambar berikut:
Fisik Fungsi Struktur Kepemilikan
RTH Alami Ekologis Pola RTH Publik
Sosial Ekologis
Budaya
RTH Non Estetika Pola RTH Privat
Alami Ekonomi Planologis
(Sumber; Permen PU No 5 Tahun 2008)
Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami berupa habitat liar alami, kawasan
lindung dan taman-taman nasional serta RTH non alami atau binaan seperti taman, lapangan olahraga,
pemakaman atau jalur-jaur hijau jalan. Dilihat dari fungsi RTH dapat berfungsi ekologis, sosial
budaya, estetika, dan ekonomi. Secara struktur ruang, RTH dapat mengikuti pola ekologis
(mengelompok, memanjang, tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan struktur
ruang perkotaan.

Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui luasan tutupan lahan RTH dan Non RTH
pada Sebagian wilayah Jakarta Timur.

Tinjauan Pustaka
Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka hijau
dan ruang terbuka non-hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang
terbuka suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tamanan dan vegetasi guna mendukung
manfaat ekologis, sosial budaya, dan arsitektural yang dapat memberikan manfaat ekonomi
(kesejahteraan) bagi masyarakatnya. Ruang terbuka non-hijau dapat berupa ruang terbuka yang
diperkeras (paved) maupun ruang terbuka biru yang berupa permukaan sungai, danau, maupun areal-
areal yang diperuntukkan sebagai genangan retensi. (Dewiyanti, 2009).
Lahan adalah permukaan bumi tempat berlangsungnya berbagai aktivitas dan merupakan
sumber daya alam yang terbatas, dimana pemanfaatannya memerlukan penataan, penyediaan, dan
peruntukan secara berencana untuk maksud-maksud penggunaan bagi kesejahteraan masyarakat
(Sugandhy, 2008:16).
Menurut Lindgren (2005), penggunaan lahan (land use) mempunyai arti sama dengan lahan
yaitu merupakan tempat tinggal, lahan usaha, lapangan olah raga, rumah sakit dan areal pemakaman.
Sedangkan penutup lahan (land cover) cenderung mengarah ke vegetasional dan buatan manusia atas
lahan untuk mencukupi kebutuhan manusia.

Bahan dan Metode


Wilayah Kajian
Wilayah kajian pada praktikum penginderaan jauh “Interpretasi Ruang Terbuka Hijau
Menggunakan Citra Satelit Resolusi Tinggi Di Wilayah Jakarta Timur” berada di Sleman,
Yogyakarta.
Alat dan Bahan
No Nama Alat dan Bahan Kegunaan
1. Software Quantum GIS Dekstop 3.16.6 Sebagai alat untuk mengolah peta

2. Citra Kabupaten Sleman Sebagai bahan untuk mendigitasi


3. Shapefile Batas Administrasi Kabupaten Sebagai acuan batasan dalam
Sleman mendigitasi
4. Citra Bing Aerial Sebagai bahan untuk mengetahui
kenampakan fisik bentang lahan

5. Laptop Sebagai alat untuk mengelolah


data

Teknik Analisis Data


Mengunduh Data Citra
Langkah pertama adalah menginstal/mengaktifkan tiga plugin yaitu Open Layers, Quick Map
Services dan SemiAutomatic Classification. Data citra diunduh melalui LApan, USGS atau dapat
menggunakan SCP yang sudah terinstal. Pada praktikum ini data peta menggunakan google satellite
map tahun 2021. Data shapefile batas administrasi disini diunduh melalui laman
https://tanahair.indonesia.go.id/. Citra yang diambil melalui google satellite digunakan untuk
melakukan digitasi tutupan lahan RTH dan Non RTH terhadap objek-objek yang ada pada wilayah
kajian.
Mengidentifikasi Ruang Terbuka Hijau
Dalam mengidentifikasi ruang terbuka hijau dan pola perubahan dengan tahapan-tahapan
kerja yakni mengklasifikasikan ruang terbuka hijau menggunakan analisis spasial. Pada analisis
spasial meliputi prosesproses koreksi geometrik yang dilakukan dengan menggunakan perangkat
lunak Quantum GIS. Proses pengklasifikasian dilanjutkan setelah proses koreksi dan digitasi selesai
untuk mendapatkan peta ruang terbuka hijau. Proses digitasi akan menghasilkan suatu file dengan
format Shapefile (.Shp) yaitu format data vektor yang digunakan untuk men yimpan lokasi, bentuk,
dan atribut dari fitur geografis. Format data Shp disimpan dalam satu set file terkait dan berisi dalam
satu kelas fitur.

Mengklasifikasikan RTH dan Non RTH


Setelah selesai menambahkan data raster dan shapekfile batas administrasi, jalan, sungai.
Kemudian shapefile yang terakhir adalah membuat layer vektor RTH dengan menambahkan beberapa
fields list berupa Kelas RTH (Type Text), Subklas_RTH (Type Text), TipeRTH (Type Text), Luas
(Type Desimal), dan penggunaan lahan (Type Text) dengan geometry type polygon.

Identifikasi obyek pada Citra


Setelah pembuatan new shapefile selesai dilakukan, selanjutnya melakukan digitasi/
identifikasi obyek pada citra (Jalan dan Sungai) menggunakan unsur-unsur interpretasi di masing -
masing layer berdasarkan objek sesuai dengan peruntukannya. Untuk tutupan lahan RTH dan Non
RTH diidentifikasi berdasarkan peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan.
Hasil dan Pembahasan

Gambar.1. Peta RTH Kajian Wilayah Sebagian Jakarta Timur, DKI Jakarta
Layout peta diatas merupakan Sebagian dari wilayah Jakarta Timur dengan luas kurang lebih
7.857.504 m². Objek yang didigitasi dalam peta tersebut berupa jalan, sungai, dan tutupan lahan RTH
dan Non RTH berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan.
Digitasi tutupan lahan RTH dan Non RTH dilihat dari segi kepemilikan, hasil digitasi tutupan
lahan RTH dalam praktikum ini dibedakan ke dalam RTH publik dan RTH privat. Digitasi tutupan
lahan RTH dibagi menjadi tiga bagian yaitu Non RTH, RTH Pekarangan dan RTH Taman dan Hutan
Kota. Hasil digitasi RTH untuk kelas RTH pekarangan dengan SubKls RTH pekarangan rumah
tinggal, masuk dalam tipe RTH privat dengan jenis penggunaan lahan berupa vegetasi memiliki luas
325.894 m². Untuk kelas RTH taman dan hutan kota dengan SubKls RTH hutan kota, masuk dalam
tipe RTH publik dengan jenis penggunaan lahan berupa vegetasi memiliki luas 545.445 m². Untuk
kelas Non RTH dengan jenis penggunaan lahan berupa pemukiman padat penduduk memiliki luas
6.986.163 m².
Berdasarkan gambar diatas bahwa Sebagian daerah Jakarta Timur memiliki Tutupan Non RTH yang
cukup tinggi sebesar 88%, yang dimana penggunaan lahan Sebagian besar adalah pemukiman
penduduk. Untuk RTH Pekarangan jenis penggunaan lahannya berupa lahan terbuka dan vegetasi
sebesar 4,1%. Kemudian RTH Taman dan Hutan Kota yang penggunaan lahannya berupa vegetasi
hijau hanya sebesar 6,9 %. Hal ini berarti kawasan Jakarta Timur penggunaan lahannya secara garis
besar adalah pemukiman padat penduduk yang minim akan Ruang Terbuka Hijau.
Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Luas Non RTH dengan penggunaan lahan pemukiman sebesar 88%, RTH Pekarangan dengan
penggunaan lahan lahan terbuka sebesar 4,1% dan RTh Taman dan Hutan Kota dengan
penggunaan lahan vegetasi sebesar 6,9%.
b. Hasil analisa spasial pada sebagian kawasan Jakarta Timur menandakan penggunaan
lahannya secara garis besar adalah pemukiman padat penduduk yang minim akan Ruang
Terbuka Hijau.

DAFTAR PUSTAKA

Aca, Sugandhy. 2008. Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan


Lingkungan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Dewiyanti D. 2009. Ruang terbuka hijau kota bandung (suatu tinjauan awal taman kota
terhadap konsep kota layak anak). Majalah Ilmiah UNIKOM, 7 (1): 13-26.
Lindgren, D. 2005. Land Use Planning and Remote Sensing. United States of America:
Springer Verlag.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan
Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan.
Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka
Hijau di Kawasan Perkotaan.

Anda mungkin juga menyukai