Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PEMENUHAN KEBIJAKAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA JAMBI

PROPOSAL SKRIPSI

Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Kualitatif


Program Studi Ilmu Pemerintahan
Universitas Jambi

Oleh:
Lidiya Fitri
NIM : H1A120093

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2023
A. LATAR BELAKANG

Ruang terbuka adalah salah satu bagian dari ruang-ruang yang terdapat di suatu

kota yang biasanya merupakan wadah bagi kehidupan manusia dan mahkluk lainnya

untuk dapat hidup dan berkembang secara berkelanjutan (Ebenezer Howard, 1961),

sedangkan Ruang Terbuka Hijau menurut UU RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

ruang adalah area memanjang atau jalur dan atau mengelompok, yang penggunaanya

lebih bersifat terbuka sebagai tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah

ataupun ditanam. Sedangkan (Rustam hakim, 1991) membagi ruang terbuka menjadi dua

jenis yaitu: Ruang terbuka aktif, yaitu ruang terbuka yang mengandung unsur-unsur

kegiatan di dalamnya, seperti bermain olah raga, dan upacara. Ruang terbuka ini dapat

berbentuk plaza, lapangan olah raga, tempat bermain, penghijauan di tepi sungai, tempat

rekreasi dan lain-lain. Ruang terbuka pasif, yaitu ruang terbuka yang didalamnya tidak

mengandung kegiatan manusia, seperti penghijauan sebagai jarak terhadap rel kereta api dan

lain-lain.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) terdiri dari kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau

taman kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, dan kawasan

hijau perkarangan. Dalam pemanfaatannya selain menambah nilai estetika dan keasrian

kota, Menurut Purnomo Hadi(1995), Ruang terbuka hijau (RTH) adalah sebentang lahan

terbuka tanpa bangunan yang mempunyai ukuran, bentuk dan batas geografis tertentu

dengan status penguasaan apapun, yang didalamnya terdapat tetumbuhan hijau berkayu dan

tahunan (perennial woody plants), dengan pepohonan sebagai tumbuhan penciri utama dan

tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai

tumbuhan pelengkap, serta benda-benda lain yang juga sebagai pelengkap dan penunjang

fungsi RTH yang bersangkutan.


Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. (1/2007), bahwa perkembangan dan

pertumbuhan perkotaan disertai dengan alih fungsi lahan yang pesat, telah menimbulkan

kerusakan lingkungan yang dapat menurunkan daya dukung lahan dalam menopang

kehidupan masyarakat di kawasan perkotaan, sehingga perlu dilakukan upaya untuk menjaga

dan meningkatkan kualitas lingkungan melalui penyediaan RTH yang memadai. Selain itu

yang juga menjadi permasalahan terkait dengan penyediaan dan pengelolaan RTH yang ada

di Indonesia yaitu adanya ketimpangan antara standar RTH yang telah ditetapkan oleh

pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 dengan jumlah kawasan RTH

yang ada pada tiap-tiap daerah yang ada di Indonesia bahkan di beberapa kota besar yang ada

di Indonesia juga masih kekurangan jumlah RTH. Menurut UU No. 26 Tahun 2007 tentang

ruang terbuka hijau yang mewajibkan pengelola perkotaan yang menyediakan ruang terbuka

hijau seluas 30% dari luas kota tersebut dimana dengan komposisi 20% untuk ruang terbuka

hijau publik dan seluas 10% untuk ruang terbuak privat.

Sejalan dengan UU No. 26 Tahun 2007, Perda Provinsi Jambi No. 10 Tahun 2013

memuat tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jambi tahun 2013-2033 dan

selanjutnya Perda Kota Jambi No. 9 Tahun 2013 yang juga memuat tentang Rencana Rata

Ruang Wilayah Kota Jambi tahun 2013-2033. Adapun luas administratif pemerintah Kota

Jambi berdasarkan Undang-undang nomor 6 tahun 1986 adalah ± 205.38 km2, sedangkan

jumlah luasan RTH yang ada di Kota Jambi yaitu seluas ± 4,55% atau 768,4 Ha dari jumlah

kawasan Kota Jambi.

Macam-macam RTH yang ada di Kota Jambi seperti Sempadan sungai dan danau

yang merupakan jalur hijau yang terletak di bagian kiri dan kanan sungai serta danau yang

memuliki fungsi utama untuk melindungi sungai tersebut dari berbagai gangguan yang dapat

merusak kondisi sungai dan danau. RTH jalur hijau jalan dapat berupa median jalan ataupun

pulau jalan dimana dalam konteks RTH berfungsi sebagai peneduh, penyerap polusi udara,
kebisisngan, pemecah angin, pembatas pandangan dan dapat juga berfungsi sebagai penahan

lampu kendaraan bagi kendaraan yang berlawanan arah. RTH ini berjumlah 46 Ha dari luas

kawasan Kota Jambi. RTH hutan kota disediakan dengan tujuan sebagai penyangga

lingkungan kota dan berfungsi untuk memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai

estetika, menjaga resapan air, menjaga keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota

dan mendukung pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati dan RTH hutan kota ini

seluas 115,08 Ha.

Beberapa penelitian yang dilakukan terkait dengan pengelolaan RTH yang ada di

Indonesia seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Rizka Anggarani Putri Andri Alam

(2022) yang menjelaskan tentang Efektivitas Kebijakan Pemerintah Dalam Pengelolaan

Ruang Terbuka Hijau (Studi di Taman Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi). Ananda

Putri Rohima (2022) menjelaskan tentang Faktor Penghambat Pengelolaan Ruang Terbuka

Hijau (RTH) di Kota Jambi. Penelitian oleh Ihsan Budiraharjo dan Drs. Argo Pambudi M.Si.

(2018) menjelaskan tentang Efektivitas Program Ruang Terbuka Hijau Publik Dinas

Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan oleh Etdly Yulias Eetd

(2022) berisi tentang Analisis Implementasi Kebijakan Ruang Terbuka Hijau(Rth) Publik

Kota Jambi. Selain itu terdapat juga penelitian tentang Analisis Perubahan Luas Ruang

Terbuka Hijau Publik Dan Privat Di Kota Jambi yang dilakukan oleh Ika Tianingsih (2021).

B. RUMUSAN MASALAH

Bedasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas , peneliti mengajukan

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa saja kebijakan terkait ruang terbuka hijau yang telah di keluarkan oleh

pemerintah kota Jambi?


2. Apa saja kendala dan hambatan yang di hadapi dalam pemenuhan kebijakan ruang

terbuka hijau di kota jambi?

3. Bagaimana strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemenuhan kebijakan

ruang terbuka hijau di kota jambi?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk Menganalisis kebijakan terkait ruang terbuka hijau yang telah di keluarkan

oleh pemerintah kota Jambi

2. Menganalisis kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pemenuhan kebijakan

ruang terbuka hijau di kota Jambi

3. Merumuskan strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemenuhan

kebijakan ruang terbuka hijau yang lebih optimal di kota Jambi

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dalam penelitian ini :

1. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dalam memperluas kajian keilmuan

serta pengembangan pemikiran bagi peneliti.

2. Dapat dijadikan pedoman bagi penelitian lain.

3. Diharapkan penelitian ini mampu memberikan wawasan atau informasi bagi

masyarakat tentang pemenuhan kebijakan ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Jambi.

E. LANDASAN TEORI

Landasan teori adalah kumpulan teori, konsep, prinsip, dan pengetahuan yang

digunakan sebagai dasar dan acuan dalam melakukan penelitian atau mengkaji suatu
fenomena. Landasan teori digunakan untuk memperkuat argumen dan analisis dalam

penelitian, serta memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan sistematis tentang topik

yang diteliti. Landasan teori dapat berasal dari berbagai disiplin ilmu, seperti sosiologi,

ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya, sesuai dengan konteks penelitian yang dilakukan.

Teori yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

E.1 Analisis

Menurut nana sudjana (2016:27) “ Analisis adalah usaha memilah suatu integritas

menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hirarkinya dan atau susunannya “.

Menurut Abdul Majid (2013:54) “ Analisis adalah ( kemampuan menguraikan) adalah

menguraikan satuan menjadi unit-unit terpisah, membagi satuan menjadi sub-sub atau

bagian, membedakan antara dua yang sama, memilih dan mengenai perbedaan ( diantara

beberapa yang dalam satu kesatuan)”.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis adalah suatu

kegiatan untuk menemukan temuan baru terhadap objek yg akan diteliti ataupun diamati

oleh peneliti dengan menemukan bukti-bukti yg akurat pada objek tersebut.

E.2 Kebijakan Publik

Kebijakan publik adalah tindakan atau keputusan yang diambil oleh pemerintah

atau lembaga publik untuk memecahkan suatu masalah atau mencapai tujuan tertentu

yang dianggap penting bagi masyarakat. Kebijakan publik mencakup berbagai bidang,

seperti kesehatan, pendidikan, ekonomi, lingkungan, keamanan, dan sebagainya.

Kebijakan publik dapat bersifat formal atau informal, tergantung pada tingkat

keabsahannya dan mekanisme pembuatannya. Kebijakan publik dapat dihasilkan melalui

berbagai tahapan, seperti agenda setting, perumusan kebijakan, implementasi, dan

evaluasi kebijakan. Kebijakan publik juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti

tekanan politik, kepentingan masyarakat, kebijakan yang sudah ada, dan sebagainya.
Kebijakan publik berperan penting dalam menentukan arah dan tujuan pembangunan

suatu negara atau daerah, serta mempengaruhi kesejahteraan dan kehidupan masyarakat

secara umum.

E.2 Perencanaan Kota

Perencanaan kawasan perkotaan, menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 1 Tahun 2008, adalah penyusunan rencana pengelolaan kawasan perkotaan yang

dapat mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah guna

pengembangan kawasan perkotaan yang lebih baik. Kriteria kawasan perkotaan memiliki

karakteristik kegiatan utama budi daya, bukan pertanian atau mata pencarian

penduduknya, terutama di bidang industri, perdagangan, dan jasa, serta memiliki

karakteristik sebagai pemusatan dan distribusi pelayanan barang dan jasa didukung

prasarana dan sarana, termasuk pergantian moda transportasi dengan pelayanan skala

kabupaten atau beberapa kecamatan. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1

Tahun 2008, perencanaan kawasan perkotaan mempertimbangkan:

a. aspek ideologi, politik, sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, teknologi,

dan pertahanan dan keamanan negara kesatuan Republik Indonesia;

b. pendekatan pengembangan wilayah terpadu;

c. peran dan fungsi kawasan perkotaan;

d. keterkaitan antarkawasan perkotaan dan antara kawasan perkotaan

dengan kawasan perdesaan

E.3 Ruang Terbuka Hijau

Dalam peraturan mentri Nomor 1 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuja

Hijau Kwasan Perkotaan, dituliskan bahwa ruang terbuka hijau perkotaan adalah bagian

dari runag terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna

mendukung manfaat ekologi, soaial, budaya, ekonomi, dan estetika. Selanjutnya di


sebutkan pula bahwa dalam runag terbuka hijau pemanfaatannya lebih bersifat pengisian

tanaman atau tumbuhan secara alami ataupun budidaya tanaman. Menurut Pasal 1 angka

31 UUPR ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang

penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara

alamiah maupun yang sengaja ditanam.

Peran ruang terbuka hijau yang utama adalah berkaitan dengan penyediaan

oksigen. Perkembangan suatu kota tidak dapat dihindari yang dapat berdampak pada

berbagai aspek yaitu dari segi tata guna lahan sistem transportasi, wilayah pemukiman

penduduk dan industry. Bila tidak ada pengelolaan lingkkungan yang baik, maka akan

terjadi penurunan kualitas lingkungan dan turut memberikan kontribusi terhadap

pemanasan global melalui hasil proses pembakaran bahan bakar yang digunakan untuk

kegiatan tersebut. Yang dimaksud dengan ruang terbuka hijau adalah area memanjang

atau jalur dan mengelompok. Yang penggunannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh

tanaman, baik yang tumbuh secara alami maupun ynag sengaja di tanam. Menurut Sandi

Utomo, ruang terbuka mencakup pengertian ruang terbuka hijau dan rung terbuka lainnya

yang berupa kawasa tenpa bangunan di antara kawasan terbangun. Ruang terbuka

berperan sebagi penyeimbang antara daerah terbangun dengan daerah terbuka.

F. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan Kualitatif: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang

memungkinkan peneliti untuk memahami lebih dalam tentang pemenuhan kebijakan

ruang terbuka hijau di Kota Jambi.

2. Teknik Pengumpulan Data: Penelitian ini menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data, yaitu:


- Wawancara mendalam dengan informan kunci: Peneliti akan melakukan

wawancara mendalam dengan informan kunci seperti pejabat pemerintah daerah,

ahli lingkungan, dan ahli tata kota untuk memperoleh informasi tentang

pemenuhan kebijakan ruang terbuka hijau di Kota Jambi.

- - Observasi lapangan: Peneliti akan melakukan observasi langsung di lapangan

untuk memperoleh data tentang pemenuhan kebijakan ruang terbuka hijau di Kota

Jambi. Peneliti akan mengamati kondisi ruang terbuka hijau di beberapa lokasi

yang telah ditentukan.

- Studi dokumentasi: Peneliti akan melakukan studi dokumen untuk

mengumpulkan dan menganalisis dokumen-dokumen terkait kebijakan ruang

terbuka hijau di Kota Jambi. Contohnya, peneliti akan mempelajari dokumen

peraturan daerah, dokumen rencana tata ruang, atau dokumen kebijakan

lingkungan hidup yang berkaitan dengan ruang terbuka hijau di Kota Jambi.

3. Analisis Data: Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif kualitatif untuk

menganalisis data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data. Data yang diperoleh

akan dianalisis untuk mengidentifikasi pemenuhan kebijakan ruang terbuka hijau di

Kota Jambi, faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebijakan tersebut, dan

dampaknya terhadap kesehatan dan kualitas hidup masyarakat.

4. . Validitas Data: Validitas data akan dijaga dengan melakukan triangulasi data dari

teknik pengumpulan data yang berbeda seperti wawancara, observasi, dan studi

dokumentasi.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai