Oleh:
Kelas C
Universitas Brawijaya
Malang
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Kebijakan publik menurut Thomas Dye dalam Understanding Public Policy (1987:17)
adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public policy is
whatever governments choose to do or not to do). Konsep tersebut sangat luas karena kebijakan
publik mencakup sesuatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah di samping yang dilakukan oleh
pemerintah ketika pemerintah menghadapi suatu masalah publik. Sedangkan menurut Chiff J.O
Udaji dalam Abdul Wahab (2001:5) mendefinisikan kebijakan publik atau kebijakan Negara
sebagai “An sanctioned course of action addressed to particular problem or group of related
problems that affect society at large” (Suatu tindakan bersangsi yang mengarah pada suatu
masalah atau sekolompok masalah tertentu yang saling berkaitan mempengaruhi sebagian besar
masyarakat).
Selanjutnya Harold D Laswell dan Abraham Kaplan dalam Islamy mengatakan bahwa
kebijakan publik sebagai “a projected program of goals, values and practices” (Suatu program
pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek-praktek yang terarah) (1984:16) Amara Raksasataya
dalam Islamy juga mengemukakan bahwa “kebijaksanaan publik sebagai suatu taktik dan
strategi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan”. Oleh karena itu suatu kebijaksanaan
memuat 3 elemen yaitu :
Untuk lebih jelasnya setiap indikator tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas disebut juga hasil
guna. Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan
hasil yang sesungguhnya dicapai. William N. Dunn dalam bukunya yang berjudul
Pengantar Analisis Kebijakan Publik: Edisi Kedua, menyatakan bahwa: “Efektivitas
(effectiveness) berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil (akibat) yang
diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan. Yang secara dekat
berhubungan dengan rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit produk atau layanan atau
nilai moneternya” (Dunn, 2003:429).
2. Efisiensi
Efisiensi berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan
tingkat efektivitas tertentu. Efesiensi yang merupakan sinonim dari rasionalitas ekonomi,
merupakan hubungan antara efektivitas dan usaha, yang terakhir umumnya diukur dari
ongkos moneter. Efesiensi biasanya ditentukan melalui perhitungan biaya per unit produk
atau layanan. Adapun menurut Dunn (2003:430) berpendapat bahwa: “Efisiensi
(efficiency) berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat
efektivitas tertentu. Efisiensi yang merupakan sinonim dari rasionalitas ekonomi, adalah
merupakan hubungan antara efektivitas dan usaha, yang terakhir umumnya diukur dari
ongkos moneter. Efisiensi biasanya ditentukan melalui perhitungan biaya per unit produk
atau layanan. Kebijakan yang mencapai efektivitas tertinggi dengan biaya terkecil
dinamakan efisien”.
3. Kecukupan
Kecukupan dalam kebijakan publik dapat dikatakan tujuan yang telah dicapai
sudah dirasakan mencukupi dalam berbagai hal. William N. Dunn mengemukakan bahwa
kecukupan (adequacy) berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas
memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah
(Dunn, 2003:430). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kecukupan masih
berhubungan dengan efektivitas dengan mengukur atau memprediksi seberapa jauh
alternatif yang ada dapat memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan dalam
menyelesaikan masalah yang terjadi.
4. Perataan
Perataan dalam kebijakan publik dapat dikatakan mempunyai arti dengan keadilan
yang diberikan dan diperoleh sasaran kebijakan publik. Dunn, (2003:434) menyatakan
bahwa kriteria kesamaan (equity) erat berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial
dan menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda
dalam masyarakat. Kebijakan yang berorientasi pada perataan adalah kebijakan yang
akibatnya atau usaha secara adil didistribusikan. Suatu program tertentu mungkin dapat
efektif, efisien, dan mencukupi apabila biaya-manfaat merata. Kunci dari perataan yaitu
keadilan atau kewajaran.
5. Responsivitas
Responsivitas dalam kebijakan publik dapat diartikan sebagai respon dari suatu
aktivitas. Yang berarti tanggapan sasaran kebijakan publik atas penerapan suatu
kebijakan. Menurut Dunn (2003:437) menyatakan bahwa responsivitas (responsiveness)
berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan,
preferensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Suatu keberhasilan
kebijakan dapat dilihat melalui tanggapan masyarakat yang menanggapi pelaksanaan
setelah terlebih dahulu memprediksi pengaruh yang akan terjadi jika suatu kebijakan
akan dilaksanakan, juga tanggapan masyarakat setelah dampak kebijakan sudah mulai
dapat dirasakan dalam bentuk yang positif berupa dukungan ataupun wujud yang negatif
berupa penolakan.
6. Ketepatan
Dalam proses ini keberhasilan suatu kebijakan dapat dilihat dari tujuan kebijakan
yang benar-benar tercapai berguna dan bernilai pada kelompok sasaran, mempunyai
dampak perubahan sesuai dengan misi kebijakan tersebut.
2.3 Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Pengertian ruang terbuka hijau yang termuat dalam beberaa undang-undang memiliki
kesamaan bunyi yakni ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok,
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun sengaja ditanam (pasal 1 angka 31 UU No 26 Tahun 20007 Tentang Penataan
Ruang,pasal 3 angka 1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umun No : 05/PRT/M/2018 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan) .
Terdapat pengertian lain mengenai RTH yakni ruang terbuka hijau kawasan perkotaan yang
selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian terbuka dari suatu kawasan perkotaan, pemusatan
dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi5. Perbedaan
dalam pengertian tersebut dengan pengertian ruang terbuka hijau yang termuat dalam UU
penataan ruang dan Permen PU sbelumnya adalah pengertian yang termuat dalam Permendagri
No 1 Tahun 2007 adalah pengertian mengenai RTH yang berada di dalam kawasan atau areal
perkotaan. Penataan ruang terbuka hijau dalam suatu daerah tentunya tidak bisa dilakukan secara
sembarangan, karena harus memperhatikan asas-asas yang ada. Berikut merupakan asas-asas
dalam hal penataan ruang:
a. Asas keterpaduan
b. Asas keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
c. Asas keberlanjutan
d. Asas keberdayagunaan dan keberhasilgunaan
e. Asas keterbukaan
f. Asas kebersamaan dan kemitraan
g. Asas perlindungan kepentingan umum
h. Asas kepastian hukum dan keadilan
i. Asas akuntabilitas
Disediakannya ruang terbuka hijau di tengah-tengah kawasan perkotaan bukanlah tanpa
tujuan karena mengingat fungsinya yang sangat penting bagi kualitas hidup di areal perkotaan.
Tujuan diadakannya ruang terbuka hijau di areal perkotaan adalah sebagai berikut:
Mengingat bahwa ruang terbuka hijau merupakan suatu komponen yang penting dalam
sautu areal perkotaan maka tentunya ruang terbuka hijau memiliki fungsi yang cukup fital,
sebagai berikut:
a) Fungsi lingkungan/ecology adalah untuk menjada kelangsungan lingkungan itu sendiri. Selain
itu, dengan adanya ruang terbuka hijuau juga dapat mencegah terjadinya banjir dikarenakan
ruang terbuka hijau mampu untuk menyerap atau menampung sejumlah debit air
b) Fungsi sosial budaya adalah bahwa ruang terbuka hijau dapat dimanfaatkan sebagai sarana
untuk saling berinteraksi dan sarana untuk bertukar fikiran.
c) Fungsi aesthetic atau estetika, melalui keberadaan taman dan jalur hijau, ruang terbuka hijau
diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan kawasan dan nilai keindahan
d) Fungsi ekonomi ruang terbuka hijau diharapkan dapat berperan sebagai pengembangan sarana
wisata hijau perkotaan. Dengan adanya hal tersebut tentunya akan menarik wisatawan local
maupun wisatawan asing yang kemudian secara tidak langsung akan berdampak pada
perekonomian yang berasal dari kawasan wisata.
BAB III
Metode Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Strauss dan Cobin (dalam Tresiana, 2013:14) mengemukakan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan
yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur stastik atau dengan cara pengukuran.
Penelitian ini bertujuan memaparkan dengan cara mendeskripsikan hasil melalui gambaran
pelaksanaan Perda Daerah Kota Malang No. 4 Tahun 2011 Tentang RTRW Kota Malang 2010 –
2030 dengan berbagai fenomena permasalahan yang ada. Oleh sebab itu nantinya penelitian ini
akan berisi kutipan-kutipan data yang diperoleh peneliti dari informan untuk memberikan
informasi yang menggambarkan penyajian laporan tersebut. Laporan tersebut dapat berasal dari
naaskah wawancara, catatan-catatan, foto, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen
resmi lainnya.
Adalah hubungan antara output dengan tujuan. Dalam artian apakah pengolaan Ruang
Terbuka Hijau telah sesuai dengan apa yang tertera dalam Perda Daerah Kota Malang No. 4
Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang 2010 – 2030
2. Efesiensi
Adalah perbandingan terbaik antara suatu keadaan dengan keadaan sebelumnya dilihat dari
proses pelaksanaan Perda yang didasarkan pada waktu dan biaya.
3. Kecukupan
Berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau
kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah. Dalam artian bahwa apakah pengadaan Ruang
Terbuka Hijau sudah sesuai dengan Perda yang berlaku.
4. Responsivitas
Berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi,
atau nilai kelompok-kelompok masyarakat yang menjadi target kebijakan. Yang artinya
bagaimana tanggapan masyarakat mengenai ruang terbuka hijau yang disedaiakan oleh
pemerintah.
Berikut adalah daftar tiap instansi beserta narasumber dan ruang lingkup pertanyaan yang
diajukan kepada narasumber :
a. Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Malang : wawancara dilakukan dengan
narasumber ibu Ir Endah Setiyowati selaku Kepala Seksi Pengambangan Taman. Dalam
wawancara dengan ibu Endah, peneliti menanyakan mengenai upaya penambahan ruang terbuka
hijau dan upaya-uapaya yang dilakukan untuk merawat sejumlah ruang terbuka hijau yang saat
ini ada di Kota Malang.