Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi
(Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2008).
Pembangunan yang tidak seimbang mengakibatkan penggunaan lahan yang tidak
diimbangi dengan pemenuhan dan penyediaan ruang. Penggunaan lahan sebagai ruang
terbangun (solid) salah satunya disebabkan oleh tingginya nilai ekonomis lahan
perkotaan. Sedangkan lahan atau tanah merupakan sumber daya yang terbatas, sementara
pertumbuhan penduduk dan kebutuhan akan perumahan dan permukiman di perkotaan
terus meningkat. Hal ini lah yang menyebabkan rendahnya pemanfaatan lahan perkotaan
sebagai ruang terbuka (hijau).
Pengembangan RTH minimal 30% dari luas wilayah kota merupakan realisasi Pasal
29 ayat 2 pada Undang – Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Oleh
karena itu ruang hijau di perkotaan perlu perencanaan, perancangan dan penataan yang
baik. Hal ini didukung juga oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007
Tentang Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan bahwa minimal 20% untuk publik dari
luas kawasan perkotaan.
Dengan dibentuknya rencana RTH disetiap kota, inilah yang menjadi acuan
pengembangan RTH yang sesuai dengan fungsi ekologis, estetis dan ekonomis.
Pengembangan RTH di kota ini meliputi RTH alami dan non-alami. RTH alami ini
mengintregasikan unsur bentukan fisik alam yaitu hijau pada sungai, pantai, lembah
sedangkan, RTH non alami adalah merupakan bentukan manusia seperti jalan, taman,
halaman dan saluran
Jenis kepemilikan ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH
Privat dimana proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang
terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat,
namun apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah
memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka

Dasar-dasar Perancangan Kota | 1


proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya. RTH publik maupun RTH
privat ini memiliki beberapa fungsi utama seperti fungsi ekologis serta fungsi tambahan,
yaitu sosial budaya, ekonomi, estetika atau arsitektural. Adanya perencanaan akan
membawa konsekuensi terhadap perubahan fisik lingkungan di sekitarnya yang
berhubungan dengan public space dan private space, termasuk di dalamnya adalah segala
aktivitas masyarakat baik formal maupun informal.
Kawasan koridor jalan yang merupakan bagian ruang terbuka hijau yaitu
pengembangan jalur hijau, dimana fungsinya sebagai penunjang aktivitas publik dengan
memiliki karakteristik yang khas. Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan dijelaskan bahwa ruang milik jalan dan ruang
pengawasan jalan adalah bagian dari elemen ruang terbuka kota di Koridor jalan. Jalur
hijau jalan memiliki ketentuan penanaman pohon atau tumbuhan yaitu dengan
penempatan tanaman antara 20 – 30 % dari luas rumija sesuai dengan kelas jalan
(Departemen DPU, 2008). Jalur hijau ini memerlukan kajian tertentu agar dalam
penataannya bisa berfungsi menciptakan lansekap jalan.
Tukad Barito merupakan salah satu bagian dari kota Denpasar yang memiliki
kepadatan yang cukup tinggi. Akibat adanya kepadatan itu, maka daerah ini memiliki
kesan kota yang panas dan sesak. Oleh karena itu, maka memerlukan adanya konsep
ruang hijau yang terintregasi dengan aktivitas perkotaan yang terencana. Adanya aktivitas
yang terjadi di koridor Jalan Tukad Barito membawa akibat pertumbuhan aktivitas lain
di sepanjang jalan ini, seperti aktivitas perekonomian yang berorientasi pada keuntungan,
baik aktivitas perekonomian formal maupun informal. Perkembangan ini terhadap
koridor Jalan Tukad Barito tidak hanya berpengaruh terhadap fungsi keruangan dan
aktivitas di dalamnya. Bahkan elemen-elemen penting perkotaan menjadi bagian yang
tidak terlewatkan. Saluran drainase, pedestrian dan ruang publik lainnya yang termasuk
di dalam golongan elemen perkotaan menjadi sasaran penunjang aktivitas. Jika terjadi
ketidak optimalan fungsi pada elemen perkotaan disebabkan oleh kerusakan fisik ini tidak
akan dapat mendukung aktivitas dan fungsi utamanya sebagai salah satu elemen
perkotaan pendukung aktivitas publik.
Tata guna lahan di sekitar Jalan Tukad Barito ini sebagian besar adalah kawasan
permukiman. Penggunaan lahan yang lain sekitar ruas jalan ini yaitu perkantoran,
pendidikan, dan komersial (perdagangan dan jasa). Dampak lingkungan di kawasan ini

Dasar-dasar Perancangan Kota | 2


dapat mempengaruhi kualitas ruang sekitar. Disamping itu juga jalan ini dilalui kendaraan
lalu lintas, sehingga dampak yang ditimbulkan seperti debu, polusi dan bising menjadi
bagian yang tidak terelakkan lagi. Hal ini diperparah pula dengan penataan penanaman
pohon di ruang terbuka milik privat maupun ruang publik yang esensinya sebagai
pelindung dan reduktor atau pengurang polusi dimana pada kenyataannya kurang tertata
rapi sehingga memberikan kesan ruas jalan yang berantakan.
Berdasarkan uraian di atas bahwa perlu pengkajian mengenai ketersediaan Ruang
Terbuka dan Tata Hijau di sepanjang koridor sebagai jalur hijau yang meliputi ruang
publik dan ruang privat untuk mengembalikan eksistensinya dan fungsinya sebagai
kawasan hijau sesuai dengan norma guna mendapatkan nilai estetis dan ekologis
kawasan. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai
ketersediaan ruang terbuka dan tata hijau di koridor Jalan Tukad Barito sehingga nantinya
dapat disimpulkan dan diberikan saran ataupun usulan desain agar dapat menghasilkan
pencapaian ketersediaan RTH yang lebih berkualitas.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam penulisan makalah ini, akan dirumuskan beberapa masalah yang nantinya akan
dibahas lebih lanjut pada bagian pembahasan. Adapun rumusan masalah dalam penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik kondisi ruang terbuka saat ini di sepanjang koridor Jalan
Tukad Barito ?
2. Bagaimana analisis ketersediaan ruang terbuka di sepanjang koridor Jalan Tukad
Barito ?
3. Bagaimana analisis penerapan RTH satu kavling pada Pondok Kuliner Renon di Jalan
Tukad Barito?

1.3 Tujuan Penulisan


Dalam penulisan makalah ini, terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai penulis.
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui karakteristik kondisi ruang terbuka saat ini di sepanjang koridor Jalan
Tukad Barito

Dasar-dasar Perancangan Kota | 3


2. Mengetahui permasalahan terhadap ketersediaan ruang terbuka di sepanjang koridor
Jalan Tukad Barito serta mampu memberikan solusi perencanaan.
3. Mengetahui penyediaan RTH yang sesuai dalam satu kavling

1.4 Manfaat Penulisan


Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai
pentingnya ruang terbuka hijau dalam suatu kota. Kajian ketersediaan ruang terbuka hijau
di koridor Jalan Tukad Barito memiliki manfaat diantaranya sebagai berikut:
1. Dapat menambah wawasan penulis dan masyarakat sekaligus mengoptimalkan ruang
terbuka hijau untuk keketersediaan ruang terbuka publik dan privat yang menjadikan
kawasan ekologis sehingga meningkatkan fungsi kawasan tersebut.
2. Dapat dijadikan bahan literatur bagi penulis lain yang melakukan pengkajian terhadap
objek serupa.
3. Dapat menjadikan bahan pertimbangan untuk pemerintah dalam membuat kebijakan
terkait dengan penataan ruang kota hijau.

1.5 Lingkup dan Batasan


Dalam mencapai tujuan studi dan menjawab permasalahan yang ada, maka
diperlukan beberapa pembatasan guna mengarahkan agar kajian yang dilakukan tidak
keluar dari sasaran yang telah ditentukan. Pembatasan tersebut meliputi pembatasan
secara substansial dan teritorial yang didasarkan pada keterbatasan waktu dan tingkat
kedalaman materi.

1.5.1 Ruang Lingkup Materi


Dalam studi ini, kajian secara materi meliputi :
1. Kedudukan fungsi Jalan Tukad Barito dan rencana tapak pemanfaatan ruang
lingkungan perkotaannya.
2. Kajian terhadap unsur penghijauan di sepanjang koridor Jalan Tukad Barito serta
keberadaan ruang terbuka yang dapat memberikan kontribusi estetika dan citra
kawasan tersebut.
3. Karakteristik ruang terbuka yang meliputi ruang publik dan ruang privat
sepanjang koridor Jalan Tukad Barito sebagai aspek fisik ruang hijau dengan

Dasar-dasar Perancangan Kota | 4


menggali permasalahan dan potensi yang ada, serta dampak dari potensi dan
permasalahan tersebut berpengaruh pada ketersediaan ruang terbuka di sepanjang
Jalan Tukad Barito.
4. Pengaruh bentuk dan pola ruang koridor sebagai dampak dari aktivitas koridor
Jalan Tukad Barito yang terintegrasi dengan aktivitas kawasan sekitar.

1.5.2 Ruang Lingkup Wilayah


Ruang lingkup wilayah yang dijadikan studi adalah koridor Jalan Tukad Barito
dengan pendalaman satu kavling. Dimana ruang lingkup wilayah yang meliputi batasan
yaitu secara fisik di batasi oleh kawasan perumahan dan perniagaan di kawasan Panjer,
Denpasar Selatan.
Koridor Jalan Tukad Barito yang menjadi batasan penelitian adalah dari simpang
Jalan Tukad Barito – Jalan Tukad Badung sampai dengan Jalan Tukad Barito – Jalan
Tukad Pakerisan. Adapun yang dikaji pada koridor ini adalah yaitu ketersediaan RTH
yang berada di persil pertama dari ruas jalan koridor Tukad Barito.
Untuk lebih jelas lihat penampang jalan berikut.

Gambar I.1 Penampang Batasan Koridor Jalan Tukad Barito


Sumber : Google Maps yang diolah kembali, 2018

Dasar-dasar Perancangan Kota | 5


1.6 Metode Penulisan
Dalam bab ini yang akan dibahas adalah bagaimana metode penulisan, teknik
pengumpulan data, teknik menganalisis dan penjelan mengenai objek yang diamati serta
penjelasan mengenai bangunan yang menjadi objek pengamatan dari penyusunan
makalah. Metode yang digunakan dalam proses penyusunan makalah ini adalah sebagai
berikut.

1.6.1 Teknik Pengumpulan Data


Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Observasi
Metode observasi ini dilakukan dengan mengunjungi objek secara langsung
ke lokasi dengan tujuan untuk mendapatkan data nyata dari keadaan koridor Jalan
Tukad Barito yang dapat dianalisis melalui panca indra pengamat
2. Kepustakaan
Metode kepustakaan ini dilakukan dengan cara membaca buku dan mencari
artikel dan jurnal serupa di internet terkait dengan ruang terbuka dan tata hijau di
sepanjang koridor jalan

1.6.2 Sumber Data


Adapun Sumber data yang digunakan dalam makalah ini terbagi menjadi dua ,
yaitu :
a. Primer
Data primer yang digunakan pada penelitian ini bersumber dari pengamatan
langsung dan dokumentasi berupa gambar pada objek pengamatan yaitu kondisi ruang
terbuka dan tata hijau di kawasan koridor Tukad Barito
b. Sekunder
Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini bersumber dari beragam
sumber pustaka dan literatur tentang sistem struktur yang digunakan dan sistem
operasional dari bangunan yang diamati. Data sekunder juga berupa gambar serta
informasi teknis langsung yang didapat dari kajian literature yang membahas mengenai
objek studi.

Dasar-dasar Perancangan Kota | 6


1.6.3 Teknik Analisis
Dalam analisis data ini menggunakan metode deskriptif-kuantitatif-kualitatif.
Metode ini merupakan gabungan dari metode deskriptif, metode kuantitatif dan metode
kualitatif.

1. Deskriptif
Metode deskriptif adalah suatu bentuk metode yang ditujukan untuk
mendeskripsikan objek-objek yang ada, baik objek alamiah maupun objek buatan
manusia. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau menjelaskan suatu
kondisi fisik lingkungan di sekitar Koridor Jalan Tukad Barito. Analisis deskriptif
dilakukan untuk mengetahui penyediaan dan jenis vegetasi ruang terbuka di ruang
publik dan privat yang sesuai dengan wilayah studi. Berdasarkan pengamatan tentang
ketersediaan yang ada di lapangan dipandang sebagai solusi dalam penyediaan ruang
terbuka yang sesuai dengan norma.

2. Kualitatif
Metode kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri
dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya.
Teknik analisis deskriptif kualitatif ini dilakukan untuk mengetahui
karakteristik wilayah studi yang secara riil dapat digali dan kegiatan menganalisis
terhadap ketentuan normatif tentang penyediaan ruang terbuka sebagai pedoman untuk
mendapatkan kondisi yang ideal.

3. Kuantitatif
Metode kuantitatif adalah metode ilmiah yang sistematis terhadap bagian-
bagian dan objek serta hubungan-hubungannya. Tujuan metode kuantitatif adalah
mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau
hipotesis yang berkaitan dengan objek.

Dasar-dasar Perancangan Kota | 7


Teknik kualitatif berkaitan dengan unsur peraturan, kebijakan dan pedoman
teknis pengembangan ruang terbuka yang bersumber dari pemerintah pusat dan
daerah. Hal ini untuk menentukan suatu kondisi ketersediaan ruang terbuka ideal yang
sesuai dengan aktivitas lingkungannya. Teknik ini dapat untuk mengetahui
ketersediaan ruang terbuka dalam bentuk angka pasti pada penyediaan ruang terbuka
yang sesuai dengan daerahnya. Dan peraturan ini juga sebagai pedoman dalam
menganalisis ruang terbuka di koridor Jalan Tukad Barito. Pada ruang terbuka ini
menganalisis data – data dan perhitungan untuk menghasilkan bentuk penyediaan yang
representatif pada wilayah studi.

1.7 Sistematika Penulisan


Secara umum pembahasan dalam studi ini dapat dijabarkan kedalam beberapa
bagian yang meliputi :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi mengenai latar belakang, perumusan masalah,
tujuan, ruang lingkup dan batasan, metode penulisan, dan sistematika
pembahasan dalam laporan ini.

BAB II TINJAUAN : TEORI DAN OBJEK STUDI


Pada bab ini pula akan diuraikan berbagai kajian secara teoritis
yang mendukung pembahasan materi studi yang dimaksudkan agar
langkah-langkah tindak lanjut yang akan diambil memiliki landasan secara
teoritis yang kuat dan jelas. Tinjauan teori yang dimaksud adalah
penjelasan kota secara umum, elemen perancangan kota, dan produk tata
ruang khususnya ruang terbuka hijau di Jalan Tukad Barito
Selanjutnya, pada bagian ini juga akan digambaran tinjauan
mengenai objek studi yang dibahas dimana akan meliputi lokasi, batasan
wilayah dan deskripsi singkat mengenai kondisi eksisting lingkup
teritorial wilayah studi yang meliputi gambaran umum secara mikro
maupun makro serta identifikasi karakteristik ruang terbuka eksisting pada
Koridor Jalan Tukad Barito.

Dasar-dasar Perancangan Kota | 8


BAB III ANALISIS : KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU
(RUANG TERBUKA) PADA KORIDOR JALAN TUKAD BARITO
Bab ini berisi kajian mengenai karateristik ruang terbuka di Jalan Tukad
Barito dalam penyediaan ruang hijaunya yang meliputi ruang terbuka
Publik dan ruang terbuka Privat dipaparkan melalui tahapan - tahapan
analisis yaitu identifikasi karakteristik ruang terbuka eksisting yang
membahas analisis ketersediaan ruang terbuka dan analisis normatif
penyediaan ruang terbuka pada koridor Jalan Tukad Barito serta analisis
penyediaan ruang terbuka pada koridor Jalan Tukad Barito.

BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang didapat, rekomendasi yang dapat
disarankan peneliti terhadap permasalahan yang dihadapi, serta
rekomendasi penelitian lebih lanjut.

Dasar-dasar Perancangan Kota | 9


BAB II
TINJAUAN

2.1 Tinjauan Teori


Dalam tinjauan objek studi ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pemaaran teori-
teori yang akan menunjang pembahasan. Tinjauan teori ini akab berisi tentang teori kota
secara umum dan teori ruang terbuka hijau

2.2.1 Pengertian Kota


Pada umumnya kota merupakan suatu tempat dimana manusia melakukan
aktivitas. Secara administratif, suatu kota merupakan suatu wilayah yang ditentukan
berdasarkan Undang-undang yang berlaku dan dibatasi oleh suatu batas sistem
administrasi tertentu. Secara fisik, suatu kota merupakan suatu wilayah yang didominasi
oleh wilayah terbangun (built up area) dan struktur binaan.
Apabila mendefinisikan kota dari sisi sosial ekonomi, maka akan diperoleh
rumusan bahwa kota adalah suatu konsentrasi penduduk yang lapangan kerjanya
didominasi oleh kegiatan sektor non pertanian, seperti industri, pelayanan perdagangan,
perangkutan dan perkantoran. Bila ditinjau dari segi social budaya, kota merupakan suatu
tujuan dari sebagian besar masyarakat untuk melaksanakan kegiatan demi meningkatkat
perekonomian dan lain sebagainya. Hal tersebut dikarenakan kota memiliki fasilitas yang
lebih lengkap dibandingkan di daerah pedesaan yang dapat menunjang setiap kegiatan
manusia secara efisien. Hal tersebut berpengaruh terhadap keadaan social dan budaya
yang ada di wilayah perkotaan, dimana kebudayaan yang heterogen akan menjadi suatu
kesatuan didalam wilayah tersebut.
Secara fungsional, kota dapat diartikan sebagai pusat segala kegiatan, baik dari
kegiatan ekonomi, kegiatan sosial budaya. Selain itu kota juga merupakan pusat
pemukiman penduduk dan sekaligus berfungsi sebagai pusat pengembangan fisik dan non
fisik daerah sekitarnya. Kota merupakan suatu kawasan atau wadah yang setiap
wilayahnya memiliki batasan administrasi wilayah seperti kota madia dan kota
administratif. Berdasarkan pengertian dari John Brickerhoff Jackson (1984) kota adalah
suatu tempat tinggal manusia yang merupakan manifestasi dari perencanaan dan
perancangan yang dipenuhi oleh berbagai unsur seperti bangunan, jalan dan ruang terbuka

Dasar-dasar Perancangan Kota | 10


hijau.. Menurut beberapa ahli terdapat beberapa pengertian lain mengenai kota. Adapun
pengertian kota menurut para ahli yaitu :
1. Menurut Bintarto
Kota sebagai kesatuan jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan
kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang
heterogen serta coraknya materialistis. Masyarakat kota terdiri atas penduduk asli
daerah tersebut dan pendatang. Masyarakat kota merupakan suatu masyarakat yang
heterogen, baik dalam hal mata pencaharian, agama, adat, dan kebudayaan.
2. Menurut Max Weber
Suatu tempat dapat disebut kota Jika sebagian besar penduduknya telah mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya dari pasar setempat (pasar lokal). Sementara itu.
sebagian besar barang-barang yang terdapat di pasar tersebut juga dibuat di daerah
setempat dan hanya sebagian kecil saja yang dibawa dari desa. Max Weber lebih
menekankan bahwa ciri suatu kota yang paling utama adalah pasarnya.
3. Menurut Christaller
Kota merupakan pusat pelayanan yang berfungsi sebagai penyelenggara dan
penyedia jasa-jasa bagi wilayah sekitarnya. Jadi, pada mulanya kota bukan merupakan
permukiman, melainkan pusat pelayanan. Seberapa jauh kota menjadi pusat pelayanan
bergantung pada seberapa jauh daerah-daerah di sekitarnya (desa) memanfaatkan Jasa
kota.

Dengan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kota dapat ditinjau dari
berbagai sudut pandang. Berdasarkan sudut pandang administrasi, kota merupakan suatu
wilayah yang memiliki batas-batas yang telah diatur dan memiliki sistem administrasi
tertentu. Dalam sudut pandang geografis, kota merupakan suatu wilayah dengan pusat
kegiatan yang ditunjukkan dengan pemusatan penduduk yang tinggi. Ditinjau dari sudut
pandang social ekonomi, kota merupakan suatu pusat dari aktivitas ekonomi dan memiliki
pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat, dimana sebagian besar penduduk merupakan
golongan non agraris. Dari segi fisik merupakan wilayah terbangun dengan prasarana
kota dalam struktur fisik binaan dengan banyaknya bangunan gedung yang berjejer
memadati kota.

Dasar-dasar Perancangan Kota | 11


2.1.2 Pengertian Ruang Terbuka dan Tata Hijau
Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan ruang terbuka bervegetasi yang berada di
kawasan perkotaan yang mempunyai fungsi antara lain sebagai area rekreasi, sosial
budaya, estetika, fisik kota, ekologis dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi bagi
manusia maupun bagi pengembangan kota (Dewiyanti 2009). Ruang terbuka hijau
merupakan pertemuan antara sistem alam dan manusia dalam lingkungan perkotaan
(urban) (Astari, 2012). Ruang terbuka hijau merupakan area memanjang dan
mengelompok yang penggunaanya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik
yang tumbuh secara alamiah maupun sengaja di tanam (UU No.26 Th.2007).
RTH pada dasarnya terdiri atas 3 kelompok, yaitu gardening (taman), landscaping
(lanskap) dan treelot (kumpulan vegetasi pohon berupa hutan). RTH kota juga merupakan
bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi sebagai hutan lindung, kawasan
RTH kota terdiri atas pertamanan kota, kawasan hijau, hutan kota, kawasan hijau rekreasi
kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, kawasan hijau pekarangan (Chafid Fandeli,
Kaharuddin, Mukhlison, 2004: 133).
Ruang terbuka kota adalah salah satu di antara delapan unsur-unsur perancangan
kota, sebagai mana dinyatakan Shirvani (1985). Yang dimaksudkan adalah tata guna
lahan (landuse), bentuk dan massa bangunan (building for massing), sirkulasi dan parkir
(circulation and parking), ruang terbuka kota (open space), jalur pejalan kaki
(pendistrian), pendukung aktivitas perkotaan (activity upport), keterhubungan (linkage),
dan pelestarian (preservation).
Ruang Terbuka dapat berupa ruang terbuka yang diperkeras (paved) maupun
ruang terbuka biru (RTB) yang berupa permukaan sungai, danau maupun areal-areal yang
diperuntukkan sebagai kawasan genangan (retention basin). Ruang terbuka adalah ruang
yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara langsung dalam kurun waktu terbatas
maupun secara tidak langsung dalam kurun waktu tidak tertentu. Ruang terbuka berfungsi
sebagai ventilasi kota, dapat berupa jalan, trotoar, ruang terbuka hijau, dan sebagainya.
Ruang terbuka juga dapat diartikan sebagai ruang interaksi seperti kebun binatang, taman
rekreasi. Dilihat dari sifatnya, ruang terbuka dapat dibedakan menjadi :
a. Ruang terbuka privat, memiliki batas waktu tertentu untuk mengaksesnya dan
kepemilikannya bersifat pribadi seperti, halaman rumah tinggal.

Dasar-dasar Perancangan Kota | 12


b. Ruang terbuka semi privat, kepemilikannya pribadi tetapi dapat diakses langsung
oleh masyarakat seperti, Senayan, Ancol.
c. Ruang terbuka umum, kepemilikannya oleh pemerintah dan bisa diakses langsung
oleh masyarakat tanpa batas waktu tertentu seperi, alun-alun, trotoar.

2.1.3 Peraturan RTH (Ruang Terbuka Hijau)


Berikut ini adalah peraturan-peraturan yang mengatur ruang terbuka dan tata hijau :
1. Peraturan, Keputusan dan Instruksi Menteri Pekerjaan Umum
2. Peraturan Menteri PU No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
Dasar Pertimbangan
 Kuantitas dan kualitas ruang terbuka publik terutama Ruang Terbuka Hijau (RTH)
saat ini mengalami penurunan yang sangat signifikan dan mengakibatkan
penurunan kualitas lingkungan hidup perkotaan yang berdampak keberbagai sendi
kehidupan perkotaan antara lain sering terjadinya banjir, peningkatan pencemaran
udara, dan menurunnya produktivitas masyarakat akibat terbatasnya ruang yang
tersedia untuk interaksi sosial;
 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang memberikan
landasan untuk pengaturan ruang terbuka hijau dalam rangka mewujudkan ruang
kawasan perkotaan yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
 Dalam rangka implementasi Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang diperlukan adanya Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;
 Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud di atas, perlu ditetapkan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum.
Peraturan Terkait
 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

Dasar-dasar Perancangan Kota | 13


 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara RI;
 Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon
I Kementerian Negara RI; 5. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu; 6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 01/PRT/M/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan
Umum.

2.1.4 Manfaat, Fungsi, dan Tujuan RTH


Ruang Terbuka Hijau, baik itu RTH Publik maupun RTH Privat, memiliki fungsi
utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis, dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi
arsitektural, sosial, dan fungsi ekonomi. Dalam suatu wilayah perkotaan empat fungsi
utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan
keberlanjutan kota.
Bagi wilayah dengan ciri kekotaan kuat, senantiasa akan dihadapkan pada kondisi
semakin menurunnya kualitas dan kuantitas RTH yang dapat dialokasikan, karena
desakan pertumbuhan sarana dan prasarana kota, sebagai konsekuensi dari dinamika
meningkatnya kebutuhan warga kota akan wadah kegiatan. Manfaat yang diharapkan dari
perencanaan RTH di kawasan perkotaan, adalah :
1. Sarana untuk mencerminkan identitas (citra) daerah.
2. Sarana penelitian, pendidikan, dan penyuluhan.
3. Sarana rekreasi aktif dan rekreasi pasif, serta interaksi sosial.
4. Meningkatkan nilai ekonomis lahan perkotaan.
5. Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah.
6. Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula.
7. Sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat.
8. Memperbaiki iklim mikro.
9. Meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan.
Dalam Permendagri No. 1 tahun 2007 disebutkan fungsi Ruang Terbuka Hijau
(RTH) kota yaitu :
1. Pengaman keberadaan kawasan lindung perkotaan;
2. Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air, dan udara;

Dasar-dasar Perancangan Kota | 14


3. Tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati;
4. Pengendali tata air; dan
5. Sarana estetika kota
Dalan rencana tata ruang, maka kedudukan RTH merupakan ruang terbuka publik
yang direncanakan pada suatu kawasan, yang tersusun atas RTH dan ruang terbuka
nonhijau. Adapun fungsi dari RTH secara umum dapat dibagi menjadi4 kelompok yaitu
:
a. Fungsi ekologis(fungsi intrinsik) : RTH diharapkan dapat memberi kontribusi dalam
peningkatan kualitas air tanah, mencegah terjadinya banjir, mengurangi polusi udara,
memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-
paru kota), pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami
dapat berlangsung lancar, peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia
habitat satwa, serta penahan angin.
b. Fungsi sosial budaya(fungsi ekstrinsik) : RTH diharapkan dapat berperan terciptanya
ruang untuk interaksi sosial, sarana rekreasi, dan sebagai penanda (tetenger /
landmark ) kawasan.
c. Fungsi arsitektural/estetika(fungsi ekstrinsik) : RTH diharapkan dapat meningkatkan
nilai keindahan dan kenyamanan kawasan, melalui keberadaan taman, dan jalur
hijau.
d. Fungsi ekonomi (fungsi ekstrinsik) : RTH diharapkan dapat berperan sebagai
pengembangan sarana wisata hijau perkotaan, sehingga menarik minat masyarakat/
wisatawan untuk berkunjung ke suatu kawasan, sehingga secara tidak langsung dapat
meningkatkan kegiatan ekonomi.

Menurut Peraturan Menteri Nomor 5 Tahun 2008 Tujuan dari penyelenggaraan


Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah :
1. Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air.
2. Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan
alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat.
3. Meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman
lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.

Dasar-dasar Perancangan Kota | 15


2.1.5 Karakteristik dan Jenis – Jenis Ruang Terbuka Hijau
Karakteristik RTH disesuaikan dengan tipologi kawasannya. Berikut ini tabel
arahan karakteristik RTH di perkotaan untuk berbagai tipologi kawasan perkotaan :

Tabel 2.1 : Fungsi dan Penerapan RTH pada Beberapa Tipologi Kawasan Perkotaan

Tipologi Karakteristik RTH


Kawasan
Perkotaan Fungsi Utama Penerapan Kebutuhan RTH
Pantai  Pengamanan wilayah pantai  Berdasarkan luas wilayah
 Sosial budaya  Berdasarkan fungsi tertentu
 Mitigasi bencana
Pegunungan  Konservasi tanah  Berdasarkan luas wilayah
 Konservasi air  Berdasarkan luas tertentu
 Keanekaragaman hayati
Rawan Bencana  Mitigasi/evakuasi bencana  Berdasarkan fungsi tertentu
Berpenduduk jarang s.d. sedang  Dasar perencanaan kawasan  Berdasrkan fungsi tertentu
 sosial  Berdasarkan jumlah penduduk
Berpenduduk padat  ekologis  berdasarkan fungsi tertentu
 sosial  berdasarkan jumlah penduduk
 hidrologis
Sumber : Peraturan Menteri PU. NO. 5/PRT/M/2008

Tabel 2.2 : Struktur Tata Ruang Kota dan RTH

Hierarki
Fungsi Pelayanan Fasilitas umum &sosial Ruang terbuka hijau
Kawasan
Pusat Kota - Melayani fungsi-fungsi - Pusat perdagangan dan - Taman kota, green belt,
regional kawasan. bisnis hutan kota, taman
- Perkantoran botani dan lain-lain
- Pemenuhan kebutuhan - Perdagangan dan jasa skala - Fasilitas olah raga :
insidential seperti RS besar stadion sepakbola skala
besar, pendidikan - Rumah sakit pusat sarana regional/nasional
tinggi, jasa perbangkan, pendidikan lanjutan - Jalur-jalur hijau pada
dan koneksi terhadap - Sarana hiburan dan rekreasi koridor jalan utama
jaringan transportasi kota - Danau dan area retensi
regional/antar. pengendali banjir.
Sub-Pusat - Melayani kegiatan - SMA, sekolah tinggi, - Taman kecamatan,
(Kecamatan.) ekonomi-sosial di perpustakaan wilayah jogging track.
tingkat kecamatan - Pasar kecamatan - Fasilitas olahraga,
stadion mini, kolam
- Pemenuhan kebutuhan - Fasilitas perbankan, pos renang
bulanan (pusat dan giro - Sempadan sungai, situ,
perbelanjaan, pasar dan kolam-kolam
tradisional dan jasa - Sarana rekreasi (bioskop, retensi
perbankan) arena hiburan dan lain-lain) - Urban argriculture,
kebon bibit, taman
bunga dan lain-lain
Local - Pusat kegiatan local - Pendidikan menengah - Taman kelurahan,

Dasar-dasar Perancangan Kota | 16


(Kelurahan) - Pemenuhan kebutuhan SMP, sekolah kejuruan, taman bunga
mingguan (belanja, kursus ketrampilan - Sarana olahraga
bank, rekreasi) - Sarana ibadah : Masjid lapangan bola, lapangan
- Kawasan hunian besar, gereja basket
(dormitory area) - TPU
- Taman bermain
(playground)
Sub-Lokal - Pemenuhan kebutuhan - Taman kanak-kanak, - Lapangan olahraga
(RT/RW) sehari hari (pendidikan sekolah dasar (volley, tennis,
badminton dan lain-
dasar, ibadah, interaksi - Sarana ibadah lain)
social, belanja harian - Pertokoan kecil, warung - Taman-taman privat
dan lain-lain) serba ada. Sarana
transportasi ojek, becak dan
lain-lain
Sumber : Direktorat Jendral Dep. PU Tahun 2006, RTH Sebagai Unsur Utama Tata Ruang Kota

Jenis-jenis ruang terbuka menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun
2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan bab III pasal 6 :

 Taman kota  Lapangan upacara


 Taman wisata alam  Parkir terbuka
 Taman rekreasi  Lahan pertanian perkotaan
 Taman lingkungan perumahan dan  Jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT
permukiman dan SUTET)

 Taman lingkungan perkantoran dan  Sempadan sungai, pantai, bangunan,

gedung komersial situ dan rawa

 Taman hutan raya  Jalur pengguna

 Hutan kota.  Jalan, median jalan, rel kereta, pipa gas


dan pedestrian
 Hutan lindung
 Kawasan dan jalur hijau
 Bentang alam seperti gunung, bukit,
 Daerah penyangga (buffer zone)
lereng dan lembah
 Lapangan udara
 Cagar alam
 Taman atap (roof garden)
 Kebun raya
 Pemakaman umum
 Kebun binatang
 Lapangan olah raga

Dasar-dasar Perancangan Kota | 17


Jenis-jenis Ruang Terbuka Hijau menurut Edi Purwanto (2007) Ruang terbuka hijau
berdasarkan tipenya dibedakan menjadi:
a. Ruang Terbuka Hijau Lindung (RTHL)

Gambar 2.1 hutan mangrove Bali


Sumber : www.swaratours.com(diakses tanggal 11 november 2018)
Ruang terbuka hijau lindung adalah ruang atau kawasan yang lebih luas, baik
dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya
lebih bersifat terbuka/ umum, didominasi oleh tanaman yang tumbuh secara alami
atau tanaman budi daya. Kawasan hijau lindung terdiri dari cagar alam di daratan dan
kepulauan, hutan lindung, hutan wisata, daerah pertanian, persawahan, hutan bakau,
dan sebagainya.

b. Ruang Terbuka Hijau Binaan (RTHB).


Ruang terbuka hijau binaana dalah ruang atau kawasan yang lebih luas, baik
dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya
lebih bersifat terbuka/ umum, dengan permukaan tanah didominasi oleh perkerasan
buatan dan sebagian kecil tanaman. Kawasan/ruang hijau terbukabinaan sebagai
upaya menciptakan keseimbangan antara ruang terbangun dan ruang terbuka hijau
yang berfungsi sebagai paru-paru kota, peresapan air, pencegahan polusi udara dan
perlindungan terhadap flora seperti koridor jalan, koridor sungai, taman, fasilitas olah
raga, play ground.

Dasar-dasar Perancangan Kota | 18


Gambar 2.2 area olahraga dan playground di Lapangan Puputan Badung
Sumber : https://travel.detik.com/(diakses tanggal 11 november 2018)

c. Koridor Hijau Jalan


Koridor hijau jalan yang berada di kanan kiri jalan dengan pepohonan di
dalamnya akan memberikan kesan asri bagi jalan tersebut dan memberikan kesan
teduh. Koridor hijau jalan dengan pepohonanakan meberikan kesejukan bagi
pengguna jalan, dengan penggunaan pepohonan pada koridor jalan diharapkan dapat
mnengurangi polusi udara, memberi kesan asri, serta dapat menyerap air hujan
(resapan air).

Gambar 2.3 koridor hijau jalan di Serangan


Sumber : https://diahcerita.blogspot.com/ (diakses tanggal 11 november 2018)

d. Koridor Hijau Sungai


Koridor Hijau sungai yang berada di sepanjang bantaran sungai yang berupa
tanaman akan memberikan fungsi yang beraneka ragam, antara lain pencegah erosi
daerah sekitar, penyerapan ait hujan lebih banyak. Dengan penanaman pohon-pohon
yang mempunyai banyak akar diharapkan akar-akar tersebut akan mengikat tanah-
tanah di sekitar sungai tersebut, tanaman yang dapat mecegah erosi dengan akarnya
seperti bambu, tanaman yang rapat, penanaman poho secara rapat. Koridor sungai
juga berfungsi menjaga kelestarian suber air, sebagai batas antara sungai dengan
daerah sekelilingnya. Koridor sungai dapat memberikan keindahan visual dengan

Dasar-dasar Perancangan Kota | 19


penataan yang sesuai dan pemanfaatan tumbuh-tumbuhan yang ada serta penambahan
tumbuh – tumbuhan berwarna-warni.

Gambar 2.4 Koridor hijau Taman Pancing Pemogan Bali


Sumber : https://seminyaktimes.com/(diakses tanggal 11 november 2018)

e. Taman
Taman adalah wajah dan karakter lahan atau tapak dari bagian muka bumi
dengan segala kehidupan dan apa saja yang ada di dalamnya, baik yang bersifat alami
maupun buatan manusia yang merupakan bagian atau total lingkungan hidup manusia
beserta mahluk hidup lainnya, sejauh mata memandang sejauh segenap indra kita
dapat menangkap dan sejauh imajinasi kita dapat membayangkan.
Taman bersifat publik (public space) menurut Scrutton (dalam Beng Huat and
Edwards,1992) adalah suatu tempat yang dirancang, minimal setiap orang dapat
memiliki aksesibilitas terhadapnya, pengguna di dalamnya tidak dikecualikan dan
perilaku setiap pengguna terhadap pengguna yang lain mengikuti norma-norma
umum kesopanan masyarakat. Menurut Rossi (1992), ruang publik adalah bagian dari
kota, karena kota adalah buatan manusia, maka kota merupakan hasil kebudayaan.

Gambar 2.5 Taman Kota Lumintang


Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=xZNYSMlc-H0(diakses tanggal 11 november 2018)

Dasar-dasar Perancangan Kota | 20


2.1.6 Produk – produk Ruang Terbuka Hijau
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan
dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan disebutkan bahwa
pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik
yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Sedangkan, Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) berdasarkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan adalah
bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan
tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi, dan estetika
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang secara
khusus mengamanatkan perlunya penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau, yang
proporsi luasannya ditetapkan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota.
Pola pemanfaatan ruang ialah peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
Berikut adalah pola pemanfaatan ruang sebagai dasar Pemerintah Kota Denpasar
menetapkan Ruang Terbuka Hijau yakni :
a. Permukiman, pola permukiman di Kota Denpasar merupakan kombinasi antara
permukiman tradisional dan pemukiman baru yang menyatu dengan aktivitas
perkotaan.
b. Fasilitas Umum, sebaran fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan merupakan
kebutuhan untuk melayani warga Kota Denpasar dan penduduk pendatang atau
penduduk di luar Kota.
c. Persawahan, Kota Denpasar saat ini memiliki lahan sawah seluas 2.814 atau 22%
dari total luas wilayah Kota Denpasar.

Tabel 2.3 Fungsi Ruang Terbuka Hijau pada Rencana Pola Ruang menjadi Ruang
Terbuka Hijau Publik dan Ruang Terbuka Hijau Privat di Kota Denpasar
POLA RUANG RTHK FUNGSI RTHK
1. RTHK di kawasan lindung: 1. RTHK Publik
 Kawasan Sempadan Pantai  Kawasan Sempadan Pantai
 Kawasan Sempadan Sungai  Kawasan Sempadan Sungai

Dasar-dasar Perancangan Kota | 21


 Kawasan Waduk dan sekitar  Kawasan Waduk dan sekitar
Waduk Waduk
 Kawasan Waduk dan sekitar  Kawasan Taman Hutan Raya
Waduk  Fasilitas Parkir Terbuka
2. RTHK di Kawasan Budidaya:  Taman Rekreasi Kota dan
 Kawasan Pertanian Lahan Lapangan Olahraga
Basah  Kuburan dan Setra
 Kawasan Pertanian Lahan  Taman Rekreasi
Kering dan Perkebunan  Kawasan Pertanian yang
 Fasilitas Parkir Terbuka dikembangkan sebagai
 Taman Rekreasi Kota dan ekowisata
Lapangan Olah Raga 2. RTHK Privat:
 Kuburan dan Setra  Kawasan Pertanian Lahan
 Proporsi Koefisien Daerah Basah
Hijau (KDH) dari taman di  Kawasan Pertanian Lahan
lingkungan kawasan Kering dan Perkebunan
permukiman, perkantoran,  Proporsi Koefisien Daerah
perdagangan dan jasa lainnya Hijau (KDH) dari taman di
 Taman Rekreasi lingkungan kawasan
 Taman-taman lingkungan, permukiman, perkantoran,
taman median jalan yang tidak perdagangan dan jasa dan
dapat dideliniasi pada skala lainnya
makro

Tabel tentang fungsi Ruang Terbuka Hijau diatas telah membagi dua kawasan
yang diperuntukan untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya, ini sesuai dengan
pola pemanfaatan ruang.

Dasar-dasar Perancangan Kota | 22


2.2 Tinjauan Objek Studi
Dalam tinjauan objek studi ini akan dibahas lebih lanjut mengenai karakteristik objek
studi yang diamati. Tinjauan objek studi akan berisi tentang lokasi objek, aspek fisik
objek, dan aspek non fisik objek studi.

2.2.1 Lokasi Objek

Gambar 2.6: Peta Lokasi Hasil Survei


Sumber : https://earth.google.com

Hasil survei kami berada di Koridor Jalan Tukad Barito di Kota Denpasar-Bali
dengan batasan koridor yaitu dari simpang Jalan Tukad Barito – Jalan Tukad Badung
sampai dengan Jalan Tukad Barito – Jalan Tukad Pakerisan seperti pada gambar di atas.

Dasar-dasar Perancangan Kota | 23


2.2.2 Aspek Fisik
Aspek fisik dari Koridor Jalan Tukad Barito, Denpasar, Bali yang akan dibahas antara
lain adalah keadaan geografi dan batas wilayah. Berikut adalah penjabaran kondisi fisik
dari Jalan Tukad Barito, Denpasar, Bali

1. Kondisi Geografis
Jalan Tukad Barito terletak di kota Denpasar tepatnya di area Denpasar Selatan, Luas
wilayah Kecamatan Denpasar Selatan. Menurut letak Geografis Kecamatan Denpasar
Selatan berada antara 08 040'00" - 08 044'49" lintang Selatan dan 115 011'23"-115
015'54" bujur Timur. Luas wilayah Kecamatan Denpasar Selatan 4999 Ha atau 39,12
persen dari luas wilayah Kota Denpasar. Menurut penggunaan tanahnya, 816 Ha
merupakan lahan sawah, 183 Ha lahan pertanian bukan sawah dan 4000 Ha merupakan
lahan bukan pertanian, seperti : jalan, permukiman, perkantoran, perhotelan, pusat
perbelanjaan, sungai dan lain-lain, dari luas wilayah Kota Denpasar.

Gambar 2.7: Kondisi Geografis Denpasar


Sumber : https://www.google.co.id/maps/

Kecamatan Denpasar Selatan dibagi menjadi 4 desa dan 6 kelurahan sebagai


berikut:
 Desa Pemogan  Kelurahan Pedungan
 Desa Sanur Kaja  Kelurahan Renon
 Desa Sanur Kauh  Kelurahan Sanur
 Desa Sidakarya  Kelurahan Serangan
 Kelurahan Panjer  Kelurahan Sesetan

Dasar-dasar Perancangan Kota | 24


Dari data diatas, dapat dilihat bahwa koridor Jalan Tukad Barito berada di kelurahan
Panjer, Denpasar Selatan.

2. Batas Wilayah
Secara geografis, batasan koridor Jalan Tukad Barito yaitu berbatasan dengan
simpang Jalan Tukad Barito – Jalan Tukad Badung di sebelah timur dan simpang Jalan
Tukad Barito – Jalan Tukad Pakerisan di sebelah barat. Adapun batas-batas jalan dari
Jalan Tukad Barito adalah sebagai berikut :
 Utara :Jalan Tukad Yeh Aya
 Timur : Jalan Tukad Badung
 Selatan : Jalan Tukad Citarum
 Barat : Jalan Tukad Pakerisan

Gambar 2.8: Batas Wilayah Objek


Sumber : https://www.google.co.id/maps/

Dalam pembahasan yang akan dikaji pada bab berikutnya, adapun yang menjadi
fokus bahasan adalah daerah persil pertama di sepanjang koridor Tukad Barito pada sisi
kiri dan kanan jalan serta pendalaman satu kavling yang dapat dijadikan contoh penataan
Ruang Terbuka dan Tata Hijau yang baik di kawasan koridor jalan..

Gambar 2.9: Batasan Pengamatan


Sumber : google maps yang diolah kembali, 2018

Dasar-dasar Perancangan Kota | 25


2.2.3 Aspek Non Fisik
Aspek non fisik dari Koridor Jalan Tukad Barito, Denpasar, Bali yang akan
dibahas antara lain adalah jumlah penduduk kecamatan Denpasar Selatan serta kelurahan
Panjer, Mata Pencaharian penduduk dan Aspek Ekonominya

1. Jumlah Penduduk / Demografi


Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, Kecamatan Denpasar Selatan pada tahun 2016
jumlah penduduknya 286.060 jiwa, yang terdiri dari 146.220 laki-laki (51,12 %) dan
perempuan sebanyak 139.840 (48,88 %). Sedangkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010
Jumlah Penduduk di Kecamatan Denpasar Selatan sebanyak 244.851 jiwa, yang terdiri
dari 125.311 laki-laki (51,18 %) dan perempuan sebanyak 119.540 (48,82 %)
Sedangkan untuk Kelurahan Panjer sendiri, jumlah penduduknya sampai dengan
tahun 2016 sebanyak 39.223 jiwa yang terdiri dari 20.319 laki-laki dan 18.904 perempuan
dengan sex ratio 107.

2. Mata Pencaharian
Masyarakat Desa Pakraman / Kelurahan Panjer mata pencaharian pokok pada era
tahun 80an adalah masih bercocok tanam di lahan pertanian dan perkebunan sehingga
sangat kental dengan nuansa pertaniannya. Meningkatnya pola pikir dan perilaku
masyarakat seiring dengan perkembangan zaman menyebabkan pola kehidupan sudah
mulai bergeser dari pola pertanian menuju pola kehidupan yang lain. Hal ini juga akibat
dari desakan para penduduk pendatang yang menyerbu masuk wilayah Desa Pakraman /
Kelurahan Panjer. Faktor inilah yang merubah tipe masyarakat Desa Pakraman /
Kelurahan Panjer dari homogen menjadi heterogen. Dengan demikian pola pertanian
yang menjadi ciri khas masyarakat lambat laun mulai ditinggalkan, dan banyak lahan
mereka yang kemudian dikontrakkan
Untuk penduduk kelurahan Panjer saat ini lebih dominan menjadi pegawai negeri
maupun swasta dan banyak juga yang berprofesi sebagai pedagang. Penduduk yang
memiliki lahan di koridor Jalan Tukad Barito juga telah banyak mengontrakkan bahkan
menjual lahannya kepada pihak lain ataupun pendatang yang kemudian ditunjukkan
dengan banyak berdirinya pertokoan, ruko, warung dan restoran di kawasan sepanjang

Dasar-dasar Perancangan Kota | 26


koridor Jalan Tukad Barito ini. Sedangkan pada kawasan persil berikutnya dipergunakan
lebih banyak sebagai area permukiman warga.

3. Ekonomi
Pembangunan pariwisata berpengaruh kuat terhadap perubahan struktur dan
peningkatan perekonomian di Kota Denpasar. Namun struktur perekonomian Kota
Denpasar sedikit berbeda bila dibandingkan dengan struktur perekonomian Provinsi Bali
pada umumnya, dengan menempatkan sektor perdagangan, hotel dan restoran
mendominasi pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Denpasar.
Tingginya tingkat pembangunan yang di pengaruhi oleh sector ekonomi ini
menjadikan tingginya tingkat pembangunan di kota Denpasar khususnya di Denpasar
Selatan dan wilayah koridor Jalan Tukad Barito menjadikan sedikitnya lahan terbuka
hijau di kawasan ini. Kawasan pada persil pertama di Koridor Jalan Tukad Barito lebih
banyak digunakan untuk kegiatan komersial dan perdagangan, seperti pertokoan, warung,
restaurant, dan kegiatan komersial lainya.

Gambar 2.10 Kondisi sepanjang koridor jalan Tukad Barito yang didominasi oleh Kegiatan Komersil
(Pertokoan, warung, restoran)
Sumber : Observasi Lapangan, 2018

Dasar-dasar Perancangan Kota | 27


BAB III
KAJIAN DAN ANALISIS

3.1 Karakteristik dan Produk RTH pada Koridor Jalan Tukad Barito
Koridor Jalan Tukad Barito merupakan daerah yang cukup padat, baik itu dari
kepadatan lalu lintas maupun kepadatan jumlah populasi yang mendiami kawasan
permukiman di Tukad Barito. Adapun jenis ruang terbuka hijau yang ada di kawasan
Tukad Barito ini adalah jenis koridor hijau jalan dan area sempadan bangunan sebagai
ruang terbuka kota.
Koridor hijau jalan merupakan jenis RTH yang berada di kanan kiri jalan dengan
pepohonan di dalamnya akan memberikan kesan asri bagi jalan tersebut dan memberikan
kesan teduh. Koridor hijau jalan dengan pepohonan akan meberikan kesejukan bagi
pengguna jalan, dengan penggunaan pepohonan pada koridor jalan diharapkan dapat
mnengurangi polusi udara, memberi kesan asri, serta dapat menyerap air hujan (resapan
air). Selain jalur hijau yang ada di koridor jalan tukad Barito, jenis ruang terbuka yang
ada juga berasal dari KDH (Koefisiein Dasar Hijau) pada tiap massa bangunan yang ada
di sepanjang Koridor Jalan Tukad Barito.
Ruang terbuka hijau merupakan kawasan lindung, sedangkan ruang terbuka
adalah kawasan yang melengkapi suatu kota dan digunakan untuk mengatur iklim mikro
suatu kawasan kota. Sehingga, dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pada
kawasan Jalan Tukad Barito, tidak terdapat Ruang Terbuka Hijau tetapi masih terdapat
ruang terbuka yang pada asensinya area ini tidak dapat dibangun. Berikut ini akan dibahas
produk ruang terbuka dan tata hijau di koridor Jalan Tukad Barito

1. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Sempadan Sungai


Terdapat dua sungai yang mengalir disekitar jalan tukad barito yang sempadannya
terdapat area hijau yang membentang dari utara ke selatan.

Dasar-dasar Perancangan Kota | 28


Gambar 3.1 Produk Ruang Terbuka Hijau Sempadn Sungai

2. Produk Ruang Terbuka Hijau Kawasan Berdasarkan Sifatnya


Berdasarkan sifatnya, ruang terbuka dan tata hijau dapat dibagi menjadi 3, yaitu
bersifat privat, semi privat, dan public. Berikut ini adalah produk tata ruang hijau di
koridor Jalan Tukad Barito berdasarkan sifatnya :

a. Ruang Terbuka Hijau kawasan Privat


Ruang terbuka hijau privat adalah RTH milik institusi tertentu atau orang
perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun
atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Pada
koridor jalan Tukad Barito terdapat beberapa RTH Privat seperti Kawasan Pertanian
Lahan Basah. Masih terdapat lahan basah seperti kebun palawija milik warga yang
berada di sekitaran Jalan Tukad Barito . Wilayah ini biasanya diberi pagar tanaman
oleh pemilik lahan untuk menandakan kawasan privat milik warga

Gambar 3.2 Produk Ruang Terbuka Hijau Privat

Dasar-dasar Perancangan Kota | 29


b. Ruang Terbuka Hijau Semi Privat
Ruang terbuka hijau semi privat adalah RTH yang dimiliki oleh masyarakat setempat
atau pribadi yang bisa digunakan/diakses oleh masyarakat dalam waktu tertentu dan
masyarakat yang tidak berkepentingan tidak akan melakukan kegiatan dalam area
tersebut. Pada koridor jalan Tukad Barito RTH semi privat ditunjukkan dari adanya
sempadan bangunan komersial seperti restaurant, warung, dan lainnya yang boleh dilalui
oleh orang-orang yang hanya melakukan aktivitas atau kepentingan di tempat itu.

Gambar 3.3 Produk Ruang Terbuka Hijau Semi Privat

c. Ruang Terbuka Hijau Publik


Ruang terbuka hijau publik adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh
pemerintah daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara
umum tanpa batas waktu tertentu, seperti alun-alun/taman kota, trotoar. Pada koridor
jalan Tukad Barito yang tergolong dalam Ruang Terbuka Publik adalah kawasan tepi
jalan yang ditanami pohon-pohon rindang dan dapat dilalui oleh semua orang (publik).

Gambar 3.4 Produk Ruang Terbuka Hijau Publik

Dasar-dasar Perancangan Kota | 30


3. Proporsi Koefisien Daerah Hijau (KDH) dari taman di lingkungan kawasan
permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa dan lainnya
Terdapat sekolah yang memiliki Daerah Hijau di bagian depan yang terlihat dari
pinggir jalan dan juga kawasan perkantoran, dan komersial seperti restaurant, warung,
dan lain-lain

Gambar 3.5 Produk Ruang Terbuka Hijau Privat

3.2 Analisis Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Tukad Barito


3.2.1 Analisis Manfaat RTH di Koridor Jalan Tukad Barito
Bagi wilayah dengan ciri kekotaan kuat, senantiasa akan dihadapkan pada kondisi
semakin menurunnya kualitas dan kuantitas RTH yang dapat dialokasikan, karena
desakan pertumbuhan sarana dan prasarana kota, sebagai konsekuensi dari dinamika
meningkatnya kebutuhan warga kota akan wadah kegiatan. Manfaat yang sudah dapat
dirasakan dalam perencanaan RTH di kawasan Jalan Tukad Barito adalah :
a. Memperbaiki iklim mikro
Artinya bahwa ruang terbuka hijau berperan dalam memperbaiki iklim yang
ada di kawasan jalan Tukad Barito. Salah satu elemen yang dapat memperbaiki iklim
di wilayah tersebut adalah pepohonan yang tumbuh disana. Pada siang hari pohon di
daerah tersebut mampu menyerap radiasi matahari, memberi naungan, dan melakukan
transpirasi sehingga dapat menurunkan suhu udara dan meningkatkan kelembapan
udara. Contohnya seperti tanaman yang tumbuh berjejer diwilayah Tukad Barito ini
tepatnya disalah satu tempat makan yang ada disana. Pohon yang ditanam secara
berjejer atau berkelompok memiliki kemampuan menyerap radiasi matahari yang
sangat tinggi.

Dasar-dasar Perancangan Kota | 31


Gambar 3.6 Pohon yang ditanaman berjejer sebagai peran memperbaiki iklim mikro

Selain pohon, semak juga berperan penting dalam memperbaiki iklim mikro
diwilayah Tukad Barito ini. Hal ini karena struktur semak tidak jauh berbeda dengan
struktur pohon, yaitu memiliki kemampuan untuk dalam menyerap radiasi matahari,
memberikan nauangan, dan melakukan transpirasi sehingga dapat menurunkan suhu
udara dan meningkatkan kelembaban udara. Namun, karena ukuran semak lebih kecil
dari pada pohon maka kemampuannya dalam menurunkan suhu udara dan
meningkatkan kelembaban udara tidak semaksimal pohon. Di wilayah ini terdapat
dua jenis semak yaitu semak dengan tajuk piramidal dan bulat, ditanam
berjejer/berkelompok, memiliki tinggi yang sedang (1-2 meter), serta memiliki
kepadatan tajuk tinggi dapat menurunkan suhu udara dan meningkatkan kelembaban
udara; dan semak dengan tajuk kolumnar/horisontal yang ditanam secara tunggal dan
memiliki ukuran (0,5-1 dan 2-3 meter); serta memiliki kepadatan tajuk rendah sampai
sedang memiliki kemampuan untuk meningkatkan suhu udara dan menurunkan
kelembaban udara.

Gambar 3.7 Semak dengan tinggi sedang Gambar 3.8 Semak dengan tajuk rendah

Dasar-dasar Perancangan Kota | 32


b. Meningkatkan Cadangan Oksigen
Ruang terbuka hijau juga berperan penting dalam hal meningkatkan cadangan
oksigen. Oksigen ini sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia dan hewan.
Oksigen ini dihasilkan dari banyaknya tumbuhan yang ada, baik itu pepohan, semak
ataupun tanaman-tanaman hias kecil. Sehingga semakin banyak RTH yang ada maka
kualitas lingkungan tersebut semakin baik. Di wilayah Tukad Barito juga cukup
terdapat ruang terbuka hijau, seperti lahan kosong yang banyak terdapat semak,
koridor jalan yang terdapat pepohan, dan taman privat seperti pada beberapa lokasi
tempat makan yang berada di wilayah tukad barito.
Selain manfaat diatas, banyak manfaat yang belum terpenuhi di wiilayah
Tukad Barito ini, misalnya seperti sarana untuk mencerminkan identitas (citra)
daerah, sarana penelitian, pendidikan, dan penyuluhan, sarana rekreasi aktif dan
rekreasi pasif serta interaksi sosial, meningkatkan nilai ekonomis lahan perkotaan,
menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah.

3.2.2 Analisis Bentuk RTH di Koridor Jalan Tukad Barito


Terdapat beberapa analisa bentuk RTH di jalan Tukad Barito yaitu berdasarkan :
1. Bobot kealamiannya, Ruang Terbuka Hijau dapat diklasifikasikan dalam
bentuk RTH Alami (habitat liar/alami, kawasan lindung), dan RTH Non Alami
atau RTH Binaan (pertanian atau perkebunan kota, pertamanan kota, lapangan
olahraga, pemakaman).

Gambar 3.9 RTH non alami, yaitu perkebunan Kota

2. Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya Ruang Terbuka Hijau dapat


diklasifikasikan dalam bentuk RTH Kawasan (areal, non linier) dan RTH Jalur
(koridor, linear). Di kawasan jalan tukad barito terdapat RTH baik itu kawasan
ataupun jalur seperti pada gambar berikut.

Dasar-dasar Perancangan Kota | 33


Gambar 3.11 Ruang terbuka jalur di Tukad barito
Gambar 3.10 Ruang terbuka Sumber : Google.com
kawasan di tukad barito.

3. Berdasarkan atas penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya, maka Ruang


Terbuka Hijau dapat diklasifikasikan menjadi a) RTH kawasan permukiman, b)
RTH kawasan perdagangan, c) RTH kawasan perindustrian, d) RTH kawasan
pertanian, e) RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam,
olahraga dan alamiah.

Gambar 3.12 RTH di Kawasan Permukiman Jl. Tukad Barito

Gambar 3.13 RTH di Kawasan Perdagangan

Dasar-dasar Perancangan Kota | 34


4. Berdasarkan status kepemilikan Ruang Terbuka Hijau, maka RTH ini dapat
diklasifikasikan menjadi a) RTH Publik, yakni RTH yang berada di ruang-ruang
publik atau lahan-lahan yang dimiliki oleh pemerintah (pusat, daerah) ;
dan b) RTH privat (non publik), RTH yang dimiliki atau berada di lahan-lahan
milik privat.

Gambar 3.14 Ruang terbuka milik pribadi di Jalan Tukad Barito

3.2.3 Analsis Fungsi RTH di Koridor Jalan Tukad Barito


Dalan rencana tata ruang, maka kedudukan RTH merupakan ruang terbuka publik
yang direncanakan pada suatu kawasan, yang tersusun atas RTH dan ruang terbuka
nonhijau. Ruang terbuka hijau, memiliki fungsi dan peran khusus pada masing-masing
kawasan yang ada pada setiap perencanaan tata ruang kabupaten/kota, yang direncanakan
dalam bentuk penataan tumbuhan, tanaman, dan vegetasi, agar dapat berperan dalam
mendukung fungsi ekologis, sosial budaya, dan arsitektural, sehingga dapat memberi
manfaat optimal bagi ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Pada studi kasus ruang terbuka di koridor jalan Tukad Barito adalah penataan
taman pada area sempadan bangunan di pinggir jalan utama, jenis koridor hijau jalan,
serta kawasan lahan yang belum terbangun. Berdasarkan jenis ruang terbuka hijau yang
terdapat di Koridor Jalan Tukad Barito, fungsi RTH yang ada di koridor jalan Tukad
Barito adalah sebagai berikut :
1. Fungsi ekologis
RTH sebagai fungsi ekologis dapat memberi kontribusi dalam peningkatan
kualitas air tanah, mencegah terjadinya banjir, mengurangi polusi udara, pengatur

Dasar-dasar Perancangan Kota | 35


iklim mikro, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, serta penahan angin. Pada
koridor jalan tukad Barito, RTH sebagai fungsi ekologis berupa tanaman yang berada
di pinggir jalan utama yang sifatnya mampu mengurangi polusi udara dari lalu lintas
jalan dan kendaraan bermotor yang mengeluarkan gas karbon monoksida. Selain itu,
tanaman pinggir jalan ini juga mampu meredam kebisingan sehingga kebisingan dari
jalan raya tidak langsung masuk atau terdengar ke rumah warga.

Gambar 3.15 Tanaman di Pinggir Koridor Jalan Tukad Barito

2. Fungsi sosial budaya


RTH juga dapat berperan sebagai terciptanya ruang untuk interaksi sosial,
sarana rekreasi, dan sebagai penanda (tetenger / landmark ) kawasan. Fungsi RTH
sebagai social budaya kurang maksimal bahkan tidak hamper tidak ada di Koridor
alan Tukad Barito, karena saat diadakan survey atau penijauan lokasi tidak ditemukan
adanya taman maupun sarana rekreasi di Koridor Jalan Tukad Barito ini.

3. Fungsi arsitektural/estetika
RTH juga dapat berperan dalam meningkatkan nilai keindahan dan
kenyamanan kawasan, melalui keberadaan taman, dan jalur hijau. Fungsi RTH untuk
peningkatan nilai Arsitektural juga belum maksimal, karena belum adanya penataan
tanaman perindang dipinggir jalan maupun tanaman dilahan kosong. Tanaman

Dasar-dasar Perancangan Kota | 36


perindang dipinggir jalan dibiarkan tumbuh begitu saja tanpa ditata, selain itu tidak
adanya trotoar pada Koridor Jalan Tukad Barito ini juga membuat tampilan dari
Kawasan ini menjadi terlihat kumuh dan tidak tertata, karena lahan yang seharusnya
menjadi jalur pedestrian dialihfungsikan menjadi tempat parkir bahkan menjadi
tempat berjualan warung-warung kecil. Namun, dibeberapa tempat yang merupakan
tempat milik pribadi seperti tempat makan, maupun toko, ttanaman pinggir jalan
cukup tertata.

Gambar 3.16 Tanaman di depan Bangunan yang tertata

4. Fungsi ekonomi
RTH juga dapat berperan sebagai pengembangan kebutuhan ekonomi warga.
Penerapan fungsi ekonomi di Koridor Jalan Tukad Barito ini belum maksimal, hanya
dibeberapa lahan kosong di pinggir jalan dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk
mendirikan kios-kios kecil untuk menjual kebutuhan sehari-hari, selain itu di lahan
kosong yang cukup luas juga terdapat tanaman-tanaman yang bisa menghasilkan buah
seperti buah pisang yang kemudian bisa dijual oleh warga sekitar, selain itu di
beberapa lahan kosong juga dimanfaatkan oleh warga sekitar sebagai tempat
peternakan sapi yang bernilai ekonomi.

Dasar-dasar Perancangan Kota | 37


Gambar 3.17 Pemanfaatan lahan untuk Menunjang Sisi Ekonomi warga

3.2.4 Analisis Luasan RTH di Koridor Jalan Tukad Barito


Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil survei lapangan luas RTH publik
yang tersedia di Koridor Jalan Tukad Barito adalah sebesar 2.048 m2 m2. Hal selanjutnya
akan dilakukan analisis mengenai kebutuhan RTH pada ruas Jalan Tukad Barito,
perhitungan kebutuhan RTH ruas Jalan Tukad Barito adalah sebagai berikut.
Lebar Jalan : 6 m
Lebar Bahu Jalan : 1 m
Lebar Saluran Drainase dan Telajakan : 60 cm
Panjang Lintasan Jalan : 1.28 km atau 1280 m
Maka,
Luas RTH = 1280 x 1.6 = 2.048 m2
Luas Ruas Jalan = 1280 x 6 = 7.680 m2

Maka, Prosentase RTH Publik = 2.048 m2 / 7.680 m2 x 100 % = 26.67 %

Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004


Tentang Jalan dijelaskan bahwa ruang milik jalan dan ruang pengawasan jalan adalah
bagian dari elemen ruang terbuka kota di Koridor jalan. Jalur hijau jalan memiliki
ketentuan penanaman pohon atau tumbuhan yaitu dengan penempatan tanaman antara 20
– 30 % dari luas rumija sesuai dengan kelas jalan (Departemen DPU, 2008).
Berdasarkan analisis persentase luas yang didapat, maka ketersediaan ruang
terbuka hijau di kawasan Tukad Barito sudah pas yaitu berada pada porsentase 20 – 30 %

Dasar-dasar Perancangan Kota | 38


. Akan tetapi, penataan Ruang Terbuka Hijaunya masih kurang tertata dan tidak beraturan
sehingga menimbulkan kesan berantakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan perencanaan
terhadap ruang terbuka hijau di kawasan ini agar tertata lebih baik lagi.

3.2.5 Analisis Vegetasi Pengisi RTH di Koridor Jalan Tukad Barito


Memanfaatkan pohon kamboja yang ada pada jalur sepanjang jalan Tukad Barito
sebagai pengarah jalur sirkulasi dan pembatas area. Sebagai elemen utama pemebntuk
RTH pada objek sangat berpengaruh pada lingkungan sekitar.

Gambar 3.18 Pohon Kamboja di Koridor Jalan Tukad Barito

Tanggapan
 Meletakkan pohon kamboja di pinggir jalan dapat dimanfaatkan sebagai penghasil
oksigen.
 Dengan adanya pohon kamboja dapat meningkatkan kualitas lingkungan kota yang
terlihat lebih rapi dengan pembatas jalan.
 Adanya pohon dapat memberi kesan sejuk maupun teduh
 Dapat juga memberi kesan natural
Adapun memanfaatkan pohon atau vegetasi lain seperti area rumput hijau yang
difungsikan sebagai tempat pemeliharaan hewan ternak seperti sapi, dimana rumput-
rumput dapat menjadi makanan dari hewan ternak.

Dasar-dasar Perancangan Kota | 39


Gambar 3.19 Pemanfaatan pohon vegetasi
Tanggapan
 Areal yang berada di sepanjang jalan yang dimanfaatkan sebagai lahan industry ini
berdampak pada tidak leluasanya pengendara dalam berkendara diakibatkan adanya
beberapa ekor hewan ternak yang terkadang terdapat di ruas jalan.
 Menyediakan lahan pembatas bagi ternak agar tidak mengganggu pengguna jalan.

Memnafaatkan pohon yang rindang yang ada pada sepanjang jalan Tukad Barito
difungsikan sebagai tanaman yang mengisi areal RTH. Pohon-pohon ini adalah sebagai
elemen utama pembentuk RTH pada tapak. Bentuk RTH mengikuti bentuk utama Jalan
Tukad Barito yang di depannya terdapat areal pembatas seperti parkir dan juga pengarah
di sepanjang jalur sirkulasi kendaraan.

Gambar 3.20 Pohon di Pinggir Jalan

Tanggapan
 Meletakkan pohon-pohon yang cukup besar dan rindang di setiap areal RTH dapat
meneduhi areal tersebut.
 Memanfaatkan pohon yang besar sebagai bahan konstruksi bangunan.
 Meneduhi areal parkir

Dasar-dasar Perancangan Kota | 40


 Menyumbangkan oksigen lebih banyak
 RTH yang berada dekat dengan areal took dapat dijadikan sebagai ruang outdoor
Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tumbuh-tumbuhan yang
terdapat dalam suatu ekosistem. Tanaman merupakan material lansekap yang hidup dan
terus berkembang. Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi ukuran besar tanaman,
brntuk, tekstur, dan warna selama masa pertumbuhannya. Dengan demikian, kualitas dan
kuantitas ruang terbuka akan terus berkembang sesuai dengan pertumbuhan tanaman
(Hakim & Hardi,2004). Demikian juga pemilihan jenis-jenis tanaman yang sesuai
habitatnya dapat mempengaruhi efektivitas fungsi RTH, misalnya dalam kemampuannya
untuk menekan pencemaran udara, menyerap debu, mengurangi bau, meredam
kebisingan, mengurangi erosi tanah, penahan angin dan hujan secara menyeluruh.
Ketersediaan fisik tanaman dapat dilihat dari bentuk batang dan percabangannya,
bentuk tajuk, massa daun, massa bunga, warna, tekstur, aksentuansi, skala ketinggian dan
kesendiriannya. Persyaratan umum tanaman untuk ditanam di wilayah perkotaan antara
lain tanaman yang disenangi dan tidak berbahaya bagi warga kota, mampu tumbuh pada
lingkungan yang marjinal (tanah tidak subur, udara dan air yang tercemar), tahan terhadap
vandalism, akar dalam dan tidak mudah tumbang, tidak gugur daun, cepat tumbuh,
bernilai hias dan arsitektual, dapat menghasilkan O 2 dan meningkatkan kualitas
lingkungan kota, prioritas menggunakan vegetasi endemic atau lokar dan
keanekaragaman hayati. Pemilihan vegetasi untuk taman public harus memperhatikan
karakter serta kretiria-kreteria kesesuainnya sehingga diharpkan mampu memicu suasana
kota yang bersih dan teduh. Selain itu pemilihan vegetasi tersebut sebaiknya harus
disesuaikan dengan kreteria kesesuain yang meliputi fungsi awal taman public, estetika,
ekosistem, jenis tanah, iklim/klimatologi kawasan, pemeliharaan (maintenance) serta
biologi tanaman pengisi taman tersebut.
Seperti diketahui bahwa, vegetasi pada ruang terbuka hijau mempunyai fungsi
secara ekologis dan selain itu juga mempunyai fungsi secara arsitektural sebagai
komponen pembentuk ruang (physical barriers), pembatas pandangan (visual control),
pengontrol angin dan sinar matahari (climate control), penghasil bayang-bayang
keteduhan, dan aksentuasi dan keindahan lingkungan (aesthetic values). Penempatan
tanaman atau vegetasi pada RTH perlu diperhatikan karateristik tanaman, seperti bentuk
(tajuk, batang, cabang, ranting dan daun), tekstur (batang dan daun), warna (batang, daun

Dasar-dasar Perancangan Kota | 41


dan bunga), fungsi tanaman serta tinggi dan lebar tanaman, kemudian habitat tanaman,
seperti pola pertumbuhannya, sistem perakarannya, tempat tumbuhnya dan pola
pemeliharaannya, selain itu fungsi tanaman juga perlu dipertimbangkan.
Vegetasi dalam RTH akan memberikan estetika tertentu dan alamiah, baik dari
garis, bentuk, warna, dan tekstur yang ada dari tajuk, daun, batang, cabang, kulit batang,
akar, bunga, buah maupun aroma yang ditimbukan dari daun, bunga maupun buahnya.
Aspek penting yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis tanaman untuk RTH
adalah aspek hortikultural. Selain itu, untuk menunjang estetika urban design, pemilihan
jenis vegetasi untuk RTH juga harus mempertimbangkan aspek arsitektural dan artistik
visual. Oleh karena itu, ada beberapa pengelompokan jenis tanaman yang mempunyai
karakteristik tertentu, yang dapat digunakan dalam pengembangan RTH Kota.
Pengelompokan jenis tanaman berdasarkan pada bentuk tajuk dan struktur tanaman,
terdiri dari :
a) Tanaman Pohon,
Tanaman pohon adalah jenis tanaman yang berkayu, mempunyai batang
tunggal dan dicirikan dengan pertumbuhan yang tinggi. Tanaman berkayu adalah
tanaman yang membentuk batang sekunder dan jaringan xylem yang banyak.
Biasanya tanaman jenis ini banyak digunakan sebagai tanaman pelindung dan center
point. Adapun jenis tanaman pohon yang dominan ada di koridor Tukad Barito adalah
pohon Angsana, Pohon Singapur, Pohon Palm, Pohon Tanjung, dan Pohon Mangga.

Gambar 3.21 Jenis Tanaman Pohon


b) Tanaman Perdu,
Tanaman perdu merupakan tanaman berkayu yang pendek dengan batang
yang cukup kaku dan kuat untuk menopang bagian-bagian tanaman. Golongan perdu

Dasar-dasar Perancangan Kota | 42


biasanya dibagi menjadi tiga, yaitu perdu rendah, perdu sedang, dan perdu tinggi.
Bunga sikat botol, krossandra dan euphorbia termasuk dalam golongan tanaman
perdu.

c) Tanaman Semak,
Golongan tanaman jenis ini dicirikan dengan batang yang berukuran sama dan
sederajat. Tanaman ini banyak tumbuh liar di kawasan tukad Barito, terutama pada
lahan kosong.

Gambar 3.22 Jenis Tanaman Semak

d) Tanaman Merambat,
Tanaman merambat ini lebih banyak digunakan sebagai tanaman rambat dan
tanaman gantung, dan tanaman jenis ini dicirikan dengan batang yang tidak berkayu
dan tidak cukup kuat untuk menopang bagian tanaman lainnya.

Gambar 3.23 Jenis Tanaman Semak

Dasar-dasar Perancangan Kota | 43


e) Tanaman Herba, Terna, Bryoids Dan Sukulen.
Tanaman herba (herbaceous) atau terna merupakan jenis tanaman dengan sedikit
jaringan sekunder atau tidak sama sekali (tidak berkayu) tetapi dapat berdiri tegak.
Tanaman bryoids, terdiri dari lumut, paku-pakuan, dan cendawan. Ukurannya dibagi
berdasarkan tinggi vegetasi.

3.3 Kajian Permasalahan dan Solusi RTH di Koridor Jalan Tukad Barito
3.3.1 Permasalahan Ruang Terbuka di Kawasan Tukad Barito
Disepanjang koridor jalan tukad barito banyak terdapat berbagai macam jenis
ruko-ruko dengan jarak antar bangunan sangat dekat dan sangat jarang ditemukan area
hijau disepanjang jalan tukad barito tersebut. Karena disepanjang jalan tukad barito
merupakan zona ekonomi maka dominan ditemukan bangunan dengan fungsi ekonomi
sebagai toko-toko dan juga tempat makan.

Gambar 3.24 Ruang terbuka berupa lahan parkir

Area terbuka yang terdapat disepanjang jalan tukad barito kebanyakan merupakan
lahan parkir yang berupa perkerasan beton didepan bangunan toko sebagai tempat
pengunjung memarkirkan kendaraan mereka. Area parkir ini merupakan area sempadan
bangunan yang difungsikan sebagai ruang terbuka, lebar sempadan bangunan sekitar 5-7
meter.

Dasar-dasar Perancangan Kota | 44


Gambar 3.25 Pohon peneduh disepanjang koridor jalan
Area tebuka publik yang tersedia disepanjang koridor jalan tukab barito berupa
bahu jalan yang digunakan sebagai jalur pejalan kaki oleh masyarakat. Disepanjang jalur
pejalan kaki ini hanya terdapat beberapa pohon peneduh seperti pohon angsana, pohon
kelapa, pohon jepun, dan tanaman-tanaman kecil yang tidak terawat. Jarak antar pohon
juga cukup jauh sekitar 8-10 meter. Sedangkan untuk ruang terbuka privat pada masing-
masing bangunan hanya terdapat beberapa bangunan atau rumah yang memiliki taman
kecil yang ditanami beberapa tanaman hias dan juga terdapat pula yang memilih
menggunakan pot sebagai media tanam yang diletakkan didepan rumah atau bangunan
toko mereka.

Gambar 3.26 Koridor jalan tukad barito


Penyedian ruang terbuka hijau dan ruang terbuka disepanjang koridor jalan tukad
barito masih sangat kurang. Dimana dari data yang kami dapat pada hasil survey, melihat
kondisi jalan dengan sempadan yang diperkeras menggunakan beton tanpa
memperhatikan kebutuhan akan ruang terbuka hijau. Selain itu penyediaan ruang terbuka
publik dan ruang terbuka hijau privat tidak tersedia sesuai standar penyediaan ruang
terbuka daerah perkotaan.

Dasar-dasar Perancangan Kota | 45


3.3.2 Solusi Ruang Terbuka di Kawasan Tukad Barito
Berdasarkan analisis ruang terbuka hijau konsep dasar penataan koridor Jalan Tukad
Barito adalah menciptakan ruang terbuka hijau koridor jalan yang fungsional dalam
memperbaiki iklim mikro, mereduksi bising dan polusi, nyaman serta estetik. Konsep
penataan ruang terbuka hijaudi koridor Jalan Tukad Barito terbagi menjadi konsep tata
hijau dan konsep taman lingkungan.
a. Tata hijau peneduh
Berdasarkan hasil analisis ruang terbuka hijau yang menjelaskan bahwa kawasan
koridor Jalan Tukad Barito adalah kawasan yang panas maka konsep penataan vegetasi
dikembangkan menjadi konsep tata hijau peneduh. Konsep tata hijau peneduh
dikembangkan pada ruang sekitar jalur sirkulasi dan taman lingkungan, di tujukan untuk
meningkatkan kenyamanan pengguna saat berada di dalam tapak. Berdasarkan
Masterplan ruang terbuka hijau Kota Denpasar tanaman yang digunakan sama untuk
setiap segmen dan ditanam secara berbaris, tanaman yang di gunakan memiliki
karakteristik berupa tajuk lebar dan berbentuk bulat. Tanaman yang digunakan adalah
kelompok pohon sedang (6-15 m) dan pohon tinggi (>15 m). Tanaman yang digunakan
seperti Tanjung (Mimuseps Elengi), Angsana (Ptherocorphus Indicus), Krey Payung
(Filiciun decipiens) dan lain-lain. Berdasarkan hasil analisa ruang terbuka hijau pemilihan
jenis vegetasi jenis angsana sangat tepat karena jenis pohon ini bisa tumbuh dengan baik
di lingkungan yang panas dan tandus seperti koridor Jalan Tukad Barito.
b. Tata hijau pengarah
Konsep tata hijau pengarah di letakan di sepanjang jalur pedestrian. Tanaman yang
digunakan memiliki batang tegak dan memberi kesan vertikal dan ornamental. Di tanam
sepanjang jalur sirkulasi pembatas pejalan kaki setelah tanaman dengan jarak tanam 5 m
dengan metode penanaman dilakukan secara berbaris sepanjang segmen. Tanaman
tersebut merupakan tanaman baru dan yang menggunakan jenis palem diantaranya: Palem
sabal (Sabal spp.), Palem hijau (Ptycosperma macarthurii), Palem sadeng (Livistona
rotundifolia), Palem raja (Roystonea regia), Palem putri (Veitchia merillii), Palem sadeng
(Livistona rotundifolia), Palem pigagetta (Pigagetta martelli), dan lain-lain.
c. Tata hijau pengendali bising
Konsep tata hijau pengendali bising di fungsikan untuk mengurangi intensitas suara
kendaraan yang melintas dan menciptakan kenyamanan bagi pengguna. Konsep tata hijau

Dasar-dasar Perancangan Kota | 46


pengendali bising diletakan di sepanjang jalur sirkulasi kendaraan setelah jalur
pedestrian. Menurut Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Denppasar tahun 2010
kemampuan tanaman mereduksi bising di pengaruhi oleh ketebalan dan kelenturan daun,
ditanam berbaris atau membentuk massa, jarak tanam rapat. Tanaman yang dapat
mereduksi bising antara lain Tanjung (Mimuseps Elengi), Angsana (Ptherocorphus
Indicus), Cemara (Cassuarina equisetifolia), Kiara Payung (Felicium decipiens),
Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis).
d. Tata hijau penyerap polutan
Konsep tata hijau penyerap polutan dikembangkan untuk menyerap polutan yang
berasal dari kendaraan. Kriteria tanaman untuk penyerap polutan partikel adalah tanaman
yang memiliki trikoma tinggi atau memiliki bulu, bergerigi atau bersisik. Untuk polutan
gas adalah tanaman yang memiliki tingkat kondusktans gas pada daun tinggi, daun tipis,
memiliki stomata yang banyak, laju fotosintesa tinggi dan ditanam jarak rapat. Tanaman
yang konsepkan adalah Oliander (Neium oleander), Angsana (Ptherocorphus Indicus),
Biola cantik (Ficus lyrata) dan Ketapang (Terminalia catappa), Bougenville
(Bougenvillea Sp), The-tehan pangkas (Achalipa sp) dan lain-lain.
e. Tata hijau pembatas
Konsep tata hijau pembatas di kembangkan untuk membatasi pengguna dari
pemandangan yang kurang bagus dan dari silau lampu kendaran lawan arah. Membatasi
jalur sirkulasi pejalan kaki baik pada median jalan maupun bahu jalan dengan jalur
kendaraan dan menambah keamanan pengguna saat berada di dalam tapak. Tanaman
yang di gunakan adalah semak yang ditanam secara masal.Tanaman yang digunakan
adalah Teh-tehan (Acalypha macropyhlla), Glodogan Tiang (Poyalthia lomgifolia), Soka
(Ixora sinensis), Palem wregu (Rhapis excelsa) dan lain-lain.
f. Tata hijau estetis
Konsep tata hijau estetis bertujuan untuk memberikan nilai estetika da meningkatkan
kualitas tapak.Konsep tata hijau estetis diletakkan pada sepanjang jalur sirkulasi dekat
dengan jalur pedestrian.Tanaman yang digunakan adalah tanaman dengan bunga indah
dan memiliki daun yang khas. Tanaman yang digunakan diantaranya Kamboja (Plumeria
rubra), Bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis),
Bougenville (Bougenvillea Sp), Palem pigagetta (Pigagetta martelli), palem bishmark
(Bicmarkia sp) dan lain-lain.

Dasar-dasar Perancangan Kota | 47


g. Taman lingkungan
Konsep taman lingkungan akan dibuat disebelah barat Jalur koridor Tukad Barito
dengan memanfaatkan lahan kosong yang tersedia. Konsep luasan taman lingkungan ±
5000 m2 dengan lebar 50 m dan panjang 100 m. Konsep taman lingkungan memeliki
tujuan menghadirkan fungsi sebagai penunjang aktivitas masyarakat, yaitu adanya
kombinasi antara ruang terbuka dan area teduh. Selain itu juga akan dikonsepkan sarana
dan prasarana yang disesuaikan dengan kebutuhan dan aktivitas masyarakat (bangku,
gazebo, Lampu, tempat sampah,tempat bermain, toilet dan lain-lain) diharapkan akan
mendukung kegiatan yang ada pada tapak. Pada konsep perkerasan akan mengunakan
material perpaduan antara bahan buatan dan alami untuk memudahkan penyerapan air
(Grass Block). Berdasarkan Permen PU No.05/PRT/M/2008 tentang pedoman penyedian
dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan ada beberapa kriteria
pemilihan vegetasi untuk taman lingkungan dan taman kota adalah sebagai berikut:
a. Tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak mudah patah, perakaran tidakmengganggu
pondasi
b. Tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap
c. Ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau dengan variasi warna lain seimbang
d. Perawakan dan bentuk tajuk cukup indah
e. Kecepatan tumbuh sedang
f. Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya
g. Jenis tanaman tahunan atau musiman
h. Jarak tanam setengah rapat sehingga menghasilkan keteduhan yang optimal
i. Tahan terhadap hama penyakit tanaman
j. Mampu menyerap dan menyerap cemaran udara
k. Sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung Konsep penataan
vegetasi pada taman lingkungan yang mampu menyerap polusi dan debu dengan tajuk
pohon yang rapat untuk menciptakan area teduh serta vegetasi dengan perpaduan
warna dan tekstur daun untuk menambah keindahan kawasan

3.4 Elemen- Elemen Pembentuk RTH Di Koridor Jalan Tukad Barito


Adapun elemen penyusun kota yang secara tidak langsung membentuk unsur RTH
pada suatu kota khususnya di Koridor Jalan Tukad Barito adalah.

Dasar-dasar Perancangan Kota | 48


(1) Tata Guna lahan (Land Use)
Berdasarkan Peta RTRW kota Denpasar, dominan penggunaan lahan di Tukad
Barito adalah sebagai permukiman, sedangkan pada kawasan di koridor jalan
difungsikan sebagai fungsi komersial. Koridor di jalan tukad barito ini \ berada di
kawasan pusat kota yang dikembangkan dengan fungsi komersil dan ekonomi. Dilihat
dari gambar-gambar di bawah, bahwa bangunan di sekeliling alun-alun yang dominan
adalah bangunan pertokoandan bangunan komersil, hal ini mengakibatkan sedikitnya
aktivitas sosial masyarakat. Dari adanya elemen tata guna lahan ini kemudian
ditentukan adanya sempadan bangunan yaitu dengan ketentuan setengah dari as jalan.
Ruas Jalan Tukad Barito memiliki lebar 6 m, sehingga kemudian ditetapkan
GSB (Garis Sempadan Bangunan) sebesar 3 meter dari bahu jalan. Dengan adanya
ketentuan ini, maka kemudian area sempadan tersebut dimanfaatkan sebagai tempat
parkir dan taman toko. Kemudian berdasarkan ketentuan RTRW Kota Denpasar,
bangunan di pinggir jalan harus menyediakan taman telajakan minimal 10% (sepuluh
persen) dari lebar sempadan. Oleh karena itu, di kawasan ini lebar telajakan yang
ditetapkan yaitu rata-rata sekitar 50 – 60 cm dengan saluran drainase selebar 80 cm.
Sedangkan bahu jalan sebagai jalur pedestrian memiliki lebar sekitar 1 meter yang
kemudian di tanami pepohonan peneduh

Dasar-dasar Perancangan Kota | 49


telajakan

Saluran got Bahu Jalan

Gambar 3.27 Produk Ruang Terbuka Hijau Tata Guna Lahan

(2) Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking)


Sirkulasi merupakan elemen penting bagi pembentukkan struktur lingkungan
kota karena sirkulasi dapat membagi, mengarahkan dan mengontrol pola aktifitas.
Kawasan koridor Jalan Tukad barito ini memiliki sistem sirkulasi yang cukup padat
oleh kendaraan yang lalu-lalang setiap harinya. Sedangkan untuk sistem parkir bisa
dikatakan tidak jelas, karena dari fakta yang ada parkir-parkir kendaraan bermotor
pada khususnya tidak mempunyai area parkir jelas sehingga membuat masyarakat
disana melakukan parkir sembarangan, sehingga sebaiknya harus ada penataan
terhadap kawasan parkir publik di koridor ini

Gambar 3.28 Sistem Parkir yang tidak jelas

Dasar-dasar Perancangan Kota | 50


(3) Jalur Pedestrian (Pedestrian Ways)
Jalur pedestrian di koridor jalan tukad barito ini hampir tidak ada jalur
pendestrian di sepanjang koridor, masih banyak terdapat beberapa hal yang harus
dibenahi untuk mencapai tingkat kenyamanan dan keamanan pengguna/pendestrian.
Terutama dengan cara menyediakan jalur pedestrian di sepanjang koridor supaya
kenyamanan dan keamanan pendestrian dapat terjaga. Jalur pedestrian di kawasan ini
sesungguhnya sudah ada, namun belum ditata atau dibuatkan trotoar sehingga
menimbulkan ketidakteraturan. Umumnya pedestrian akan jalan di bahu jalan. Jalur
pedestrian di kawasan ini masih berupa tanah asli dan terkadang juga nampak
kendaraan yang parkir di jalur ini karena tidak ada batasan yang jelas.

(4) Ruang Terbuka (Open Space)


Ruang terbuka di sekitar koridor Jalan Tukad Barito antara lain adalah, parkir
pertokoan, tanah kosong dan taman dan juga jalan raya . Ruang-ruang terbuka ini
sudah memenuhi fungsi-fungsinya sebagai penyedia cahaya dan sirkulasi udara dalam
bangunan; penyedia area dengan bentuk aktifitas khusus misal pada parkir; sebagai
area parkir pengunjung toko supaya tidak parkir sembarangan di pinggir koridor.
Tanah kosong dan taman; pelindung fungsi ekologi kawasan, misal pada tanah kosong,
taman di sekitar area b angunan dan pemberi bentuk solid-void pada kawasan dan
sebagai area cadangan utuk di masa depan. Sedangkan Jalan raya berfungsi sebagai
sirkulasi kendaraan dalam beraktivitas sehari hari

Gambar 3.29 Produk Ruang Terbuka Hijau parkir ,taman dan jalan raya

Dasar-dasar Perancangan Kota | 51


(9) Sempadan Sungai
Sempadan adalah RTH yang berfungsi sebagai batas dari sungai, danau, waduk,
situ, pantai, dan mata air atau bahkan kawasan limitasi terhadap penggunaan lahan
disekitarnya. Fungsi lain dari sempadan adalah untuk penyerap aliran air, perlindungan
habitat, dan perlindungan dari bencana alam. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang
kiri kanan sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai, mengamankan aliran
sungai, dan dikembangkan sebagai area penghijauan.
Di daerah koridor jalan tukad barito ini terdapat sempadan sungai yang kurang
fungsional beberapa di area sungai di sepanjang koridor tukad barito hampir tidak
terdapat sempadan di karenakan tembok beberapa bangunan tidak mempertimbangkan
sempadan sungai sebagai RTH yang berfungsi untuk menyerap air ,perlindungan habitat
dan memperkecil terjadinya bencanan seperti banjir, tapak di lihat dari gambar di bawah
ini. Terdapat dua sungai yang mengalir disekitar jalan tukad barito yang sempadannya
terdapat area hijau yang membentang dari utara ke selatan.

Gambar 3.30 Produk Ruang Terbuka Hijau Sempadn Sungai

3.5 Analisis RTH dengan Pendalaman Satu Kavling

Dalam anilisis RTH yang mengambil pendalaman satu kavling pada area
bangunan Pondok Kuliner Renon ini terdapat ruang terbuka publik dan juga ruang
terbuka privat. Adapun ruang terbuka publik yaitu berupa sempadan jalan pada area resto
digunakan sebagai area parkir, sirkulasi pejalan kaki berupa bahu jalan, dan telajakan
karena pada koridor jalan tukad barito tidak terdapat trotoar. Sedangkan yang termasuk
area terbuka privat yaitu kebun yang ditanami tanaman hias disekitar lahan milik Pondok
Kuliner Renon.

Dasar-dasar Perancangan Kota | 52


Gambar 3.31 Layout Kavling Area Pondok Kuliner Renon.

Ket :

: Privat

: Publik

Jenis kepemilikan ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan
RTH Privat dimana proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30%
yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau
privat, namun apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan
telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka
proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya. RTH publik maupun RTH
privat ini memiliki beberapa fungsi utama seperti fungsi ekologis serta fungsi tambahan,
yaitu sosial budaya, ekonomi, estetika atau arsitektural. (Departemen PU, 2008).

Dasar-dasar Perancangan Kota | 53


Pada area Pondok Kuliner ini memiliki panjang dan lebar sekitar 20 m x 36 m
dengan luas 720 m2. Dari luasan tersebut dapat dihitung ruang terbuka publik memiliki
presentasi 20 % dari luas lahan dengan luas sekitar 28 m2 dan berupa lahan parkir seluas
112 m2 dan ruang terbuka privat memiliki presentase 14% berupa lahan terbuka hijau
berupa taman dan pepohonan disekitar area resto memiliki luas sekitar 104 m2.
Pada analisis ini disimpulkan bahwa area kavling Pondok Resto Renon sudah
memenuhi syarat dan kententuan mengenai RTH dimana telah terdapat penyediaan ruang
terbuka publik sebesar 20% dan ruang terbuka privat sebesar 14%, sehingga ruang
terbuka pada area kavling Pondok Resto ini dapat memberi manfaat berupa area resapan
air, sebagai penyaring udara, memberikan kesejukan dan keteduhan dengan adanya
beberapa pohon rindang, dan juga memberikan nilai estetika pada site. Dari analisis yang
telah didapat disarankan penataan area kavling lain yang berada disekitar jalan tukad
barito dapat menerapkan penataan RTH seperti pada area Pondok Resto Renon. Dengan
demikian maka manfaat dari penyediaan RTH pada ruas koridor jalan tukad barito ini
akan jelas terasa sehingga menjadikan ruas jalan dan persil lebih tertata dan juga dapat
mendukung kehidupan masyarakat ataupun ruang terbuka hijau yang mampu
meningkatkan nilai oksigen, estetika maupun memperbaiki iklim mikro.

3.6 Rangkuman Analisa RTH di Kawasan Koridor Jalan Tukad Barito


Tipologi RTH permukiman kepadatan tinggi yang terbentuk di wilayah studi Koridor
Jalan Tukad Barito sebagai berikut :

1. Tipologi fisik RTH(RTH alami dan RTH non-alami)


2. Tipologifungsi RTH(ekologis, sosial budaya, estetika, ekonomi)
3. Tipologi kepemilikan RTH(RTH publik dan RTH Privat).

Berikut ini akan dibahas rangkuman terhadap hasil analisa RTH di Kawasan Koridor
Jalan Tukad Barito.

Dasar-dasar Perancangan Kota | 54


Tabel 3.1
Analisis Tipologi RTH Permukiman Kepadatan Tinggi

No Jenis RTH kawasan Tipologi Tipologi Tipologi


jalan Tukad Barito Fisik Fungsi Kepemilikan

1. RTH Pertokoan, RTH non Fungsi RTH Semi privat


pendidikan, perkantoran alami/binaan ekologis,
atau buatan social budaya,
estetika

2. RTH Pekarangan rumah RTH non Fungsi RTH Privat


tinggal alami/buatan ekoligis dan
fungsi
estetika

3. RTH sempadan sungai RTH alami, Fungsi RTH Publik


RTH non ekologi,
alami/buatan estetika

4. RTH Sempadan RTH alami Fungsi RTH Publik


Jalan/bahu jalan ekologi,
estetika,
social budaya

Dasar-dasar Perancangan Kota | 55


Tabel 3.2
Analisis Vegetasi Pengisi RTH

No. Kawasan Vegetasi yang Permasalahan Solusi


tersedia

1. Koridor - Pohon - Vegetasi yang - Menata dan menempatkan


Jalan intaran diletakkan vegetasi sesuai dengan
Tukad - Pohon sembarangan fungsi dan tempatnya,
Barito kelapa atau tidak seperti :
- Pohon tertata dengan - Tata hijau peneduh( Tanjung
ketapang baik sesuai (Mimuseps Elengi),
- Pohon jepun dengan Angsana (Ptherocorphus
- Perdu fungsinya Indicus), Krey Payung
- Kurang (Filiciun decipiens))
sejuknya - Tata hijau pangarah( Palem
koridor jalan sabal (Sabal spp.), Palem
dikarenakan hijau (Ptycosperma
pemilihan macarthurii), Palem raja
vegetasi yang (Roystonea regia), Palem
salah putri (Veitchia merillii),
- Estetika yang Palem sadeng (Livistona
ditimbulkan rotundifolia), Palem
juga kurang. pigagetta (Pigagetta
martelli), dan lain-lain.
- Tata hijau pengendali bising
(Tanjung (Mimuseps
Elengi), Angsana
(Ptherocorphus Indicus),
Cemara (Cassuarina
equisetifolia), Kiara Payung
(Felicium decipiens),
Kembang sepatu (Hibiscus
rosa sinensis))

Dasar-dasar Perancangan Kota | 56


- Tata hijau penyerap
polutan(Oliander (Neium
oleander), Angsana
(Ptherocorphus Indicus),
Biola cantik (Ficus lyrata)
dan Ketapang (Terminalia
catappa), Bougenville
(Bougenvillea Sp), The-
tehan pangkas (Achalipa
sp)) dan lain-lain.
- Tata hijau pembatas(Teh-
tehan (Acalypha
macropyhlla), Glodogan
Tiang (Poyalthia
lomgifolia), Soka (Ixora
sinensis), Palem wregu
(Rhapis excelsa)) dan lain-
lain.
- Tata hijau estetis (Kamboja
(Plumeria rubra), Bunga
kupu-kupu (Bauhinia
purpurea), Kembang Sepatu
(Hibiscus rosa sinensis),
Bougenville (Bougenvillea
Sp), Palem pigagetta
(Pigagetta martelli), palem
bishmark (Bicmarkia sp))
dan lain-lain.

Tabel 3.3

Dasar-dasar Perancangan Kota | 57


Analisis Elemen – Elemen RTH Di Koridor Jalan Tukad Barito

No Elemen – elemen RTH di Analisa


koridor Jalan Tukad
Badung

1. Tata guna lahan(Land use) - Digunakan sebagai tempat yang memiliki fungsi
yaitu pertokoan, restoran, kantor/jasa, dan juga
pendidikan.
3. Sirkulasi parkir - Tidak ada batas yang jelas antara jalan dengan lahan
parkir

4. Jalur pedestrian - Hampir tidak terdapat jalur pedestrian yang


memenuhi standar.

5. Ruang terbuka - Parkir/bahu jalan, taman, lahan kosong, jalan raya.

8. Sempadan Sungai - Sempadan tidak diterapkan dengan baik karena


keterbatasan lahan di kawasan tersebut.

Dasar-dasar Perancangan Kota | 58


BAB VI
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakuka, adapun kesimpulan yang dapat
dikemukakan adalah sebagai berikut.
Koridor Jalan Tukad Barito merupakan daerah yang cukup padat, dengan luas
RTH publik yang tersedia adalah 2.048 m2 m2 yang bila dibandingkan dengan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan dapat disimpulkam
bahwa Koridor Jalan Tukad Barito sudah sesuai dengan Undang-Undang tersebut, namun
dalam hal penataan masih diperlukan penanganan yang lebih maksimal. Di Koridor Jalan
Tukad Barito dibagi menjadi tiga fungsi, yaitu fungsi ekologis yang meliputi tanaman
pinggir jalan, fungsi arsitektural yang meliputi taman pribadi yang berada di pinggir jalan
dan fungsi ekonomi yang meliputi pemanfaatan lahan kosong sebagai tempat untuk
berjualan kios-kios kecil.
Beberapa jenis RTH di Koridor Tukad Barito ini adalah RTH Pertokoan,
pendidikan, perkantoran yang termasuk ke dalam RTH semi privat, RTH Pekarangan
rumah tinggal yang termasuk RTH privat, RTH sempadan sungai dan RTH Sempadan
Jalan/bahu jalan yang termasuk ke dalam RTH public. Di koridor jalan Tukad Barito ini
terdapat beberapa jenis vegetasi yaitu Pohon intaran, pohon kelapa, pohon ketapang,
pohon jepun dan perdu, namun jika dilihat dari fungsi, tanaman-tanaman ini masih
kurang, karena vegetasi yang diletakkan sembarangan atau tidak tertata dengan baik
sesuai dengan fungsinya, sehingga tidak dapat berfungsi secara maksimal. Hal ini dapat
ditanggulangi dengan menata ulang tanaman-tanaman ini, dan menyesuaikan dengan
fungsinya masing-masing, seperti tanaman hijau peneduh ( Tanjung (Mimuseps Elengi),
Angsana (Ptherocorphus Indicus), Krey Payung (Filiciun decipiens) yang bisa ditata
dipinggir jalan dan tanaman hijau estetis (Kamboja (Plumeria rubra), Bunga kupu-kupu
(Bauhinia purpurea), Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis), Bougenville
(Bougenvillea Sp), Palem pigagetta (Pigagetta martelli), palem bishmark (Bicmarkia sp))
dll yang bisa diletakan di taman sehingga dapat memperindah tampilan kawasan.

Dasar-dasar Perancangan Kota | 59


Elemen – elemen RTH di koridor Jalan Tukad Barito ini adalah :
- Tata guna lahan(Land use) digunakan sebagai tempat yang memiliki fungsi
yaitu pertokoan, restoran, kantor/jasa, dan juga pendidikan.
- Sirkulasi parker namun tidak ada batas yang jelas antara jalan dengan lahan
parkir,
- Jalur pedestrian yang hampir tidak terdapat jalur pedestrian yang memenuhi
standar di Koridor Jalan Tukad Barito ini,
- Ruang terbuka yang meliputi Parkir/bahu jalan, taman, lahan kosong, jalan
raya,
- Sempadan Sungai namun pada Koridor Jalan Tukad Barito ini sempadan
tidak diterapkan dengan baik karena keterbatasan lahan di kawasan tersebut.

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah agar pemerintah melakukan penataan
ulang terhadap RTH di kawasan koridor Jalan Tukad Barito, mengingat Kawasan Jalan
Tukad Barito merupakan Kawasan yang cukup padat karena lokasinya yang cukup
strategis. Penataan ulang yang dilakukan sebaiknya tetap mempertimbangkan segi
elemen-elemen Ruang Terbuka Hijau sehingga Kawasan ini menjadi lebih indah dan
tertata, selain itu perlu untuk membuat taman kota atau taman lingkungan sehingga ada
sarana rekreasi di Kawasan ini.

Dasar-dasar Perancangan Kota | 60


DAFTAR PUSTAKA

Widyatmika, I. K. A., Wiriantari, F., & Arjana, B. M. (2018). KARAKTERISTIK


ELEMEN PERANCANGAN KOTA DI JALUR KORIDOR JALAN
VETERAN DENPASAR. Anala, 2(16).

Efendy, M. I., & Ramayadnya, A. A. (2014). Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau Di
Koridor Jalan Raya Porong Sebagai Upaya Peningkatan Estetika
Kota. Waktu, 12(2), 12-19.

Hartami, A. S. R. (2015). Evaluasi Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (Rth) Publik Pada
Kawasan Padat Lalulintas (Studi Kasus: Jl. Guntur Kecamatan Garut
Kota). Jurnal Konstruksi, 1

Santoso, M., & Hamidah, N. Potensi Koridor Jalan Yos Sudarso Sebagai Ruang Terbuka
Dan Lansekap Kota Palangka Raya. Inersia, 6(2).3(1).

Alifia, N., & Purnomo, Y. (2016). Identifikasi Letak Dan Jenis Ruang Terbuka Hijau Di
Kawasan Permukiman Perkotaan. Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, 3(2), 25-
35.

Mariana, Y. (2014). Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Rumah Susun Studi Kasus:
Rumah Susun Kebon Kacang dan Bendungan Hilir I. ComTech: Computer,
Mathematics and Engineering Applications, 5(2), 851-859.

Purnomo, A., & Susanti, R. (2010). Kajian Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (Rth)
Pada Koridor Jalan Mt. Haryono Kota Cilacap (Doctoral Dissertation,
Universitas Diponegoro).

Sasmita, D. F. (2009). Arahan Penataan Ruang Terbuka Hijau Pada Koridor Jalan
Jendral Sudirman Kota Singkawang (Doctoral Dissertation, Universitas
Diponegoro).

Dasar-dasar Perancangan Kota | 61

Anda mungkin juga menyukai