PENDAHULUAN
1. Deskriptif
Metode deskriptif adalah suatu bentuk metode yang ditujukan untuk
mendeskripsikan objek-objek yang ada, baik objek alamiah maupun objek buatan
manusia. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau menjelaskan suatu
kondisi fisik lingkungan di sekitar Koridor Jalan Tukad Barito. Analisis deskriptif
dilakukan untuk mengetahui penyediaan dan jenis vegetasi ruang terbuka di ruang
publik dan privat yang sesuai dengan wilayah studi. Berdasarkan pengamatan tentang
ketersediaan yang ada di lapangan dipandang sebagai solusi dalam penyediaan ruang
terbuka yang sesuai dengan norma.
2. Kualitatif
Metode kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri
dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya.
Teknik analisis deskriptif kualitatif ini dilakukan untuk mengetahui
karakteristik wilayah studi yang secara riil dapat digali dan kegiatan menganalisis
terhadap ketentuan normatif tentang penyediaan ruang terbuka sebagai pedoman untuk
mendapatkan kondisi yang ideal.
3. Kuantitatif
Metode kuantitatif adalah metode ilmiah yang sistematis terhadap bagian-
bagian dan objek serta hubungan-hubungannya. Tujuan metode kuantitatif adalah
mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau
hipotesis yang berkaitan dengan objek.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi mengenai latar belakang, perumusan masalah,
tujuan, ruang lingkup dan batasan, metode penulisan, dan sistematika
pembahasan dalam laporan ini.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang didapat, rekomendasi yang dapat
disarankan peneliti terhadap permasalahan yang dihadapi, serta
rekomendasi penelitian lebih lanjut.
Dengan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kota dapat ditinjau dari
berbagai sudut pandang. Berdasarkan sudut pandang administrasi, kota merupakan suatu
wilayah yang memiliki batas-batas yang telah diatur dan memiliki sistem administrasi
tertentu. Dalam sudut pandang geografis, kota merupakan suatu wilayah dengan pusat
kegiatan yang ditunjukkan dengan pemusatan penduduk yang tinggi. Ditinjau dari sudut
pandang social ekonomi, kota merupakan suatu pusat dari aktivitas ekonomi dan memiliki
pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat, dimana sebagian besar penduduk merupakan
golongan non agraris. Dari segi fisik merupakan wilayah terbangun dengan prasarana
kota dalam struktur fisik binaan dengan banyaknya bangunan gedung yang berjejer
memadati kota.
Tabel 2.1 : Fungsi dan Penerapan RTH pada Beberapa Tipologi Kawasan Perkotaan
Hierarki
Fungsi Pelayanan Fasilitas umum &sosial Ruang terbuka hijau
Kawasan
Pusat Kota - Melayani fungsi-fungsi - Pusat perdagangan dan - Taman kota, green belt,
regional kawasan. bisnis hutan kota, taman
- Perkantoran botani dan lain-lain
- Pemenuhan kebutuhan - Perdagangan dan jasa skala - Fasilitas olah raga :
insidential seperti RS besar stadion sepakbola skala
besar, pendidikan - Rumah sakit pusat sarana regional/nasional
tinggi, jasa perbangkan, pendidikan lanjutan - Jalur-jalur hijau pada
dan koneksi terhadap - Sarana hiburan dan rekreasi koridor jalan utama
jaringan transportasi kota - Danau dan area retensi
regional/antar. pengendali banjir.
Sub-Pusat - Melayani kegiatan - SMA, sekolah tinggi, - Taman kecamatan,
(Kecamatan.) ekonomi-sosial di perpustakaan wilayah jogging track.
tingkat kecamatan - Pasar kecamatan - Fasilitas olahraga,
stadion mini, kolam
- Pemenuhan kebutuhan - Fasilitas perbankan, pos renang
bulanan (pusat dan giro - Sempadan sungai, situ,
perbelanjaan, pasar dan kolam-kolam
tradisional dan jasa - Sarana rekreasi (bioskop, retensi
perbankan) arena hiburan dan lain-lain) - Urban argriculture,
kebon bibit, taman
bunga dan lain-lain
Local - Pusat kegiatan local - Pendidikan menengah - Taman kelurahan,
Jenis-jenis ruang terbuka menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun
2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan bab III pasal 6 :
e. Taman
Taman adalah wajah dan karakter lahan atau tapak dari bagian muka bumi
dengan segala kehidupan dan apa saja yang ada di dalamnya, baik yang bersifat alami
maupun buatan manusia yang merupakan bagian atau total lingkungan hidup manusia
beserta mahluk hidup lainnya, sejauh mata memandang sejauh segenap indra kita
dapat menangkap dan sejauh imajinasi kita dapat membayangkan.
Taman bersifat publik (public space) menurut Scrutton (dalam Beng Huat and
Edwards,1992) adalah suatu tempat yang dirancang, minimal setiap orang dapat
memiliki aksesibilitas terhadapnya, pengguna di dalamnya tidak dikecualikan dan
perilaku setiap pengguna terhadap pengguna yang lain mengikuti norma-norma
umum kesopanan masyarakat. Menurut Rossi (1992), ruang publik adalah bagian dari
kota, karena kota adalah buatan manusia, maka kota merupakan hasil kebudayaan.
Tabel 2.3 Fungsi Ruang Terbuka Hijau pada Rencana Pola Ruang menjadi Ruang
Terbuka Hijau Publik dan Ruang Terbuka Hijau Privat di Kota Denpasar
POLA RUANG RTHK FUNGSI RTHK
1. RTHK di kawasan lindung: 1. RTHK Publik
Kawasan Sempadan Pantai Kawasan Sempadan Pantai
Kawasan Sempadan Sungai Kawasan Sempadan Sungai
Tabel tentang fungsi Ruang Terbuka Hijau diatas telah membagi dua kawasan
yang diperuntukan untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya, ini sesuai dengan
pola pemanfaatan ruang.
Hasil survei kami berada di Koridor Jalan Tukad Barito di Kota Denpasar-Bali
dengan batasan koridor yaitu dari simpang Jalan Tukad Barito – Jalan Tukad Badung
sampai dengan Jalan Tukad Barito – Jalan Tukad Pakerisan seperti pada gambar di atas.
1. Kondisi Geografis
Jalan Tukad Barito terletak di kota Denpasar tepatnya di area Denpasar Selatan, Luas
wilayah Kecamatan Denpasar Selatan. Menurut letak Geografis Kecamatan Denpasar
Selatan berada antara 08 040'00" - 08 044'49" lintang Selatan dan 115 011'23"-115
015'54" bujur Timur. Luas wilayah Kecamatan Denpasar Selatan 4999 Ha atau 39,12
persen dari luas wilayah Kota Denpasar. Menurut penggunaan tanahnya, 816 Ha
merupakan lahan sawah, 183 Ha lahan pertanian bukan sawah dan 4000 Ha merupakan
lahan bukan pertanian, seperti : jalan, permukiman, perkantoran, perhotelan, pusat
perbelanjaan, sungai dan lain-lain, dari luas wilayah Kota Denpasar.
2. Batas Wilayah
Secara geografis, batasan koridor Jalan Tukad Barito yaitu berbatasan dengan
simpang Jalan Tukad Barito – Jalan Tukad Badung di sebelah timur dan simpang Jalan
Tukad Barito – Jalan Tukad Pakerisan di sebelah barat. Adapun batas-batas jalan dari
Jalan Tukad Barito adalah sebagai berikut :
Utara :Jalan Tukad Yeh Aya
Timur : Jalan Tukad Badung
Selatan : Jalan Tukad Citarum
Barat : Jalan Tukad Pakerisan
Dalam pembahasan yang akan dikaji pada bab berikutnya, adapun yang menjadi
fokus bahasan adalah daerah persil pertama di sepanjang koridor Tukad Barito pada sisi
kiri dan kanan jalan serta pendalaman satu kavling yang dapat dijadikan contoh penataan
Ruang Terbuka dan Tata Hijau yang baik di kawasan koridor jalan..
2. Mata Pencaharian
Masyarakat Desa Pakraman / Kelurahan Panjer mata pencaharian pokok pada era
tahun 80an adalah masih bercocok tanam di lahan pertanian dan perkebunan sehingga
sangat kental dengan nuansa pertaniannya. Meningkatnya pola pikir dan perilaku
masyarakat seiring dengan perkembangan zaman menyebabkan pola kehidupan sudah
mulai bergeser dari pola pertanian menuju pola kehidupan yang lain. Hal ini juga akibat
dari desakan para penduduk pendatang yang menyerbu masuk wilayah Desa Pakraman /
Kelurahan Panjer. Faktor inilah yang merubah tipe masyarakat Desa Pakraman /
Kelurahan Panjer dari homogen menjadi heterogen. Dengan demikian pola pertanian
yang menjadi ciri khas masyarakat lambat laun mulai ditinggalkan, dan banyak lahan
mereka yang kemudian dikontrakkan
Untuk penduduk kelurahan Panjer saat ini lebih dominan menjadi pegawai negeri
maupun swasta dan banyak juga yang berprofesi sebagai pedagang. Penduduk yang
memiliki lahan di koridor Jalan Tukad Barito juga telah banyak mengontrakkan bahkan
menjual lahannya kepada pihak lain ataupun pendatang yang kemudian ditunjukkan
dengan banyak berdirinya pertokoan, ruko, warung dan restoran di kawasan sepanjang
3. Ekonomi
Pembangunan pariwisata berpengaruh kuat terhadap perubahan struktur dan
peningkatan perekonomian di Kota Denpasar. Namun struktur perekonomian Kota
Denpasar sedikit berbeda bila dibandingkan dengan struktur perekonomian Provinsi Bali
pada umumnya, dengan menempatkan sektor perdagangan, hotel dan restoran
mendominasi pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Denpasar.
Tingginya tingkat pembangunan yang di pengaruhi oleh sector ekonomi ini
menjadikan tingginya tingkat pembangunan di kota Denpasar khususnya di Denpasar
Selatan dan wilayah koridor Jalan Tukad Barito menjadikan sedikitnya lahan terbuka
hijau di kawasan ini. Kawasan pada persil pertama di Koridor Jalan Tukad Barito lebih
banyak digunakan untuk kegiatan komersial dan perdagangan, seperti pertokoan, warung,
restaurant, dan kegiatan komersial lainya.
Gambar 2.10 Kondisi sepanjang koridor jalan Tukad Barito yang didominasi oleh Kegiatan Komersil
(Pertokoan, warung, restoran)
Sumber : Observasi Lapangan, 2018
3.1 Karakteristik dan Produk RTH pada Koridor Jalan Tukad Barito
Koridor Jalan Tukad Barito merupakan daerah yang cukup padat, baik itu dari
kepadatan lalu lintas maupun kepadatan jumlah populasi yang mendiami kawasan
permukiman di Tukad Barito. Adapun jenis ruang terbuka hijau yang ada di kawasan
Tukad Barito ini adalah jenis koridor hijau jalan dan area sempadan bangunan sebagai
ruang terbuka kota.
Koridor hijau jalan merupakan jenis RTH yang berada di kanan kiri jalan dengan
pepohonan di dalamnya akan memberikan kesan asri bagi jalan tersebut dan memberikan
kesan teduh. Koridor hijau jalan dengan pepohonan akan meberikan kesejukan bagi
pengguna jalan, dengan penggunaan pepohonan pada koridor jalan diharapkan dapat
mnengurangi polusi udara, memberi kesan asri, serta dapat menyerap air hujan (resapan
air). Selain jalur hijau yang ada di koridor jalan tukad Barito, jenis ruang terbuka yang
ada juga berasal dari KDH (Koefisiein Dasar Hijau) pada tiap massa bangunan yang ada
di sepanjang Koridor Jalan Tukad Barito.
Ruang terbuka hijau merupakan kawasan lindung, sedangkan ruang terbuka
adalah kawasan yang melengkapi suatu kota dan digunakan untuk mengatur iklim mikro
suatu kawasan kota. Sehingga, dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pada
kawasan Jalan Tukad Barito, tidak terdapat Ruang Terbuka Hijau tetapi masih terdapat
ruang terbuka yang pada asensinya area ini tidak dapat dibangun. Berikut ini akan dibahas
produk ruang terbuka dan tata hijau di koridor Jalan Tukad Barito
Selain pohon, semak juga berperan penting dalam memperbaiki iklim mikro
diwilayah Tukad Barito ini. Hal ini karena struktur semak tidak jauh berbeda dengan
struktur pohon, yaitu memiliki kemampuan untuk dalam menyerap radiasi matahari,
memberikan nauangan, dan melakukan transpirasi sehingga dapat menurunkan suhu
udara dan meningkatkan kelembaban udara. Namun, karena ukuran semak lebih kecil
dari pada pohon maka kemampuannya dalam menurunkan suhu udara dan
meningkatkan kelembaban udara tidak semaksimal pohon. Di wilayah ini terdapat
dua jenis semak yaitu semak dengan tajuk piramidal dan bulat, ditanam
berjejer/berkelompok, memiliki tinggi yang sedang (1-2 meter), serta memiliki
kepadatan tajuk tinggi dapat menurunkan suhu udara dan meningkatkan kelembaban
udara; dan semak dengan tajuk kolumnar/horisontal yang ditanam secara tunggal dan
memiliki ukuran (0,5-1 dan 2-3 meter); serta memiliki kepadatan tajuk rendah sampai
sedang memiliki kemampuan untuk meningkatkan suhu udara dan menurunkan
kelembaban udara.
Gambar 3.7 Semak dengan tinggi sedang Gambar 3.8 Semak dengan tajuk rendah
3. Fungsi arsitektural/estetika
RTH juga dapat berperan dalam meningkatkan nilai keindahan dan
kenyamanan kawasan, melalui keberadaan taman, dan jalur hijau. Fungsi RTH untuk
peningkatan nilai Arsitektural juga belum maksimal, karena belum adanya penataan
tanaman perindang dipinggir jalan maupun tanaman dilahan kosong. Tanaman
4. Fungsi ekonomi
RTH juga dapat berperan sebagai pengembangan kebutuhan ekonomi warga.
Penerapan fungsi ekonomi di Koridor Jalan Tukad Barito ini belum maksimal, hanya
dibeberapa lahan kosong di pinggir jalan dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk
mendirikan kios-kios kecil untuk menjual kebutuhan sehari-hari, selain itu di lahan
kosong yang cukup luas juga terdapat tanaman-tanaman yang bisa menghasilkan buah
seperti buah pisang yang kemudian bisa dijual oleh warga sekitar, selain itu di
beberapa lahan kosong juga dimanfaatkan oleh warga sekitar sebagai tempat
peternakan sapi yang bernilai ekonomi.
Tanggapan
Meletakkan pohon kamboja di pinggir jalan dapat dimanfaatkan sebagai penghasil
oksigen.
Dengan adanya pohon kamboja dapat meningkatkan kualitas lingkungan kota yang
terlihat lebih rapi dengan pembatas jalan.
Adanya pohon dapat memberi kesan sejuk maupun teduh
Dapat juga memberi kesan natural
Adapun memanfaatkan pohon atau vegetasi lain seperti area rumput hijau yang
difungsikan sebagai tempat pemeliharaan hewan ternak seperti sapi, dimana rumput-
rumput dapat menjadi makanan dari hewan ternak.
Memnafaatkan pohon yang rindang yang ada pada sepanjang jalan Tukad Barito
difungsikan sebagai tanaman yang mengisi areal RTH. Pohon-pohon ini adalah sebagai
elemen utama pembentuk RTH pada tapak. Bentuk RTH mengikuti bentuk utama Jalan
Tukad Barito yang di depannya terdapat areal pembatas seperti parkir dan juga pengarah
di sepanjang jalur sirkulasi kendaraan.
Tanggapan
Meletakkan pohon-pohon yang cukup besar dan rindang di setiap areal RTH dapat
meneduhi areal tersebut.
Memanfaatkan pohon yang besar sebagai bahan konstruksi bangunan.
Meneduhi areal parkir
c) Tanaman Semak,
Golongan tanaman jenis ini dicirikan dengan batang yang berukuran sama dan
sederajat. Tanaman ini banyak tumbuh liar di kawasan tukad Barito, terutama pada
lahan kosong.
d) Tanaman Merambat,
Tanaman merambat ini lebih banyak digunakan sebagai tanaman rambat dan
tanaman gantung, dan tanaman jenis ini dicirikan dengan batang yang tidak berkayu
dan tidak cukup kuat untuk menopang bagian tanaman lainnya.
3.3 Kajian Permasalahan dan Solusi RTH di Koridor Jalan Tukad Barito
3.3.1 Permasalahan Ruang Terbuka di Kawasan Tukad Barito
Disepanjang koridor jalan tukad barito banyak terdapat berbagai macam jenis
ruko-ruko dengan jarak antar bangunan sangat dekat dan sangat jarang ditemukan area
hijau disepanjang jalan tukad barito tersebut. Karena disepanjang jalan tukad barito
merupakan zona ekonomi maka dominan ditemukan bangunan dengan fungsi ekonomi
sebagai toko-toko dan juga tempat makan.
Area terbuka yang terdapat disepanjang jalan tukad barito kebanyakan merupakan
lahan parkir yang berupa perkerasan beton didepan bangunan toko sebagai tempat
pengunjung memarkirkan kendaraan mereka. Area parkir ini merupakan area sempadan
bangunan yang difungsikan sebagai ruang terbuka, lebar sempadan bangunan sekitar 5-7
meter.
Gambar 3.29 Produk Ruang Terbuka Hijau parkir ,taman dan jalan raya
Dalam anilisis RTH yang mengambil pendalaman satu kavling pada area
bangunan Pondok Kuliner Renon ini terdapat ruang terbuka publik dan juga ruang
terbuka privat. Adapun ruang terbuka publik yaitu berupa sempadan jalan pada area resto
digunakan sebagai area parkir, sirkulasi pejalan kaki berupa bahu jalan, dan telajakan
karena pada koridor jalan tukad barito tidak terdapat trotoar. Sedangkan yang termasuk
area terbuka privat yaitu kebun yang ditanami tanaman hias disekitar lahan milik Pondok
Kuliner Renon.
Ket :
: Privat
: Publik
Jenis kepemilikan ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan
RTH Privat dimana proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30%
yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau
privat, namun apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan
telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka
proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya. RTH publik maupun RTH
privat ini memiliki beberapa fungsi utama seperti fungsi ekologis serta fungsi tambahan,
yaitu sosial budaya, ekonomi, estetika atau arsitektural. (Departemen PU, 2008).
Berikut ini akan dibahas rangkuman terhadap hasil analisa RTH di Kawasan Koridor
Jalan Tukad Barito.
Tabel 3.3
1. Tata guna lahan(Land use) - Digunakan sebagai tempat yang memiliki fungsi
yaitu pertokoan, restoran, kantor/jasa, dan juga
pendidikan.
3. Sirkulasi parkir - Tidak ada batas yang jelas antara jalan dengan lahan
parkir
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakuka, adapun kesimpulan yang dapat
dikemukakan adalah sebagai berikut.
Koridor Jalan Tukad Barito merupakan daerah yang cukup padat, dengan luas
RTH publik yang tersedia adalah 2.048 m2 m2 yang bila dibandingkan dengan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan dapat disimpulkam
bahwa Koridor Jalan Tukad Barito sudah sesuai dengan Undang-Undang tersebut, namun
dalam hal penataan masih diperlukan penanganan yang lebih maksimal. Di Koridor Jalan
Tukad Barito dibagi menjadi tiga fungsi, yaitu fungsi ekologis yang meliputi tanaman
pinggir jalan, fungsi arsitektural yang meliputi taman pribadi yang berada di pinggir jalan
dan fungsi ekonomi yang meliputi pemanfaatan lahan kosong sebagai tempat untuk
berjualan kios-kios kecil.
Beberapa jenis RTH di Koridor Tukad Barito ini adalah RTH Pertokoan,
pendidikan, perkantoran yang termasuk ke dalam RTH semi privat, RTH Pekarangan
rumah tinggal yang termasuk RTH privat, RTH sempadan sungai dan RTH Sempadan
Jalan/bahu jalan yang termasuk ke dalam RTH public. Di koridor jalan Tukad Barito ini
terdapat beberapa jenis vegetasi yaitu Pohon intaran, pohon kelapa, pohon ketapang,
pohon jepun dan perdu, namun jika dilihat dari fungsi, tanaman-tanaman ini masih
kurang, karena vegetasi yang diletakkan sembarangan atau tidak tertata dengan baik
sesuai dengan fungsinya, sehingga tidak dapat berfungsi secara maksimal. Hal ini dapat
ditanggulangi dengan menata ulang tanaman-tanaman ini, dan menyesuaikan dengan
fungsinya masing-masing, seperti tanaman hijau peneduh ( Tanjung (Mimuseps Elengi),
Angsana (Ptherocorphus Indicus), Krey Payung (Filiciun decipiens) yang bisa ditata
dipinggir jalan dan tanaman hijau estetis (Kamboja (Plumeria rubra), Bunga kupu-kupu
(Bauhinia purpurea), Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis), Bougenville
(Bougenvillea Sp), Palem pigagetta (Pigagetta martelli), palem bishmark (Bicmarkia sp))
dll yang bisa diletakan di taman sehingga dapat memperindah tampilan kawasan.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah agar pemerintah melakukan penataan
ulang terhadap RTH di kawasan koridor Jalan Tukad Barito, mengingat Kawasan Jalan
Tukad Barito merupakan Kawasan yang cukup padat karena lokasinya yang cukup
strategis. Penataan ulang yang dilakukan sebaiknya tetap mempertimbangkan segi
elemen-elemen Ruang Terbuka Hijau sehingga Kawasan ini menjadi lebih indah dan
tertata, selain itu perlu untuk membuat taman kota atau taman lingkungan sehingga ada
sarana rekreasi di Kawasan ini.
Efendy, M. I., & Ramayadnya, A. A. (2014). Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau Di
Koridor Jalan Raya Porong Sebagai Upaya Peningkatan Estetika
Kota. Waktu, 12(2), 12-19.
Hartami, A. S. R. (2015). Evaluasi Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (Rth) Publik Pada
Kawasan Padat Lalulintas (Studi Kasus: Jl. Guntur Kecamatan Garut
Kota). Jurnal Konstruksi, 1
Santoso, M., & Hamidah, N. Potensi Koridor Jalan Yos Sudarso Sebagai Ruang Terbuka
Dan Lansekap Kota Palangka Raya. Inersia, 6(2).3(1).
Alifia, N., & Purnomo, Y. (2016). Identifikasi Letak Dan Jenis Ruang Terbuka Hijau Di
Kawasan Permukiman Perkotaan. Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, 3(2), 25-
35.
Mariana, Y. (2014). Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Rumah Susun Studi Kasus:
Rumah Susun Kebon Kacang dan Bendungan Hilir I. ComTech: Computer,
Mathematics and Engineering Applications, 5(2), 851-859.
Purnomo, A., & Susanti, R. (2010). Kajian Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (Rth)
Pada Koridor Jalan Mt. Haryono Kota Cilacap (Doctoral Dissertation,
Universitas Diponegoro).
Sasmita, D. F. (2009). Arahan Penataan Ruang Terbuka Hijau Pada Koridor Jalan
Jendral Sudirman Kota Singkawang (Doctoral Dissertation, Universitas
Diponegoro).