Handphoneku bergetar, pertanda ada sebuah panggilan masuk. Kulihat layar handphoneku di situ
tertera ‘mamah’ ah, ternyata mama yang meneleponku.
“Oh ya pastikan pintu rumah dan pagar jangan dikunci dahulu sebelum mamah dan papa sampai ya
nak!”
“iya mah.”
“Dahhh Bian.”
“Dahh mamah.”
Klik telepon dimatikan, ah syukurlah dengan ini aku jadi merasa lebih tenang dari sebelumnya. Ya,
aku sudah biasa ditinggal bekerja oleh kedua orangtuaku. Mereka berangkat selagi aku masih terlelap
di pagi hari dan kembali saat mataku mulai mengantuk, bahkan pernah kedua orangtuaku tidak
pulang jika tugas pekerjaan mereka sangat menumpuk. Terkadang aku merasa kesepian dan sangat
membutuhkan mereka terlebih jika malam tiba, tapi aku lebih memilih diam ketimbang merengek
seperti bayi.
Pada saat malam tiba suasana di dalam rumahku menjadi sangat sepi. Suara orang-orang yang selalu
terdengar di luar rumah saat matahari masih tampak tiba-tiba saja menghilang ketika malam datang.
Ingin rasanya kubuat agar pagi cepat menjelang, tapi rasanya tidak mungkin karena aku bukanlah
pengatur waktu.
Krekkk pintu utama rumahku berbunyi pertanda ada seseorang yang masuk. Kulihat jam masih
setengah sepuluh, tidak mungkin mama yang pulang pada jam segini. Situasi seperti ini membuatku
ketakutan dan kenapa ini seperti di buku yang tadi kubaca? Kulemparkan buku tersebut lebih jauh,
ku mengutuknya karena telah membawaku ke dalam ketakutan akan halusinasi yang sangat nyata.
Ku turun dari kasur mengambil gunting di atas meja rias milik mama dan memantapkan langkahku
untuk menuju pintu utama rumahku.
Tidak ada seorang pun di sini, aku yakin tadi itu hanya halusinasiku saja dan bahkan pintunya masih
tertutup rapat tanpa ada tanda-tanda sebelumnya terbuka. Tapi… sreett oh tidak kenapa ini? Kenapa
leherku sakit? Dan kenapa kepalaku terasa ringan, aku tidak dapat merasakan tubuhku. Dari sini aku
dapat melihat tubuhku terjatuh, terlalu banyak darah dan benda apa ini yang berada di depanku? Ah,
itu kakiku itu telapak kakiku. Aw kepalaku ditarik sebuah tangan, ah iya dia yang membunuhku.
“Anak itu telah di bereskan, sayangnya ia bukan anakku ia hanya anak suamiku dengan mantan
istrinya.” Ucap seorang wanita.
“Selanjutnya adalah ayahnya, hahahaha.”
Sumber : http://cerpenmu.com/cerpen-horor-hantu/keji.html