Oleh:
Arga Sevtyan Vallentyno
NIM. 0911253005
ABSTRAK
Dalam penelitian ini berisi tentang analisis kebijakan publik bidang kepariwisataan di
Kota Batu, Jawa Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah membahas mengenai bagaimana
kebijakan perencanaan pengelolaan Kota Batu dalam bidang kepariwisataan dengan konsep
ekowisata ditinjau dalam kerangka studi kebijakan publik. Masalah penelitian yang kedua
adalah bagaimana pemerintah Kota Batu menerapkan kebijakan penyelamatan dan
pelestarian lingkungan ditinjau dari kajian politik lingkungan yang mengacu pada Peraturan
Menteri Nomor 33 Tahun 2009 Tentang pedoman pengembangan ekowisata di daerah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati Jenis pendekatan yang dilakukan adalah deskriptif yang
digunakan untuk menjelaskan bagaimana proses pembuatan kebijakan kepariwisataan di Kota
Batu berdasarkan pengamatan awal yang akan dianalisa lebih mendalam oleh peneliti.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1). Dalam proses pembuatan kebijakan,
pemerintah Kota Batu sudah melakukan tahapan-tahapan sesuai dengan kerangka model dan
pendekatan dalam kajian kebijakan publik yaitu model sistem yang dikembangkan oleh
David Easton melalui pendekatan partisipatori yang melibatkan masyarakat dalam
pembuatannya. Sehingga kebijakan RIPPDA ini layak untuk dilanjutkan melihat dukungan
yang besar dan adanya sinergitas antara pemerintah daerah dengan stakeholder pembangunan
pariwisata di Kota Batu. (2). Menanggapi isu-isu pelestarian lingkungan yang mengacu pada
peraturan menteri dalam negeri nomor 33 tahun 2009 tentang pedoman pengembangan
ekowisata daerah, pemerintah Kota Batu juga telah mampu menyelenggarakan tata kelola dan
pemanfaatan lingkungan dengan baik dalam kerangka kajian politik lingkungan. Kebijakan
yang telah ditetapkan menjamin adanya perlindungan dan pelestarian ekosistem alam dalam
Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPDA) dan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kota Batu. Pemerintah Kota Batu menyadari bahwa perkembangan
kepariwisataan dan pertanian yang menjadi sektor unggulan Kota Batu sangat bergantung
kepada kelestarian alam. Maka, dengan adanya jaminian keberlangsungan ekosistem alam
pemanfaatan aset utama daerah akan maksimal dan mendatangkan banyak manfaat bagi
masyarakat Kota Batu maupun daerah sekitarnya.
Kata Kunci : Pemerintah Kota Batu, Kebijakan Publik, Ekowisata, Penyelamatan dan
Pelestarian Lingkungan.
I.
Pendahuluan
Kota Batu atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Kota Wisata Batu
(KWB) merupakan daerah administratif yang tergolong masih baru berdiri. Semenjak
dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2001 tentang
pembentukan Kota Batu secara resmi memisahkan diri dari wilayah Kabupaten Malang
menjadi daerah otonom yang mandiri. Kota Batu terbagi menjadi tiga kecamatan yaitu
Kecamatan Batu, Kecamatan Bumiaji, dan Kecamatan Junrejo terbagi menjadi 20 desa 4
kelurahan.
Pengembangan Kota Batu untuk dijadikan wilayah industri pariwisata
memberikan dampak positif terhadap pendapatan asli daerah yang kemudian dapat
dialokasikan untuk pembangunan insfrastruktur daerah. Nilai tambah inilah yang perlu
disadari oleh pemerintah daerah Kota Batu agar pengelolaan sumber-sumber pendapatan
daerah dapat terencana dengan sebaik-baiknya.
Menurut Wibowo, merujuk pada TAP MPR Nomor 9 Tahun 1998 menyatakan
bahwa mendayagunakan potensi pariwisata sebagai sumber devisa negara. Ditambah
dengan dikeluarkannya UU Nomor 9 tahun 1990 yang menjelaskan bahwa modal berupa
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan yang dimiliki bangsa
Indonesia perlu dimanfaatkan secara optimal melalui penyelenggaraan kepariwisataan
yang ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan memeratakan kesempatan
berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan
mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata Indonesia, serta memupuk rasa cinta tanah
air dan mempererat persahabatan antar bangsa (wibowo, 2007 : 3).
Dari sini pemerintah daerah Kota Batu perlu merumuskan formulasi kebijakan
dalam pengelolaan perencanaan daerah yang dalam hal ini menjadi tugas Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah. Dengan memperhatikan peraturan menteri dalam
negeri nomor 33 tahun 2009 tentang pedoman pengembangan ekowisata di daerah yang
tercantum dalam ketentuan umum salah satunya adalah ekowisata merupakan kegiatan
wisata alam di daerah yang bertanggungjawab dengan memperhatikan unsur pendidikan,
pemahaman, dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumberdaya alam, serta
peningkatan pendapatan masyarakat lokal. Pengembangan ekowisata adalah kegiatan
perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian ekowisata.
ekowisata
II.
Tinjauan Pustaka
II.1.
Kebijakan Publik
Kebijakan publik menurut Thomas R Dye adalah apapun yang dipilih
pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan. Sedangkan menurut Robert Eystone
kebijakan publik didefinisikan sebagai hubungan suatu unit pemerintah dengan
lingkungannya (Budi Winarno, 2012 : 20).
Kebijakan publik merupakan arah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah
dan mempunyai pengaruh terhadap kepentingan masyarakat secara luas. Dalam
analisis kebijakan publik mengenai kebijakan kepariwisataan Kota Batu, analisik
kebijakan berhubungan dengan penyelidikan dan deskripsi sebab-sebab beserta
konsekuensinya. Kita dapat menganalisis pembuatan, substansi, dan dampak dari
kebijakan itu termasuk siapa yang diuntungkan dan siapa aktor yang berperan di
dalamnya.
II.2.
Politik Lingkungan
Politik lingkungan adalah kajian yang membahas interaksi antar berbagai
elemen sistem dalam proses perumusan dan pengambilan kebijakan publik terhadap
masalah-masalah lingkungan. Dalam studi kajian politik lingkungan menurut Peter
Dauverger dalam Handbook of Global Environmental Politics, kajian politik
lingkungan global dimulai pada akhir 1960an hingga awal 1970an dimana ia
menganalisa tentang peran negara, lembaga-lembaga internasional, ekonomi politik
global, kekuasaan global, norma dan ideologi di bawah disiplin ilmu politik (Peter
Dauverger, 2005 : 5). Beberapa ahli lain juga beranggapan bahwa politik lingkungan
hidup mempelajari dampak ekologi dan ekonomi global seperti politik pertumbuhan,
perdagangan, korporasi, finansial dan konsumsi. Namun Dauverger menegaskan
bahwa sumbangan dan kontribusi utama dari kajian politik lingkungan ini adalah
meluasnya area riset interdisipliner dalam politik dan lingkungan.
Sedangkan menurut Garner, politik lingkungan membahas
secara
Pada
dasarnya
ekowisata
diselenggarakan
dengan
memperhatikan
II.4.
wisata
dapat
dipahami
dengan
melihat
tujuan
dari
pendapatan devisa
pada khususnya dan pendapatan negara dan masyarakat pada umumnya, perluasan
kesempatan kerja dan mendorong kegiatan-kegiatan industri penunjang dan industri
sampingan lainnya. Kemudian memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan
alam dan kebudayaan Indonesia. Serta meningkatkan persaudaraan atau persahabatan
nasional dan internasional (Yoeti Oka A, 1997 : 42).
III.
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah dengan metode penelitian kualitatif deskriptif.
Jenis pendekatan yang dilakukan adalah deskriptif yang digunakan untuk menjelaskan
bagaimana proses pembuatan kebijakan kepariwisataan di Kota Batu berdasarkan
pengamatan awal yang akan dianalisa lebih mendalam oleh peneliti. Penelitian ini
memilih lokasi di Kota Batu. Penelitian dilakukan selama kurang lebih 3 bulan, yakni
mulai dari bulan Oktober 2013 sampai Desember 2013. Pemilihan waktu dan tempat
penelitian adalah atas pertimbangan efisiensi waktu dan pembiayaan dalam penelitian.
Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan juga
wawancara mendalam atau depth interview. Tujuan dari observasi ini adalah untuk
mengetahui secara mendalam dan menyeluruh tentang mengenai kejadian-kejadian nyata
dan juga interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat tersebut (Wuisman, 1991 : 72).
Hasil dari observasi melalui pengamatan tersebut dapat dicatat dalam bentuk narasi.
Wawancara mendalam dilakukan untuk melengkapi data-data yang tidak diperoleh
melalui observasi dan wawancara biasa.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif sehingga dalam pengolahan
data akan dilakukan melalui pendeskripsian hasil wawancara yang telah dilakukan
dilapangan. Dalam penelitian kualitatif ini menggunakan analisis kualitatif yang
dikemukakan yakni data yang dimunculkan adalah data yang berupa kata-kata bukan
angka-angka, yang diperoleh melalui beberapa cara yakni observasi, wawancara serta
dokumen-dokumen penunjang lainnya. Analisis data menurut Miles dan Huberman
terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yakni reduksi data,
penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi (Miles & Huberman, 1992 : 16).
IV.
Sistem
politik
feedback
Sumber: Diolah. Winarno, 2013.
outputs
Bottom Up
RIPPDA
Keterlibatan
Stakeholders dalam
pembuatan kebijakan
Sumber: Diolah dari analisis penulis,
terhadap
peraturan
perundangan-undangan,
arah
kebijakan
Miles, Matthew B. Dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku
Sumber Tentang Metode-Metode Baru/ Matthew B. Miles, A. Michael Huberman.
Terj. Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pendit, Nyoman S. 1990. Ilmu Pariwisata Pengantar Perdana . Jakarta : Pradnya Paramita
Rudito, Bambang & Famiola, Melia. 2008. Social Mapping (Metode Pemetaan Sosial).
Bandung: Rekayasa Sains.
Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (Pemikiran Norman K. Denzin,
dan Egon Guba, serta Penerapannya). Yogyakarta: Tiara Wacana.
Wahab, Solichin A. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang: UPT Penerbitan
Universitas Muhammadiyah malang
Wibowo. 2007. Dampak Pengembangan Ekowisata Kawasan Wisata Gunung MerapiMerbabu Terhadap Perubahan Struktur Masyarakat. Surakarta: Skripsi
Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik : Teori, Proses, dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS
Wuisman, J. J. M. 1991. Metoda Penelitian Ilmu Sosial. Malang: Dwi Murni.
Yoeti, Oka A. 1996. Pemasaran Pariwisata. Bandung : Angkasa
Yoeti, Oka A. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta : PT. Pradnya
Paramita
DOKUMEN INSTANSI
Pemda Batu. 2010. RIPPDA Periode 2010-2020. Batu: Pemda Batu
Pemda Batu. 2011. RTRW Kota Batu Periode 2010-2030. Batu: Pemda Batu
Pemda Batu. 2012. Batu Milesstone (Informasi Potensi Daerah Kota Batu tahun 2012). Batu:
Pemda Batu
JURNAL
Hand Out Mata Kuliah Concept Resort And Leisure, Strategi Pengembangan Dan
Pengelolaan Resort And Leisure Gumelar S. Sastrayuda ( 2010)
INTERNET
Djogo, Tony. 2011. Politik Lingkungan. http://devenvist.blogspot.com/politik-lingkungan
diakses pada tanggal 24 Desember 2013 pukul 20.30 WIB