Anda di halaman 1dari 21

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/333507344

DAMPAK PEMBUANGAN SAMPAH BAGI MASYARAKAT DI SEKITAR TPSA


PIYUNGAN (STUDI KASUS: PIYUNGAN BANTUL, YOGYAKARTA)

Article · May 2019

CITATIONS READS

0 2,592

1 author:

Chinda Putri
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Final exam ekologi pemerintahan View project

All content following this page was uploaded by Chinda Putri on 31 May 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


DAMPAK PEMBUANGAN SAMPAH BAGI MASYARAKAT DI SEKITAR
TPSA PIYUNGAN (STUDI KASUS: PIYUNGAN BANTUL,
YOGYAKARTA)

Dosen Pengampu: Eko Priyo P, S.IP,. M.Si., M. Res,Ph.D

Ditulis Oleh:

Chinda Dwitha Putri

20160520126

Kelas: E

Ekologi Pemerintahan

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019
Abstrak

Sampah merupakan masalah yang cukup besar karena dampak yang


dihasilkan sangat merugikan bagi manusia baik itu untuk kesehatan maupun
lingkungan. Kondisi tersebut terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya di
tempat pembuangan sampah akhir (TPSA) Piyungan. Penelitian ini adalah
penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode deskriptif yang bertujuan
untuk menganalisis dampak pembuangan sampah bagi masyarakat sekitar di
tempat pembuangan sampah akhir (TPSA) Piyungan. Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) mengalami masalah yang cukup berat terkait dengan masalah
pengelolaan sampah yang akan berdampak bagi masyarakat khususnya bagi
masyarakat yang tinggal di sekitar tempat pembuangan sampah akhir (TPSA)
Piyungan. Setiap tahunnya, produksi sampah semakin mengalami peningkatan
seperti yang terjadi di TPSA Piyungan. Sementara, lahan yang ada di TPSA
Piyungan terbatas. Untuk mengurangi dampak pembuangan sampah bagi
masyarakat yang tinggal di sekitar TPSA Piyungan, upaya yang dilakukan
pemerintah setempat yaitu dengan membuat kebijakan pengelolaan sampah.
Dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 pengelolaan sampah adalah suatu
kegiatan yang terstruktur, merata, dan berkelanjutan yang mencakup mengurangi
dan menangani sampah. Adapun upaya pengelolaan sampah bisa dilakukan yaitu
dengan cara Reuse, Reduce, dan Recycle atau yang biasa disingkat dengan 3 R.

Kata Kunci: Sampah, Dampak Pembuangan, Masyarakat, TPSA Piyungan,


Pengelolaan Sampah.
Latar Belakang

Sampah merupakan masalah yang sangat serius yang sering terjadi di kota-
kota besar dengan jumlah penduduk yang sangat banyak. Permasalahan sampah
tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi sudah mendunia. Produksi sampah
yang terus mengalami peningkatan bersamaan dengan pertambahan kuantitas
penduduk yang kian membludak menyebabkan tingginya angka produksi sampah.
Sampah adalah konsekuensi dari adanya kegiatan manusia yang
menghasilkan buangan (Dwiyatmo, 2007). Sampah mempunyai berbagai macam
kandungan racun seperti logam, insektisida, dan lain sebagainya sehingga sangat
berbahaya bagi manusia. Dalam kehidupan manusia, tidak pernah terlepas dari
masalah sosial seperti masalah sampah. Pada dasarnya, sebagian besar sampah
yang dihasilkan di tempat pembuangan sampah akhir (TPSA) yaitu sampah
organik yang sifatnya mudah terurai dan sampah anorganik yang sifatnya tidak
bisa terurai. Sampah organik adalah sampah yang terdiri dari zat-zat organik yang
bisa diuraikan seperti daun, sisa-sisa makanan dan lain sebagainya. Sedangkan
sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari benda yang tidak bisa terurai
seperti kertas, kaleng, plastik, logam, dan lain sebagainya.

Pertumbuhan jumlah manusia yang semakin meningkat tentunya sangat


mempengaruhi kuantitas sampah itu sendiri. Makin meningkatnya jumlah
penduduk, maka makin meningkat pula sampah yang ada di lingkungan. Masalah
sampah merupakan gejala sosial yang harus mendapatkan perhatian khusus dari
semua pihak baik itu dari pihak pemerintah maupun pihak masyarakat. Sampah
merupakan masalah yang cukup besar karena dampak yang dihasilkan sangat
merugikan bagi manusia baik itu untuk kesehatan maupun lingkungan. Kondisi
tersebut terjadi di Kota Yogyarakarta tepatnya di tempat pembuangan sampah
akhir (TPSA) Piyungan. Setiap tahunnya, produksi sampah di Kota Yogyakarta
selalu mengalami peningkatan. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota yang
menghasilkan sampah terbanyak. Sampah-sampah dari tempat pembuangan
sementara (TPS) sampah nantinya akan diangkut ke tempat pembuangan akhir
(TPA) sampah di Piyungan. Sampah yang dihasilkan dan kemudian diangkut ke
tempat pembuangan sampah akhir (TPSA) di Piyungan berasal dari Kota
Yogyakarta, Sleman, Kulon Progo, Gunung Kidul, dan Bantul. Produksi sampah
yang dihasilkan tidak sebanding dengan jumlah tempat pembuangan sementara
(TPS) sampah yang ada. Hal ini merupakan kendala yang dihadapi pemerintah
setempat terkait produksi sampah yang kian meningkat sedangkan lahan untuk
menampung sampah-sampah yang sangat banyak di tempat pembuangan sampah
akhir (TPSA) Piyungan sangat terbatas. Hal ini tentunya memberikan dampak
bagi masyarakat yang tinggal di sekitar TPSA Piyungan tersebut. Apabila sampah
di TPSA Piyungan terus menumpuk dan tidak segera dikelola, maka masyarakat
yang tinggal di sekitar lingkungan tersebut akan terkena dampak seperti mencium
bau-bau yang tidak sedap yang berasal dari tempat pembuangan sampah akhir
(TPSA) tersebut. Dampak lain yang dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di
sekitar tempat pembuangan sampah akhir (TPSA) Piyungan yaitu timbulnya
berbagai macam bibit penyakit, polusi udara dan lain sebagainya.

Dalam hal ini, pemerintah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki


tanggung jawab untuk melakukan pengelolaan sampah. Pemerintah setempat ikut
serta dalam menangani permasalahan sampah yang terjadi. Pemerintah sebagai
bentuk pelayanan publik, yaitu dengan membuat kebijakan dalam pengelolaan
sampah. Dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 pengelolaan sampah
adalah suatu aktivitas yang terstruktur, merata, dan berkelanjutan yang mencakup
mengurangi dan menangani sampah. Pengelolaan sampah ini bertujuan untuk
memajukan kesehatan masyarakat dan meningkatkan mutu lingkungan serta
menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengolaan sampah diharapkan dapat
mengurangi dampak pembuangan sampah di tempat pembuangan sampah akhir
(TPSA) Piyungan. Dalam melakukan pengelolaan sampah, kendala yang dihadapi
oleh pemerintah yaitu lahan tempat pembuangan akhir (TPA) yang masih sangat
terbatas. Masalah lain yang dihadapi yaitu sarana dan prasarana yang masih
kurang, serta kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada
tempatnya dan mengelola sampah organik menjadi barang atau benda yang
bermanfaat kembali.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana Dampak Pembuangan Sampah Bagi Masyarakat di Sekitar


TPSA Piyungan?

Studi Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa studi terdahulu


berupa jurnal yang akan diklasifikasikan sebagai berikut:

Penelitian pertama, yaitu jurnal penelitian yang dilakukan oleh Asti Mula
Sari, Adi Heru Husodo, Noeng Muhadjir (2016) dengan penelitian yang berjudul
―Analisis Situasi Permasalahan Sampah Kota Yogyakarta Dan Kebijakan
Penanggulangannya‖. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis
kualitatif yang dimana hasil penelitiannya yaitu permasalahan sampah di Kota
Yogyakarta bagian hilir, yaitu permasalahan sampah yang kian mengalami
peningkatan. Masalah yang terjadi dikarenakan adanya kekurangan terkait
sumberdaya dan anggaran. Permasalahan di bagian hulu, terletak pada pihak yang
mengelolah sampah akhir di TPA Piyungan dikarenakan teknologi yang
diterapkan belum terlaksana dengan baik. Penyelesaian masalah sampah di Kota
Yogyakarta diselesaikan dengan menerapkan kebijakan pengelolaan sampah.

Penelitian kedua, yaitu jurnal penelitian yang dilakukan oleh Ambar


Teguh Sulistiyani dan Yulia Wulandari (2017) dengan penelitian yang berjudul
―Proses Pemberdayaan Masyarakat Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan,
Kabupaten Bantul dalam Pembentukan Kelompok Pengelola Sampah Mandiri‖.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode action research yang dimana
hasil penelitiannya yaitu tahapan pemberdayaan yang berhasil diterapkan kepada
masyarakat di Desa Sitimulyo, dengan mengeluarkan produk pupuk organik dan
organisasi KPSM Ngudi Makmur. Metode motivasi dan penyuluhan, edukasi
masyarakat, konsultasi, serta pendampingan yang digunakan merupakan metode
yang saling melengkapi. Metode-metode diatas sudah sinkron dengan
permasalahan yang dihadapi Desa Sitimulyo.
Penelitian ketiga, yaitu jurnal penelitian yang dilakukan oleh Elida F. S.
Simanjorang (2014) dengan penelitian yang berjudul ―Dampak Manajemen
Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat Dan Lingkungan Di TPAS Namo
Bintang Deliserdang‖. Dalam penelitian ini peneliti mengunakan metode
pendekatan kualitatif yang dimana hasil penelitiannya adalah dampak TPAS bagi
masyarakat lebih condong ke arah negatif. Hal ini dikarenakan pengaruh dari
berdirinya TPAS di Namo Bintang ini menyebabkan banyaknya gangguan pada
kesehatan, pendidikan, dan pendapatan masyarakat sekitar.

Penelitian keempat yaitu jurnal penelitian yang dilakukan oleh I Nyoman


Wardi (2011) dengan penelitian yang berjudul ―Pengelolaan Sampah Berbasis
Sosial Budaya: Upaya Mengatasi Masalah Lingkungan Di Bali‖. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif yang dimana hasil
penelitiannya yaitu masyarakat mengelolah sampah dengan baik menjadi bentuk
kompos sehingga memberi keuntungan berupa meningkatnya pendapatan desa,
menampung tenaga kerja lokal sehingga mengurangi pengangguran, dan
memperoleh keuntungan sosial.

Penelitian kelima yaitu jurnal penelitian yang dilakukan oleh Donna


Asteria dan Heru Heruman (2015) dengan penelitian yang berjudul ―Bank
Sampah Sebagai Alternatif Strategi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Di
Tasikmalaya (Bank Sampah (Waste Banks) As An Alternative Of Community-
Based Waste Management Strategy In Tasikmalaya)‖. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan metode partisipasi-emansipatoris yang dimana hasil
penelitiannya yaitu munculnya bank sampah membawa adanya capacity building
untuk masyarakat dengan mengusahakan terbentuknya kemandirian ,keswadayaan
kesadaran, pengetahuan, dan kemampuan masyarakat yang bisa keikutsertaan
dalam mengelola lingkungan di komunitasnya.

Penelitian keenam yaitu jurnal penelitian yang dilakukan oleh Sri Subekti
(2010) dengan penelitian yang berjudul ―Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 3r
Berbasis Masyarakat‖. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode
deskriptif kualitatif yang dimana hasil penelitiannya yaitu perlu adanya
keikutsertaan masyarakat untuk melakukan pengolahan sampah yang bisa
dilakukan mulai dari rumah tangga menggunakan cara melakukan pemilihan
sampah yang bersifat organik, sampah anorganik maupun sampah B3. Proses
pemilihan tesebut memudahkan untuk melakukan proses pengolahan selanjutnya.
Penelitian ketujuh yaitu jurnal penelitian yang dilakukan oleh Rizqi Puteri
Mahyudin (2017) dengan penelitian yang berjudul ―Kajian Permasalahan
Pengelolaan Sampah dan Dampak Lingkungan di TPA (Tempat Pemrosesan
Akhir) Study of Waste Problem and Landfill Enviromental Impact‖. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif yang dimana hasil
penelitiannya yaitu masalah utama dalam pengelolaan sampah adalah sistem yang
tidak tepat sehingga sampah tidak mengalami proses pengelolaan dan pengolahan
melalui TPA. Pengelolaan TPA yang bersifat terpadu merupakan keinginan semua
masyarakat.

Penelitian kedelapan yaitu jurnal penelitian yang dilakukan oleh


Rosmidah Hasibuan (2016) dengan penelitian yang berjudul ―Analisis Dampak
Limbah/Sampah Rumah Tangga Terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup‖.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif yang
dimana hasil penelitiannya yaitu pengaruh sampah rumah tangga yang dibuang
sembarangan dapat menyebabkan menurunnya kualitas air yang akhirnya tidak
bisa digunakan lagi. Pengaruh lainnya seperti pembuangan limbah atau sampah ke
air laut yang akan menyebabkan terjadinya perubahan air laut sehingga
kehidupan air laut terancam punah..

Penelitian kesembilan yaitu jurnal penelitian yang dilakukan oleh


Setyowati Sabella (2014) dengan penelitian yang berjudul ―Risiko Gangguan
Kesehatan Pada Masyarakat di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
Tanjungrejo Kabupaten Kudus‖. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
metode deskriptif yang dimana hasil penelitiannya yaitu resiko kesehatan yang
terganggu dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di sekeliling tempat
pembuangan akhir (TPA) yang disebabkan oleh keberadaan lalat yang sangat
padat di TPA tersebut. Kurangnya pemahaman masyarakat Tanjungrejo akan
pentingnya menutup wadah tempat penyimpanan air, menyangkutkan pakaian,
menyebar bubuk abate dan membudidayakan ikan yang memakan jentik-jentik
untuk mengurangi resiko gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan yang banyak
dirasakan oleh masyarakat di TPA sampah Tanjungrejo adalah penyakit
chikungunya.

Penelitian kesepuluh yaitu jurnal penelitian yang dilakukan oleh Iswanto,


Sudarmadji, Endang Tri Wahyuni, dan Adi Heru Sutomo (2016) dengan
penelitian yang berjudul ―Timbulan Sampah B3 Rumahtangga dan Potensi
Dampak Kesehatan Lingkungan di Kabupaten Sleman, Yogyakarta (Generation of
Household Hazardous Solid Waste and Potential Impacts on Environmental
Health in Sleman Regency, Yogyakarta)‖. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode kualitatif yang dimana hasil penelitiannya yaitu pada tahun
2013 tumpukan sampah SB3-RT yang ada di Kabupaten Sleman berjumlah 2,81
ton/hari atau 2,44 g/orang/hari, angka tersebut lebih besar bila dibandingkan
dengan rata-rata tumpukan sampah yang ada di Padang, tetapi lebih kecil jika
dibandingkan dengan rata-rata timbulan SB3-RT di dunia (1%). SB3-RT yang
dihasilkan Kabupaten Sleman mempunyai semua karakteristik sebagai limbah B3
yaitu mudah meledak, mudah menyala, korosif, infeksius, rekatif dan beracun.
Hal ini bisa menyebabkan keracunan akut, kelainan dan kerusakan organ tubuh;
gangguan pada sistem tubuh, dan lain-lain.

Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa permasalahan


sampah selalu mengalami peningkatan hal ini bersamaan dengan pertambahan
kuantitas penduduk yang kian mengalami peningkatan. permasalahan sampah
merupakan masalah yang serius karena akan berdampak pada gangguan kesehatan
manusia, pencemaran lingkungan dan polusi udara. Untuk itu pemerintah
membuat suatu kebijakan untuk mengurangi permasalahan sampah yang terjadi
dengan menetapkan kebijakan pengelolaan sampah. pengelolaan sampah
diharapkan mampu mengatasi masalah sampah khususnya permasalahan sampah
yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kerangka Teori

Sampah

Berdasarkan dengan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.


184/KPTS/1990 tentang pengesahan 18 konsep SNI bidang PU, pengertian
sampah adalah sebagai berikut :

a. Sampah adalah limbah yang berasal dari aktivitas yang dilakukan oleh
manusia yang bersifat organik dan bersifat anorganik yang sudah tidak digunakan
atau tidak terpakai lagi.

b. Sampah kota adalah sampah yang muncul di wilayah perkotaan (bukan


dimaksudkan sebagai sampah yang rawan bahaya dan mempunyai racun).

Masyarakat
Orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mereka
mempunyai kesamaan wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan
perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan. (Soermardjan, 2006).

Metodologi Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kualitatif,


dengan menggunakan metode deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang mengungkapkan fakta, kejadian, ataupun fenomena dan cenderung
menggunakan analisis. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui sumber pertama yang
berasal dari masyarat yang tinggal di sekitar tempat pembuangan sampah akhir
(TPSA) Piyungan.

Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung tetapi melalui
sumber kedua seperti melalui jurnal, buku, artikel, Undang-Undang, dan lain
sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Unit analisa dalam
penelitian ini adalah tempat pembuangan sampah akhir (TPSA) Piyungan.
Penelitian ini dilakukan di lingkungan TPSA Kecamatan Piyungan, Kabupaten
Bantul.
Hasil & Pembahasan

Berbicara soal sampah memang tidak akan pernah ada habisnya. Sampah
setiap harinya semakin bertambah banyak, hal ini dikarenakan jumlah penduduk
yang semakin meningkat namun keberadaan ruang lingkup hidup manusia tetap,
objek buangan ini dikenal dengan sebutan sampah (Wahid Iqbal Mubarak dan
Nurul Chayatin, 2009:275). Menurut WHO (World Health Organization), sampah
merupakan suatu barang atau benda yang berasal dari aktivitas manusia yang
sudah tidak digunakan, tidak terpakai, dan dibuang oleh manusia. Sampah pada
dasarnya adalah suatu objek yang tidak terpakai dan terbuang dari hasil aktivitas
yang dilakukan manusia ataupun proses alam yang tidak memiliki nilai
ekonomi,bahkan dapat menimbulkan nilai ekonomi yang negatif. Hal ini
dikarenakan perlu biaya yang cukup besar dalam melakukan penanganan sampah
tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa terlepas dari masalah
sampah. Produksi sampah setiap tahun tentunya semakin mengalami peningkatan
seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Jumlah ataupun volume sampah
seimbang dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang atau material yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan yang sering terjadi dalam
melakukan penangangan sampah yaitu adanya ketidakseimbangan antara produksi
dengan kemampuan dalam hal pengelolaan, volume sampah yang terus
mengalami peningkatan sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk,
transformasi taraf hidup dan gairah aktivitas masyarakat.

Permasalahan lingkungan mengenai sampah juga dialami oleh Daerah


Istimewa Yogyakarta (DIY). Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami
masalah yang cukup berat terkait dengan masalah pengelolaan sampah yang akan
berdampak bagi masyarakat khususnya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar
tempat pembuangan sampah akhir (TPSA) Piyungan. Setiap tahunnya, produksi
sampah semakin mengalami peningkatan seperti yang terjadi di TPSA Piyungan.
Tempat pembuangan sampah akhir (TPSA) Piyungan adalah tempat pembuangan
sampah akhir yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sampah yang
diangkut ke tempat pembuangan sampah akhir (TPSA) Piyungan berasal dari
Kota Yogyakarta, Sleman, Kulon Progo, Gunung Kidul, dan Bantul. Sampah yang
dihasilkan pun bermacam-macam, mulai dari sampah yang bersifat organik
(sampah yang mudah terurai) dan sampah yang bersifat anorganik (tidak bisa
terurai). Tidak hanya itu, sampah lainnya seperti sampah rumah tangga ditambah
dengan akumulasi sampah yang ada di pusat-pusat pelayanan publik dan
pariwisata, yang belum dipilah dan belum diolah. Pada tahun 2013, konsumsi
rumah tangga di DIY memiliki pertumbuhan dengan jumlah 1,39%, kemudian
mengalami penurunan pada tahun 2014 dengan jumlah 0,92% (Hadi, 2014),
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 sebesar 5,40% kemudian
mengalami penurunan menjadi 5,18% pada tahun 2014 (BPS, 2015). Akan tetapi,
meskipun mengalami penurunan tingkat konsumsi rumah tangga dan
pertumbuhan ekonomi DIY, produksi sampah di DIY semakin meningkat drastis
pada tahun 2015. Tingkat produksi sampah ini disebabkan karena adanya
peningkatan daya tarik DIY sebagai kota tujuan untuk wisata kedua setelah Bali.
Tidak hanya itu, penyebab lainnya yaitu DIY sebagai kota pelajar yang akhirnya
mengundang pelajar dan mahasiswa untuk menempuh pendidikan lanjut di DIY.
Setiap harinya, wisatawan yang berkunjung ke DIY ialah 2.000 orang per hari,
bahkan bisa lebih dari itu saat hari libur (Yulianingsih, 2012). Pertumbuhan
mahasiswa juga setiap tahunya meningkat. Pada tahun 2011–2012, dari sampel
perguruan tinggi DIY (UGM, UNY, UMY, UAD, dan UII) adalah dari 23.400
orang menjadi 29.639 (Bisnis Com, 12 Juli 2016), sehingga DIY berisiko terjadi
pertumbuhan sampah seperti tersaji pada grafik berikut (Kartamantul, 2013).

Grafik Jumlah Sampah per-tahun di DIY Tahun 2004-2008

Pada tahun 2004—2008 Kota Yogyakarta merupakan penghasil sampah


terbesar, kendati pada tahun 2007—2008 mengalami penurunan. Kabupaten
Sleman menempati posisi kedua, dengan selisih volume sampah sangat besar jika
dibandingkan dengan Kota Yogyakarta. Kabupaten Bantul, sebagai tuan rumah
tempat pembuangan sampah akhir (TPSA), justru menempati posisi terendah,
bahkan tahun 2008 mengalami penurunan. Berikut data volume sampah di TPSA
Piyungan:

Grafik Volume Sampah di TPSA Piyungan Tahun 2008-2013

Volume terendah yaitu di tahun 2009, sedangkan volume tertinggi yaitu di


tahun 2012. Gejala fluktuasi volume sampah memperlihatkan adanya perubahan
pada perilaku masyarakat, sehingga secara internal dapat mengatur volume
sampah. tetapi, pada kenyataannya kemandirian dalam pengelolaan sampah belum
menjadi gerakan masif, sehingga belum berdampak pada penurunan volume
secara relevan. Bahkan, akhir-akhir ini volume sampah mengalami peningkatan
kembali, yakni pada tahun 2015 melonjak sampai 450 ton per hari (Maharani,
2015), sehingga mencapai kurang lebih 164.250 ton/tahun.
Gambar 1. Jumlah Timbulan Sampah di Kota Yogyakarta yang Dibuang
ke TPSA Piyungan Tahun 2014

Sumber: https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/3989

Pertumbuhan jumlah penduduk di DIY yang semakin membludak dan


percepatan pertumbuhan industri yang semakin berkembang pesat tentunya bisa
berdampak pada kuantitas sampah yang dihasilkan seperti limbah plastik, kertas,
serta produk yang memiliki kandungan B 3 (Bahan Beracun Berbahaya).
Kuantitas dan macam-macam sampah, bergantung dari tren kehidupan dan jenis
barang yang digunakan. Makin tinggi perekonomian dalam rumah tangga maka
makin beragam kuantitas sampah yang dihasilkan. Masalah lainnya yaitu masih
ditemui tumpukan-tumpukan sampah di sungai yang dapat menimbulkan
pengaruh negatif bagi lingkungan yang bisa menyebabkan kesehatan manusia
terganggu khususnya bagi masyarakat yang menetap di sekeliling tempat
pembuangan sampah akhir (TPSA) Piyungan.
Gambar Kondisi di TPSA Piyungan

Sumber foto:
https://www.google.com/search?safe=strict&biw=1366&bih=657&tbm=isch&sa=1
&ei=FofvXPCVKbvaz7sP1d2C0AI&q=kondisi+tpsa+piyungan+terkini&oq=kondisi+tps
a+piyungan+terkini&gs_l=img.3...54997.59858..60821...0.0..0.241.1491.0j5j3......0...
.1..gws-wiz-img.ZoMG867jub4#imgrc=vlxYi4P3yP-s3M:

 Dampak pembuangan sampah bagi masyarakat di sekitar TPSA Piyungan

Ada dua dampak pembuangan sampah bagi masyarakat di sekitar TPSA


Piyungan yaitu dampak positif dan dampak negatif.

1. Dampak positif
- Sampah bermanfaat untuk menimbun lahan seperti rawa-rawa dan
dataran rendah.
- Sampah bisa dimanfaatkan sebagai pupuk. Seperti sampah daun kering
yang bisa dijadikan sebagai pupuk kompos.
- Sampah bisa dimanfaatkan untuk memberi pakan ternak. Akan tetapi harus
melalui proses pengelolaan terlebih dahulu.
2. Dampak negatif
a. Pengaruh terhadap kesehatan, sampah sebagai tempat berkembangnya
bibit-bibit penyakit. Penyakit yang sering menyerang manusia akibat
adanya penumpukan sampah yaitu penyakit demam berdarah yang
disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypty yang berkembangbiak di
lingkungan TPSA Piyungan, penyakit sesak nafas, penyakit saluran
pencernaan seperti diare dan typus, dapat menyebabkan sakit kulit yang
disebabkan melalui kontak langsung maupun melalui udara, dan lain-
lainnya.
b. Pengaruh terhadap lingkungan, keadaan lingkungan sekitar tempat
pembuangan sampah akhir (TPSA) Piyungan menjadi tidak sedap dilihat .
hal ini dikarenakan banyak sampah yang berserakanb bahkan sudah
menumpuk menjadi bukit.
- Aktivitas pembusukan sampah yang dilakukan bakteri bisa menciptakan
gas-gas tertentu yang bisa mendatangkan bau busuk.
- Proses membakar sampah yang dilakukan di tempat pembuangan sampah
akhir (TPSA) Piyungan bisa menyebabkan udara menjadi tercemar dan
dapat menimbulkan terjadinya kebakaran yang lebih luas.
- Ketika waktu hujan tiba, sampah yang menggunung bisa menimbulkan
bencana banjir.
- Air yang ada di sekitar tempat tersebut menjadi tercemar.
- Tanah menjadi tercemar akibat adanya kandungan beracun yang berasal
dari sampah tersebut.
- Menurunnya tingkat kesuburan tanah.
c. Pengaruh terhadap sosial dan ekonomi budaya masyarakat
- Keadaan lingkungan yang tidak sedap dipandang mata akan menurunkan
minat wisatawan untuk datang berkunjung ke daerah Piyungan.
- Resiko mengalami penyakit tinggi sehingga banyak masyarakat yang
tinggal di sekitar tempat pembuangan sampah akhir (TPSA) Piyungan
tidak bekerja dikarenakan sakit.
- Kualitas sumber daya alam menurun sehingga kualitas produksi juga ikut
menurun.
- Kegiatan untuk memperbaiki keadaan lingkungan yang mengalami
kerusakan akan membutuhkan anggaran yang besar .
 Upaya pemerintah dalam mengurangi dampak pembuangan sampah bagi
masyarakat di sekitar TPSA Piyungan:
Untuk mengurangi dampak pembuangan sampah bagi masyarakat yang
tinggal di sekitar TPSA Piyungan, pemerintah setempat memiliki upaya
diantaranya dengan melakukan pengelolaan sampah. Di dalam ketentuan
UU No.18/2008 tentang Pengelolaan Sampah menyatakan bahwa sampah
adalah sisa aktivitas sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Dengan adanya UU No. 18 /2008 tentang Pengelolaan
Sampah maka perlu suatu pengelolaan sampah dengan maksimal. Adapun
upaya pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan melalui bank sampah.
Bank sampah merupakan pendekatan penerapan Reuse, Reduce,dan
Recycle (3 R) adalah kegiatan memperlakukan sampah dengan cara,
menggunakan kembali, mengurangi dan mendaur ulang.
1. Reuse (menggunakan kembali) : yaitu menggunakan kembali sampah
yang masih layak digunakan.
2. Reduce (mengurangi) : yaitu mengurangi segala bentuk yang bisa
mengakibatkan munculnya sampah.
3. Recycle (mendaur ulang) : yaitu memakai kembali sampah setelah
melalui proses pengolahan yang baik.

Pemerintah Kota Yogyakarta selalu menggerakkan masyarakat


untuk mengolah sampah dengan bijak dan memberikan sosialisasi dan
edukasi untuk masyarakat Yogyakarta khususnya masyarakat yang
menetap di sekitar tempat pembuangan sampah akhir (TPSA) Piyungan.
Usaha lain yang dilakukan Pemerintah Kota Yogyakarta untuk
mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPSA Piyungan yaitu
dengan melakukan pengelolaan berbasis wilayah supaya pengelolaan
sampah terhenti di wilayah.
Kesimpulan:

Sampah merupakan masalah yang sangat serius yang sering terjadi di kota-
kota besar dengan jumlah penduduk yang sangat banyak. Produksi sampah yang
kian mengalami peningkatan bersamaan dengan pertambahan kuantitas penduduk
yang kian membludak menyebabkan tingginya angka produksi sampah. Menurut
WHO (World Health Organization), sampah merupakan suatu barang atau benda
yang berasal dari aktivitas manusia yang sudah tidak digunakan, tidak terpakai,
dan dibuang oleh manusia. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami
masalah yang cukup berat terkait dengan masalah pengelolaan sampah yang akan
berdampak bagi masyarakat khususnya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar
tempat pembuangan sampah akhir (TPSA) Piyungan. Setiap tahunnya, produksi
sampah semakin mengalami peningkatan seperti yang terjadi di TPSA Piyungan.
Pada tahun 2013, konsumsi rumah tangga di DIY memiliki pertumbuhan dengan
jumlah 1,39%, kemudian mengalami penurunan pada tahun 2014 dengan jumlah
0,92% (Hadi, 2014), dengan tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013
sebesar 5,40% kemudian mengalami penurunan menjadi 5,18% pada tahun 2014
(BPS, 2015). Akan tetapi, meskipun mengalami penurunan tingkat konsumsi
rumah tangga dan pertumbuhan ekonomi DIY, produksi sampah di DIY semakin
meningkat drastis pada tahun 2015. Tingkat produksi sampah ini disebabkan
karena adanya peningkatan daya tarik DIY sebagai kota tujuan untuk wisata kedua
setelah Bali. Tidak hanya itu, penyebab lainnya yaitu DIY sebagai kota pelajar
yang akhirnya mengundang pelajar dan mahasiswa untuk menempuh pendidikan
lanjut di DIY.

Dampak positif:
- Sampah bermanfaat untuk menimbun lahan
- Sampah bisa dimanfaatkan sebagai pupuk
- Sampah bisa dimanfaatkan untuk memberi pakan ternak

Dampak negatif:

- Gangguan kesehatan
- Pencemaran lingkungan
- Kualitas sumber daya alam menurun sehingga kualitas produksi juga ikut
menurun

Untuk mengurangi dampak pembuangan sampah bagi masyarakat yang


tinggal di sekitar TPSA Piyungan, upaya yang dilakukan pemerintah setempat
yaitu dengan membuat kebijakan pengelolaan sampah. Berikut usaha
pengelolaan sampah yang bisa dilakukan yaitu dengan cara Reuse, Reduce,
dan Recycle atau biasa disingkat 3 R. 3 R adalah aktivitas memberlakukan
sampah dengan cara, memanfaatkan atau menggunakan kembali, mengurangi
memakai barang yang bisa menjadi sampah dan mendaur ulang atau mengolah
kembali. Dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 pengelolaan sampah
adalah suatu kegiatan yang terstruktur, merata, dan berkelanjutan yang
mencakup mengurangi dan menangani sampah. Pengelolaan sampah ini
bertujuan untuk memajukan kesehatan masyarakat, meningkatkan mutu
lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya, serta mengurangi
dampak pembuangan sampah bagi masyarakat yang tinggal di sekitar tempat
pembuangan (TPSA) Piyungan.

Pemerintah Kota Yogyakarta selalu menggerakkan masyarakat untuk


mengolah sampah dengan bijak dan memberikan sosialisasi dan edukasi untuk
masyarakat Yogyakarta khususnya masyarakat yang menetap di sekitar tempat
pembuangan sampah akhir (TPSA) Piyungan. Usaha lain yang dilakukan
Pemerintah Kota Yogyakarta untuk mengurangi jumlah sampah yang dibuang
ke TPSA Piyungan yaitu dengan melakukan pengelolaan berbasis wilayah
supaya pengelolaan sampah terhenti di wilayah.
Daftar Pustaka:

Jurnal:

Mulasari, S. A., Husodo, A. H., & Muhadjir, N. (2016). Analisis situasi


permasalahan sampah kota Yogyakarta dan kebijakan
penanggulangannya. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(2), 259-269.

Sulistyani, A. T., & Wulandari, Y. (2017). Proses Pemberdayaan Masyarakat


Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Dalam Pembentukan
Kelompok Pengelola Sampah Mandiri (KPSM). Jurnal Pengabdian kepada
Masyarakat (Indonesian Journal of Community Engagement), 2(2), 146-162.

Simanjorang, E. F. S. (2014). Dampak Manajemen Pengelolaan Sampah Terhadap


Masyarakat Dan Lingkungan Di Tpas Namo Bintang
Deliserdang. ECOBISMA (Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Manajemen), 1(2), 34-
47.

Wardi, I. N. (2011). Pengelolaan sampah berbasis sosial budaya: Upaya mengatasi


masalah lingkungan di Bali. Bumi Lestari Journal of Environment, 11(1),
167-177.

Asteria, D., & Heruman, H. (2016). Bank Sampah Sebagai Alternatif Strategi
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Di Tasikmalaya (Bank Sampah
(Waste Banks) as an Alternative of Community-based Waste Management
Strategy in Tasikmalaya). Jurnal Manusia dan Lingkungan, 23(1), 136-141.

Subekti, S. (2010). Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 3R Berbasis


Masyarakat. Prosiding SNST Fakultas Teknik, 1(1).

Mahyudin, R. P. (2017). Kajian Permasalahan Pengelolaan Sampah dan Dampak


Lingkungan di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir). Jukung (Jurnal Teknik
Lingkungan), 3(1).

Hasibuan, R. (2016). Analisis Dampak Limbah/Sampah Rumah Tangga Terhadap


Pencemaran Lingkungan Hidup. Jurnal Ilmiah Advokasi, 4(1), 42-52.

Sabella, S. (2014). Risiko Gangguan Kesehatan Pada Masyarakat di Sekitar


Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Tanjungrejo Kabupaten
Kudus (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG).
Iswanto, I., Sudarmadji, S., Wahyuni, E. T., & Sutomo, A. H. (2016). Timbulan
Sampah B3 Rumahtangga Dan Potensi Dampak Kesehatan Lingkungan Di
Kabupaten Sleman, YOGYAKARTA (Generation of Household Hazardous
Solid Waste and Potential Impacts on Environmental Health in Sleman
Regency, YOGYAKARTA). Jurnal Manusia dan Lingkungan, 23(2), 179-
188.

Website:

https://www.psychologymania.com

https://brainly.co.id

https://dosenbiologi.com/lingkungan/dampak-sampah-plastik

http://indofakta.com/news_16049.html

https://www.google.com/search?safe=strict&biw=1366&bih=657&tbm=isch&sa=1&ei=F
ofvXPCVKbvaz7sP1d2C0AI&q=kondisi+tpsa+piyungan+terkini&oq=kondisi+tpsa+piy
ungan+terkini&gs_l=img.3...54997.59858..60821...0.0..0.241.1491.0j5j3......0....1..g
ws-wiz-img.ZoMG867jub4#imgrc=vlxYi4P3yP-s3M:

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai