Oleh :
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Mengetahui,
Mengesahkan, Mengetahui,
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Peraturan Bersama antara Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan No 34 tahun 2005 dan
No 1138/menkes/PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat. Lampiran I
Bagian II Tujuan
2
Tabel di atas menjelaskan mengenai jumlah wisatawan yang berkunjung ke
beberapa objek wisata di Kota Batu dalam kurun waktu tahun 2013,2014, dan 2015.
Kota Batu memiliki beragam objek wisata terkemuka seperti Jatim Park 1 dan 2,
Selecta, Kusuma Agro, Cangar, dan BNS, Eco Green, Cangar, Songoriti, Museum
Angkut, Eco Green, Batu Night Spectacular (BNS), dan Kampung Kids.
Banyaknya objek wisata ini menjadi suatu potensi tersendiri dalam rangka
pembangunanan daerah Kota Batu. Meskipun apabila mengacu pada gambar tabel
sebelah kiri yang menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah wisatawan dalam
kurun waktu 2013,2014, dan 2015 tidak merubah status Kota Batu sebagai Kota
wisata yang sangat strategis untuk dikembang lebih lagi.
2
Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Jakarta: UI
Press. Hal 58
3
merupakan proses sistematik yang disepakati organisasi dan membangun
keterlibatan di antara stakeholder utama tentang prioritas yang hakiki bagi misinya
dan tanggap terhadap lingkungan operasi.3 Perencanaan strategis harus dilakukan
secara sistematis dan merlukan keterlibatan stakeholder guna menentukan strategi
prioritas dari perencanaan yang akan dilakukan.
Program Kota Batu Sehat dan secara khusus pada “Tatanan Pariwisata
Sehat” dalam pelaksanaannya nantinya melibatkan banyak pihak atau stakeholder.
Beberapa stakeholder seperti masyarakat, swasta, dan pemerintah diharapkan
bersinergi dalam pelaksananaan program ini. Bahkan program ini dilakukan dengan
porsi keterlibatan stakeholder non pemerintah yang lebih banyak dari pihak
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batu yang direpresentasikan oleh beberapa
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) nya seperti Badan Perencanaan,
Pembangunan, Penelitian, dan Pengengbangan Daerah (Bappelitbangda) yang
berperan sebagai kordinator program, Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) sebagai OPD pelaksana program ini.
3
Allison, M., dan J Kaye. 2015. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Nirlaba,Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta. Hal 1
4
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah
dalam riset ini adalah:
1. Bagaimana perencanaan strategis tatanan pariwisata sehat dalam program
Kota Batu sehat?
C. Tujuan Riset
Berdasarkan penjelasan diatas maka tujuan riset ini adalah:
1. Mengetahui perencanaan strategis tatanan pariwisata sehat dalam program
Kota Batu sehat.
D. Manfaat Riset
Adapun manfaat yang diharapkan dalam riset ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan peningkatan ilmu pengetahuan mengenai perencanaan
strategis tatanan pariwisata sehat dalam program Kota Batu sehat.
b. Sebagai bahan informasi dalam rangka menambah wawasan bahwa
masyarakat Kota Batu mempunyai pariwisata sehat sesuai dengan
program Kota sehat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan informasi mengenai
perencanaan strategis tatanan pariwisata sehat dalam program Kota Batu
sehat, sehingga dapat menambah wawasan pengetahuan serta
pemahaman dalam perencanaan strategis tersebut.
b. Bagi Instansi Terkait (BAPPELITBANGDA) Sebagai bahan masukan
mengenai perencanaan strategis tatanan pariwisata sehat dalam program
Kota Batu sehat.
5
E. Definisi Konsep dan Definisi Operasional
1. Definisi Konsep
a. Perencanaan Pembangunan
b. Perencanaan Strategis
4
Sirojuzilam dan Mahali, K. 2010. Regional. Pembangunan, Perencanaan dam Ekonomi. USU
Press: Medan
5
Allison, M., dan Kaye, J. 2005. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Nirlaba, Yayasan Obor
Indonesia: Jakarta
6
Perencanaan strategis dapat membantu organisasi untuk melakukan suatu
perencanaan yang matang sesuai visi dan misiya.
c. Kota Sehat
Tatanan Pariwisata Sehat adalah suatu tatanan yang ada dalam program
Kabupaten/Kota Sehat, tatanan ini diharapakan agar pariwisata yang ada di
Kabupaten/Kota menjadi lebih baik, bersih, sehat, aman dan nyaman untuk semua
wisatawan.
2. Definisi Operasional
6
Diambil dari Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan No. 34 Tahun
2005 Tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota sehat
7
c. Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi dalam perencanaan strategis
tatanan pariwisata sehat program KBS
d. Menilai lingkungan eksternal dalam perencanaan strategis tatanan
pariwisata sehat program KBS
e. Menilai lingkungan internal dalam perencanaan strategis tatanan
pariwisata sehat program KBS
f. Identifikasi isu strategis dalam perencanaan strategis tatanan pariwisata
sehat program KBS
g. Mengembangkan strategi dalam perencanaan strategis tatanan pariwisata
sehat program KBS
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam dunia pendidikan jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan maupun lisan dari orang-orang
dan perilaku yang diamati7. Sedangkan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu
7
Bogdan dan Taylor. 1975 dalam Moleong, Lexy J. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remadja Rosda Karya
8
pengamatan pada manusia dalam kawasanya sendiri dan berhubungan dengan
menyajikan gambaran dan menginpretasikan kondisi yang sekarang ini terjadi, atau
dengan kata lain untuk memperoleh informasi mengenai keadaan yang ada. Pada
status kelompok manusia, suatu objek dengan tujuan membuat deskriptif, gambaran
atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau
penelitian dan fakta dalam penelitian dapat di peroleh sesuai dengan fakta di
lapangan atau dihasilkan peneliti langsung dari lokasi penelitian. Penelitian ini akan
dilakukan sesuai dengan fakta dan informasi yang akurat dari tempat penelitian.
Sehingga semua data yang telah dikumpulkan peneliti akurat. Terpercaya dan benar
2. Lokasi Penelitian
dalam sebuah penelitian. Lokasi peneliti ini adalah pada Badan Perencanaan
8
Kirk dan Miller dalam Moleong, Lexy J. 1986. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remadja Rosda Karya
9
Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (BAPPELITBANGDA) Kota
Batu.
3. Sumber Data
kajian dalam melakukan penelitian. Data tersebut harus harus digali dari sumber-
sumber yang berkaitan dengan masalah yang di teliti untuk memperoleh hasil yang
baik. Tujuan peneliti menggunakan sumber data yakni ingin memperoleh data-data
yang akurat sesuai dengan fakta- fakta yang ada di lapangan dan mencari tahu
bagaimana perencanaan strategis tatanan pariwisata sehat dalam program Kota Batu
a. Data Primer
Data Primer merupakan data yang berasal dari sumber asli atau pertama 9.
nara sumber yang dapat dipercaya dilokasi penelitian. nara sumber yang
mempunyai andil besar dan dianggap mampu dalam memberikan informasi secara
lengkap dan terpercaya karena penelitian terhadap langsung dengan sumber yang
tepat.
mencari informasi dan bahan yang diperlukan dalam penelitian. Karena peneliti
berhadapan langsung kepada objek penelitian yang telah ditentukan. sumber data
ini dapat dijadikan sebagai bukti bahwa data dari penelitian ini langsung diperoleh
9
Narimawati, Umi. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan Aplikasi.
Bandung: Agung Media
10
10
dari instansi atau lembaga yang menjadi objek penelitian. Peneliti mencari Data
Batu.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan
dari sumber yang telah ada10. Data sekunder dapat diperoleh dalam bentuk yang
sudah jadi atau sudah diolah instansi, kantor atau lembaga lain yang sesuai dengan
4. Subjek Penelitian
Subyek Penelitian adalah seseorang atau hal yang akan diperoleh keterangan
yang didapatkan oleh peneliti saat dilakukanya penelitian yang berupa orang-orang
dan bisa memberikan data informasi secara lengkap mengenai permasalahan yang
menguasai dan yang mengerti dengan sasaran penelitian. Dengan demikian subyek
penelitian dapat memberikan informasi ataupun data yang dicari oleh peneliti.
2. 1 Anggota FKBS
10
Sekaran, Uma. 2011. Research Methods for Business. Jakarta: Salemba Empat
11
Amirin, Tatang M. 1986. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali
11
11
5. Teknik Pengumpulan Data
a) Wawancara
terprinci atau jelasnya menggunakan draf pertanyaan dengan pihak yang dapat
memberikan penjelasan yang berkaitan dengan peneliti yang akan diteliti. Maksud
dari wawancara dilakukan peneliti akan tetapi dalam lingkup peneliti, dan tidak
a. Observasi
12
Gulo, W. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: Grasindo
12
12
Penelitian ini menggunakan observasi terstruktur yaitu observasi yang dirancang
secara sistematis, tentang apa yang diamati, kapan dan dimana tempatnya. Data
sehat.
mengetahui kondisi ril yang terjadi di tempat penelitian yakni Bappelitbangda Kota
b. Dokumentasi
tersedia di Bappelitbangda Kota Batu dengan tujuan untuk menjadikan bagian yang
bertujuan untuk menjadikan catatan atau bukti penelitian yang dilakukan baik
c. Wawancara
yang dilakukan oleh peneliti langsung kepada informan atau pihak yang
13
13
berkompeten dalam suatu permasalahan.13 “Wawancara (interview) dilakukan
melalui tanya jawab lisan dengan siapa saja yang diperlukan. Wawancara dilakukan
apabila keterangan atau pendapat dengan jalan lain sudah tidak dapat diperoleh atau
jalan dianggap terlalu sulit diperoleh.” Dalam penelitian ini peneliti akan
melakukan wawancara secara face to face dengan pihak-pihak yang dianggap dapat
memberikan data maupun penjelasan dengan tujuan agar data yang diperoleh valid
dan objektif.
Analis data pada penelitian ini menggunakan model interaktif.14 Yang dapat
a. Reduksi Data
13
Ibid. hlm: 130
14
Miles, Matthew B dan Huberman, A Michel. 1992. Analisis data Kualitatif Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
14
14
catatan lapangan.15 Langkah-langkah yang digunakan adalah menajamkan analisis,
sehingga dapat ditarik dan di verifikasi. Data yang di reduksi antara lain seluruh
Data yang di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik dan
data tambahan jika di perlukan. Semakin lama peneliti berada di lapangan maka
jumlah data akan semakin banyak, semakin kompleks dan rumit. Oleh karena itu,
reduksi data perlu dilakukan sehingga data tidak bertumpuk agar tidak mempersulit
analisis selanjutnya.
dalam pola hubungan sehingga makin mudah di pahami, penyajian data dapat
dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar katagori serta
diagram alur. Penyajian data dalam bentuk tersebut mempermudah peneliti dalam
memahami apa yang terjadi. Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data
15
Ibid hal 16
16
Ibid Hal 17
15
15
yang releven sehingga informasi yang di dapat di simpulkan dan memiliki makna
tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal. Dalam melakukan penyajian
data tidak semata-mata mendiskripsikan secara naratif, akan tetapi disertai proses
c. Menarik Kesimpulan
Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang
telah di peroleh sebagai hasil dari peneliti. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
adalah usaha untuk mencari atau memahami makna atau arti keteraturan, pola-pola,
kesimpulan lebih dahuiu dilakukan reduksi data, penyajian data serta penarikan
pendapat Milles dan Huberman, proses analistik tidak sekali jadi, melainkan
maka dapat di tarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam
bentuk narasi. Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis
16
16
BAB II
Luasan wilayah Kota Batu adalah 19.908,72 hektar dan secara administrasi
terdiri dari 3 (tiga) kecamatan yaitu : 1) Kecamatan Batu, mempunyai luas wilayah
4.545,81 hektar, dan memiliki jumlah desa/kelurahan sebanyak 4 kelurahan dan 4
desa serta 96 RW dan 453 RT. 2) Kecamatan Junrejo, mempunyai luas wilayah
2.565,02 hektar, dan memiliki jumlah desa/kelurahan yakni 1 kelurahan dan 6 desa
serta 59 RW dan 240 RT. 3) Kecamatan Bumiaji, mempunyai luas wilayah
12.797,89 hektar, dan memiliki jumlah desa/kelurahan yakni 9 desa serta 82 RW
dan 429 RT.
17
17
Untuk mengetahui lebih jelas lagi mengenai kondisi geografis Kota Batu
maka bisa dilihat peta Kota Batu di bawah ini:
Gambar 2.1 Peta Kota Batu
Dari gambar peta Kota Batu di atas kita bisa mengetahui secara langsung
kondisi geografis, luas wilayah serta batas-batas wilayah Kota Batu dengan jelas.
18
18
2. Pariwisata
Wilayah Kota Batu merupakan wilayah yang memiliki panorama yang
indah dan sejuk serta mempunyai spesifikasi khusus yaitu dikelilingi Gunung
Panderman, Gunung Banyak, Gunung Welirang, Gunung Bokong sehingga
wilayah ini berpotensi sebagai daerah wisata.
1. Jenis Wisata
Jenis wisata di Kota Batu meliputi wisata agro dan wisata bunga, wisata
alam, wisata budaya, wisata rekreasi, wisata minat khusus, wisata sejarah, wisata
religi, wisata ziarah, wisata husada dan wisata kuliner.
a. Wisata Agro dan Wisata Bunga
Kota Batu memiliki ciri khas dengan agro wisatanya berupa tanaman bunga,
apel, stroberi dan sayur mayur. Berikut obyek wisata agro dan bunga di Kota Batu
: Kusuma Agrowisata, Wisata Agro Punten, Wisata Bunga Sidomulyo.
b. Wisata Alam
Kondisi geografis Kota Batu yang dikelilingi dengan pegunungan dengan
udara yang sejuk sangat cocok untuk berwisata alam. Bagi wisatawan yang ingin
melepaskan kepenatan ataupun berefreshing dapat melakukan aktivitas wisata
sambil menikmati keindahan alam Kota Batu. Berikut obyek wisata alam di Kota
Batu: Pemandian Air Panas Cangar, Pemandian Air Panas Songgoriti, Camping
Ground, TAHURA (Taman Hutan Raya) Junggo, Camping Ground, Air Terjun
Coban Talun, Air Terjun Coban Rais
c. Wisata Budaya
Kebudayaan merupakan salah satu bagian dari kehidupan manusia. Di Kota
Batu, kebudayaan tradisional tumbuh dan berkembang dengan baik sebagai suatu
tradisi budaya yang dipegang teguh masyarakatnya. Adapun keindahan tradisi
budaya Batu dapat dilihat pada atraksi wisata berikut: Sedekah Bumi, Grebeg Desa,
Tari Sembrama, Maulud Nabi Muhammad SAW, Dokar Wisata.
d. Wisata Rekreasi
Wilayah Kota Batu telah dibangun tempat-tempat rekreasi wisata
pendidikan dan keluarga untuk menambah daya tarik wisata di Kota Batu. Berikut
obyek wisata rekreasi di Kota Batu: Jatim Park I, Jatim Park II, BNS, Kawasan
19
19
Wisata Songgoriti, Wisata Selecta, Tirta Nirwana, Eco Green, Alun-Alun Kota
Batu, Dan lain sebagainya
e. Wisata Minat Khusus
Wisata minat khusus merupakan wisata yang diselenggarakan dengan tema
khusus seperti olahraga paralayang, arung jeram dan mountain bike. Bagi para
wisatawan yang berkunjung ke Kota Batu dan ingin menguji adrenalin dapat
berkunjung ke obyek wisata berikut: Wisata Paralayang (Aero Tourism), Wisata
Arung Jeram, Wisata Sepeda Gunung, Downhill, Wisata Bumi Perkemahan
f. Wisata Sejarah
Wisata sejarah yang ada di Kota Batu berupa situs peninggalan bangunan
candi, rumah peristirahatan dan goa jaman Jepang. Berikut obyek wisata sejarah
yang ada di Kota Batu: Candi Supo Songgoriti, Patung Ganesha, Makam Tuan
Denger, Wisma Bima Sakti Selekta, Kartika Wijaya (Heritage Hotel), Goa Jepang
Cangar, Goa Jepang Tlekung
g. Wisata Religi
Wisata religi merupakan salah satu obyek daya tarik wisata mengenai seni
arsitektur bangunan tempat peribadatan agama di Kota Batu. Keberadaan bangunan
dan tempat beribadah di Kota Batu begitu terawat dan terjaga sehingga menarik
sebagai tempat wisata. Berikut tempat yang dapat dijadikan sebagai wisata religi di
Kota Batu: Masjid An-Nur, Gereja Tua Jago, Vihara Budha Kertarajasa, Klenteng
Dewi Kwam Im Thong
h. Wisata Ziarah
Wisata ziarah merupakan obyek wisata bagi wisatawan yang akan
melakukan aktivitas wisata ziarah. Berikut tempat yang ada di Kota Batu dan
dijadikan sebagai tempat wisata ziarah: > Makam Pesarehan Mbah Wastu terletak
di Bumiaji merupakan cikal bakal nama Kota Batu. > Makam Pesarehan Mbah
Pathok terdapat di wilayah Songgoriti yang konon Mbah Pathok membuka wilayah/
babat alas daerah Songgoriti.
i. Wisata Husada
Wisata husada merupakan wisata yang sangat diminati bagi para wisatawan
khususnya bagi mereka yang sangat mengagumi tanaman obat herbal seperti kunir,
20
20
jahe, temu lawak dll (tanaman toga). Wisata tersebut dapat dijumpai di Balai
Materia Medika.
j. Wisata Kuliner
Wisata kuliner merupakan wisata dengan daya tarik beraneka ragam
makanan yang dijual bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kota Batu. Di Kota
Batu terdapat restoran dan rumah makan yang menjual aneka makanan.
3. Kesehatan
Ketersediaan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan sangat penting untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Salah satu
indikator meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan di suatu wilayah adalah
meningkatnya indikator pelayanan kunjungan dan status gizi, dan dukungan sarana
kesehatan yang ada dalam suatu wilayah.
1. Angka Kematian Bayi
Angka kematian bayi (AKB) menggambarkan keadaan sosial ekonomi
masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Angka kematian bayi
merupakan indikator yang menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat
setempat karena bayi adalah kelompok yang paling rentan terkena dampak dari
suatu perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi. Kematian bayi
didefinisikan sebagai kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai
sebelum bayi berusia satu tahun. Jumlah kematian bayi berusia di bawah 1 tahun
di Kota Batu terhitung mulai dari tahun 2008-2012 sebanyak 128 bayi
2. Angka Kematian Ibu
Angka kematian maternal atau Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah
satu indikator penting dari pembangunan kesehatan. Menurut ICD-10 WHO,
kematian maternal atau kematian ibu adalah kematian ibu hamil, melahirkan
atau selama masa nifas yang disebabkan hal apapun yang berkaitan dengan
kehamilan atau penanganannya tapi bukan karena kecelakaan atau insidental.
Adapun tingkat kematian maternal atau Angka Kematian Ibu adalah jumlah
kematian maternal per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu di Kota
Batu terhitung mulai dari tahun 2008-2012 sebanyak 16 orang
3. Persentase Balita Gizi Buruk
21
21
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi
menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan
membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang
badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan
menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di
bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan
gizi buruk. Prevalensi gizi kurang ke dalam 4 kelompok dari seluruh jumlah
balita, yaitu rendah (<10%), sedang (10-19%), tinggi (20-29%), dan sangat
tinggi (>=30%). Adapun jumlah balita gizi buruk di Kota Batu terhitung mulai
dari tahun 2008-2012 sebanyak 121 balita.
B. Profil Bappelitbangda (Badan Perencanaan, Pembangunan, Penelitian,
dan Pembangunan Daerah) Kota Batu
1. Dasar Hukum dibentuknya Bappelitbangda Kota Batu
Dasar hukum pembentukan Badan Perencanaan, Penelitian dan
pembangunan (Bapelitbang) Pemerintah Kota Batu adalah Peraturan Daerah Kota
Batu Nomor 4 Tahun 2013 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat,
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah Kota Batu.
Dalam pasal 5 ditetapkan bahwa Bapelitbangda merupakan unsur perencana
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dipimpin oleh Kepala Badan yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah
a. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Bapelitbang yang ditetapkan dalam peraturan daerah
tersebut adalah bahwa Bapelitbangda Kota Batu tersusun atas :
1. Kepala Badan.
2. Sekretariat, membawahi :
a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
b. Sub Bagian Keuangan.
c. Sub Bagian Program dan Pelaporan.
3. Bidang Perencanaan Sarana, Prasarana dan Lingkungan Hidup,
membawahi :
a. Sub Bidang Sarana dan Prasarana Wilayah.
b. Sub Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup.
22
22
4. Bidang Perencanaan Pemerintahan dan Sosial Budaya, membawahi :
a. Sub Bidang Pemerintahan dan Aparatur.
b. Sub Bidang Sosial Budaya.
5. Bidang Perencanaan Ekonomi, membawahi :
a. Sub Bidang Pariwisata dan Pertanian.
b. Sub Bidang Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan.
6. Bidang Data, Penelitian dan Pengembangan, membawahi :
a. Sub Bidang Data dan Pelaporan.
b. Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan.
23
23
Gambar Struktur Organisasi Bappelitbangda Kota Batu
kepala badan
sub bidang
sub bidang tata
sub bidang koperasi, sub bidang
ruang dan
sosial dan perindustrian penelitian dan
lingkungan
budaya dan pengembangan
hidup
perdagangan
24
24
2. Visi, Misi, Tujuan, Strategi Dan Kebijakan
Bapelitbang Kota Batu sebagai think tank yang memiliki tugas dan fungsi
menyusun kebijakan perencanaan pembangunan daerah harus peka terhadap
berbagai isu strategis dan permasalahan pembangunan daerah. Sehingga, kebijakan
perencanaan yang disusun benar-benar mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Selain itu, Bapelitbang
dituntut untuk dapat mensinergikan perencanaan pembangunan daerah dengan
perencanaan pembangunan nasional maupun daerah lainnya. Hal ini mengingat
bahwa Kota Batu adalah merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Juga adanya konsistensi antara perencanaan dengan penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan.
Sinergitas, konsistensi, dan kontinyuitas perencanaan, serta kepekaan
terhadap isu strategis dan permasalahan pembangunan menjadi dasar bagi
Bapelitbang Kota Batu dalam mendukung pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran
pembangunan nasional maupun pembangunan daerah. Dalam mewujudkannya,
Bapelitbang Batu merumuskan visi dan misi yang mendasari gerak kerja periode
2012-2017
Visi Bapelitbang Kota Batu yang merupakan rumusan umum mengenai
keadaan yang diinginkan dapat terwujud pada akhir periode perencanaan yaitu
“Terwujudnya Perencanaan yang Terpadu, Terukur, Partisipatif,
Berkelanjutan, dan Berkualitas dalam Mendukung Pencapaian Kota Batu
sebagai Sentra Pertanian Organik Berbasis Kepariwisataan Internasional.”
Misi Bapelitbang Kota Batu yang merupakan rumusan umum mengenai
upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi adalah :
1. Meningkatkan pengendalian pembangunan melalui sinkronisasi
perencanaan pembangunan.
2. Meningkatkan koordinasi, monitoring, dan evaluasi perencanaan
pembangunan daerah.
3. Meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi seluruh
stakeholder Kota Batu dalam perencanaan pembangunan daerah.
25
25
4. Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan daerah yang efektif,
efisien, tepat waktu, dan berkelanjutan berbasis keunggulan lokal.
5. Meningkatkan kapasitas organisasi perencana pembangunan melalui
peningkatan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif, dan bersih.
26
26
BAB III
a. Latar Belakang
Penentuan tatanan pariwisata sehat dalam program KBS untuk tahun 2018
dan tahun-tahun kedepannya hingga ketujuh tatanan program KBS
terimplementasikan semuanya. Pemilihan tatanan pariwisata sehat ini
dilatarbelakangi beberapa alasan, pertama Kota Batu terlebih dahulu sukses dalam
penilaian dua tatanan awal yakni tatanan kehidupan masyaraka sehat dan tatanan
17
Untuk Tatanan Pariwisata Sehat hanya 5 OPD saja yang terlibat. Akan tetapi sejatinya program
KBS ini melibatkan beberapa OPD lain, tergantung dari tiap tatanan dalam program KBS.
27
27
pemukiman, sarana dan pra sarana sehat. Kedua, dikarenakan potensi alam Kota
Batu yang merupakan kota wisata dengan beragam tempat wisatanya. Hal ini
senada dengan apa yang diungkapkan oleh Bapak Drs Amran M.M selaku Kabid
Bappelitbangda Kota Batu sebagai berikut ini:
“pemilihan tatanan pariwisata sehat tidak serta merta kami tentukan begitu
saja. Terlebih dulu Kota Batu harus lolos dulu dalam uji verivikasi dari tim
Kementrian Kesehatan. Dan ahamdulillahnya Kota Batu Lolos dalam
verikasi tersebut. karena syarat untuk melanjutkan ke tatanan yang lainnya
perlu lolos verifikasi awal ini terlebih dahulu.”18
Selain itu, ditambahkan pula oleh Bapak Sariono S.S, M.M selaku Kasubid
Pemerintahan Bappelitbangda Kota Batu sebagai berikut ini:
“tatanan pariwisata sehat ini dipilih karena kita juga melihat potensi yang
dimiliki oleh Kota Batu yaitu potensi pariwisatanya. Mengingat memang
dalam program Kota Sehat itu diharapkan pelaksanaan tatanannya juga
memperhatikan potensi dari daerah tersebut. jadi hal ini sangat tepat
menurut saya.”
Berdasarkan dari hasil dua wawancara di atas, memperjelas bahwasanya ada
dua aspek yang melatar belakangi para stakeholder dalam program KBS memilih
tatanan pariwisata sehat untuk kedepannya. Dua aspek tersebut yakni, pertama
bahwa Kota Batu telah lolos verifikasi dalam penilaian tingkat nasional yang
dilakukan oleh tim dari Kementrian Kesehatan yang dilakukan pada awal bulan
Oktober 2017. Penilaian dan verifikasi yang dilakukan yakni pada pelaksanaan dua
tatanan yang telah terlaksana terlebih dahulu yaitu tatanan kawasan kehidupan
masyarakat sehat mandiri dan tatanan permukiman, sarana dan prasarana sehat.
18
Hasil wawancara dengan Bapak Drs Amran M.M selaku Kabid Sosial dan Budaya
Bappelitbangda Kota Batu pada 9 November 2017
28
28
b. Kordinasi Awal
19
Hasil wawancara dengan Bapak Sariono selaku Kasubid Pemerintahan Bappelitbangda Kota
Batu pada 9 November 2017.
29
Gambar 3.1 Kordianasi Awal Perencanan Tatanan Pariwisata Sehat
Program FKBS
Perencanaan yang baik dan matang perlu melibatkan beberapa aktor untuk
memunculkan pandangan yang beragam dan sesuai dengan kompetensi tiap aktor
atau stakeholder yang terlibat. Oleh karena dalam aspek perencanaan strategis, akan
sangat perlu memperjelas fungsi dan peran masing-masing stakeholder untuk
menghindari ketumpang tindihan peran dan fungsi serta untuk mencapai efektivitas
dan efisiensi perencanaan. Peran dan Fungsi tiap stakeholder dalam program KBS
khususnya pada tatanan pariwisata sehat dapat dilihat berdasarkan tabel berikut ini:
20
Hasil Wawancara dengan Bapak Drs Amran M.M Selaku Kabid Sosbud Bappelitbangda Kota
batu
30
Tabel diatas berisi tentang peran atau fungsi tiap lembaga dalam program
KBS khususnya dalam melaksanakan tatanan pariwisata sehat. Terdapat 5
stakehoder yang nantinya saling berintegrasi dalam tatanan ini, seperti
Bappelitbangda, Dinkes, Disparbud, DLH, dan FKBS. Bappelitbangda ditunjuk
sebagai kordinator program secara keseluruhan, karena Bappelitbangda merupakan
OPD yang tidak memiliki peran teknis langsung. Dinkes berperan sebagai
pendamping dan pengawas program yang berkaitan dengan permasalahan
kesehatan. Disparbud sebagai pendamping dan pengawas program yang berkaitan
dengan permasalahan pariwisata. DLH berperan sebagai pendamping dan
pengawas program yang berkaitan dengan permasalahan. FKBS yang merupakan
sekumpulan komunitas dan aktor utama dalam program FKBS berperan sebagai
pelaksana teknis dari program FKBS dan mendampingi tim pokja di Kecamatan-
Kecamat di Kota Batu yakni Kecamatan Junrejo, Kecamatan Batu, dan Kecamatan
Bumiaji.
21
Bryson, John M. 2007. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Hal 64
31
31
ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Salma Safitri S.H. selaku Ketua
FKBS berikut ini:
22
Hasil Wawancara dengan Ibu Salma Safitri SH selaku Ketua FKBS pada 29 November 2017
32
32
4. Menilai Lngkungan Internal dalam Perencanaan Strategis Tatanan
Pariwisata Sehat Program KBS.
“kekuatan dari tatanan pariwisata sehat ini dapat merujuk pada banyaknya
potensi pariwisata di Kota Batu. Kota Batu dikenal dengan Kota Wisata
dengan begitu banyak objek wisata ada di Kota ini. Kota Batu pun juga
memiliki kondisi alam yang sejuk dan dingin dibandingkan dengan Kota
Lain. Kelemahannya yakni kurang tersediannya fasilitas sarana dan
prasaran penunjang pariwisata sehat. Selain itu faktor anggaran juga
berpengaruh.”23
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa aspek kekuatan dalam
faktor internal perencanaan strategis tatanan pariwisata sehat berupa potensi
pariwisata yang sangat tinggi di Kota Batu dengan mengacu pada banyaknya objek
wisata yang terdapat di Kota Batu, baik itu wisata alam mapun wisata buatan. Selain
itu Kota Batu yang memiliki kondisi alam dengan hawa yang sejuk dan dingin
dibandingkan dengan kota lain. Bentang alam yang indah di Kota Batu dapat
menjadi acuan dalam pengambilan keputusan perencanaan strategis tatanan
pariwisata sehat program KBS ini.
Selain itu faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan juga dapat
diketahui berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti. Kekuatan yang
dimiliki oleh Kota Batu dalam penerpan tatanan pariwisata sehat ini bisa dilihat dari
banyaknya anggota FKBS yang merupakan pegiat dan pemilik usaha di bidang
23
Hasil wawancara dengan Ibu Salam Safitri SH selaku Ketua FKBS pada 29 November 2017
33
33
pariwisata, sehingga akan membantu merumuskan kegiatan yang tepat. Akan tetapi,
kekemahan yang dapat muncul yakni mensinergikan program-program dari tiap
stake holder yang berkepentingan dalam program KBS ini, seperti Bappelitbangda,
Dinkes, DLH, dan Disparbud yang tentunya memiliki ego sentrisme kelembagaan
sendiri karena memiliki beberapa program yang telah direncanakan dan perlu
sinkronisasi dengan program KBS khususnya dalam tatanan pariwisata sehat.
Isu strategis dapat dikatakan sebagai suatu pilihan kebijkan. Isu strategis
mengidentifikasikan permasalahan berdasarkan tugas, pokok, dan fungsi (tupoksi)
dari organisasi. Isu strategis ini merujuk pada kondisi atau perihal yang perlu
dipertimbangkan dan dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena
dampaknya yang sangat signifikan bagi suatu kondisi di masa yang akan datang.
Karakteristik isu strategis adalah kondisi atau hal yang bersifat penting, mendasar,
mendesak, memiliki jangka panjang dan menentukan tujuan di suatu organisasi di
masa akan datang.24 Isu strategis ini menjadi bagian yang penting dan sangat
menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah guna
melengkapi tahapan-tahapan yang dilakukan sebelumnya. Penjelasan tersebut
selanjutnya didukung oleh wawancara dengan bapak Sariono S.S, M.M selaku
Kasubid Pemerintahan Bappelitbangda Kota Batu sebagai berikut ini:
24
Ibid Hal 74
25
Hasil wawancara dengan Bapak Sariono S.S, M.M selaku Kasubid Pemerintahan Bappelitbangda
Koata Batu Pada 9 November 2017
34
34
komunitas pariwisata masyarakat setempat, pengembangan kolaborasi dengan
sektor swasta, dan pengembangan ekonomi masyarakat pariwisata.
26
Ibid hal 74
27
Rangkuti, Freddy. 2004. Manajemen Persediaan Aplikasidi Bidang Bisnis. Jakarta: Raja
Grafindo. Hal:17
35
35
pembangunan atau program dan dalam hal penelitian ini akan membantu planner
dalam menentukan strategi pada tatanan pariwisata sehat dalam program KBS.
Berikut ini tabel matriks analisis SWOT yang diolah oleh peneliti:
Tabel 4.2 Analisi Matrik SWOT Strategi Tatanan Pariwisata Sehat
STRENGHT (S) WEAKNESS
INTERNAL 1. Banyaknya potensi 1. Ketersediaan sarana
pariwisata di Kota dan pra sarana
Batu. kesehatan di tempat
2. Kondisi alam atau wisata
udara Kota Batu yang 2. Terbatasnya Anggaran
sejuk. 3. Sinergitas antar OPD
3. Banyak SDM di FKBS terkait masih lemah
yang merupakan
pehiat atau pelaku
bisinis pariwisata.
EKSTERNAL
OPPORTUNITY STRATEGI (SO) STRATEGI (WO)
1. Daya Tarik bagi 1. Pengembangan 1. Pengembangan sarana
Wisatawan sangat community based dan prasarana
tinggi tourism atau kesehatan di lokasi
2. Partisipasi pariwisata berbasis wisata.
masyarakat yang masyarakat 2. Penguatan
tinggi dalam 2. Mengembangkan kelembagaan dalam
pengembangan kolaborasi dengan program Kota Sehat
pariwisata stakeholder lain. 3. Membuka keterlibatan
3. Integrasi program investor
dengan stakeholder
lain seperti pihak
swasta.
THREATS STRATEGI (ST) STRATEGI (WT)
1. Kemacetan akibat 1. Pengoptimalan fungsi 1. Pengembangan
membludaknya pariwisata dengan kerjasama dengan
wisatawan dari luar meningkatkan swasta dalam
Kota Batu kesadaran dalam mengurangi resiko
2. Degradasi lingkungan menjaga lingkungan lingkungan.
akibat banyaknya 2. Pengembangan dan
pembangunan wisata pengoptimalan wisata
buatan. agro.
3. Berkurangnya
agrowisata, karena
lahan dibangun hotel
dan wisata buatan.
Sumber: Olahan Peneliti
Berdasarkan hasil analisis SWOT diatas, maka dapat ditentukan strategi-
strategi yang diperlukan dalam perencanaan strategis tatanan pariwisata sehat
program Kota Batu Sehat. Strategi yang diperoleh merupakan hasil elaborasi dari
36
36
strategi (SO), Strategi (WO), Strategi (ST), Strategi (WT) yang diuraikan sebagai
berikut ini:
1) Strategi (SO) merupakan strategi suatu organisasi yang bersifat agresif dan
mengarah pada pengembangan organisasi. Strategi ini terdiri dari dua aspek
yaitu pengembangan community based tourism atau pariwisata berbasis
masyarakat dan pengembangkan kolaborasi dengan stakeholder lain.
Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat dipilih karena Kota Batu
memiliki banyak objek wisata yang mana banyak pula wisata tersebut
dikelola secara mandiri oleh masyarakat. Dengan begitu akan terwujud pula
kondisi yang disebut local self governance atau masyarakat yang mandiri.
Selain it, perlu dikembangkan kolaborasi dengan stakeholder lainnya, tidak
hanya FKBS dan OPD terkait, namun juga pihak swasta seperti pemilik
usaha dibidang wisata, hotel, dan kuliner.
2) Strategi (WO) merupakan strategi yang bersifat rasional dari suatu
organisasi yang mengarah kepada pemanfaatan peluang pasar dengan
sebaik-baiknya demi kepentingan organisasi. Strategi ini terdiri dari 3 hal
yakni pengembangan sarana dan prasarana kesehatan di lokasi wisata,
penguatan kelembagaan dalam program Kota Sehat, dan membuka
keterlibatan investor. Pengembangan sarana dan prasaranan fasilitas
kesehatan penting karena untuk mewujudkan pariwisata yang sehat
memang diperlukan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai.
Sehingga mencipatakan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan. Strategi
penguatan kelembagaan dapat dilakukan untuk menguatkan sinegitas antar
stakeholder yang terlibat. Selain itu diperlukan strategi membuka
keterlibatan bagi investor untuk menginvestasikan sumber daya, khususnya
sumber daya keuangan bagi program ini. Karena menggantungkan pada
angaran dari pemerintah semata tidaklah mencukupi dan maksimal.
3) Strategi (ST) merupakan strategi dari organisasi untuk memposisikan diri
dalam kompleksitas persaingan. Strategi ini terdiri dari dua aspek yakni
pengoptimalan fungsi pariwisata dengan meningkatkan kesadaran dalam
menjaga lingkungan dan pengembangan dan pengoptimalan wisata agro.
37
37
Kedua strategi tesebut dipilih lantaran ada sebuah ancaman yakni mengenai
degrasasi lingkungan, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan kesadaran
pelestarian lingkungan dan juga dengan memilih mengembangkan
agrowisata yang berbasis pertanian dan alam yang mana juga untuk
mencapai pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.
4) Strategi (WT) merupakan strategi organisasi yang bersifat difensif dan
sebagai upaya untuk bertahan dari gempuran dan persaingan yang
kompleks. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan strategi pengembangan
kerjasama dengan swasta dalam mengurangi resiko lingkungan. Dengan
begitu dalam mewujudkan pariwisata yang sehat, khususnya dalam aspek
lingkungan, perlu merangkul pihak swasta agar mau berkontribusi dalam
rangka kepedulian terhadap perlindungan dan meperlestarikan lingkungan
B. Target atau Fokus yang Dicapai
Target yang ingin dicapai peserta magang dalam program magang riset ini
adalah untuk mengetahui Perencanaan Strategis pada Tatanan Pariwisata Sehat
dalam Program Kota Batu Sehat. Berikut poin penting yang dicapai, yaitu:
38
38
sini peserta magang bisa belajar hal mendasar untuk menjadi pegawai dan
membangun program pemerintah daerah.
Itulah beberapa fokus dan target yang berhasil dicapai oleh peserta magang
yang gunanya selain untuk sarana pendukung bagi riset atau penelitian yang
dilakukan, juga sebagai sarana pembelajaran pribadi bagi tiap-tiap anggota peserta
magang riset. Selain itu, ketiga poin diatas merupakan capaian yang hanya fokus
pada program Kota Batu Sehat yang menjadi riset peserta magang. Disamping
pencapaian pada program Kota Batu Sehat ada beberapa capain yang berhasil
didapatkan oleh peserta magang, seperti peserta magang bisa belajar mengenai
pengarsipan dokumen-dokumen lawas, pembuatan surat, dan yang paling penting
adalah dapat membangun kerja sama dengan pegawai daerah
(BAPPELITBANGDA Kota Batu).
39
39
BAB IV
PENUTUTP
A. Kesimpulan
40
40
organisasi. Peluang dan ancaman mengacu pada aspek ekonomi, sosial, budaya,
demografi, lingkungan, pemerintahan, hukum, dan kompetisi serta kejadian yang
secara signifikan dapat membahayakan organisasi di masa depan. Dalam menilai
lingkungan eksternal perencanaan program KBS khususnya tatanan pariwisata
sehat beberapa kekuatan dan ancaman dapat digali untuk menentukan dan
mengetahui peluang dan ancaman yang akan dihasilkan dalam proses tersebut.
41
41
1. Strategi (SO) merupakan strategi suatu organisasi yang bersifat agresif dan
mengarah pada pengembangan organisasi.
2. Strategi (WO) merupakan strategi yang bersifat rasional dari suatu
organisasi yang mengarah kepada pemanfaatan peluang pasar dengan
sebaik-baiknya demi kepentingan organisasi.
3. Strategi (ST) merupakan strategi dari organisasi untuk memposisikan diri
dalam kompleksitas persaingan
4. Strategi (WT) merupakan strategi organisasi yang bersifat difensif dan
sebagai upaya untuk bertahan dari gempuran dan persaingan yang
kompleks.
B. Saran
Program kota batu sehat merupakan program yang sifatnya kompleks hal
ini karena program ini tidak bisa di laksanakan oleh satu pihak atau OPD saja,
melainkan perlu keterlibatan beberapa OPD dan aktor lain seperti FKPS. Begitu
pula dengan pelaksanaan tatanan pariwisata sehat yang mana pada tatanan tersebut
perlu keterlibatan 4 OPD di lingkup pemkot batu yakni Disparbud, Dinkes, DLH,
dan Bapelitbangda. Dengan banyaknya OPD yang terlibat otomatis mengharuskan
OPD-OPD tersebut saling bersinergi dalam perencanaan program-programnya.
Sinergitas itu penting agar setiap program yang di rencanakan berintegrasi dengan
tatana pariwisata sehat, karena dalam prakteknya program-program yang di
rencanakan seakan-akan tidak berkorelasi dengan program batu sehat ini.
Permasalahan ini kedepanya di harapkan dapat di selesaikan dengan Bapelitbangda
sebagai kordinator tersebut.
Selain itu yang perlu di tingkatkan dalam perencanaan strategis dalam
tatanan pariwisata sehat ini adalah perlunya perencanaan dari bawah terutama
kontribusi gagasan dari pokja di desa. Hal ini karena pada dasarnya program Kota
Batu sehat ini dalam tataran teknisnya atau pelaksanaan di lapangan mengharuskan
peran yang dominan dari masyrakat baik itu melalui FKBS, pokja di kecamatan,
danan pokja di desa dengan begitu akan terlaksana pemberdayaan masyarakat
melalui program ini.
42
42
DAFTAR PUSTAKA
Allison, M., dan J Kaye. 2015. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi
Nirlaba,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Amirin, Tatang M. 1986. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali
Badan Perencanaan, Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah. 2012.
Rencana Strategis Badan Perencanaan Daerah Kota Batu 2012-2015.
Kota Batu
Badan Pusat Statistik Kota Batu. 2017. Kota Batu dalam Angka 2017. Diakses
dari https://bps.go.id
43
43
LAMPIRAN
44
44
Gambar Kegiatan Verifikasi Kota Batu Sehat 2017
45
45
Gambar Rapat Evaluasi Kota Batu Sehat 2017
46
46
Gambar Rapat Persiapan Kota Batu Sehat 2018
47
47
Gambar Rapat Tentang Ketahanan Pangan Bersama BPTP
48
48
Gambar Rapat SDGs
49
49