Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN AKHIR MAGANG RISET

PERENCANAAN STRATEGIS TATANAN PARIWISATA SEHAT


DALAM PROGRAM KOTA BATU SEHAT

(Studi di Badan Perencanaan, Pembangunan, Penelitian, Pengembangan Daerah)

Oleh :

Sulung Satriyo Irkham (201410050311125)


M. Dedi Herman Syah (201410050311111)
Ahmad Nurqurbani (201410050311157)
Fuad Hanif. F (201410050311127)

PRODI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2017
LEMBAR PENGESAHAN

BAPPELITBANGDA Kota Batu

Laporan Ini Telah Disetujui Dan Disahkan

Disusun Oleh :

BAPPELITBANGDA Kota Batu

Koordinator Kelompok : Sulung Satriyo Irkham (201410050311125)

Sekretaris Kelompok : Ahmad Nurqurbani (201410050311157)

Anggota Kelompok : 1. Fuad Hanif F (201410050311127)

2. M. Dedi Herman Syah (201410050311111)

Malang, Desember 2017

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Lapangan Koordinator Kelompok

( Heru Mulyono, S.IP., MT. ) ( Sulung Satriyo Irkham )

Mengesahkan, Mengetahui,

Kepala BAPPELITBANGDA Kota Batu Dosen Pengampu Mata Kuliah

( M. Choiri, S.Sos., M.Si. ) ( Salahuddin, S.IP., M.Si., M.P.A. )

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembangunan daerah haruslah mempertimbangkan beberapa aspek, salah


satunya yaitu aspek lingkungan dan kesehatan. Hal ini sejalan dengan upaya
pemerintah melalui Kementrian Kesehatan yang menginisiasikan program
Kabupaten dan Kota Sehat yang berpedoman pada Peraturan Bersama antara
Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan No 34 tahun 2005 dan No
1138/menkes/PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota
Sehat.Berdasarkan peraturan bersama menteri tersebut, program Kabupaten/Kota
Sehat ini bertujuan untuk muwujudkan tercapainya kondisi Kabupaten/Kota untuk
hidup dengan bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni dan sebagai tempat
bekerja bagi warganya dengan cara terlaksananya berbagai program-program
kesehatan dan sektor lain, sehingga dapat meningkatkan sarana dan produktivitas
dan perekonomian masyarakat.1 Program Kota Sehat ini nantinya tidak hanya
dilaksanakan oleh pihak pemerintah kabupaten atau Kota tapi juga perlu melibatkan
pihak lain seperti masyarakat dan swasta.

Gambar 1.1 Jumlah Wisatawan yang Mengunjungi

Sumber: Data Statistik Kota Batu 2016

1
Peraturan Bersama antara Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan No 34 tahun 2005 dan
No 1138/menkes/PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat. Lampiran I
Bagian II Tujuan

2
Tabel di atas menjelaskan mengenai jumlah wisatawan yang berkunjung ke
beberapa objek wisata di Kota Batu dalam kurun waktu tahun 2013,2014, dan 2015.
Kota Batu memiliki beragam objek wisata terkemuka seperti Jatim Park 1 dan 2,
Selecta, Kusuma Agro, Cangar, dan BNS, Eco Green, Cangar, Songoriti, Museum
Angkut, Eco Green, Batu Night Spectacular (BNS), dan Kampung Kids.
Banyaknya objek wisata ini menjadi suatu potensi tersendiri dalam rangka
pembangunanan daerah Kota Batu. Meskipun apabila mengacu pada gambar tabel
sebelah kiri yang menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah wisatawan dalam
kurun waktu 2013,2014, dan 2015 tidak merubah status Kota Batu sebagai Kota
wisata yang sangat strategis untuk dikembang lebih lagi.

Potensi kepariwisataan Kota Batu perlu ditunjang dengan ketersediaan


fasilitas penunjang pariwisata, salah satunya yakni fasilitas kesehatan. Upaya untuk
memenuhu ketersediaan fasilitas ini sangat sejalan dengan salah satu satu tatanan
dalam program Kota Batu Sehat yaitu tatanan Pariwisata Sehat. Karena pariwisata
memang bukanlah hanya kegiatan yang sifatnya hiburan semata,tanpa aspek
kenyamanan, keamanan, kebersihan, dan kesehatan lingkungan pariwisata maka
akan mengurangi kualitas kepariwisataan di Kota Batu, dan bukan hal yang tidak
mungkin akan berpengaruh pada jumlah wisatawan yang akan berkunjung ke Kota
Batu. Apabila hal ini terjadi tentunya merupakan ancaman besar pagi
kepariwisataan di Kota Batu.

Dalam setiap program pembangunan daerah diperlukan perencanaan yang


matang dan terukur. Perenacanaan dilakukan agar setiap program yang dilakukan
berjalan dan mampu memenuhi tujuan, target, dan sasaran. Begitu pula dalam
kontek pembangunan di bidang kepariwisataan. Pengembangan kepariwisataan
yang tidak terencana akan menimbulkan masalah-masalah sosial dan budaya,
terutama di tempat di mana terdapar perbedaan-perbedaan tingkat perekonomian
dan sosial budaya antara penduduk setempat dengan wisatawan pendatang.2 Salah
satu perpektif yang dapat digunakan dalam melakukan perencanaan pembangunan
yakni dengan menggunakan perpektif perencanaan strategis. Perencanaan strategis

2
Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Jakarta: UI
Press. Hal 58

3
merupakan proses sistematik yang disepakati organisasi dan membangun
keterlibatan di antara stakeholder utama tentang prioritas yang hakiki bagi misinya
dan tanggap terhadap lingkungan operasi.3 Perencanaan strategis harus dilakukan
secara sistematis dan merlukan keterlibatan stakeholder guna menentukan strategi
prioritas dari perencanaan yang akan dilakukan.

Program Kota Batu Sehat dan secara khusus pada “Tatanan Pariwisata
Sehat” dalam pelaksanaannya nantinya melibatkan banyak pihak atau stakeholder.
Beberapa stakeholder seperti masyarakat, swasta, dan pemerintah diharapkan
bersinergi dalam pelaksananaan program ini. Bahkan program ini dilakukan dengan
porsi keterlibatan stakeholder non pemerintah yang lebih banyak dari pihak
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batu yang direpresentasikan oleh beberapa
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) nya seperti Badan Perencanaan,
Pembangunan, Penelitian, dan Pengengbangan Daerah (Bappelitbangda) yang
berperan sebagai kordinator program, Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) sebagai OPD pelaksana program ini.

Pada 15 Desember 2015 Walikota Kota Batu menerbitkan SK Walikota


Batu No.188.45/314/422.012/2015 tentang Pengurus Forum Kota Batu Sehat
(FKBS) tahun 2016-2018. FKBS ini merupakan kumpulan dari pihak masyarakat
dan swasta yang terhimpun dalam suatu organisasi yang menjadi pelaksana
program Kota Batu Sehat. Keterlibatan multi stakeholder ini semakin menunjukkan
bahwa perencanaan strategis merupakan cara atau metode perencanaan yang tepat
dalam program Kota Batu Sehat khususnya “Tatatan Pariwisata Sehat”. Oleh
karena itu, penelitian ini mengambil judul “Perencanaan Strategis Tatanan
Pariwisata Sehat dalam Program Kota Batu Sehat (Studi di Badan Perencanaan,
Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah Kota Batu).

3
Allison, M., dan J Kaye. 2015. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Nirlaba,Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta. Hal 1

4
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah
dalam riset ini adalah:
1. Bagaimana perencanaan strategis tatanan pariwisata sehat dalam program
Kota Batu sehat?

C. Tujuan Riset
Berdasarkan penjelasan diatas maka tujuan riset ini adalah:
1. Mengetahui perencanaan strategis tatanan pariwisata sehat dalam program
Kota Batu sehat.

D. Manfaat Riset
Adapun manfaat yang diharapkan dalam riset ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan peningkatan ilmu pengetahuan mengenai perencanaan
strategis tatanan pariwisata sehat dalam program Kota Batu sehat.
b. Sebagai bahan informasi dalam rangka menambah wawasan bahwa
masyarakat Kota Batu mempunyai pariwisata sehat sesuai dengan
program Kota sehat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan informasi mengenai
perencanaan strategis tatanan pariwisata sehat dalam program Kota Batu
sehat, sehingga dapat menambah wawasan pengetahuan serta
pemahaman dalam perencanaan strategis tersebut.
b. Bagi Instansi Terkait (BAPPELITBANGDA) Sebagai bahan masukan
mengenai perencanaan strategis tatanan pariwisata sehat dalam program
Kota Batu sehat.

5
E. Definisi Konsep dan Definisi Operasional
1. Definisi Konsep
a. Perencanaan Pembangunan

Perencanaan merupakan suatu tahapan awal dalam proses pembangunan.


Perencanaan merupakan intervensi pada rangkaian kejadian-kejadian dan aktivitas
yang ada dengan maksud meningkatkan efesiensi dan rasionalitas, meningkatkan
peran kelembagaan dan profesionalitas, dan merubah atau memperluas pilihan-
pilihan untuk menuju tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi bagi seluruh warga
masyarakat.4 Dengan kata lain, dapat diketahui bahwasannya perencanaan
merupakan suatu tahapan awal dalam proses pembangunan, dengan perencanaan
efisiensi dan rasionalitas akan meningkat, profesionalitas dan peran kelembagaan
juga akan meningkat, sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat akan lebih tinggi.

b. Perencanaan Strategis

Perencanaan strategis merupakan bagian dari proses perencanaan. Oleh


karena itu, ditekankan lebih kepada pemilihan strategis yang akan digunakan dalam
suatu organisasi baik publik maupun bisnis untuk menentukan keberhasilan dari
organisasi dan tujuan yang dicapai. “strategic planning is a systematic process
through which an organization agrees on-and builds commitment among key
stakeholder to-priorities that are essential to its mission and are responsive to the
environment. Strategic planning guides the acquisition and allocation of resources
to achieve these priorities.”5 Pendapat ini dapat dinyatakan bahwasannya
perencanaan strategis dimaknai sebagai proses sistematik yang disepakati
organisasi dan membangun keterlibatan diantara stakeholder utama tentang
prioritas yang hakiki bagi misinya dan tanggap terhadap lingkungan operasi. Maka
apa yang disebut perencanaan strategis adalah sebuah alat manajemen, yang
digunakan suatu organisasi untuk melakukan tugasnya dengan lebih baik.

4
Sirojuzilam dan Mahali, K. 2010. Regional. Pembangunan, Perencanaan dam Ekonomi. USU
Press: Medan
5
Allison, M., dan Kaye, J. 2005. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Nirlaba, Yayasan Obor
Indonesia: Jakarta

6
Perencanaan strategis dapat membantu organisasi untuk melakukan suatu
perencanaan yang matang sesuai visi dan misiya.

c. Kota Sehat

Kota Sehat adalah program yang dijalankan oleh pemerintah yang


melibatkan berbagai bidang dan sektor yang terintegrasi yang disepakati
masyarakat dan pemerintah daerah untuk mewujudakan kabupaten, kecamatan,
desa, dan komunitas yang bersih, sehat, aman, dan nyaman untuk dihuni penduduk,
yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan. 6 Program ini
berdasarkan peraturan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan No.
34 Tahun 2005 Tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota sehat. Penyelenggaraan
Kabupaten/Kota Sehat di Kota Batu diwujudkan melalui keterlibatan aktor non
pemerintah yakni masyarakat dan swata yang terorganisir dalam forum yang
difasiliasi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, forum tersebut dinamakan Forum
Kota Batu Sehat (FKBS).

d. Tatanan Pariwisata Sehat

Tatanan Pariwisata Sehat adalah suatu tatanan yang ada dalam program
Kabupaten/Kota Sehat, tatanan ini diharapakan agar pariwisata yang ada di
Kabupaten/Kota menjadi lebih baik, bersih, sehat, aman dan nyaman untuk semua
wisatawan.

2. Definisi Operasional

Tahapan-tahapan dalam perencanaan strategis tatanan pariwisata sehat


program Kota Batu Sehat (KBS):

a. Pengembangan kesepakatan awal dalam perencanaan strategis tatanan


pariwisata sehat program KBS
b. Identifikasi dan memperjelas penugasan/mandate dalam perencanaan
strategis tatanan pariwisata sehat program KBS

6
Diambil dari Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan No. 34 Tahun
2005 Tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota sehat

7
c. Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi dalam perencanaan strategis
tatanan pariwisata sehat program KBS
d. Menilai lingkungan eksternal dalam perencanaan strategis tatanan
pariwisata sehat program KBS
e. Menilai lingkungan internal dalam perencanaan strategis tatanan
pariwisata sehat program KBS
f. Identifikasi isu strategis dalam perencanaan strategis tatanan pariwisata
sehat program KBS
g. Mengembangkan strategi dalam perencanaan strategis tatanan pariwisata
sehat program KBS
F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan

atau mempersoalkan mengenai cara-cara melaksanakan penelitian berdasarkan

fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah yang diteliti kebenaranya. Berikut

adalah cara-cara yang di capai dalam metode penelitian yaitu:

1. Jenis Penelitian

Dalam dunia pendidikan jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan

kuantitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian Deskriptif

kualitatif. Metodelogi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan maupun lisan dari orang-orang

dan perilaku yang diamati7. Sedangkan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada

7
Bogdan dan Taylor. 1975 dalam Moleong, Lexy J. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remadja Rosda Karya

8
pengamatan pada manusia dalam kawasanya sendiri dan berhubungan dengan

orang-orang tersebut dalam bahasanya dan pengistilahan8.

Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk mendiskripsikan, analisis,

menyajikan gambaran dan menginpretasikan kondisi yang sekarang ini terjadi, atau

dengan kata lain untuk memperoleh informasi mengenai keadaan yang ada. Pada

hakikatnya penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu metode dalam meneliti

status kelompok manusia, suatu objek dengan tujuan membuat deskriptif, gambaran

atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau

fenomena yang diselidiki.

Dengan demikian, penelitian deskriptif kualitatif merupakan metode

penelitian untuk mendiskripsikan dan mencari gambaran secara sistematis dalam

pengumpulan data yang diperoleh kegiatan penelitian berlangsung. Sehingga objek

penelitian dan fakta dalam penelitian dapat di peroleh sesuai dengan fakta di

lapangan atau dihasilkan peneliti langsung dari lokasi penelitian. Penelitian ini akan

dilakukan sesuai dengan fakta dan informasi yang akurat dari tempat penelitian.

Sehingga semua data yang telah dikumpulkan peneliti akurat. Terpercaya dan benar

adanya sesuai keadaan yang ada.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat yang akan menjadi tujuan peneliti

dalam sebuah penelitian. Lokasi peneliti ini adalah pada Badan Perencanaan

8
Kirk dan Miller dalam Moleong, Lexy J. 1986. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remadja Rosda Karya

9
Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (BAPPELITBANGDA) Kota

Batu.

3. Sumber Data

Sumber data merupakan sumber infomasi yang digunakan sebagai pokok

kajian dalam melakukan penelitian. Data tersebut harus harus digali dari sumber-

sumber yang berkaitan dengan masalah yang di teliti untuk memperoleh hasil yang

baik. Tujuan peneliti menggunakan sumber data yakni ingin memperoleh data-data

yang akurat sesuai dengan fakta- fakta yang ada di lapangan dan mencari tahu

bagaimana perencanaan strategis tatanan pariwisata sehat dalam program Kota Batu

sehat. Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah :

a. Data Primer

Data Primer merupakan data yang berasal dari sumber asli atau pertama 9.

Dengan demikian untuk memperoloh data peneliti berhadapan langsung dengan

nara sumber yang dapat dipercaya dilokasi penelitian. nara sumber yang

mempunyai andil besar dan dianggap mampu dalam memberikan informasi secara

lengkap dan terpercaya karena penelitian terhadap langsung dengan sumber yang

tepat.

Menggunakan sumber data primer dapat mempermudah penelitian dalam

mencari informasi dan bahan yang diperlukan dalam penelitian. Karena peneliti

berhadapan langsung kepada objek penelitian yang telah ditentukan. sumber data

ini dapat dijadikan sebagai bukti bahwa data dari penelitian ini langsung diperoleh

9
Narimawati, Umi. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan Aplikasi.
Bandung: Agung Media

10
10
dari instansi atau lembaga yang menjadi objek penelitian. Peneliti mencari Data

primer secara langsung melalui narasumber ataupun Pegawai Badan Perencanaan

Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (BAPPELITBANGDA) Kota

Batu.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan

dari sumber yang telah ada10. Data sekunder dapat diperoleh dalam bentuk yang

sudah jadi atau sudah diolah instansi, kantor atau lembaga lain yang sesuai dengan

bidangnya. Dimana data tersebut bisa berupa buku ilmiah, dokumen-dokumen,

koran-koran lokal,maupun dari internet dan perundang-undangan yang

berhubungan dengan dan berkaitan dengan peneliti ini.

4. Subjek Penelitian

Subyek Penelitian adalah seseorang atau hal yang akan diperoleh keterangan

tentang mereka11. Subyek peneliti ini berkaitan dengan sumber-sumber informasi

yang didapatkan oleh peneliti saat dilakukanya penelitian yang berupa orang-orang

dan bisa memberikan data informasi secara lengkap mengenai permasalahan yang

terjadi pada pusat penelitian.

Dalam hal ini subyek penelitian ditunjukan pada narasumber yang

menguasai dan yang mengerti dengan sasaran penelitian. Dengan demikian subyek

penelitian dapat memberikan informasi ataupun data yang dicari oleh peneliti.

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah

1. 2 Staf Bappelitbangda Kota Batu

2. 1 Anggota FKBS

10
Sekaran, Uma. 2011. Research Methods for Business. Jakarta: Salemba Empat
11
Amirin, Tatang M. 1986. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali

11
11
5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian adalah :

a) Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dengan

responden. Dalam pengambilan data disini biasanya juga diikuti dengan

menggunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara. Wawancara

bertujuan untuk mendapatkan informasi dari narasumber. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan wawancara terstrukur, yaitu wawancara yang disusun secara

terprinci atau jelasnya menggunakan draf pertanyaan dengan pihak yang dapat

memberikan penjelasan yang berkaitan dengan peneliti yang akan diteliti. Maksud

dari wawancara dilakukan peneliti akan tetapi dalam lingkup peneliti, dan tidak

meluas pada masalah-masalah lain.12

Selama proses wawancara berlangsung peneliti dapat mengajukan berbagai

pertanyaan yang telah disusun atau dipersiapkan guna membantu peneliti

berkomunikasi langsung dengan narasumber terkait. Wawancara atau percakapan

yang dilakukan bertujuan untuk memperoleh informasi Bagaimana perencanaan

strategis tatanan pariwisata sehat dalam program Kota Batu sehat.

a. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat

informasi sebagaimana yang mereka saksikan. Observasi yaitu dimana peneliti

mengumpulkan data dengan mencatat informasi sebagaimana yang mereka

saksikan secara langsung dengan melihat, mendengar, yang kemudian dicatat.

12
Gulo, W. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: Grasindo

12
12
Penelitian ini menggunakan observasi terstruktur yaitu observasi yang dirancang

secara sistematis, tentang apa yang diamati, kapan dan dimana tempatnya. Data

yang diperoleh dari observasi adalah data untuk mengetahui Bagaimana

perencanaan strategis tatanan pariwisata sehat dalam program Kota Batu

sehat.

Menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi dapat

mengetahui kondisi ril yang terjadi di tempat penelitian yakni Bappelitbangda Kota

Batu mengenai Bagaimana perencanaan strategis tatanan pariwisata sehat

dalam program Kota Batu sehat.

b. Dokumentasi

Teknik ini dilaksanakan dengan melakukan pencatatan terhadap berbagai

dokumen-dokumen resmi, laporan-laporan, peraturan maupun arsip-arsip yang

tersedia di Bappelitbangda Kota Batu dengan tujuan untuk menjadikan bagian yang

menunjang secara teoritis terhadap penelitian.

Peneliti dapat menggunakan teknik pengumpulan dengan dokumentasi yang

bertujuan untuk menjadikan catatan atau bukti penelitian yang dilakukan baik

dokumen resmi, arsip ataupun laporan yang didapatkan langsung dari

Bappelitbangda Kota Batu. Peneliti juga dapat menggunakan dokumentasi berupa

foto, atau video selama kegiatan berlangsung.

c. Wawancara

Wawancara merupakan suatu cara pengumpulan data dengan sebuah dialog

yang dilakukan oleh peneliti langsung kepada informan atau pihak yang

13
13
berkompeten dalam suatu permasalahan.13 “Wawancara (interview) dilakukan

melalui tanya jawab lisan dengan siapa saja yang diperlukan. Wawancara dilakukan

apabila keterangan atau pendapat dengan jalan lain sudah tidak dapat diperoleh atau

jalan dianggap terlalu sulit diperoleh.” Dalam penelitian ini peneliti akan

melakukan wawancara secara face to face dengan pihak-pihak yang dianggap dapat

memberikan data maupun penjelasan dengan tujuan agar data yang diperoleh valid

dan objektif.

6. Teknik Analisis Data

Analis data pada penelitian ini menggunakan model interaktif.14 Yang dapat

dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 1.1 Analisis Data Model Interaktif Miles dan Huberman

Sumber: Miles dan Huberman, 1992

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses penelitian, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-

13
Ibid. hlm: 130
14
Miles, Matthew B dan Huberman, A Michel. 1992. Analisis data Kualitatif Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

14
14
catatan lapangan.15 Langkah-langkah yang digunakan adalah menajamkan analisis,

menggolongkan atau mengkatagorisasikan kedalam tiap permasalahan melalui

uraian singkat, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan

sehingga dapat ditarik dan di verifikasi. Data yang di reduksi antara lain seluruh

data mengenai permasalahan penelitian.

Data yang di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik dan

mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari

data tambahan jika di perlukan. Semakin lama peneliti berada di lapangan maka

jumlah data akan semakin banyak, semakin kompleks dan rumit. Oleh karena itu,

reduksi data perlu dilakukan sehingga data tidak bertumpuk agar tidak mempersulit

analisis selanjutnya.

b. Display Data/ Penyajian Data

Setelah data di reduksi, langkah analisi selanjutnya adalah penyajian data.

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan atau pengambilan tindakan.16

Penyajian data di arahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan tersusun

dalam pola hubungan sehingga makin mudah di pahami, penyajian data dapat

dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar katagori serta

diagram alur. Penyajian data dalam bentuk tersebut mempermudah peneliti dalam

memahami apa yang terjadi. Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data

15
Ibid hal 16
16
Ibid Hal 17

15
15
yang releven sehingga informasi yang di dapat di simpulkan dan memiliki makna

tertentu untuk menjawab masalah penelitian.

Penyajian data yang baik merupakan satu langkah paling menuju

tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal. Dalam melakukan penyajian

data tidak semata-mata mendiskripsikan secara naratif, akan tetapi disertai proses

analisis yang terus menerus sampai proses penarikan kesimpulan berdasarkan

temuan dan melakukan verifikasi data.

c. Menarik Kesimpulan

Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang

telah di peroleh sebagai hasil dari peneliti. Penarikan kesimpulan atau verifikasi

adalah usaha untuk mencari atau memahami makna atau arti keteraturan, pola-pola,

penjelasan, alur sebab akibat atau proposisi. Sebelum melakukan penarikan

kesimpulan lebih dahuiu dilakukan reduksi data, penyajian data serta penarikan

kesimpulan atau verifikasi dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Sesuai dengan

pendapat Milles dan Huberman, proses analistik tidak sekali jadi, melainkan

interaktif, secara boalk-balik di antara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan

kesimpulan atau verifikasi selama waktu penelitian. Setelah melakukan verifikasi

maka dapat di tarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam

bentuk narasi. Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis

data, juga merupakan tahap akhir dari pengolahan data.

16
16
BAB II

LAPORAN KEGIATAN MAGANG RISET

A. Profil Kota Batu


1. Geografis

Luasan wilayah Kota Batu adalah 19.908,72 hektar dan secara administrasi
terdiri dari 3 (tiga) kecamatan yaitu : 1) Kecamatan Batu, mempunyai luas wilayah
4.545,81 hektar, dan memiliki jumlah desa/kelurahan sebanyak 4 kelurahan dan 4
desa serta 96 RW dan 453 RT. 2) Kecamatan Junrejo, mempunyai luas wilayah
2.565,02 hektar, dan memiliki jumlah desa/kelurahan yakni 1 kelurahan dan 6 desa
serta 59 RW dan 240 RT. 3) Kecamatan Bumiaji, mempunyai luas wilayah
12.797,89 hektar, dan memiliki jumlah desa/kelurahan yakni 9 desa serta 82 RW
dan 429 RT.

Adapun batas administrasi wilayah Kota Batu sebagai berikut: 1) Sebelah


Utara: Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan. 2) Sebelah Selatan:
Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. 3) Sebelah Barat: Kecamatan Pujon,
Kabupaten Malang. 4) Sebelah Timur: Kecamatan Karangploso dan Kecamatan
Dau, Kabupaten Malang.
Kota Batu merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Kota ini terletak 15 km sebelah barat Kota Malang, berada di jalur Malang-Kediri
dan Malang-Jombang. Kota Batu mempunyai peran yang sangat penting untuk
menggerakan roda perekonomian, khususnya dalam skala wilayah Malang Raya
dan umumnya dalam skala wilayah Jawa Timur, yaitu sebagai sentra pariwisata
Jawa Timur. Ditinjau dari letak astronomi, Kota Batu terletak diantara 122° 17' -
122°. 57' Bujur Timur dan 7° 44' - 8° 26' Lintang Selatan. Wilayah Kota Batu
merupakan kawasan pegunungan dan perbukitan dengan iklim yang sejuk. Potensi
utama Kota Batu adalah pada sektor pariwisata dan sektor pertanian khususnya
pertanian hortikultura. Fungsi kawasan kota Batu meliputi areal permukiman,
perdagangan dan jasa, pergudangan, perindustrian, fasilitas umum, kawasan
militer, kawasan wisata, areal pertanian, ruang terbuka hijau serta hutan.

17
17
Untuk mengetahui lebih jelas lagi mengenai kondisi geografis Kota Batu
maka bisa dilihat peta Kota Batu di bawah ini:
Gambar 2.1 Peta Kota Batu

Sumber: Kota Batu Dalam Angka, 2017

Dari gambar peta Kota Batu di atas kita bisa mengetahui secara langsung
kondisi geografis, luas wilayah serta batas-batas wilayah Kota Batu dengan jelas.

18
18
2. Pariwisata
Wilayah Kota Batu merupakan wilayah yang memiliki panorama yang
indah dan sejuk serta mempunyai spesifikasi khusus yaitu dikelilingi Gunung
Panderman, Gunung Banyak, Gunung Welirang, Gunung Bokong sehingga
wilayah ini berpotensi sebagai daerah wisata.
1. Jenis Wisata
Jenis wisata di Kota Batu meliputi wisata agro dan wisata bunga, wisata
alam, wisata budaya, wisata rekreasi, wisata minat khusus, wisata sejarah, wisata
religi, wisata ziarah, wisata husada dan wisata kuliner.
a. Wisata Agro dan Wisata Bunga
Kota Batu memiliki ciri khas dengan agro wisatanya berupa tanaman bunga,
apel, stroberi dan sayur mayur. Berikut obyek wisata agro dan bunga di Kota Batu
: Kusuma Agrowisata, Wisata Agro Punten, Wisata Bunga Sidomulyo.
b. Wisata Alam
Kondisi geografis Kota Batu yang dikelilingi dengan pegunungan dengan
udara yang sejuk sangat cocok untuk berwisata alam. Bagi wisatawan yang ingin
melepaskan kepenatan ataupun berefreshing dapat melakukan aktivitas wisata
sambil menikmati keindahan alam Kota Batu. Berikut obyek wisata alam di Kota
Batu: Pemandian Air Panas Cangar, Pemandian Air Panas Songgoriti, Camping
Ground, TAHURA (Taman Hutan Raya) Junggo, Camping Ground, Air Terjun
Coban Talun, Air Terjun Coban Rais
c. Wisata Budaya
Kebudayaan merupakan salah satu bagian dari kehidupan manusia. Di Kota
Batu, kebudayaan tradisional tumbuh dan berkembang dengan baik sebagai suatu
tradisi budaya yang dipegang teguh masyarakatnya. Adapun keindahan tradisi
budaya Batu dapat dilihat pada atraksi wisata berikut: Sedekah Bumi, Grebeg Desa,
Tari Sembrama, Maulud Nabi Muhammad SAW, Dokar Wisata.
d. Wisata Rekreasi
Wilayah Kota Batu telah dibangun tempat-tempat rekreasi wisata
pendidikan dan keluarga untuk menambah daya tarik wisata di Kota Batu. Berikut
obyek wisata rekreasi di Kota Batu: Jatim Park I, Jatim Park II, BNS, Kawasan

19
19
Wisata Songgoriti, Wisata Selecta, Tirta Nirwana, Eco Green, Alun-Alun Kota
Batu, Dan lain sebagainya
e. Wisata Minat Khusus
Wisata minat khusus merupakan wisata yang diselenggarakan dengan tema
khusus seperti olahraga paralayang, arung jeram dan mountain bike. Bagi para
wisatawan yang berkunjung ke Kota Batu dan ingin menguji adrenalin dapat
berkunjung ke obyek wisata berikut: Wisata Paralayang (Aero Tourism), Wisata
Arung Jeram, Wisata Sepeda Gunung, Downhill, Wisata Bumi Perkemahan
f. Wisata Sejarah
Wisata sejarah yang ada di Kota Batu berupa situs peninggalan bangunan
candi, rumah peristirahatan dan goa jaman Jepang. Berikut obyek wisata sejarah
yang ada di Kota Batu: Candi Supo Songgoriti, Patung Ganesha, Makam Tuan
Denger, Wisma Bima Sakti Selekta, Kartika Wijaya (Heritage Hotel), Goa Jepang
Cangar, Goa Jepang Tlekung
g. Wisata Religi
Wisata religi merupakan salah satu obyek daya tarik wisata mengenai seni
arsitektur bangunan tempat peribadatan agama di Kota Batu. Keberadaan bangunan
dan tempat beribadah di Kota Batu begitu terawat dan terjaga sehingga menarik
sebagai tempat wisata. Berikut tempat yang dapat dijadikan sebagai wisata religi di
Kota Batu: Masjid An-Nur, Gereja Tua Jago, Vihara Budha Kertarajasa, Klenteng
Dewi Kwam Im Thong
h. Wisata Ziarah
Wisata ziarah merupakan obyek wisata bagi wisatawan yang akan
melakukan aktivitas wisata ziarah. Berikut tempat yang ada di Kota Batu dan
dijadikan sebagai tempat wisata ziarah: > Makam Pesarehan Mbah Wastu terletak
di Bumiaji merupakan cikal bakal nama Kota Batu. > Makam Pesarehan Mbah
Pathok terdapat di wilayah Songgoriti yang konon Mbah Pathok membuka wilayah/
babat alas daerah Songgoriti.
i. Wisata Husada
Wisata husada merupakan wisata yang sangat diminati bagi para wisatawan
khususnya bagi mereka yang sangat mengagumi tanaman obat herbal seperti kunir,

20
20
jahe, temu lawak dll (tanaman toga). Wisata tersebut dapat dijumpai di Balai
Materia Medika.
j. Wisata Kuliner
Wisata kuliner merupakan wisata dengan daya tarik beraneka ragam
makanan yang dijual bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kota Batu. Di Kota
Batu terdapat restoran dan rumah makan yang menjual aneka makanan.
3. Kesehatan
Ketersediaan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan sangat penting untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Salah satu
indikator meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan di suatu wilayah adalah
meningkatnya indikator pelayanan kunjungan dan status gizi, dan dukungan sarana
kesehatan yang ada dalam suatu wilayah.
1. Angka Kematian Bayi
Angka kematian bayi (AKB) menggambarkan keadaan sosial ekonomi
masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Angka kematian bayi
merupakan indikator yang menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat
setempat karena bayi adalah kelompok yang paling rentan terkena dampak dari
suatu perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi. Kematian bayi
didefinisikan sebagai kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai
sebelum bayi berusia satu tahun. Jumlah kematian bayi berusia di bawah 1 tahun
di Kota Batu terhitung mulai dari tahun 2008-2012 sebanyak 128 bayi
2. Angka Kematian Ibu
Angka kematian maternal atau Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah
satu indikator penting dari pembangunan kesehatan. Menurut ICD-10 WHO,
kematian maternal atau kematian ibu adalah kematian ibu hamil, melahirkan
atau selama masa nifas yang disebabkan hal apapun yang berkaitan dengan
kehamilan atau penanganannya tapi bukan karena kecelakaan atau insidental.
Adapun tingkat kematian maternal atau Angka Kematian Ibu adalah jumlah
kematian maternal per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu di Kota
Batu terhitung mulai dari tahun 2008-2012 sebanyak 16 orang
3. Persentase Balita Gizi Buruk

21
21
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi
menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan
membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang
badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan
menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di
bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan
gizi buruk. Prevalensi gizi kurang ke dalam 4 kelompok dari seluruh jumlah
balita, yaitu rendah (<10%), sedang (10-19%), tinggi (20-29%), dan sangat
tinggi (>=30%). Adapun jumlah balita gizi buruk di Kota Batu terhitung mulai
dari tahun 2008-2012 sebanyak 121 balita.
B. Profil Bappelitbangda (Badan Perencanaan, Pembangunan, Penelitian,
dan Pembangunan Daerah) Kota Batu
1. Dasar Hukum dibentuknya Bappelitbangda Kota Batu
Dasar hukum pembentukan Badan Perencanaan, Penelitian dan
pembangunan (Bapelitbang) Pemerintah Kota Batu adalah Peraturan Daerah Kota
Batu Nomor 4 Tahun 2013 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat,
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah Kota Batu.
Dalam pasal 5 ditetapkan bahwa Bapelitbangda merupakan unsur perencana
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dipimpin oleh Kepala Badan yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah
a. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Bapelitbang yang ditetapkan dalam peraturan daerah
tersebut adalah bahwa Bapelitbangda Kota Batu tersusun atas :
1. Kepala Badan.
2. Sekretariat, membawahi :
a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
b. Sub Bagian Keuangan.
c. Sub Bagian Program dan Pelaporan.
3. Bidang Perencanaan Sarana, Prasarana dan Lingkungan Hidup,
membawahi :
a. Sub Bidang Sarana dan Prasarana Wilayah.
b. Sub Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup.

22
22
4. Bidang Perencanaan Pemerintahan dan Sosial Budaya, membawahi :
a. Sub Bidang Pemerintahan dan Aparatur.
b. Sub Bidang Sosial Budaya.
5. Bidang Perencanaan Ekonomi, membawahi :
a. Sub Bidang Pariwisata dan Pertanian.
b. Sub Bidang Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan.
6. Bidang Data, Penelitian dan Pengembangan, membawahi :
a. Sub Bidang Data dan Pelaporan.
b. Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan.

23
23
Gambar Struktur Organisasi Bappelitbangda Kota Batu

kepala badan

kelompok jabatan sekretariat


fungsional

subbag subbab umum


subbag
program & &
keuangan
pelaporan kepegawaian

Bidang Perencanaan, Bidang prencanaan


Bidang perencanaan Bidang data, penelitian,
sarana,prasarana & pemerintah dan sosial
ekonomi dan pengembangan
lingkungan hidup budaya

sub bidang sub bidang


sarana & sub bidang sub bidang data
pemerintah dan pariwisata dan dan pelaporan
prasarana pertanian
wilayah aparatur

sub bidang
sub bidang tata
sub bidang koperasi, sub bidang
ruang dan
sosial dan perindustrian penelitian dan
lingkungan
budaya dan pengembangan
hidup
perdagangan

Sumber: Renstra Bappelitbangda Kota Batu 2012-2017

24
24
2. Visi, Misi, Tujuan, Strategi Dan Kebijakan
Bapelitbang Kota Batu sebagai think tank yang memiliki tugas dan fungsi
menyusun kebijakan perencanaan pembangunan daerah harus peka terhadap
berbagai isu strategis dan permasalahan pembangunan daerah. Sehingga, kebijakan
perencanaan yang disusun benar-benar mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Selain itu, Bapelitbang
dituntut untuk dapat mensinergikan perencanaan pembangunan daerah dengan
perencanaan pembangunan nasional maupun daerah lainnya. Hal ini mengingat
bahwa Kota Batu adalah merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Juga adanya konsistensi antara perencanaan dengan penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan.
Sinergitas, konsistensi, dan kontinyuitas perencanaan, serta kepekaan
terhadap isu strategis dan permasalahan pembangunan menjadi dasar bagi
Bapelitbang Kota Batu dalam mendukung pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran
pembangunan nasional maupun pembangunan daerah. Dalam mewujudkannya,
Bapelitbang Batu merumuskan visi dan misi yang mendasari gerak kerja periode
2012-2017
Visi Bapelitbang Kota Batu yang merupakan rumusan umum mengenai
keadaan yang diinginkan dapat terwujud pada akhir periode perencanaan yaitu
“Terwujudnya Perencanaan yang Terpadu, Terukur, Partisipatif,
Berkelanjutan, dan Berkualitas dalam Mendukung Pencapaian Kota Batu
sebagai Sentra Pertanian Organik Berbasis Kepariwisataan Internasional.”
Misi Bapelitbang Kota Batu yang merupakan rumusan umum mengenai
upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi adalah :
1. Meningkatkan pengendalian pembangunan melalui sinkronisasi
perencanaan pembangunan.
2. Meningkatkan koordinasi, monitoring, dan evaluasi perencanaan
pembangunan daerah.
3. Meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi seluruh
stakeholder Kota Batu dalam perencanaan pembangunan daerah.

25
25
4. Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan daerah yang efektif,
efisien, tepat waktu, dan berkelanjutan berbasis keunggulan lokal.
5. Meningkatkan kapasitas organisasi perencana pembangunan melalui
peningkatan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif, dan bersih.

26
26
BAB III

ANALISA HASIL KEGIATAN


A. Perencanaan Strategis pada Tatanan Pariwisata Sehat dalam Program
Kota Batu Sehat
1. Pengembangan Kesepakatan Awal dalam Perencanaan Strategis Tatanan
Pariwisata Sehat Program KBS.

Tahapan awal dalam perencenanaan strategis yaitu tahap pengembangan


kesepakatan awal. Dalam pengembangan kesepakatan awal ini memunculkan
keterlibatan stakeholder dalam proses perencanaan. Program KBS sendiri
merupakan program yang memang melibatkan multi aktor. Beberapa stakeholder
yang terlibat dalam tahapan ini yakni beberapa Organisisasi Perangkat Daerah
(OPS) di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Batu seperti Badan Perencanaan,
Pembangunan, Pengembangan, dan Penelitian Daerah (Bappelitbangda), Dinas
Kesehatan (Dinkes), Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan (Disparbud).17 Sementara itu program KBS ini juga melibatkan
komunitas atau masyarakat Kota Batu yang tergabung dalam Forum Kota Batu
Sehat (FKBS) yang mana forum ini terdiri dari beberapa elemen masyarakat baik
itu dari LSM, Wirausahawan, Akademisi, kelompok pemuda, dll. Pada tahap ini
akan dijelaskan dalam dua aspek yakni latar belakang dilakukannya perencanaan
strategis tatanan pariwisata sehat ini dan proses kesepakatan atau koordianasi awal
dari perencanaan strategisnya.

a. Latar Belakang

Penentuan tatanan pariwisata sehat dalam program KBS untuk tahun 2018
dan tahun-tahun kedepannya hingga ketujuh tatanan program KBS
terimplementasikan semuanya. Pemilihan tatanan pariwisata sehat ini
dilatarbelakangi beberapa alasan, pertama Kota Batu terlebih dahulu sukses dalam
penilaian dua tatanan awal yakni tatanan kehidupan masyaraka sehat dan tatanan

17
Untuk Tatanan Pariwisata Sehat hanya 5 OPD saja yang terlibat. Akan tetapi sejatinya program
KBS ini melibatkan beberapa OPD lain, tergantung dari tiap tatanan dalam program KBS.

27
27
pemukiman, sarana dan pra sarana sehat. Kedua, dikarenakan potensi alam Kota
Batu yang merupakan kota wisata dengan beragam tempat wisatanya. Hal ini
senada dengan apa yang diungkapkan oleh Bapak Drs Amran M.M selaku Kabid
Bappelitbangda Kota Batu sebagai berikut ini:

“pemilihan tatanan pariwisata sehat tidak serta merta kami tentukan begitu
saja. Terlebih dulu Kota Batu harus lolos dulu dalam uji verivikasi dari tim
Kementrian Kesehatan. Dan ahamdulillahnya Kota Batu Lolos dalam
verikasi tersebut. karena syarat untuk melanjutkan ke tatanan yang lainnya
perlu lolos verifikasi awal ini terlebih dahulu.”18
Selain itu, ditambahkan pula oleh Bapak Sariono S.S, M.M selaku Kasubid
Pemerintahan Bappelitbangda Kota Batu sebagai berikut ini:

“tatanan pariwisata sehat ini dipilih karena kita juga melihat potensi yang
dimiliki oleh Kota Batu yaitu potensi pariwisatanya. Mengingat memang
dalam program Kota Sehat itu diharapkan pelaksanaan tatanannya juga
memperhatikan potensi dari daerah tersebut. jadi hal ini sangat tepat
menurut saya.”
Berdasarkan dari hasil dua wawancara di atas, memperjelas bahwasanya ada
dua aspek yang melatar belakangi para stakeholder dalam program KBS memilih
tatanan pariwisata sehat untuk kedepannya. Dua aspek tersebut yakni, pertama
bahwa Kota Batu telah lolos verifikasi dalam penilaian tingkat nasional yang
dilakukan oleh tim dari Kementrian Kesehatan yang dilakukan pada awal bulan
Oktober 2017. Penilaian dan verifikasi yang dilakukan yakni pada pelaksanaan dua
tatanan yang telah terlaksana terlebih dahulu yaitu tatanan kawasan kehidupan
masyarakat sehat mandiri dan tatanan permukiman, sarana dan prasarana sehat.

Selain itu, pemilihan tatanan pariwisata sehat juga dilatrbelakangi oleh


kondisi atau potensi Kota Batu yang memiliki citra sebagai Kota Wisata dengan
beragam dan banyak objek wisata, baik itu wisata alam mapun wisata buatan.
Karena dalam pemilihan tatanan program Kota Sehat sangatlah perlu mengacu dan
memperhatikan potensi daerah masing-masing, agar dalam pelaksanaannya
program Kota Sehat dapat berjalan maksimal dan menuai kebermanfaatan bagi
masyrakat khususnya masyarakat Kota Batu.

18
Hasil wawancara dengan Bapak Drs Amran M.M selaku Kabid Sosial dan Budaya
Bappelitbangda Kota Batu pada 9 November 2017

28
28
b. Kordinasi Awal

Dalam perencanaan strategis diperlukan suatu kordinasi awal untuk


mencapai kesepakatan awal antar stakeholder dalam pembuatan suatu rencana
program. Dalam tahap ini, tiap stakeholder yang terlibat berkumpul bersama dalam
suatu forum atau rapat kordinasi awal, sehingga tiap stakeholder dapat saling
menyampaikan gagasan awalnya mengenai apa yang kedepannya akan
direncanakan. Pada perencanaan strategis tatanan pariwisata sehat program KBS
ini stakeholder telah melalui proses awal ini sebagaimana diungkapkan oleh Bapak
Sariono selaku Kasubid Pemerintahan Bappelitbangda berikut ini:

“proses kordinasi awal dilakukan segera setelah kami dilakukan penilaian


dan verifikasi dari Kementrian Kesehatan. Tepatnya pada tanggal 11
Oktober 2017, pihak Bappelitbangda mengundang beberapa OPD dan
Forum Kota Batu Sehat untuk hadir dalam rapat awal pembahasan
mengenai rencana awal dua tatanan kedepannya yaitu tatanan pariwisata
sehat dan tatanan ketahanan pangan sehat.”19

Kordinasi awal melalui rapat pertama perencanan program FKBS dilakukan


pada 11 Oktober 2017 setelah dilakukan penilaian dan verikasi dari Kementrian
Keseharan pada 4-5 Oktober 2017. Bappelitbangda selaku kordinator program ini
mengundang beberapa OPD terkait dan FKBS untuk hadir dalam acara ini. Pihak
OPD yang hadir (khusus OPD yang pendukung tatanan sehat) antara lain, Dinkes,
Disparbud, dan DLH. Sementara dari FKBS hadir ketua, wakil ketua, sekretaris,
dan perwakilan pokja FKBS di tiap Kecamatan. Dalam forum ini dicapai
kesepakatan mengenai pemilihan tatanan pariwisata sehat, dan perlunya
sinkronisasi program dan kegiatan OPD terkait dengan rencana dari tatanan
pariwisata sehat ini untuk dikordinasikan kembali pada pertemuan berikutnya.

19
Hasil wawancara dengan Bapak Sariono selaku Kasubid Pemerintahan Bappelitbangda Kota
Batu pada 9 November 2017.

29
Gambar 3.1 Kordianasi Awal Perencanan Tatanan Pariwisata Sehat
Program FKBS

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2017


2. Identifikasi dan Memperjelas Penugasan/Mandat dalam Perencanaan
Strategis Tatanan Pariwisata Sehat program KBS.

Perencanaan yang baik dan matang perlu melibatkan beberapa aktor untuk
memunculkan pandangan yang beragam dan sesuai dengan kompetensi tiap aktor
atau stakeholder yang terlibat. Oleh karena dalam aspek perencanaan strategis, akan
sangat perlu memperjelas fungsi dan peran masing-masing stakeholder untuk
menghindari ketumpang tindihan peran dan fungsi serta untuk mencapai efektivitas
dan efisiensi perencanaan. Peran dan Fungsi tiap stakeholder dalam program KBS
khususnya pada tatanan pariwisata sehat dapat dilihat berdasarkan tabel berikut ini:

Tabel 3.1 Peran atau Fungsi Stakeholder


dalam Tatanan Pariwasata Sehat Program KBS

Nama Stakeholder Peran atau Fungsi


Bappelitbangda Kordinator Program (Keseluruhan)
Dinkes Pendamping dan Pengawas Program
(Masalah Kesehatan)
Disparbud Pendamping dan Pengawas Program
(Masalah Kepariwisataan)
DLH Pendamping dan Pengawas Program
(Masalah Lingkungan Hidup)
FKBS Pelaksana Teknis dan Pendamping
Pokja Kecamatan
Sumber: Diolah oleh Peneliti, 201720

20
Hasil Wawancara dengan Bapak Drs Amran M.M Selaku Kabid Sosbud Bappelitbangda Kota
batu

30
Tabel diatas berisi tentang peran atau fungsi tiap lembaga dalam program
KBS khususnya dalam melaksanakan tatanan pariwisata sehat. Terdapat 5
stakehoder yang nantinya saling berintegrasi dalam tatanan ini, seperti
Bappelitbangda, Dinkes, Disparbud, DLH, dan FKBS. Bappelitbangda ditunjuk
sebagai kordinator program secara keseluruhan, karena Bappelitbangda merupakan
OPD yang tidak memiliki peran teknis langsung. Dinkes berperan sebagai
pendamping dan pengawas program yang berkaitan dengan permasalahan
kesehatan. Disparbud sebagai pendamping dan pengawas program yang berkaitan
dengan permasalahan pariwisata. DLH berperan sebagai pendamping dan
pengawas program yang berkaitan dengan permasalahan. FKBS yang merupakan
sekumpulan komunitas dan aktor utama dalam program FKBS berperan sebagai
pelaksana teknis dari program FKBS dan mendampingi tim pokja di Kecamatan-
Kecamat di Kota Batu yakni Kecamatan Junrejo, Kecamatan Batu, dan Kecamatan
Bumiaji.

3. Menilai Lingkungan Eksternal dalam Perencanaan Strategis Tatanan


Pariwisata Sehat Program KBS.

Penilaian lingkungan eksternal dalam perencana strategis dapat apat berupa


peluang dan ancaman. Menurut Bryson peluang dan ancaman dapat diketahui
dengan memantau berbgai kekuatan dan kecenderungan politik, ekonomi, sosial,
dan teknologi.21 Planner atau perencana harus mengeksplorasi lingkungan di luar
organisasi untuk mengidentifikasikan peluang dan ancaman yang dihadapi oleh
organisasi. Peluang dan ancaman mengacu pada aspek ekonomi, sosial, budaya,
demografi, lingkungan, pemerintahan, hukum, dan kompetisi serta kejadian yang
secara signifikan dapat membahayakan organisasi di masa depan. Dalam menilai
lingkungan eksternal perencanaan program KBS khususnya tatanan pariwisata
sehat beberapa kekuatan dan ancaman dapat digali untuk menentukan dan
mengetahui peluang dan ancaman yang akan dihasilkan dalam proses tersebut. Hal

21
Bryson, John M. 2007. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Hal 64

31
31
ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Salma Safitri S.H. selaku Ketua
FKBS berikut ini:

“peluang dengan diterapkannya tatanan pariwisata sehat dalam program


KBS tentu akan menunjang dang memperbaiki kualitas pariwisata di Kota
Batu. Pariwisata di Kota Batu menjadi tempat berwisata yang sehat, aman,
dan nyaman bagi wisatawan. Daya tarik Kota Batu akan semakin meningkat
dan wisatawan akan semakin banyak. Dengan begitu akan ikut
menyumbang pada pembangunan dan perekonomian Kota Batu. Peluang
lainnya yaitu mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan pariwisata khususnya, pariwisata yang sehat. Sedangkan
ancamannya mungkin bisa dari pembangunan pariwisata yang sangat pesat
khususnya pariwisata buatan akan mempengaruhi kualitas lingkungan.
Sealain itu, apabila wisatawan terlalu banyak khususnya pada hari libur ya
akan membuat kemacetan di Kota Batu.”22
Berdasarkan penjelasan dari ketua FKBS di atas, dapat diketahui bahwa
bahwa peluang diterapkannnya tatanan pariwisata sehat ini peningkatan kualitas
pariwisata di Kota Batu yang berimplikasi terhadap meningkatnya jumlah
wisatawan di Kota Batu. Hal ini akan memberikan semacam trickle down effect
bagi pembangunan dan perekonomian di Kota Batu, khususnya para pelaku wisata
di Kota Batu yang juga banyak dikelola secara mandiri oleh masyarakat Kota Batu.
Selain itu, peluang dari penerapan tatanan pariwisata sehat ini juga menimbulkan
partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Kota Batu yang mana
pariwisata di Kota Batu banyak yang dilakukan dalam model community based
tourism atau pariwisata berbasi masyarakat.

Meskipun dengan peluang yang cukup meyakinkan, tatanan penerapan ini


juga akan mendapatkan ancaman karena banyak sekali di Kota Batu dibangun dan
dikembangkan pariwisata buatan dan hotel-hotel megah. Hal ini apabila tidak
dilakukan komunikasi dan integrasi program KBS dengan pihak pemilik wisata
buatan dan Hotel akan menjadi kendala besar dalam pelaksanaan KBS. Karena
seperti yang telah diketahu, nahwa pembangunan-pembangunan tersebut memiliki
dampak akan degradasi lingkungan di Kota Batu. Ketika kualitas lingkungan di
Kota Batu menurun akan berimbas pada kualitas kesehat Kota Batu. Hal ini
merupakan ancaman yang patut diatasi dan ditemukan solusinya dengan baik.

22
Hasil Wawancara dengan Ibu Salma Safitri SH selaku Ketua FKBS pada 29 November 2017

32
32
4. Menilai Lngkungan Internal dalam Perencanaan Strategis Tatanan
Pariwisata Sehat Program KBS.

Perencanaan strategis dipandang sebagai penekanan pada pengambilan


keputusan, informasi, dan masa depan. Penilaian lingkungan internal dalam proses
perencanaan strategis dapat dilakukan dengan mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan dari program yang akan diterapkan. Dalam pengidentifikasian kekuatan
dan kelemahan ini dapat mengacu pada aspek sumber daya, ketrsediaan fasilitas
sarana dan prasarana. Hal ini sejalan dengan pendapat Bryson yang menyatakan
bahwa faktor internal merupakan terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang berasal
dari dalam organisasi. Sebagaiamana hal tersebut dinyatakan dalam wawancara
yang diberikan oleh Ibu Salma Safitri yang merupakan Ketua FKBS berikut ini:

“kekuatan dari tatanan pariwisata sehat ini dapat merujuk pada banyaknya
potensi pariwisata di Kota Batu. Kota Batu dikenal dengan Kota Wisata
dengan begitu banyak objek wisata ada di Kota ini. Kota Batu pun juga
memiliki kondisi alam yang sejuk dan dingin dibandingkan dengan Kota
Lain. Kelemahannya yakni kurang tersediannya fasilitas sarana dan
prasaran penunjang pariwisata sehat. Selain itu faktor anggaran juga
berpengaruh.”23
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa aspek kekuatan dalam
faktor internal perencanaan strategis tatanan pariwisata sehat berupa potensi
pariwisata yang sangat tinggi di Kota Batu dengan mengacu pada banyaknya objek
wisata yang terdapat di Kota Batu, baik itu wisata alam mapun wisata buatan. Selain
itu Kota Batu yang memiliki kondisi alam dengan hawa yang sejuk dan dingin
dibandingkan dengan kota lain. Bentang alam yang indah di Kota Batu dapat
menjadi acuan dalam pengambilan keputusan perencanaan strategis tatanan
pariwisata sehat program KBS ini.

Selain itu faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan juga dapat
diketahui berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti. Kekuatan yang
dimiliki oleh Kota Batu dalam penerpan tatanan pariwisata sehat ini bisa dilihat dari
banyaknya anggota FKBS yang merupakan pegiat dan pemilik usaha di bidang

23
Hasil wawancara dengan Ibu Salam Safitri SH selaku Ketua FKBS pada 29 November 2017

33
33
pariwisata, sehingga akan membantu merumuskan kegiatan yang tepat. Akan tetapi,
kekemahan yang dapat muncul yakni mensinergikan program-program dari tiap
stake holder yang berkepentingan dalam program KBS ini, seperti Bappelitbangda,
Dinkes, DLH, dan Disparbud yang tentunya memiliki ego sentrisme kelembagaan
sendiri karena memiliki beberapa program yang telah direncanakan dan perlu
sinkronisasi dengan program KBS khususnya dalam tatanan pariwisata sehat.

5. Identifikasi Isu Strategis dalam Perencanaan Strategis Tatanan Pariwisata


Sehat Program KBS.

Isu strategis dapat dikatakan sebagai suatu pilihan kebijkan. Isu strategis
mengidentifikasikan permasalahan berdasarkan tugas, pokok, dan fungsi (tupoksi)
dari organisasi. Isu strategis ini merujuk pada kondisi atau perihal yang perlu
dipertimbangkan dan dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena
dampaknya yang sangat signifikan bagi suatu kondisi di masa yang akan datang.
Karakteristik isu strategis adalah kondisi atau hal yang bersifat penting, mendasar,
mendesak, memiliki jangka panjang dan menentukan tujuan di suatu organisasi di
masa akan datang.24 Isu strategis ini menjadi bagian yang penting dan sangat
menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah guna
melengkapi tahapan-tahapan yang dilakukan sebelumnya. Penjelasan tersebut
selanjutnya didukung oleh wawancara dengan bapak Sariono S.S, M.M selaku
Kasubid Pemerintahan Bappelitbangda Kota Batu sebagai berikut ini:

“ada beberapa isu strategis yang perlu dimasukkan dalam perencanaan


tatanan pariwisata sehat, seperti penyediaan sarana atau fasilitas pelayanan
kesehatan yang memadai di tiap objek wisata, Pelestarian dan perlindungan
lingkuangan di Kota Batu, dan pengembangan pariwisata berbasis alam…
penentuan isu strategis itu karena saat ini kondisi di lapangan masih begitu
kurang”25
Di lain sisi, identifikasi isu strategis perencanaan strategis pariwisata sehat
juga dapat didentifikasi berdasarkan pengamatan atau observasi peneliti. Peneliti
menemkan bahwa isu-isu strategis yang muncul yakni perlunya keterlebitan

24
Ibid Hal 74
25
Hasil wawancara dengan Bapak Sariono S.S, M.M selaku Kasubid Pemerintahan Bappelitbangda
Koata Batu Pada 9 November 2017

34
34
komunitas pariwisata masyarakat setempat, pengembangan kolaborasi dengan
sektor swasta, dan pengembangan ekonomi masyarakat pariwisata.

Dengan demikian dapat dipadukan antara pandangan dari Bappelitbangda


dan pengamatan dari peneliti bahwa isu strategis dalam perencanaan tatanan
pariwisata sehat program KBS yaitu:

a) Penyediaan sarana atau fasilitas pelayanan kesehatan di lokasi wisata


b) Pelestarian dan perlindungan terhadap lingkungan
c) Pengembangan pariwisata berbasis alam
d) Peningkatan keterlibatan komunitas pariwisata setempat
e) Pengembangan kolaborasi dengan sektor swasra
f) Pengembangan ekonomi masyarakat setempat.

6. Mengembangkan Strategi dalam Perencanaan Strategis Tatanan Pariwisata


Sehat Program KBS

Bryson menyatakan bahwa strategi dikembangkan untuk menangani isu-isu


yang diidentifikasikan pada langkah sebelumnya.26 Planner atau perencana harus
mampu menentukan alternative-laternatif strategi. Strategi ini merupakan
penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang sebuah organisasi dan arah tindakan
dalam mengalokasikan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
sasaran. Strategi ini dibutuhkan agar sumber daya dapat dioptimalkan semaksimal
mungkin. Penentuan strategi ini dapat dilakukan dengan metode analisis Strenghts
(Kekuatan), Weaknesess (Kelemahan), Opportunity (peluang), Threats (ancaman)
atau dikenal dengan analisis SWOT.
Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi perusahaan.27 Analisis ini berdasar pada hubungan atau
interaksi faktor-faktor internal, yaitu kekuatan dan kelemahan, terhadap unsur-
unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman. Dalam penilaian tersebut
memungkinkan planner atau perencana dapat menentukan strategi suatu

26
Ibid hal 74
27
Rangkuti, Freddy. 2004. Manajemen Persediaan Aplikasidi Bidang Bisnis. Jakarta: Raja
Grafindo. Hal:17

35
35
pembangunan atau program dan dalam hal penelitian ini akan membantu planner
dalam menentukan strategi pada tatanan pariwisata sehat dalam program KBS.
Berikut ini tabel matriks analisis SWOT yang diolah oleh peneliti:
Tabel 4.2 Analisi Matrik SWOT Strategi Tatanan Pariwisata Sehat
STRENGHT (S) WEAKNESS
INTERNAL 1. Banyaknya potensi 1. Ketersediaan sarana
pariwisata di Kota dan pra sarana
Batu. kesehatan di tempat
2. Kondisi alam atau wisata
udara Kota Batu yang 2. Terbatasnya Anggaran
sejuk. 3. Sinergitas antar OPD
3. Banyak SDM di FKBS terkait masih lemah
yang merupakan
pehiat atau pelaku
bisinis pariwisata.

EKSTERNAL
OPPORTUNITY STRATEGI (SO) STRATEGI (WO)
1. Daya Tarik bagi 1. Pengembangan 1. Pengembangan sarana
Wisatawan sangat community based dan prasarana
tinggi tourism atau kesehatan di lokasi
2. Partisipasi pariwisata berbasis wisata.
masyarakat yang masyarakat 2. Penguatan
tinggi dalam 2. Mengembangkan kelembagaan dalam
pengembangan kolaborasi dengan program Kota Sehat
pariwisata stakeholder lain. 3. Membuka keterlibatan
3. Integrasi program investor
dengan stakeholder
lain seperti pihak
swasta.
THREATS STRATEGI (ST) STRATEGI (WT)
1. Kemacetan akibat 1. Pengoptimalan fungsi 1. Pengembangan
membludaknya pariwisata dengan kerjasama dengan
wisatawan dari luar meningkatkan swasta dalam
Kota Batu kesadaran dalam mengurangi resiko
2. Degradasi lingkungan menjaga lingkungan lingkungan.
akibat banyaknya 2. Pengembangan dan
pembangunan wisata pengoptimalan wisata
buatan. agro.
3. Berkurangnya
agrowisata, karena
lahan dibangun hotel
dan wisata buatan.
Sumber: Olahan Peneliti
Berdasarkan hasil analisis SWOT diatas, maka dapat ditentukan strategi-
strategi yang diperlukan dalam perencanaan strategis tatanan pariwisata sehat
program Kota Batu Sehat. Strategi yang diperoleh merupakan hasil elaborasi dari

36
36
strategi (SO), Strategi (WO), Strategi (ST), Strategi (WT) yang diuraikan sebagai
berikut ini:
1) Strategi (SO) merupakan strategi suatu organisasi yang bersifat agresif dan
mengarah pada pengembangan organisasi. Strategi ini terdiri dari dua aspek
yaitu pengembangan community based tourism atau pariwisata berbasis
masyarakat dan pengembangkan kolaborasi dengan stakeholder lain.
Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat dipilih karena Kota Batu
memiliki banyak objek wisata yang mana banyak pula wisata tersebut
dikelola secara mandiri oleh masyarakat. Dengan begitu akan terwujud pula
kondisi yang disebut local self governance atau masyarakat yang mandiri.
Selain it, perlu dikembangkan kolaborasi dengan stakeholder lainnya, tidak
hanya FKBS dan OPD terkait, namun juga pihak swasta seperti pemilik
usaha dibidang wisata, hotel, dan kuliner.
2) Strategi (WO) merupakan strategi yang bersifat rasional dari suatu
organisasi yang mengarah kepada pemanfaatan peluang pasar dengan
sebaik-baiknya demi kepentingan organisasi. Strategi ini terdiri dari 3 hal
yakni pengembangan sarana dan prasarana kesehatan di lokasi wisata,
penguatan kelembagaan dalam program Kota Sehat, dan membuka
keterlibatan investor. Pengembangan sarana dan prasaranan fasilitas
kesehatan penting karena untuk mewujudkan pariwisata yang sehat
memang diperlukan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai.
Sehingga mencipatakan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan. Strategi
penguatan kelembagaan dapat dilakukan untuk menguatkan sinegitas antar
stakeholder yang terlibat. Selain itu diperlukan strategi membuka
keterlibatan bagi investor untuk menginvestasikan sumber daya, khususnya
sumber daya keuangan bagi program ini. Karena menggantungkan pada
angaran dari pemerintah semata tidaklah mencukupi dan maksimal.
3) Strategi (ST) merupakan strategi dari organisasi untuk memposisikan diri
dalam kompleksitas persaingan. Strategi ini terdiri dari dua aspek yakni
pengoptimalan fungsi pariwisata dengan meningkatkan kesadaran dalam
menjaga lingkungan dan pengembangan dan pengoptimalan wisata agro.

37
37
Kedua strategi tesebut dipilih lantaran ada sebuah ancaman yakni mengenai
degrasasi lingkungan, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan kesadaran
pelestarian lingkungan dan juga dengan memilih mengembangkan
agrowisata yang berbasis pertanian dan alam yang mana juga untuk
mencapai pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.
4) Strategi (WT) merupakan strategi organisasi yang bersifat difensif dan
sebagai upaya untuk bertahan dari gempuran dan persaingan yang
kompleks. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan strategi pengembangan
kerjasama dengan swasta dalam mengurangi resiko lingkungan. Dengan
begitu dalam mewujudkan pariwisata yang sehat, khususnya dalam aspek
lingkungan, perlu merangkul pihak swasta agar mau berkontribusi dalam
rangka kepedulian terhadap perlindungan dan meperlestarikan lingkungan
B. Target atau Fokus yang Dicapai

Target yang ingin dicapai peserta magang dalam program magang riset ini
adalah untuk mengetahui Perencanaan Strategis pada Tatanan Pariwisata Sehat
dalam Program Kota Batu Sehat. Berikut poin penting yang dicapai, yaitu:

1. Peserta magang bisa mengetahui secara langsung perencanaan dan


pelaksanaan mengenai program Kota Batu Sehat dengan cara mengikuti
segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh Panitia Kota Batu Sehat, seperti
Mengikuti Rapat Mingguan terkait pembahasan kedepan mengenai
Program Kota Batu Sehat.
2. Peserta magang bisa mendapatkan data terkait riset yang akan dilakukan
dengan cara melakukan wawancara dengan beberapa panitia dan
pemerintah daerah (BAPPELITBANGDA Kota Batu) yang bertugas untuk
menangani program Kota Batu Sehat. Selain itu peserta magang juga bisa
mendapatkan data dengan cara meminta data softfile yang berkaitan dengan
program Kota Batu Sehat.
3. Peserta magang mendapatkan tugas untuk membuat Struktur Kepanitiaan
Kota Batu Sehat yang telah disusun sebelumnya dan Power Point mengenai
pengenalan program Kota Batu Sehat kepada masyarakat. Hal ini
merupakan kesempatan dan keistimewaan bagi peserta magang karena dari

38
38
sini peserta magang bisa belajar hal mendasar untuk menjadi pegawai dan
membangun program pemerintah daerah.

Itulah beberapa fokus dan target yang berhasil dicapai oleh peserta magang
yang gunanya selain untuk sarana pendukung bagi riset atau penelitian yang
dilakukan, juga sebagai sarana pembelajaran pribadi bagi tiap-tiap anggota peserta
magang riset. Selain itu, ketiga poin diatas merupakan capaian yang hanya fokus
pada program Kota Batu Sehat yang menjadi riset peserta magang. Disamping
pencapaian pada program Kota Batu Sehat ada beberapa capain yang berhasil
didapatkan oleh peserta magang, seperti peserta magang bisa belajar mengenai
pengarsipan dokumen-dokumen lawas, pembuatan surat, dan yang paling penting
adalah dapat membangun kerja sama dengan pegawai daerah
(BAPPELITBANGDA Kota Batu).

39
39
BAB IV

PENUTUTP

A. Kesimpulan

Tahapan awal dalam perencenanaan strategis yaitu tahap pengembangan


kesepakatan awal. Dalam pengembangan kesepakatan awal ini memunculkan
keterlibatan stakeholder dalam proses perencanaan. Program KBS sendiri
merupakan program yang memang melibatkan multi aktor. Beberapa stakeholder
yang terlibat dalam tahapan ini yakni beberapa Organisisasi Perangkat Daerah
(OPS) di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Batu seperti Badan Perencanaan,
Pembangunan, Pengembangan, dan Penelitian Daerah (Bappelitbangda), Dinas
Kesehatan (Dinkes), Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan (Disparbud). Sementara itu program KBS ini juga melibatkan
komunitas atau masyarakat Kota Batu yang tergabung dalam Forum Kota Batu
Sehat (FKBS) yang mana forum ini terdiri dari beberapa elemen masyarakat baik
itu dari LSM, Wirausahawan, Akademisi, kelompok pemuda, dll. .

Pemilihan tatanan pariwisata sehat ini dilatarbelakangi beberapa alasan,


pertama Kota Batu terlebih dahulu sukses dalam penilaian dua tatanan awal yakni
tatanan kehidupan masyaraka sehat dan tatanan pemukiman, sarana dan pra sarana
sehat. Kedua, dikarenakan potensi alam Kota Batu yang merupakan kota wisata
dengan beragam tempat wisatanya. Perencanaan yang baik dan matang perlu
melibatkan beberapa aktor untuk memunculkan pandangan yang beragam dan
sesuai dengan kompetensi tiap aktor atau stakeholder yang terlibat. Oleh karena
dalam aspek perencanaan strategis, akan sangat perlu memperjelas fungsi dan peran
masing-masing stakeholder untuk menghindari ketumpang tindihan peran dan
fungsi serta untuk mencapai efektivitas dan efisiensi perencanaan.

Penilaian lingkungan eksternal dalam perencana strategis dapat apat berupa


peluang dan ancaman. Menurut Bryson peluang dan ancaman dapat diketahui
dengan memantau berbgai kekuatan dan kecenderungan politik, ekonomi, sosial,
dan teknologi. Planner atau perencana harus mengeksplorasi lingkungan di luar
organisasi untuk mengidentifikasikan peluang dan ancaman yang dihadapi oleh

40
40
organisasi. Peluang dan ancaman mengacu pada aspek ekonomi, sosial, budaya,
demografi, lingkungan, pemerintahan, hukum, dan kompetisi serta kejadian yang
secara signifikan dapat membahayakan organisasi di masa depan. Dalam menilai
lingkungan eksternal perencanaan program KBS khususnya tatanan pariwisata
sehat beberapa kekuatan dan ancaman dapat digali untuk menentukan dan
mengetahui peluang dan ancaman yang akan dihasilkan dalam proses tersebut.

Perencanaan strategis dipandang sebagai penekanan pada pengambilan


keputusan, informasi, dan masa depan. Penilaian lingkungan internal dalam proses
perencanaan strategis dapat dilakukan dengan mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan dari program yang akan diterapkan. Dalam pengidentifikasian kekuatan
dan kelemahan ini dapat mengacu pada aspek sumber daya, ketrsediaan fasilitas
sarana dan prasarana.

Isu strategis mengidentifikasikan permasalahan berdasarkan tugas, pokok,


dan fungsi (tupoksi) dari organisasi. Isu strategis ini merujuk pada kondisi atau
perihal yang perlu dipertimbangkan dan dikedepankan dalam perencanaan
pembangunan karena dampaknya yang sangat signifikan bagi suatu kondisi di masa
yang akan datang. Karakteristik isu strategis adalah kondisi atau hal yang bersifat
penting, mendasar, mendesak, memiliki jangka panjang dan menentukan tujuan di
suatu organisasi di masa akan datang. Isu strategis ini menjadi bagian yang penting
dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah
guna melengkapi tahapan-tahapan yang dilakukan sebelumnya.

Planner atau perencana harus mampu menentukan alternative-laternatif


strategi. Strategi ini merupakan penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang
sebuah organisasi dan arah tindakan dalam mengalokasikan sumber daya yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan sasaran. Strategi ini dibutuhkan agar sumber
daya dapat dioptimalkan semaksimal mungkin. Penentuan strategi ini dapat
dilakukan dengan metode analisis Strenghts (Kekuatan), Weaknesess (Kelemahan),
Opportunity (peluang), Threats (ancaman) atau dikenal dengan analisis SWOT.
Strategi yang diperoleh merupakan hasil elaborasi dari strategi (SO),
Strategi (WO), Strategi (ST), Strategi (WT) yang diuraikan sebagai berikut ini:

41
41
1. Strategi (SO) merupakan strategi suatu organisasi yang bersifat agresif dan
mengarah pada pengembangan organisasi.
2. Strategi (WO) merupakan strategi yang bersifat rasional dari suatu
organisasi yang mengarah kepada pemanfaatan peluang pasar dengan
sebaik-baiknya demi kepentingan organisasi.
3. Strategi (ST) merupakan strategi dari organisasi untuk memposisikan diri
dalam kompleksitas persaingan
4. Strategi (WT) merupakan strategi organisasi yang bersifat difensif dan
sebagai upaya untuk bertahan dari gempuran dan persaingan yang
kompleks.

B. Saran
Program kota batu sehat merupakan program yang sifatnya kompleks hal
ini karena program ini tidak bisa di laksanakan oleh satu pihak atau OPD saja,
melainkan perlu keterlibatan beberapa OPD dan aktor lain seperti FKPS. Begitu
pula dengan pelaksanaan tatanan pariwisata sehat yang mana pada tatanan tersebut
perlu keterlibatan 4 OPD di lingkup pemkot batu yakni Disparbud, Dinkes, DLH,
dan Bapelitbangda. Dengan banyaknya OPD yang terlibat otomatis mengharuskan
OPD-OPD tersebut saling bersinergi dalam perencanaan program-programnya.
Sinergitas itu penting agar setiap program yang di rencanakan berintegrasi dengan
tatana pariwisata sehat, karena dalam prakteknya program-program yang di
rencanakan seakan-akan tidak berkorelasi dengan program batu sehat ini.
Permasalahan ini kedepanya di harapkan dapat di selesaikan dengan Bapelitbangda
sebagai kordinator tersebut.
Selain itu yang perlu di tingkatkan dalam perencanaan strategis dalam
tatanan pariwisata sehat ini adalah perlunya perencanaan dari bawah terutama
kontribusi gagasan dari pokja di desa. Hal ini karena pada dasarnya program Kota
Batu sehat ini dalam tataran teknisnya atau pelaksanaan di lapangan mengharuskan
peran yang dominan dari masyrakat baik itu melalui FKBS, pokja di kecamatan,
danan pokja di desa dengan begitu akan terlaksana pemberdayaan masyarakat
melalui program ini.

42
42
DAFTAR PUSTAKA
Allison, M., dan J Kaye. 2015. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi
Nirlaba,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Amirin, Tatang M. 1986. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali
Badan Perencanaan, Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah. 2012.
Rencana Strategis Badan Perencanaan Daerah Kota Batu 2012-2015.
Kota Batu

Badan Pusat Statistik Kota Batu. 2017. Kota Batu dalam Angka 2017. Diakses
dari https://bps.go.id

Gulo, W. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: Grasindo

Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata.


Jakarta: UI Press.
Miles, Matthew B dan Huberman, A Michel. 1992. Analisis data Kualitatif Buku
Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.

Moleong, Lexy J. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja


Rosda Karya

Narimawati, Umi. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori


dan Aplikasi. Bandung: Agung Media

Peraturan Bersama antara Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan No 34


tahun 2005 dan No 1138/menkes/PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan
Kabupaten/Kota Sehat
Sekaran, Uma. 2011. Research Methods for Business. Jakarta: Salemba Empat

Sirojuzilam dan Mahali, K. 2010. Regional. Pembangunan, Perencanaan dam


Ekonomi. USU Press: Medan

43
43
LAMPIRAN

Gambar Penyambutan Tim Verifikasi Kota Batu Sehat 2017

Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2017

44
44
Gambar Kegiatan Verifikasi Kota Batu Sehat 2017

Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2017

45
45
Gambar Rapat Evaluasi Kota Batu Sehat 2017

Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2017

46
46
Gambar Rapat Persiapan Kota Batu Sehat 2018

Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2017

47
47
Gambar Rapat Tentang Ketahanan Pangan Bersama BPTP

Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2017

Gambar Rapat Pemaparan Data Tiap OPD

Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2017

48
48
Gambar Rapat SDGs

Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2017

49
49

Anda mungkin juga menyukai