Anda di halaman 1dari 13

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN SOCAH FEELING

GOOD TOURISM DI DESA PERNAJUH

Disusun untuk memenuhi Aspek Penilaian Mata Kuliah Evaluasi Proyek


Dosen Pengampu: Hery Purwanto, S.Pt., M.E

Disusun Oleh :

MUHAMMAD RAISUL ANWAR 170231100098

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Pedesaan di Indonesia biasanya memiliki ciri agak tertinggal bila dibandingkan


dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal aspek lainnya, seperti:
pembangunan, kualitas kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya. Banyak pihak yang telah
dilibatkan dalam hal pengupayaan perbaikan mutu kehidupan masyarakat di sana, namun
tetap saja hal tersebut tidak memberi dampak yang cukup signifikan bagi masyarakat desa
tersebut. Terkadang hal itu menjadi dilema tersendiri bagi masyarakat desa. Hal ini cukup
beralasan, karena terkadang ada program yang dalam pelaksanaannya melibatkan masyarakat
desa, namun hasilnya justru tidak dinikmati oleh masyarakat desa tersebut.

Berangkat dari kondisi itulah sekarang muncul sebuah gagasan baru untuk lebih
memberdayakan masyarakat dan potensi yang ada di pedesaan tersebut, di mana gagasan
tersebut melibatkan masyarakat desa tersebut untuk turun langsung di lapangan, baik dalam
hal pengemasan dan pengorganisasian, sehingga hasilnya pun dapat dinikmati secara
bersamasama oleh semua masyarakat desa. Gagasan tersebut ialah membangun desa tersebut
menjadi sebuah Desa Wisata. Banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat, baik
secara ekonomi maupun secara non-ekonomi.

Dalam banyak kegiatan yang bertujuan untuk peningkatan perekonomian desa, sudah
pasti ada banyak faktor yang ikut berpengaruh di dalamnya. Secara lebih rinci, perekonomian
pedesaan ialah suatu potensi yang ada pada suatu desa dan dapat dimanfaatkan dengan baik
untuk kesejahteraan bersama bagi masyarakat desa tersebut. Pemanfaatan potensi dari
pedesaan tersebut jika dilakukan dengan cermat dan konsisten dapat serta-merta menaikkan
kondisi kesejahteraan masyarakat desa secara bersama-sama.

Terkait dengan permasalahan tersebut, maka solusi dengan penetapan desa wisata
kiranya menjadi solusi yang cukup tepat. Desa pun kini bisa dikemas dan dijadikan sebagai
obyek wisata yang indah. Hal ini cukup menarik untuk dikaji karena di mana pada situasi
tersebut masyarakat desa terkait dapat menikmati secara langsung manfaatnya secara
ekonomi, sekaligus masyarakat akan terbawa dengan sendirinya untuk bisa saling menjaga
terhadap lingkungan dan alam disekitarnya. Pariwisata kini menarik untuk dibicarakan
sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan perekonomian pedesaan.

Pariwisata dikutip dari situs milik Disbudpar, dapat diartikan sebagai seluruh kegiatan
orang yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di suatu tempat di luar lingkungan
kesehariannya untuk jangka waktu tidak lebih dari setahun untuk bersantai (leisure), bisnis
dan berbagai maksud lain. Pariwisata di Indonesia menurut UU Kepariwisataan No. 9 tahun
1990 pasal 1 (5) adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata serta usaha-usaha
yang terkait di bidangnya. Indonesia memiliki banyak sekali sumber daya wisata yang
dengan aset alam, budaya, flora dan fauna dengan berbagai ciri khas masing-masing di setiap
daerahnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana hasil analisis kelayakan proyek ?

2. Bagaimana dampak positif dan negatif proyek ditinjau dari semua aspek ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui hasil analisis kelayakan proyek

2. Mengetahui dampak positif dan negatif proyek ditinjau dari semua aspek

1.4 Manfaat

Dengan dibuatnya laporan evaluasi ini, diharapkan dapat memberikan informasi


serta pengetahuan baru bagi semua pembaca khususnya akademisi dan pihak-pihak
yang bersangkutan. Setiap informasi serta pengetahuan yang diperoleh dapat menjadi
pembanding ataupun pembelajaran mengenai kondisi proyek khususnya di daerah
Madura.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kerangka Pemikiran Teoritis

Pengertian proyek menurut Arifin yang dikutip dari Mariyanne (2006) adalah suatu
aktivitas di mana dikeluarkannya uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (returns) di
waktu yang akan datang, yang direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai salah satu
unit di mana biaya maupun hasilnya dapat diukur. Terdapat berbagai pendapat mengenai
pengertian proyek, salah satunya ialah menurut Gray, et al.(2005:1) proyek adalah kegiatan-
kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan
mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat. Adapun menurut
Pudjosumarto (1995: 9-11) proyek merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dapat
direncanakan, yang di dalamnya menggunakan sumber-sumber (inputs), misalnya: uang dan
tenaga kerja, untuk mendapatkan manfaat (benefits) atau hasil (returns) di masa yang akan
datang.

Evaluasi proyek bertujuan untuk memperbaiki pilihan investasi karena sumber-


sumber yang tersedia bagi pembangunan adalah terbatas sehingga diperlukan sekali adanya
pemilihan antara berbagai macam proyek. Dari uraian tersebut maka proyek berarti adalah
serangkaian kegiatan yang terbatas pada ruangan, waktu, dan lingkup lingkungan yang
digunakan untuk memperoleh spesifikasi atau pengkhususan objek yang hendak
dilaksanakan.

Dalam penelitian ini yang dianggap sebagai objek adalah pembangunan desa wisata.
Sedangkan evaluasi proyek adalah pemantauan atau pengawasan suatu proyek atau kegiatan
yang sedang atau akan dilakukan agar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan
lain dari diadakannya evaluasi proyek adalah untuk menganalisa suatu proyek tertentu, baik
proyek yang akan dilaksanakan, sedang, dan selesai dilaksanakan untuk bahan perbaikan dan
penilaian pelaksanaan suatu proyek. Alasan suatu proyek perlu dievaluasi karena:

1. Analisa dapat digunakan sebagai alat perencanaan di dalam pengambilan keputusan.


2. Analisa dapat digunakan sebagai pedoman atau alat di dalam pengawasan, apakah
proyek nanti dapat berjalan sesuai dengan direncanakan atau tidak.

Aspek-aspek persiapan dan evaluasi proyek yang harus diperhatikan pada setiap
kegiatan proyek:
a. Aspek teknis, yaitu aspek yang berhubungan dengan masukan (input) dan keluaran
(output) yang akan digunakan serta dihasilkan di dalam suatu proyek.
b. Aspek sosial, yaitu aspek yang menyangkut dampak (impact) sosial yang akan dicapai
oleh suatu proyek.
c. Aspek finansial, yaitu aspek yang menyangkut perbandingan antara pengeluaran uang
dengan pemasukan uang dalam suatu proyek.
d. Aspek ekonomis, yaitu aspek yang melihat suatu kegiatan dari sudut perekonomian
secara keseluruhan.

Gambaran-gambaran yang rasional dari sesuatu proyek untuk diputuskan dapat atau
tidaknya dibiayai dalam program, telah dikembangkan berbagai macam indeks. Indeks-
indeks tersebut disebut Kriteria Investasi. Jenis kriteria investasi tersebut adalah: Nilai Bersih
Sekarang (Net Present Value/NPV), Rasio Manfaat Biaya Bersih (Net Benefit Cost Ratio/Net
B/C Ratio), dan Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return/IRR). Arifin juga
mengungkapkan bahwa manfaat dan biaya ada yang dapat dihitung secara kuantitatif
(tangible) dan yang tidak dapat dihitung (intangible). Menurut Husnan dan Suwarsono (1994:
4) studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek
dilaksanakan dengan baik. Pengertian keberhasilan dapat ditafsirkan berbeda-beda, ada yang
menafsirkan dalam artian yang lebih terbatas, terutama dipergunakan oleh pihak swasta yang
lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi. Ada juga yang mengartikan dalam
artian yang lebih luas, terutama dipergunakan oleh pemerintah, atau lembaga nonprofit yang
mempertimbangkan berbagai faktor seperti manfaat bagi masyarakat luas yang bisa berwujud
penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah dan lain sebagainya.

B. Studi Terkait

1. Pariwisata

Dalam arti luas, Damanik dan Weber (2006) memberi makna pariwisata adalah
sebagai kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau
mencari suasana lain. Sebagai suatu rangkaian aktifitas manusia, pariwisata ialah fenomena
mobilisasi manusia, barang, dan jasa yang sangat erat kaitannya. Keeratan kaitan ini terdiri
dari banyak aspek, antara lain: organisasi, hubunganhubungan kelembagaan dan individu,
kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan layanan, dan lain sebagainya. Pihak ketiga pun
sangat diharapkan perannya untuk ikut melancarkan rangkaian kegiatan ini, agar konsumen
(wisatawan) menjadi puas dan memiliki keinginan untuk kembali lagi berkunjung ke daerah
tersebut. Semua ini merupakan rangkaian elemen yang saling mempengaruhi atau
menjalankan fungsi-fungsi tertentu sehingga pariwisata tersebut dapat berjalan sebagaimana
mestinya.

Pendapat dari BPS yang dikutip oleh Mariana (1999:1-2) bahwa pariwisata
mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai penghasil devisa,
meratakan dan meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan, memperkokoh persatuan dan
kesatuan, serta budaya bangsa, seperti yang telah diamanatkan dalam Garis-garis Besar
Haluan Negara (1998) bahwa pengembangan pariwisata, kecuali untuk menghasilkan devisa
dan menambah kesempatan penanaman modal, juga menambah volume penyerapan tenaga
kerja. Hal ini dimungkinkan karena kepariwisataan sebagai upaya ekonomi, bukan saja padat
modal, tetapi juga padat karya. Dengan demikian, sektor pariwisata mampu meningkatkan
penyerapan tenaga kerja. Penyerapan ini terkait dengan peningkatan pariwisata sebagai
andalan yang mampu menggalakkan sektor lain yang terkait. Dari sisi ekonomi, menurut
Damanik dan Weber (2006), pariwisata muncul dari empat unsur pokok yang saling berkaitan
erat dalam suatu sistem, yakni:
a. Permintaan atau kebutuhan
b. Penawaran atau pemenuhan kebutuhan berwisata itu sendiri
c. Pasar atau kelembagaan yang berperan untuk memfasilitasi keduanya
d. Pelaku atau aktor yang menggerakkan ketiga elemen diatas.
Mengacu pada pendapat diatas, maka dapat diambil kesimpulan sederhana bahwa pariwisata
memiliki keterkaitan erat dengan ekonomi, demikian pula sebaliknya. Kondisi ini sangat erat
dengan kenyataan yang terjadi di Indonesia, dimana pada daerah-daerah tertentu
masyarakatnya sangat bergantung pada pariwisata.

2. Ekowisata
Damanik dan Weber (2006) mendefinisikan ekowisata (ecotourism) sebagai kegiatan wisata
yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumber daya pariwisata. Kelestarian
sumber daya pariwisata ini lebih terkait dengan sumber daya alam dan lingkungan hidup,
dimana di dalam ekowisata, keadaan inilah yang ”dijual” kepada wisatawan. From, dikutip
dari Damanik dan Weber (2006), menyusun tiga konsep dasar yang lebih operasional
mengenai ekowisata, antara lain:

a. Perjalanan outdoor dan di kawasan alam yang tidak menimbulkan kerusakan


lingkungan. Dalam wisata ini, segala perlengkapan yang digunakan biasanya ialah bahan
yang ramah lingkungan, seperti listrik dari tenaga surya, rumah kayu, piring dari daun pisang,
dan lain sebagainya. Kegiatan ini juga tidak mengorbankan flora dan fauna, tidak mengubah
topografi lahan dan lingkungan sekitar, demikian juga budaya asli masyarakat sekitar pun
tetap terjaga kelestariannya.
b. Wisata ini mengutamakan penggunaan fasilitas-fasilitas pendukung yang diciptakan dan
dikelola oleh masyarakat sekitar. Prinsipnya, semua yang digunakan bukan merupakan
perpanjangan tangan dari pihak yang berasal dari luar lingkungan setempat. Ada beberapa
contoh komponen yang terkait, seperti: transportasi, makanan, termasuk pula pemandu
wisata. Semua yang ada dan terlibat di dalam rangkaian kegiatan ekowisata ialah produk dan
sumber daya lokal.
c. Perjalanan wisata ini menaruh perhatian besar pada lingkungan alam dan budaya lokal.
Para wisatawan biasanya belajar banyak dari masyarakat lokal, seperti misalnya: budaya,
adat-istiadat, cara mengolah makanan, upacara agama, dan lain sebagainya. Wisatawan pun
tidak menuntut masyarakat lokal untuk menciptakan atau mengadakan pertunjukkan berskala
besar khusus untuk menyambut mereka, tetapi mendorong mereka agar diberi peluang atau
kesempatan untuk menyaksikan upacara dan pertunjukkan yang sudah dimiliki atau akan
dilaksanakan oleh masyarakat sekitar.
3. Desa Wisata
Menurut Brahmantyo (1999), sumber daya desa di Indonesia memiliki unsur keindahan
(naturalbeauty), keaslian (originality), kelangkaan (scarcity), dan keutuhan (wholesomeness).
Di samping itu, desa juga memiliki keanekaragaman flora dan fauna, agroekosistem dan
gejala alam, adat-istiadat yang dapat dijadikan sebagai objek daya tarik wisata bila dikemas
secara apik dan menarik minat wisatawan untuk mengunjunginya.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di desa Pernajuh Kecamatan Socah, Kabupaten
Bangkalan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2020.

3.2 Sumber Data


Sumber data studi kelayakan ini menggunakan data sekunder dari pihak kedua
(website) dan berita evaluasi proyek pada objek yang sama.

3.3 Teknik/Metode Pengumpulan Data

Evaluasi merupakan salah satu penelitian terapan yang digunakan


mengevaluasiprogram, kebijakan, dan proyek. Penelitian yang berjudul “ STUDI
KELAYAKAN PEMBANGUNAN SOCAH FEELING GOOD TOURISM DI DESA
PERNAJUH“, termasuk dalam jenis model penelitian evaluasi. Metode evaluasi yang
digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan 4 tahapan evaluasi yaitu: Context
(konteks), Input (Masukan), Process (Proses),dan Product (hasil).

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh
sumber data terkumpul. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan analisis statistik deskriptif tanpa membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi.
Langkah-langkah yang dilaksanakan oleh peneliti dalam menganalisis data
yaitu mencari data sebanyak-banyaknya terkait proyek yang akan diuji kelayakannya
(Data harus dari sumber terpercaya), kemudian data yang diperoleh dianalisis untuk
menentukan kriteria kelayakan dan bisa digunakan secara umum dari seluruh aspek.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Sekilas Obyek Proyek

Di desa Pernajuh kecamatan Galis, terdapat pantai yang pada tahun 2010
pernah direncanakan untuk dibangun peti emas raksasa atau pelabuhan. Akan tetapi
hingga saat ini pembangunan tersebut tidak pernah terealisasi, sehingga hanya ada
reklamasi yang tidak difungsikan. Pembangunan Pelabuhan Socah itu dulunya akan
dibangun oleh pihak investor asal China, China Harbour Engineering Company
(CHEC).

Akan tetapi di pantai desa Pernajuh tersebut memiliki pemandangan yang


sangat indah, yang memiliki spot mercusuar, pemandangan indah dengan pasir
putihnya dan lain sebagainya. Yang dengan adanya hal tersebut, pantai tersebut sangat
prospektif menjadikan wisata pantai indah dan menarik.

4.2 Studi Kelayakan Proyek


Pada setiap proyek yang akan atau telah selesai dilakukan pasti setelah itu
diadakan sebuah evaluasi dengan tujuan untuk melihat seberapa berhasilkah proyek
tersebut. Pada proyek Socah feeling good Tourism tersebut, studi kelayakannya atau
evaluasinya dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu diantaranya aspek ekonomi dan
finansial, dan aspek sosial dan ekonomi. telah analisis data, langkah selanjutnya adalah
analisis kelayakan proyek yaitu dengan membandingkan antara biaya manfaat. Kriteria
yang digunakan dalam menganalisis kelayakan Socah feeling good Tourism ini yaitu
membandingkan antara manfaat proyek dan biaya proyek.

4.2.1 Aspek Teknis

Rencana Pembangunan

a) Evaluasi Lokasi

Lokasi yang digunakan berada di Desa Pernajuh Kecamatan Socah


yang lokasinya sangat strategis karena dekat dengan jalan umum yaitu jalan
di kota Bangkalan. Serta lokasinyapun sangat dekat dengan makam
syaichona kholil yang telah menjadi ikon terbaik di Madura khususnya. Serta
yang terakhir, desa Pernajuh ini juga dekat dengan suramadu yang hal
tersebut menjadi nilai lebih untuk menarik minat wisatawan.
b) Sarana dan Prasarana

Dalam hal sarana dan prasarana, di pantai tersebut pada saat ini
sangatlah minim. Sehingga masih perlu adanya pembangunan berkelanjutan,
demi tercapainya Socah feeling good Tourism yang nantinya akan
mendatangkan banyak wisatawan.

4.2.2 Aspek Pemasaran Wisata

a) Segmentating, Targeting dan Positioning

Segmentating : Yang menjadi segmen dari Socah feeling good Tourism ini
adalah semua kalangan dan semua usia wisatawan.

Targeting : Yang menjadi target adalah wisatawan dari berbagai daerah

Positioning : Pemerintah ingin menciptakan Socah feeling good Tourism


yang nyaman dan memadai serta tetap mengedepankan nuansa tradisional.

b) Permintaan

Dilihat dari kondisi saat ini dimana masyarakat jika memiliki waktu
luang dipastikan rata-rata pergi untuk berwisata. Hal tersebut dapat dilihat
dari banyaknya pengunjung di buit jeddih maupun yang pergi ziarah. Dengan
banyaknya peluang tersebut, menjadikan desa Pernajuh menjadi Socah
feeling good Tourism pastinya akan banyak wisatawan yang hadir.

c) Penawaran

Dalam pembangunan Socah feeling good Tourism ini, hal yang akan
dibangun untuk menarik minat wisatawan adalah antara berikut. Pembuatan
spot foto yang instagramable, adanya aneka permainan anak dan perahu serta
melakukan revitalisasi mercusuar. Yang mana mercusuar tersebut merupakan
salah satu mercusuar bersejarah di indonesia dan tentunya menjadi daya tarik
tersendiri. Serta ada pula pusat oleh-oleh yang dilakukan sendiri oleh warga
desa Pernajuh.

d) Tingkat Pelayanan

Dalam melayani wisatawan, Socah feeling good Tourism


menyediakan kamar mandi, penyewaan renang, Spot foto menarik, pusat oleh-
oleh dan pertunjukan kesenian.
4.2.3 Aspek Finansial dan Ekonomi

a) Biaya Pembangunan Socah Feeling Good Tourism

Biaya pembangunan Socah Feeling Good Tourism ini masih belum


diketahui jumlah pastinya. Diperkirakan totalnya adalah 150 juta. Dimana biaya
tersebut nantinya juga ditambah dengan adanya investor.
b) Pemasukan

Akan banyak pemasukan dari adanya Socah Feeling Good Tourism


tersebut. Diantaranya adalah, bagi masyarakat sendiri dapat menjadi sumber
penghasilan dari membuka usaha di sekitar tempat wisata. Serta memberikan
pendapatan terhadap pemerintah desa dan juga berupa pajak bagi daerah.

4.2.4 Aspek Sosial dan Hukum

a) Aspek Sosial

Dalam aspek social, yaitu menyangkut dampak sosial dan lingkungan yang
disebabkan adanya input dan output yang akan dicapai dari suatu proyek seperti
distribusi pendapatan dan penciptaan lapangan kerja. Konsep pembangunan
Socah Feeling Good Tourism ini berbasis masyarakat dalam arti melibatkan
peran serta aktif masyarakat. Peran masyarakat bisa berupa penyediaan tenaga
kerja baik pada saat pelaksanaan proyek maupun setelah Socah Feeling Good
Tourism berjalan berupa jasa perahu kayuh bebek / parahu sampan, penjualan
souvenir, pertunjukan kesenian, serta penjual makanan khas dari Madura seperti
Tajin Shobih / Rujak Petis Madura.

b) Aspek Hukum

Pembangunan Socah Feeling Good Tourism ini melalui RPJMDes dan tetap
mengikuti RPJMD Kab. Bangkalan periode sebelumnya.

4.3 Dampak Positif dan Negatif

a. Dampak Positif

Segai Teknis

Secara teknis, dengan adanya Socah Feeling Good Tourism, maka alam yang
ada seperti pantai akan terjaga kelestariannya. Adat khas Madura akan lebih dikenal
karena terdapat wadah tersendiri.
Segi Ekonomi

Dengan adanya Socah Feeling Good Tourism, tentu dengan otomatis akan
membuka usaha bagi masyarakat desa pernajuh sendiri. Dimana dengan adanya Socah
Feeling Good Tourism yang kemudian benyak wisatawan berkunjung. Menjadi peluang
besar bagi masyarakat desa pernajuh untuk membuka usaha dagang maupun jasa.
Seperti penjualan makanan khas maupun usaha jasa ojek, delman dan sebagainya.

Maka dengan produktifitasnya masyarakat tersebut, tentu nantinya akan


berdampak pada tingkat pengangguran, kemiskinan dan permasalahan ekonomi
lainnya.dampak positif dari adanya Socah Feeling Good Tourism tersebut juga akan
dirasakan oleh pemerintah desa, yang akan menjadi sumber pendapatan desa.
Segi Sosial dan Budaya

Dengan adanya Socah Feeling Good Tourism, tentunya akan menambah jiwa
sosial masyarakat karena tentunya akan bertemu dengan wisatawan berbagai daerah.
Serta dengan adanya Socah Feeling Good Tourism tersebut yang menjadi wadah untuk
pertunjukan seni budaya Madura, tentu akan berdampak positif yaitu masyarakat luas
akan mengetahui apa saja yang menjadi budaya Madura dan tidak akan pernah hilang.

b. Dampak Negatif

Dampak negatif yang dapat saya simpulkan saat ini adalah, dengan adanya Socah
Feeling Good Tourism tersebut. Kemungkinan besar akan terjadi persaingan ekonomi
yang ketat, yang kemungkinan besar akan timbul kecemburuan diantara salah satu
masyarakat desa Pernajuh tersebut. Serta juga dapat meningkatkan kriminalitas yang
ada seperti pencurian, penipuan dan lainnya.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Desa Pernajuh dengan keindahan alam dan kekayaan budaya yang dimiliki,
sangat prospektif dioptimalkan menjadi desa wisata. Yang nantinya berdampak
positif bagi ekonomi masyarakat desa Pernajuh, serta berdampak positif pula
terhadap perkembangan budaya.

2. Pembangunan Socah Feeling Good Tourism menurut analisis studi kelayakan


proyek yang telah dilakukan, pada kenyataannya lebih besar manfaatnya
daripada biaya operasional yang direncanakan atau dampak negatifnya. Maka
dari itu kesimpulan dari proposal ini menyatakan bahwa pembangunan Socah
Feeling Good Tourism tersebut dinyatakan (LAYAK / TIDAK LAYAK)
untuk terus dilaksanakan.

5.2 Rekomendasi
Penulis merekomendasikan kebijakan kepada pemerintah desa, agar
segera membuat kebijakan terkait pembangunan Socah Feeling Good Tourism.
Serta untuk masyarakat atau lembaga desa agar supaya bisa bekerja sama
dengan pemerintah desa terkait pembangunan Socah Feeling Good Tourism
tersebut. Serta secepatnya untuk menggandeng investor agar mendapatkan dana.
DAFTAR PUSTAKA

Alfianita, Ella. "REVITALISASI PASAR TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF


GOOD GOVERNANCE (." Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 5,
2014: 758-762.
Restu, Dewi. "REVITALISASI PASAR TRADISIONAL DI INDONESIA ." Jurnal
Ekonomi & Kebijakan Publik, Vol. 2 No. 1, Desember 2010 : 24.
RPJMD Kabupaten Bangkalan

Anda mungkin juga menyukai