Anda di halaman 1dari 9

LOMBA ESSAY TINGKAT MAHASISWA SE-SULSELBAR

MOMEN MAHASISWA GENERASI EINSTEIN UNISMUH MAKASSAR 2015


JUDUL ESSAY

RBT (RUMAH BACA TAMBASA’) SEBAGAI PENGGERAK


MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI PINGGIRAN KOTA
MAKASSAR

Diusulkan Oleh

Jusmawandi

NIM : E5112275 Angkatan 2012

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015
RBT (Rumah Baca Tambasa’) Sebagai Penggerak Motivasi dan Prestasi Belajar
Anak di Pinggiran Kota Makassar
Oleh : Jusmawandi, Universitas Hasanuddin

Pendidikan merupakan salah satu motor untuk meningkatkan kapasitas masyarakat,


baik melalui pendidikan formal, informal maupun non-formal. Dalam meningkatkan sistem
pendidikan, ada empat hal yang mesti dipenuhi sebelumnya yaitu sistem pendidikan yang
komprehensif, guru yang berkarakter, peran pemerintah, dan kesadaran masyarakat.
Mengacu pada pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003, bahwa “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat…” (Widuroyekti, 2014). Maka berdasarkan hal tersebut pendidikan karakter
sangat penting diterapkan didalam sekolah. Namun disisi lain banyak yang melihat bahwa
sekolah tidak cukup bagi anak-anak dalam proses pencarian jati diri. Sehingga hal ini juga
yang melatar belakangi berkembanganya organisasi/komunitas yang turun langsung di
lapangan untuk mengedukasi masyarakat. Tanpa mengenal usia mereka melatih dan
mendidik, berharap mampu memberikan perubahan positif demi terciptanya kesejahteraan
sosial, ekonomi, kesehatan dan pendidkan. Hal ini telah banyak kita lihat di daerah kota
Makassar mulai dari komunitas Makassar Berkebun, Indonesia Future Leader, Aliansi
Remaja Independent dan lain-lain.

Beberapa daerah di pinggiran kota Makassar memiliki pemandangan yang berbeda,


terkhusus jika dilihat dari kemampuan ekonomi orang tua. Hal tersebut dapat dilihat dari
aktivitas anak-anaknya setelah pulang sekolah. Bagi kalangan menengah ke atas bimbingan
belajar merupakan aktivitas yang sesuai dengan anak-anak-nya. Karena mereka
menginginkan anaknya berprestasi. Namun bagaimana dengan anak-anak yang dari
kalangan menengah ke bawah?

Kebanyakan dari mereka dengan ekonomi ke bawah akan menghabiskan waktunya


untuk mencari uang, sehingga pelajaran sekolah kadang terbaikan. Contoh kasus ini dapat
kita lihat di kampung Tambasa’. Tambasa’ merupakan kampung yang terletak di perbatasan
kota Makassar dengan kabupaten Maros. Secara administratif kampung Tambasa’
merupakan daerah yang berada dalam naungan kecamatan Tamalanrea Jaya. Daerah ini
merupakan daerah yang kaya akan multikultur tapi didominasi oleh suku Makassar.
Pekerjaan masyarakat setempat telah banyak dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan,
mulai yang tamat tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah ke atas. Jika daerah jalan
Perintis Kemerdekaan VIII banyak terlihat tukang bentor1, maka kita bisa melihat pekerjaan
yang umum dilakoni oleh warga Tambasa’. Jika berbicara mengenai pekerjaan, maka kita
akan melihat berbagai fenomena yang sudah umum bagi masyarakat, seperti anak usia
enam hingga 18 tahun bekerja sebagai tukang bentor. Kita tahu bahwa seharusnya anak-
anak seusia tersebut duduk di bangku sekolah, dan banyak belajar, yang mana hal ini
tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20, pasal 34 ayat 1 tahun 20032.

Melihat konteks aturan di Indonesia, maka pendidikan sangat penting menjadi


perhatian dalam proses pembangunan manusia (Human Development). Sehingga dalam hal
ini, anak-anak Tambasa’ menjadi perhatian penting dalam memperbaiki kualitas
generasinya. Rumah baca merupakan salah satu fasilitas yang tersedia di kampung
Tambasa’, namun pada tahun 2009 hingga awal 2013 bangunan ini tidak dimanfaatkan.
Letak rumah baca ini berdiri di perbatasan perumahan dosen Unhas sebelah utara. Fasilitas
memang tersedia namun anak-anak sama sekali tidak merasa tertarik untuk memanfaatkan
fasilitas tersebut, karena mereka lebih senang mencari uang dibandingkan belajar usai
sekolah.

“Manna pilajaraki tenaja ninrasa rengking karena jai ana’ dosen teman kelasku. 3”
(Meskipun belajar tidak akan dapat rengking karena teman kelasku banyak anak dosen)

Begitulah kata-kata pesimis yang terucap dari salah satu anak di Tambasa’. Mereka
setiap harinya harus berbaur dengan anak-anak dosen. Sekolah mereka (SD Inpres kampus
Unhas dan SD Inpres Kampus Unhas 1) menjadi tempat di mana mereka merasa berbeda
dari yang lain. Secara umum anak-anak dosen memang bimbingan belajar setelah pulang
dari sekolah, sedangkan anak-anak Tambasa’ pergi mencari pekerjaan yang dapat
1
Lebih tepatnya mayoritas tukang bentor adalah warga kampung Tambasa’.
2
UU RI No. 20, pasal 34 ayat 1, berbunyi “Setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti
program wajib belajar”.
3
Hasil wawancara dengan Bunga, siswi kelas IV SD Inpres Kampus Unhas
menghasilkan uang. Waktu mereka lebih banyak dihabiskan pada saat seperti itu sehingga
tak banyak yang mampu melanjutkan pendidikannya hingga ke perguruan tinggi. Bahkan
beberapa anak yang usianya delapan tahun belum duduk di bangku sekolah dasar.

Setiap kali penulis mengajar di sana4, penulis selalu mengamati adanya sifat acuh
dari masyarakat sendiri terhadap pendidikannya. Orang tua yang tidak berpendidikan
formal tidak memaksakan anaknya untuk masuk sekolah, sehingga imbasnya menyentuh
pada tataran pembiasaan anak untuk menuruti kemauan orang tuanya. Akhirnya inilah yang
menjadi landasan mengapa Desa Produktif (Salah satu komunitas di Makassar) memilih
kampung Tambasa’ sebagai daerah binaan.

Berangkat dari latar belakang itu, Desa Produktif (Despro) menjadi penggerak
(agent of change) di Tambasa’. Gerakan yang pertama kali dilakukan adalah dengan
memfungsikan rumah baca. Buku-buku dalam rumah baca yang telah bertahun-tahun lapuk
dilahap rayap juga sudah tidak layak untuk dibaca, sehingga keadaan awal masih sangat
jauh dari kesan bagus. Berbagai usaha telah dilakukan untuk pengadaan buku baru di rumah
baca seperti penyebaran brosur ke rumah dosen dan mahasiswa dari berbagai kampus di
Tamalanrea. Kerja sama pun terjalin dengan salah satu tokoh masyarakat di perumahan
dosen yaitu dengan Prof. Dr. Tadjuddin Maknun, S.U. (Wakil Dekan II FS Unhas). Beliau
sangat mengapresiasi niat baik dari komunitas Despro, sehingga berbagai donasi yang
diberikan mulai dari Buku, Lemari, Kulkas bahkan biaya renovasi rumah baca.

Sembari memperbarui fasilitas, komunitas Despro menjalin kedekatan personal


dengan anak-anak dan orang tua. Banyak dari mereka yang menyambut niat baik dari para
volunteer yang ingin mengajar di rumah baca. Tanggapan positif tersebut mulai terlihat
ketika rumah baca mulai diaktifkan. Satu persatu anak-anak mulai berdatangan, dan dari
tiga orang, pesertanya kini telah lebih 20 orang. Perubahan sikap dari anak-anak melalui
proses yang cukup lama dari yang acuh terhadap belajar setelah pulang sekolah hingga
menjadi anak yang kreatif dan berprestasi.

4
Penulis sebagai volunteer yang mengajar di setiap minggunya di rumah baca Tambasa’
Memperbaiki kebiasaan dari anak-anak memang bukan hal yang mudah, berbagai
model pendekatan harus dilakukan untuk menarik anak-anak agar datang ke rumah baca.
Berbagai metode pun telah dilakukan untuk membuat mereka berminat bergabung bersama
volunteer. Kegiatan yang sering dilakukan untuk menarik minat mereka antara lain lomba
permainan tradisional, lomba mewarnai, makan kerupuk dan permainan sederhana lainnya.
Hal ini dilakukan agar anak-anak tidak tertekan dalam belajar dan menganggap bahwa
belajar itu tidak mesti duduk dan mendengarkan di dalam ruangan. Bukan hanya
pendidikan yang sifatnya akademik, namun pendidikan karakter (saling memahami dan
menghargai antar sesama) menjadi penting sebagai pendorong semangat belajar dari anak
didik di rumah baca dan bergaul antar sesama. Selain permainan yang bersifat mengasah
karakter dan kebersamaan dengan yang lain, pelatihan kreatifitas juga menjadi item
pengajaran di rumah baca. Alhasil tidak hanya memahami pelajaran sekolahnya namun
mereka memiliki pengetahuan dalam membuat karya. Hasta karya merupakan salah satu
wadah kreatifitas bagi anak-anak yang memiliki ide kreatif. Hasta karya ini kemudian
diwujudkan dalam bentuk bangunan miniatur seperti masjid, dan rumah.

Memulai memang kadang sulit, begitulah yang tersirat dari kata-kata para
Volunteer Despro. Mereka harus menyisakan waktu selama empat jam dalam seminggu
untuk mengajak adik-adik binaan di RBT. Seiring dengan berjalannya komunitas ini, maka
semakin menunjukkan daya tarik tersendiri bagi mereka yang peduli akan pendidikan.
Bukan persoalan waktu yang dihabiskan oleh para volunteer tapi persoalan anak-anak yang
mau belajar mau atau tidak. Pada tahun pertama 5 (2013) mata pelajaran yang diajarkan di
rumah baca yaitu Bahasa Inggris, Matematika, IPA, dan Agama (Mengaji). Upaya ini terus
dilakukan setiap Minggunya dan hasilnya, salah satu adik binaan meraih peringkat 3 di
kelasnya. Hal ini menjadi salah satu pendorong mengapa orang tua adik binaan mulai
mempercayai para Volunteer Despro. Adik binaanpun semakin bertambah, di tahun 2014
yang awalnya hanya 5 orang yang terdaftar aktif, kemudian menjadi 20 orang. Tentunya
para Volunteer harus menambah item mata pelajaran demi mewadahi keinginan dari para
adik-adik binaan. Hasta karyapun muncul dan menjadi item baru yang diminati para adik-
adik binaan. mereka kemudian dilatih untuk membuat karya yang bentuknya sesuai dengan
5
Awal berdirinya komunitas Despro di Kampung Tambasa’
kreatifitasnya, sehingga mereka mampu memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitarnya
seperti: batu-batu, gabus, plastik, dan benda-benda bekas lainnya. Dari kelas baru ini
kemudian membawa tim adik-adik binaan meraih juara 3 lomba Hasta Karya dalam
Festival Anak Soleh 6 di Mall M’Tos. Meskipun Hasta karya telah menjadi kesukaan dari
adik-adik, namun mata pelajaran yang diajarkan sebelumnya juga tetap lancar beriringan.

Setelah memasuki semester ganjil pada tahun 2014 (Juli), adik-adik binaan semakin
bertambah, yang awalnya masih sedikit kini bertambah menjadi 32 orang. Item
pembelajaran pun juga ditambah, yaitu grup Qasidah6. Setelah terbentuk group tersebut,
para Volunteer juga mulai menerima bantuan alat-alat Qasidah dari Prof. Tajuddin Maknun,
S.U. dengan adanya alat ini kemudian membuat latihan adik-adik mulai gencar hingga
akhirnya tiga lagu telah dikuasai dalam waktu dua bulan latihan.

Prestasi demi prestasi diraih oleh adik binaan, hingga proses yang telah dilalui,
diharapkan berkelanjutan. Tidak hanya berbasis small change, namun mampu membawa
perubahan yang signifikan bagi masyarakat. Bukti kecil ini tidak hanya untuk memberikan
semangat dan melibatkan diri dalam program sosial di masyarakat. Namun lebih bagaimana
mengisnpirasi para kaum intelektual untuk terjun langsung di masyarakat. Sehingga
pendidikan dapat diperbaiki bersama tanpa menggantungkan pendidikan anak pada sekolah
formal.

6
Aktivitas group qasidah, mengajar, lomba-lomba dapat dilihat di despromks.blogspot.com
Referensi
Muhammad J.K.A., 2008. Spesial Educationfor Spesial Children, Jakarta:PT.Mizan
Terbuka.
Marzali Amri, 2009, Antropologi dan Pembangunan Indonesia, Jakarta:PT. Fajar
Interpratama Offset.
Sudeweo Arie, 2011, Character Building, Jakarta:Republika Penerbit.
http://despromks.blogspot.com/ (Diakses pada tanggal 04 Mei 2015)
http://www.komnasham.go.id/sites/default/files/dokumen/UU%20No%2020%20Tahun
%202003%20tentang%20Sistem%20Pendidikan%20Nasional.pdf (Diakses pada tanggal 04
Mei 2015)
http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?
page=web.Berita&id=10312#.VT4eQo6qqko (Diakses pada tanggal 04 Mei 2015)
Lampiran

Curriculum Vitae (CV)


Data Pribadi / Personal Details

Nama / Name : Jusmawandi


Panggilan / Nick Name : Jusman
Tanggal Kelahiran / Date of Birth : Panaikang, 28 Nopember 1993
Alamat / Address : Jl. Perintis KM III. BTN Hamzy,
Blok E.8, Tamalanrea Indah, Makassar
Kode Post / Postal Code : 90245
Nomor Telepon / Phone : 0853 4254 9242
Jenis Kelamin / Sex : Male
Warga Negara / Nationality : Indonesia
Agama / Religion : Islam
Sosial Media
Twitter : @jusmanwandi
Facebook : joesman wandi
Motto Hidup : “Semangat Terus Berlayar Kesuksesan ada
diseberang”
Hobi : Browsing, Menulis dan Berenang
Riwayat Pendidikan
Education Information

SDN Inpres Parambaddo 2000-2006


SMP Negeri 2 Polongbangkeng Utara 2006-2009
SMK Negeri 6 Takalar 2009-2012
Universitas Hasanuddin 2012-sekarang
Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik
Program Studi Antropologi Sosial
Pengalaman dan Prestasi
1. Peserta Lomba MIPA bidang Matematika, Dinas Pendidikan dan Pengajaran
Kabupaten Takalar, 24 – 26 Agustus 2007
2. Juara 3 Tim Lomba Volly Ball, Porseni OSIS SMKN 6 Takalar, 2010
3. Juara 3 Lomba Pidato Bahasa Inggris, Porseni OSIS SMKN 6 Takalar, 2010
4. Penerima Beasistudi Etos Reg. Makassar 2012-sekarang
5. Partisipaant Field Socio-Culture Of National Development Student Conference,
Airlangga University, 2013
6. Participant Of Nusantara Leadership Camp-Indonesia Leadership Camp, Universitas
Indonesia, Depok 2013
7. Participant of Kongres Negarawan Muda Indonesia, Jakarta-Bogor, 2013
8. Participan Of Indonesian Youth Dialogue, IYD, Makassar 2014
9. Participan Of Volunteer Competition Day, IFL-Sulsel, Makassar 2014
10. Participant Lomba Karya Tulis Ilmiah Bidang Kemaritiman Universitas Hasanuddin
2014
11. Juara 3 Lomba Essay HIMAPEM Unhas 2013
12. Peserta Lomba Essay Nasional Indogenius Unsoed 2014
13. Terbaik ke-2 Lomba Menulis Artikel, Badan Eksekutif HIMATIKA Unhas 2015

Organisasi
1. Anggota di Divisi Kajian Unit Kegiatan Mahasiswa Keilmuan dan Penalaran Ilmiah,
Unhas
2. Ketua Ikatan Alumni SMK Negeri 6 Takalar (Ikaskensixt)
3. Sterring Committee di Komunitas Desa Produktif

Demikian CV ini saya buat dengan sebenarnya.


Makassar, 05 Mei 2015

Jusmawandi

Anda mungkin juga menyukai