Anda di halaman 1dari 6

Bandar Lampung (Lampost.

co) -- Bunda Literasi Lampung Riana Sari Arinal menyampaikan strategi


cerdas berliterasi bersinergi dengan pemerintah provinsi dalam menggerakan literasi demi menjawab
tantangan di tengah pandemi covid-19. Budaya berliterasi harus dioptimalkan untuk terus menambah
wawasan ilmu pengetahuan.

"Pandemi ini memberikan dampak yang luar biasa, tidak hanya di bidang kesehatan, tetapi juga sosial,
ekonomi, dan politik. Namun di sisi lain, situasi pandemi ini membawa sisi positif karena telah memaksa
semua untuk mengambil lompatan dalam dimensi literasi digital," kata Riana Sari saat menjadi keynote
speaker pada kegiatan Webinar di Ruang Command Center Dinas Kominfo dan Statistik Lampung, Rabu,
3 Juni 2020.

Riana mengatakan beberapa program juga telah dilakukan Pemprov Lampung untuk mengantisipasi hal
tersebut, seperti layanan perpustakaan digital (digital library), baik melalui IPUSNAS yang dimiliki
Perpustakaan Nasional, e-Perpus Lampung yang dimiliki Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Lampung,
maupun aplikasi yang dimiliki Dinas Perpustakaan dan Kearsipan kabupaten/kota. "Kemudian, program
Smart School Lampung Berjaya dan juga pemasaran online untuk pelaksanaan operasi pasar, pasar
tradisional, dan usaha kecil menengah (UKM)," katanya.

Riana mengatakan dalam situasi pandemi ini, peran orang tua sangat penting dalam mendampingi
proses literasi di keluarga. Keharusan untuk di rumah saja tidak membuat masyarakat menjadi kurang
produktif. Justru, dengan tinggal di rumah saja dapat meningkatkan dimensi literasi baca tulis, numeris,
maupun sains bagi anak-anak.

"Seperti dengan mengajak anak-anak membaca bersama-sama dan belajar memasak. Kemudian
bersama keluarga membaca berita untuk mengetahui perkembangan covid-19 sehingga tahu cara
pencegahannya. Lalu bagaimana penularannya, edukasi terhadap orang-orang di sekitar kita agar tidak
terkena. Ini juga akan meningkatkan kualitas kebersamaan dalam keluarga," katanya.

Ia juga mengajak orang tua dapat mengenalkan kepada anak akan pentingnya tolong menolong dan rasa
empati kepada sesama. Hal ini sesuai dengan dimensi literasi budaya dan kewargaan.

Sebab, saling tolong menolong dan bersatu padu akan menjadi bagian dari solusi atas segala masalah
yang terjadi akibat pandemi covid-19. Selain itu, ke depannya bersama dengan PAUD, TP PKK
kabupaten/kota, kecamatan, dan desa serta penggiat literasi (komunitas baca) akan mewujudkan
perpustakaan di setiap desa.
"Dalam jangka panjang perpustakaan desa ini akan berbasis inklusi sosial sehingga perpustakaan bukan
hanya menjadi tempat membaca, tetapi sekaligus menjadi pusat kegiatan masyarakat untuk belajar dan
melakukan inovasi seperti bertani yang baik, pelatihan keterampilan, berjualan online, dan lainnya,"
katanya.

Sri Wartini menambahkan, selama masa pandemi wabah Corona, guru terus mencari alternatif untuk
melanjutkan budaya baca di rumah. Salah satunya dengan mengajak siswa membuat ringkasan tulisan
dari buku yang dibacanya.

Home PENDIDIKAN

Begini Trik Guru di Jambi Agar Siswa Tetap Membaca Buku di Rumah

Rabu, 15 April 2020 - 09:46:54 WIB

ShareSubmit

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, Kota Jambi - Dampak pandemi virus corona atau COVID-19, sekolah di Kota
Jambi masih menerapkan pembelajaran dengan cara daring atau online. Selain pembelajaran daring,
kegiatan membaca buku bacaan oleh siswa di rumah juga dilakukan oleh guru di Kota Jambi.

Hal inilah yang dilakukan Sri Wartini, guru SDN 131/IV Kota Jambi. Sebagai guru yang dilatih Program
PINTAR Tanoto Foundation, ia ingin terus menerapkan budaya membaca siswa walaupun mereka
berada di rumah..
”Selain pembelajaran online, saya juga menerapkan budaya baca siswa ketika mereka sedang berada di
rumah, karena menumbuhkan budaya baca bisa dimana saja, tidak harus di sekolah,” ujarnya, Kamis,
(16/4).

Sri Wartini menambahkan, selama masa pandemi wabah Corona, guru terus mencari alternatif untuk
melanjutkan budaya baca di rumah. Salah satunya dengan mengajak siswa membuat ringkasan tulisan
dari buku yang dibacanya.

“Selama siswa belajar di rumah, guru harus memiliki semangat lebih selama pembelajaran daring ini,
bagaimana caranya agar siswa tidak bosan," tambahnya.

Sri menambahkan, siswa yang telah membaca buku, diminta untuk membuat ringkasan singkat, lalu
hasilnya difoto dan dikirimkan ke grup WhatsApp.

”Agar siswa yang lain juga termotivasi jika sudah ada yang mengirimkan,” katanya.

Interaksi dengan Siswa

Selain Sri Wartini, kegiatan membaca siswa juga dilakukan oleh Nurfaidah. Hal pertama yang ia lakukan
adalah menyapa siswa setiap pagi hari.

“Agar chemistry terus terbangun selama siswa belajar di rumah,” ujar guru SDN 131/IV Kota Jambi yang
akrab disapa Ibu Nufa ini.
Pagi itu Nurfaidah mengajak siswanya untuk membaca buku yang ada di rumah, seperti buku cerita
rakyat, buku bergambar atau buku bacaan jenis fabel.

Prinsipnya adalah kita menyampaikan kepada orangtua juga, lalu mereka menyiapkan buku bacaan yang
ada di rumah,” tambahnya.

Berikan contoh Video Membaca Buku

Setelah memberikan tugas, Nurfaidah memberikan contoh video membaca ringkasan buku cerita dari
YouTube. Caranya dengan memberikan tautan video tersebut ke grup WhatsApp orangtua. Kemudian
sambil didampingi orangtua, mereka sama-sama melihat video tersebut.

Diharapkan setelah menonton video membaca buku bacaan para siswa melakukan hal yang sama
dengan memvideokan dan membacakan cerita ringkasan dari buku yang mereka baca.

, Tak dapat dipungkiri nenek moyang bangsa Indonesia adalah bangsa yang gemar literasi. Hal itu
terbukti dengan banyaknya prasasti, tulisan pada daun lontar, buku-buku, budaya tutur, dongeng, lagu,
kesenian, dan literasi lainnya. Ini menjadikan ciri khas masyarakat yang mendiami wilayah Nusantara,
yang kemudian menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

Namun semakin majunya teknologi, justru semakin menurun kegemaran berliterasi dari generasi ke
generasi. Maka, harus ada keinginan kuat bangsa Indonesia untuk mengembalikan kejayaan literasi.
Dengan harapan literasi dapat teraktualisasi dalam kehidupan sehari-hari, kemudian menjadi karakter
dan budaya yang tak luntur.

Mendukung hal itu, perlu disiapkan dan dimulai dari lingkungan terkecil, keluarga, sekolah, dan
masyarakat sekitar. Namun ketiga lingkungan tersebut haruslah saling mendukung agar lebih efektif
dalam mewujudkan generasi literatif yang diinginkan.

Literasi dalam keluarga


Membiasakan kegiatan terkait literasi yang utama dan pertama adalah dari keluarga. Pembiasaan
berliterasi dalam keluarga akan mendidik anak mengembangkannya ke lingkungan yang lebih luas.

Pembiasaan hal-hal kecil dan bahkan dianggap sepele perlu dilakukan dalam keluarga. Seperti
mendongeng, menyanyikan lagu-lagu daerah, menulis surat, mencatat kejadian, dan pembelajaran
berbahasa yang baik, bahkan menabung dan mengelola uang jajan.

Orangtua membiasakan membelikan buku bacaan sebagai hadiah untuk anaknya yang berprestasi. Atau
membawakan buah tangan buku cerita daripada lainnya. Orangtua lebih mengutamakan anak membaca
buku daripada bermain game online.

Memang orangtua tidak dapat membendung derasnya arus teknologi informasi dan komunikasi, namun
pembiasaan membaca lebih utama dibanding bermain game. Orangtua harus bijak menyikapi
penggunaan gadget pada anak.

Pengembangan literasi di sekolah

Secara umum, sekolah merupakan tempat belajar membaca dan menulis, tempat kegiatan belajar
mengajar. Para guru harus menjadi teladan dalam berliterasi, selain tugas utama mentransfer ilmu
kepada anak didik. Paling tidak selalu menyelipkan kegiatan literasi dalam setiap pembelajaran.

Baca Juga : Jadilah Guru yang Berkarakter

Guru harus paham, literasi bukan sekedar membaca atau menulis saja. Lebih dari itu seperti disebutkan
di atas. Bahkan tutur kata guru dengan teman sejawat pun menjadi contoh literasi bagi anak-anak.

Sebagai lembaga pendidikan, sekolah harus menyediakan layanan literasi, seperti perpustakaan dan
pojok baca. Selain itu harus pula menyediakan fasilitas baca seperti gazebo atau taman baca. Sehingga,
memberi keleluasaan anak dalam membaca buku atau berliterasi lainnya.
Anak dapat menghafal deklamasi di taman, menulis atau membaca puisi di gazebo, bahkan belajar
dialog atau drama di aula sekolah. Setelah itu, sesekali pihak sekolah mengadakan kegiatan literasi
seperti lomba mendongeng, menulis atau membaca puisi, drama, dan sebagainya.

Mempraktikkan literasi di masyarakat

Generasi literatif penerus bangsa dapat dilihat dengan bagaimana mereka mempraktikkan literasi di
masyarakat. Misalnya bagaimana dalam bertutur kata, bagaimana mereka menuliskan sebuah undangan
rapat pemuda, mengumumkan kerja bakti, atau bagaimana mereka menyampaikan undangan lisan
kepada warga.

Mungkin hal semacam itu dipandang remeh, namun seperti dikatakan di atas, justru literasi akan lebih
efektif dimulai dari hal-hal sepele. Karena dalam kegiatan literasi terkait dengan karakter, sedangkan
bagi keduanya yang terpenting adalah pembiasaan.

Anak yang memahami literasi atau memiliki minat literasi yang tinggi akan lebih senang dan aktif dalam
kegiatan di masyarakat. Dari situlah akan tampak betapa pentingnya literasi bagi generasi muda, dan
masyarakat akan melihat kelebihan literasi.

Itulah beberapa hal yang dapat disiapkan dan dilakukan oleh para orangtua, guru, dan masyarakat
dalam membentuk generasi literatif. Sekaligus sebagai upaya melestarikan ciri khas bangsa Indonesia,
seperti dimiliki nenek moyang kita sebagai bangsa yang gemar literasi. (*)

Anda mungkin juga menyukai