Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN KEGIATAN BUDAYA GEMAR MEMBACA

“SISWA NAKAL YANG BERUBAH "

DISUSUN OLEH :

NAMA : MUHAMMAD FARID


KELAS : XI.7
NIS/NISN : 0074215967

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 (MODEL) LUBUKLINGGAU
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam Shalawat beriring salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Karena dengan karuniannya penulis dapat menyelesaikan
cerpen dengan tema “Kehidupanku di MAN 1 ” dan dengan judul " Siswa Nakal yang Berubah " ini
dengan tepat waktu.Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga laporan ini dapat
terselesaikan.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang dimiliki penulis.

Berkat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya cerpen ini dapat terselesaikan dengan
tepat waktu. Oleh karena itu sudah sepantasnya penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Saipul, S.Pd.I., M.M selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 (Model) Lubuklinggau

2. Ibu Ermala Sari, S.Pd, yang sudah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan cerpen ini
dengan baik

3. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan kepada penulis baik dari segi rohani maupun
materi

4. Teman teman seperjuangan yang sudah membantu penulis dan memberi dukungan yang luar biasa.

Semoga dengan penulis membuat hasil cerpen ini dapat bermanfaat dan memberikan motivasi bagi
para pembacanya. Khususnya bagi siswa/i MAN 1 (Model) Lubuklinggau dan generasi muda yang akan
datang.Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak selama sifatnya
membangun.
"SISWA NAKAL YANG BERUBAH"

Suatu hari di sekolah Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Lubuklinggau yang terletak di Provinsi
Sumatera Selatan, terdapat sekelompok siswa yang dikenal sebagai siswa nakal dan bandel. Ia sering
terlibat dalam berbagai masalah di sekolah, seperti bolos, merokok di toilet, dan sering kali terlibat dalam
perkelahian. Siswa-siswa ini juga sering tidak mengerjakan tugas, dan nilai-nilainya pun selalu rendah.

Pada hari Jum'at pukul 7 pagi di Madrasah Aliyah Negeri 1 (MAN 1), sekelompok siswa tengah
berkumpul di lapangan sekolah. Mereka terdiri dari beberapa siswa yang kerap membuat masalah.
Sekelompok siswa ini terdiri dari Rio, Farid, dan Faisal, yang sering terlibat dalam perkelahian dan
kenakalan lainnya. Di hari ini ketiganya berencana untuk melakukan kegiatan nakal yang lebih besar dari
sebelumnya.

Hari itu, mereka sedang menghadapi ujian mata pelajaran matematika yang sulit. Entah mengapa
kali ini mereka peduli akan nilainya karena ini merupakan ujian untuk kelulusan, setelah menggumuli
soal-soal tersebut selama beberapa saat, mereka merasa sangat frustasi karena tidak bisa menemukan
jawaban yang benar. Tidak lama kemudian, mereka pun mulai melakukan aksi mereka.

Kelompok ini pun berinisiatif untuk mencari kunci jawaban. Mereka memulai dengan mengintip ke
ruang guru, Farid yang pandai meretas sistem, memutuskan untuk meretas komputer di ruang guru dan
mencari kunci jawaban digital yang tersimpan di dalamnya. Dengan keahliannya, Farid berhasil menggali
informasi yang ada di komputer guru.

Setelah berhasil mendapatkan kunci jawaban, mereka merasa senang dan bersemangat untuk
"membocorkannya" ke teman-teman mereka. Mereka pun menulis jawaban pada secarik kertas rahasia
dan mengirimkannya secara diam-diam kepada siswa yang lain. Kunci jawaban itu tersebar dengan cepat
di seluruh sekolah.

Keesokan harinya, kepala sekolah dan guru-guru pun mengetahui kejadian ini. Mereka sangat
terkejut dan kesal dengan tindakan siswa-siswa tersebut. Mereka segera mencari tahu siapa dalang di
balik kekacauan ini, melalui cctv ruang guru tindakan mereka pun diketahui oleh pihak sekolah.

Pak Rahmat merupakan konselor di MAN 1, menghampiri mereka, "Kenapa kalian selalu membuat
masalah? Kita ingin menciptakan lingkungan belajar yang baik di sini."

Rio menatap tajam, "Siapa peduli? Guru-guru hanya ingin menyusahkan kami."

Pak Rahmat mengernyitkan kening. "Rio, kau harus tahu bahwa kami semua peduli tentang masa
depanmu. Kami ingin melihatmu berhasil dalam hidup."

Rio dan teman-temannya saling bertukar pandang, namun masih tetap merasa skeptis terhadap niat
guru-guru mereka.
Pak Yanto, kepala sekolah MAN 1, mengadakan pertemuan staf dan guru di ruang rapat. Mereka
duduk mengelilingi meja dengan berkas-berkas pelajaran di depan mereka.

Pak Yanto berkata, "Situasi di sekolah semakin memburuk. Siswa-siswa nakal ini harus kita atasi
dengan bijaksana. Ada saran?"

Bu Lina, seorang guru matematika, mengangkat tangan, "Saya pikir kita perlu membentuk tim
khusus yang akan bekerja dengan siswa-siswa ini. Mereka mungkin membutuhkan pendampingan
khusus."

Pertemuan staf dan guru berlanjut dengan diskusi yang intens tentang cara mengatasi masalah
perilaku siswa nakal di MAN 1.

Bu Lina menambahkan, "Kita juga perlu melibatkan orang tua. Mereka harus tahu apa yang sedang
terjadi di sekolah dan bagaimana mereka dapat membantu mengatasi masalah ini di rumah."

Pak Yanto setuju, "Baiklah, mari rencanakan pertemuan dengan orang tua siswa. Kita akan memberi
tahu mereka tentang rencana tindakan kita."

Tim khusus dibentuk dan mereka mulai merencanakan pendekatan yang tepat. Pak Rahmat, seorang
konselor sekolah, berkata, "Kita perlu berbicara langsung dengan siswa-siswa ini. Mendengarkan mereka
dan mencoba memahami penyebab perilaku mereka."

Tim itu mencoba berbicara dengan Rio, Farid, dan Faisal di ruang konseling. Ani berbicara dengan
penuh emosi, "Kami merasa tidak dihargai di sekolah ini. Guru-guru sering memarahi kami tanpa alasan."

Pak Budi menjawab, "Kami ingin membantu kalian. Tapi, kita perlu bekerja sama. Apa yang bisa
kita lakukan agar kalian merasa lebih nyaman di sini?"

Tim khusus yang telah dibentuk mulai bekerja pada rencana aksi mereka. Mereka merencanakan
pertemuan khusus dengan orang tua siswa-siswa yang terlibat dalam perilaku nakal.

Pertemuan tersebut digelar di aula sekolah, dan tampak sejumlah orang tua yang hadir, bersama
dengan siswa-siswa yang bermasalah. Pak Yanto membuka pertemuan tersebut, "Kami ingin bekerja
sama dengan Anda untuk membantu anak-anak kita. Kami telah membentuk tim khusus untuk
mendampingi mereka dan memberikan bimbingan yang mereka butuhkan."

Salah satu orang tua, Ibu Siti, berkata, "Saya ingin melihat anak saya tumbuh menjadi pribadi yang
lebih baik. Saya siap mendukung usaha sekolah ini."

Setelah berbicara dengan siswa-siswa tersebut, tim khusus mulai mengambil langkah-langkah
positif. Mereka menyelenggarakan workshop tentang komunikasi yang efektif dan keterampilan sosial.
Siswa-siswa yang tadinya bertengkar mulai berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Faisal berkata, "Ini sangat membantu. Kami belajar cara mengekspresikan perasaan kami dengan
lebih baik."
Tim khusus bekerja keras memberikan bimbingan dan dukungan kepada siswa-siswa yang terlibat
dalam perilaku nakal. Mereka menyelenggarakan sesi konseling individu dan kelompok, membantu
siswa-siswa memahami akar permasalahan yang mungkin ada di belakang perilaku mereka.

Saat sesi kelompok, Farid berkata dengan jujur, "Saya merasa kesepian dan tidak diakui di rumah.
Itulah sebabnya saya sering mencari perhatian di sekolah."

Pak Budi merespon, "Kami mendengarkanmu, Farid. Dan kami di sini untuk mendukungmu."

Beberapa bulan berlalu, MAN 1 mengalami perubahan yang positif. Siswa-siswa nakal seperti Rio,
Farid, dan Faisal mulai menunjukkan perubahan dalam perilaku mereka. Mereka lebih patuh pada aturan
sekolah dan semakin berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan positif.

Pak Yanto berbicara di depan seluruh siswa, "Perubahan ini menunjukkan bahwa jika kita bekerja
sama, kita bisa mengatasi masalah dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik di MAN 1. Ini
adalah awal dari masa depan yang lebih cerah."

Perubahan yang terjadi di MAN 1 memberikan harapan bagi masa depan yang lebih cerah. Para
siswa yang tadinya sulit diatur mulai memperlihatkan perbaikan dalam prestasi akademis mereka, dan
mereka semakin memahami pentingnya belajar. Mereka menjadi inspirasi bagi siswa-siswa lainnya,
membuktikan bahwa perubahan positif itu mungkin.

Pak Yanto merasa bangga melihat perubahan tersebut, dan ia merencanakan untuk terus memperkuat
program-program pendampingan siswa. "Kita harus terus mendukung siswa-siswa kita, dan melibatkan
mereka dalam kegiatan-kegiatan positif yang memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang."

Rio, Farid, dan Faisal, yang dulu sering terlibat dalam masalah, sekarang telah menjadi teladan bagi
siswa-siswa lainnya. Mereka mulai aktif dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler dan bahkan membantu
guru-guru muda dalam program pendampingan siswa. Mereka percaya bahwa semua orang memiliki
kesempatan untuk mengubah diri dan mencapai potensi terbaik mereka.

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai