Anda di halaman 1dari 4

GURU YANG MEMERDEKAKAN

Oleh: Sudarjat, M.Pd


Guru PAI SMAN 1 Cijeruk

Pada suatu pagi di sebuah sekolah. Terlihat seorang guru sedang memarahi beberapa
muridnya yang datang terlambat ke sekolah. Sang guru terlihat sangat kesal kepada murid-
muridnya tersebut, nada suaranya tinggi memarahi murid-muridnya yang menunduk. “Kalian
mau jadi apa? Setiap hari terlambat, gak mikir kalian? Orang tua kalian bersusah payah
menyekolahkan kalian. Ini balasan kalian terhadap mereka?” demikian sebagian pepatah
sang guru kepada murid-muridnya. “Jika kalian mau begini terus, mendingan kalian keluar
saja dari sekolah ini. Kalian telah merusak nama baik sekolah. Brengsek kalian, kurang ajar.
Habis kesabaran saya menghadapi kalian, anak tidak bisa diatur. Hormat bendera kalian
seharian di lapangan ini. Bapak malas ngurusin kalian!” Lanjutnya seakan belum puas
mengajari murid-muridnya sambil meninggalkan mereka hormat bendera di lapangan.
Cerita berbeda di sekolah yang sama beberapa tahun kemudian. Di pagi yang sangat
cerah, seorang siswa yang sering melanggar peraturan sekolah terlihat sedang menjalani
hukuman dari gurunya. Ia menjalani hukuman membersihkan area sekolah dengan raut
muka yang datar. Selesai menyelesaikan tugasnya, siswa tersebut diminta menghadap wakil
kepala urusan kesiswaan di sekolah tersebut. Dengan perasaan takut, ia memasuki ruangan
wakil kepala sekolah.
“Silahkan duduk!” perintah wakil kepala. Anak tersebutpun mengikuti perintah gurunya
dengan wajah tertunduk. Sambil sibuk memainkan keyboard di laptopnya, wakil kepala
meminta si anak untuk menuliskan “Saya sekolah disini untuk belajar menjadi ...... “
pada selembar kertas. “Silakan isi titik-titik tersebut dengan bebas sesuai kehendakmu!”
perintahnya. Dengan ragu-ragu, siswa tersebut menuliskan kalimat tersebut dengan
menambahkan kata polisi, sehingga tertulis pada kertas tersebut “Saya sekolah di sini
untuk belajar menjadi Polisi”. Dengan pernuh keraguan, kertas tersebut diserahkan
kepada wakil kepala. Wakil kepala sekolah kemudian menghentikan pekerjaannya dan
menatap fokus kepada siswa tersebut. Tanpa diduga oleh siswa, wakil kepala berdiri dan
mengucapkan selamat kepada anak tersebut. “Selamat, kamu telah menemukan tujuanmu.
Mulai besok kamu adalah polisi di sekolah ini. Bapak titipkan keamanan dan ketertiban
sekolah ini menjadi tanggung jawabmu dan kamu boleh menyeleksi teman-teman kamu
yang ingin menjadi polisi untuk bersama-sama kamu menjalankan misi ini. Apakah kamu
siap?” tanya wakil kepala.
“Maksudnya, Pak?” tanya anak tersebut belum mengerti keinginan gurunya.
“Iya, sekolah itu adalah tempat untuk belajar menjadi. Kamu tadi telah menyatakan
kepada Bapak bahwa kamu sekolah di sini untuk belajar menjadi polisi. Maka misi kamu
sekolah disini adalah untuk belajar menjadi polisi. Maka oleh sebab itu, bapak harus
memfasilitasi kamu agar belajar menjadi polisi. Menurut kamu apa yang harus kamu lakukan
untuk belajar menjadi polisi?” jelas wakil kepala. “Apa kamu paham?” lanjutnya. “Iya pak,
tapi apa yang harus saya lakukan?” tanya anak itu penasaran. Dengan tenang wakil kepala
balik bertanya kepada siswanya yang berharap akan jawaban, “menurut kamu, apa yang
dikerjakan seorang polisi?” tanya wakil kepala. “Menjaga ketertiban dan menegakkan hukum
pak.” Jawab anak tersebut cepat. “Tepat sekali, itulah tugas polisi. Maka jika kamu ingin jadi
polisi, maka belajarlah jadi polisi dari sekarang. Bantu bapak untuk menjaga ketertiban dan
menegakkan hukum atau aturan di sekolah ini. Menurut kamu, apa yang kamu bisa lakukan
untuk menjaga ketertiban dan penegakan aturan di sekolah ini?” jelas wakil kepala. “Banyak
pak, mengatur lalu lintas penyeberangan teman-teman, mengatur parkir motor teman-
teman, razia seragam. Apa lagi ya pak?” jawab anak tersebut yang sudah tidak canggung
lagi menjawab pertanyaan gurunya. “Oke, cukup segitu aja dulu. Dari tiga hal yang kamu
sebutkan, apa yang bisa kamu lakukan mulai saat ini?” tanya wakil kepala lebih konkret.
“mengatur parkir teman-teman pak.” Jawab anak tersebut. “Sip, kapan kamu siap mulai
bertugas?” tanya wakil kepala. “Besok saya siap pak” jawab anaa tersebut mantap. “Ok.
Besok kamu mulai bertugas membantu satpam kita untuk mengatur parkir motor teman-
teman. Dan satu lagi, ketika kamu bersalaman dengan bapak atau Pak Satpam, kamu harus
bergaya seperti polisi. Hormat dulu sebelum kamu bersalaman. Anggap bapak dan Pak
Satpam adalah komandan kamu.” Tambah wakil kepala. “Siap Ndan!” jawab anak tersebut
sambil berdiri dan memberi hormat.

Dua cerita tersebut menggambarkan dua pengalaman menarik dalam dunia pendidikan
formal di Indonesia. Tipe peserta didik yang selalu terbagi menjadi dua kelompok besar,
kelompok penurut dan kelompok pemberontak. Kesulitan yang dialami hampir semua guru di
lembaga pendidikan adalah menghadapi peserta didik tipe pemberontak. Stempel “nakal”
dan “badung” akhirnya melekat pada peserta didik tipe ini. Tipe anak pemberontak biasanya
berjumlah minoritas, namun akan-anak ini biasanya menghabiskan energi guru-guru.
perhatian mereka lebih banyak mengurusi anak-anak tipe ini daripada anak-anak tipe
penurut.
Yang menarik dari tipe anak pemberontak adalah anak-anak ini biasanya merupakan
anak-anak yang berhasil lebih dahulu setelah mereka lulus dari sekolah. Bahkan yang lebih
menarik, anak-anak tipe inilah yang lebih perhatian ketika bertemu dengan gurunya setelah
mereka lulus dibanding dengan anak-anak tipe penurut. Mereka menyapa gurunya ketika
bertemu di manapun, bahkan banyak diantara mereka yang bersilaturahmi kepada gurunya
setelah mereka berhasil. Tipe anak pemberontak memiliki banyak teman dan hubungan
pertemanan mereka terlihat lebih kuat dibanding dengan anak-anak tipe penurut.
Sebuah pemikiran menarik yang menggelitik dunia pendidikan kita adalah ungkapan
seorang teman guru yang mengatakan bahwa pendidikan kita itu mendidik anak atau
memaksa anak untuk memenuhi ego kita? Dua cerita di atas adalah gambaran yang
membedakan antara memenuhi ego guru dan mendidik.
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar mereka siap menjalani masa depannya sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Bahkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan
bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
dan bertanggung jawab. Pasal ini sangat jelas menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah
mengembangkan potensi peserta didik. Permasalahannya adalah, apakah setiap kita sebagai
guru dan orang tua memahami apa yang dimaksud potensi peserta didik?
Potensi merupakan energi potensial yang dimiiliki manusia dan dianugrahkan Tuhan
sejak lahir. Dr. Zakiah Daradjat menyatakan bahwa potensi manusia terdiri dari jasmani, akal
dan hati. Al-Quran menyebutkan bahwa potensi manusia terdiri dari sam’a (pendengaran),
abshor (penglihatan) dan af-idah (hati/perasaan). Jika kita merujuk kepada pandangan
Dzakiah, maka potensi manusia yang harus dikembangkan adalah fisik, akal dan hati
(qalbu). Hal ini selaras dengan konsep pendidikan Indonesia, bahwa ruang lingkup
pengembangan kompetensi terdiri dari kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Dalam hal mengembangkan ketiga potensi tersebut tentu membutuhkan strategi yang
berbeda. strategi pengembangan hati akan berbeda dengan strategi pengembangan akal
demikian pula dengan pengembangan fisik. Pengembangan potensi hati harus dilakukan
dengan melatih peserta didik untuk dapat merasa, maka teknik introspeksi dan tenggang
rasa menjadi teknik utama dalam melatih hati. Potensi akal hanya dapat dikembangkan
dengan strategi berpikir. Untuk melatih berpikir, strategi pemecahan masalah ( problem
solving) menjadi teknik utama. Sementara untuk mengembangkan potensi
fisik/jasmani/keterampilan, dikembangkan dengan strategi melakukan/berbuat. Untuk itu,
agar potensi keterampilannya berkembang, peserta didik perlu dilatih untuk melakukan.
Berdasar pandangan tersebut, maka tugas guru sebenarnya adalah melatih
merasa/introspeksi, membuat masalah, dan menyuruh melakukan.

Melatih Rasa
Tugas hati adalah merasa, maka untuk mengembangkan potensi hati membutuhkan
banyak latihan merasa. Kolaboratif, komunikatif, demokratis (saling menghargai) dan
bertanggung jawab merupakan produk dari latihan merasa. Teknik muhasabah (merenung),
tukar nasib, introspeksi diri, dzikir, yoga menjadi pilihan untuk mengembangkan potensi ini.
Semakin terampil peserta didik merasakan apa yang orang lain rasakan jika dia berbuat
sesuatu, maka hati peserta didik akan semakin lunak dan semakin mudah untuk berbuat
baik. Untuk mencapai tingkat pengembangan potensi hati yang maksimal, sekolah perlu
melakukan pendekatan tukar nasib untuk seluruh perbuatan yang dilakukan oleh peserta
didik. Pendekatan tukar nasib akan menjadi arus utama dalam pembentukan karakter
peserta didik. Salah satu contoh ketika peserta didik melakukan kenakalan, bawa mereka ke
alam bawah sadar mereka pada kondisi alfa. Posisikan mereka sebagai orang tuanya.
Bagaimana rasanya? Pendekatan ini akan membekas pada mereka ketika dilakukan secara
terus menerus. Atau dapat pula dibuat sebuah program kontemplasi pagi. Setiap pagi
selama 5-10 menit, peserta didik melakukan kontemplasi untuk merenungi apa yang sudah
mereka lakukan dan posisikan mereka pada posisi orang tua mereka yang menyimpan
harapan akan keberhasilan dan kebahagiaan mereka. Atau sesekali peserta didik dibawa
jalan-jalan mengunjungi tempat bencana atau ke rumah sakit untuk melatih rasa mereka
bagaimana jika mereka yang berada di wilayah bencana atau terbaring di tempat tidur
rumah sakit tersebut, bila perlu inapkan mereka beberapa malam di tempat pengungsian.

Memberi Masalah
Fungsi akal adalah untuk berpikir. Berilmu dan kreatifitas merupakan produk dari
pengembangan akal. Untuk melatih berpikir, maka pemberian masalah untuk dicarikan solusi
merupakan menu utama bagi peserta didik. Model pembelajaran problem solving adalah
model utama dalam pengembangan potensi ini. Peserta didik yang setiap hari dilatih
memikirkan solusi untuk memecahkan masalah kehidupan, akan menjadi peserta didik yang
terampil dalam menyelesaikan masalah kehidupannya. Akhirnya mereka akan menjadi sosok
yang kritis, kreatif dan inovatif menghadapi setiap permasalahan. Tugas guru dalam hal ini
adalah pembuat masalah. Semakin mahir guru membuat masalah, maka semakin terampil
peserta didik menyelesaikan masalah.

Menyuruh
Fungsi Jasmani adalah melalukan atau berbuat. Sehat, cakap, terampil, produktif dan
mandiri merupakan produk dari melakukan dan berbuat. Untuk mengembangkan potensi ini,
maka guru perlu memiliki kemampuan menyuruh yang mumpuni. Kemampuan menyuruh
guru agar peserta didik dengan sukarela melakukan apa yang diminta oleh gurunya akan
berbanding lurus dengan kemampuan melakukan peserta didik. Semakin sering guru
menyuruh peserta didik, maka semakin banyak peserta didik melakukan. Akibatnya semakin
tinggi produktivitas peserta didik, semakin cakap dan terampil peserta didik dalam
melakukan sesuatu. Maka dari itu, bagi setiap guru berhentilah menjadi aktor. Jadilah
sutradara yang handal. Jadilah penyuruh yang hebat. Jadilah penyuruh yang menghipnotis,
agar peserta didik dengan suka rela melakukan yang kita suruh. Tingkatkan kemampuan
menyuruh kita.
Akhirnya, melatih rasa, membuat masalah dan menyuruh merupakan ruh utama dari
merdeka belajar sebagaimana yang diharapkan oleh Peratutan Pemerintah No 32 Tahun
2013 Pasal 19 ayat 1 yang berbunyi “Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis Peserta Didik”. Inilah hakikat dari merdeka belajar,
belajar yang memberikan ruang yang cukup untuk prakarsa, kreativitas dan kemandirian
yang diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan
memotivasi.

Identitas Penulis
Nama : Sudarjat, M.Pd
Alamat : Kp. Bojongmenteng RT 02/07 Desa Cibalung Kec. Cijeruk Kab. Bogor Jawa
Barat 16740
Akun FB : Kang Ajat
Ig : Kangajats
Youtube : Kang Ajat
Email : kangajat78@gmail.com
WA : 085219735097

Anda mungkin juga menyukai