Anda di halaman 1dari 14

Budaya 3S (Senyum, salam, dan Sapa) merupakan budaya baik yang ada di Indonesia dan harus

dikembangkan, Senyum terbukti dapat mengurangi stress dan menambah teman. Ketika senyum otot
wajah yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan cemberut yaitu sekitar 17 otot, dibandingkan dengan
ketika cemberut yaitu 43 otot.

Sapa merupakan sebuah penghormatan kita tehadap orang lain. Ketika orang lain kita sapa, mereka
merasa dihormati. Sebaliknya, orang lain juga akan menghormati kita, Sapa akan membawa aura
kebaikan.

Selain itu Salam terbukti dapat membuat orang saling menyayangi. Ketika orang memberikan salam
kepada orang lain, orang lain akan merasa senang dan merasa diperhatikan.

Untuk menjaga Budaya 3S ini, banyak sekolah yang menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah
satunya adalah Sekolah JIS(Jakarta Intercultural School), seperti yang sudah diketahui Sekolah JIS ini
merupakan Sekolah International yang berada di Jakarta.

Sekolah JIS ini sebagian besar murid-muridnya itu merupakan anak ekspatriat namun jangan salah
walaupun mereka ini merupakan anak Ekspatriat namun ternyata murid-murid JIS begitu mencintai
budaya Indonesia loh gan. Beberapa waktu yang lalu ane sempat berkunjung kesekolah JIS dan
menyaksikan langsung Siswa dan Siswi JIS ini memainkan alat musik.

Back to Channel ya, menurut pengalaman ane sendiri nih gan hampir semua orang yang ane temui di JIS
baik itu pegawai, guru bahkan muridnya itu menerapkan Budaya 3S dikehidupannya. Walaupun ga kenal
tapi mereka dengan senang hati memberikan senyum dan sapa.

Berbeda dengan beberapa sekolah yang ane pernah kunjungi nih gan, terkadang mereka itu lebih senang
disapa ketimbang menyapa duluan, lebih baik cuek dari pada harus senyum duluan. Nah kalo seperti ini
bagaimana dengan moral anak bangsa kelak ???

Budaya 3S yang dilakukan oleh Sekolah JIS ini baiknya dicontoh oleh sekolah-sekolah, karena jika anak
telah terbiasa melakukan 3S kepada orang lain dari kecil, dewasanya akan menjadi orang yang dapat
menghargai orang lain.
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Budaya Senyum, Salam dan Sapa di Sekolah
JIS", Klik untuk baca:

https://www.kompasiana.com/maiqueenda/57df82ef577b610968b381f8/budaya-senyum-salam-dan-
sapa-di-sekolah-jis

Kreator: Mai Queenda

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili
pandangan redaksi Kompas.

Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com


Laporan Best Practice: Peningkatan Karakter Siswa Melalui Gerakan "GSSS" di
SMPN Kraksaan, Kabupaten Probolinggo

1. Pendahuluan: SMPN Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, bertekad untuk menciptakan


lingkungan belajar yang tidak hanya fokus pada prestasi akademis, tetapi juga pada
pembentukan karakter siswa yang berkualitas. Sebagai bagian dari upaya ini, kami
memperkenalkan Gerakan Senyum Salam dan Sapa (GSSS). Tujuan dari laporan ini
adalah untuk menjelaskan metodologi yang digunakan, pelaksanaan kegiatan, hasil
yang telah kami peroleh, serta simpulan dan saran untuk pengembangan lebih lanjut.

2. Metode Pemecahan Masalah: Metode yang kami terapkan dalam memperkenalkan


dan mengimplementasikan GSSS melibatkan beberapa langkah sebagai berikut:

 Sosialisasi dan Pengenalan: Mengadakan pertemuan dengan staf sekolah untuk


menjelaskan tujuan dan manfaat dari GSSS.
 Pelatihan Staf: Menyelenggarakan pelatihan khusus untuk guru dan staf sekolah
tentang konsep GSSS dan strategi implementasinya.
 Integrasi ke dalam Kurikulum: Mengintegrasikan GSSS ke dalam kurikulum
karakter sekolah melalui kegiatan pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler.
 Monitoring dan Penghargaan: Melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan
GSSS dan memberikan penghargaan kepada siswa yang menerapkannya secara
konsisten.

3. Pelaksanaan dan Hasil yang Diperoleh: Pelaksanaan GSSS di SMPN Kraksaan telah
menghasilkan beberapa pencapaian signifikan, antara lain:

 Terjadi peningkatan dalam hubungan antar siswa dan antara siswa dengan staf
sekolah.
 Lingkungan sekolah menjadi lebih inklusif dan ramah.
 Peningkatan dalam sikap positif siswa terhadap sesama dan lingkungan belajar.

4. Simpulan dan Saran: Berdasarkan hasil yang telah kami peroleh, kami dapat
menyimpulkan bahwa Gerakan Senyum Salam dan Sapa (GSSS) efektif dalam
meningkatkan karakter siswa di SMPN Kraksaan. Namun, untuk pengembangan lebih
lanjut, kami menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

 Memperluas sosialisasi GSSS kepada orang tua siswa dan masyarakat sekitar.
 Melakukan evaluasi berkala terhadap pelaksanaan GSSS dan melakukan
penyesuaian jika diperlukan.
 Mengintensifkan program penghargaan untuk mendorong partisipasi siswa
dalam GSSS.

5. Kesimpulan: Dengan demikian, Gerakan Senyum Salam dan Sapa (GSSS) telah
membawa dampak positif dalam peningkatan karakter siswa di SMPN Kraksaan,
Kabupaten Probolinggo. Dengan komitmen yang terus-menerus dan kolaborasi dari
seluruh pihak terkait, kami yakin bahwa GSSS akan terus menjadi instrumen efektif
dalam menciptakan lingkungan belajar yang berbudaya dan inklusif.
Saat ini, nilai etika dan budaya di berbagai kalangan, khususnya pada generasi muda mulai mengalami
pergeseran. Pergeseran itu meliputi maraknya pergaulan bebas dan anacaman pornografi, kekerasan,
dan kerusuhan yang berujung pada tindakan anarkis. Dapat kita ketahui bahwa kondisi karakter para
generasi muda terkhususnya para peserta didik di sekolah masa sekarang, sangat memprihatinkan baik
secara emosional, tindakan, maupun prilaku sosial mereka. Bahkan, sering kita jumpai di media massa
baik surat kabar maupun televisi, tentang pelajar yang saat ditegur oleh guru karena melakukan
kesalahan, mereka malah cenderung melawan kepada gurunya dengan tindakan-tindakan yang kurang
pantas. Bukan hanya itu, bahkan karena tidak memiliki etika, mereka melakukan kekerasan fisik dan
mental kepada gurunya, hanya karena masalah yang sederhana. Dan masih banyak lagi bentuk tindakan
anarkis yang lain. Pergeseran nilai etika dan budaya inilah penyebab generasi muda di zaman ini
kehilangan jati dirinya. Kebanyakan dari mereka melupakan nilai luhur yang telah ditanamkan kepada
dirinya sejak kecil oleh orang tua dan leluhurnya.

Permasalahan di atas adalah sebagian kecil masalah yang disebabkan oleh menurunnya etika, moral dan
buadya di masa sekarang. Dalam kecanggihan dan kemodernan hidup di masa ini, telah membentuk
manusia yang serba berpikir praktis untuk mencapai tujuan. Sehingga, banyak generasi muda yang
mendahulukan emosi dalam menyelesaikan masalah dan melupakan apa dampak yang ditimbulkan.
Kesenangan sesaat menjadi tolak ukur kebahagiaan dirinya, dan melupakan apa dampak yang akan
ditimbulkan untuk orang lain.

Disinilah tantangan semakin besar di masa sekarang. Oleh karena itu, pendidikan di sekolah memiliki
peran yang penting. Beberapa ranah pendidikan yang dikenal pada saat ini adalah, pendidikan intelek,
pendidikan ketrampilan, pendidikan sikap, dan pendidikan karakter (watak). Saat ini di sekolah,
pendidikan karakter semakin digalakan. Hal itu menciptakan berbaga model/program penanaman
karakter bagi peserta didik di lingkungan sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lain.

Pendidikan karakter yang menekankan pada berbagai dimensi dalam proses pembentukan pribadi,
diharapkan mampu membendung berbagai kemungkinan-kemungkinan negatif yang secara perlahan
akan menghilangkan budaya bangasa ini. Sehingga diharapkan permasalahan yang timbul dari
pergeseran etika dan moral yang dilakukan oleh para generasi muda akan semakin menurun atau bahkan
menghilang.

Melihat sangat pentingnya penerapan pendidikan karakter, maka pendidikan karakter begitu gencar
menjadi sorotan di berbagai kalangan negeri ini. Bahkan Nadiem Makarim, selaku Mendikbud lebih
mengutamakan pendidikan karakter. Hal itu dianggap penting, karena kemajuan bangsa salah satu faktor
yang menentukannya adalah bagaimana karakter dari manusia yang keluar dari sistem pendidikan di
Indonesia.
Hal itu menunjukkan bahwa semua kalangan berharap generasi muda di masa depan bukan hanya
seseorang yang luar biasa secara pengetahuan dan ketrampilan saja, tetapi juga seseorang yang
menyadari nilai luhurnya sebagai manusia yang diharuskan memiliki tutur kata, sikap, dan perilaku yang
sesuai dengan etika dan moral yang berlaku baik dilingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.

Melalui pendidikan karakter diharapkan para generasi muda mampu memiliki pandangan mengenai
berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian, tanggung jawab, kebenarian,
keindahan, kebaikan, dan keimanan. Bahkan dalam dunia pendidikan dikenal 18 nilai karakter yang
diharapkan dimilki oleh peserta didik. Hal itu meliputi religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung
jawab.

Dengan penjelasan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka terlebih dahulu harus kita ketahui tujuan
dari pendidikan itu sendiri.

Menurut Pasal 1 UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional
adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan. Hal itu diharapkan, bahwa
pendidikan bukan hanya mampu membentuk insan bangsa yang cerdas, tetapi juga membentuk karakter
generasi masa depan yang luar biasa, yang tumbuh dan berkembang dengan karakter nilai luhur bangsa
dan agama.

Namun, sering kita jumpai bahwa penerapan pendidikan karakter dan penanaman nilai-nilai karakter di
dalamnya, baik di sekolah-sekolah ataupun di lembaga-lembaga pendidikan lain tidak berjalan efektif.
Hal itu dikarenakan para peserta didik tidak menemukan sosok teladan yang patut untuk dicontoh.
Akibatnya, para peserta didik memiliki pandangan bahwa pendidikan karakter di zaman ini hanya
sekedar wacana dan tidak perlu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, dan mereka merasa
dibohongi jika hanya mendengarkan materi tentang karakter baik, kejujuran, dan patriotisme. Mereka
hanya meyakini paham baru yang disebabkan adanya globalisasi di segala bidang yang justru bertolak
belakang dengan nilai-nilai moral pancasila.

da dua hal yang dibahasa dalam tema pendidikan karakter, hal itu adalah pendidikan dan karakter.

Pendidikan

Beberapa ahli telah menjelaskan tentang pengertian pendidikan, seperti pengertian pendidikan menurut
Driyarkara, “Upaya memanusiakan manusia muda”. Hal ini karena pada hakekatnya, bahwa manusia
tidak akan pernah puas terhadap pendidikan yang dia dapatkan, dengan harapan melalui pendidikan itu
manusia akan menjadi sempurna.
Bukan hanya Driyarkara saja yang menjabarkan pandangannya tentang pendidikan, bahkan Ki Hajar
Dewantara selaku Bapak Pendidikan Indonesia juga menjabarkan pandangannya. Menurut beliau,
“Pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin,
karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat
menunjukkan kesempurnaan hidup anak-anak kita”. Pendidikan (dalam arti yang luas) adalah upaya
mengembangkan potensi menjadi prestasi melalui pemberian fokus stimulasi untuk memiliki kompetensi
dan reputasi.

Oleh karena itu, maka perlu kita ketahui makna dari isi pendidikan itu sendiri, yaitu:

Memberi pengetahuan

Membentuk ketrampilan

Membentuk sikap

Mewujudkan tuntutan hidup pribadi dan sosial

Sarana persiapan kehidupan yang akan datang

Memenuhi kebutuhan perkembnagan anak.

Setelah mengetahui makna pendidikan, maka kita juga harus mengetahui fungsi pendidikan. Secara
umum, fungsi pendidikan meliputi:

Sebagai pengembangan pribadi

Sebagai pengembangan warga negara

Sebagai pengembangan kebudayaan

Sebagai pengembangan bangsa

Selain fungsi pendidikan secara umum, ada juga fungsi pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003,
“Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa.

Karakter

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang menjadi ciri khas seseorag.
Sehingga karakter yang baik akan menjadi cerminan kepribadian secara utuh dari seseorang sebagai
orang baik (mentalitas, sikap, dan prilaku), terlepas dari apakah kebaikan itu asli atau hanya sekedar
kepura-puraan.

Melalui pendidikan berbasis karakter seseorang akan menunjukkan jati dirinya sebagai manusia yang
sadar diri sebagai makhluk sosial, yang pasti akan berinteraksi dengan makhluk yang lain. Kesadaran
akan pentingnya nilai karakter diri yang ada pada dirinya dijadikan tolak ukur martabatnya, sehingga
terciptalah pikiran obyektf, terbuka, dan kritis, serta dia akan memiliki harga diri yang tidak mudah
luntur.

Berbagai fonomena sosial yang muncul tentang menurunnya karakter luhur para remaja. Bahkan dunia
pendidikan lebih banyak melahirkan orang-orang pintar dan penuh ketrampilan, namun jarang yang
memiliki sikap dan prilaku yang baik. Maka menimbulkan pemikiran tentang program yang sesuai untuk
meningkatkan nilai karakter diri para peserta didik.Oleh karena itu, maka perlu adanya penanaman
pendidikan karakter yang harus diterapkan di dunia pendidikan.

Berikut adalah upaya untuk menerapkan pendidikan berbasis karakter di sekolah:

Memiliki nilai-nilai yang dianut dan disampaikan kepada seluruh pemegang kebijakan sekolah melalui
berbagai media.

Pengajar, tenaga kependidikan, dan semua civitas sekolah termasuk tenaga kebersihan dan keamanan
mendiskusikan nilai-nilai yang karakter sekolah sebagai nilai yang benar.

Pengajar dan peserta didik menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai karakter yang dianut di kelas
masing-masing.

Memberikan dilema-dilema dalam mengerjakan suatu nilai, misalnya tentang kejujuran.

Pembiasaan penerapan nilai di setiap kesempatan.

Semua warga sekolah harus mendiskusikan masalah yang terjadi apabila ada pelanggaran dengan sebijak
mungkin.

Menjalin hubungan yang baik antara pihak sekolah dan wali murid.

Dari beberapa uraian di atas, maka manfaat pendidikan karakter sangat banyak dan besar bagi
kehidupan bangsa dan negara karena perannya sangat penting dalam pembentukan karakter warga
negara berdasarkan nilai-nilai etika dan budaya bangsa. Agar para generasi muda tidak lupa jati dirinya
sebagai warga negara yang baik. Sehingga, dapat dijabarkan bahwa pendidikan karakter memiliki
berbagai manfaat sebagai berikut:

Pendidikan karakter menjadikan individu yang maju, mandiri, dan kokoh dalam menggenggam prinsip.

Pendidikan karakter akan menjadi benteng dalam memerangi berbagai perilaku berbahaya dan gelap.

Pendidikan karakter sebagai mempromosikan sikap prososial/nilai.

Pendidikan karakter mendorong nilai intelektual/akademik

Pendidikan karakter sebagai mempromosikan pengembangan pribadi holistik. Meliputi, karir kejujuran
perencanaan dan komitmen, pengembangan kepemimpinan, pertumbuhan rohani mentoring dan peran
permodelan, petualangan bertanya dan pembangunan iman.

Pendidikan karakter sebagai pendorong tanggung jawab bagi warga negara, meliputi: layanan dan
kesukarelaan, politik tindakan, keberlanjutan dan keterlibatan waraga negara.

Banayak sekali program yang ditemukan untuk meningkatkan nilai karakter diri para peserta didik, salah
satu program yang bisa diterapkan untuk menanamkan pendidikan karakter para peserta didik adalah
membiasakan budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun). Program ini merupakan kegiatan
yang sederhana, namun memiliki peranan dalam pembentukan karakter peserta didik.

Untuk lebih jelasnya dapat kita uraikan tentang budaya 5S ini terdiri dari:

Senyum

Senyum adalah gerak tawa tanpa suara yang tercermin pada bibir yang mengembang sedikit.

Sering kita dengar bahwa senyum merupakan ibadah. Hal itu mungkin benar, karena saat kita tersenyum
berarti kita dalam keadaan bahagia, maka secara tidak langsung kita sudah menyebarkan kebahagian
dan aura positif kepada orang lain.

Oleh karena itu, alangkah lebih baiknya sebelum melakukan kegiatan apapun kita awali dengan
senyuman. Senyuman yang tulus menjadikan hubungan masing-masing individu menjadi lebih
menyenangkan.

Salam
Salam, adalah pernyataan hormat, selamat, sejahtera, damai, tentram. Yang digunakan untuk
mengkomunikasikan rasa hormat kita atas kehadiran orang lain, sebagai bentuk rasa perhatian kita
kepada orang tersebut.

Salam yang kita lakukan dengan penuh ketulusan, maka akan mampu mencairkan suasana kaku yang
ada di sekitar kita. Salam dalam hal ini bukan hanya berarti berjabat tangan saja, namun seperti
mengucapkan salam menurut agama dan kepercayaan masing-masing.

Mengucapkan salam dan menjawab salam adalah salah satu amalan sholeh yang telah diajarkan. Hal itu
memberi gambaran, bahwa kita telah menyapa dan mengajak orang lain bercakap-cakap. Dan tanpa kita
sadari sebenarnya kita telah menunjukkan perhatian kita terhadap orang yang kita tegur dengan salam.
Hal itu akan mempererat persaudaraan.

Sapa

Sapa secara sederhana memiliki makna kata-kata untuk menegur. Maka, tegur sapa yang dilakukan
dengan ramah yang kita ucapkan, membuat suasana menjadi akrab dan hangat.

Saat kita menayapa seseorang, maka berarti kita menunjukkan perhatian, respon, dan simpati kita
terhadap orang itu. Sehingga akan muncul rasa dihargai bagi orang yang sedang kita sapa. Hal itu, akan
menjadikan kepercayaan diri orang yang kita sapa tadi semakin meningkat.

Sopan

Sopan adalah rasa hormat, takzim, dan tertib menurut adab yang kita lakukan kepada orag lain.

Sopan yang bisa kita lakukan adalah rasa hormat kita baik saat bicara, berjalan di depan orang yang lebih
tua, atau bahkan saat kita berinteraksi dengan orang lain. Bukan hanya itu saja, sopan dalam berpakaian
juga merupakan hal yang penting.

Hal itu akan menumbuhkan rasa saling menghormati satu sama lain. Seseorang yang berkarakter dan
memiliki etika adalah seseorang yang mampu berlaku sopan baik ucapan maupun perbuatan dimanapun
dan kapanpun.

Santun
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, santun memiliki pengertian sangat sopan, lemah lembut
berbudi bahasa, penuh rasa belas kasihan, suka menolong, berakhlak mulia.

Selain itu, santun juga memiliki makna tentang bagaimana kita mampu mendahulukan kepentingan
orang lain daripada kepentingannya sendiri.

Dengan cara gerak tindakan dan ucapan yang santun kita akan membuat orang lain merasa dihargai.

Tingkah laku yang halus, rasa belas kasih, dan suka menolong merupakan hal yang timbul karena terbiasa
bertingkah santun kepada orang lain.

Lima “S” yag diharapkan menjadi budaya karakter, mampu menumbuhkan nilai karakter yang memang
diharapkan ada dalam setiap proses pembelajaran di sekolah. Adapun karakter-karakter itu adalah
toleransi, komunikatif, cinta damai, dan peduli sosial.

Budaya lima “S” mampu membuat peserta didik menghargai orang lain tanpa memperdulikan perbedaan
agama, suku, dan etnis yang berbeda dari dirinya. Hal ini menunjukkan adanya karakter toleransi dalam
program ini.

Bukan hanya itu saja, melalui salam, sapa, sopan, dan santun peserta didik mampu menumbuhkan rasa
senang bergaul, berbicara, dan bekerja sama dengan orang lain yang merupakan bentuk karakter
bersahabat dan berkomunikasi.

Selain toleransi dan bersahabat, lima “S” juga mampu menumbuhkan rasa senang dan rasa aman atas
kehadiran satu sama lain, yang merupakan perwujudan sikap cinta damai.

Melalui lima “S”, akan tumbuh kepedulian sosial, yaitu rasa ingin selalu membantu orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan. Hal itu merupakan hasil yang terbentuk dari sikap sopan santun yang
tertanam dalam program ini.

Suatu program yang ditujukan untuk menanamkan karakter baik kepada peserta didik, tidak akan
berjalan dengan sempurna jika tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah tersebut tidak ikut serta
dalam program tersebut.
Oleh karena itu, sebelum menerapkan program Lima “S” tersebut kepada peserta didik. Maka para
pendidik dan tenaga kependidikan harus memberikan contoh dan mempraktekan terlebih dulu. Dengan
cara ini diharapkan mampu memotivasi peserta didik untuk mencontohnya. Selain itu, program ini juga
membutuhkan sosialisasi agar semua warga sekolah mampu memahami program ini. Hal ini dilakukan
agar cita-cita sekolah membentuk peserta didik yang berkarakter tidak hanya sebagai wacana.

Adapun hal yang bisa menunjukkan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah merupakan
teladan bagi peserta didik dalam membudayakan budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun)
adalah sebagai beriku:

Pendidik dalam hal ini adalah guru, setiap pagi menyambut peserta didik di depan gerbang sekolah
dengan penuh keramahan. Kemudian menyapanya dengan sopan, sedangkan peserta didik dengan
sopan santun mengucapkan salam kepada gurunya dan mencium punggung tangan gurunya. Hal itu akan
memunculkan energi positif yang akan terbawa sampai proses pembelajaran berakhir.

Pendidik yang masuk ke kelas selalu mengucapkan salam, menyapa dengan sopan dan santun kepada
peserta didik.

Apabila dalam proses pembelajaran, peserta didik melakukan kekeliruan. Maka pendidik akan
menasehati dengan ramah, sopan, dan santun.

Saat berada di sekolah semua pendidik dan tenaga kependidikan harus lebih berhati-hati dalam bersikap
dan berucap, bahkan menanamkan pada dirinya bahwa dialah teladan bagi peserta didik.

Antara pendidik dan semua civitas sekolah harus selalu menerapkan budaya lima “S” di setiap kali
bertemu. Maka akan bisa dirasakan suasana kerja yang memyenangkan.

Peserta didik yang berada di sekolah selalu dengan sadar mematuhi budaya 5S dengan menggunakan
kata-kata yang sopan saat bertanya dan berbicara kepada semua civitas sekolah.

Antar peserta didik juga harus ikut membangun budaya 5S satu sama lain, agar dapat dirasakan rasa
toleransi, cinta damai, dan meningkatkan rasa peduli sosial diantara mereka.

Demikianlah hal-hal yang dapat dilakukan di sekolah antara semua civitas sekolah dan peserta didik
untuk membudayakan budaya 5S (SenyuM, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun). Akan tetapi, meskipun
budaya 5S telah diterapkan di sekolah, akan lebih optimal jika penanaman karakter peserta didik melalui
pendidikan berbasis karakter khususnya dengan membudayakan program 5S, melibatkan semua pihak
yang terkait seperti orang tua, maupun masyarakat yang turut berpartisipasi untuk membantu dan
mendukung program 5S ini, sehingga karakter peserta didik dapat diarahkan ke arah yang lebih baik.

Sebenarnya banyak hal yang dapat dilakukan orang tua dan masyarakat sekitar untuk ikut
membudayakan pendidikan karakter melalui buadaya 5S ini.
Adapun, hal-hal yang bisa dilakukan oleh orang tua dan masyarakat sekitar dalam menerapkan budaya
5S adalah sebagai berikut:

Orang tua setiap memberi nasehat kepada anaknya, maka harus menggunakan tutur kata yang sopan
dan santun, agar menciptakan rasa saling menghormati antara orang tua dan anak.

Saat akan keluar rumah, anak harus membiasakan minta izin dan mengucapkan salam.

Bukan hanya anak saja yang harus mengucapkan salam saat ingin keluar rumah, tetapi orang tua juga
harus melakukan hal yang sama sebagai bentuk contoh bagi anak. Bukan hanya itu saja, orang tua harus
menanamkan pada dirinya bahwa dialah orang yang akan dicontoh oleh anaknya baik ucapan, sikap, dan
prilaku.

Antar warga yang saling bertemu harus saling mengucapkan salam, kemudian menyapa dengan sopan
dan santun.

Anak harus dibiasakan mengucapkan kata-kata yang sopan dan santun saat berbicara dengan orang yang
lebih tua.

Mungkin semua hal yang telah dijabarkan di atas hanya sedikit langkah yang dapat menanamkan
pendidikan karakter melalui budaya lima “S” baik di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.

Jika ditanya, apakah budaya karakter ini penting untuk masa depan peserta didik, maka jawabnya adalah
sangat penting. Di masa mendatang, untuk mewujudkan cita-cita mereka, mereka akan bertemu dengan
banyak orang. Maka saat itulah, pendidikan karakter akan menunjukkan hasilnya sebagai budaya yang
membangun karakter diri mereka. Karena karakter seseorang, baik atau buruk tidak akan serta merta
terbentuk dengan begitu saja, tetapi karena adanya pembiasaan selama ini. Pendidikan karakter itulah
yang nantinya akan membantu mereka dalam menjalani hidupnya dan mencapai kesuksesannya.

Sumber Refrensi:

Anisa, Nurul. 2017 “Modal Pembentukan Karakter melalui Budaya 5S Senyum, Salam, Sapa, sopan, dan
santun”. (http://anisanurul2728.wordpress.com/2017/06/14/modal-pembentukan-karakter-melalui-
budaya-5S-senyum-salam-sapasopan-dan-santun/). Diakses pada Minggu, 22 Maret 2020 jam 10.24
WIB.

Ihsan, A. 2010 “9 Pilar Pendidikan Holistik Berbasis Karakter”.


(http://sdncb11.wordpress.com/2010/08/03/9-pilar-pendidikan-holistik-berbasis-karakter/). Diakses
pada Minggu, 20 Maret 2011 jam 09.45 WIB.

Wahyuni, I. 2011 “Pendidikan”. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan). Diakses pada Minggu, 20


Maret 2011 jam 09.52 WIB.

Wahyuni, I. 2011 “Karakter”. (http://id.wikipedia.org/wiki/Karakter). Diakses pada Minggu, 20 Maret


2011 jam 09.55 WIB

Anda mungkin juga menyukai