Anda di halaman 1dari 13

MODUL KOMUNIKASI ASERTIF

SMA NEGERI 1 SUMBERREJO


TAHUN PELAJARAN 2021/2022

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 1 SUMBERREJO
Jl. Raya No. 131 Tlp/Fax (0353) 331116 (Email:smanis52@yahoo.co.id)

MODUL KOMUNIKASI ASERTIF


A. Petunjuk Belajar
Modul ini berisi tentang serangkaian kegiatan pelatihan yang bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan komunikasi asertif. Bacalah dengan saksama materi yang
disampaikan dan kerjakan tugas-tugas yang ada dalam modul ini.

B. Sasaran
Sasaran pembelajar untuk modul ini adalah Bapak Ibu Guru Pemula yang mengajar
di SMAN 1 Sumberrejo dengan masa kerja kuirang dari dua tahun.. Dalam modul ini akan
dikupas tuntas bagaimana budaya sekolah yang berlaku dan cara meningkatkan
kemampuan komunikasi asertif guru yang diharapkan juga berimbas pada peningkatan
kompetensi pengelolaan kelas di SMA Negeri 1 Sumberrejo.

C. Pokok Materi
Pemerintah melalui Perpres nomor 87 tahun 2017 mengeluarkan peraturan tentang
penguatan pendidikan karakter. Peraturan ini dibuat dengan pertimbangan bahwa Indonesia
sebagai bangsa yang berbudaya merupakan Negara yang menjunjung tinggi akhlak mulia,
nilai-nilai leluhur, kearifan dan budi pekerti. Dikeluarkannya Perpres tersebut tentunya
membawa angin segar bagi terciptanya kesejukan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Khususnya dalam konteks terbentuknya anak bangsa yang memiliki nilai-nilai luhur atau
berkarakter.
Melalui visi sekolah “Berahklak Mulia, Berdisiplin, Berprestasi, Berbudaya
Lingkungan dan Berkewirausahaan” maka SMAN 1 Sumberrejo mencoba untuk
berkembang dengan pendidikan yang mengutamakan Penguatan Pendidikan Karakter
disamping Penguasan Ilmu dan Teknologi.
Seiring berkembangnya zaman, muncul kondisi Pandemi Covid-19 dimana
interaksi antara guru dan peserta didik semakin berkurang intensitasnya. Pada pelaksanaan
kegiatan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas, banyak sekali ditemukan kasus-kasus
pelanggaran tata tertib dan munculnya Off Task Behaviour peserta didik. Tentunya hal ini
akan mempengaruhi kegiatan belajar di kelas. Pelatihan ini diadakan untuk memastikan
bahwa Bapak Ibu Guru yang baru mengajar di SMAN 1 Sumberrejo dengan masa kerja
kurang dari dua tahun benar-benar paham arah kultur sekolah yang berlaku di SMA Negeri
1 Sumberrejo dan dengan meningkatnya kompetensi komunikasi asertif akan membantu
dalam pengelolaan kelas sehingga karakter santun dan disiplin yang selama ini menjadi
kultur sekolah benar-benar tercermin dalam perilaku sehari-hari peserta didik.
D. Ruang Lingkup Materi
1. Kultur sekolah yang berlaku di SMA Negeri 1 Sumberrejo
2. Definisi komunikasi asertif, aspek-aspek dalam komunikasi asertif, faktor-faktor yang
menyebabkan kemampuan asertif berbeda, ciri-ciri individu yang mampu
berkomunikasi asertif, dan manfaat komunikasi asertif.
3. Hakikat Assertiveness Training dan prosedur pelaksanaan Assertiveness Training.
4. Pelaksanaan Assertiveness Training melalui Sharing, problem solving dan Role Play

E. Tujuan Kegiatan
1. Memahami kultur sekolah yang berlaku di SMA Negeri 1 Sumberrejo
2. Memahami definisi komunikasi asertif
3. Menyadari pentingnya berkomunikasi secara asertif
4. Mampu mengimplementasikan komunikasi asertif dalam pembelajaran sehingga
memberikan dampak yang signifikan terhadap suasana kelas.

SESI 1
DINAMIKA KELOMPOK
Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih dan
semakin individu memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan
yang lain dan berlanjut dalam situasi yang dialami. Dinamika kelompok bersumber dari
kata dinamika dan kelompok. Dinamika berati interaksi atau interdependensi antara
kelompok satu dengan yang lain, sedangkan Kelompok adalah kelompok individu yang
saling berinteraksi dan mempunyai tujuan bersama. Fungsi dari dinamika kelompok itu
antara lain:
1. Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup.
2. Memudahkan pekerjaan.
3. Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan persoalan dan mengurangi beban
pekerjaan yang terlalu akbar sehingga seleseai semakin cepat, efektif dan efisien. Aib
satunya dengan membagi pekerjaan akbar sesuai anggota kelompoknya masing-
masing atau sesuai keahlian.
4. Membuat iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat dengan memungkinkan
setiap individu memberikan masukan, berinteraksi, dan memiliki peran yang sama
dalam masyarakat.

PERMAINAN DALAM DINAMIKA KELOMPOK


1. Oo … Siapa Dia ???
2. Bercermin

SESI 2
KULTUR SEKOLAH YANG BERLAKU DI SMA NEGERI 1 SUMBERREJO
SMA Negeri 1 Sumberrejo adalah salah satu sekolah terbesar di wilayah
Timur Kabupaten Bojonegoro. Pada awal berdirinya pada tahun 1980, SMA
Negeri 1 Sumberrejo telah menentukan arah pengembangan menjadi sekolah
dengan karakter disiplin, berprestasi dan berahklak mulia yang juga merupakan visi
awal dari sekolah. Sejak saat itu Bapak/Ibu Guru berusaha menanamkan tiga
karakter tersebut, hingga pada akhirnya SMA Negeri 1 Sumberrejo dikenal sebagai
sekolah dengan tingkat disiplin peserta didik yang tinggi.
(Djemari, 2004) mengemukakan bahwa Stolp & Smith (1994)
mendeskripsikan kultur sekolah sebagai pola makna yang dipancarkan secara
historis yang mencakup norma, nilai, keyakinan, seremonial, ritual, tradisi, dan
mitios dalam derajat yang bervariasi yang ditunjukkan oleh warga sekolah. Senada
dengan pernyataan tersebut, Zamroni (2009) mengemukakan bahwa kultur sekolah
adalah norma-norma, nilai-nilai, keyakinan, sikap, harapan-harapan, dan tradisi
yang ada di sekolah dan diwariskan antar generasi, dipegang bersama baik oleh
kepala sekolah, guru, staf administrasi maupun siswa dan mempengaruhi pola pikir
(mindset), sikap, dan tindakan seluruh warga sebagai dasar mereka dalam
memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah.
Visi Sekolah harus menjadi dasar pengembangan kultur sekolah. Visi dan Misi
SMA Negeri 1 Sumberrejo telah mengalami dua kali perubahan, dimasing-masing
perubahan ditambahkan satu visi yang akan menjadi arah pengembangan karakter peserta
didik. Pada tahun 2021 ini visi SMAN 1 Sumberrejo adalah “Berahklak Mulia, Berdisiplin,
Berprestasi, Berbudaya Lingkungan dan Berkewirausahaan. Berikut rasionalisasi visi
SMAN 1 Sumberrejo:
3. Berahklak Mulia yang dimaksudkan adalah peserta didik memiliki karakter iman dan
taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki sikap sopan santun, dengan
memiliki sikap ini maka peserta didik diharapkan lebih mudah untuk diarahkan dan
mengarahkan diri untuk mencapai perkembangan diri yang optimal.
4. Berdisiplin, sikap ini sebenarnya termasuk pada ahklak mulia, tetapi SMAN 1
Sumberrejo perlu memberikan penekanan pada karakter disiplin ini karena merupakan
dasar dari semua perilaku yang harus tampak dalam diri peserta didik. Jika peserta
didik memiliki karakter disiplin maka akan lebih mudah untuk mengarahkan
pengembangan dirinya.
5. Berprestasi, karakter ini adalah imbas dari dua karakter sebelumnya. Jika dua karakter
dasar tersebut sudah terbentuk dalam diri peserta didik maka motivasi belajar dan
berprestasipun juga akan meningkat. Ukuran keberhasilan SMA adalah dari seberapa
banyak peserta didik melanjutkan ke Perguruan Tinggi, terutama melalui jalur
SNMPTN dan SBMPTN.
6. Berbudaya Lingkungan, karakter ini muncul ketika SMAN 1 Sumberrejo mengikuti
Program Adiwiyata. Dalam program tersebut penguatan Pendidikan karakter untuk
mencintai, melestarikan dan memulihkan lingkungan diajarkan pada peserta didik.
7. Berkewirausahaan, muncul dari kesadaran bahwa peserta didik harus memiliki jiwa
kewirausahaan yang meliputi inovatif, kerja keras dan pantang menyerah, motiivasii
berprestasi tinggi, berani mengambil resiko, dan proaktif (inisiatif).

LEMBAR KERJA 1
1. Berdasarkan pendapat anda, apa yang dimaksud dengan kultur sekolah?

Kultur sekolah adalah budaya yang menjadi ciri suatu sekolah, dimana budaya ini
menjadi suatu yang unggul dari sekolah tersebut dan selaras dengan visi sekolah

2. Jelaskan kaitan antara visi sekolah dan pengembangan kultur sekolah!

Kaitannya sangat erat sekali, karena perkembangan kultur atau budaya sekolah
mengacu pada visi sekolah. dan visi sekolah bisa mencerminkan bagaimana
budaya atau kultur dari sekolah tersebut

3. Berikan contoh kultur positif yang berkembang di sekolah sebagai bentuk


pengembangan visi sekolah!

Semua warga sekolah akan menghargai prestasi yang diperoleh oleh siswa
4. Apakah mungkin muncul kultur negatif yang juga berkembang di sekolah sebagai
akibat dari pengembangan visi sekolah? Jika ada sebutkan!

5. Bagaimana cara mengatasi kultur negatif yang berkembang di sekolah ?

memberikan arahan ke warga sekolah untuk menyadarkan warga sekolah dengan


melakukan sosialisasi, pelatihan dan sebagainya. Disamping itu juga membuat
komitmen bahwa peraturan yang sudah dibuat itu mesti ditegakkan.

6. Kasus: Pada suatu hari di SMA Negeri 1 Sumberrejo ditemukan sebuah komunitas
supporter yang beranggotakan alumni dan peserta didik aktif. Mereka mengadakan
kegiatan di luar tanpa berkoordinasi dengan sekolah. Kegiatan tersebut rentan sekali
dengan “Pelanggaran Etika”. Anda sebagai wakil dari manajemen sekolah mengetahui
hal tersebut, Tindakan apa yang akan Anda ambil terkait Penguatan Pengembangan
Karakter sekolah?
Siswa ingin mendapat prestasi setinggi tingginya karena dari prestasi tersebut
akan ada
karena suatu penghargaan
komunitas ini anggotanyadari ada
orang lain tapi
alumni dandengan cara membubarkannya
siswa aktif, yang salah misalnya
mencotek,bekerjasama
jelas tidak bisa dilakukan. saat
jadiulangan
menurut dan membenarkan
saya segala cara untuk
melakukan bimbimbingan kepada
memperoleh prestasi tersebut
siswa siswa yang aktif di komunitas itu tentang apa konsekuensi dari kegiatan
mereka dan membatasi pergerkan dari siswa yang aktif tsb

SESI 3
KOMUNIKASI ASERTIF

A. Definisi Komunikasi Asertif


Manusia selalu berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan manusia diperoleh dengan berkomunikasi. Berkomunikasi yang baik adalah
komunikasi secara asertif. Menurut Cuncic (2009) komunikasi asertif adalah komunikasi
secara langsung dan mengekspresikan keinginan, harapan, pikiran dan perasaan.
Komunikasi asertif melibatkan ketetapan bagi keinginan sendiri tapi masih mengingat dan
menghormati keinginan orang lain.
Senada dengan pendapat di atas, Zionsphere (2010) mendefinisikan komunikasi
asertif sebagai kemampuan mengekspresikan perasaan, pikiran, dan keinginan dengan cara
yang memungkinkan individu untuk mempertahankan hak–hak sendiri tanpa melanggar
hak–hak orang lain. Kemampuan ini bukanlah sesuatu yang dilahirkan. Seperti perilaku
sosial lainnya, keterampilan komunikasi asertif harus dipelajari dan dipraktikkan. Contoh
pikiran dan perasaan individu yang asertif adalah “Saya sering mendapatkan apa yang saya
inginkan tanpa menyinggung atau membuat marah orang tua. Saya jelas dan langsung
ketika berkomunikasi dengan orang lain, dan saya bisa mengungkapkan pikiran, perasaan,
dan keinginan secara langsung. “Saya jujur dan menunjukkan rasa percaya diri tanpa
menjadi agresif tentang apa yang saya katakan”.
Martin Winkler & Gunborg Palme (2012) berpendapat bahwa keterampilan
komunikasi asertif adalah kemampuan dalam mengekspresikan kebutuhan dan hak,
perasaan positif atau negatif tanpa melanggar hak-hak dan batasan orang lain,
mengekspresikan pikiran dan ide-ide, mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan,
menentukan dan menghormati batas-batas, serta cara berkomunikasi dan mendengarkan
yang terbuka, langsung dan jujur.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
komunikasi asertif adalah kemampuan untuk menyatakan perasaan dan pemikiran secara
tegas dan jujur tanpa mengganggu hak orang lain baik secara verbal maupun non-verbal.
Komunikasi secara asertif merupakan komunikasi yang I’m OK, you’re OK.

B. Aspek Komunikasi Asertif


Aspek – aspek dari komunikasi asertif adalah sebagai berikut :
1. Verbal behavior, terdiri dari:
a. Compliance, merupakan kemampuan untuk mengatakan tidak. Contoh: Yogi
sedang mengerjakan tugas Matematika. Yogi mendapatkan SMS dari Nando
tentang ajakan ke rumah Joni. Kemudian Yogi membalas: “Maaf saya tidak dapat
memenuhi ajakan kamu karena saya sedang mengerjakan tugas”.
b. Duration of reply, merupakan lama waktu dalam merespon pembicaraan
seseorang, dan bagaimana anda mampu menjelaskan pendapat ataupun apa yang
anda mau dengan jelas dan benar serta tidak perlu melebih-lebihkan sesuatu
dengan kata-kata selalu atau tidak pernah. Contoh: Yogi terlambat menenui
Nando dan alih-alih Nando berbicara “kamu selalu datang terlambat”, dia
memilih berkata “Kamu terlambat 20 menit, dan ini sudah ketiga kalinya dalam
minggu ini”.
c. Loudness, merupakan kejelasan suara dalam berbicara. Contoh: Yogi
mempresentasikan tugasnya kepada teman-teman sekelasnya. Ia bersuara dengan
nada, volume, dan intonasi yang tepat sehingga teman-temannya mendengarkan
dan memahami apa yang disampaikan Yogi.
d. Request for new behavior, merupakan kemampuan memberikan saran dan
mengeluarkan perasaan sesuai keadaan diri. Contoh: Nando sedang berjalan di
depan Yogi dan memakai sepatu yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah,
kemudian Yogi memberikan saran kepada Nando: “Nando sebaiknya kamu
pulang dulu dan ganti sepatu yang biasanya kamu pakai karena kamu sudah
melanggar salah satu peraturan sekolah kita.”
e. Affect, merupakan kemampuan untuk mengelola emosi ketika berbicara. Contoh:
Joni dan Yogi sedang melakukan rapat untuk kegiatan peringatan Hari
Kemerdekaan di kampung mereka. Joni berpendapat bahwa “tidak usah lah
menyelenggarakan acara peringatan Hari Kemerdekaan. Buang-buang duit saja.”
Pendapat Nando bertentangan dengan Joni, tetapi Nando tidak langsung marah
dan menahan emosinya. Dia berusaha mengikuti alur pikir Joni, kemudian
berkata: “Joni, dengan memperingati Hari Kemerdekaan akan membuat
persaudaraan kita lebih erat karena kita akan mengingat betapa indahnya
persatuan pejuang-pejuang kita dalam merebut kemerdekaan dari tangan
penjajah.” Mendengar hal itu, Jonipun langsung tertunduk malu karena tau apa
yang dikatakan Yogi itu benar.
f. Latency of response, merupakan jarak untuk merespon perkataan orang lain.
Individu yang asertif merespon pembicaraan, setelah orang lain selesai berbicara.
Contoh: Yogi sedang berbicara dengan Nando. Nando mengatakan: “Yog, hari ini
aku tidak bersemangat dan malas sekolah.” Mendengar perkataan Nando, Yogi
tidak langsung menyerobot atau menolak kata-kata Nando. Dia berhenti sejenak
setelah Nando selesai mengungkapkan perasaannya dan memahami apa yang
dikatakan Nando, kemudian baru menanggapi: “Ndo, apa kamu sedang
mengalami masalah?”
2. Non-verbal behavior, yang terdiri dari:
a. Kontak mata yaitu kemampuan untuk memandang lawan bicara atau orang lain
yang dijumpai. King & Gilbert (1996) menerangkan bahwa kontak mata tidak
hanya di awal dan di akhir pembicaraan, melainkan selama berbicara dan
mendengarkan dengan menatap tajam lurus kepada lawan bicara untuk
menunjukkan perhatian padanya. Tentunya ini juga disesuaikan dengan adat yang
berlaku di Indonesia.
b. Ekspresi muka yaitu memperlihatkan ekspresi yang sesuai dengan perasaan yang
dialami. Misalnya, jika senang memperlihatkan ekspresi senang, dan jika sedih
memperlihatkan ekspresi sedih.
c. Jarak fisik merupakan jarak yang tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh ketika
berbicara. Jarak fisik yang baik adalah sepanjang lengan. Jarak yang terlalu dekat,
terkesan mengganggu ruang gerak dan jarak yang terlalu jauh, dapat menghambat
penerimaan pesan yang disampaikan.
d. Sikap badan orang yang asertif ketika berbicara adalah tegak atau tidak
membungkuk. Sikap ini menunjukkan partisipasi dalam pembicaraan.
e. Isyarat tubuh merupakan kemampuan menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
dengan apa yang dikatakan. Hal ini dilakukan untuk memperjelas kata-kata yang
disampaikan kepada lawan bicara. Misalnya Yogi mengajak Nando: “Makan yuk,
lapar nih”. (Nando sambil mengelus perutnya yang keroncongan).

C. Manfaat Komunikasi Asertif


Komunikasi asertif bermanfaat dalam setiap kehidupan di lingkungan pribadi,
sosial, belajar, dan karier. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan komunikasi secara
asertif adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan self-esteem dan self-confidence dalam mengekspresikan diri sendiri.
2. Dapat berhubungan dengan orang lain dengan meminimalkan konflik, kekhawatiran
dan penolakan.
3. Dapat bernegosiasi lebih produktif dengan orang lain.
4. Membuat individu lebih relaks, karena tahu bahwa dia hampir bisa mengatasi semua
situasi dengan baik.
5. Membantu individu fokus pada kondisi saat ini, daripada terlalu memperhatikan hal
yang terjadi di masa lampau atau masa depan.
6. Dapat mempertahankan “penghargaan terhadap diri sendiri” tanpa mengacuhkan pihak
lain dan ini dapat membangun penghargaan terhadap diri dari pihak lain.
7. Meningkatkan hubungan antar manusia pada pekerjaan dan mengurangi
kesalahpahaman, termasuk pada peningkatan kompetensi pengelolaan kelas.
8. Meningkatkan keyakinan diri dengan mengurangi keinginan untuk menyesuaikan diri
dengan standar orang lain dan keinginan mendapat persetujuan mereka.
9. Membiarkan orang lain menjalankan hidupnya dengan hasil yang mereka pilih, tanpa
kita berusaha mengontrol mereka sehingga mengurangi ketegangan yang mungkin
timbul.
10. Merupakan satu-satunya strategi yang dapat memperkaya hubungan dengan orang
lain.

LEMBAR KERJA 2
1. Pernahkan anda mengalami mati gaya atau mati kata ketika menjumpai peserta didik
yang melanggar tata tertib atau melakukan off task behaviour di kelas? Ceritakan
pengalaman anda!

Pada saat saya menjelaskan di depan kelas ada satu anak yang tidak bisa diam, dia
selalu mengajak berbicara teman yang dekat dengan dia tentang hal hal diluar
pelajaran, saya beri teguran pertama dan tetap terjadi padahal tempatnya sudah
saya geser sejauh mungkin dengan tempat asalnya. hal ini mengganggu pada saat
pembelajaran saya dikelas.
2. Apa yang anda pikirkan pada saat mengalami hal tersebut?

saya berfikir untuk memperingatkan jika dia sampai meneruskan kelakuannya,


saya minta dia untuk keluar dari kelas saya.

3. Dari tinjauan komunikasi asertif, kalimat apa yang seharusnya Anda gunakan untuk
mengingatkan atau mengkomunikasikan keinginan Anda terkait perilaku peserta didik
tersebut?

tetap tenang, panggil siswa yang bersangkutan tadi dan bicarakan mengenai
perilakunya yang mengganggu proses pembelajaran. peringatkan dia untuk tidak
melakukannya lagi atau menanggung konsekuensi. konsekuensinya bisa dari
kesepakatan siswanya sendiri
4. Terkait dengan aspek-aspek Komunikasi Asertif, aspek apa yang mungkin belum anda
miliki atau Anda sudah memiliki tetapi ingin anda tingkatkan. Jelaskan pendapat
Anda!

Saya belum memiliki mengenai pengendalian emosi saya. kadang saya jika sudah
merasa emosi saya akan memilih lebih baik diam dari pada emosi saya bertambah

5. Role playing – Kartu Peran!!!


a. Pelaksanaan Permainan Role Play diikuti oleh semua siswa dengan cara
berpasangan dan memainkan peran sesuai dengan kartu yang diperoleh.
b. Deskripsi permainan Role play, adalah sebagai berikut:
1) Fasilitator menjelaskan tentang cara permainan, yaitu peserta memainkan
peran berdasarkan kartu yang dipilih secara acak.
2) Permainan dilakukan secara berkelompok, yaitu satu kelompok terdiri dari 2
(dua) peserta.
3) Satu peserta sebagai pemain peran dan satu peserta sebagai lawan bicara..
4) Peserta melakukankomunikasi scara langsung untuk menunjukkan bagaimana
komunikasi yang benar (asertif), yaitu:
a) Memiliki kemampuan untuk mengatakan tidak
b) Menunjukkan waktu berbicara yang lama
c) Jelas dalam berbicara
d) Mampu memberikan saran dan mengeluarkan perasaan sesuai keadaan diri
e) Mampu mengelola emosi ketika berbicara
f) Dapat merespon pembicaraan secara tepat
g) Berani memandang lawan bicara atau orang lain yang dijumpai
h) Memperlihatkan ekspresi yang sesuai dengan perasaan yang dialami
i) Jarak berbicara yang tidak terlalu dekat atau tidak terlalu jauh
j) Sikap badan yang tegak ketika berbicara
k) Mampu menggunakan bahasa tubuh yang sesuai dengan apa yang
dikatakan
5) Peserta lain akan mengamati dan memberikan masukkan dari hasil bermain
peran yang dilakukan.
KARTU PERAN (Diinformasikan kemudian)
SESI 4
REFLEKSI

Kegiatan refleksi ini akan dilakukan baik oleh panitia dan juga peserta, Adapun
rincian kegiatan refleksi ini adalah sebagai berikut:
1. Oleh peserta: dilaksanakan pada Pertemuan Tatap Muka siswa di kelas, kegiatan ini
bertujuan untuk:
a. melihat sejauh mana kegiatan pelatihan membawa dampak pada perubahan
kompetensi pengelolaan kelas, sehingga perilaku off task behaviuor siswa bisa
ditekan dan memunculkan perilaku santun pada peserta didik (penyebaran angket
Dampak keberhasilan program bagi peserta didik)
b. Melihat bagaimana Student’s Wellbeing bisa tercapai dalam kondisi tersebut.
2. Oleh Panitia atau penyaji: dilaksanakan untuk analisis keberhasilan program dan
membuat rekomendasi berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan.

Anda mungkin juga menyukai