BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3, tentang
sistim pendidikan nasional menyebutkan bahwa: “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertangung jawab.1
Sebagaimana tujuan pendidikan dalam UU sistim pendidikan nasional
maka pendidikan Indonesia harus sejalan dengan itu. Namun saat ini dirasakan
masih banyak proses pendidikan yang belum berhasil membangun manusia
Indonesia yang berkarakter. Bahkan, bisa disebut pendidikan telah gagal,
karena banyak peserta didik bahkan lulusan sekolah atau sarjana yang piawai
dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mental dan moralnya lemah.
Hal ini bisa kita lihat dari hasil riset yang dilakukan oleh LSM Plan
Internasional dan Internasional Center for Research on Women (ICRW) yang
dirilis awal bulan maret 2015, dimana hasil penelitiannya menunjukan fakta
yang mencengangkan terkait kekerasan anak disekolah. Terdapat 84% anak di
Indonesia mengalami kekerasan disekolah. Bahkan angka tersebut lebih tinggi
dari tren dikawasan asia yakni 70%.2
Disinilah dapat kita pahami betapa pentingnya membangun budaya
karakter bagi peserta didik, khususnya dengan menciptakan sekolah
1
UU No. 20 2003.doc-UU2003.pdf. Diakses Tgl 03/10/2019, Jam. 22.37
2
http://www.liputan6.com/news/read/2191106/survei-icrw. Diakses tgl 09/10/2019, Jam.21.03
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ingin pemakalah paparkan dalam makalah
ini adalah :
C. Tujuan
Adapun tujuannya dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
terstruktur dalam mata kuliah Pendidikan Karakter Lintas Disiplin, dan
selanjutnya menjadi bahan topik diskusi secara bersama untuk membahas
bagaiman “Menciptakan Sekolah Berkarakter”. Mudah-mudahan topik ini bisa
menambah dan memperluas Khazanah pengetahuan kita.
BAB II
PEMBAHASAN
3
Ali Imron, Manajemen Peserta didik berbasis sekolah,(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.24
4
http://ekonominator.blogspot.com/2017/10/pendidikan-karakter-bangsa-strategi.html. Diakses tgl 11/10/2019,
jam.10.05
5
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter (menjawab tantangan Krisis Multidimensional), (Jakarta: Bumi Aksara,2013),
h.84
6
Ibid
7
Zainal Aqib, Pendidikan Karakter di Sekolah (Membangun karakter dan Kepribadian anak), (Bandung: YRAMA
WIDYA, 2012). h, 1
8
Zainal Aqib, Op.Cit. h, 24
9
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter (Konsep dan Implementasi), (Bandung: Alfabeta, 2014). h, 31
yang dapat dilaksanakan dan diterap kepada seluruh warga sekolah karena
pertimbangan diatas bahwa nilai merupakan sesuatu hal yang positif, karena
perilaku ini menguntungkan baik bagi yang melakukan maupun bagi orang lain
yang terkena akibatnya. Sama halnya dengan keadilan, tangung jawab, hormat,
kasih sayang, peduli, keramahan, toleransi dan lainnya. Nilai-nilai ini walaupun
diberikan kepada orang lain, maka persediaan perbendaharaan bagi yang
melakukannya pun masih banyak.
10
Heri Gunawan, Ibid, h. 33
Berjiwa wirausaha Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau
berbakat mengenali produk baru, menentukan
cara produksi baru,menyusun operasi untuk
pengadaan produk baru, memasarkannya, serta
mengatul pemodalan operasinya.
Sadar akan hak dan Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa
kewajiban diri dan yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang
orang lain lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang
lain.
Santun Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata
bahasa maupun tata perilakunya kesemua orang.
11
Ibid, 36
mulai sejak awal peserta didik masuk sekolah hingga mereka lulus
sekolah pada suatu satuan pendidikan.
2. Pendidikan karakter hendaknya dikembangkan melalui semua mata
pelajaran (terintegrasi), melalui pengembangan diri, dan budaya suatu
satuan pendidikan.
3. Sejatinya nilai-nilai karakter tidak diajarkan (dalam bentuk
pengetahuan), jika hal tersebut diintegrasikan dalam mata pelajaran.
Kecuali bila dalam bentuk mata pelajaran agama (yang di dalamnya
mengandung ajaran) maka tetap diajarkan melalui proses pengetahuan
(knowing), melakukan (doing), dan akhirnya membiasakan (habit).
4. Proses pendidikan di lakukan peserta didik dengan secara aktif (aktiv
learning) dan menyenangkan (enjoy full learning).
4. Tahapan pengembangan nilai karakter disekolah
Pengembangan atau pembentukan karakter diyakini perlu dan penting
untuk dilakukan oleh sekolah dan stakeholdernya untuk menjadi pijakan dalam
penyelengaraan pendidikan karakter di sekolah. Tujuan pendidikan karakter
pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik (insan al-
kamil). Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong
peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan
berbagai hal yang terbaik untuk melakukan segalanya dengan benar dan
memiliki tujuan hidup. Masyarakat juga berperan dalam membentuk karakter
anak melalui orang tua dan lingkungannya.
Karakter yang dikembangkan disekolah melalui tahap Pengetahuan
(knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas
pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum
tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih
menjadi kebiasaan untuk melakukan kebaikan tersebut. artinya karakter juga
menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri.12
12
Heri Gunawan, Ibid. h,38
13
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi pekerti dalam persefektif perubahan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015). h,17
15
Nurul Zuriah, Ibid. h, 131
16
Muchlas Samani, Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,(Bandung: Remaja Rosdakarya,2013). h,45
17
Ibid. h, 170-171
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sekolah berkarakter adalah upaya sekolah untuk menanamkan nilai-nilai
budaya karakter dalam diri setiap warga sekolah melalui berbagai kegiatan baik
dalam proses pembelajaran intrakurikuler, ekstrakurikuler, maupun penciptaan
suasana lingkungan sekolah sehingga budaya karakter menjadi sikap batin
(believe system) serta menjadi landasan dalam bersikap dan bertingkah laku.
Oleh karena itu proses pembelajaran menjadi sangat penting di dalamnya,
sebagai sarana menanamkan nilai-nilai karakter yang berbudaya.
Dalam pelaksanaannya sekolah berkarakter, semua komponen
(stakeholder) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu
sendiri. yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas
hubungan, penanganan dan pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah,
pelaksanaan aktifitas atau kegiatan kurikuler, pemberdayaan sarana dan
prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Kemendiknas (2010) melansir bahwa berdasarkan kajian nilai-nilai,
norma-norma sosial, peraturan/ hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip
HAM, telah teridentifikasi 80 butir nilai karakter yang dikelompokkan menjadi
lima, yaitu;
1. Nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang
Maha Esa
2. Nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan diri sendiri
3. Nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia.
dan
4. Nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan,
serta.
5. Nilai-nilai perilaku manusia dalam hungannya dengan dengan
kebangsaan.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
UU No. 20 2003.doc-UU2003.pdf.
http://www.liputan6.com/news/read/2191106/survei-icrw.
http://ekonominator.blogspot.com/2017/10/pendidikan-karakter-bangsa-
strategi.html.
https://kumparan.com/ade-munawar-luthfi/membangun-budaya-moral-yang-
positif-di-sekolah-1506327163258.
Ali Imron, (2011), Manajemen Peserta didik berbasis sekolah, Jakarta: Bumi
Aksara.
Nurul Zuriah, (2015), Pendidikan Moral dan Budi pekerti dalam persefektif
perubahan, Jakarta: Bumi Aksara.