Pendidikan karakter masih sangat perlu dan masih sangat penting bagi bangsa Indonesia.
Karena sekarang, bangsa yang kita tinggali ini seperti bangsa yang tidak memiliki jati diri, mudah
mengambil contoh dan meniru gaya dan jatidiri dari bangsa luar negeri. Tanpa melihat apakah itu
budaya baik atau buruk, asal dari luar negeri, para pemuda bangsa ini tak segan-segan untuk
menirunya dan mempraktikkan dalam kehidupan sehari-sehari. Budaya cipika-cipiki atau cium pipi
kanan cium pipi kiri yang sebenarnya jauh dari adab budaya negeri ini, dengan mudahnya meracuni
para generasi penerus negeri untuk meniru dan melakukan hal itu. sungguh mengherankan bila
katanya kita adalah bangsa yang beradab tapi sudah kehilangan rasa malu dan tak mengingat lagi
apa yang dinamakan dosa. Seolah mereka tak peduli bahwa budaya yang ia tiru itu selain tidak
sesuai dengan adab dalam negeri juga tidak sesuai dengan adab islami. Kenapa disini saya menyebut
islami, karena umat islam di negeri ini merupakan umat islam yang terbanyak didunia, entah benar
atau tidak yang jelas bila ditinjau dari sensus penduduk sudah barangpasti ini asli. Karena penduduk
di bangsa ini banyak yang mengaku beragama islam tapi tak mau menuruti perintah dari sang nabi.
Sungguh bangsa yang kehilangan jati diri. Bangsa yang bingung akan nasib kedepannya
nanti. Jadi pendidikan karakterlah yang mampu menjadi solusi. Dengan harapan seorang yang
berkarakter mampu menjadi tokoh masyarakat atau wakil rakyat yang bisa ditiru dan diteladani
segala sikap dan perilakunya sehar-hari. Tidak malah memberikan contoh yang tidak selayaknya
ditiru oleh generasi penerus negeri. Ingat pesan dari bapak pendidikan negara kita ini “Ing ngarsa
sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” sungguh pesan moral yang wajib kita
tanam didalam hati. Pesan yang keluar sejak beberapa puluh tahun yang lalu tapi sayangya tidak
terlalu dipahami oleh semua penduduk bangsa ini.
*tulisan ini hanyalah sekadar cuap-cuap seorang mahasisa yang bergaya ingin menjadi politisi tapi
sayang ia justru masuk kedalam jurusan yang tidak sesuai.
By : INDRASTOMO