3. Apa yang sedang teman Anda butuhkan saat ini untuk mereka belajar?
Jawab: Dari hasil pengamatan dan berbicara dengan mereka, Hal yang mereka
butuhkan untuk menunjang keberhasilan dalam hal mereka belajar didukung dengan
pemenuhan kebutuhannya secara internal maupun eksternal. Seperti:
Motivasi diri dalam mengikuti proses belajar
Pembimbing belajar yang kompenten, pembimbing belajar yang tidak hanya
memberikan materi dan penyelesaian tugas tapi dalam penyampaian materi
bisa sekaligus memberikan contoh nyata dalam memberikan pelajaran yang
menyenangkan.
Kondisi ruang kelas yang nyaman dengan kelengkapan penunjang
dalam pembelajaran.
4. Apa yang Anda ketahui tentang latar belakang kehidupan, minat, keterampilan,
dll, dari orang-orang terdekat?
Jawab: Kedekatan saya dengan saudara saya sekandung tidak serta merta
menghasilkan kesamaan dalam minat, dan keterampilan karena masing-masing dari
saudara saya memiliki latar belakang memulainya kehidupan yang berbeda, baik
dalam segi finansial orang tua, pemahaman orang tua tentang parenting, kesiapan
lahir dan batin ketika anak lahir, hal itu akan mempengaruhi terhadap minat dan
keterampilan kehidupan yang berbeda. Selain karena faktor tersebut memang karena
manusia di ciptakan dengan keragaman, ciri khas dan keunikannya masing-masing.
Perbedaan yang saya temui dengan saudara saya inilah yang menumbuhkan rasa
saling menghargai,dan saling melengkapi.
Bayangkan ketika Anda dulu menjadi seorang siswa (SD/SMP/SMA ).Ingatlah teman Anda
satu orang! Bagaimana karakteristik masing-masing teman Anda? Anda tahu apa kelebihan
dari masing-masing mereka? Apakah mereka mempunyai minat yang berbeda-
beda? Bagaimana gaya belajar mereka? Siapakah diantara teman Anda yang paling pandai
dalam berhitung dan selalu tercepat dalam mengumpulkan tugas? Atau siapakah yang
sebaliknya, yaitu lama sekali dalam menangkap pelajaran? Siapakah yang tingkat
pembacaannya paling tinggi? Siapakah teman Anda yang perlu dibantu untuk meningkatkan
keterampilan memahami bacaan mereka? Adakah teman Anda yang pandai dalam pelajaran
keterampilan dan seni? Adakah teman Anda yang suka berkelompok dalam mengerjakan
pelajaran ataupun dalam hal apapun? Atau adakah teman Anda yang justru sebaliknya, ia
suka dengan tugas mandiri dan begitu juga dalam kesehariannya lebih suka dengan
kesendirian? Siapakah yang senang berbicara didepan? Siapakah yang senang dengan
menggambar? Siapakah di antara teman Anda suka tertidur ketika pelajaran Matematika
karena tidak mengerti? Dan masih banyak yang bisa Anda bayangkan dan temukan pada
teman-teman Anda dulu ketika di sekolah. Seru ya, mengingat masa-masa sekolah? Lalu jika
Anda sebagai gurunya, jika Anda sebagai guru, maka usaha apa yang harus dilakukan untuk
menyesuaikan proses pembelajaran sehingga terpenuhinya kebutuhan individu setiap siswa?
Sejatinya setiap individu itu berbeda satu dengan yang lainnya. Begitu juga setiap siswa di
kelas pasti berbeda antara satu dengan yang lainnya. Begitu banyak kebutuhan siswa yang
harus dipenuhi. Tanpa disadari, guru setiap harinya menghadapi murid dengan berbagai
keragaman yang banyak sekali macamnya. Guru selalu memberikan berbagai tantangan
dalam mengajar dan kerap kali harus melakukan dan memutuskan sesuatu hal dalam satu
waktu. Keterampilan yang luar biasa ini banyak yang tidak disadari oleh para guru, karena
begitu naturalnya hal ini terjadi di kelas dan guru menghadapi tantangan tersebut menjadi hal
yang biasa baginya. Berbagai usaha yang dilakukan oleh para guru, tentunya tujuannya
adalah untuk memastikan bahwa setiap peserta didik berhasil dalam proses pembelajarannya.
Nah, dengan melihat banyaknya perbedaan antara satu peserta didik dengan peserta didik
lainnya, tentunya perlu adanya pembelajaran berdiferensiasi. Sebelum beralih ke definisi
tentang apa itu pembelajaran berdiferensiasi, silahkan simak teori-teori yang mendasari
perlunya pembelajaran berdiferensiasi. Selamat menyimak!
JATI
(Mikrosistem). Jati adalah seorang siswa kelas 2 SMP Negeri yang sekelas dengan
Jorin. Ia tergolong dari keluarga biasa saja. Ia adalah anak semata wayang. Ayah
dan Ibunya keduanya berkebangsaan Indonesia bersuku madura dan jawa. Ada 2
sepupu yang ikut tinggal di rumahnya.
(Mesosistem) Sepulang sekolah Jati membantu Ayah dan Ibunya yang bekerja
mengelola sebuah toko sayur di pasar tradisional. Jati banyak bertemu dengan
banyak orang, seperti pembeli sayur langganannya, kuli panggul pasar, mitra ayah
ibunya di pasar. Ayah dan ibu Jati sibuk sekali dengan jualannya di pasar, apalagi
jika menjelang Idul Fitri dan tahun baru, mereka sesekali mengantarkan sayuran
untuk bapak dan ibu guru ke sekolah.
(Ekosistem). Sepulang sekolah jati terbiasa membantu ayah dan ibunya berjualan
sayur di pasar. Keberadaannya di rumah hanya ada saat malam hari, yaitu sepulang
dari lapak miliknya dan itupun terkadang ayah dan ibunya masih berada di lapak,
ayah ibunya pulang ke rumah saat siang hari saja. Kondisi rumah yang kadang
berantakan membuat ia lelah untuk meneruskan belajar. Dan baginya berantakan
atau tidak sama saja, karena ia terbiasa melihat kehidupan pasar.
(Makrosistem dan Kronosistem). Pada rentang waktu yang cukup lama, kehidupan
Jati dan keluarganya, tentunya mempunyai pandangan tersendiri terhadap
lingkungan, kehidupan sosial dan budaya dan sekitarnya. Sehingga membentuk
pribadi diri Jati.
Nah, Anda tentu dapat membedakan bukan kedua individu itu berbeda? Sekarang,
dari kedua kasus di atas, tentu Anda dapat membedakan apa itu makrosistem,
mesosistem, ekosistem, makrosistem dan kronosistem. Pada kedua ilustrasi
tersebut dapat kita lihat kedua individu tersebut berbeda, baik dari lingkungan
keluarga, strata ekonomi, pandangan tentang makna kebersihan, lingkungan orang-
orang yang biasa berinteraksi dengan individu tersebut.
Masih banyak contoh yang lain. Tentunya Anda bisa membayangkan masing-
masing dari teman sekolah Anda dulu, bahwa dari latar belakang lingkungan mereka
sangatlah beragam. Satu teman sekolah dengan teman sekolah yang lainnya,
tentunya mempunyai kekhasan, bukan? Tidak mungkin satu dengan yang lain itu
sama, namun tidak menutup kemungkinan satu sama lain mempunyai latar belakang
lingkungan atau ekologi yang mirip walau tidak sama persis.
Dapat dikatakan juga bahwa setiap orang memiliki delapan jenis kecerdasan dalam
tingkat yang berbeda-beda. Pada teori multiple intelligences ini disebutkan ada
delapan bentuk kecerdasan. Delapan jenis kecerdasan itu memiliki komponen inti
dan ciri-ciri yang berbeda juga. Kehadiran ciri-ciri pada individu menentukan kadar
profil kecerdasannya. Dalam kehidupan nyata, kecerdasan-kecerdasan itu hadir dan
muncul bersama-sama atau berurutan dalam suatu atau lebih aktivitas. Kedelapan
kecerdasan tersebut, yaitu:
1. Kecerdasan verbal-linguistik
Kecerdasan verbal-linguistik merupakan kemampuan berbahasa misalnya
saja melalui membaca, menulis, berbicara, memahami urutan dan makna
dari kata-kata, serta menggunakan bahasa dengan benar.
2. Kecerdasan logis-matematis
Ini merupakan kecerdasan dalam mengolah angka, matematika, dan
logika untuk menemukan dan memahami berbagai pola, seperti pola pikir,
pola visual, pola jumlah, atau pola warna.
3. Kecerdasan spasial-visual
Kecerdasan ini merupakan kemampuan pada bidang ruang dan gambar.
Individu memiliki kekuatan dalam imajinasi dan senang dengan bentuk,
gambar, pola, desain, serta tekstur.
4. Kecerdasan kinestetik-jasmani
Kemampuan dalam koordinasi anggota tubuh dan keseimbangan. Siswa
yang memiliki kecerdasan ini senang melakukan berbagai aktivitas fisik,
seperti naik sepeda, menari, atau olahraga. Ia juga mungkin merasa sulit
duduk diam dalam waktu lama dan mudah bosan.
5. Kecerdasan musical
Tidak hanya dapat memainkan alat musik atau mendengarkan lagu.
Mereka yang memiliki kecerdasan ini juga mampu memahami dan
membuat melodi, irama, nada, vibrasi, suara, dan ketukan menjadi
sebuah musik.
6. Kecerdasan intrapersonal
Ini merupakan kecerdasan introspektif di mana peserta didik mampu
memahami diri sendiri, mengetahui kekuatan, kelemahan, dan motivasi
diri. Jika kecerdasan ini menonjol pada diri peserta didik, biasanya dia
akan bisa berbuat bijaksana dan bisa mengendalikan keinginan serta
perilakunya, juga mampu membuat rencana dan keputusan. Kecerdasan
ini dimiliki oleh penulis, ilmuwan, dan filsuf.
7. Kecerdasan interpersonal
Kecakapan ini merupakan kemampuan untuk bermasyarakat serta
memahami dan berinteraksi dengan orang lain. Mereka yang mempunyai
kecerdasan ini mampu bekerja, berinteraksi, dan berhubungan dengan
orang lain, suka bekerja sebagai tim, memiliki banyak teman,
menunjukkan empati kepada orang lain, sensitif terhadap perasaan dan
ide-ide orang lain, memediasi konflik, dan mengemukakan kompromi.
8. Kecerdasan naturalis
Ini adalah kemampuan untuk mengenali dan mengkategorikan tanaman,
hewan, dan benda-benda lain di alam, serta tertarik mempelajari spesies
makhluk hidup. Mereka yang unggul dalam kecerdasan ini biasanya suka
dengan alam, misalnya saja suka dengan bercocok tanam, suka dengan
hewan peliharaan, dan aktivitas sejenisnya yang berkaitan dengan alam.
Dzaki adalah seorang siswa SD kelas 6. Jika ada tugas Bahasa Indonesia diminta
untuk membuat karangan, maka ia dengan semangat mengerjakannya. Ia mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler musik di sekolahnya. Jika ada temannya yang kesulitan ia
sering membantu dan juga sering menjadi ketua kelompok jika ada tugas kelompok,
maka tak heran jika ia mempunyai banyak teman dan sahabat. Hanya saja dia
paling tidak suka dengan pelajaran berhitung, tak heran jika pelajaran matematika
memiliki nilainya kurang bagus.
Sementara Lina adalah teman sekelas Dzaki. Ia senang sekali dengan pelajaran
matematika, dan sering sekali memenangkan lomba olimpiade matematika tingkat
nasional. Setiap olimpiade matematika ia mengikutinya, hampir tak pernah absen. Di
rumahnya, ia mempunyai hewan peliharaan dan sangat sayang dengan hewan
peliharaannya. Ia merawatnya dengan senang hati dengan membantu ibunya
membersihkan kendang piaraannya. Selain itu dia adalah anak baik yang selalu
membantu ibunya menyiram tanaman dan ikut membereskan tanaman.
Pada dua cerita di atas, Anda sudah dapat melihatnya, bukan? Bahwa antara Dzaki
dan Lina, keduanya mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda. Sekarang coba
Anda ingat-ingat teman Anda di kelas dulu waktu masih bersekolah. Pasti dari
masing-masing memiliki kecerdasan yang berbeda-beda dan mempunyai
keunggulan masing-masing pula. Pada satu sisi tidak unggul, bisa saja disisi lain ia
mempunyai kecerdasan pada bidang lain. Atau bisa jadi satu kecerdasan dengan
kecerdasan yang lain saling beriringan.
Pada teori ini terdapat dua level untuk ukuran kemampuan dan potensi peserta didik,
yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat
perkembangan aktual peserta didik adalah ketika dia bekerja untuk menyelesaikan
tugas atau soal tanpa bantuan orang lain. Sedangkan tingkat perkembangan
potensial adalah tingkat dari kompetensi peserta didik yang dapat tercapai ketika dia
dibantu oleh orang lain. Perbedaan diantara kedua tingkat kemampuan tersebut
termasuk dalam ZPD. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa ZPD terletak
diantara hal-hal yang dapat dilakukan oleh peserta didik dan hal-hal yang tidak dapat
dilakukan oleh peserta didik tanpa pendampingan.
Ada sebuah pertanyaan, “Apakah anak harus dibantu? Tidak bisakah anak belajar
sendiri?”. Kondisi terbantu (tanpa dibantu) adalah kondisi di mana anak berada pada
tingkat perkembangan aktual. Kondisi ini akan dicapai dengan lebih optimal dengan
bantuan, jika anak memang masih belum menguasai apa yang dipelajari.
Nah, dari penjelasan di atas, Anda bisa melihat perbedaan dari dua tingkat
perkembangan. Tingkat perkembangan aktual telah tercapai oleh 28 murid Bu
Muniroh, sementara dua yang lainnya, yaitu Siti dan Bambang pada tahap tingkat
perkembangan potensial. Keduanya memerlukan bimbingan khusus dari Bu Muniroh
untuk memaksimalkan potensi yang mereka punya. Nah, jarak antara 28 murid
dengan Siti dan Bambang dinamakan ZPD.
Anda sudah mengerti sampai sini, bahwa lagi-lagi individu itu berbeda, atau peserta
didik dalam kelas itu memiliki banyak perbedaan satu sama lain? Berikut satu lagi
disajikan bahwa Individu itu berbeda, yaitu dari segi modalitas belajar.
Learning Modalities
Perbedaan peserta didik dalam pembelajaran juga dapat dilihat dari segi yang lain,
yaitu learning modalities atau modalitas dalam belajar yang kerap salah
diinterpretasikan sebagai gaya belajar.
Learning modalities ini biasa dikenal sebagai VAK atau Visual, Auditory, dan
Kinestetik. Nah, sampai disini mungkin Anda sudah familiar bukan dengan istilah ini
apa itu VAK atau learning modalities. Anda mungkin telah mengikuti tes yang
mengkategorikan modalitas belajar Anda atau diberi tahu bahwa Anda adalah tipe
pembelajar tertentu.
o Visual
Modalitas belajar visual adalah menerima informasi lebih mudah melalui
gambar. Otak kita memproses informasi visual dengan sangat efisien.
Jauh lebih mudah untuk mengingat gambar yang jelas seperti foto
daripada mengingat apa yang dikatakan atau ditulis seseorang.
o Auditori
Modalitas belajar auditori adalah menerima informasi lebih mudah melalui
mendengar. Siswa dengan mode ini biasanya sering mengajukan
pertanyaan, dan menggunakan diskusi untuk mengklarifikasi atau
menyerap materi. Ketika Anda berada dalam mode auditori, Anda
mungkin berbicara dan membaca lebih lambat untuk menyerap
semuanya.
o Kinestetik
Modalitas kinestetik melakukan sesuatu dengan fisik, atau paling tepat
digambarkan sebagai belajar sambil melakukan (learning by doing), baik
sebagai aktivitas langsung atau melalui pengalaman, atau dengan
bergerak sambil berpikir atau belajar.
Ketiga modalitas belajar di atas, tidak secara baku bahwa siswa hanya
menggunakan satu modalitas belajar saja. Intinya: jangan terjebak dalam stereotip
tipe pelajar seperti apa peserta didik tersebut. Bisa saja peserta didik itu termasuk
kedalam pembelajar multimodal, artinya peserta didik dapat menggunakan salah
satu dari mode ini, tergantung pada situasinya.
Setelah Anda membaca dan memahami keempat teori dan beberapa ilustrasi di
atas, Anda bisa melihat bahwa tiap peserta didik juga memiliki keistimewaan
masing-masing. Nah, sekarang Anda mengerti bukan, bahwa setiap peserta didik itu
berbeda-beda. Semuanya berbeda satu sama lain. Memiliki kebutuhan yang
berbeda dan tidak bisa disama ratakan antara satu peserta didik dengan peserta
didik yang lain.
Pertanyaan Reflektif
Pembelajaran Berdiferensiasi
Anda dapat melihat video berikut untuk lebih memahami apa itu
pembelajaran berdiferensiasi:
https://www.youtube.com/watch?
si=g54h8WYlGS3dWkzw&embeds_referring_euri=https%3A%2F
%2Flms.guru.kemdikbud.go.id%2Fcourses%2F3899%2Fpages%2Fsel-dot-07-dot-
2-t1-2-eksplorasi-konsep-
3&source_ve_path=Mjg2NjQsMTY0NTA2&feature=emb_share&v=x6X47a51PGc
Eksplorasi Konsep
Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi
Menurut Tomlinson (2001) Pembelajaran berdiferensiasi adalah
usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk
memenuhi kebutuhan belajar peserta didik sebagai individu. Atau
bisa dikatakan juga bahwa pembelajaran berdiferensiasi adalah
pembelajaran yang memberi keleluasaan dan mampu mengakomodir
kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai
dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik yang
berbeda-beda.
Jika kita melihat kasus Pak Darso di atas, bukan berarti Pak Darso
harus mengajar dengan 28 cara yang berbeda untuk mengajar 28
murid. Bukan pula Pak Darso harus memperbanyak soal untuk
peserta didik yang lebih cepat mengerjakannya. Bukan pula Pak
Darso harus mengelompokan yang pintar dengan yang pintar dan
yang lambat dengan yang lambat. Bukan pula memberikan tugas
yang berbeda pada setiap anak. Bukan pula pembelajaran yang
semrawut, dimana guru harus membuat beberapa perencanaan
pembelajaran sekaligus, dimana guru harus lari kesana kemari
untuk mengajari anak satu dengan yang lainnya dalam waktu yang
bersamaan. Guru bukanlah makhluk ajaib yang harus kesana
kemari berada di tempat yang berbeda dalam satu waktu untuk
membantu banyak peserta didik dalam satu waktu yang sama dan
memecahkan semua permasalahan.
Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar kata “kesiapan belajar”? Bayangkanlah
situasi berikut ini:
Pada pelajaran bahasa Indonesia, Bu Tia ingin mengajarkan muridnya membuat
karangan berbentuk narasi. Ia kemudian melakukan penilaian. Ia menemukan
bahwa ada tiga kelompok murid di kelasnya.
Apa yang dilakukan oleh Bu Tia di atas adalah memetakan kebutuhan belajar
berdasarkan kesiapan belajar. Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk
mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan
peserta didik akan membawa peserta didik keluar dari zona nyaman mereka, namun
dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap
dapat menguasai materi baru tersebut.
Peserta didik juga memiliki minat sendiri. Ada peserta didik yang minatnya sangat
besar dalam bidang seni, matematika, sains, drama, memasak, dsb. Minat adalah
salah satu motivator penting bagi peserta didik untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam
proses pembelajaran.
Sepanjang tahun, peserta didik yang berbeda akan menunjukkan minat pada topik
yang berbeda. Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah untuk
"menghubungkan" peserta didik pada pelajaran untuk menjaga minat mereka.
Seorang guru menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan
kinerja peserta didik.
Profil belajar peserta didik terkait dengan banyak faktor, seperti: bahasa, budaya,
kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga akan
berhubungan dengan gaya belajar seseorang. Profil belajar peserta didik ini
merupakan pendekatan yang disukai peserta didik untuk belajar, yang dipengaruhi
oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dll.
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran seseorang. Berikut ini
adalah beberapa yang harus diperhatikan (Suprayogi et. Al., 2022):
1. Bahasa
2. Ketertarikan atau minat
3. Apa yang peserta didik pelajari di rumah
4. Gaya belajar
5. Special Needs atau kebutuhan khusus tertentu, misal disleksia, ADHD,
autis.
6. Preferensi Belajar, setiap peserta didik memiliki acuan pada pola mereka
belajar, seperti ada peserta didik yang belajar dari buku, e-book, video
Youtube, dan banyak preferensi yang lain. (Miller, 2021)
7. Latar belakang peserta didik, contohnya tentang relasi hubungan dengan
orang tua dan tempat tinggal.
8. Konsentrasi.
9. Pembelajaran dinamis, setiap peserta didik punya metodenya masing-
masing dalam menerima pembelajaran, ada pula mereka yang berfokus
pada keterampilan, berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas,
sehingga peserta didik mengambil makna dari pembelajarannya lewat
aktivitas luar (Bell, 2017)
10. Prior Knowledge; atau pengetahuan sebelumnya yang setiap peserta didik
memiliki kemampuan yang berbeda dalam menangkap informasi baru,
ada yang baru mengenal atau sudah lebih awal mengenal informasi yang
baru (TOP HAT, n.d.)
11. Culture; latar belakang budaya yang berbeda bisa juga mempengaruhi
peserta didik dalam pembelajaran.
12. Prior Experience, atau pengalaman yang dimiliki peserta didik
sebelumnya.
13. Karakter. Tentunya karakter tiap peserta didik berbeda-beda.
14. Waktu dalam pengerjaan tugas. Setiap peserta didik memiliki kesempatan
waktu yang berbeda-beda dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas.
15. Status ekonomi.
16. Terakhir adalah liking school, yaitu peserta didik menyukai aktivitas
bersekolah.
Pak Herman akan mengajar pelajaran IPA, dengan tujuan pembelajaran yaitu agar
murid dapat mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang habitat makhluk
hidup.
o Pak Herman juga membuat beberapa sudut belajar atau display yang
ditempel di tempat-tempat berbeda untuk memberikan kesempatan murid
bergerak saat mengakses informasi.
Demonstrasi Kontekstual
Selamat datang di sesi pembelajaran ini… !
Pada sesi ini, Anda dan kelompok diminta untuk membuat karya
berupa video atau tulisan artikel atau infografik atau vlog (video
blog), untuk diunggah di platform media sosial atau website untuk
disebarluaskan.
Tetap semangat…!!!