Anda di halaman 1dari 26

TOPIK 1 PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DONE

Mulai Dari Diri


Selamat datang para mahasiswa di sesi pembelajaran pertama.
Pada sesi ini, kita akan mulai dengan refleksi diri terhadap apa yang pernah Anda alami
ketika berinteraksi dengan orang lain. Jangan khawatir apa yang Anda jawab adalah jawaban
yang terbaik untuk Anda. Tidak ada jawaban salah atau benar, semuanya sama saja.
Pertanyaan tersebut anggaplah sebagai pengingat diri.
Silahkan klik tombol di bawah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disajikan.
Ketiklah jawaban/respon Anda pada kolom jawaban yang telah disediakan.
Jangan lupa selalu tepat waktu dalam mengumpulkan jawaban, sehingga Anda bisa lebih
memahami materi yang akan disampaikan. Selamat berefleksi…!!!

1. Bagaimana Anda menyadari bahwa setiap individu itu berbeda?


Jawab : Saat saya berjumpa dengan seseorang secara langsung, kemudian berbicara
dan berkenalan. Saat di mulainya perkenalan dan perbincangan saya akan
mendapatkan informasi baik fisiknya, sifat, minat, karakter dan prinsip. Dalam
berjalannya pembicaraan secara bersama saya dapat memahami persamaan dan
perbedaan dengan orang tersebut. Dengan pemahaman dasar terhadap seseorang
tersebutlah yang akan menuntun saya untuk menjalin interaksi dan menghargai
perbedaan yang ada sebagai individu.

2. Apa yang Anda butuhkan untuk dapat belajar dengan baik?


Jawab: Ada beberapa hal yang dapat mendukung saya untuk dapat belajar dengan
baik diantaranya adalah pertama minat dan rasa penasaran dengan keilmuan yang
akan saya dapatkan dari mempelajari hal tersebut, " apakah bermanfaat yang bisa saya
dapatkan.? apakah dengan mempelajari hal tersebut dapat meningkatkan potensi diri
saya ?" kedua adalah lingkungan belajar dan kondisi fisik dalam keadaan fit. ketiga
adalah alat pendukung dalam proses belajar, sepeti buku,leptop, jaringan internet, dll.

3. Apa yang sedang teman Anda butuhkan saat ini untuk mereka belajar?
Jawab: Dari hasil pengamatan dan berbicara dengan mereka, Hal yang mereka
butuhkan untuk menunjang keberhasilan dalam hal mereka belajar didukung dengan
pemenuhan kebutuhannya secara internal maupun eksternal. Seperti:
 Motivasi diri dalam mengikuti proses belajar
 Pembimbing belajar yang kompenten, pembimbing belajar yang tidak hanya
memberikan materi dan penyelesaian tugas tapi dalam penyampaian materi
bisa sekaligus memberikan contoh nyata dalam memberikan pelajaran yang
menyenangkan.
 Kondisi ruang kelas yang nyaman dengan kelengkapan penunjang
dalam pembelajaran.

4. Apa yang Anda ketahui tentang latar belakang kehidupan, minat, keterampilan,
dll, dari orang-orang terdekat?
Jawab: Kedekatan saya dengan saudara saya sekandung tidak serta merta
menghasilkan kesamaan dalam minat, dan keterampilan karena masing-masing dari
saudara saya memiliki latar belakang memulainya kehidupan yang berbeda, baik
dalam segi finansial orang tua, pemahaman orang tua tentang parenting, kesiapan
lahir dan batin ketika anak lahir, hal itu akan mempengaruhi terhadap minat dan
keterampilan kehidupan yang berbeda. Selain karena faktor tersebut memang karena
manusia di ciptakan dengan keragaman, ciri khas dan keunikannya masing-masing.
Perbedaan yang saya temui dengan saudara saya inilah yang menumbuhkan rasa
saling menghargai,dan saling melengkapi.

5. Bagaimana Anda bisa menggunakan informasi tentang latar belakang, minat,


keterampilan, dll, dari orang terdekat Anda untuk membantu mereka merasa
nyaman dan berkembang?
Jawab: Dengan pemahaman dan informasi yang saya ketahui serta kedekatan yang
kami jalin hal tersebutlah yang membuat mereka merasa nyaman saat berinterkasi.
Saya dapat mengetahui hal-hal yang mereka butuhkan, yang mereka suka ataupun
tidak dan pengetahuan hal inilah yang menjadikan dasar saya untuk dapat
mengembangkan dan mensuport kemampuannya untuk dapat
meningkatkan kemampuannya.

6. Apa yang Anda harapkan setelah selesai mempelajari modul ini?


Jawab: Dengan saya mempelajari modul ini saya berharap dapat mengetahui
berbagai macam karakteristik peserta didik, cara pendekatannya, cara menyikapi
perbedaan peserta didik dengan latar kehidupan yang berbeda, dengan minat dan
bakat yang bèrbeda. Dengan pemahaman yang saya dapatkan, saya ketika menjadi
pendidik dapat mengakomodasi dari setiap perbedaan peserta didik, membemberikan
proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Eksplorasi Konsep
Pengantar

Bayangkan ketika Anda dulu menjadi seorang siswa (SD/SMP/SMA ).Ingatlah teman Anda
satu orang! Bagaimana karakteristik masing-masing teman Anda? Anda tahu apa kelebihan
dari masing-masing mereka? Apakah mereka mempunyai minat yang berbeda-
beda? Bagaimana gaya belajar mereka? Siapakah diantara teman Anda yang paling pandai
dalam berhitung dan selalu tercepat dalam mengumpulkan tugas? Atau siapakah yang
sebaliknya, yaitu lama sekali dalam menangkap pelajaran? Siapakah yang tingkat
pembacaannya paling tinggi? Siapakah teman Anda yang perlu dibantu untuk meningkatkan
keterampilan memahami bacaan mereka? Adakah teman Anda yang pandai dalam pelajaran
keterampilan dan seni? Adakah teman Anda yang suka berkelompok dalam mengerjakan
pelajaran ataupun dalam hal apapun? Atau adakah teman Anda yang justru sebaliknya, ia
suka dengan tugas mandiri dan begitu juga dalam kesehariannya lebih suka dengan
kesendirian? Siapakah yang senang berbicara didepan? Siapakah yang senang dengan
menggambar? Siapakah di antara teman Anda suka tertidur ketika pelajaran Matematika
karena tidak mengerti? Dan masih banyak yang bisa Anda bayangkan dan temukan pada
teman-teman Anda dulu ketika di sekolah. Seru ya, mengingat masa-masa sekolah? Lalu jika
Anda sebagai gurunya, jika Anda sebagai guru, maka usaha apa yang harus dilakukan untuk
menyesuaikan proses pembelajaran sehingga terpenuhinya kebutuhan individu setiap siswa?
Sejatinya setiap individu itu berbeda satu dengan yang lainnya. Begitu juga setiap siswa di
kelas pasti berbeda antara satu dengan yang lainnya. Begitu banyak kebutuhan siswa yang
harus dipenuhi. Tanpa disadari, guru setiap harinya menghadapi murid dengan berbagai
keragaman yang banyak sekali macamnya. Guru selalu memberikan berbagai tantangan
dalam mengajar dan kerap kali harus melakukan dan memutuskan sesuatu hal dalam satu
waktu. Keterampilan yang luar biasa ini banyak yang tidak disadari oleh para guru, karena
begitu naturalnya hal ini terjadi di kelas dan guru menghadapi tantangan tersebut menjadi hal
yang biasa baginya. Berbagai usaha yang dilakukan oleh para guru, tentunya tujuannya
adalah untuk memastikan bahwa setiap peserta didik berhasil dalam proses pembelajarannya.
Nah, dengan melihat banyaknya perbedaan antara satu peserta didik dengan peserta didik
lainnya, tentunya perlu adanya pembelajaran berdiferensiasi. Sebelum beralih ke definisi
tentang apa itu pembelajaran berdiferensiasi, silahkan simak teori-teori yang mendasari
perlunya pembelajaran berdiferensiasi. Selamat menyimak!

Perlunya Pembelajaran Berdiferensiasi


Sejatinya setiap individu itu berbeda satu dengan yang lainnya. Begitu juga setiap siswa di
kelas pasti berbeda antara satu dengan yang lainnya. Begitu banyak kebutuhan siswa yang
harus dipenuhi. Tanpa disadari, guru setiap harinya menghadapi murid dengan berbagai
keragaman yang banyak sekali macamnya. Guru selalu memberikan berbagai tantangan
dalam mengajar dan kerap kali harus melakukan dan memutuskan sesuatu hal dalam satu
waktu. Keterampilan yang luar biasa ini banyak yang tidak disadari oleh para guru, karena
begitu naturalnya hal ini terjadi di kelas dan guru menghadapi tantangan tersebut menjadi hal
yang biasa baginya. Berbagai usaha yang dilakukan oleh para guru, tentunya tujuannya
adalah untuk memastikan bahwa setiap peserta didik berhasil dalam proses pembelajarannya.
Nah, dengan melihat banyaknya perbedaan antara satu peserta didik dengan peserta didik
lainnya, tentunya perlu adanya pembelajaran berdiferensiasi. Sebelum beralih ke definisi
tentang apa itu pembelajaran berdiferensiasi, silahkan simak teori-teori yang mendasari
perlunya pembelajaran berdiferensiasi .
Perbedaan itu bisa Anda lihat dari sistem ekologi pada setiap individu (latar belakang
keluarga, budaya, politik, ekonomi, lingkungan, dan sebagainya), kecerdasan majemuk, zona
perkembangan proksimal (ZPD), modalitas belajar atau yang kita kenal dengan gaya belajar,
serta masih banyak perbedaan lainnya yang mungkin Anda dapati tentang perbedaan pada
setiap individu ini. Di bawah ini Anda akan membaca tentang beberapa teori tentang
sejatinya individu itu berbeda. Disini akan dipaparkan 4 teori yang melatar belakangi
perlunya pembelajaran berdiferensiasi, yaitu

1. Teori sistem ekologi


2. Teori Kecerdasan Ganda
3. Teori Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)
4. Modalitas pembelajaran

Mari kita mulai menjelajah!

Teori Sistem Ekologi


Urie Bronfenbrenner merupakan ahli yang mengemukakan teori sistem mengenai
ekologi yang menjelaskan perkembangan individu dalam interaksinya dengan
lingkungan di luar dirinya yang terus-menerus mempengaruhi segala aspek
perkembangan (Hayes dkk, 2017).

(Makrosistem dan Kronositem). Sampai usia 17 tahun, Jorin memiliki dwi


kewarganegaraan yaitu Indonesia dan Belanda, dan setelah itu karena Ibu Jorin
keturunan Indonesia, maka Jorin harus memilih kewarganegaraan, apakah Belanda
atau Indonesia. Tentunya Jorin memiliki pandangan terhadap budaya dan sosial
yang berbeda, belum lagi ditambah dengan ideologi yang dianutnya dan juga hukum
masyarakat, dan juga budaya politik yang berbeda pula. Itu terbentuk sejak ia lahir
sampai seusianya.

JATI

(Mikrosistem). Jati adalah seorang siswa kelas 2 SMP Negeri yang sekelas dengan
Jorin. Ia tergolong dari keluarga biasa saja. Ia adalah anak semata wayang. Ayah
dan Ibunya keduanya berkebangsaan Indonesia bersuku madura dan jawa. Ada 2
sepupu yang ikut tinggal di rumahnya.

(Mesosistem) Sepulang sekolah Jati membantu Ayah dan Ibunya yang bekerja
mengelola sebuah toko sayur di pasar tradisional. Jati banyak bertemu dengan
banyak orang, seperti pembeli sayur langganannya, kuli panggul pasar, mitra ayah
ibunya di pasar. Ayah dan ibu Jati sibuk sekali dengan jualannya di pasar, apalagi
jika menjelang Idul Fitri dan tahun baru, mereka sesekali mengantarkan sayuran
untuk bapak dan ibu guru ke sekolah.

(Ekosistem). Sepulang sekolah jati terbiasa membantu ayah dan ibunya berjualan
sayur di pasar. Keberadaannya di rumah hanya ada saat malam hari, yaitu sepulang
dari lapak miliknya dan itupun terkadang ayah dan ibunya masih berada di lapak,
ayah ibunya pulang ke rumah saat siang hari saja. Kondisi rumah yang kadang
berantakan membuat ia lelah untuk meneruskan belajar. Dan baginya berantakan
atau tidak sama saja, karena ia terbiasa melihat kehidupan pasar.

(Makrosistem dan Kronosistem). Pada rentang waktu yang cukup lama, kehidupan
Jati dan keluarganya, tentunya mempunyai pandangan tersendiri terhadap
lingkungan, kehidupan sosial dan budaya dan sekitarnya. Sehingga membentuk
pribadi diri Jati.

Nah, Anda tentu dapat membedakan bukan kedua individu itu berbeda? Sekarang,
dari kedua kasus di atas, tentu Anda dapat membedakan apa itu makrosistem,
mesosistem, ekosistem, makrosistem dan kronosistem. Pada kedua ilustrasi
tersebut dapat kita lihat kedua individu tersebut berbeda, baik dari lingkungan
keluarga, strata ekonomi, pandangan tentang makna kebersihan, lingkungan orang-
orang yang biasa berinteraksi dengan individu tersebut.

Masih banyak contoh yang lain. Tentunya Anda bisa membayangkan masing-
masing dari teman sekolah Anda dulu, bahwa dari latar belakang lingkungan mereka
sangatlah beragam. Satu teman sekolah dengan teman sekolah yang lainnya,
tentunya mempunyai kekhasan, bukan? Tidak mungkin satu dengan yang lain itu
sama, namun tidak menutup kemungkinan satu sama lain mempunyai latar belakang
lingkungan atau ekologi yang mirip walau tidak sama persis.

Teori Multiple Intelligences


Teori tentang multiple intelligences atau dalam Bahasa Indonesia biasa disebut
sebagai kecerdasan majemuk. Teori ini dicetuskan dan dikembangkan oleh Howard
Gardner (1993), seorang psikolog perkembangan dan profesor pendidikan dari
Graduate School of Education, Harvard University, Amerika Serikat. Gardner
mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan
menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi
yang nyata. Berdasarkan pengertian ini, dapat dipahami bahwa intelegensi bukanlah
kemampuan seseorang untuk menjawab soal-soal tes IQ dalam ruang yang tertutup
dan hanya konsentrasi pada soal itu tanpa ada gangguan dari lingkungan luar. Akan
tetapi inteligensi memuat kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan
yang nyata dan dalam situasi yang bermacam-macam.

Dapat dikatakan juga bahwa setiap orang memiliki delapan jenis kecerdasan dalam
tingkat yang berbeda-beda. Pada teori multiple intelligences ini disebutkan ada
delapan bentuk kecerdasan. Delapan jenis kecerdasan itu memiliki komponen inti
dan ciri-ciri yang berbeda juga. Kehadiran ciri-ciri pada individu menentukan kadar
profil kecerdasannya. Dalam kehidupan nyata, kecerdasan-kecerdasan itu hadir dan
muncul bersama-sama atau berurutan dalam suatu atau lebih aktivitas. Kedelapan
kecerdasan tersebut, yaitu:

1. Kecerdasan verbal-linguistik
Kecerdasan verbal-linguistik merupakan kemampuan berbahasa misalnya
saja melalui membaca, menulis, berbicara, memahami urutan dan makna
dari kata-kata, serta menggunakan bahasa dengan benar.
2. Kecerdasan logis-matematis
Ini merupakan kecerdasan dalam mengolah angka, matematika, dan
logika untuk menemukan dan memahami berbagai pola, seperti pola pikir,
pola visual, pola jumlah, atau pola warna.
3. Kecerdasan spasial-visual
Kecerdasan ini merupakan kemampuan pada bidang ruang dan gambar.
Individu memiliki kekuatan dalam imajinasi dan senang dengan bentuk,
gambar, pola, desain, serta tekstur.
4. Kecerdasan kinestetik-jasmani
Kemampuan dalam koordinasi anggota tubuh dan keseimbangan. Siswa
yang memiliki kecerdasan ini senang melakukan berbagai aktivitas fisik,
seperti naik sepeda, menari, atau olahraga. Ia juga mungkin merasa sulit
duduk diam dalam waktu lama dan mudah bosan.
5. Kecerdasan musical
Tidak hanya dapat memainkan alat musik atau mendengarkan lagu.
Mereka yang memiliki kecerdasan ini juga mampu memahami dan
membuat melodi, irama, nada, vibrasi, suara, dan ketukan menjadi
sebuah musik.
6. Kecerdasan intrapersonal
Ini merupakan kecerdasan introspektif di mana peserta didik mampu
memahami diri sendiri, mengetahui kekuatan, kelemahan, dan motivasi
diri. Jika kecerdasan ini menonjol pada diri peserta didik, biasanya dia
akan bisa berbuat bijaksana dan bisa mengendalikan keinginan serta
perilakunya, juga mampu membuat rencana dan keputusan. Kecerdasan
ini dimiliki oleh penulis, ilmuwan, dan filsuf.
7. Kecerdasan interpersonal
Kecakapan ini merupakan kemampuan untuk bermasyarakat serta
memahami dan berinteraksi dengan orang lain. Mereka yang mempunyai
kecerdasan ini mampu bekerja, berinteraksi, dan berhubungan dengan
orang lain, suka bekerja sebagai tim, memiliki banyak teman,
menunjukkan empati kepada orang lain, sensitif terhadap perasaan dan
ide-ide orang lain, memediasi konflik, dan mengemukakan kompromi.
8. Kecerdasan naturalis
Ini adalah kemampuan untuk mengenali dan mengkategorikan tanaman,
hewan, dan benda-benda lain di alam, serta tertarik mempelajari spesies
makhluk hidup. Mereka yang unggul dalam kecerdasan ini biasanya suka
dengan alam, misalnya saja suka dengan bercocok tanam, suka dengan
hewan peliharaan, dan aktivitas sejenisnya yang berkaitan dengan alam.

Sebagai ilustrasi silahkan Anda simak cerita berikut:

Dzaki adalah seorang siswa SD kelas 6. Jika ada tugas Bahasa Indonesia diminta
untuk membuat karangan, maka ia dengan semangat mengerjakannya. Ia mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler musik di sekolahnya. Jika ada temannya yang kesulitan ia
sering membantu dan juga sering menjadi ketua kelompok jika ada tugas kelompok,
maka tak heran jika ia mempunyai banyak teman dan sahabat. Hanya saja dia
paling tidak suka dengan pelajaran berhitung, tak heran jika pelajaran matematika
memiliki nilainya kurang bagus.

Sementara Lina adalah teman sekelas Dzaki. Ia senang sekali dengan pelajaran
matematika, dan sering sekali memenangkan lomba olimpiade matematika tingkat
nasional. Setiap olimpiade matematika ia mengikutinya, hampir tak pernah absen. Di
rumahnya, ia mempunyai hewan peliharaan dan sangat sayang dengan hewan
peliharaannya. Ia merawatnya dengan senang hati dengan membantu ibunya
membersihkan kendang piaraannya. Selain itu dia adalah anak baik yang selalu
membantu ibunya menyiram tanaman dan ikut membereskan tanaman.

Pada dua cerita di atas, Anda sudah dapat melihatnya, bukan? Bahwa antara Dzaki
dan Lina, keduanya mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda. Sekarang coba
Anda ingat-ingat teman Anda di kelas dulu waktu masih bersekolah. Pasti dari
masing-masing memiliki kecerdasan yang berbeda-beda dan mempunyai
keunggulan masing-masing pula. Pada satu sisi tidak unggul, bisa saja disisi lain ia
mempunyai kecerdasan pada bidang lain. Atau bisa jadi satu kecerdasan dengan
kecerdasan yang lain saling beriringan.

Teori Zone of Proximal Development (ZPD)

Zone of Proximal Development (ZPD) adalah zona antara tingkat perkembangan


aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual tampak
dari kemampuan anak menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri. Sedangkan
tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan anak menyelesaikan tugas
atau memecahkan masalah dengan bantuan orang dewasa. Ketika masuk dalam
ZPD, maka anak sebenarnya dapat melakukan aktifitas/tugas yang diberikan, akan
tetapi lebih optimal jika orang dewasa atau pendamping yang lebih tahu,
membantunya untuk mencapai tingkat perkembangan aktual tersebut. Hal tersebut
dapat dikatakan bahwa setiap peserta didik memiliki ZPD yang berbeda-beda, maka
dari itu bimbingan dan instruksi dengan kadar yang sesuai sangat dibutuhkan untuk
dapat mengembangkan potensi masing-masing siswa (Suprayogi et, al., 2022).

Pada teori ini terdapat dua level untuk ukuran kemampuan dan potensi peserta didik,
yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat
perkembangan aktual peserta didik adalah ketika dia bekerja untuk menyelesaikan
tugas atau soal tanpa bantuan orang lain. Sedangkan tingkat perkembangan
potensial adalah tingkat dari kompetensi peserta didik yang dapat tercapai ketika dia
dibantu oleh orang lain. Perbedaan diantara kedua tingkat kemampuan tersebut
termasuk dalam ZPD. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa ZPD terletak
diantara hal-hal yang dapat dilakukan oleh peserta didik dan hal-hal yang tidak dapat
dilakukan oleh peserta didik tanpa pendampingan.

Ada sebuah pertanyaan, “Apakah anak harus dibantu? Tidak bisakah anak belajar
sendiri?”. Kondisi terbantu (tanpa dibantu) adalah kondisi di mana anak berada pada
tingkat perkembangan aktual. Kondisi ini akan dicapai dengan lebih optimal dengan
bantuan, jika anak memang masih belum menguasai apa yang dipelajari.

Perhatikan contoh berikut untuk lebih memudahkan memahami teori ZPD:

Bu Muniroh mengajar di kelas 1 SD. Ia mempunyai 30 murid. Dua diantaranya jika


belajar tidak mudah cepat untuk menangkap pelajaran, yaitu Siti dan Bambang. Siti
lebih suka menyendiri dan tidak mudah untuk bergaul. Sementara Bambang, senang
bergerak dan aktivitas fisik, sehingga terkesan mengganggu. Tibalah saatnya belajar
Matematika. Pada saat belajar, Siti merasa minder karena merasa tidak bisa
mengerjakan, sementara Bambang keliling kelas sehingga tidak konsentrasi ketika
Bu Muniroh menjelaskan, sesekali dipanggil namanya supaya Bambang sadar
bahwa ia sedang belajar di kelas, sehingga Bambang susah untuk menangkap
pelajaran secara klasikal. Oleh karena itu keduanya memerlukan bimbingan
tersendiri dari Bu Muniroh untuk mengerjakan soal.
Pada saat murid-murid yang lain mengerjakan tugas, Bu Muniroh berkeliling kelas
untuk memantau. Kemudian Bu Muniroh akan lebih lama di dekat Siti dan Bambang
untuk membimbing mereka belajar sesuai dengan kemampuan mereka berdua.

Nah, dari penjelasan di atas, Anda bisa melihat perbedaan dari dua tingkat
perkembangan. Tingkat perkembangan aktual telah tercapai oleh 28 murid Bu
Muniroh, sementara dua yang lainnya, yaitu Siti dan Bambang pada tahap tingkat
perkembangan potensial. Keduanya memerlukan bimbingan khusus dari Bu Muniroh
untuk memaksimalkan potensi yang mereka punya. Nah, jarak antara 28 murid
dengan Siti dan Bambang dinamakan ZPD.

Anda sudah mengerti sampai sini, bahwa lagi-lagi individu itu berbeda, atau peserta
didik dalam kelas itu memiliki banyak perbedaan satu sama lain? Berikut satu lagi
disajikan bahwa Individu itu berbeda, yaitu dari segi modalitas belajar.

Learning Modalities
Perbedaan peserta didik dalam pembelajaran juga dapat dilihat dari segi yang lain,
yaitu learning modalities atau modalitas dalam belajar yang kerap salah
diinterpretasikan sebagai gaya belajar.

Learning modalities ini biasa dikenal sebagai VAK atau Visual, Auditory, dan
Kinestetik. Nah, sampai disini mungkin Anda sudah familiar bukan dengan istilah ini
apa itu VAK atau learning modalities. Anda mungkin telah mengikuti tes yang
mengkategorikan modalitas belajar Anda atau diberi tahu bahwa Anda adalah tipe
pembelajar tertentu.

o Visual
Modalitas belajar visual adalah menerima informasi lebih mudah melalui
gambar. Otak kita memproses informasi visual dengan sangat efisien.
Jauh lebih mudah untuk mengingat gambar yang jelas seperti foto
daripada mengingat apa yang dikatakan atau ditulis seseorang.

o Auditori
Modalitas belajar auditori adalah menerima informasi lebih mudah melalui
mendengar. Siswa dengan mode ini biasanya sering mengajukan
pertanyaan, dan menggunakan diskusi untuk mengklarifikasi atau
menyerap materi. Ketika Anda berada dalam mode auditori, Anda
mungkin berbicara dan membaca lebih lambat untuk menyerap
semuanya.

o Kinestetik
Modalitas kinestetik melakukan sesuatu dengan fisik, atau paling tepat
digambarkan sebagai belajar sambil melakukan (learning by doing), baik
sebagai aktivitas langsung atau melalui pengalaman, atau dengan
bergerak sambil berpikir atau belajar.
Ketiga modalitas belajar di atas, tidak secara baku bahwa siswa hanya
menggunakan satu modalitas belajar saja. Intinya: jangan terjebak dalam stereotip
tipe pelajar seperti apa peserta didik tersebut. Bisa saja peserta didik itu termasuk
kedalam pembelajar multimodal, artinya peserta didik dapat menggunakan salah
satu dari mode ini, tergantung pada situasinya.

Setelah Anda membaca dan memahami keempat teori dan beberapa ilustrasi di
atas, Anda bisa melihat bahwa tiap peserta didik juga memiliki keistimewaan
masing-masing. Nah, sekarang Anda mengerti bukan, bahwa setiap peserta didik itu
berbeda-beda. Semuanya berbeda satu sama lain. Memiliki kebutuhan yang
berbeda dan tidak bisa disama ratakan antara satu peserta didik dengan peserta
didik yang lain.

Pertanyaan Reflektif

Dibawah ini ada sebuah ilustrasi di dalam kelas. Mari kita


membayangkan!

“Pak Darso adalah seorang guru kelas 2 SD di sebuah sekolah


dengan jumlah murid sebanyak 28 orang. Dari 28 orang tersebut,
Pak Darso memperhatikan muridnya yang tiga orang termasuk anak
yang cepat dalam mengerjakan tugas soal-soal perkalian. Pak
Darso tidak ingin ketiga anak tersebut tidak ada pekerjaan,
sehingga mengganggu teman-teman lainnya. Akhirnya Pak Darso
pun berinisiatif untuk menyiapkan soal tambahan untuk ketiga anak
tersebut. Murid yang lain diberinya soal sebanyak 15 soal perkalian,
sementara untuk ketiga anak tersebut diberinya tambahan 10 soal,
sehingga yang dikerjakan sebanyak 25 soal perkalian.”

Berdasarkan ilustrasi tersebut, jawablah pertanyaan-pertanyaan


yang disajikan dengan meng-klik tombol di bawah.

1. Apakah strategi pembelajaran yang dilakukan Pak Darso tepat? Mengapa?


Jawab:
Keputusan pembelajaran yang di lakukan oleh pak Darso menurut saya belum
dikatakan melakukan pembelajaran Berdiferensiasi sebab menambah soal kepada
tiga peserta didik tersebut dilakukan dengan tujuan agar tiga murid tersebut ada
"pekerjaan" agar anak tersebut tidak menganggu anak lainnya.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memberi
keleluasaan pada siswa untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan
kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa tersebut . Pembelajaran
berdiferensiasi tidak hanya fokus pada produk pembelajaran, tetapi juga fokus pada
proses dan konten/materi.
Oleh karena itu dalam hal ini Pak Darso harus melakukan identifikasi kembali
kebutuhan belajar siswanya lebih komperetif, agar dapat merespon dan tepat dalam
pemenuhan kebutuhan belajar terutama untukketiga siswanya tersebut.
2. Apa yang Anda lakukan jika menjadi Pak Darso? menjelaskan
mengapa Anda melakukan hal demikian?
Jawab:
Hal pertama yang akan saya lakukan adalah dengan melakukan identifikasi
atau memetakan kembali kebutuhan peserta didik, saya akan memetakan dengan
membagi siswa dalam beberapa kelompok yang didasarkan pada kemampuan dan
pemahaman dasar yang sudah ada dalam peserta didik.
Tujuan dari memetakan hasil kebutuhan peserta didik dan memetakan
kebutuhan belajar peserta didik berdasarkan profil belajarnya akan memberikan
kesempatan pada peserta didik secara efesien dalam proses pembelajaran selain itu
guru dapat memfariasikan metode dan pendekatan belajar.

Pembelajaran Berdiferensiasi

Anda dapat melihat video berikut untuk lebih memahami apa itu
pembelajaran berdiferensiasi:
https://www.youtube.com/watch?
si=g54h8WYlGS3dWkzw&embeds_referring_euri=https%3A%2F
%2Flms.guru.kemdikbud.go.id%2Fcourses%2F3899%2Fpages%2Fsel-dot-07-dot-
2-t1-2-eksplorasi-konsep-
3&source_ve_path=Mjg2NjQsMTY0NTA2&feature=emb_share&v=x6X47a51PGc

Setelah Anda menyimak video di atas, mungkin Anda bisa


membayangkan betapa beragamnya kebutuhan peserta didik di
dalam kelas, sementara jika menerapkan satu tujuan kurikulum
saja, maka kemungkinan kebutuhan anak didik yang lain masih
belum bisa tertampung. Oleh karena itu, perlu adanya kurikulum
yang mampu mengakomodir seluruh kebutuhan anak didik. Maka
dari itu, pembelajaran berdiferensiasi diperlukan untuk
mengakomodasi semua kebutuhan siswa. Seperti apakah itu? Mari
kita lanjutkan dengan menjelaskan apa itu pembelajaran
diferensiasi. Simak baik-baik!

Eksplorasi Konsep
Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi
Menurut Tomlinson (2001) Pembelajaran berdiferensiasi adalah
usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk
memenuhi kebutuhan belajar peserta didik sebagai individu. Atau
bisa dikatakan juga bahwa pembelajaran berdiferensiasi adalah
pembelajaran yang memberi keleluasaan dan mampu mengakomodir
kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai
dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik yang
berbeda-beda.

Jika kita melihat kasus Pak Darso di atas, bukan berarti Pak Darso
harus mengajar dengan 28 cara yang berbeda untuk mengajar 28
murid. Bukan pula Pak Darso harus memperbanyak soal untuk
peserta didik yang lebih cepat mengerjakannya. Bukan pula Pak
Darso harus mengelompokan yang pintar dengan yang pintar dan
yang lambat dengan yang lambat. Bukan pula memberikan tugas
yang berbeda pada setiap anak. Bukan pula pembelajaran yang
semrawut, dimana guru harus membuat beberapa perencanaan
pembelajaran sekaligus, dimana guru harus lari kesana kemari
untuk mengajari anak satu dengan yang lainnya dalam waktu yang
bersamaan. Guru bukanlah makhluk ajaib yang harus kesana
kemari berada di tempat yang berbeda dalam satu waktu untuk
membantu banyak peserta didik dalam satu waktu yang sama dan
memecahkan semua permasalahan.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk


akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berfokus pada
kebutuhan peserta didik. Keputusan-keputusan yang dibuat
tersebut adalah yang terkait dengan:

1. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang


“mengundang” peserta didik untuk belajar dan bekerja
keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian
juga memastikan setiap peserta didik di kelasnya tahu
bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di
sepanjang proses.
2. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang
didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang
perlu jelas dengan tujuan pembelajarannya, namun juga
peserta didiknya.
3. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut
menggunakan informasi yang diperoleh dari proses
penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat
menentukan peserta didik mana yang masih ketinggalan,
atau sebaliknya, peserta didik mana yang sudah lebih dulu
mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
4. Bagaimana guru merespons atau merespons kebutuhan
belajar peserta didiknya. Bagaimana ia akan menyesuaikan
rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar
peserta didik tersebut. Misalnya, apakah ia perlu
menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda,
dan pengugasan serta penilaian yang berbeda.
5. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru
menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang
memungkinkan keberhasilan. Namun juga strukturnya
jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan
yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.

Jika kita mengacu pada kasus Pak Darso di atas, maka


keputusannya untuk memberikan soal tambahan, dengan jenis soal
yang tetap sama serta tingkat kesulitan yang juga sama, kepada
tiga murid yang selesai terlebih dahulu, belum dapat dikatakan
sebagai diferensiasi. Apalagi, tujuan diberikannya soal tadi adalah
agar tiga murid tersebut ada 'pekerjaan' sehingga tidak
mengganggu murid yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi
haruslah ditanamkan pada memasukkan kebutuhan belajar murid
dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Oleh
karena itu, Pak Darso perlu melakukan identifikasi kebutuhan
belajar dengan lebih komprehensif, agar dapat merespons dengan
lebih tepat terhadap kebutuhan peserta didiknya, termasuk ketiga
peserta didik tersebut.
Ciri-ciri dari Pembelajaran Berdiferensiasi

Nah, lalu apa sajakah ciri-ciri dari pembelajaran berdiferensiasi


ini? Mari kita lihat!

Menurut Tomlinson (2001): pembelajaran berdiferensiasi memiliki


empat ciri, yaitu:

1. Pembelajaran fokus pada konsep dan prinsip pokok. Harus


fokus pada kompetensi dasar pembelajaran.
2. Evaluasi kesiapan dan perkembangan belajar peserta didik
diakomodasi ke dalam kurikulum; Di sini perlu adanya
pemetaan kebutuhan peserta didik kemudian dimasukkan
ke dalam strategi pembelajaran.
3. Pengelompokan peserta didik dilakukan secara
fleksibel; Misalnya bisa secara mandiri, berkelompok
berdasarkan tingkat kecerdasan, berkelompok berdasarkan
modalitas belajar, dll.
4. Siswa secara aktif bereksplorasi dibawah bimbingan dan
Arah guru. Pembelajaran berdiferensiasi ini berpusat pada
siswa.

Apakah Anda sudah memahami definisi dan ciri-ciri dari


pembelajaran berdiferensiasi? Jika belum, silakan baca ulang
kembali. Jika sudah memahami, mari kita lanjutkan untuk
mempelajari pemetaan kebutuhan siswa. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan diagram pemahaman pembelajaran diferensiasi berikut:
Pemetaan Kebutuhan Belajar Siswa

Sekarang, mari kita bahas bagaimana kita dapat melakukan


pemetaan kebutuhan belajar peserta didik. Baca dengan seksama!

Menurut Tomlinson (2001), ada tiga cara untuk memetakan


kebutuhan belajar peserta didik, yaitu:

1. kesiapan belajar peserta didik (readiness);


2. minat peserta didik; dan
3. profil belajar peserta didik.

Kesiapan Belajar Peserta Didik (Readiness)

Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar kata “kesiapan belajar”? Bayangkanlah
situasi berikut ini:
Pada pelajaran bahasa Indonesia, Bu Tia ingin mengajarkan muridnya membuat
karangan berbentuk narasi. Ia kemudian melakukan penilaian. Ia menemukan
bahwa ada tiga kelompok murid di kelasnya.

o Kelompok A adalah murid yang telah memiliki keterampilan menulis


dengan struktur yang baik dan memiliki kosakata yang cukup kaya.
Mereka juga cukup mandiri dan percaya diri dalam bekerja.

o Kelompok B adalah murid yang memiliki keterampilan menulis dengan


struktur yang baik, namun kosakatanya masih terbatas.

o Kelompok C adalah murid yang belum memiliki keterampilan menulis


dengan struktur yang baik dan kosakatanya pun terbatas.

Apa yang dilakukan oleh Bu Tia di atas adalah memetakan kebutuhan belajar
berdasarkan kesiapan belajar. Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk
mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan
peserta didik akan membawa peserta didik keluar dari zona nyaman mereka, namun
dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap
dapat menguasai materi baru tersebut.

Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001)


mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan
menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan
kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer
tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat
untuk berbagai kebutuhan peserta didik akan menyamakan peluang mereka untuk
mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di
kelas Anda. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif
kontinum yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesiapan peserta didik.
Pada modul ini, kita hanya akan mencoba membahas enam dari beberapa contoh
perspektif kontinum tersebut, dengan mengadaptasi alat yang disebut Equalizer.

1. Bersifat mendasar - Bersifat transformatif


Saat sebagian peserta didik dihadapkan pada sebuah ide yang baru, atau
jika ide itu bukan di salah satu bidang yang dikuasai oleh peserta didik,
mereka sering membutuhkan informasi pendukung yang lebih jelas,
sederhana, dan tidak bertele-tele untuk memahami ide tersebut. Mereka
akan perlu waktu untuk berlatih menerapkan ide secara langsung. Jika
peserta didik berada dalam tingkatan ini, maka bahan-bahan materi yang
mereka gunakan dan tugas-tugas yang mereka lakukan harus bersifat
mendasar dan disajikan dengan cara yang membantu mereka
membangun landasan pemahaman yang kuat. Di lain waktu, ketika
peserta didik dihadapkan pada ide-ide yang telah mereka pahami atau
berada di area yang menjadi kekuatan mereka, maka dibutuhkan
informasi yang lebih rinci dari ide tersebut. Mereka perlu melihat
bagaimana ide tersebut berhubungan dengan ide-ide lain untuk
menciptakan pemikiran baru. Kondisi seperti itu membutuhkan bahan dan
tugas yang lebih bersifat transformatif.
2. Konkret - Abstrak
Di lain kesempatan, guru mungkin dapat mengukur kesiapan belajar
peserta didik dengan melihat apakah mereka masih di tingkatan perlu
belajar secara konkret atau sudah siap bergerak mempelajari sesuatu
yang lebih abstrak.
3. Sederhana - Kompleks
Beberapa peserta didik mungkin perlu bekerja dengan materi lebih
sederhana dengan satu abstraksi pada satu waktu; yang lain mungkin bisa
menangani kerumitan berbagai abstraksi.
4. Terstruktur - Open Ended
Kadang-kadang peserta didik perlu menyelesaikan tugas yang ditata
dengan cukup baik untuk mereka, di mana mereka tidak memiliki terlalu
banyak keputusan untuk dibuat. Namun, di waktu lain, peserta didik siap
menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka.
5. Tergantung (Dependent) - Mandiri (Independent)
Walaupun pada akhirnya kita mengharapkan bahwa semua peserta didik
kita dapat belajar, berpikir dan menghasilkan pekerjaan secara mandiri,
namun sama seperti tinggi badan, mungkin seorang anak akan lebih cepat
bertambah tinggi daripada yang lain. Dengan kata lain, beberapa peserta
didik mungkin akan siap untuk kemandirian yang lebih awal daripada yang
lain.
6. Lambat - Cepat
Beberapa peserta didik dengan kemampuan yang baik dalam suatu mata
pelajaran mungkin perlu bergerak cepat melalui materi yang telah ia
kuasai atau sedikit menantang. Tetapi di lain waktu, peserta didik yang
sama mungkin akan membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang lain
untuk mempelajari topik yang lain.

Contoh Pemetaan atau identifikasi kebutuhan belajar berdasarkan kesiapan belajar


(Readiness):

Ibu Lusi akan mengajar pelajaran Matematika. Tujuan Pembelajaran yang ia


tetapkan adalah: peserta didik dapat menyajikan dan menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan keliling bangun datar.
Ia kemudian membuat pemetaan kebutuhan belajar dan memberikan penugasan
seperti di bawah ini:

Minat Peserta Didik

Peserta didik juga memiliki minat sendiri. Ada peserta didik yang minatnya sangat
besar dalam bidang seni, matematika, sains, drama, memasak, dsb. Minat adalah
salah satu motivator penting bagi peserta didik untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam
proses pembelajaran.

Seorang guru dalam merancang pembelajaran memiliki tujuan mempertimbangkan


minat peserta didik diantaranya:

o Membantu peserta didik menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah


dan keinginan mereka sendiri untuk belajar;

o Menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran;

o Menggunakan keterampilan atau ide yang familiar bagi peserta didik


sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang
familiar atau baru bagi mereka, dan;

o Meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar.

Sepanjang tahun, peserta didik yang berbeda akan menunjukkan minat pada topik
yang berbeda. Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah untuk
"menghubungkan" peserta didik pada pelajaran untuk menjaga minat mereka.
Seorang guru menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan
kinerja peserta didik.

Beberapa contoh ide yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dan


mempertahankan minat diantaranya misalnya:

o Meminta peserta didik untuk memilih apakah mereka ingin


mendemonstrasikan pemahaman dengan menulis lagu, melakukan
pertunjukan atau menari atau bentuk lain sesuai minat mereka.

o Menggunakan teknik Jigsaw dan pembelajaran kooperatif.


o Menggunakan strategi investigasi kelompok berdasarkan minat.

o Membuat kegiatan “sehari di tempat kerja”. Peserta didik diminta


mempelajari bagaimana sebuah keterampilan tertentu diaplikasikan dalam
kehidupan nyata. Mereka boleh memilih profesi yang sesuai minat
mereka.

Contoh pemetaan atau identifikasi kebutuhan belajar berdasarkan minat.

Ibu Zaenab ingin mengajarkan murid-muridnya keterampilan membuat tulisan teks


prosedur. Ia kemudian melihat pada catatan yang dimilikinya. Ia menemukan bahwa
di kelasnya ada:

o 8 orang murid yang sangat menyukai kegiatan olahraga;

o 6 orang yang menyukai hal-hal yang berkaitan dengan sains.

o 4 orang senang membuat prakarya dan.

o 2 orang senang memasak.

Setelah selesai mendiskusikan tentang apa dan bagaimana membuat tulisan


berbentuk prosedur, Bu Zaenab lalu meminta murid berlatih membuat sendiri tulisan
berbentuk prosedur tersebut. Setiap murid diperbolehkan untuk menulis dengan
topik sesuai dengan minat mereka tersebut. Ada murid yang memilih membuat
tulisan prosedur memasak nasi goreng, ada murid yang memilih membuat tulisan
tentang prosedur membuat bunga dari sedotan, dsb.

Profil Belajar Peserta Didik

Profil belajar peserta didik terkait dengan banyak faktor, seperti: bahasa, budaya,
kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga akan
berhubungan dengan gaya belajar seseorang. Profil belajar peserta didik ini
merupakan pendekatan yang disukai peserta didik untuk belajar, yang dipengaruhi
oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dll.

Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar peserta didik


berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru,
kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih modalitas belajar yang
sesuai dengan modalitas belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki
profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat
memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka.

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran seseorang. Berikut ini
adalah beberapa yang harus diperhatikan (Suprayogi et. Al., 2022):
1. Bahasa
2. Ketertarikan atau minat
3. Apa yang peserta didik pelajari di rumah
4. Gaya belajar
5. Special Needs atau kebutuhan khusus tertentu, misal disleksia, ADHD,
autis.
6. Preferensi Belajar, setiap peserta didik memiliki acuan pada pola mereka
belajar, seperti ada peserta didik yang belajar dari buku, e-book, video
Youtube, dan banyak preferensi yang lain. (Miller, 2021)
7. Latar belakang peserta didik, contohnya tentang relasi hubungan dengan
orang tua dan tempat tinggal.
8. Konsentrasi.
9. Pembelajaran dinamis, setiap peserta didik punya metodenya masing-
masing dalam menerima pembelajaran, ada pula mereka yang berfokus
pada keterampilan, berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas,
sehingga peserta didik mengambil makna dari pembelajarannya lewat
aktivitas luar (Bell, 2017)
10. Prior Knowledge; atau pengetahuan sebelumnya yang setiap peserta didik
memiliki kemampuan yang berbeda dalam menangkap informasi baru,
ada yang baru mengenal atau sudah lebih awal mengenal informasi yang
baru (TOP HAT, n.d.)
11. Culture; latar belakang budaya yang berbeda bisa juga mempengaruhi
peserta didik dalam pembelajaran.
12. Prior Experience, atau pengalaman yang dimiliki peserta didik
sebelumnya.
13. Karakter. Tentunya karakter tiap peserta didik berbeda-beda.
14. Waktu dalam pengerjaan tugas. Setiap peserta didik memiliki kesempatan
waktu yang berbeda-beda dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas.
15. Status ekonomi.
16. Terakhir adalah liking school, yaitu peserta didik menyukai aktivitas
bersekolah.

Contoh pemetaan atau identifikasi kebutuhan belajar berdasarkan profil pelajar


peserta didik:

Pak Herman akan mengajar pelajaran IPA, dengan tujuan pembelajaran yaitu agar
murid dapat mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang habitat makhluk
hidup.

Berdasarkan identifikasi yang ia lakukan, Pak Herman telah mengetahui bahwa


sebagian muridnya adalah pembelajar visual, sebagian lagi adalah pembelajar
auditori, dan pembelajar kinestetik.

Untuk memenuhi kebutuhan belajar murid-muridnya tersebut, Pak Herman lalu


memutuskan untuk melakukan beberapa hal berikut ini:

1. Saat mengajar, Pak Herman melakukan hal-hal berikut ini:


o Ia menggunakan banyak gambar atau alat bantu visual saat menjelaskan.

o Ia juga menyediakan video yang dilengkapi penjelasan lisan yang dapat


diakses oleh peserta didik.

o Pak Herman juga membuat beberapa sudut belajar atau display yang
ditempel di tempat-tempat berbeda untuk memberikan kesempatan murid
bergerak saat mengakses informasi.

2. Saat memberikan tugas, Pak Herman memperbolehkan murid-muridnya memilih


cara mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang habitat makhluk hidup. Murid
boleh menunjukkan pemahaman dalam bentuk gambar, rekaman wawancara
maupun performance atau role-play.

Perlu diperhatikan bahwa mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar


peserta didik, tidak selalu harus melibatkan sebuah kegiatan yang rumit. Guru
yang memperhatikan dengan saksama hasil penilaian formatif, perilaku
peserta didik atau terbiasa mendengarkan dengan baik peserta didiknya
biasanya akan dengan mudah mengetahui kebutuhan belajar peserta didiknya.

Berdasarkan pemaparan di atas maka kita dapat menarik kesimpulan. Pembelajaran


berdiferensiasi ini adalah belajar yang berorientasi pada kebutuhan peserta didik,
minat peserta didik, dan profil peserta didik. Pembelajaran tersebut tentunya harus
tetap mengacu pada tujuan pembelajaran. Hal tersebut dilakukan untuk lebih
mengoptimalkan dalam proses pembelajaran.

Kelebihan dan Tantangan Pembelajaran Berdiferensiasi

Jika kita Merujuk pada kelebihan dalam pembelajaran


berdiferensiasi, setidaknya sudah tertuang diatas. Menurut
Suprayogi, (2022) ada beberapa kelebihan dan tantangan dalam
menjalankan pembelajaran diferensiasi ini, yaitu:

1. Kelebihan Pembelajaran Berdiferensiasi


o Meme nuhi kebutuhan peserta didik;
o Memaksimalkan kualitas pembelajaran peserta
didik;
Apabila pembelajaran yang peserta didik terima
sesuai dengan kebutuhannya, maka peserta didik
pasti akan dapat memperoleh pengetahuan secara
maksimal. Peserta didik akan mendapatkan
kualitas belajar yang baik bila pengajarnya
memiliki pemahaman mengenai kebutuhan
belajarnya dan dapat mengarahkannya dalam
membuat pilihan-pilihan terkait pembelajaran.
o Meningkatkan motivasi peserta didik.
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran
berdiferensiasi adalah berpusat pada
siswa. Berpusat pada siswa adalah pendekatan
dimana pengajar tidak langsung mengajar kepada
peserta didik, melainkan peserta didik harus
mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri.
o Peserta didik menjadi lebih terlibat dan fokus di
kelas.
Jika strategi pengajaran tidak sesuai dengan
kebutuhan peserta didik, maka peserta didik dapat
kehilangan fokus. Sebaliknya, peserta didik akan
terpicu dan terlibat di kelas apabila tugas dan
aktivitas yang dilakukan merupakan pilihannya
sendiri.
o Peserta didik dapat merelasikan pelajaran dengan
kehidupan.
Peserta didik dapat mempelajari pelajaran dengan
nilai-nilai yang mereka miliki apabila pembelajaran
dilakukan berdasarkan minat peserta didik
o Peserta didik dapat mengasah keterampilan
manajemen diri-nya.
Keterampilan manajemen diri adalah kemampuan
seseorang mengatur dirinya sendiri dan
mengidentifikasi langkah-langkah serta strategi
yang perlu diambil untuk mencapai suatu target
tertentu
o Meningkatkan prestasi peserta didik.
Peserta tidak akan dapat memperoleh prestasi
yang baik apabila menerima pengajaran yang
sesuai dengan gaya belajarnya.
2. Tantangan Pembelajaran Berdiferensiasi
Adapun tantangannya adalah sebagai berikut:
o Persiapan yang memakan waktu
o Guru harus membayangkan berbagai macam
perangkat pembelajaran dan juga perangkat
evaluasi yang banyak. Sehingga tak jarang guru
kurang memiliki waktu persiapan yang cukup untuk
menerapkannya.
o Terbatasnya waktu di kelas
Ada berbagai aktivitas yang dikerjakan, dan
pengajar harus dapat mendampingi serta
menangani semua peserta didik dalam kelasnya
o Guru harus memiliki keterampilan manajemen yang
baik
Bukan hanya peserta didik yang dituntut untuk
memiliki keterampilan manajemen yang baik,
seperti yang tertuang pada kelebihan pembelajaran
berdiferensiasi di atas. Guru juga dituntut untuk
mengatur diri sendiri dan mengidentifikasi langkah-
langkah serta strategi yang perlu diambil untuk
mencapai suatu target tertentu dalam
pembelajaran.
o Kurangnya bahan pembelajaran
Peserta didik diberikan beragam pilihan bahan
pembelajaran yang didasarkan pada tingkat
kesiapan dan gaya belajar mereka. Artinya,
pengajar harus dapat mengumpulkan beragam
bahan pembelajaran untuk mengakomodasi
kebutuhan setiap peserta didik yang terpenuhi.
o Kurangnya pelatihan bagi pengajar mengenai
penggunaan pembelajaran berdiferensiasi
Meskipun diferensiasi didasari pada banyak teori,
ternyata pengimplementasiannya masih kurang
Dipahami. Implementasi pembelajaran
berdiferensiasi dapat mengalami hambatan apabila
pengajar tidak memiliki pemahaman yang tepat
mengenai pembelajaran diferensiasi. Anda bisa
mengambil contoh kasus di awal, yaitu contoh
kasus Pak Darso.

Itulah kelebihan dalam menjalankan pembelajaran berdiferensiasi


dan juga tantangan yang harus dihadapi bagi seorang guru dalam
mengajar di kelas.
Ruang Kolaborasi
Setelah pemaparan konsep tentang pembelajaran berdiferensiasi di
atas, demi membantu Anda mengkonsolidasikan pemahaman Anda
dan mempersiapkan diri untuk sesi materi berikutnya, kami akan
meminta Anda melakukan diskusikan dalam kelompok selama 40
menit.

Panduan diskusi kelompok:

 Silakan berkelompok, tiap kelompok beranggotakan 5-6


orang.
 Anda boleh memilih video mana yang akan ditonton apakah
video A atau video B
 Waktu yang disediakan untuk menonton video adalah 15
menit.
 Waktu untuk berdiskusi adalah 25 menit
 Buatlah peserta pemetaan untuk dijadikan bahan
presentasi semenarik mungkin untuk dipresentasikan di
depan kelas.

Pada sesi pembelajaran ini, Anda akan kembali mendapatkan


kesempatan untuk berdiskusi dengan rekan Anda. Sesi kali ini
disebut sebagai sesi “ruang kolaborasi”. Kali ini kita akan
berkolaborasi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik
tentang pembelajaran kali ini.
https://youtu.be/2j_fwlgFAlA

Setelah menyimak video tersebut jawablah pertanyaan berikut:

1. Apakah dari video yang Anda lihat pengajaran guru tersebut


sudah termasuk menerapkan pembelajaran
berdiferensiasi? jelaskan!
2. Apakah guru tersebut sudah tepat dalam
mengelompokan? Mengapa?
3. Pada video tersebut guru mengelompokan berdasarkan
apa?
4. Bagaimana guru tersebut dapat memvariasikan materi
berdasarkan kebutuhan peserta didik? jelaskan!

Hasil dari diskusi kelompok, selanjutnya dibuat presentasi


produk. silahkan buat sekreatif mungkin apapun bentuknya,
misalnya berupa audio /visual/ audiovisual atau pidato/pidato.

Demonstrasi Kontekstual
Selamat datang di sesi pembelajaran ini… !

Pada sesi ini, Anda dan kelompok diminta untuk membuat karya
berupa video atau tulisan artikel atau infografik atau vlog (video
blog), untuk diunggah di platform media sosial atau website untuk
disebarluaskan.

Karya tersebut berisi:

 pengertian pembelajaran berdiferensiasi,


 contoh keragaman anak di kelas,
 Disertai teori pendukung.

Buatlah sekreatif mungkin!

Kegiatan ini untuk mencapai CPMK 1: Membuat karya yang


diunggah di platform media sosial/website tentang pembelajaran
berdiferensiasi berisi unsur, definisi, contoh keragaman, dan teori
pendukung. Karya berupa video atau tulisan atau infografik atau
vlog (video blog), untuk diunggah di platform media sosial atau
website untuk disebarluaskan.
Tugas diunggah di Unggah tugas - Demonstrasi
Kontekstual. Sertakan tautan hasil unggahan tersebut. Jangan
lupa untuk mencantumkan identitas!

Selamat mengerjakan tugas!!!

Tetap semangat…!!!

Anda mungkin juga menyukai