Anda di halaman 1dari 6

GUBUG LITERASI MASYARAKAT DUSUN PRECET DESA DALISODO

KECAMATAN WAGIR KABUPATEN MALANG

Universitas Negeri Malang

ABSTRAK

Gubug literasi Dusun Precet merupakan suatu pemberdayaan dasar yang dilandasi oleh
berbagai elemen di dalam masyarakat baik yang bersifat kelompok dan individual,
bersifat terbuka, suka rela, menyasar semua kalangan dari anak anak hingga dewasa,
dari pelajar hingga professional komunitas berbasis hobi.
Inovasi gubug literasi berasal dari kondisi awal Dusun Precet diketahui belum memiliki
fasilitas publik yang dapat mendukung usaha peningkatan minat belajar dan minat
membaca masyarakat, seperti perpustakaan desa, pusat pemberdayaan potensi, pusat
bermain dan belajar bagi anak. Berkaitan dengan kondisi tersebut, program ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk merintis rumah baca Dusun Precet yang diberi nama
gubug literasi dengan harapan keberadaan gubug literasi Dusun Precet ini dapat
digunakan sebagai pusat pemberdayaan warga Dusun Precet, baik dalam aspek
pendidikan, Ekonomi, Sosial maupun Budaya.
Pelaksanaan program gubug literasi ini melalui 4 tahap, antara lain: Perencanaan
Program, Pelaksanaan Program, Pembangunan Program, Keberlanjutan Program. Dari
4 tahap pelaksanaan kegiatan yang telah diaplikasikan, dapat disimpulkan bahwa
program rintisan perpustakaan dan rumah belajar Dusun Precet dinyatakan dapat
menjadi magnet kedatangan masyarakat ke perpustakaan sebagai ajang belajar,
membaca, pusat bermain edukatif bagi anak-anak, dan sentra kegiatan pemberdayaan.

Kata Kunci : Gubug Literasi, Pemberdayan masyarakat, Pendidikan.

1. PENDAHULUAN
Program pengabdian masyarakat merupakan salah satu program wajib bagi mahasiswa
Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagai salah satu bentuk Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Program ini berlandaskan pada beberapa prinsip, yaitu: kompetensi akademik,
kompetensi profesional, dan jiwa kewirausahaan. Beberapa prinsip tersebut diharapkan
program pemberdayaan masyarakat ini dapat bermutu, relevan dan strategis dalam
meningkatkan daya saing masyarakat. Program Pengabdian Masyarakat yang
dilaksanakan mahasiswa Universitas Negeri Malang ini merupakan bagian dari misi
kampus untuk meningkatkan minat belajar dan minat membaca masyarakat Dusun
Precet selain itu agar masyarakat semakin termotivasi dan meningkatnya inovasi dalam
hal pendidikan dan mata pencaharian yang lebih baik.

1
Dusun Precet merupakan sebuah dusun yang termasuk Desa Dalisodo
Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Secara geografis Desa
Dalisodo terletak pada daerah perbukitan tepatnya pada lereng Gunung Kawi sebelah
timur. Topografi ketinggian desa ini adalah berupa dataran tinggi, yaitu sekitar 715 m
di atas permukaan air laut.
Secara administratif, Desa Dalisodo terletak di wilayah Kecamatan Wagir Kabupaten
Malang dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga. Di sebelah Utara
berbatasan dengan Desa Kucur Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Di sebelah Barat
berbatasan dengan Hutan Lereng Gunung Kawi (Perhutani). Di sisi Selatan berbatasan
dengan Desa Sukodadi Kecamatan Wagir, sedangkan di sisi timur berbatasan dengan
desa Jedong Kecamatan Wagir. Jarak tempuh Desa Dalisodo ke ibu kota kecamatan
adalah 10 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 10 menit. Sedangkan jarak
tempuh ke ibu kota kabupaten adalah 15 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar
20 Menit.
Luas wilayah Desa Dalisodo mencapai 803 Ha dengan kepadatan penduduk 6.456 jiwa.
Masyarakat Desa Dalisodo didominasi oleh kelompok usia produktif sebanyak 4.295
dari total penduduk 6.456 jiwa. Mata pencaharian penduduk Desa Dalisodo mayoritas
pertanian, perkebunan, peternakan dan home industri duparatus. Dengan tingginya
kelompok usia produktif di desa ini maka program gubug literasi ini ditargetkan untuk
anak-anak sekolah dan pra-sekolah.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan Negara.
Pembelajaran yang demokratis dapat berlangsung apabila di dalam masyarakat terdapat
fasilitas-fasilitas belajar yang memungkinkan masyarakat dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan dan keinginannya. Masyarakat telah menyadari pentingnya belajar sehingga
terdapat suasana belajar (learning society) yang ditandai masyarakat selalu mencari dan
menemukan sesuatu yang baru dan bermanfaat untuk peningkatan kemampuan dan
pengembangan diri melalui kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang dilakukan
masyarakat tidak sebatas hanya mengetahui (learning how to learn), tidak pula belajar
hanya sekedar memecahkan masalah kehidupan (learning how to solve problem).
Kegiatan belajar yang melakukan terarah untuk kepentingan kemajuan hidupnya
(learning how to be atau learning to life).
Berdasarkan tujuan kegiatan belajar diatas maka kemudian penulis mencoba
menurunkannya ke dalam suatu program yang nantinya akan dikembangkan dan
dilaksanakan. Salah satu program yang penulis lakukan adalah pendirian Rumah Baca
Dusun Precet yang diberi nama gubug literasi. Program ini dipilih dengan beberapa
pertimbangan, antara lain: secara umum kemampuan membaca (Reading Literacy)
anak-anak Indonesia masih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara
berkembang lainnya, bahkan dalam kawasan ASEAN sekalipun. International

2
Association for Evaluation of Educational (IEA) pada tahun 1992 dalam sebuah studi
kemampuan membaca murid-murid Sekolah Dasar Kelas IV pada 30 negara di dunia,
menyimpulkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-29 setingkat di atas Venezuela
yang menempati peringkat terakhir pada urutan ke 30 (Saepudin, 2015).
Banyak siasat-siasat yang diambil di era teknologi ini, salah satunya dengan
memanfaatkan internet yang diharapkan mampu menjadi salah satu jalan untuk
meningkatkan angka minat baca di Indonesia. Namun, angka minat baca di Indonesia
tetaplah rendah, data Unesco tahun 2012 (dalam JPNN, 2016) menunjukkan angka
minat baca di Indonesia hanya 0,001. Artinya dari perbandingan 1.000 penduduk hanya
1 orang saja yang memiliki minat baca serius. Dan sebuah survei yang dilakukan
Central Connecticut State University di New Britain tahun 2014 (dalam JPNN, 2016)
yang bekerja sama dengan sejumlah peneliti sosial menempatkan Indonesia di
peringkat 60 dari 61 negara terkait minat baca.
Beberapa paparan hasil survey di atas memperkuat penulis untuk mengadakan program
rumah baca di Dusun Precet. Selain itu, Dusun Precet belum memiliki fasilitas publik
yang dapat mendukung usaha peningkatan minat belajar dan minat membaca
masyarakat serta latar belakang pendidikan generasi muda di Dusun Precet masih
tergolong rendah. Generasi muda di Dusun Precet secara umum adalah lulusan SMP,
dan yang mana setelah lulus dari SMP mereka enggan melanjutkan SMA atau bahkan
kuliah, mereka lebih memilih kerja atau menikah. Maka dari itu keberadaan gubug
literasi Dusun Precet ini diharapkan dapat digunakan sebagai pusat pemberdayaan dan
edukasi warga Dusun Precet, baik dalam aspek pendidikan, Ekonomi, Sosial maupun
Budaya.
2. PENDEKATAN DAN METODE
Ada 2 pendekatan yang penulis gunakan dalam perintisan Gubuk Literasai Dusun
Precet ini, yaitu Appreciative Inquiry dan Working Out Loud. Pendekatan Appeciative
Inquiry adalah pendekatan terhadap perubahan diri organisasi yang dilandaskan pada
pertanyaan-pertanyaan dan diskusi tentang kekuatan, keberhasilan, nilai, harapan, dan
impian (Whitney dan Trosten-Bloom, 2007).
Adapun, Working Out Loud (WOL) mulanya telah banyak digunakan di area penelitian
pendidikan selama lebih dari 30 tahun (Cooper, Ayers- Lopez, & Marquis, 1982; Rees,
1981), dimana pendekatan ini berupaya mendorong subyek belajar untuk menunjukkan
pekerjaan dan proses pemikiran mereka sebagai bagian dari pemecahan masalah.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir WOL telah semakin terkait dengan bisnis sosial
(Pearce, 2014). Dalam pengabdian ini, pendekatan WOL memungkinkan pelaksanaan
program dapat dilakukan secara kolaboratif-partisipatif bersama-sama dengan
komunitas masyarakat penerima program.
Pendekatan Appreciative Inquiry digunakan sebagai assessment awal di lapangan, yaitu
menggali informasi terkait potensi dan aspek-aspek yang diperlukan warga Dusun
Precet. Sebagai tindak lanjut dari informasi yang diperoleh dan rencana program yang
telah disusun. Selanjutnya pendekatan Working Out Loud digunakan pada tahap
lapangan dalam bentuk perintisan Gubug Literasi Dusun Precet selalu melibatkan

3
masyarakat di dalamnya, sehingga rasa kepemilikan warga Desa Dalisodo terhadap
Gubug Literasi Dusun Precet dapat meningkat.
Scott et al. (1981) dalam Kanfer (1987: 197) menyebutkan lima aspek penting dari
peran, yaitu:
1. Peran itu bersifat impersonal: posisi peran itu sendiri akan menentukan harapannya,
bukan individunya.
2. Peran itu berkaitan dengan perilaku kerja (task behavior) – yaitu, perilaku yang
diharapkan dalam suatu pekerjaan tertentu.
3. Peran itu sulit dikendalikan – (role clarity dan role ambiguity)
4. Peran itu dapat dipelajari dengan cepat dan dapat menghasilkan beberapa perubahan
perilaku utama.
Berbeda dengan soekamto (1986:200) menyebutkan bahwa suatu peranan paling
sedikit mencakup tiga hal yaitu:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-
peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu dalam
masyarakat sebagai oerganisasi.
3. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur
social masyarakat.
Berdasarkan ketiga hal di atas, maka dalam peran perlu adanya fasilitas-fasilitas bagi
seseorang atau kelompok untuk dapat menjalankan perannya. Program yang ditujukan
untuk kemasyarakatan merupakan bagian dari masyarakat yang dapat memberikan
peluang untuk pelaksanaan peran seseorang atau kelompok.

3. PELAKSANAAN/ IMPLEMENTASI KEGIATAN


Implementasi program dalam kuliah kerja nyata yang dilakukan diawali dengan
pendekatan Appreciative Inquiry. Hasil implementasi pendekatan Appreciative Inquiry
ini, penulis memperoleh beberapa informasi antara lain: warga Dusun Precet belum
memiliki perpustakaan desa, belum memiliki pusat pemberdayaan potensi, belum
memiliki pusat bermain dan belajar bagi anak, keberadaan Wifi hanya ada di area
kantor desa yang terletak di Dusun Sengon, latar belakang pendidikan generasi muda
di Dusun Precet masih tergolong rendah. Generasi muda di Dusun Precet secara umum
adalah lulusan SMP, dan yang mana setelah lulus dari SMP mereka enggan melanjutkan
SMA atau bahkan kuliah, mereka lebih memilih kerja atau menikah, serta yang terakhir
Dusun Precet memiliki pos kamling yang belum dimanfaatkan secara maksimal.
Berdasarkan informasi yang diperoleh ini kemudian penulis beserta teman-teman
kemudian menyusun rencana program gubug literasi Dusun Precet sebagai fasilitas
untuk tempat bermain dan belajar bagi anak dan masyarakat Dusun Precet.
Sebelum program ini mulai diimplementasikan, tim kkn um melakukan komunikasi
terlebih dahulu dengan perangkat Desa Dalisodo dan kepala Dusun Precet. Perangkat
desa dan kepala Dusun Precet memberikan sambutan positif dan dukungan sepenuhnya
atas inisisasi program tersebut. Bentuk dukungan yang di maksud, terbukti dengan
diperbolehkannya kami untuk memanfaatkan pos kamling tersebut diganti menjadi

4
gubug literasi Dusun Precet. Selain itu antusia warga juga sangat tinggi, ini dibuktikan
dengan ikut sertanya masyarakat dalam proses renovasi gubug literasi ini.
Selanjutnya dalam mewujudkan perpustakaan dan Rumah Belajar Desa Palaan ini
penulis menggunakan pendekatan Working Out Loud . Pendekatan ini dipilih agar
masyarakat Desa Palaan secara pelahan-lahan dapat beradaptasi dan memahami
manfaat Gubug Literasi yang didirikan. Sehingga harapannya ketika gubug literasi ini
sudah berdiri, masyarakat Dusun Precet secara kontinyu memberikan dukungannya
karena rasa kepemilikan yang kuat atasnya. Implementasi pendekatan Working Out
Loud dalam mewujudkan rintisan gubug literasi Dusun Precet dibagi menjadi beberapa
tahap yaitu:
1. Perencanaan program
2. Pelaksanaan program
3. Launching program
4. Tindak lanjut program

Tahap 1 (Perencanaan Program) yang dilaksanakan 21 – 30 mei 2019 ini secara


terperinci berisi tentang langkah-langkah persiapan pendirian gubug literasi Dusun
Precet, yang dimulai dengan observasi dan menggali informasi terkait terkait potensi
dan tingkat kebutuhan warga Precet akan keberadaan rumah baca yang akan didirikan
nantinya. Selain itu, dalam tahap ini juga mulai disusun rencana kegiatan (time
schedule) pendirian gubug literasi Dusun Precet. Mulai dari penentuan penanggung
jawab kegiatan, pendataan pihak-pihak yang harus dilibatkan, analisis kebutuhan alat
dan bahan, publikasi informasi, dan penentuan target yang harus dicapai sampai dengan
penentuan tanggal launcing gubug literasi Dusun Precet. Dalam pelaksanaan tahab 1
ini tidak terdapat kendala kegiatan yang cukup berarti.

Tahap 2 (Pelaksanaan Program) yang dilaksanakan dalam rentang waktu 19-30 Juni
2019, pelaksanaan program ini merupakan pelaksanaan target-target yang telah disusun
pada tahap 1. Adapun beberapa kegiatan persiapan yang dilakukan antara lain: pertama,
pembuatan pamflet untuk menjaring donatur buku. Pamflet ini dibuat dalam versi
digital dan di share melalui instagram. Harapan informasi dapat tersampaikan kepada
khalayak luas.

Kedua, mempersiapkan sarana penunjang gubug literasi seperti renovasi pos kamling
yang dirubah menjadi gubug literasi, kegiatan mengecat gubug, pembuatan rak buku,
kumpulan gambar-gambar pembelajaran, alat permainan edukasi maupun hiasan
ruangan lainnya. Ketiga, publikasi terkait keberadaan gubug literasi Dusun Precet.
Meskipun launching gubug literasi belum dilaksanakan, tim KKN universitas negeri
malang ini melalui lembagaatau komunitas yang ada di Dusun Precet seperti komunitas
jamaah dibaiyah dan tahlil, kelompok karang taruna dan komunitas yang lainnya.
Dengan harapan keberadaan gubug literasi ini nantinya bukan menjadi hal yang asing
di mata warga Dusun Precet, selain itu masyarakat bisa segera mengetahui fungsi dan
manfaat gubug literasi ini.
Tahap 3, (Launching Program) dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 2019, bebarengan
dengan diadakannya gebyar lomba rakyat sebagai kegiatan penutupan KKN yang

5
melibatkan semua warga. Dengan adanya kegiatan yang melibatkan semua warga
Palaan berserta perangkatnya, informasi dan pemfungsian perpustaakaan ini dapat
dilakukan secara maksimal.

Tahap 4, (Tindak Lanjut Program) dilaksanakan 4 juli 2019. Tahap ini merupakan tahap
terakhir dari keseluruhan program yang dilaksanakan. Tahap ini yaitu kegiatan edukasi
kepada anak-anak dan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di gubug literasi
Dusun Precet. Selain itu tim KKN universitas negeri malang meminta salah satu warga
Dusun Precet untuk menjaga dan merawat gubug literasi Dusun Precet lebih lanjut.
Dengan adanya proses serah terima ini maka dapat diartikan bahwa program rintisan
gubug literasi Dusun Precet telah berjalan dan dinyatakan selesai. Tindak lanjut terkait
program ini kedepannya sangat diharapkan pastinya.

4. HASIL PROGRAM
Hasil implementasi program gubug literasi Dusun Precet ini adalah sebagai berikut:
1. Terealisasikannya gubug literasi Dusun Precet.
2. Terciptanya fasilitas publik yang dapat mendukung usaha peningkatan minat
belajar dan minat membaca masyarakat
3. Fasilitas penunjang gubug literasi berupa rak buku, kumpulan gambar-gambar
pembelajaran dan alat permainan edukasi.
4. Peningkatan antusiasme anak-anak untuk mengunjungi gubug literasi.
5. Pemfungsian gubug literasi sebagai arena bermain dan belajar bagi anak-anak
Dusun Precet.
Informasi terkait keberadaan gubug literasi telah tersebar dan diketahui masyarakat
Dusun Precet secara umum

5. REFERENSI
Saepudin, Encang. 2015. Tingkat Budaya Membaca Masyarakat (Studi Kasus Pada
Masyarakat Di Kabupaten Bandung). Jurnal Kajian Informasi & Perpustakaan,
Vol.3/No.2, Desember 2015, hlm. 271-282.

Whitney, Diana., dan Trosten-Bloom. 2007. The Power of Appreciative Inquiry: 4


Perubahan Positif dalam Organisasi. Yogyakarta: B-First.

Cooper, C. R., Ayers-Lopez, S., & Marquis, A. 1982. Children's Discourse During Peer
Learning in Experimental and Naturalistic Situations. Discourse Processes,
5(2), 177-191.

JPNN. 2016. Parah! Minat Baca Indonesia Rendah Banget. (Online),


(http://jpnn.com/news.php?id=430669) diakses pada tanggal 01 Juli 2019.

Anda mungkin juga menyukai