Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan, dijelaskan latar belakang pembuatan
laporan, rumusan masalah, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, ruang
lingkup laporan mencakup ruang lingkup materi, ruang lingkup wilayah dan
ruang lingkup waktu, serta metodologi dan sistematika penulisan laporan.

1.1. Latar Belakang


Pertumbuhan kota-kota besar tentunya sangat ditunjang oleh
pembangunan yang ada di dalamnya termasuk sarana dan prasarana yang
merupakan dasar dalam pertumbuhan perkotaan.
Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia. Sebagai
kota metropolis, Surabaya memuliki jumlah populasi penduduk yang cukup
tinggi. Hal ini dikarenakan Surabaya merupakan pusat bisnis , perdagangan,
industry dan pendidikan. Dengan tingginya kemajuan dan mobilitas yang
terjadi di Kota Surabaya telah membawa konsekuensi negatif terkait dengan
lingkungan. Ruang Terbuka Hijau (RTH) tidak dapat berfungsi dengan
maksimal akibat banyaknya jalan dan bangunan. Pentingnya Ruang Terbuka
Hijau (RTH) terlampir dalam Peraturan Menteri Dalam Negri No 1 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan (RTHKP).
Ruang Terbuka Hijau (RTH) memiliki luas minimal 20% dari kawasan
perkotaan. Pemerintah Kota Surabaya mengeluarkan kebijkan revitalisasi
SPBU yang berada di jalur hijau, kebijakan tersebut bertujuan untuk
mengembalikan fungsi jalur hijau sebagaimana mestinya.
Pembangunan RuangTerbuka Hijau (RTH) di Surabaya dilakukan atas
kerjasama antara pemerintah dengan swasta. Konsep kemitraan atau
kerjasama yang melibatkan swasta dalam pembangunan diatur dalam
Peraturan Presiden No.13 Tahun 2010 tentang kerjasama Pemerintah-swasta
(KPS). Salah satu program pembangunan di Kota Surabaya yang dilakukan
dengan kerjasama antara pemerintah dengan swasta adalah terkait dengan
pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman buah Undaan. Pembiayaan

1
pembangunan taman tersebut ditanggung sepenuhnya oleh pihak swasta
yaitu bank JATIM. Dalamm hal pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
Kota Surabaya konsep kemitraan atau kerjasama yang dilakukan oleh
pemerintah dan swasata sangat diperlukan mengingat pemerintah Kota
Surabaya tidak dapat melakukan oeran secara tunggal dalam hal memenuhi
kebutuhan masyarakat. Selain itu kemitraan atau kerjasama yang dilakukan
dapat membantu mempercepat pembangunan dalam hal pembiayaan.
Terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam proses kemitraan
atau kerjasama antara pemerintah dengan swasta. Maka dari itu, dalam
laporan ini akan dibahas mengenai bagaimana pembangunan serta
pembiayaan pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Surabaya yang
dilakukan dengan kemitraan atau kerjasama oleh pemerintah dan swasta.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah laporan ini
adalah bagaimana pembiayaan pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah dan swasta terkait dengan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman
Buah Undaan di Kota Surabaya.

1.3. Tujuan dan Sasaran


Tujuan dari laporan ini adalah mengidentifikasi pembiayaan
pembangunan terkait Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Buah Undaan di Kota
Surabaya, dengan sasaran yaitu mengetahui bagaiamana proses kerjasama
pemerintah dan swasta dalam hal pembiayan pembangunan terkait Ruang
Terbuka Hijau (RTH) Taman Buah Undaan di Kota Surabaya.

1.4. Ruang Lingkup


Ruang lingkup dari penulisan ini terdiri atas ruang lingkup materi, ruang
lingkup wilayah, dan ruang lingkup waktu.
1.4.1 Ruang Lingkup Materi

2
Materi yang digunakan dalam laporan ini terkait dengan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) serta pembiayaan pembangunan terkait Ruang
Terbuka Hijau (RTH) Taman Buah Undaan di Kota Surabaya.
1.4.2 Ruang Lingkup Waktu
Waktu pengambilan data sekunder dilakukan pada 2 Desemebr
2017 hingga 3 Desember 2017. Kemudian waktu pembuatan laporan
dilakukan pada Minggu 2 Desemebr 2017 hingga 3 Desember 2017.

1.5. Metodologi
Metoda yang digunakan adalah pengumpulan data. Jenis data yang
digunakan dalam metoda pengumpulan data ini, adalah Data Sekunder. Data
sekunder yang didapat berasal dari Tugas Akhir yang berjudul Kemitraan
Pemerintah dan Swasta dalam Pembangunan Ruang Tebuka Hijau (RTH) di
Surabaya Studi Kasus Taman Buah Undaan. Selain itu terdapat beberapa
literatur berupa thesis, jurnal, dan/atau artikel mengenai Ruang Terbuka
Hijau (RTH) dan Pembiayaan Pembangunan oleh pemerintah dan swasta.

1.6. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan akan dipaparkan latar belakang yang
mendasari penuliasan laporan ini, rumusan masalah, tujuan serta sasaran
yang ingin dicapai, ruang lingkup penelitian yang melipiti ruang lingkup
materi dan runag lingkup waktu serta metodologi penelitian dan sistematika
penulisan.

Bab II KajianTeori
Pada bab ini dijelaskan mengenai teori Ruang Terbuka Hijau (RTH)
serta pembiayaan pembangunan oleh pemerintah dan swasta.

3
Bab III Gambaran Kawasan dan Pembiayaan
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum kawasan yang
menjadi objek pembuatan laporan serta aspek yang dibahas dalam wilayah
tersebut.

Bab IV Analisis
Pada bab ini akan dijelaskan lebih detail tentang bagaimana
pembiayaan pembangunan yang dilakukan oleh pemrintah dan swasta terkait
dengan pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Surabaya.

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi


Pada bab ini akan disimpulkan hasil laporan serta rekomendasi.

4
BAB 2
KAJIAN TEORI

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori – teori yang berkaitan
dengan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Pembiayaan Pembangunan oleh
kemitraan Pemerintah dan swasta.

2.1 Teori Ruang Terbuka Hijau (RTH)


Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai pengertian Ruang Terbuka
Hijau (RTH), tujuan adanya RTH, fungsi RTH, dan jenis – jenis RTH.
2.1.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Pada pasal satu (1) Pemendagri No 1 Tahun 2007 disebutkan bahwa
ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik
dalam bentuk area atau kawasan maupun dalam bentuk area yang memanjang
jalur di mana dalam pengunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya
tanpa bangunan.
Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
dan Peraturan Menteri PU No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan
dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan disebutkan
bahwa pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur
dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam. Dalam UU No. 26 Tahun 2007, secara khusus mengamanatkan
perlunya penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH), yang
proporsi luasannya ditetapkan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas
wilayah kota.
Sedangkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan (RTHKP)
berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan adalah bagian dari ruang
terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna
mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi, dan estetika.

5
2.1.2 Tujuan Pengadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Menurut Pemendagri No.1/2007 disebutkan bahwa pembentukan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) di kawasan perkotaan bertujuan untuk meningkatkan
mutu lingkungan hidup yang nyaman, segar, indah dan bersih serta sebagai
sarana pengaman lingkungan perkotaan. Tujuan dari penataan RTHKP yaitu
untuk meningkatkan mutu lingkungan, menciptakan kenyamanan, kesegaran,
menghindari gangguan kerusakan lingkungan, meningkatkan kesejahteraan
dan keamanan dalam rangka pembangunan berkelanjutan.
Sedangkan dalam Pasal 2 Permendagri No. 1/2007 RTHKP, tujuan
penataan RTHKP adalah:
a. Menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan.
b. Mewujudkan kesimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan
di kawasan perkotaan.
c. Meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih
dan nyaman.

2.1.3 Fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH)


Fungsi dari RTHKP yaitu sebagai sarana untuk mencerminkan identitas
kota atau daerah, sebagai sarana rekreasi serta sebagai tempat untuk
berinteraksi dan beraktivitas
secara sosial bagi anak-anak , dewasa dan orang tua , serta dapat
meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan.
Dalam makalah Lokakarya IPB, RTH, baik RTH publik maupun RTH
privat, memiliki fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis, dan fungsi
tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi arsitektural, sosial, dan fungsi ekonomi.
Dalam suatu wilayah perkotaan empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan
sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota.

2.1.4 Jenis – jenis Ruang Terbuka Hijau (RTH)


Jenis-jenis Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan berdasarkan
Permendagri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

6
Kawasan Perkotaan dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan adalah:

a. Taman Kota
b. Taman Wisata Alam
c. Taman Rekreasi
d. Taman Lingkungan Perumahan dan Permukiman
e. Taman Lingkungan Perkantoran dan Gedung Komersial
f. Taman Hutan Raya
g. Hutan Kota
h. Hutan Lindung
i. Bentang Alam seperti Gunung, Bukit, Lereng dan Lembah
j. Cagar Alam
k. Kebun Raya
l. Kebun Bintang
m. Pemakaman Umum
n. Lapangan Olah Raga
o. Lapangan Upacara
p. Parkir Terbuka
q. Lahan Pertanian Perkotaan
r. Jalur Dibawah Tegangan Tinggi (SUTT dan SUTET)
s. Sempadan Sungai, Pantai, Bangunan, Situ dan Rawa
t. Jalur Pengaman Jalan, Median Jalan, Rel Kereta Apu, Pipa Gas dan
Pedestrian
u. Kawasan dan Jalur Hijau
v. Daerah Penyangga (Buffer Zone) Lapangan Udara
2.2 Teori Kerjasama Pemerintah dan Swasta dalam Pembangunan
Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai konsep dasar kerjasama
pemerintah dengan swasta (KPS), bentuk – bentuk public private partnership,
serta tahapan kegiatan dalam proses kerjasama pemerintah dan swasta (KPS).

7
2.2.1 Konsep Dasar Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
Kerjasama Pemerintah dan Swasta atau Public Private Partnership
(PPP) dapat diterjemahkan sebagai perjanjian kontrak antara swasta dan
pemerintah, yang keduanya bergabung dalam sebuah kerjasama untuk
menggunakan keahlian dan kemampuan masing-masing untuk meningkatkan
pelayanan kepada publik. Kerjasama tersebut dibentuk untuk menyediakan
kualitas pelayanan terbaik dengan biaya yang optimal untuk publik (America’s
National Council on Public Private Partnership, 2000).
Paskarina (2007) mengemukakan bahwa pada prinsipnya, kerjasama
yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta adalah untuk meningkatkan
pelayanan publik. Hal itu juga dilatarbelakangi oleh adanya keterbatasan
pendanaan maupun rendahnya kualitas pelayanan (inefisien dan inefektif) dari
pemerintah sebagai penyedia pelayanan publik. Pada hakekatnya, pelibatan
sector swasta dalam pengembangan saranaprasarana akan memberikan
keuntungan baik bagi pemerintah maupun swasta. Bagi sector swasta
keuntungan yang didapat dengan mekanisme ini adalah profit. Adapun
keuntungan bagi pemerintah, adalah mempermudah proses, waktu penyediaan
serta meringankan beban pendanaan untuk memenuhi kebutuhan sarana
prasarana perkotaan. Keuntungan lain yang diperoleh pemerintah adalah
terciptanya transfer teknologi dan efesiensi managerial dari pihak swasta yang
dikombinasikan dengan rasa tanggung jawab serta kepedulian terhadap
lingkungan.

2.2.2 Bentuk – bentuk Public Private Partnership


Dalam memulai pelaksanaan kerjasama antara pemerintah dan swasta
bukan hanya dilakukan dengan perencanaan yang matang, namun juga disertai
dengan bentuk kerjasama yang tepat. Berikut ini merupakan beberapa bentuk
kerjasama menurut The National Council for PublicPrivate Partnerships (2000):
a) Operations and maintenance (operasionalisasi dan pemeliharaan) Bentuk
kerjasama ini didasari oleh kontrak antara pemerintah dan swasta untuk
mengoperasikan dan memelihara fasilitas publik.

8
b) Design-build (perencanaan dan pengembangan) Bentuk kerjasama ini didasari
oleh kontrak pemerintah dan
swasta untuk merencanakan dan mengembangkan fasilitas yang memenuhi
standar dan prasyarat kinerja pemerintah tersebut.
c) Turnkey operation (pengoperasian) Pemerintah menyediakan dana untuk
melaksanakan kegiatan, tapi melibatkan sektor swasta untuk mendesain,
membangun serta mengoperasikan fasilitas untuk jangka waktu tertentu.
d) Wrap arround addition (penambahan dalam fasilitas yang sudah ada) Dalam
bentuk ini, pihak swasta membiayai dan membangun fasilitas tambahan pada
fasilitas yang sudah ada.
e)Build-Transfer-Operate (pembangunan – pengalihan pengoperasian) Bentuk
ini didasari adanya kontrak pemerintah dengan swasta untuk membiayai dan
membangun fasilitas. Namun ketika fasilitas tersebut telah selesai dibangun,
maka pihak swasta mengalihkan kepemilikan fasilitas itu kepada pemerintah.

2.2.3 Tahapan Kegiatan dalam Proses Kerjasama Pemerintah dan Swasta


KPS merupakan siklus yang berkesinambungan mulai dari tahap
perencanaan (input), implementasi hingga evaluasi (output) yang dapat
menghasilkan masukan/ saran untuk memperbaiki input. Uraian tersebut
tertuang dalam gambar berikut:
Gambar 2.1 Siklus Kegiatan KPS

Common Ground

Potensi, masalah,
kepentingan Pembahasan Realisasi

INPUT PROSES OUTPUT


(kebijakan) Substantif
Program Kerja
Fasilitas Administratif

Sumber: Paskarina, 2007.

9
Berdasarkan gambar di atas, pada tahap input KPS diawali oleh
kegiatan identifikasi kebutuhan yang mencakup pemetaan potensi, masalah,
kepentingan, dan fasilitas pelayanan publik yang akan dikelola melalui PPP.
Hasilnya dari identifikasi ini berupa kebijakan yang akan melandasi proses
realisasi PPP secara substantif maupun administratif. Kinerja kerjasama ini
akan terlihat pada tahapan output yang secara konkret tampak dari realisasi
program kerja Terdapat empat tahapan yang harus dilakukan pemerintah
daerah atau kota untuk tercapainya kesepakatan kerja sama antara
pemerintah dan swasta menurut Riyanto (2007) yaitu:

1. Persiapan proyek
Persiapan proyek merupakan tahapan awal dari rencana
pelaksanaan kerjasama pemerintah-swasta. Pendekatan yang
perlu dilakukan pada tahapan ini adalah:
1. Identifikasi pelayanan sarana prasarana kota
2. Penentuan Tujuan
3. Pembentukan Tim Pengkaji

2. Analisa pemilihan bentuk kerja sama pemerintah-swasta


Pada tahapan ini, kegiatan yang harus dilakukan yaitu menilai
kelayakan usulan atau proposal kerjasama yang diajukan oleh
pihak swasta. Salah satu pertimbangan yang ada adalah
ketersediaan dana yang ada pada pemerintah. Hal tersebut dapat
diartikan bahwa dengan dana yang ada, fasilitas apa yang dapat
disediakan dan seberapa besar jangkauan pelayanannya. Selain
itu, pemerintah harus menetapkan pula standarstandar
performances yang harus disiapkan oleh swasta dalam
penyediannya.
3. Membuat hubungan kerja sama yang kuat dan berkelanjutan
Mendirikan kerjasama antara pemerintah dan swasta merupakan
kunci bagi pembangunan yang berkelanjutan. Berkenaan dengan

10
hal tersebut, Riyanto
(2011) mengemukakan bahwa diperlukan adanya beberapa
kesiapan antara lain:
1. Komitmen sumber daya dari semua pihak
2. Capacity Building
 Konsumen akan dikenakan biaya sesuai dengan biaya yang
disepakati bersama
 Sektor privat meningkatkan kemampuan usaha
 Pemantauan
 Kesabaran
 Fleksibilitas
 Tanggung jawab sosial
3. Tanggung jawab terhadap lingkungan

11
BAB 3

GAMBARAN KAWASAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)

Pada bab ini akan dijelaskan tentang gambaran umum wilayah Kota
Surabaya yang mencakup gambaran umum lingkungan hidup yang berkaitan
dengan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Selain itu akan dibahas mengenai
gambaran umum Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Surabaya serta kondisi
Taman Buah Undaan itu sendiri.

3.1 Gambaran Kawasan


Pertumbuhan kota dan penduduk Kota Surabaya, menyebabkan terjadinya
peningkatan pembangunan dan penggunaan kendaraan bermotor yang menjadi
pemicu terjadinya pencemaran lingkungan, antara lain tingginya produksi
sampah kota serta pencemaran udara dan air, sehingga pengendalian
pencemaran lingkungan, pengelolaan persampahan dan optimalisasi
pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) menjadi upaya yang utama untuk
meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Dalam konsep pembangunan
berkelanjutan untuk mewujudkan kehidupan yang seimbang baik secara fisik,
ekologis, maupun sosial bagi warga kota maka keberadaan RTH terutama RTH
Publik di perkotaan sangat diperlukan. Rendahnya kualitas lingkungan dan
penyediaan ruang terbuka publik secara psikologis dapat menyebabkan kondisi
mental dan kualitas sosial masyarakat perkotaan makin buruk dan tertekan.
Karena kebutuhan kota terhadap RTH tersebut maka penyediaan dan
pengelolaan RTH harus dilakukan secara proporsional terhadap pembangunan
infrastruktur fisik kota. Luasan RTH publik Kota Surabaya sampai dengan tahun
2015 mencapai 20,74 persen dari luas total kota Surabaya atau sebesar
6.853,09 Ha yang meliputi RTH makam, RTH lapangan, RTH
telaga/waduk/boezem, RTH dari penyerahan fasum dan fasos, RTH kawasan
lindung, RTH hutan kota, RTH taman dan jalur hijau. Secara rinci luasan RTH
publik dapat dilihat pada tabel berikut:

12
TABEL 3.1. LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PUBLIK TAHUN 2015

Surabaya, sebagai kota terbesar di Jawa Timur, wajib menerapkan


Ruang Terbuka Hijau (RTH) seluas 20% luas kota, dimana 10% berupa hutan
kota, maka Surabaya dharapkan menjadi kota taman atau “Green City”. RTH
di Surabaya luasannya yang ada meurut data Dinas Kebersihan dan Pertamanan
(DKP) Kota Surabaya, RTH di Surabaya realitanya hanya ada 3000 Ha
dibandingkan dengan luas dengan luasan kawasan yang terbangun, masih
belum mencukupi bagi Surabaya yang luasnya 326 ribu Ha. Berdasarkan RTRWP
Jawa Timur tahun 2005 –2020, RTH di Surabaya seharusnya ada sekitar 6.500
Ha termasuk hutan kota. Bentuk RTH yang sudah ada di Surabaya, adalah hutan
kota, taman kota, taman rekreasi kota, Area hutan kota di Surabaya, ada di
Lakarsantri seluas 8 Ha, Kebun Bibit Wonorejo seluas 2 Ha dan waduk Wonorejo
seluas 5 Ha. Taman rekreasi kota di Surabaya ada di Taman Surya, Taman
Bungkul, Taman Undaan, dan Taman Flora Kebun Bibit, sedangkan bentuk RTH
lainnya adalah taman kota dan jalur hijau ditepi atau ditengah jalan utama,

13
misalnya jalan Raya Darmo, serta area hijau di bangunan-bangunan yang
melestarikannya.

3.2 Gambaran Umum Taman Buah Undaan


Taman Buah Undaan terletak di Jalan Undaan Kulon No. 7, Peneleh,
Kecamatan Genteng, Kota Surabaya. Sebelum dibangun taman, tempat ini
dulunya adalah sebuah stasiun pompa bensin milik Pertamina. Taman ini
diresmikan pada tanggal 18 Agustus 2009 oleh Bambang DH yang saat itu
menajbat menjadi Walikota Surabaya. Taman Buah Undaan Kota Surabaya
didirikan di sebelah sisi sungai, tepatnya di anak Sungai Kalimas. Dari Taman
Ekspresi dapat terlihat Taman Undaan, demikian juga sebaliknya. Taman ini
terletak di Kecamatan Genteng, dimana kecamatan ini merupakan titik pusat
pemerintahan kota Surabaya di mana terdapat gedung Balai Kota Surabaya,
Kantor Pemerintah Kota Surabaya, dan gedung Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kota Surabaya.Taman Buah Undaan di Kota Surabaya ditunjukkan oleh
gambar di bawah ini :

GAMBAR 3.1 PETA TAMAN BUAH UNDAAN DI KOTA SURABAYA

Sumber: Google Maps, 2017

Taman Buah Undaan disebut taman buah karena di taman ini memiliki
bangku yang berbentuk buah-buahan. Ada tiga macam tempat duduk

14
berbentuk buah di Taman Buah Undaan, yaitu buah pisang, buah pepaya dan
buah belimbing. Lokasi tempat duduk ini mengitari air mancur dan area
bermain anak. Tempat duduk buah yang berbentuk buah pisang ada tiga buah,
tempat duduk berbentuk buah pepaya dan berbentuk buah blimbing berjumlah
3 buah. Untuk menjelajahi area Taman Buah Umdaan, tersedia dua jogging
track di sisi luar kanan dan kirinya. Di antara dua jalur tersebut, terdapat
kolam air mancur. Di taman ini dapat dinikmati atraksi semburan air mancur,
dengan berbagai bentu semburan dan disertai sorotan lampu warna-warni.
Untuk wahana permainan di taman ini ada delapan macam, yaitu tiga wahana
bermain panjat, satu wahana bermain gelantungan, dua permainan jungkat-
jungkit, satu wahana permainan prosotan yang berukuran jumbo, dan satu
wahana permainan ayunan. Wahana permainan luncuran, atau prosotan di
Taman Buah Undaan ini sangat berbeda bila di bandingkan dengan di taman-
taman kota lain. Selain dari ukurannya yang bisa di bilang jumbo, sehingga
prosotan ini dapat dipakai secara bebarengan sekaligus empat anak kecil.

15
BAB 4

ANALISIS

Pada bab ini akan dibahas mengenai pembangunan taman buah undaan
serta proses kemitraan Pemerintah Kota Surabaya dan Bank Jatim dalam
pembangunan Taman Buah Undaan.

4.1 Pembangunan Taman Buah Undaan

Taman Buah Undaan merupakan salah satu Ruang Terbuka Hijau (RTH)
di Kota Surabaya. Taman buah-buah undaan di bangun di bantaran sungai,
tepatnya di hulu anak sungai dari sungai kalimas tepatnya berada di Jalan
Undaan Kulon. Taman ini diresmikan pada tanggal 18 Agustus 2009 oleh
walikota Surabaya yang kala itu menjabat yaitu Bambang DH. Pembangunan
taman ini dilatarbelakangi adanya masalah keterbatasan lahan untuk dijadikan
RTH. Keterbatasan RTH berupa taman kota di Surabaya digambarkan dengan
semakin berkurangnya lahan hijau dan meningkatnya lahan terbangun. Pada
masa itu keadaan RTH berupa taman kota sudah semakin tersingkir dan perlu
perhatian lebih.

Menurut Wijanarko (2006), minimnya taman kota akan membawa


dampak bagi nilai-nilai yang terkandung dari pemanfaaran lingkungan itu
sendiri baik dari segi ekologis, psikologis, sosial, maupun estetika. Dampak dari
tidak adanya pemanfaatan lingkungan apabila dilihat dari nilai ekologis,
kurangnya area untuk penyerapan air selain itu taman kota juga dapat
berfungsi sebagai penyaring polutan udara. Bila dilihat dari nilai psikologis,
kurangnya fasilitas publik mengurangi pilihan masyarakat untuk berekreasi
atau sekedar menghabiskan untuk merilekskan pikiran. Selain itu bila dilihat
dari nilai estetika kurangnya keberadaan taman ataupun Ruang Terbuka Hijau
(RTH) bisa saja mengurangi estetika dari lanskap kota itu sendiri. Keberadaan
taman kota juga dapat meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan
kota, serta menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota. Agar suatu
RTH publik dapat berfungsi secara optimal, tentunya perlu diperhatikan pula

16
apakah sudah memenuhi kriteria penyediaan sebagai ruang publik yang ideal
seperti lokasi yang mudah dijangkau, nyaman, dan memberikan rasa aman bagi
penggunanya. Dampak dari tidak ada pemanfaatan lingkungan tersebut
mendorong Pemerintah Kota Surabaya melakukan upaya untuk meningkatkan
RTH kota. Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya yaitu
dikeluarkannya suatu kebijakan fungsi jalur hijau atau yanng biasa disebut
dengan revitalisasi. Kebijakan tersebut terlampir dalam peraturan daerah Kota
Surabaya No 7 Tahun 2002 tentang pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Berkaitan dengan kebijakan RTH salah satu lokasi yang dijadikan sebagai
salah satu implementasi kebijakan tersebut yaitu pembangunan Taman Buah
Undaan. Pada pasal 5 ayat 1 peraturan tersebut disebutkan bahwa pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) dilaksanakan secara terpadu oleh instansi
pemerintah daerah, masyarakat, dan pelaku pembangunan lainnya sesuai
dengan bidang, tugas dan tanggung jawab masing-masing. Dalam
pembangunan Taman Undaan selain pemerintah pelaku lainnya yang terlibat
ialah Bank Jatim.

4.2 Proses Kemitraan Pemerintah Kota Surabaya dan Bank Jatim

Seperti sudah diapaparkan sebelumnya pembangunan Taman Undaan di


Surabaya melibatkan pihak lain selain pemerintah yaitu Bank Jatim. Proses
kemitraan pemerintah dan Bank Jatim akan dibahas berdasarkan teori yang
dikemukaan Riyanto (2011) yaitu terdapat beberapa tahapan yang dilakukan
dalam menjalin suatu proses kemitraan. Tahapan tersebut ialah persiapan
proyek, pemilihan bentuk kerja sama, serta membuat hubungan kerjasama
yang kuat dan berkelanjutan.

4.2.1 Persiapan Proyek

Persiapan proyek merupakan tahap awal dalam melakukan kerjasama.


Pada pembangunan Taman Buah Undaan ini, persiapan awal yang dilakukan
yaitu identifikasi awal terkait taman kota. Pemerintah Kota Surabaya
membandingkan luas RTH taman kota yang kemudian dengan RTH seluruhnya.

17
Kemudian didapatkan bahwa luas RTH taman kota hanya sebesar 3 pesen dari
luas RTH seluruhnya. Dengan hasil tersebut didapatkan bahwa memang benar
pembangunan taman kota dapat dioptimalkan dalam upaya menambah RTH di
Surabaya. Dalam upaya peningkatan tersebut pemerintah Kota Surabaya

Pemerintah Kota Surabaya berusaha meningkatkan keberadaan RTH


yaitu dengan merevitalisasi SPBU yang berada di jalur hijau menjadi Taman
Kota Undaan. Hal yang diusahakan pemerintah ini sebenarnya juga seiring
dengan tujuan yang telah tercantum dalam RPJM Kota Surabaya tahun 2006-
2010, yaitu membebaskan atau penyediaan lahan untuk memperluas RTH
dalam rangka optimalisasi fungsi RTH di Kota Surabaya.

Demi tercapainya tujuan tersebut, Pemerintah Kota Surabaya yang


dalam hal ini yaitu Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) menggunakan
lahan kosong yang sebelumnya SPBU untuk dibangun menjadi taman kota.
Taman Buah Undaan dan Taman Lansia direncanakan akan dibangun di lahan
tersebut. Pembangunan kedua taman ini sebenarnya sudah direncanakan pada
tahun 2008. Perencanaan taman ini juga melibatkan konsultan dari Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Namun ketika akan membangun, anggaran yang
telah diperuntukkan untuk pembangunan kedua taman ini belum dicairkan oleh
DPRD Kota Surabaya.

Terkait masalah pendanaan pembangunan taman tesebut, maka


Pemerintah Kota Surabaya yang dalam hal ini yaitu Dinas Kebersihan dan
Pertamanan, berniat untuk menawarkan rencana pembangunan taman itu
kepada pihak swasta. Penawaran kepada pihak Swasta juga didasarkan atas
Peraturan Daerah No 7 Tahun 2002, sebagaiman bunyi pasal 5 ayat 1 bahwa
pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dilaksanakan terpadu instansi
pemerintah daerah, masyarakat dan pelaku pembangunan lainnya sesuai
bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing. Dari kedua taman yang
tersebut yang ditawarkan kepada pihak swasta yaitu Taman Buah Undaan. Hal
itu dikarenakan letak dari Taman Buah Undaan tersebut berada di pusat kota
dan sangat strategis.

18
Rencana pembangunan taman ini dituangkan dalam bentuk proposal
pembangunan. Namun sebelum diberikan kepada pihak swasta, proposal
tersebut akan dinilai kelayakannya. Tim penilai kelayakan dari proposal
pembangunan Taman Buah Undaan tersebut berasal dari Badan Perencanaan
Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya. Penilaian proposal meliputi
identifikasi mengenai RTH seluruhnya maupun RTH taman kota. Setelah
proposal dianggap layak oleh tim pengkaji, selanjutnya Bappeko memberi
rekomendasi kepada DKP untuk memilih calon investor atau sponsor dalam
pembangunan Taman Buah Undaan.

Pihak swasta yang menjadi pertimbangan Dinas Kebersihan dan


Pertamanan untuk bermitra dalam pembangunan Taman Buah Undaan yaitu
PT. Telkom Indonesia Drive 5 Jawa timur, PT. PELINDO III dan PT. Bank Jatim.
Dari ketiga pihak swasta ini, hanya Bank Jatim yang dinilai belum
memperlihatkan komitmennya terhadap lingkungan di Surabaya, maka pilihan
pertama untuk menawarkan proposal rencana pembangunan Taman Buah
Undaan untuk menjadi mitra kerja kepada Bank Jatim. Selanjutnya, proposal
rencana pembangunan Taman Buah Undaan ini diterima oleh Divisi Coorporate
Social Responsibility Bank Jatim. Proposal tersebut kemudian diverifikasi.

Verifikasi proposal meliputi beberapa aspek yaitu aspek legalitas dan


budgeting. Pada aspek legalitas menjelaskan tentang kondisi tanah/ bidang
yang akan dijadikan objek pembangunan Taman Buah Undaan. Faktanya,
bahwa lahan yang akan dibangun ini memang benar milik Pemerintah Kota
Surabaya. Aspek budgeting dalam pembangunan Taman Buah Undaan ini,
semua biaya akan ditanggung oleh Bank Jatim mulai dari proses pembangunan
hingga peresmian. Setelah verifikasi data dilakukan dengan berbagai
pertimbangan, maka Bank Jatim membuat keputusan untuk menerima
proposal Taman Buah Undaan yang diajukan oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan tersebut. Pada proses selanjutnya yaitu diadakan rapat antara
Divisi Coorporate Social Responsibility Bank Jatim dengan Dinas Kebersihan

19
dan Pertamanan untuk membahas bentuk kerjasama, perjanjian kerjasama
dan mekanisme pelakasanaannya dalam pembangunan Taman Buah Undaan.

4.2.2 Bentuk Kerja Sama Pemerintah Kota Surabaya dengan Bank Jatim

Pada bulan Agustus 2008 diadakan rapat di meeting room gedung bank
jatim untuk membahas bentuk kerjasama, isi perjanjian dan mekanisme
pembangunan yang dihadiri langsung oleh tim pertamanan dari Dinas
Kebersihan dan Pertamanan serta tim dari divisi Corporate Social
Responsibility Bank Jatim. Pemilihan bentuk kerjasama ini mengawali proses
kerjasama Pemerintah Kota Surabaya dan Bank Jatim dalam pembangunan
Taman Buah Undaan.

Jika ditinjau berdasarkan bentuk kerjasama menurut The National


Council for Public Private Partnership (2000) maka bentuk kerja sama yang
dilakukan antara Pemerintah Kota Surabaya dan Bank Jatim adalah design
built. Bentuk kerjasama ini didasari oleh kontrak pemerintah dan swasta untuk
merencanakan dan mengembangkan fasilitas yang memenuhi standar dan
prasyarat kinerja pemerintah. Ketika fasilitas itu telah dibentuk, maka
pemerintah akan menjadi pemilik yang bertanggung jawab terhadap
penggunaan fasilitas tersebut. Sebenarnya tidak secara penuh bentuk kerja
sama design built dilakukan. Dalam bentuk kerjasama design built, pihak yang
mendesain adalah swasta. Namun, konsep yang ditawarkan oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan terkait pembangunan Taman Undaan ini dinilai
menarik sehingga bank jatim lebih memilih untuk memakai konsep desain yang
ditawarkan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya.

Kedua pihak yaitu Pemerintah Kota Surabaya dan Bank Jatim


mendapatkan keuntungan dengan adanya kerja sama ini. Keuntungan
Pemerintah Kota Surabaya dengan adanya kerjasama ini diantaranya adalah
memperoleh sumber pendanaan dari pihak swasta, mempercepat
pembangunan tanpa harus menunggu pendanaan dari APBD, memakai
keahlihan bank jatim untuk mengurangi biaya kontruksi, memperpendek

20
jadwal pembangunan serta Pemerintah Kota Surabaya tidak perlu mengontrol
secara berlebihan, karena sudah diserahkan pada Bank Jatim sampai
peresmian taman. Selain itu dengan dibangunnya Taman Buah Undaan ini
dapat meningkatkan fungsi publik. Dalam pembangunan Taman Buah Undaan,
keuntungan bukan hanya diperoleh Pemerintah Kota Surabaya, melainkan juga
Bank Jatim. Keuntungan yang diperoleh Bank Jatim dengan bentuk kerjasama
pembangunan Taman Buah Undaan yaitu mempunyai kewenangan untuk
mengontrol pendanaan pembangunan Taman Buah Undaan, efisiensi dana
pembangunan dengan proses tender yang dinilai kompetitif, memperoleh hak
branding sebagai pendukung utama di Taman Buah Undaan, dan menjalankan
fungsi Perseroan Terbatas (PT) dalam program CSR untuk masalah lingkungan.
Jangka waktu pembangunan dimulai dari penanda tanganan isi perjanjian,
yaitu pada bulan Agustus 2008 sampai dengan peresmian Taman Buah Undaan
pada tanggal 19 Agustus 2009. Setelah proses peresmian taman, Bank Jatim
menyerahkan pengelolahan Taman Buah Undaan tersebut kepada Pemerintah
Kota Surabaya. Hal tersebut sesuai dalam isi perjanjian yang telah disepakati.

Gambar 4.1 Taman Buah Undaan

Sumber : Google Image

21
Gambar diatas adalah Taman Buah Undaan setelah pembangunannya
rampung dibangunnya Taman Buah Undaan ini dapat meningkatkan fungsi
publik. Hal tersebut terbukti sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan
bahwa pengunjung Taman Buah Undaan terdiri dari berbagai kalangan. Mulai
dari anak-anak, remaja hingga orang tua yang sekedar melepas lelah dan
menikmati Taman Buah Undaan.

4.2.3 Membuat Hubungan Kerjasama yang Kuat dan Berkelanjutan

Mendirikan kerjasama antara pemerintah dan swasta merupakan salah


satu kunci untuk menyokong pembangunan yang berkelanjutan. Kerjasama
Pemerintah Kota Surabaya dengan Bank Jatim dalam pembangunan Taman
Buah Undaan merupakan kerjasama yang dapat dikatakan cukup kuat. Hal
tersebut dikarenakan dalam melakukan kerjasma tersebut terdapat
serangkaian proses yang dilakukan yaitu mulai persiapan proyek yang terdiri
dari identifikasi objek yang akan dibangun hingga dilaksanakannya
pembangunan taman tersebut. Kerjasama dalam pembangunan Taman Unduan
ini juga sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan kedua pihak. Dalam
pelaksanann pembangunan taman tersebut dilaksanakan oleh swasta, dalam
hal ini yaitu Bank jatim. Pemerintah kota Surabaya hanya menyediakan
fasilitas berupa lahan, dan penerangan jalan.

22
BAB 5

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan rekomendasi


dari hasil laporan.

5.1 Kesimpulan

Pada tahun 2008 anggaran yang telah diperuntukkan untuk


pembangunan Taman Undaan belum dicairkan oleh DPRD Kota Surabaya.
Menyiasati masalah pendanaan pembangunan taman tesebut, maka
Pemerintah Kota Surabaya yang dalam hal ini yaitu Dinas Kebersihan dan
Pertamanan, kemudian menawarkan rencana pembangunan taman itu kepada
pihak swasta. Penawaran kepada pihak Swasta juga didasarkan atas Peraturan
Daerah No 7 tahun 2002, sebagaimana bunyi pasal 5 ayat 1 bahwa pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) dilaksanakan terpadu instansi pemerintah daerah,
masyarakat dan pelaku pembangunan lainnya sesuai bidang tugas dan tanggung
jawab masing-masing. Proposal yang diajukan pemerintah diterima oleh Bank
Jatim. Dana pembangunan Taman Undaan berasal dari dana CSR Bank Jatim.
Ditinjau berdasarkan bentuk kerjasama menurut The National Council for
Public Private Partnership (2000) maka bentuk kerja sama yang dilakukan
antara Pemerintah Kota Surabaya dan Bank Jatim adalah design built. Bentuk
kerjasama ini didasari oleh kontrak pemerintah dan swasta untuk
merencanakan dan mengembangkan fasilitas yang memenuhi standar dan
prasyarat kinerja pemerintah. Ketika fasilitas itu telah dibentuk, maka
pemerintah akan menjadi pemilik yang bertanggung jawab terhadap
penggunaan fasilitas tersebut.

5.2 Rekomendasi

1. Dana CSR perusahaan dapat menjadi alternatif pembiayaan dalam


pembangunan sarana dan prasarana di perkotaan. Dana csr ini juga dapat

23
dijadikan akselerator pembangunan kota. Keuntungan akan didapat oleh
kedua belah pihak baik oleh Pemerintah ataupun swasta. Dengan penerapan
kerjasama antara pemerintah dan swasta yang telah berhasil dilakukan di
surabaya contohnya dalam pembangunan Taman Undaan ini, maka proses
kerjasama atau kemitraan dapat dilajutkan ataupun dilakukan dalam
pembangan sarana dan prasarana lain di Surabaya, sehingga pembangunan
berkelanjutan tercapai secara optimal.

2. Dalam hal ini negara lebih menjadi fasilitator yang menjembatani


hubungan antara masyarakat dan swasta. Pemerintah tidak mungkin lagi
mengerjakan semua urusan karena keterbatasan dana dan sumber daya
manusia, sehingga kerjasama dan kemitraan dengan pihak-pihak lain harus
dilakukan agar kualitas pelayanan publik tetap dapat dipenuhi sesuai dengan
tuntutan masyarakat.

24

Anda mungkin juga menyukai